Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hazard merupakan sumber bahaya potensial yang dapat menyebabkan kerusakan
(harm). Hazard dapat berupa bahan – bahan kimia, bagian bagian mesin, bentuk
energi, metode kerja atau situasi kerja.
Harm adalah kerusakan atau bentuk kerugian berupa kematian, cidera, sakit fisik,
atau mental, kerusakan propeti, kerugian produksi, kerusakan atau kombinasi dari
kerugian-kerugian tadi.
Accident merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cedera pada
manusia, kerusakan barang, gangguan terhadapa pekerjaan dan pencemaran
lingkungan.
Incident merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada saat itu
sedikit saja ada perubahan maka dapat mengakibat kan terjadinya accident.
Contohnya yaitu seperti seseorang sedang duduk di suatu ruangan, setelah itu dia
berdiri beberapa saat dengan maksud hendak berjalan kedepan. Saat itu dia
sedang berdiri untuk bersiap melangkah, tiba-tiba sebuah benda jatuh dari lantai
atas tepat sejengkal di depan badannya. Seandainya orang itu lebih sepat saja dia
untuk melangkah, tentu dia akan mendapat kecelakaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi identifikasi bahaya?
2. Bagaimana langkah - langkah identifikasi bahaya?
3. Bagaimana form identifikasi bahaya?
4. Apa definisi identifikasi risk?
5. Bagaimana langkah - langkah Identifikasi risk?
6. Bagaimana form Identifikasi risk?

1
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi identifikasi bahaya dan risk,
2. untuk mengetahui langkah – langkah identifikasi bahaya dan risk,
3. untuk mengetahui form identifikasi bahaya dan risk.

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini para pembaca bisa mengetahui langkah – langkah
dalam mengidentifikasi bahaya dan resiko dan dapat mengetahui definisi dan
form dari identifikasi bahaya dan resiko.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1Definisi Identifikasi Bahaya?

Adalah mengklarifikasi dan mengendalikan bahaya serta risiko dari setiap


kegiatan operational, baik kegiatan rutin maupun non rutin.

Identifikasi bahaya dan resiko adalah merupakan salah satu perencanaan


dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang
diwajibkan dalam standar ISO 45001:2018 maupun standar PP No.50 Tahun 2012
terkait SMK3.

Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di


lingkungan Perusahaan. Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah
identifikasi aspek dampak lingkungan operasional Perusahaan terhadap alam dan
penduduk sekitar di wilayah Perusahaan menyangkut beberapa elemen seperti
tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber daya alam lainnya termasuk
aspek flora dan fauna di lingkungan Perusahaan.

2.2 Langkah – Langkah mengidentifikasi Bahaya?

1. Kumpulkan semua informasi mengenai bahaya yang ada ditempat kerja


Kumpulkan, atur, dan tinjau segala informasi tentang bahaya di tempat
kerja untuk menentukan potensi bahaya yang mungkin ada atau
kemungkinan pekerja terpapar atau berpotensi terpapar bahaya tersebut.
Contoh informasi sebagai berikut :
- Paduan manual pengopreasian mesin
- Material safety data sheet (MSDS)
- Laporan inspeksi
- Catatan kecelakaan
- Catatan dan laporan kompensasi pekerja yg mengalami kecelakaan

3
2. Lakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan potensi bahaya yang
ada di tempat kerja

Meluangkan waktu untuk memeriksa area kerja secara langsung dan


berkala dapat membantu Anda mengidentifikasi adanya bahaya baru atau
bahaya yang timbul berulang kali, untuk segera dilakukan pengendalian
sebelum terjadi kecelakaan kerja.

 Lakukan inspeksi rutin terhadap semua operasi kerja.


 Libatkan pekerja untuk ikut berpartisipasi dalam inspeksi dan lakukan
diskusi.
 Dokumentasikan setiap inspeksi yang dilakukan untuk mempermudah
verifikasi bahaya yang sudah dikendalikan atau diperbaiki.
 Inspeksi yang dilakukan mencakup semua bidang dan kegiatan, seperti
penyimpanan dan pergudangan.
 Periksa alat-alat berat/ transportasi yang digunakan secara rutin

3. Lakukan identifikasi bahaya terhadap kesehatan kerja

Potensi bahaya kesehatan mencakup faktor kimia (pelarut, perekat, cat,


debu beracun, dll.), faktor fisik (kebisingan, penerangan, getaran, iklim
kerja, dll.), bahaya biologis (penyakit menular), dan faktor ergonomi
(tugas monoton/berulang, postur canggung, angkat berat, dll.).

 Identifikasi bahaya kimia.


 Identifikasi seluruh aktivitas yang dapat mengakibatkan luka pada
kulit akibat paparan bahan kimia.
 Identifikasi bahaya fisik. Mengidentifikasi paparan kebisingan
yang berlebihan, suhu ekstrem (dalam atau luar ruangan), atau
sumber radiasi (bahan radioaktif, sinar-X, atau radiasi frekuensi
radio)

4
 Identifikasi bahaya biologis. Perhatikan pekerja berpotensi terkena
sumber-sumber penyakit menular, jamur, bersumber dari hewan
 Identifikasi bahaya ergonomi. Memeriksa seluruh tahapan aktivitas
kerja.
 Lakukan penilaian paparan secara kuantitatif. Bila memungkinkan,
gunakan pemantauan dan pengukuran paparan secara langsung
menggunakan alat khusus
 Lakukan peninjauan rekam medis untuk mengidentifikasi kasus
cedera.

4. Lakukan investigasi pada setiap insiden yang terjadi

Tujuan investigasi adalah untuk menemukan akar penyebab insiden atau


faktor-faktor yang memengaruhi bahaya, agar kejadian serupa tidak
terulang kembali.

 Kembangkan rencana yang jelas untuk melakukan investigasi


insiden, Rencana-rencana tersebut harus mencakup hal-hal seperti:
- Siapa yang akan terlibat
- Bagaimana alur komunikasinya
- Bahan, peralatan, dan perlengkapan apa saja yang dibutuhkan
- Bagaimana dengan formulir dan template laporan investigasinya
 Latih tim investigasi tentang teknik investigasi insiden,
pemahaman yang menekankan objektivitas, dan keterbukaan
pikiran selama proses penyelidikan
 Lakukan investigasi bersama dengan tim yang kompeten
 Lakukan investigasi pada setiap near-misses atau kejadian hampir
celaka yang terjadi
 Identifikasi dan analisis akar penyebab kelemahan program K3
yang menjadi dasar kemungkinan terjadinya insiden

5
 Komunikasikan hasil investigasi kepada manajer, supervisor, dan
pekerja untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali

5. Lakukan identifikasi bahaya yang terkait dengan situasi darurat dan


aktivitas non-rutin

Rencana dan prosedur perlu dikembangkan untuk merespons secara tepat


dan aman terhadap bahaya yang dapat diduga terkait dengan keadaan
darurat dan aktivitas non-rutin.

 Identifikasi kemungkinan bahaya yang dapat timbul di lokasi kerjanya.


Potensi bahaya biasanya timbul ketika:
- Kebakaran dan ledakan
- Penggunaan bahan kimia berbahaya
- Start up (menghidupkan mesin)
- Aktivitas-aktivitas non-rutin, seperti jarang melakukan aktivitas
pemeliharaan
- Wabah penyakit
- Keadaan darurat akibat cuaca atau bencana alam

6. Kelompokkan sifat bahaya yang teridentifikasi, tentukan langkah-


langkah pengendalian sementara, dan tentukan prioritas bahaya yang
perlu pengendalian secara permanen

Langkah berikutnya adalah menilai dan memahami bahaya yang


teridentifikasi dan jenis-jenis kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang
dapat timbul akibat bahaya tersebut.

 Evaluasi setiap bahaya dengan mempertimbangkan tingkat keparahan.

6
 Gunakan tindakan pengendalian sementara untuk melindungi pekerja.
 Perhatikan tingkat kemungkinan dan tingkat keparahan bahaya untuk
memprioritaskan bahaya atau risiko mana yang harus ditangani
terlebih dahulu.

2.3 Form Identifikasi Bahaya

Gambar 2.3. Form Identifikasi bahaya

2.4 Identifikasi Resiko


Identifikasi Risiko adalah usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko-
risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
atau perorangan. Tujuan utama dalam identifikasi resiko adalah untuk
mengetahui daftar - daftar resiko yang potensial dan berpengaruh terhadap
tujuan ataupun proses bisnis suatu organisasi (Harold, 2010).

7
2.5 Langkah – Langkah Identifikasi Resiko

Secara umum langkah-langkah dalam identifikasi dan pengukuran resiko


adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi resiko dan mempelajari karakteristiknya

2. Mengukur resiko tersebut, melihat seberapa besar dampaknya


terhadap kinerja perusahaan dan menentukan prioritas resiko tersebut.
Kemudian kita perlu mempelajari karakteristik resiko tersebut, serta
melakukan evaluasi. Pemahaman yang baik terhadap karakteristik tersebut
akan bermanfaat untuk merumuskan metode yang tepat untuk mengelola
resiko tersebut.

3. Melakukan prioritisasi resiko, dimana kualifikasi resiko merupakan salah


satu komponen terpenting dalam langkah tersebut. Melalui kualifikasi itu,
kita dapat mengukur tinggi rendahnya resiko dan bagaimana dampaknya
terhadap kinerja perusahaan. Selanjutnya kita bisa memfokuskan pada
resiko yang paling relevan misalnya yang mempunyai dampak yang paling
besar dan probabilitas yang besar bagi perusahaan.

4. Mengelola resiko dan kemudian melakukan revisit. Revisit adalah


mengevaluasi ulang langkah-langkah yang sudah dilakukan, untuk
meningkatkan efektivitas manajemen resiko.

8
2.6 Form Identifikasi Resiko

9
BAB III

Metode

3.1 Metode Identifikasi Bahaya

Mulai
Selesai
Identikasi
Bahaya

1. Kumpulkan semua 6. Kelompokkan sifat bahaya yang


informasi mengenai bahaya teridentifikasi, tentukan langkah-langkah
yang ada ditempat kerja pengendalian sementara, dan tentukan
prioritas bahaya yang perlu pengendalian
secara permanen

2. Lakukan inspeksi secara


langsung untuk 5. Lakukan identifikasi bahaya

menemukan potensi bahaya yang terkait dengan situasi

yang ada di tempat kerja darurat dan aktivitas non-rutin

4. Lakukan investigasi pada


3. Lakukani dentifikasi
setiap insiden yang terjadi
bahaya terhadap kesehatan
kerja
10
3.2 Metode Identifikasi Resiko

Mulai
Identikasi
Resiko

1. Mengidentifikasi resiko
dan mempelajari
karakteristiknya

2. Mengukur resiko
tersebut

3. Melakukan prioritisasi
resiko

4. Mengelola resiko dan


kemudian melakukan
revisit

Selesai
11
BAB IV

PEMBAHASAN (STUDI KASUS)

4.1 (STUDI KASUS: PERUSAHAAN PENGHASIL TEPUNG)

Perusahaan penghasil tepung memiliki tempat penyimpanan gandum


(silo). Silo gandum di perusahaan penghasil tepung termasuk confined space
karena memiliki akses keluar masuk. Di setiap industri banyak terdapat area
terbatas. Perusahaan penghasil tepung memiliki kegiatan pembersihan bagian
dalam silo gandum. Kegiatan pembersihan yang dimaksud adalah mengeluarkan sisa
bahan baku/ gandum yang masih ada di dalam silo. Tercatat 70 kejadian Fatality di
confined space, 4 (empat) diantaranya terjadi di grain silo(silobiji-bijian). Salah satu
kejadian pada tanggal 5 April 1989 dengan nomer kasus FACE 89-33 terdapat
kasus pekerja mati lemas setelah tenggelam di dalam silo biji-bijian (butir
jagung). Pekerja tersebut sedang melakukan pekerjaan pembersihan silo bagian
dalam (mengeluarkan produk sisa) dengan menginjak butir-butir jagung (NIOSH,
1994).Rekomendasi atas kecelakaan ini adalah identifikasi seluruh potensi bahaya
yang dapat terjadi yang melibatkan peralatan atau mesin.
Langkah pertama untuk identifikasi bahaya adalah mengumpulkan informasi
mengenai kecelakan pekerja tenggelam di dalam silo biji – bijian tersebut. Setelah
informasi sudah terkumpul lakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan
potensi kecelakaan, pada tahap ini labatkan para pekerja untuk ikut berpartisipasi agar
dapat di diskusikan jika ada kejadian lagi, lalu dokumentasikan inspeksi berbahaya
untuk mempermudah verifikasi bahaya. Langkah selanjutnya lakukan identifikasi
bahaya terhadap kesehatan, pada tahap ini pekerja harus sehat dan tidak sakit supaya
ketika kerja peluang terjadinya kecelakaan tidak terlalu besar. Setelah itu lakukan
investigasi pada setiap insiden, insiden ini tenggelamnya pekerja ke silo biji – bijian,

12
tujuan investigasi ini untuk menemukan akar dari kecelakaan tersebut. Setelah
investigasi selesai lakukan identifikasi bahaya yang terjadi dalam keadaan darurat dan
non rutin, dalam kasus ini kecelakaan melibatkan peralatan atau mesin, ini termasuk
dalam keadaan darurat. Langkah berikutnya adalah menilai dan memahami bahaya
yang teridentifikasi, lalu evaluasi setiap bahaya yang terjadi.

13
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Mengidentifikasi bahaya dan resiko sangat perlu dalam bekerja karena dapat
menghindari resiko kecelakaan.

2. Identifikasi bahaya dan resiko sangat berpengaruh besar terhadap Kesehata dan
Keselamatan Kerja (K3).

5.2 SARAN

1. Lakukan identifikasi bahaya dan resiko demi keselamatan kerja, terutama di rumah

2. Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya, maka perhatikan cara anda bekerja dan
cara menggunakan peralatan di tempat kerja tersebut

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?
q=apa+saja+langkah+langkah+identifikasi+resiko+k3&safe=strict&sxsrf=ALeKk01
ga8t2Xz1nUUalQ4WfpkB2JdSTqw:1583561046438&ei=VjljXt-
uGpve9QP1noX4DA&start=50&sa=N&ved=2ahUKEwjfsZzN2IfoAhUbb30KHXV
PAc8Q8tMDegQIDRA7&biw=1366&bih=608
http://astti.or.id/sites/default/files/BAB%202%20%20-%20%20Identifikasi
%20Bahaya.pdf
https://safetysign.co.id/news/365/6-Langkah-Identifikasi-Bahaya-dan-Penilaian-
Risiko-Sesuai-Standar-OSHA

15

Anda mungkin juga menyukai