Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
berupa fakta, konsep, atau prinsip saja melainkan juga sebagai proses penemuan.
IPA merupakan bidang studi yang dalam pembelajarannya menggabungkan
berbagai bidang ilmu pengetahuan (fisika, kimia dan biologi) sebagai dasar untuk
memecahkan masalah yang timbul dipandang secara terintegrasi. Permendikbud
No. 65 tentang standar proses menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada
kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunaan
pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan
mengomunikasikan.
Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong
adanya perkembangan dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam bidang
pendidikan khususnya proses belajar mengajar. Komunikasi sebagai salah satu
media pendidikan dapat dilakukan dengan menggunakan media-media seperti
telepon, komputer, internet, e-mail, dan gadget. Interaksi antara guru dan peserta
didik tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan
dengan menggunakan media-media tersebut.
Penggunaan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) membawa
dampak perubahan dalam proses pembelajaran seperti dari pembelajaran di kelas
menjadi pembelajaran kapan saja dan dmana saja, dari media kertas ke media
berbasis online/paperless. Mobilitas manusia yang semakin padat dan lahirnya
teknologi-teknologi baru, menjadi latar belakang lahirnya model pembelajaran
blended learning sebagai inovasi baru dalam menjawab tantangan zaman. Sjukur
(2012) menjelaskan bahwa blended learning menggabungkan aspek pembelajaran
berbasis web (internet) dengan pembelajaran tatap muka. Penerapan blended
learning diharapkan peserta didik dapat memahami materi dengan lebih baik dan

1
2

lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga mampu meningkatkan hasil


kognitif peserta didik.
Penerapan blended learning pada pembelajaran online sangat mudah
diterapkan dengan memanfaatkan modul Learning Management System (LMS)
yang mudah untuk di instalasi dan dikelola. Learning Management System (LMS)
adalah perangkat lunak yang digunakan untuk membuat materi belajar mengajar
secara online berbasiskan web dan mengelola kegiatan pembelajaran serta hasil-
hasilnya. Learning Management System (LMS) juga memiliki fitur-fitur yang
dapat memenuhi semua kebutuhan dari pengguna dalam hal pembelajaran.
Menurut Ellis (2009) berpendapat bahwa Learning Management System (LMS)
adalah aplikasi perangkat lunak untuk administrasi, dokumentasi, pelacakan,
pelaporan dan penyampaian kursus pendidikan atau program pelatihan. Adapun
perangkat lunak Learning Management System (LMS) yang bisa digunakan antara
lain: ACS, Blackboard, Certpoint, Moodle, Canvas, Google Classroom, dan
sebagainya.

Kemudahan akses internet yang diperoleh peserta didik merupakan


bagian dari budaya masyarakat yang bergeser ke era digital. Setiap individu
tidak dapat mencegah atau menolaknya karena teknologi berdampingan dalam
kehidupan masyarakat. Bergesernya budaya ini, harus dipahami dan
dimengerti oleh seorang guru dalam melakukan pembelajaran. Guru sebagai
agen of change memiliki peran yang penting dalam perubahan kondisi
pembelajaran. Teknologi dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, dimana
keduanya harus sejalan. Blended learning adalah salah satu solusi yang bisa
dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran. Menurut Sari (2013) menyatakan
bahwa pembelajaran blended learning adalah pembelajaran yang menggabungkan
pengajaran klasikal (face to face) dengan pengajaran online. Kegiatan blended
learning dilaksanakan dengan menggabungkan pembelajaran secara
konvensional dan secara online untuk mengetahui ketertarikan dan keragaman
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran blended learning terbukti berhasil meningkatkan
3

kemandirian belajar, critical thinking, maupun prestasi belajar dari mahasiswa


terhadap perkuliahan evaluasi pembelajaran akuntansi. Selain itu di dukung pula
pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermawanto et al. (2012) yang
menyatakan bahwa penguasaan konsep fisika peserta didik dengan blended
learning lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan blended learning. Hal
tersebut juga dilakukan oleh penelitian Suhartono (2017) yang menjelaskan
bahwa blended learning dapat dilaksanakan di Sekolah Dasar yang telah memiliki
perangkat komputer baik dan tersambung dengan internet. Hasil ketiga penelitian
tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjadi lebih baik sehingga blended learning
dapat dilakukan dimana saja dan tidak harus menggunakan komputer sebagai
prioritas selama pembelajaran daring.
Saat ini sebagian besar sekolah di Indonesia telah menerapkan kurikulum
2013, salah satunya di SMP Islam Al-Azhar 29 Semarang. Pada kurikulum 2013
peserta didik dituntut lebih aktif dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk
lebih memaksimalkan kesempatan belajar peserta didik dengan mampu
menerapkan metode atau model pembelajaran yang beragam serta penggunaan
media secara maksimal sehingga dapat melibatkan peserta didik secara langsung
dalam proses pembelajaran. SMP Islam Al-Azhar 29 Semarang telah menerapkan
pembelajaran berbasis TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi) yaitu
pembelajaran dengan media gadget menggunakan Learning Management System
(LMS) melalui google classroom.
Penggunaan google classroom di SMP Islam Al-Azhar sudah diterapkan
sejak tahun 2015, tetapi fakta di lapangan masih ditemukan beberapa masalah
yang menunjukkan bahwa pemanfaatan google classroom belum dilakukan
secara optimal. Hal tersebut di buktikan dari hasil observasi pengamatan
langsung peneliti ketika pembelajaran di kelas. Guru hanya beberapa kali
memanfaatkan google classroom pada saat akan diadakannya PTS (Penilaian
Tengah Semester) dan PAS (Penilaian Akhir Semester). Selain itu guru kurang
bervariasi dalam menerapkan model pembelajaran pada saat pembelajaran tatap
muka berlangsung dan kurangnya media pembelajaran yang menarik untuk
diterapkan di kelas seperti penggunaan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)
4

yang belum sesuai dengan standar kurikulum 2013. Akibatnya peserta didik
menjadi bosan dan terkadang melakukan aktivitas diluar pembelajaran seperti
tidak memperhatikan guru ataupun bercanda dengan teman. Selain itu saat
diberikan kesempatan pembelajaran online (handphone dibagikan dan dibawa
peserta didik) untuk keperluan pembelajaran, peserta didik tidak
menggunakannya secara bijak dan digunakan untuk membuka sosial media
ataupun bermain games secara diam-diam. Hal tersebut juga berdampak pada
nilai ulangan harian peserta didik terutama pada materi sistem pernapasan
dimana sebanyak 13 dari 24 peserta didik masih mendapatkan nilai di bawah
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yaitu sebesar 75.
Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah juga masih minium
dilihat dari nilai praktikum peserta didik pada semester sebelumnya secara
keseluruhan masih mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal
sebanyak 14 dari 24 peserta didik yang ada.
Berdasarkan fakta kondisi di SMP Islam Al-Azhar 29 Semarang tersebut,
dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan model blended learning yang diterapkan di
SMP tersebut kurang maksimal dalam pembelajaran tatap muka maupun
pembelajaran online. Selain itu di SMP tersebut juga belum pernah dilakukan
analisis mengenai tes pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah
yang dimiliki peserta didik tersebut. Oleh karena itu peneliti berusaha untuk lebih
memaksimalkan pemanfaatan google classroom sebagai media pembelajaran
dengan menerapkan metode blended problem based learning di SMP Islam Al-
Azhar 29 Semarang dan menganalisis bagaimana profil tingkat pemahaman
konsep dan kemampuan pemecahan masalah yang terjadi di lapangan.
Penerapan pembelajaran model blended learning dapat dilakukan melalui
pembelajaran berbasis masalah. Dwiyogo (2016) juga menyampaikan bahwa
melalui pembelajaran berbasis masalah, peserta didik akan belajar berdasarkan
masalah yang harus dipecahkan kemudian melacak konsep, prinsip dan prosedur
yang harus diakses untuk memecahkan masalah tersebut. Ini berbeda dengan
pembelajaran konvensional yang ditahap awal disajikan konsep, prinsip, prosedur
yang diakhiri menyajikan masalah. Nuswowati et al. (2017) berpendapat bahwa
5

Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan


masalah pada situasi nyata. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning
menyajikan masalah autentik kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat
memahami konsep secara mandiri. Problem Based Learning juga dapat membantu
peserta didik membangun pengetahuannya sendiri (Tristanti, 2017)
Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut dalam menggunakan
perpaduan pembelajaran blended learning dengan model pembelajaran berbasis
masalah yaitu Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu solusi yang
tepat untuk meningkatkan pemanfaatan media google clasroom dan untuk
mengetahui tingkat ketercapaian pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan
masalah dalam proses pembelajaran secara tatap muka, maupun online.
Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti berinovasi dengan mencetuskan istilah
model pembelajaran yaitu blended problem based learning. Dalam penerapannya
peneliti akan memaksimalkan pemanfaatan media google classroom untuk
mendukung blended learning yang diterapkan dan menggunakan LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik) berbasis problem based learning.
Sistem pernapasan manusia adalah salah satu materi IPA kelas 8 semester
2 yang terdapat dalam pembelajaran tingkat SMP/MTs sederajat. Materi pada bab
ini terdiri atas struktur dan fungsi pernapasan manusia, mekanisme sistem
pernapasan manusia, gangguan pada sistem pernapasan manusia dan upaya dalam
mencegah gangguan pada sistem pernapasan manusia. Pada materi tersebut
peneliti akan melakukan penelitian dengan model blended problem based
learning serta menganalisis tingkat pemahaman konsep dan kemampuan
pemecahan masalah yang dimiliki peserta didik. Untuk itu peneliti melakukan
penelitian di SMP Al-Azhar 29 Semarang tersebut dengan judul “Analisis
Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Sistem
Pernapasan Manusia dengan Model Blended Problem Based Learning”
6

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang dapat diambil
dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimana profil pemahaman konsep peserta didik pada materi sistem
pernapasan manusia melalui model blended problem based learning?
2) Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi
sistem pernapasan manusia melalui model blended problem based learning?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui profil pemahaman konsep peserta didik pada materi sistem
pernapasan manusia melalui model blended problem based learning.
2) Untuk mengetahui profil kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada
materi sistem pernapasan manusia melalui model blended problem based
learning.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bahwa
model blanded problem based learning dapat diterapkan dalam
pembelajaran di kelas.
2) Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui profil pemahaman konsep
peserta didik serta profil kemampuan pemecahkan masalah melalui model
blended problem based learning.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Bagi Guru
a. Bagi guru pengampu mata pelajaran IPA, diharapkan dapat menjadikan
model blended problem based learning sebagai alternatif dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran.
7

b. Memotivasi guru agar lebih inovatif dalam mengajar.


c. Membangkitkan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
d. Menambah wawasan guru untuk mampu memanfaatkan teknologi yang
ada dalam proses pembelajaran IPA.
2) Bagi Peserta Didik
a. Membantu peserta didik mengetahui profil pemahaman konsep
b. Membantu peserta didik mengetahui profil kemampuan pemecahan
masalah
c. Melatih peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
teknologi dalam proses pembelajaran
d. Melatih peserta didik dalam penggunaan google classroom.
3) Bagi Sekolah
Sebagai acuan kebijakan sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran yang
dapat meningkatkan ketercapaian kompetensi dasar peserta didik dalam
kemajuan IPTEK.
4) Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti mengenai
pembelajaran model blended problem based learning dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik
SMP/Mts Sederajat khususnya kelas VIII.
1.5 Penegasan Istilah
Kesalahan penafsiran dalam penelitian ini harus dihindari, maka perlu dijelaskan
beberapa pembatasan istilah, antara lain:
1.5.1 Analisis
Secara umum analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah
bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan Pusat
Bahasa Depdiknas (2008:60) menyebutkan bahwa analisis adalah penguraian
suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta
hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman
arti keseluruhan. Dalam penelitian ini analisis yang dimaksudkan adalah deskripsi
tentang pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik
8

kelas VIII SMP materi sistem pernapasan manusia dalam model blended problem
based learning, sehingga nantinya diperoleh gambaran yang tepat dan sesuai.
1.5.2 Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep terdiri dua kata pemahaman dan konsep. Dalam
kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Anggereni & Khairurradzikin (2016) Pemahaman
merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam
orang lain. Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat
penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Sutadi (2014) pemahaman
konsep adalah kemampuan menangkap dan menguasai lebih dari sejumlah fakta
yang mempunyai keterkaitan dengan makna tertentu. Indikator pemahaman
konsep yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah pemahaman konsep
menurut Anderson et al. (2012) ada 7 yaitu interpretasi, mencontohkan,
mengklasifikasikan, mengeneralisasikan, inferensi, membandingkan dan
menjelaskan.
1.5.3 Kemampuan Pemecahan Masalah
Menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia berpendapat
bahwa Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup)
melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan,
kekuatan. Robbins & Judge (2009) mengatakan bahwa kemampuan (ability)
berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Dapat
disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah pemahaman kognitif
mengurai dan menjelaskan segala ide, informasi dengan proses berfikir yang
dimiliki seseorang ketika menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang digunakan
dalam penelitian kali ini adalah indikator menurut Redhana (2013) yang
menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah terdiri atas dari 3 indikator,
yaitu: (1) memahami masalah, (2) memilih solusi dan (3) mengkomunikasikan
alternatif solusi.
1.5.4 Model Blended Problem Based Learning
9

Blended Problem Based Learning adalah suatu model inovasi


penggabungan antara model blended learning dan model pembelajaran problem
based learning (PBL). Dalam menggunakan model ini pembelajaran lebih
dipusatkan kepada kemandirian peserta didik untuk dapat belajar secara tatap
muka maupun daring yang berfokuskan pada kemampuan peserta didik dalam
memahami konsep yang baik dan keterampilan pemecahan masalah pada soal
pembelajaran.
1.5.5 Google Classroom
Iftakhar (2016) Google Classroom merupakan salah satu platform
terbaik yang digunakan untuk meningkatkan alur kerja guru. Pardeshi & Alliwadi
(2015) menyebutkan bahwa Google Classroom adalah salah satu aplikasi berbasis
cloud yang menggabungkan penggunaan teknologi dengan pengembangan
berbasis internet. Google kelas merupakan sistem manajemen pembelajaran
(LMS) yang menyediakan pengajaran dengan membuat dan menyampaikan
konten, mengawasi partisipasi peserta didik, dan menilai kinerjanya.
Hal tersebut memberikan waktu, mengatur kelas, dan meningkatkan
komunikasi dengan peserta didik serangkaian fitur yang kuat dan menjadi alat
yang ideal untuk digunakan bersama peserta didik. Dengan adanya google
classroom dapat membantu guru menghemat. Hal itu tersedia bagi siapa saja dan
terhubung melalui Google Apps for Education, didapatkan secara gratis berikut
produktivitas termasuk Gmail, Drive dan Documents.

Anda mungkin juga menyukai