Skripsi 4001415065 3 201907241542 PDF
Skripsi 4001415065 3 201907241542 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
(1) persoalan itu tidak dikenalnya, maksudnya ialah peserta didik belum memiliki
prosedur atau algoritma tertentu untuk menyelesaikannya, (2) peserta didik harus
mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuannya,
terlepas dari apakah ia sampai atau tidak pada jawabannya, dan (3) sesuatu
merupakan permasalahan baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya.
Kemampuan pemecahan masalah menurut Sujarwanto et al. (2014) adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan suatu proses untuk
mencari solusi. Pengumpulan dan pengolahan informasi juga diperlukan dalam
proses tersebut guna membantu dan mempermudah menemukan solusi. Widowati
et al. (2017) mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan sebuah
keterampilan sosial yang penting dalam pembelajaran sains. Keterampilan
pemecahan masalah sains mengacu pada kemampuan peserta didik untuk
memecahkan masalah berdasarkan konsep-konsep sains yang telah dipelajari.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kemampuan pemecahan
masalah adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh jawaban yang tepat
setelah menerapkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilanya dalam
memecahkan suatu masalah.
Dalam memecahkan masalah, hampir sebagian besar peserta didik
menuliskan langkah-langkah sistematis, yaitu diawali dengan menuliskan yang
diketahui dan ditanyakan dan selanjutnya menyelesaikan masalah. Meskipun
menunjukkan kesamaan dalam menuliskan langkah-langkah pemecahan masalah
yang sistematis, namun perbedaan terlihat dalam hal mengidentifikasi hal yang
diketahui dan ditanyakan dari sebuah soal pemecahan masalah yang berimplikasi
pada perbedaan dalam menyelesaikan masalah. Fakta ini menunjukkan adanya
faktor-faktor kognitif yang berbeda diantara peserta didik tersebut yang
mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah. (Ngilawajan, 2013). Pernyataan
tersebut dengan kata lain bila seorang peserta didik dilatih untuk menyelesaikan
masalah peserta didik itu mampu mengambil keputusan sebab peserta didik itu
menjadi terampil untuk mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah
diperoleh.
14
peserta didik . Model ini hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan
lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan. Penerapan
model blended learning dengan memanfaatkan media google classroom tersebut
sejalan dengan penelitian Mujiyanto (2012) yang menyatakan bahwa blended
learning memiliki kelebihan yaitu peserta didik memiliki banyak waktu belajar
dibawah bimbingan oleh guru.
Problem Based Learning merupakan proses pembelajaran yang
melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik
dituntut untuk mengumpulkan informasi dan data untuk memecahkan masalah
yang mereka hadapi. (Sari et al., 2018). Sedangkan menurut Nuswowati et al.
(2017) menyatakan bahwa Problem Based Learning adalah suatu model
pembelajaran yang didasarkan masalah pada situasi nyata. Pembelajaran dengan
model Problem Based Learning menyajikan masalah autentik kepada peserta
didik sehingga peserta didik dapat memahami konsep secara mandiri. Problem
Based Learning juga dapat membantu peserta didik membangun pengetahuannya
sendiri. (Tristanti, 2017). Pelaksanaan model Problem Based Learning terdiri dari
5 tahap proses. Kelima tahap dalam pembelajaran tersebut diringkas dalam bentuk
tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4 Tahap Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
a) Model ini butuh pembiasaan, karena model ini cukup rumit dalam teknisnya,
serta peserta didik harus dituntut untuk konsentrasi dan daya kreasi yang tinggi.
b) Dengan menggunakan model ini, berarti proses pembelajaran harus
dipersiapkan dalam waktu yang cukup panjang. Karena sedapat mungkin setiap
persoalan yang akan dipecahkan harus tuntas, agar maknanya tidak terpotong.
c) Peserta didik tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi
mereka untuk belajar, terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman
sebelumnya.
d) Sering juga ditemukan kesulitan terletak pada guru, karena guru kesulitan
dalam menjadi fasilitator dan mendorong peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan merek solusi.
2.1.4 Sistem Pernapasan Manusia
Materi yang akan dibahas pada penelitian ini adalah materi sistem
pernapasan manusia. Materi tentang sistem pernapasan manusia ini diambil dari
Kompetensi Dasar yaitu (3.9) Menganalisis sistem pernapasan pada manusia,dan
memahami gangguan sistem pernapasan serta upaya menjaga kesehatan sistem
pernapasan. Pada materi ini ada 6 kali pertemuan dengan pembagian alokasi
waktu sebanyak 10 JP untuk pembelajaran dan 4 JP untuk tes. Model
pembelajaran nantinya yang digunakan pada saat penelitian yaitu menggunakan
model pembelajaran Blended Problem Based Learning. Pembelajaran tersebut
menggunakan sintak PBL yang didalamnya dimodifikasi atau di lengkapi dengan
blended learning berupa media google classroom.
2.1.6 Google Classroom
Google classroom adalah platform pembelajaran campuran yang
dikembangkan oleh google untuk sekolah yang bertujuan menyederhanakan
pembuatan, pendistribusian dan penetapan tugas dengan cara tanpa kertas.
Menurut Pardeshi & Alliwadi (2015) Google Classroom adalah salah satu aplikasi
berbasis cloud yang menggabungkan penggunaan teknologi dengan pengembangan
berbasis internet.
Melalui pembelajaran dengan blended learning dan google classroom
sebagai medianya, peserta didik akan merasa nyaman dan aktif dalam
19
Hasil
Solusi