Anda di halaman 1dari 22

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil Kategori Pemahaman Konsep Peserta Didik Secara Klasikal
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan 6 (enam) kali pertemuan. 3
kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 40 menit dan 3 kali pertemuan dengan
alokasi waktu 2 x 40 menit. Pemahaman konsep peserta didik diketahui melalui
hasil posttest yang diberikan. Hasil pemahaman konsep peserta didik dapat dilihat
pada gambar 4.1.

49% 48%

3%

Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham

Gambar 4.1 Persentase Pemahaman Konsep Peserta Didik Secara Klasikal

Data yang ditunjukkan pada gambar 4.1 dapat diketahui bahwa hasil
pemahaman konsep peserta didik secara keseluruhan pada kategori paham konsep,
miskonsepsi, dan tidak paham konsep sebesar 49% , 48% , dan 3%. Persentase
tersebut didapatkan dengan cara menghitung total kategori pemahaman konsep
yakni paham konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep, masing-masing dibagi
skor maksimal dikali 100%. Skor maksimal didapatkan dari hasil perkalian antara
banyaknya peserta didik dengan total soal. Miskonsepsi menempati persentase
kategori pemahaman konsep terbesar kedua yang hanya memiliki selisih 1% pada
kategori tertinggi tingkat paham konsep serta kategori tidak paham konsep hanya

37
38

memiliki persentase sebesar 3%. Kesalahan pemahaman konsep atau miskonsepsi


disebabkan karena faktor guru maupun faktor peserta didik.
4.1.2 Profil Pemahaman Konsep Peserta Didik Per Indikator
Indikator pemahaman konsep yang di analisis dalam penelitian ini
menurut (Anderson et al., 2001) meliputi: (1) menafsirkan (interpreting), (2)
mencontohkan (exemplifying), (3) mengklasifikasikan (classifying), (4) meringkas
(summarizing), (5) menyimpulkan (inferring), (6) membandingkan (comparing),
(7) menjelaskan (explaining). Hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada
gambar 4.2.

84,21 81,58

60,53 57,89
55,26 52,63
49,12 49,12
44,74 42,11
36,84
31,58

15,79 15,79
7,89 7,89
2,63 0 0 2,63 1,76

Paham Konsep
Miskonsepsi
Tidak Paham

Gambar 4.2 Persentase Pemahaman Konsep Peserta Didik Tiap Indikator

Berdasarkan data yang ditunjukkan pada gambar 4.2 dapat diketahui


persentase indikator tertinggi pemahaman konsep adalah indikator
membandingkan (comparing) sebesar 81,58% kemudian persentase miskonsepsi
tertinggi adalah indikator meringkas (summarizing) sebesar 84,21% dan
persentase indikator tidak paham konsep paling banyak adalah indikator
menafsirkan (interpreting) dan indikator mencontohkan (exemplifying) dengan
tingkat persentase hanya sebesar 7,89%.
39

4.1.3 Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik


Kemampuan pemecahan masalah terdiri atas dari 3 indikator, yaitu: (1)
memahami masalah, (2) memilih solusi dan (3) mengkomunikasikan alternatif
solusi menurut Redhana (2013). Hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada
gambar 4.3.

42%
37%
Persentase
Peserta
Didik

16%

5%

Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik

Gambar 4.3 Kategori Persentase Peserta Didik terhadap Kemampuan Pemecahan


Masalah

Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa kategori persentase peserta


didik terhadap kemampuan pemecahan masalah secara berturut-turut dari kategori
sangat baik, baik, cukup baik dan tidak baik adalah 5%, 37%, 42% dan 16%.
4.2 Pembahasan
Persentase kategori peserta didik yang paham konsep sebesar 49%.
Persentase tersebut diwakili oleh indikator pemahaman konsep yaitu
membandingkan (comparing) sebesar 81,58% sebagaimana disajikan pada
gambar 4.2. Pemahaman konsep pada indikator tersebut masuk dalam kategori
tinggi. Pada indikator membandingkan (comparing) peserta didik diberikan soal
untuk membandingkan suatu konsep mengenai penyakit asma secara benar.
40

Peserta didik diberikan soal berupa pernyataan dari nomor 1 sampai 6 tentang
gejala suatu penyakit dan diminta untuk membandingkannya. Peserta didik
memilih nomor jawaban yang sesuai berdasarkan pertanyaan dan memilih alasan
yang tepat untuk jawaban yang dipilih. Secara umum indikator ini merupakan
indikator dengan tingkat pemahaman konsep paling tinggi, sehingga peserta didik
sudah mengetahui dan dapat membandingkan antara gejala suatu penyakit pada
sistem pernapasan. Hal tersebut dikarenakan peserta didik sudah paham atau
mampu menerima konsep yang dijelaskan oleh guru.
Hasil tes sesuai dengan hasil wawancara yang sudah dilakukan. Peserta
didik dengan kategori paham konsep tinggi mampu membandingkan antara ciri
gejala suatu penyakit yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut karena peserta
didik sudah umum atau sering mengetahui gejala penyakit asma yang ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan konsepnya penyakit asma memiliki ciri
seperti napas berbunyi saat bernapas, rasa sesak di dada, dan batuk terutama pada
malam hari akibat suhu lingkungan yang dingin. Peserta didik dengan kategori
tingkat pemahaman konsep yang rendah belum bisa secara tepat membandingkan
antara gejala suatu penyakit yang satu dengan yang lain. Secara umum peserta
didik masih kesulitan menjawab pernyataan yang diberikan tetapi peserta didik
menganggap pilihan jawaban mereka benar. Miskonsepsi tersebut disebabkan
beberapa faktor diantaranya guru kurang menguasai pendekatan dan metode
pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi ataupun disebabkan
karena peserta didik yang kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru
saat pembelajaran sehingga tidak paham konsep.
Pada indikator membandingkan (comparing), peserta didik diberikan soal
lainnya untuk membandingkan jawaban satu dengan jawaban lain yang
merepresentasikan tentang keadaan ketika proses terjadinya ekspirasi. Peserta
didik diminta memilih 1 dari 4 jawaban yang disediakan, tentang manakah yang
tidak menunjukkan keadaan saat proses ekspirasi berlangsung. Selanjutnya untuk
alasan jawaban yang disediakan adalah jawaban berupa urutan berlangsungnya
proses ekspirasi. Peserta didik dengan kategori tingkat pemahaman konsep tinggi
sudah mampu menjawab dengan benar dan teliti. Hal tersebut di buktikan pada
41

jawaban soal three tier multiple choise peserta didik menjawab dengan kombinasi
jawaban benar-alasan benar-yakin. Selain itu berdasarkan hasil wawancara ketika
peserta didik diminta menyebutkan proses terjadinya ekspirasi secara runtut
peserta didik dapat dengan tepat menjawabnya tanpa ragu-ragu. Sedangkan
peserta didik dengan tingkat paham konsep rendah ketika diwawancarai mengakui
ketika menjawab hanya secara asal atau menebak-nebak. Selain itu peserta didik
juga mengakui tidak fokus saatpembelajaran di kelas karena ingin bermain
bersama teman. Ketika diberikan pertanyaan saat wawancara, peserta didik juga
menjawab dengan cara berpikir terlebih dahulu dengan waktu yang lama dan
jawaban yang disebutkan dan tidak sesuai konsep yang ada.
Melalui media google classroom masing-masing peserta didik dapat
menyempurnakan atau melengkapi jawaban melalui LKPD (lembar kerja peserta
didik) yang telah diunggah guru pada media google classroom dengan
mengisikan jawaban secara langsung pada LKPD online tersebut. Saat
pembelajaran di kelas berlangsung, peserta didik berdiskusi bersama kelompok
untuk menyelesaikan LKPD (lembar kerja peserta didik). Di dalam LKPD
tersebut disajikan teks berupa paragraf untuk mengingatkan kembali mengenai apa
yang telah dipelajari peserta didik, kemudian barulah disajikan lkpd sesuai dengan
sintak problem based learning dari fase pertama tentang orientasi peserta didik
terhadap suatu permasalahan, kemudian masuk pada fase kedua tentang
mengorganisasi peserta didik dengan memberikan pertanyaan untuk didiskusikan
dan memperoleh data - data, selanjutnya pada fase ketiga mengenai membimbing
penyelidikan juga disajikan suatu masalah dan peserta didik diminta memecahan
masalah tersebut melalui diskusi ataupun praktikum sederhana di dalam kelas.
Melalui pembelajaran tersebut peserta didik mampu meningkatkan pemahaman
konsep yang mereka miliki. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hastuti et al.,
(2016) menunjukkan bahwa problem based learning berpengaruh terhadap
penguasaan konsep peserta didik.
Persentase pemahaman konsep peserta didik kategori paham konsep secara
klasikal memang tinggi tetapi hal tersebut hanya memiliki selisih sebesar 1%
dengan persentase pemahaman konsep kategori miskonsepsi. Hal tersebut
42

disebabkan adanya indikator pemahaman konsep peserta didik yang hanya


mendapatkan persentase sebesar 15,79%. Indikator yang dimaksud tersebut
adalah indikator meringkas (summarizing). Pada indikator tersebut peserta didik
diberikan contoh soal dengan disajikan beberapa data mengenai macam volume
pernapasan yakni udara pernapasan biasa sebesar 500 ml udara cadangan inspirasi
sebesar 1500 ml, udara cadangan ekspirasi sebesar 1500 ml dan udara residu
sebesar 1200 ml. Dari data tersebut peseta didik diminta menentukan berapakah
volume kapasitas vital paru – paru pada manusia dengan memperhatikan data
yang disajikan. Pada jawaban tingkat satu disajikan pilihan jawaban berupa angka,
kemudian untuk alasan atau jawaban tingkat dua disajikan rumus bagaimana cara
menentukan kapasitas vital paru-paru. Peserta didik diminta menentukan rumus
yang paling tepat mengenai jawaban tersebut dengan disertai jawaban tingkat tiga
yaitu yakin atau tidak yakin.
Pada indikator meringkas peserta didik tergolong dalam kategori dengan
tingkat miskonsepsi paling tinggi yaitu indikator meringkas (summarizing)
sebesar 84,21%. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya peserta didik dalam
memahami macam – macam volume pernapasan sesuai konsep yang diberikan.
Kurang pahamnya peserta didik tersebut sangat beragam diantaranya tidak
dipelajarinya materi yang sudah di upload pada google classroom serta kurang
memperhatikannya peserta didik saat pembelajaran tatap muka di taman sekolah
untuk praktikum menghitung volume pernapasan. Hal tersebut yang menyebabkan
peserta didik mengalami miskonsepsi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
menurut Wijaya et al., (2016) bahwa faktor utama peserta didik mengalami
miskonsepsi adalah bersumber dari diri sendiri. Peserta didik cenderung hanya
menghafal konsep - konsep yang dipelajari sehingga pemahaman yang bersifat
sementara tersebut kurang optimal. Pada kasus soal pemahaman konsep indikator
meringkas (summarizing), peserta didik umumnya menjawab jawaban dengan
menjumlahkan semua data yang disajikan. Padahal untuk menghitung kapasitas
vital paru-paru manusia adalah hasil penjumlahan dari volume cadangan inspirasi,
volume cadangan ekspirasi dan udara pernapasan biasa/volume tidal. Ketika
pilihan jawaban peserta didik salah, maka alasan yang dipilih peserta didik juga
43

salah karena alasan jawaban atau tier/tingkat dua menjelaskan tentang penjabaran
penjumlahan dari angkat jawaban yang dipilih pada tier/tingkat pertama. Selain
itu faktor menjawab pada tier/tingkat ketiga juga sering menyebabkan terjadinya
miskonsepsi dimana peserta didik asal menjawab semua tier tingkat ketiga dengan
jawaban yakin, padahal berdasarkan hasil wawancara mereka bahkan tidak bisa
menjawab dan hanya menebak – nebak jawaban yang ada.
Pada indikator meringkas, pembelajaran dengan model blended problem
based learning sudah dijelaskan mengenai volume pernapasan. Peserta didik
diberikan demonstrasi di luar kelas yaitu dengan praktikum sederhana
menggunakan bak berisi air dan botol air mineral yang sudah ditandai ukurannya
dan dimasukkan selang. Praktikum dilakukan diluar kelas untuk menghindari
becek/basah ruang kelas, karena praktikum menggunakan air yang cukup banyak.
Ketika diluar kelas, peserta didik cenderung tertarik pada saat proses demonstrasi
berlangsung mengenai materi menarik dan menghembuskan napas lewat selang
untuk mengukur kapasitas volume yang dimiliki. Namun hal tersebut menjadikan
beberapa peserta didik tidak fokus dan hanya menganggap praktikum untuk
bermain-main. Padahal dalam setiap demonstrasi yang dilakukan, guru sudah
menegaskan kembali mengenai kapasitas masing-masing volume pernapasan pada
manusia. Guru sebagai fasilitator berperan penting dalam memberikan konfirmasi
kepada peserta didik mengenai informasi yang benar yang harus diketahui peserta
didik.
Pemahaman konsep yang termasuk tingkat sedang yaitu terdapat pada
indikator menafsirkan (interpreting) sebesar 31,58%. Kategori tersebut sesuai
pada tabel 3.7 kriteria pemahaman konsep.peserta didik. Pada indikator tersebut
peserta didik diberikan soal untuk menjawab pertanyaan mengenai berapa banyak
frekuensi normal manusia secara umum. Pilihan jawaban bervariasi dari 30-40
kali/menit, 25-30 kali/menit, 20-25 kali/menit dan 15-18 kali/menit. Kebanyakan
peserta didik menjawab secara asal yaitu angka yang paling besar berkisar antara
30-40/menit. Padahal sebelum pembelajaran materi sudah disampaikan bahwa
frekuensi pernapasan normal manusia adalah sebesar 15-18 kali/menit. Kesalahan
konsep dalam menjawab pertanyaan disebabkan karena peserta didik tidak
44

memanfaatkan media google classroom sehari sebelum pembelajaran


berlangsung. Mereka beralasan bahwa tidak ada waktu untuk membuka dan
sulitnya akses internet di rumah mereka. Padahal mereka sudah difasilitasi gadget
dari sekolah yang sudah diketahui oleh orang tua untuk bekerjasama dan
memantaunya.
Pada indikator menafsirkan (interpreting) juga diberikan soal mengenai
penjabaran definisi dari respirasi. Peserta didik diberikan soal pertanyaan tentang
peristiwa pertukaran gas O2 dan CO2 yang terjadi pada manusia dan diminta
menentukan istilah atau pernyataan dari peristiwa tersebut. Pilihan jawaban yang
diberikan diantaranya adalah respirasi, ekspirasi, inspirasi dan ekskresi,
selanjutnya untuk alasan mereka diminta menentukan alasan yang paling tepat
dari jawaban pada tier pertama yang mereka pilih disertai tingkat keyakinan pada
tier ketiga. Kebanyakan peserta didik kurang tahu mengenai perbedaan definisi
keempat jawaban tersebut sehingga mereka mengalami miskonsepsi. Peserta didik
mengira bahwa inspirasi dan ekspirasi adalah bagian dari proses pernapasan
sehingga mereka menjawab bahwa pertukaran gas O2 dan CO2 adalah peristiwa
inspirasi ataupun ada beberapa peserta didik yang menjawab ekspirasi. Padahal
dalam proses pembelajaran menggunakan model blended problem based learning
peserta didik juga sudah diperkenalkan dengan istilah tersebut.
Kesalahpahaman konsep kemungkinan terjadi karena sejak awal pertama
peserta didik menerima materi pada jenjang sebelumnya sehingga konsep yang
kurang tepat tertanam dalam pemikan sejak dini. Respirasi adalah peristiwa
pertukaran gas O2 dan CO2 merupakan salah satu peristiwa pada tubuh manusia,
ekspirasi adalah proses keluarnya udara pernapasan ke dari dalam tubuh dan
inspirasi adalah proses masuknya udara pernapasan ke dalam tubuh serta ekskresi
adalah proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan tubuh.
Pemahaman konsep peserta didik yang masih tergolong dalam kategori
sedang selanjutnya adalah indikator menyimpulkan (inferring). Pada indikator
tersebut peserta didik diberikan salah satu contoh soal untuk menyimpulkan ciri
dari suatu penyakit. Peserta didik diminta untuk menyimpulkan penyakit apa yang
menunjukkan gejala tersebut. Kalimat dari soal tersebut adalah peradangan atau
45

pembengkakan terjadi karena berbagai hal diantaranya terinfeksi oleh


mikroorganisme atau tubuh merespon terhadap benda asing yang masuk kedalam
tubuh. Disebut apakah penyakit peradangan pada lapisan pelindung pembungkus
paru-paru. Pilihan jawaban pada tier pertama yang disajikan yaitu sinisitis,
laringitis, ronchitis dan pleuritis. Pada tier kedua pilihan jawaban alasan berupa
ciri dari penyakit pada pilihan dari jawaban di tier pertama.
Pada soal dengan indikator menyimpulkan (inferring) tersebut peserta
didik kebanyakan menjawab jawaban dengan benar tetapi dengan alasan yang
salah. Kombinasi jawaban benar - alasan salah - yakin termasuk dalam kategori
miskonsepsi. Sehingga pada indikator menyimpulkan lebih dominan peserta didik
termasuk dalam kategori miskonsepsi yaitu dengan menjawab pertanyaan dengan
jawaban pleuritis dan alasan jawaban ditandainya penyakit tersebut dengan gejala
seperti dada terasa nyeri dan sesak napas serta jawaban tier ketiga yakin. Padahal
jawaban peserta didik yang tergolong dalam kategori paham konsep adalah
peserta didik yang memiliki jawaban pleuritis dengan alasan jawaban ditandainya
penyakit tersebut sakit di salah satu sisi dada, sakit pada bahu dan punggung,
batuk kering dan napas pendek. Kombinasi jawaban benar – alasan benar – yakin
adalah contoh pedoman jawaban dengan kategori paham konsep.
Materi mengenai gangguan dan upaya mencegah penyakit pernapasan
manusia ini sudah diberikan pada pertemuan ke-4 dimana peserta didik berdiskusi
mengisikan LKPD (lembar kerja peserta didik) sesuai dengan model pembelajaran
blended problem based learning yang ada. Pada lembar diskusi tersebut disajikan
sebuah gambar dan beberapa clue mengenai ciri-ciri dari nama penyakit tersebut.
Peserta didik diminta meyebutkan nama penyakit yang ada serta menyebutkan
gejala-gejalanya. Peserta didik yang memperhatikan dengan baik dan seksama
serta mampu mencari jawaban melalui studi literatur di buku maupun internet
dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Sedangkan peserta didik lainnya saat
berdiskusi hanya mengandalkan teman dan tidak ikut dalam pembelajaran tersebut
yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi.
Pemahaman konsep masih pada kategori sedang yaitu indikator
menjelaskan (explaining). Pada indikator tersebut kategori jawaban peserta didik
46

yang paham konsep dan yang mengalami miskonsepsi adalah sama yaitu sebesar
49,12% dan sisanya dalam kategori tidak paham hanya mencapai 1,76%. Pada
indikator tersebut peserta didik di berikan soal berupa tabel pasangan mengenai
mekanisme pernapasan perut dan fase yang terjadi secara tepat. Pada tier kedua
mengenai alasan jawaban berupa urutan proses inspirasi pernapasan perut, peserta
didik diminta mimilih satu dari empat pilihan jawaban yang ada yang paling tepat.
Berdasarkan soal pada indikator menjelaskan (explaining) tersebut jawaban yang
benar mengenai mekanisme pernapasan ialah ketika diafragma mendatar hal
tersebut menandakan sedang terjadi fase inspirasi. Tingkat/tier kedua jawaban dari
alasan pertanyaan yang tepat tersebut di tunjukkan dengan jawaban saat proses
inspirasi pernapasan perut otot diafragma kontraksi  diafragma mendatar 
rongga dada dan paru-paru mengembang  tekanan udara dalam paru-paru
rendah  udara luar masuk ke paru-paru, dan apabila tingkat jawaban ketiga
yakin peserta didik termasuk dalam kategori paham konsep pada indikator
tersebut.
Persentase antara peserta didik yang paham konsep dan miskonsepsi pada
indikator menjelaskan (explaining) ini sama. Berdasarkan jawaban peserta didik
yang mengalami miskonsepsi, pada tingkat pertama kebanyakan peserta didik
menjawab ketika pernapasan perut mengalami kontraksi otot diafragma fase yang
terjadi adalah ekspirasi, padahal seharusnya ketika kontraksi otot diafragma, fase
yang benar adalah inspirasi. Pada jawaban tingkat kedua peserta didik sudah
menjawab dengan benar dan tingkat ketiga dengan jawaban yakin. Kombinasi
jawaban salah – benar – yakin tersebut menjadikan peserta didik termasuk dalam
kategori miskonsepsi. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor diantaranya guru
kurang menguasai materi inti yang diberikan, selain itu peserta didik juga kurang
aktif dalam mempelajari materi yang sudah disediakan melalui google classroom.
Selain itu berdasarkan pengamatan peneliti, miskonsepsi terjadi karena beberapa
peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran di kelas. Padahal pelaksanaan
pembelajaran mengenai materi mekanisme pernapasan pada manusia secara tatap
muka sudah menggunakan model pembelajaran problem based learning dimana
peserta didik dituntut secara aktif menggunakan alat peraga sederhana yang
47

terbuat dari botol bekas dan balon serta selang yang digunakan sebagai alat
demonstrasi mekanisme pernapasan pada manusia.
Peserta didik lainnya yang aktif dalam proses pembelajaran menggunakan
model problem based learning dan ikut serta dalam kegiatan demonstrasi
menggunakan alat peraga pernapasan terbukti lebih paham konsep. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardini & Widayati (2016) yang
menunjukkan bahwa aktivitas belajar peserta didik dengan model problem based
learning jauh lebih baik dan memberikan pengaruh positif daripada yang
konvensional. Hal tersebut juga didasarkan atas jawaban dari hasil wawancara
yang dilakukan antara guru dengan peserta didik. Ketika guru bertanya kepada
peserta didik yang paham konsep mereka juga menjawab secara tegas mengenai
perumpamaan antara alat peraga dengan alat pernapasan, peserta didik juga tahu
ketika balon yang ditarik dengan posisi ujung selang terbuka maka sepasang balon
kecil yang ada di dalam botol akan mengembang, sedangkan ketika balon besar
dilepaskan, sepasang balon kecil di dalam botol akan mengempis. Hal tersebut
mengambarkan mekanisme proses pernapasan saat inspirasi maupun ekspirasi.
Indikator paham konsep yang tergolong dalam kategori sedang selanjutnya
yaitu indikator mengklasifikasikan (classifying) dengan persentase sebesar
52,63%. Pada indikator tersebut peserta didik diberikan pertanyaan mengenai
organ pernapasan yang didalamnya terdapat pita suara. Peserta didik diminta
mengklasifikasikan atau memilih nama organ pernapasan yang paling tepat
diantara keempat jawaban. Sebagian besar peserta didik sudah benar dalam
menjawab. Pita suara terletak pada organ pernapasan laring. Kombinasi jawaban
benar alasan benar dan yakin termasuk dalam kategori paham konsep. Sebagian
lainnya peserta didik menjawab dengan kombinasi jawaban salah alasan salah dan
yakin termasuk dalam kategori miskonsepsi. Pada soal tersebut apabila jawaban
salah maka alasan juga salah karena keduanya saling berhubungan. Miskonsepsi
yang terjadi kebanyakan disebabkan karena kesulitan peserta didik dalam
membedakan antara organ pernapasan faring dan laring. Selain bunyi pelafalan
yang hampir sama, juga posisinya. Faring merupakan daerah dengan percabangan
menuju rongga hidung, esofagus dan trakea. Organ faring dilengkapi dengan
48

epiglotis yang dapat membuka dan menutup. Sedangkan organ laring adalah
pangkal tenggorokan yang terdiri dari lempengan-lempengan tulang rawan.
Pada contoh soal lainnya peserta didik diberikan soal seperti untuk meniup
terompet agar berbunyi nyaring dan lama, kita perlu menghirup udara sekuat-
kuatnya, disebut apakah udara yang kita hirup tersebut. Pada pertanyaan tersebut
disajikan empat pilihan jawaban yaitu komplementer, suplementer, residu dan
tidal. Peserta didik kebanyakan menjawab pertanyaan dengan benar yaitu
menjawab komplementer. Udara komplementer atau biasa disebut dengan volume
udara cadangan inspirasi. Apabila jawaban benar maka untuk alasan jawaban
seharusnya juga benar, karena antara jawaban dan alasan saling berhubungan.
Alasan yang tepat dari pertanyaan yang diberikan adalah karena udara
komplementer merupakan udara yang dapat dimasukkan secara maksimal setelah
menarik napas biasa sebesar 1,5L. Kombinasi jawaban benar–alasan benar–yakin
merepresentasikan kategori paham konsep.
Sebagian lainnya peserta didik yang mengalami miskonsepsi dan tidak
paham konsep disebabkan karena adanya kombinasi jawaban salah–alasan salah–
yakin dalam menjawab soal, selain hal tersebut kombinasi jawaban salah–alasan
salah–tidak yakin juga merepresentasikan bahwa peserta didik tidak paham
mengenai konsep materi dari soal yang diberikan. Berdasarkan hasil wawancara
peserta didik yang tidak paham konsep atau mengalami miskonsepsi umumnya
mereka tidak memahami istilah – istilah ilmiah seperti komplementer,
supementer, ataupun residu. Mereka hanya mengetahui arti kata atau istilah umum
yang digunakan seperti volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi.
Penyebab dari ketidaktahuan peserta didik adalah ketika ditanya mereka tidak
membuka dan mempelajari materi yang di unggah oleh guru melalui google
classroom dengan alasan lupa, selain itu ketika pembelajaran di kelas secara tatap
muka, peserta didik juga ada yang tidak memperhatikan sehingga tidak tahu
tentang penjelasan guru.
Indikator paham konsep yang terakhir yang tergolong dalam kategori
sedang ialah indikator mencontohkan (exemplifying) dengan persentase sebesar
55,26%. Pada indikator tersebut peserta didik diberikan soal berupa gambar organ
49

pernapasan. Pada tingkat pertama peserta didik diminta untuk menunjukkan


bagian organ manakah dengan menunjuk angka yang benar. Selanjutnya untuk
tingkat kedua/alasan peserta didik diminta menyebutkan alasan yang tepat dari
angka yang dipilihnya. Pada indikator mencontohkan di berikan gambar disertai
angka yang menunjukkan organ pernapasan dengan pertanyaan manakah yang
menunjukkan tempat pertukaran gas pernapasan. Pada gambar yang diberikan
angka 1 menunjukkan gambar organ trakea, nomor 2 menunjukkan gambar organ
bronkus, nomor 3 menunjukkan gambar organ bronkeolus dan nomor 4
menunjukkan organ alveolus.
Dari pertanyaan yang diberikan jawaban yang tepat yaitu pada nomor 4
yang menunjukkan gambar organ alveolus. Kemudian untuk alasan diberikan
pilihan berupa proses atau fungsi dari organ yang ditunjuk itu sendiri secara detail
dan lebih lengkap. Alveolus merupakan organ pernapasan bertugas menyerap O2
kemudian dialirkan ke darah dan sisa limbah CO2 dialirkan dari darah ke alveoli
untuk di hembuskan keluar. Sebagian besar peserta didik menjawab kombinasi
jawaban benar – alasan benar – yakin. Kombinasi jawaban tersebut tergolong
dalam kategori paham konsep. Sedangkan sebagian lainnya menjawab dengan
kombinasi jawaban salah – alasan salah – yakin tergolong dalam kategori
miskonsepsi. Kesalahan peserta didik dalam menjawab konsep disebabkan karena
tidak fokus ketika pembelajaran berlangsung dan lebih memiih bermain bersama
teman sehingga peserta didik tidak mengetahui tentang konsep tersebut.
Pembelajaran dengan model blended problem based learning dapat
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Hal tersebut dibuktikan dengan
aktivitas peserta didik dimana mereka secara aktif berdiskusi dalam mengerjakan
LKPD (lembar kerja peserta didik). Mereka juga aktif bertanya kepada guru
dalam menemukan data – data untuk memecahkan masalah yang ada di lembar
diskusi. Setelah aktif berdiskusi, peserta didik diminta secara individu untuk
meyalin jawaban dan menyempurnakannya melalui media google classroom.
Berikut ini merupakan gambar 4.4 lembar kerja peserta didik (lkpd) pada google
classroom.
50

Gambar 4.4 lembar kerja peserta didik (lkpd) pada google classroom

Pada gambar 4.4 ditunjukkan lembar kerja salah satu peserta didik dimana
pada fase 2 sintak pembelajaran problem based learning adalah mengorganisasi
peserta didik dengan diberikan pertanyaan. Melalui google classroom peserta
didik dapat mengisikan langsung jawaban yang tepat seperti yang sudah di
diskusikan bersama kelompok di sekolah. Pada gambar 4.4 untuk gambar yang
diberi tanda lingkaran ditunjukkan kolom nilai. Guru dapat memberikan nilai
secara langsung kepada peserta didik dan dapat melihat nilai yang diperolehnya
apabila sudah mengirimkan jawaban dan sudah di koreksi oleh guru. Selain
mempermudah guru dalam memberikan nilai dengan google classroom juga
mengajarkan peserta didik untuk lebih dapat memanfaatkan teknologi. Selain itu
dengan google classroom guru juga dapat mengunggah materi yang akan di
ajarkan di kelas sehingga peserta didik lebih paham dan mampu mengikuti
pembelajaran di dalam kelas. Berikut ini merupakan tampilan beranda google
classroom ketika guru sudah meng-upload materi berupa video, ppt, dan bahan
ajar untuk peserta didik. Berikut gambar 4.5 tampilan beranda google classroom.
51

Gambar 4.5 tampilan beranda google classroom

Pada gambar 4.5 ditunjukkan postingan guru mengenai materi pada


pertemuan ke empat. Guru juga menuliskan keterangan kepada peserta didik
untuk selalu mengingatkan agar membuka dan mempelajari materi yang sudah di
upload. Melalui google classroom peserta didik dapat memperdalam materi
dengan lebih baik sehingga peserta didik mampu memiliki pemahaman konsep
yang baik. Penerapan model blended problem based learning yang melalui media
google classroom selain digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep,
juga digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Pemahaman konsep peserta didik secara klasikal dalam kategori sedang, dan juga
memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan kategori cukup.
Kemampuan pemecahan masalah peserta didik diukur dengan tes uraian
berjumlah 5 butir soal. Setiap butir soal terdapat 3 poin pertanyaan berdasarkan
tiga indikator dari kemampuan pemecahan masalah yaitu memahami masalah,
memilih solusi dan mengkomunikasikan alternatif solusi. Jenjang kesulitan soal
memuat pengembangan soal yang disesuaikan dengan jenjang taksonomi Bloom.
Jenjang yang digunakan dari taksonomi Bloom untuk mengidentifikasi
kemampuan pemecahkan masalah adalah C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi)
dan C6 (mencipta). Pada gambar 4.3 disajikan grafik mengenai persentase peserta
52

didik terharap kategori kemampuan masalah. Secara berturut – turut peserta didik
dengan kategori sangat baik, baik, cukup dan tidak baik memperoleh persentase
sebesar 5%, 37%, 42% dan 16%. Secara keseluruhan persentase tertinggi
kemampuan pemecahan masalah peserta didik dikategorikan pada kategori cukup
baik yaitu sebesar 42%.
Pada soal uraian yang digunakan untuk menguji kemampuan peserta didik
mula diberikan ilustrasi atau suatu studi kasus, barulah diberikan pertanyaan
untuk poin a. yaitu pertanyaan mengenai memahami masalah. Memahami
masalah disini berarti peserta didik diminta untuk dapat memahami soal yang
diberikan berdasarkan studi kasus dan apakah peserta didik tersebut mengetahui
maksud dari pertanyaan yang diberikan. Pada poin b selanjutnya mengenai
memilih solusi, dari pertanyaan pada poin a meningkat ke pertanyaan pada poin b,
peserta didik diminta memilih solusi atau membuat perencaan dari suatu
permasalahan yang diberikan. Pada poin terakhir yakni poin c
mengkomunikasikan alternatif solusi, peserta didik diminta menerapkan atau
melaksanakan penerapan dari studi kasus terhadap permasalah yang disajikan.
Berikut ini dapat dilihat pada gambar 4.6 mengenai jawaban peserta didik
pada salah satu soal kemampuan pemecahan masalah.

Gambar 4.6 Jawaban peserta didik soal uraian tes kemampuan pemecahan
masalah

Pada gambar 4.6 merupakan dokumentasi jawaban peserta didik soal


uraian yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan pemecahan masalah,
salah satu contoh soal yang diberikan kepada peserta didik adalah disajikan dua
buah gambar A dan B. Gambar A menunjukkan contoh dari alat peraga
53

pernapasan yang terbuat dari botol bekas dan balon yang diberi deskripsi
menunjukkan bahwa ketika balon pink yang berada di bagian dasar botol ditarik
maka balon merah yang ada di dalam botol mengembang. Pada gambar B
menunjukkan contoh dari alat peraga pernapasan yang terbuat dari botol bekas
dan balon yang diberi deskripsi menunjukkan bahwa ketika balon pink
dikembalikan ke poisisi semula maka balon merah mengempis. Selanjutnya
diberikan pertanyaan sebanyak tiga poin dari a, b, dan c secara bertingkat yang
masing-masing mewakilkan dari indikator kemampuan pemecahan masalah. Pada
saat pembelajaran pertemuan ketiga, guru sudah menjelaskan percobaan tersebut
melalui demonstrasi berdasarkan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik).
Pada soal poin a merepresentasikan dari indikator pertama yakni
memahami masalah. Sebagian besar jawaban peserta didik sudah tepat yaitu
dengan menjawab secara singkat dan jelas bahwa pada gambar A menandakan
proses inspirasi dan gambar B menandakan proses ekspirasi sehingga untuk skor
maksimal jawaban benar diberikan poin total sebanyak 3. Pada poin b
merepresentasikan dari indikator kedua yakni memilih alternatif solusi dimana
peserta didik diminta untuk menjelaskan kemungkinan sesungguhnya dan proses
apa saja yang terjadi pada organ pernapasan manusia apabila pada gambar A
balon di tarik dan pada gambar B ketika balon di lepaskan posisi semula. Pada
poin pertanyaan ketiga poin c merepresentasikan dari indikator
mengkomunikasikan alternatif solusi. Pertanyaan tersebut peserta didik diberikan
soal untuk menjelaskan mengenai persamaan dari alat peraga pernapasan manusia
dengan organ pernapasan mansusia yang ditunjukkan pada soal dan menjelaskan
secara lengkap. Jawaban pada gambar 4.6 hanya mendapatkan skor 1 karena
jawaban tidak tepat dan kurang lengkap. Jawaban yang diharapkan adalah selang
pada atas tutup botol merepresentasikan sebagai saluran tengorokan,
persimpangan antara kedua selang yang ada di dalam botol merepresentasikan
sebagai cabang tenggorokan yaitu bronkus, dan balon merah di dalam botol
merepresentasikan sebagai paru-paru , serta balon pink merepresentasikan sebagai
diafragma.
54

Pada soal uraian kemampuan pemecahan masalah yang termasuk dalam


kategori sangat baik yang diraih dari seluruh pekerjaan peserta didik adalah soal
nomor 2. Hal tersebut dikarenakan permasalahan yang disajikan sudah umum dan
ada atau sering ditemui di lingkungan sekitar peserta didik. Pada soal nomor 2
peserta didik diberikan soal mengenai gambar ilustrasi paru-paru sehat dan
gambar paru-paru yang terkena penyakit kanker. Peserta didik diminta untuk
menyebutkan gejala pada penderita penyakit kanker paru, peserta didik diminta
untuk menyebutkan penyebab terjadinya kanker paru – paru dan terakhir peserta
didik diminta untuk menyebutkan bagaimana cara agar seseorang terhindar dari
penyakit kanker paru – paru. Berdasarkan pertanyaan tersebut berikut ini jawaban
peserta didik mengenai soal nomor 2 seperti pada gambar 4.7 berikut ini.

Gambar 4.7 jawaban peserta didik dengan skor tinggi soal nomor 2

Pada gambar 4.7 peserta didik mampu mendapatkan skor total untuk
masing – masing indikator kemampuan pemecahan masalah sesuai yang
diharapkan. Ketika peserta didik mampu menjawab pertanyaan lebih dari satu dan
dengan jawaban yang tepat, maka akan mendapatkan total skor maksimal yaitu 3.
Sebagai perbandingan, untuk jawaban peserta didik dengan skor rendah pada soal
nomor 2 dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut ini.
55

Gambar 4.8 jawaban peserta didik dengan skor rendah soal nomor 2

Pada gambar 4.8 diperlihatkan jawaban peserta didik yang mendapat skor
rendah. Pada soal poin a hanya menjawab sangat singkat dan jawaban tersebut
tidak tepat sehingga mendapat skor 0. Seharusnya apabila peserta didik ingin
mendapat skor maksimal 3, peserta didik minimal mampu menyebutkan 2
jawaban dengan tepat. Pada poin b peserta didik menjawab dengan jawaban yang
tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan sehingga peserta didik hanya
mendapatkan skor 0 dan pada poin terakhir salah satu cara menghindar dari sakit
kanker paru – paru adalah tidak merokok. Jawaban tersebut sudah benar tetapi
hanya satu yang disebutkan sehingga skor yang diperoleh hanya 1.
Kemampuan pemecahan masalah kategori lainnya yaitu pada kategori baik
yang diraih peserta didik pada soal uraian nomor 3. Peserta didik diberikan
beberapa pertanyaan mengenai frekuensi pernapasan pada manusia, kemudian
diberikan pertanyaan dari poin a, b, dan c yang merepresentasikan sesuai dengan
indikator pemecahan masalah. Berikut ini gambar 4.9 jawaban peserta didik
dengan total skor tinggi dan gambar 5.1 jawaban peserta didik dengan total skor
rendah.
56

Gambar 4.9 Jawaban peserta didik dengan skor tinggi soal uraian nomor 3

Gambar 5.1 Jawaban peserta didik dengan skor rendah soal uraian nomor 3

Pada gambar 4.9 dan 5.1 dapat dibandingkan perbedaan jawaban peserta
didik antara skor tinggi dan skor rendah. Pada poin a jawaban keduanya sudah
benar dan mendekati sempurna, kemudian untuk poin b juga peserta didik
mampu menjawab dengan tepat dan menyebutkan lebih dari 2 jawaban serta
untuk poin c disini terlihat perbedaan yang sangat jelas bahwa untuk jawaban
sebelah kiri dijawab dengan banyak dan tepat sedangkan bagian kanan hanya
dijawab dengan satu kata dan jawaban belum tepat. Berdasarkan hasil wawancara,
jawaban peserta didik dengan skor tinggi juga berbeda dengan jawaban peserta
57

didik dengan total skor rendah. Peserta didik dengan skor tinggi mampu
menjawab pertanyaan secara langsung dan tepat sesuai dengan pemahaman
konsep dan kemampuan yang dimilikinya. Hal tersebut dikarenakan peserta didik
mampu menyelesaikan masalah yang bukan pertama kali dihadapinya, atau sudah
pernah mengetahui mengenai permasalahan tersebut yang didapatkan saat
pembelajaran berlangsung dan belajar melalui bahan ajar yang di upload pada
google classroom. Sedangkan peserta didik dengan skor rendah ketika diberi
pertanyaan masih menjawab dengan waktu yang cukup lama untuk berfikir
terlebih dahulu dan dengan ragu – ragu cara menjawabnya. Hal tersebut
disebabkan karena peserta didik belum memahami masalah yang disajikan dan
kurangnya informasi yang dimiliki dalam menjawab masalah. Informasi tersebut
seharusnya dapat didapatkan peserta didik ketika pembelajaran berlangsung
maupun dapat dicari secara aktif melalui media google classroom yang disajikan,
namun peserta didik kurang memperhatikan dan memanfaatkan media yang ada.
Pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki
peserta didik saling berhubungan. Hal tersebut dilihat berdasarkan skor tes pada
soal pilihan ganda dan soal uraian, pada peserta didik dengan pemahaman konsep
yang tinggi maka kemampuan pemecahan masalah yang dimilikinya juga tinggi.
Hal tersebut juga dibuktikan dengan hasil wawancara antara guru dengan peserta
didik, dimana mereka dengan pemahaman konsep yang tinggi dan kemampuan
pemecahan masalah tinggi mampu menjawab secara tegas dan tepat dan tanpa
harus berpikir lama terlebih dahulu, sedangkan untuk peserta didik dengan
pemahaman konsep yang rendah pada hasil tes, ketika dilakukan wawancara
peserta didik masih menjawab dengan waktu yang lama unuk berfikir dan harus
dipancing oleh guru lagi untuk menemukan jawabannya serta terkadang hanya
menjawab dengan jawaban asal.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran blended problem based
learning ini membuktikan bahwa peserta didik memiliki kemampuan pemecahan
masalah yang baik. Hal tersebut selaras dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Gunantara et al., (2014) membuktikan bahwa penerapan pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
58

masalah peserta didik dengan persentase kemampuan pemecahan masalah secara


klasikal pada siklus I sebesar 70% (berada pada kriteria sedang), sedangkan pada
siklus II persentase kemampuan pemecahan masalah sebesar 86,42% (berada pada
kriteria tinggi). Pada penelitian tersebut memungkinkan peserta didik dapat
meningkatkan kemandirian dalam berpikir menganalisa permasalahan.
Kemampuan menganlisa permasalahan menyebabkan peserta didik mampu
memecahkan masalah. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan
penelitian menurut Gunantara et al., (2014) adalah pada inovasi penerapan
pembelajaran blended learning yang disisipkan ke dalam model problem based
learning. Blended learning diterapkan dengan menggunakan media google
classroom sebagai sarana bantu sedangkan pembelajaran problem based learning
diterapkan di dalam kelas secara tatap muka.
Berdasarkan hasil tes soal pilihan ganda dan soal uraian mengenai tes
pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik, dapat
diketahui bahwaa peserta didik dengan skor pemahaman konsep pada kategori
tinggi juga memiliki kemampuan pemecahan masalah yang tinggi hal tersebut
juga didukung dengan hasil wawancara yang sudah dilakukan antara guru dengan
peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 26 yang ditunjukkan oleh
peserta didik dengan kode PD-01, PD-04, PD-05, dan PD-19 bahwa hasil
pemahaman konsep mereka mendapatkan skor tinggi hal tersebut juga sama
dengan hasil kemampuan masalah peserta didiyang juga pada kategori tinggi.
Penelitian ini juga selaras dengan yang dilakukan oleh Silaban (2014) menyatakan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara penguasaan konsep fisika
dengan kemampuan memecahkan masalah pada pokok materi listrik statis peserta
didik kelas XII IPA SMA Nasrani 1 Medan.

Anda mungkin juga menyukai