ESSAY
Oleh :
2020
BAB I
( PENDAHULUAN )
Praktek jasa keuangan syariah akhir-akhir ini mulai berkembang dan diminati
masyarakat. Salah satunya adalah koperasi syariah. Beredasarkan pada laporan tahunan
kementerian koperasi dan usaha kecil dan menengah, di tahun 2019 jumlah total koperasi
yang aktif di Indonesia tercatat sejumlah 123.048 unit (depkop, 2020). Perkembangan
yang pesat juga dialami oleh BMT UGT Sidogiri. BMT Sidogiri merupakan salah satu
koperasi syariah di Indonesia yang telah memiliki banyak cabang di lingkup wilayah
Jawa Timur.
Teknis pelaksanaan akad Rahn Tasjily yaitu para anggota yang membutuhkan
pembiayaan menjaminkan barang / harta yang tidak bergerak seperti tanah dan rumah
yang di sertai dengan bukti kepemilikannya kepada BMT, akan tetapi harta tersebut tetap
menjadi kuasa anggota sedangkan pihak BMT hanya memegang bukti kepemilikan. Pihak
BMT memberikan sejumlah dana, dan menjaga bukti kepemilikan harta yang dijaminkan
/ digadaikan sampai waktu yang telah disepakati pada waktu akad.
Akad rahn tasjily menurut Bapak Junaidi (pimpinan BMT) merupakan salah satu
produk inovasi dari Dewan Syariah Nasional Pondok Pesantren Sidogiri. Hal ini menarik
bagi saya selaku penulis untuk mengkaji lebih lanjut mengenai akad Rahn Tasjily serta
apakah yang membedakan dengan akad-akad rahn yang lain. Akad rahn tasjily bisa
menjadikan solusi atau sarana bagi para anggota yang sedang membutuhkan pembiayaan.
Saya rasa penting untuk mengakat tema ini, karena masyarakat pada umumnya hanya tau
pegadaian secara konvensional dan perlu pemahaman bagi masyarakat untuk tahu
mengenai akad rahn tasjily.
PEMBAHASAN
1. permohonan pembiayaan
Kebanyakan para anggota juga senang dengan pelayanan BMT UGT Sidogiri.
Seperti penuturan yang diungkapkan oleh Ibu Nia (anggota BMT yang pernah
melakukan pembiayaan) bahwa menurutnya BMT mengerti dengan kodisi para
Nasabahnya. Dengan adanya petugas dari BMT yang keliling ke rumah-rumah
anggota setiap harinya sangat membantu para anggota seperti Ibu Nia ini untuk
menabung ataupun mengangsur pembiayaan.
2. KETENTUAN FATWA MUI TENTANG RAHN TASJILY
Ketentuan Fatwa DEWAN SYARIAH NASIONAL MUI No:68/DSN-
MUI/III2008, memberikan putusan yang terdiri dari ketentuan umum dan ketentuan
khusus sebagai berikut :
Pertama : Ketentuan Umum
Bahwa Rahn Tasjily adalah jaminan dalam bentuk barang atas utang tetapi
barang jaminan tersebut (marhum) teteap berada dalam penguasaan
(pemanfaatan) Rahin dan bukti kepemilikannya diserahkan kepada
Murtahin.
1. BMT UGT Sidogiri hanya menahan bukti kepemilikan harta anggota sebagai
jaminan atas pembiayaan anggota sebagaimana yang dijelaskan pada fatwa MUI
poin pertama yaitu ketentuan umum.
2. Besarnya biaya penitipan atau pemeliharaan barang (bukti kepemilikan) tidak
berdasrkan jumlah/besar kecilnya pinjaman akan tetapi melihat kemapuan dan
kesepakatan pada awal terjadinya akad. Hal ini sesuai dengan fatwa DSN MUI
pada poin f.
3. Apabila terjadi wanprestasi (nasabah tidak bisa melunasi hutang) maka pihak
BMT akan mencarikan solusi bagi anggota untuk melunasi hutangnya, apabila
dirasa tidak mampu pihak BMT akan mengeksekusi harta anggota untuk di jual
atau dilelang. Hal ini sesuai pada fatwa DSN MUI pada poin b.
Pada dasarnya terdapat perbedaan dan kesamaan akad Rahan tasjily dengan
rahn biasaya ataupun rahn emas. Kesamaan pada teknisnya yaitu sama-sama
bersistem gadai. Sedangkan pada perbedaanya terletak pada barang yang ditahan oleh
murtahin.
Perbedaan pada rahn tasjily dengan akad rahn biasa bisa diketahui dari barang
yang ditahan. Jika rahn tasjily menahan bukti kepemilikan harta yang sifatnya tidak
bergerak, seperti tanah, rumah dan lainya, dan anggota (rahin) masih bisa
memanfaatkanya, sedangakan akad rahn biasa menahan barang anggotanya dalam
artian anggota tidak dapat memanfaatkan barang yang digadaikan sampai anggota
tersebut melunasi kewajibannya. Begitu juga dengan rahn emas/gadai emas yang
berarti BMT selaku Murtahin menahan emas milik anggotanya sebagi jaminan akan
tetapi kepemilikannya tetap milik anggota BMT selaku rahin.
BAB III
KESIMPULAN
Akad Rahn Tasjily adalah akad gadai yang mana jaminan dalam bentuk
barang atas utang tetapi barang jaminan tersebut (marhum) teteap berada dalam
penguasaan (pemanfaatan) Rahin dan bukti kepemilikannya diserahkan kepada
Murtahin. Sedangkan besaran biaya penitipan tidak dikaitkan pada besarnya
pinjaman. Apabila terjadi wanprestasi pada anggota (rahin) maka BMT (Murtahin)
berwenang untuk mengeksekusi harta tersebut.
Pada dasarnya BMT UGT Sidogiri telah menjalankan akad Rahn Tasjily
sesuai prinsip syariah dan Fatwa DSN MUI sebagai mana yang diuraikan di atas,
dengan tetap berlandaskan prinsip syariah dan azaz kekeluargaan.
Perbedaan Akad Rahn Tasjily dengan akad Rahn Biasa terletak pada status
kepemilikan setelah harta itu digadaikan. Rahn tasjily apabila telah terjadi akad
maka anggota (rahin) menyerahkan bukti kepemilikan hartanya pada BMT
(murtahin) dan anggota masih dapat memanfaatkan harta yang di gadaikan.
Sedangkan akad Rahn apabila sudah terjadi akad maka anggota (rahin)
meyerahkan barang yang digadaikan sebagai jaminan pada BMT (murtahin) akan
tetapi status kepemilikan barang tetap berada pada anggota (rahin) barang tersebut
dapat dikuasai anggota kembali apabila telah menyelesaikan kewajibannya.