Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu sektor yang berperan dalam menunjang

pembangunan nasional. Sasaran pembangunan peternakan adalah perbaikan gizi

dan meningkatkan produksi hasil peternakan menuju swasembada pangan protein

hewani. Pembangunan peternakan seharusnya mendapatkan perhatian serius, agar

dapat memenuhi kebutuhan hewani masyarakat.

Peternakan sapi potong menghasilkan produksi bahan pangan protein

hewani, utamanya daging. Protein hewani diperlukan untuk pemenuhan gizi

dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Daging yang dihasilkan sapi banyak

dikonsumsi sebagai daging segar maupun sebagai bahan makanan olahan.

Pertumbuhan dan pengembangan sub sektor peternakan sangat bergantung

dari pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor yang terkait dengan

peternakan. Tujuan pengembangan peternakan adalah meningkatkan pendapatan

dan pemerataan usaha bagi peternak khususnya dan masyarakat pada umumnya,

serta meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan gizi manusia.

Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang terletak di

bagian paling Barat Provinsi Pohuwato yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi

Tengah merupakan salah satu daerah yang sangat potensial untuk pengembangan

ternak sapi potong.

Hewan ternak yang banyak ditemui di Kabupaten Pohuwato adalah sapi

potong dan kambing. Jumlah sapi potong pada tahun 2017 mencapai 32.057 ekor

1
dan Kecamatan Randangan merupakan kecamatan dengan jumlah sapi terbanyak

dibanding kecamatan lain dengan jumlah sebanyak 6.022 ekor (BPS kab.

Pohuwato).

Dalam hal ini, karakterisitik dan tingkat pendapatan peternak yang ada di

kecamatan randangaan belum diketahui sehingga perlu dilakukan penelitian

tentang karakteristik dan tingkat pendapatan petani dalam usaha pemeliharaan

sapi bali di kecamatan randangan kabupaten pohuwato.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

beberapa hal yang menjadi masalah, yaitu :

1. Bagaimana karakteristik peternak Sapi Bali di Kecamatan Randangan

Kabupaten Pohuwato ?

2. Bagaimana tingkat pendapatan peternak Sapi Bali di Kecamatan Randangan

Kabupaten Pohuwato ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui :

1. Karakteristik Petani Ternak Sapi Bali di Kecamatan Randangan Kabupaten

Pohuwato.

2. Pendapatan Petani Sapi Bali di Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

2
1. Sebagai bahan informasi bagi petani sapi bali dalam mengembangkan usaha

ternaknya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan

usaha ternak sapi bali

3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian berikutnya dengan masalah yang sama.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Bali

Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan sapi Bali asli Indonesia yang diduga

sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

bahwa domestikasi tersebut berlangsung di Bali sehingga disebut sapi Bali

(Guntoro, 2002).

Sapi Bali menyebar ke pulau-pulau di sekitar pulau Bali melalui

komunikasi antar raja-raja pada zaman dahulu. Sapi Bali telah tersebar hampir di

seluruh provinsi di Indonesia dan berkembang cukup pesat di daerah karena

memiliki beberapa keunggulan. Sapi Bali mempunyai daya adaptasi yang baik

terhadap lingkungan yang buruk seperti daerah yang bersuhu tinggi, mutu pakan

yang rendah, dan lain-lain. Tingkat kesuburan (fertilitas) sapi Bali termasuk amat

tinggi dibandingkan dengan sapi lain, yaitu mencapaiu 83%, tanpa terpengaruh

oleh mutu pakan. Tingkat kesuburan (fertilitas) yang tinggi ini merupakan salah

satu keunikan sapi Bali (Guntoro, 2002).

Ciri khas sapi Bali adalah postur tubuh kecil, memiliki garis hitam pada

punggung yang sering disebut garis belut (sangat jelas pada pedet), bulu berwarna

coklat kekuningan (merah bata), pada jantan dewasa bulu akan berubah menjadi

coklat kehitaman, berwarna putih pada bagian tepi daun telinga bagian dalam,

kaki bagian bawah, bagian belakang pelvis dan bibir bawah (Feati, 2011).

4
2.2 Usaha Ternak Sapi Potong

Usaha peternakan sapi sendiri bukanlah sebuah usaha ternak yang

menjanjikan dengan modal kecil dan menguntungkan dalam waktu yang singkat.

Anda memerlukan ekstra kesabaran dan modal yang cukup untuk bisa melakukan

pembibitan, perawatan (pemberian pakan kepada hewan dan perawatan kandang),

dan strategi bisnis ternak yang mumpuni.

Sapi potong adalah jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan karena

karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, dipelihara secara

intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan bobot badan

ideal untuk dipotong. Ternak potong merupakan merupakan salah satu penghasil

daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam

kehidupan masyarakat (sudarmono, 2008).

Keuntungan ekonomis dari ternak sapi potong sebagai lapangan usaha

antara lain :

1. Sapi potong dapat memanfaatkan bahan makanan yang rendah kualitasnya,

menjadi produksi daging.

2. Sapi potong sanggup menyesuaikan diri pada lokasi atau tanah yang kurang

produktif untuk pertanian tanaman pangan, dan perkebunan.

3. Ternak sapi potong membutuhkan tenaga kerja dan peralatan lebih murah

daripada usaha ternak lain, misalnya ternak sapi perah.

5
4. Usaha ternak sapi potong bisa dikembangkan secara bertahap sebagai usaha

komersial sesuai dengan tingkat ketrampilan, kemampuan modal petani

peternak.

5. Limbah ternak sapi potong bermanfaat untuk pupuk kandang tanaman pertanian

dan perkebunan, selain sanggup memperbaiki struktur tanah yang tandus.

2.3 Karakteristik Peternak

2.3.1 Umur

Umur merupakan salah satu indikator yang menunjukan kemampuan fisik

seseorang. Orang yang memiliki umur yang lebih tua fisiknya lebih lemah

dibandingkan dengan produktifitas kerja mereka dalam kegiatan usaha peternakan.

Umur erat kaitannya dengan pola pikir peternak dalam menentukan sistem

manajemen yang akan diterapkan dalam kegiatan usaha peternakan

(Karmila,2013).

Umur seseorang pada umumnya dapat mempengaruhi aktifitas peternak

dalam mengelola usahanya, serta mempengaruhi kondisi fisik dan kemampuan

berfikir. Wahid (2012), menyatakan bahwa penduduk dikelompokkan menjadi 3

yaitu (1) umur 0-14 dinamakan usia muda/usia belum produktif, (2) umur 15-64

tahun dinamakan usia dewasa,kerja atau usia produktif, dan (3) umur 65 tahun

keatas dinakan usia tua/usia tidak produktif.

2.3.2 Tingkat Pendidikan

Dalam usaha peternakan faktor pendidikan tentunya sangat diharapkan

dapat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas

ternak yang dipelihara atau diternakkan. Tingkat pendidikan yang memadai

6
tentunya akan berdampak pada kemampuan manajemen usaha peternakan yang

digeluti (Citra, 2010).

Tingkat pendidikan suatu penduduk atau masyarakat sangat penting

artinya, karena dengan tingkat pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap

kemampuan berfikir seseorang, dalam artian mengembangkan dan meningkatkan

taraf hidup melalui kreatifitas berfikir dan melihat setiap peluang dan

menciptakan suatu lapangan pekerjaan (Sari, 2014).

Seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu

memanfaatkan potensi di dalam maupun di luar dirinya dengan lebih baik. Orang

itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya.

Menurut Soekartawi (2003), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak

cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap

inovasi dan teknologi baru.

2.3.3 Pengalaman Beternak

Pengalaman seseorang dalam berusaha tani berpengaruh terhadap

penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman

diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahan usaha

taninya tersebut sampai diadakan penelitian (Fauzia dan Tampubolon, 1991).

Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat

berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-

faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan

rerumputan atau penguat, di samping itu faktor pengalaman yang dimiliki

7
peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan di

daerah itu.

Umumnya pengalaman beternak diperoleh dari orang tuanya secara turun

temurun. Pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa

pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak

mempunyai kemampuan yang lebih baik. Pengalaman beternak sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Semakin lama seseorang memiliki

pengalaman beternak akan semakin mudah peternak mengatasi kesulitan-kesulitan

yang dialaminya (Febrina dan Liana, 2008).

Selain umur dan tingkat pendidikan, pengalaman beternak juga dapat

menentukan keberhasilan suatu kegiatan usaha tani maupun ternak. Hal ini seperti

yang dikemukakan oleh Rasyid dkk (2003) bahwa pengalaman berusaha

merupakan salah satu faktor yang dapat dikategorikan penunjang suatu usaha.

Dengan pengalaman usaha ternak yang dimiliki oleh peternak, diharapkan para

peternak mampu mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam berusaha

dibidang peternakan.

2.3.4 Jumlah tanggungan keluarga

Jumlah Tanggungan Keluarga Menurut Syafrudin (2003) Jumlah

tanggungan keluarga merupakan salah satu sumberdaya manusia yang dimiliki

peternak, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu usahaternaknya

tanggungan keluarga juga bisa menjadi beban keluarga jika tidak aktif bekerja.

Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi petani dalam pengembangan

usaha. Karena semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin

8
banyak pula beban hidup yang harus dipikul oleh seorang petani yang dapat

mendorongnya untuk melakukan pengembangan usaha. Jumlah tanggungan

keluarga adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu diperhatikan dalam

menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya (Sumbayak, 2006).

Tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarganya

apabila tidak bekerja. Kegagalan peternak dalam berusaha sangat berpengaruh

terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Semakin banyak jumlah anggota

keluarga merupakan beban disatu sisi, akan tetapi dari sisi lain merupakan sumber

tenaga kerja keluarga (Soekartawi dkk., 1986)

Semakin banyaknya jumlah orang yang harus ditanggung menyebabkan

jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi semakin banyak. Hal ini akan berakibat

pada makin tingginya jumlah pengeluaran, sehingga ada tuntutan jumlah

pemasukan yang semakin tinggi pula. Hal ini tidak bisa dipenuhi jika individu

bekerja di sektor yang menawarkan tingkat upah yang rendah. Individu akan

cenderung mempertimbangkan besarnya pendapatan yang bisa didapatkan dalam

memilih pekerjaan untuk bisa memenuhi kebutuhan (Afifah, 2014).

2.3.5 Pendapatan Peternak

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dan pengeluaran selama

pemeliharaan ternak sapi potong dalam kurun waktu tertentu misalnya 1 tahun

(Fahrul, 2011). Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting

bagi suatu usaha ternak komersial. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah

pemecahan berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan

mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil

9
analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah

cabang usaha atau memperbesar skala usaha.

Usaha ternak sapi potong telah memberikan kontribusi dalam peningkatan

pendapatan keluarga peternak. Menyatakan bahwa peningkatan pendapatan

keluarga peternak sapi tidak dapat dilepaskan dari cara mereka menjalankan dan

mengelola usaha ternaknya yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial

dan faktor ekonomi (Soekartawi, 2002).

Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu

pendapatan usaha tani dan pendapatan ruamah tangga. Pendapatan merupakan

pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu

pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha tani ditambah dengan pendapatan

yang berasal dari kegiatan diluar usaha tani.

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Randangan Kabupaten

Pohuwato pada Bulan juni sampai dengan bulan juli 2019.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang di gunakan adalah metode survei, metode survei

adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data, fakta dari gejala yang ada

untuk mencari keterangan secara fakta baik tentang institusi sosial, ekonomi dan

sebagainya (Wirartha 2006).

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi

peternak sapi bali yang berada di Kecamatan Randangan sebanyak 594 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari seluruh objek yang diteliti yang

dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dengan menggunakan teknik

tertentu (simamora, 2002). Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan biaya, waktu

dan tenaga maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi

dan apa yang dipelajari dalam sampel itu. Kesimpulannya akan dapat

11
diberlakukan untuk populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

refresentatif (mewakili).

Metode pengambilan sampel (responden) dalam penelitian dilakukan

secara acak sederhana (simple random sampling). Desa yang terpilih adalah desa

Banuroja, Manungal Karya, dan Omayuwa. Adapun rincian desa dan jumlah

responden sebagai sampel dalam penelitian dapat dilihat pada tabel1 dibawah ini

Tabel 1. Jumlah Sampel tiga Desa di Kecamatan Randangan, 2019

Jumlah Peternak Sampel


No Desa
(orang) (orang)
1 Banuroja 428 62
2 Manunggal Karya 148 21
3 Omayuwa 18 3
Total 594 86
Sumber: Data Sekunder Tahun 2019

Pada penelitian ini penentuan besarnya sampel menggunakan rumus slovin

yaitu sebagai berikut :

Keterangan :

n : ukuran sampel

N : jumlah populasi

e : tingkat kesalahan (10%)

12
θ੤
θ੤ Ǥ

θ੤
θ੤

θ੤
θ੤

θ੤
θ੤

ͺ θ ͺ org

Untuk menghitung jumlah sampel responden pada setiap desa terpilih

dihitung dengan menggunakan rumus alokasi proposional sebagaimana

dikemukakan oleh Alrasyid (1994) dalam baruwadi, M (2006) yaitu :


Keterangan :

ᵢ = besarnya sampel pada desa terpilih

ᵢ = jumlah populasi desa terpilih

N= jumlah populasi = 594 orang

n = jumlah sampel = 86 orang

13
3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang di himpun dalam penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder.

1. Data primer adalah data yang bersumber dari wawancara langsung dengan

para petani dengan menggunakan instrumen yakni Kuesioner ( daftar

pertanyaan). Adapun data yang di himpun meliputi data karakteristik peternak

dan pengaruh motivasi petani

2. Data sekunder adalah data yang di peroleh dari instansi terkait seperti Dinas

Peternakan Gorontalo, Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber-sumber

lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan metode pengumpulan data

1. Pengamatan (observasi)

Pengamatan (observasi) adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti

melakukan pengamatan langsung terhadap situasi. Observasi langsung

diharapkan akan lebih melengkapi teknik wawancara yang diperkirakan sulit

untuk dipertanyakan serta untuk memperkuat dan membenarkan data yang

terkumpul melalui teknik wawancara.

2. Wawancara

14
Wawancara (interview) adalah teknik pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden. Media

yang digunakan dalam mengambil data ini adalah kuesioner.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam hal ini adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan penelitian yaitu berupa data-data yang berhubungan dari berbagai

sumber instansi terkait, seperti Dinas Peternakan Kota Gorontalo, Badan Pusat

Statistik (BPS) dan sumber-sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

Dengan adanya dokumentasi ini maka hasil penelitian akan lebih akurat dan

terpercaya.

3.5 Teknik Analisis Data

1. Karakteristik Petani dalam usaha Sapi Bali di Kecamatan Randangan

dianalisis secara deskriptif statistic dengan membentuk tabel frekuensi dan

persentase dari hasil data primer yang diperoleh berdasarkan wawancara. Skor

frekuensi yang diperoleh tiap indicator menunjukkan tingkat karakteristik

peternak serta tingkat pendapaatan Peternak Sapi Bali di Kecamatan

Randangan, Kabupaten pohuwato.

2. Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui pendapatan yang di peroleh

usaha peternakan setiap tahunnya. Untuk mengetahui pendapatan dengan

menggunakan rumus :

∏ = TR – TC

Keteranagan

II = Total Pendapatan

15
TR = Total Revenue ( Total penerimaan)

TC = Total Cost ( Total biaya )

d.) Analisis R/C Ratio

Dimana : x੣

Keterangan

R/C Ratio = perbaandingan antara penerimaan dan biaya

T/R = Total Revenue / Total Penerimaan

T/C = Total Cost / Biaya Total

3.6 Definisi Operasional

1. Peternak adalah orang atau badan hukum dan buruh peternakan yang mata

pencahariannya sebagian atau seluruhnya bersumber pada peternakan.

2. Sapi potong adalah jenis sapi yang diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya

(berbeda dengan sapi perah yang dimanfaatkan susunya).

3. Karakteristik peternak adalah cirri pribadi yang melekat khusus pada peternak

itu sendiri

4. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang ditamatkan

peternak yang di yatakan dalam jenjang pendidikan

5. Pengalaman beternak adalah lamanya peternak beternak sapi

6. Umur adalah lamanya hidup responden, diukur dari responden sejak

dilahirkan sampai dengan wawancara dilakukan

7. penerimaan usaha ternak adalah total jumlah produksi yang diperoleh

dikalikan dengan harga sekarang selama satu masa produksi

16
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A. dan Simanjuntak, D., 1997. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jenderal
Peternakan, Jakarta.

Afifah, N.Y. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan


Tenaga Kerja untuk Tetap Bekerja Di Sektor Pertanian (Studi Kasus
Kecamatan Pujon). Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unversitas Brawijaya.
Malang.

Citra, 2010. Pengaruh Skala Usaha Terhadap Pendapatan Peternak Ayam Ras
Peterlur Di Kecamatan Maritengae Kabupaten Sidrap. Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin. Makassar.

Fauziah, L. dan H. Tampubolon. 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani


Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi.
Universitas Sumatera Utara Press, Medan.

Febrina, D. dan Liana 2008. Pemanfaatan Limbah Pertanian sebagai Pakan


Ruminansia pada Peternak Rakyat di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten
Indragiri Hulu. Jurnal Peternakan vol.5 No. 1 Februari 2008. ISSN 1829-
8729.

Feati. 2011.Teknologi Penggemukan Sapi Bali. BPPT NTB. Mataram

Guntoro. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Yogyakarta.

Gustiyana, H. 2003. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian.


Salemba empat, Jakarta.

Karmila. 2013. Faktor-Faktor yang Menentukan Pengambian Keputusan Peternak


dalam Memulai Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di Kecamatan

17
Bissappu Kabupaten Banteang. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makasar.

Sari, P. 2014. Pengaruh Iklim Kerja Panas terhadap Dehidrasi dan Kelelahan pada
Tenaga Kerja Bagian Boiler di PT Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten
Semarang. [Skripsi Ilmiah]: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Simamora. 2002. Metodologi Penelitian. Edisi kedua. Jakarta : PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia, Jakarta.

_________, 2003. Prinsip Ekonomi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Soekartawi, dkk. 1986. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan


Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Sudarmono, A. S dan Sugeng, Y. B. 2008.Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.


Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta.

Syafrudin, 2003. Pengaruh Media Cetak Brosur Dalam Proses Adopsi dan Difusi
Inovasi Beternak Ayam Broiler di Kota Kendiri. UGM.

Sumbayak, Jimmy B. 2006. Materi, Metode, dan Media Penyuluhan. Fakultas


Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Wirartha. 2006. Metodologi Penetilian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: C.V Andi


Offset.

18

Anda mungkin juga menyukai