Anda di halaman 1dari 21

Kode/Nama Rumpun Ilmu:

370/Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

PROPOSAL
PENELITIAN TERAPAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

APLIKASI DETEKSI DINI MENTAL EMOSIONAL PADA ANAK USIA 0-72


BULAN DI …..

Oleh :
Ketua Peneliti NIP
Heni Puji Wahyuningsih, S.Si.T., M.Keb. NIP. 197511232002122002

Anggota Peneliti

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2019
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN TERAPAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

Judul : Aplikasi Deteksi Dini Pada Mental Emosional Anak Usia 0-


72 Bulan
Ketua Peneliti
Nama Lengkap : Heni Puji Wahyuningsih, S.Si.T., M.Keb.
NIP : 197511232002122002
Jabatan Fungsional : Lektor
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan
Nomor HP : 08122762095
Alamat surel (e-mail) : henipujiw@gmail.com
Anggota Peneliti
Biaya Penelitian : Rp 40.000.000,00
Yogyakarta, 4 September 2019
Mengetahui,
Ka. Pusat Penelitian Ketua,

Dr. Heru Subaris Kasjono, S.K.M., M.Kes. Heni Puji W., S.Si.T., M.Keb.
NIP. 196606211989021001 NIP. 197511232002122002
Mengesahkan,
Direktur Poltekkes Yogyakarta

Joko Susilo, S.K.M., M.Kes.


NIP. 196424121988031002

i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
RINGKASAN........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan dan Sasaran Penelitian...................................................................5
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
E. Urgensi/Keutamaan Penelitian..................................................................6
F. Ruang Lingkup..........................................................................................6
G. Target Temuan dan Kontribusinya............................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7
A. Tinjauan Teori...........................................................................................7
B. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep.....................................................16
C. Hipotesis....................................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................18
A. Jenis dan Desain Penelitian.......................................................................18
B. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................18
C. Analisis Data.............................................................................................20
D. Instrumen, Bahan, dan Alat Penelitian......................................................21
E. Tahapan Penelitian....................................................................................21
F. Luaran dan Indikator Capaian yang Terukur Setiap Tahapan...................21
G. Etika Penelitian..........................................................................................
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN.................................................24
A. Biaya Penelitian.........................................................................................24
B. Jadwal Penelitian.......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya pembangunan
manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak
yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya
yang dilakukan sejak anak masi dalam kandungan sampai lima tahun pertama
kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang
optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki
inteligensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya (Kemenkes, 2016).
Upaya kesehatan anak sangatlah penting dilihat dari masalah kesehatan
anak. Menuru Soetjiningsih (2013), terdapat angka kejadian penyimpangan
perkembangan anak sekitar 10-17%. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu
dilakukan deteksi dini sebagai upaya mencari etiologi, merencanakan
program penatalaksanaan, dan menentukan prognosis.
Pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa prasekolah
merupakan tahap dasar yang sangat berpengaruh dan menjadi landasan untuk
pengembangan selanjutnya. Masa ini berlangsung pendek sehingga disebut
sebagai masa kritis (critical period) atau masa keemasan (golden period).
Gangguan tumbuh kembangpada anak apabila tidak terdeteksi dan
diintervensi sedini mungkin akan mengurangi kualitas sumber daya manusia
pada masa akan dating (Puspitawati, 2013). Pertumbuhan dan perkembangan
anak secara fisik, mental, sosial, emosional dipengaruhi oleh gizi, kesehatan
dan pendidikan. Telah banyak dibuktikan dalam berbagai penelitian,
diantaranya penelitian longitudinal oleh Bloom mengenai kecerdasan yang
menunjukkan bahwa kurun waktu 4 tahun pertama usia anak, perkembangan
kognitifnya mencapai sekitar 50%, kurun waktu 8 tahun mencapai 80%, dan
mencapai 100% setelah anak berusia 18 tahun.

3
Gangguan mental dan emosional adalah salah satu jenis gangguan
perkembangan pada anak mood dan kecemasan, gangguan spectrum autism,
gangguan pemakaian substansi, dll (CDC, 2013). Gangguan perkembangan
dan perilaku merupakan masalah yang sering ditemukan di masyarakat.
Diperkirakan 12-16% anak-anak mengalami gangguan perkembangan dan
perilaku anak di Amerika Serikat (2010). Menurut National Institute of
Mental Health (2009), gangguan mental dan emosional mengenai 10-15%
dari total jumlah dunia. Selain itu 11,9% anak ditemukan mengalami
gangguan perkembangan berdasarkan hasil pelayanan Stimulasi Deteksi dan
Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada 500 anak dari lima daerah di
wilayah Jakarta (Kemenkes, 2014).
Di Indonesia, data mengenai penyimpangan mental emosional belum
terdata secara akurat dan spesifik. Namun UNESCO dapay memperkirakan
anak yang memiliki kecenderungan menyimpang mencapai paling sedikit
10%. 1 20ijeje.
Kurang awasnya orangtua terhadap gejala gangguan mental akan
membuat keterlambatan dalam penanganan dan prognosis yag lebih buruk
pada anak. keterlambatan pengalaman karena gangguan mental dan
emosional akan berpengaruh buruk terhadap kehidupan sosialnya
(Merikangas, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pada
anak sangat bervariasi. Menurut Wong (2013) ada beberapa faktor yaitu
keturunan, neuroendokrin, hubungan interpersonal, tingkat sosial ekonomi,
penyakit, bahasa lingkungan, hubungan interpersonal, tingkat sosial ekonomi,
penyakit, stress pada anak, dan pengaruh media massa.
Penanganan dan menganalisis kebutuhan emosi anak usia prasekolah
diperlukan deteksi dini tumbuh kembang. Melalui deteksi dini dapat diketahui
penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya
pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan
indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang (IDAI,
2015).

4
Kuesioner Masalah Mental dan Emosional (KMEE) adalah salah satu
tes skrining dini yang dapat digunakan untuk gangguan mental dan emosional
yang ditujukan untuk anak berusia 3-6 tahun. Kuesioner masalah mental
emosional belum dapat mensuspek anak tersebut (Kemenkes, 2014). Dengan
dilakukannya skrining, orangtua dapat segera menindaklanjuti hasilnya.
Deteksi dini kelainan mental emosional sangat berguna, agar diagnosis
maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga pertumbuhan
dan perkembangan anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Skrining
merupakan prosedur rutin pemeriksaan perkembangan anak yang dapat
memberikan petunjuk apabila ada sesuatu yang perlu mendapatkan perhatian.
Hingga saat ini belum ada sebuah model yang dapat membantu dalam
melakukan skrining mental emosional pada anak secara sederhana, akurat,
dan mudah. Untuk itu peneliti ingin mengembangkan alat bantu dalam
melakukan deteksi dini yaitu aplikasi deteksi dini gangguan mental emosional
pada anak.

B. Rumusan Masalah
Apakah aplikasi gadget/web efektif dalam mendeteksi dini gangguan
mental emosional pada anak?

C. Tujuan dan Sasaran


1. Tujuan Penelitian
Mengembangkan dan mengevaluasi keefektifan penggunaan aplikasi
dalam mendeteksi dini gangguan mental emosional pada anak. penelitian
tahap I untuk menentukan apa saja faktor risiko balita yang mengalami
gangguan mental emosional untuk variable komponen dalam penyusunan
aplikasi deteksi dini mental emosional. Penelitian tahap II adalah
mengevaluasi efektivitas aplikasi skrining mental emosional pada balita
dengan nilai sensitivitas, spesifitas, PPV, dan NPV.

5
2. Sasaran Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka sasaran dalam penelitian ini yaitu
tahap I untuk balita yang mengalami gangguan mental emosional dan
tahap II pada balita yang belum / tidak mengalami gangguan mental
emosional.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menjadi bahan pengembangan keilmuan kebidanan serta
memperkaya bukti empiris dalam hal manajemen pelayanan kebidanan
dan asuhan kebidanan pada balita.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Bidan
Sebagai bahan masukan dalam manajemen asuhan kebidanan balita
berupa Aplikasi skrining utnuk mendeteksi dini gangguan mental
emosional pada anak dengan metode yang sederhana, akurat, dan
murah.
b. Bagi Orangtua Balita
Dapat mengetahui lebih dini dan lebih akurat apabila anaknya
mengalami gangguan mental emosional sehingga segera melakukan
upaya pencegahan maupun pengobatan.
c. Bagi Puskesmas atau unit pelayanan kesehatan berbasis masyarakat
Sebagaai bahan pengambilan kebijakan serta dapat dijadikan
sebagai pengembangan pelayanan kesehatan pada balita dalam upaya
menurunkan morbiditas dan mortalitas anak akibat gangguan mental
emosional.

6
E. Urgensi / Keutamaan Penelitian
Penelitian ini mendukung pencapaian SDGs ke-2 yaitu menghilangkan
kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai
ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan angka
gangguan mental emosional hingga …. % pada tahun 2025.

F. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup di bidang kebidanan
dengan cakupan pelayanan klinis kebidanan dalam terapan manajemen klinis
pelayanan kesehatan anak.

G. Target Luaran dan Kontribusinya


Target temuan dalam penelitian ini adalah ditemukannya suatu metode
berupa Aplikasi Skrining yang sederhana, akurat, dan murah dalam
mendukung asuhan kebidanan pada balita khususnya dalam skrining gangguan
mental emosional pada anak/balita.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang
berbeda tapi keduanya saling berkaitan satu dengan yang lain. Para ahli
memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai arti dari pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
fisiologis yang bersifat kuantitatif, yang mengacu pada jumlah, besar
serta luas yang bersifat konkrit yang biasanya menyangkut ukuran dan
struktur biologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi fisik
yang berlagsung secara normal dalam perjalanan waktu tertentu.
Perkembangan berasal dari terjemahan kata Development yang
mengandung pengertian perubahan yang bersifat psikis/mental yang
berlangsung secara bertahap sepanjang manusia hidup untuk
menyempurnakan fungsi psikologis yang diwujudkan dalam
kematangan organ jasmani dari kemampuan yang sederhana menjadi
kemampuan yang lebih kompleks, misalnya kecerdasan, sikap, dan
tingkah laku (Susanto, 2011:21). Menurut Poerwanti (2005:2)
”perkembangan merupakan proses perubahan kualitatif yang mengacu
pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah, dan bukan pada organ
jasmaniahnya, sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada
penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada
kemampuan organ fisiologis”.
Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan
kuantitatif atau dapat didefinisikan sebagai deretan kemajuan dari
perubahan yang teratur dan koheren. Kemajuan yang dimaksud disini
adalah bahwa perubahan yang terjadi bersifat terarah untuk maju
menjadi lebih baik, sedangkan teratur dan koheren menunjukkan
bahwa setiap perubahan yang sedang terjadi dan yang akan terjadi atau

8
telah terjadi saling berhubungan (Hurlock, 1978:23). Menurut Reni
Akbar Hawadi (dalam Desmita, 2014:9) perkembangan secara luas
diartikan sebagai keseluruhan proses perubahan potensi yang dimiliki
individu yang diwujudkan dalam bentuk kualitas kemampuan, sifat,
ciri-ciri yang baru. Perkembangan juga mencakup konsep usia, yang
dimulai saat terjadinya pembuahan dan akan berakhir dengan
kematian.

2. Konsep Mental Emosional


a. Definisi Mental Emosional
Mental adalah pikiran dan jiwa, sedangkan emosional
adalah suatu ekspresi perasaan, atau dapat juga diartikan sebagai
sebuah efeks sadar yang sesuai dengan keinginannya (Mosby’s
Dictionary of Medicine). Menurut WHO (2013), kesehatan mental
adalah status hidup baik dimana seorang individu menyadari
kemampuannya, dapat mengatasi keadaan stress normal di
hidupnya, bekerja produktif dan sukses dan memberikan
kontribusinya untuk komunitasnya. Definisi mental menurut
Surgeon General’s Report, keberhasilan fungsi mental yang
ditunjukkan dengan aktivitas produktif, memiliki relasi/hubungan
yang baik dengan orang lain dan kemampuan untuk berubah dan
mengatasi kesulitan.
Perkembangan mental emosional adalah suatu kondisi yang

mengidentifikasi individu yang mengalami psikis, emosi, sikap

yang secara keseluruhan akan menentukan gaya tingkah laku.16

Mental emosional anak harus dibentuk sejak anak masih berusia

dini saat anak memilih sendiri melakukan aktifitas tertentu, saat itu

anak telah mengembangkan kemauannya sendiri dan energinya

diarahkan melakukan sesuatu yang kontruksif dalam

9
mengembangkan kompetensi sosial. Apabila kebutuhan emosi

dapat dipenuhi maka akan meningkatkan kemampuan anak dalam

mengelola emosi terutama yang bersifat negatif, mengantarkan

anak untuk dapat mengembangkan kemampuan imajinasi,

intelektual dan lain sebagainya. Penelitian sebelumnya menyatakan

bahwa kehidupan emosi pada tahun-tahun pertama kehidupan anak

harus berlangsung dengan baik, agar tidak akan menjadi masalah

setelah dewasa.16

Mental emosional pada anak pra sekolah merupakan

hubungan dengan proses tumbuh kembang. Perkembangan

kepribadian anak pada prasekolah sangat tergantung pada interaksi

antar anak dan orang tua, agar dapat berinteraksi secara intensif,

orang tua harus memperhatikan faktor lingkungan, pemberian

pengarahan, menentukan pilihan, melakukannya sendiri, kebebasan

berinisiatif dan melatih tanggung jawab. Sikap orang tua dalam

mengasuh anaknya juga merupakan faktor yang mempengaruhi

tingkat mental emosional pada anak.17

Penelitian-penelitian telah membuktikan bahwa

perkembangan emosi sebaiknya mulai dikembangkan sejak dini,

karena dapat membuat anak mempunyai semangat yang tinggi

dalam belajar dan disukai teman temannya pada saat ia berada di

wilayah bermainnya.18

10
b. Gangguan Mental Emosional

Menurut Kementrian Kesehatan RI, masalah mental

emosional merupakan distress psikologik. Kondisi ini adalah suatu

keadaan yang mengidentifikasi seseorang mengalami perubahan

psikologis, dimana pada orang yang mengalami gangguan mental

emosional ini dapat disembuhkan sampai pulih seperti semula,

namun dapat terjadi pada semua orang.19

Gejala yang umum adalah sering terlihat marah,

menghindar dari teman-teman, perilaku merusak dan menentang

lingkungan, takut atau kecemasan berlebihan, konsentrasi buruk /

sulit, kebingungan, perubahan pola tidur, perubahan pola makan,

sakit kepala, sakit perut, keluhan fisik, putus asa, kemunduran

perilaku, dan perbuatan yang diulang-ulang.20

Gejala dari tiap penyakitnya akan sedikit berbeda,

misalnya, anak tidak dapat duduk diam, menyelesaikan tugas,

merencanakan sesuatu, atau bahkan menyadari apa yang terjadi di

sekitar mereka; autisme, anak tampaknya terpencil, acuh tak acuh,

terpencil di dunia mereka sendiri, dan tidak mampu untuk

membentuk hubungan emosional dengan orang lain; gangguan

bipolar, perubahan suasana hati yang intens; gangguan kecemasan,

anak merasa tertekan, gelisah, bahkan takut tanpa alasan yang

jelas. Gejala ini akan akan berpengaruh pada kehidupan sosial,

perilaku disekolah, dirumah, dan juga mengganggu kesehatan

11
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat terbawa hingga

dewasa.20

c. Faktor yang mempengaruhi Gangguan Mental emosional

Menurut WHO (2013), terdapat tiga level yang

mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan individu, sifat

dan sikap individu, faktor lingkungan, dan status sosial ekonomi.

Dalam setiap level terdapat faktor yang melindungi (protektif) dan

faktor yang merugikan.

Terdapat beberapa faktor yang memepengaruhi mental

emosional anak prasekolah yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal diantaranya kondisi fisik, biologis,

genetik, dan lain sebagainya. Faktor eksternal diantaranya,

pengaruh dari keluarga seperti pola asuh, status ekonomi orang tua,

tingkat pendidikan, pekerjaan orang tua dan lain sebagainya.

1) Pola asuh orang tua

Pola asuh orang tua dalam perkembangan anak

merupakan cara yang digunakan dalam proses interaksi

berkelanjutan antara orang tua dan anak untuk membentuk

hubungan yang hangat, dan memfasilitasi anak untuk

mengembangkan kemampuan anak yang meliputi

perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa, dan

kemampuan sosial sesuai dengan tahap perkembangannya.18

12
Pola asuh orang tua terbagi menjadi tiga macam yaitu

otoriter, permisif, dan otoritatif. Masing-masing pola asuh

ini mempunyai dampak bagi perkembangan anak.21

Pola asuh otoriter adalah gaya asuh yang menuntut anak

mengikuti perintah orang tua, tegas dan tidak memberi

peluang anak untuk mengemukakan pendapat. Pola asuh

demokratis adalah gaya asuh yang memperlihatkan

pengawasan ketat pada tingkah laku anak, tetapi juga

responsif, menghargai pemikiran, perasaan, dan mengikut

sertakan anak dalam pengambilan keputusan. Pola asuh

permisif adalah gaya asuh yang mendidik anak secara

bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa, diberi

kelonggaran untuk melakukan hal yang dikehendaki.22

Dampak pemberian pola asuh berbeda-beda sesuai pola

asuh yang diterapkan antara lain Otoriter akan berdampak

anak cenderung tertekan secara psikis dan fisik, kehilangan

dorongan semangat juang, dan lain-lain. Demokratis, anak

akan lebih menghargai pendapat orang lain, membangun

dan membina dialog, dan lain-lain dan Permisif, anak

cenderung akan bertindak sekehendak hati, tidak mampu

mengendalikan diri, tingkat kesadaran mereka rendah, dan

lain-lain.21

2) Pendapatan Orang tua

13
Pendapatan merupakan hasil dari suatu pekerjaan berupa

penghasilan atau pendapatan yang diterima oleh orang tua.

Melalui pendapatan ini nantinya akan digunakan untuk

memenuhi kehidupan sehari-hari. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2008: 293), “pendapatan adalah hasil kerja

atau usaha”. Sedangkan menurut Nasution (1987: 192)

menyatakan bahwa “pendapatan adalah arus uang atau barang

yang menguntungkan bagi seseorang, kelompok individu

sebuah perusahaan atau perekonomian selama beberapa waktu.

Pendapatan berasal dari penjualan jasa-jasa produktif (seperti

gaji, bunga, keuntungan, uang sewa, pendapatan nasional.23

3) Pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan orang tua akan saling melengkapi

dalam menata kehidupan di keluarganya, asumsi kemanusiaan

seorang yang berpendidikan tinggi maka akan mencari

pasangan yang minimal pendidikanya setara atau satu tingkat

di atas atau di bawahnya, walaupun masih bisa ditemukan

tingkat pendidikan yang jauh tetapi dalam prosentase sedikit.

Selanjutnya bahwa tingkat pendidikan tetap saja memberikan

pengaruh yang besar terhadap pola asuh yang dilakukan dan

diberikan kepada anak dikeluarganya.24

4) Pekerjaan Orang tua

14
Orang tua yang bekerja mengakibatkan waktu interaksi

yang kurang,beban pekerjaan yang lebih berat, memberikan

hukuman pada anak. Status pekerjaan seseorang berpengaruh

pada partumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua yang

bekerja penting untuk tetap membangun kebersamaan bersama

anak dan orang tua yang bekerja bertujuan penting dalam

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini

berarti pekerjaan orang tua bukan menjadi penghambat dalam

mencapai tumbuh kembang anak yang optimal.25

d. Deteksi Dini Perkembangan Mental Emosional anak

Masalah mental emosional dapat dideteksi secara dini pada

anak usia 36–72 bulan mempergunakan instrumen, yaitu Kuesioner

Masalah Mental Emosional (KMEE) yang terdapat di dalam

program Stimulasi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang atau

SDIDTK dari Kementerian Kesehatan.3

KMME bertujuan mendeteksi secara dini adanya

penyimpangan mental emosional pada anak prasekolah. Kuisoner

Masalah Mental Emosional (KMME) berisikan 12 pertanyaan.

Pemeriksaan dilakukan rutin setiap 6 bulan, menggunakan

Kuesioner Masalah Mental Emosional. Prosedur penggunaan

KMME yaitu menanyakan dengan lambat, jelas, dan nyaring

setiap poin pada KMME, catat dan hitung jumlah jawaban Ya. Bila

ada jawaban Ya kemungkinan anak mengalami masalah mental

15
emosional. Bila jawaban Ya hanya satu, lakukan konseling pada

orang tua menggunakan buku pedoman pola asuh yang mendukung

perkembangan anak. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak

ada perubahan rujuk. Bila jawaban Ya ditemukan 2 atau lebih,

lakukan rujukan ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan

jiwa / tumbuh kembang anak.26

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi uji
diagnostic menggunakan Concetutive Sampling. Consetutive sampling
merupakan jenis non probability sampling yang paling baik. Sebagian
besar penelitian klinis (termasuk uji klinis) menggunakan teknik ini untuk
pemilihan subjeknya (Sastroatmodjo, 2014). Dengan menggunakan teknik
tersebut, maka populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dilakukan
penelitian.
Berikut merupakan bagan desain penelitian kohort retrospektif

B. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi target (target population) pada penelitian ini adalah :

2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah
Dengan kriteria inklusi: hidup, tidak mengalami kelainan kongenital
dan tidak multiple saat lahir, bersedia menjadi responden. Sedangkan
kriteria eksklusi adalah balita tidak ditemukan saat penelitian.
3. Taknik sampling
Estimasi jumlah sampel menggunakan rumus L
C. Analisis Data
Analisis data meliputi analisis univariat untuk menyajikan data secara
deskriptif seperti distribusi frekuensi dan mean. Analisis bivariabel
menggunakan chi square untuk mengetahui faktor yang memengaruhi
stunting. adapun cara untuk analisis keakuratan dan keefektifan
penggunaanaplikasi adalah dengan menggunakan uji ROC dengan melihat
sensitivitas dan spesifitas.

17
D. Instrumen, bahan dan alat penelitian
Persiapan alat penelitian berupa aplikasi deteksi dini gangguan mental
emosional pada anak.
Bahan dan alat pengumpulan data penelitian terdiri dari
1. Panduan/modul petunjuk penggunaan aplikasi skrinng
2. Kuesioner faktor yang memengaruhi mental emosional anak
3. Aplikasi skrining gangguan mental emosional anak.
E. Tahapan Penelitian
1. Prosedur administrasi
a. Peneliti mengajukan kajietik penelitian pada komite etik Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta setelah pengesahan proposal dan protocol
penelitian.
b. Peneliti memberikan surat ijin penelitian yang ditujukan kepada
…… yang ada di ….
2. Persiapan Tim Enumerator
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan bantuan 2 orang
enumerator. Peneliti memilih enumerator dengan kriteria bidan dengan
latar belakang pendidikan D3/D4. Sebelum pengumpulan data
dilakukan briefing prosedur penelitian dan pelaksanaan intervensi serta
pelatihan tentang penggunaan aplikasi deteksi dini gangguan mental
emosional anak.
3. Prosedur Teknis
a. Peneliti menentukan sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi.
b. Melakukan rarandomisasi untuk menentukan kelompok perlakuan
dan control
c. Memberikan penerapan aplikasi deteksi dini mental emosional
anak pada kelompok kasus dan kelompok control
d. Melakukan penilaian keefektifan aplikasi deteksi dini mental
emosional anak.

18
F. Luaran dan Indikator Capaian yang Terukur Setiap Tahapan
Luaran dari penelitian ini adalah diperolehnya suatu aplikasi yang dapat
mendeteksi mental emosional anak, sehingga menjadi suatu inovasi dalam
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada balita khususnya dalam skrining
mental emosional.
Tabel Indikator Capaian yang Terukur Setiap Tahapan

No Tahapan Indikator Luaran


1 Penjajagan dan pendahuluan Data based penelitian, data
preliminary, surat ijin
penelitian
2 Pengurusan rekomendasi etik Etichal clearance
3 Penyusunan Panduan Model Panduan model skoring dengan
skoring Kartu Prediksi Stunting Kartu Prediksi Stunting
4 Technical meeting brieving Persamaan presepsi tim peneliti
dengan tim peneliti denumerator dan kemampuan untuk
serta melatih enumerator melaksanakan hypnosis dan
enumerator
5 Pelaksanaan metode skoring Memperoleh data balita yang
dengan Kartu Prediksi Stunting

G. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan kaidah etika penelitian
berikut:
1. Etichal clearance
Pada penelitian ini akan mengajukan persetujuan dari Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta untuk memperoleh surat kelaikan etik dari
Komite Etik.
2. Informed consent
Setiap responden yang terlibat dalam penelitian akan diberikan
lembar persetujuan agar responden dapat mengetahui maksud dan
tujuan penelitian serta dampaknya selama proses penelitian ini
berlangsung. Responden menandatangani persetujuan jika bersedia
menjadi responden dan jika menolak untuk diteliti maka peneliti tidak
memaksa dan tetap menghormati hak mereka.

19
c. Confidentiality
Peneliti menjamin atas kerahasiaan informasi yang
diberikan oleh responden dan hanya data tertentu yang akan
dilaporkan oleh peneliti.
d. Benefit
Penelitian ini akan berusaha memaksimalkan manfaat
penelitian dan meminimalkan kerugian yang timbul akibat dari
penelitian ini.
e. Justice
Responden yang ikut dalam penelitian ini diperlakukan adil
dan diberi hak yang sama.

20

Anda mungkin juga menyukai