Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Isometri
Isometri merupakan suatu transformasi atas pencerminan (refleksi), pergeseran (translasi)
dan perputaran (rotasi). Dalam kamus Bahasa isometri diartikan sebagai kata sifat yang
berkenaan dengan atau memiliki ukuran yang sama dengan lainnya. Isometri adalah suatu
transformasi atas Refleksi (pencerminan), Translasi (pergeseran), dan Rotasi
(perputaran) pada sebuah garis yang mempertahankan jarak (panjang suatu ruas garis).
Secara matematis dapat ditentukan sebagai: Misalkan dan
, maka T dikatakan suatu isometri jika dan hanya jika
Definisi 2.1
Misalkan 𝑇 suatu transformasi, transformasi 𝑇 ini disebut isometri jika dan hanya jika untuk
setiap pasangan titik 𝑃 dan 𝑄 anggota dari bidang Euclid 𝑣 berlaku bahwa 𝑃′𝑄′ = 𝑃𝑄
dimana 𝑃′ = 𝑇(𝑃) π‘‘π‘Žπ‘› 𝑄′ = 𝑇(𝑄).
Contoh 2.1 :
Misalkan diketahui garis g pada bidang 𝑣. Anda pandang transformasi T yang ditetapkan
sebagai berikut.
a. Jika 𝑃 πœ– 𝑔 maka 𝑇 (𝑃) = 𝑃
b. Jika 𝑃 βˆ‰ 𝑔 maka 𝑇 (𝑃) = 𝑃′ sehingga 𝑔 sumbu dari𝑃𝑃′. Μ…Μ…Μ…Μ…Μ… Apakah transformasi 𝑇 ini
suatu isometri atau bukan?
Penyelesaian:
Sesuai definisi 2.1, ambil sembarang dua titik yaitu P dan Q anggota dari v. Selanjutnya
kita misalkan T(P) = P’ dan T(Q) = Q’. Dari permisalan T(P) = P’ dan T(Q) = Q’ kita
memperoleh dua hal yaitu
a. g sumbu dari PP’ , misalkan g ∩ PP’ ={N} maka PN = NP’
b. g sumbu dari QQ’, misalkan g ∩ QQ’ = {M} maka QM = MQ’

Sekarang perhatikan gambar, hubungkan masing-masing P dan Q, P’ dan Q’, P dan M serta
P’ dan M.

1
Kemudian lihat βˆ†PQM dengan βˆ†P’Q’M’
Karena PN = NP’,  PNM   P’NM (sudut siku-siku) dan NM = NM maka  PNM 
 P’NM. Akibatnya:
1. PM = P’M dan
2.  PMN   P’MN
Sekarang pandang βˆ†PQM dengan βˆ† P’Q’M
PM = P’M (1)
 NMQ   NMQ’ (siku-siku)
 PMN   P’MN
 PMQ   NMQ -  PMN
 P’MQ’ =  NMQ’ -  P’MN
=  NMQ -  PMN
Akibatnya:  PMQ   P’MQ’ (2)
QM = Q’M (3)
Dari (1),(2) dan (3) disimpulkan  PQM   P’Q’M akibatnya PQ = P’Q’.
Karena P dan Q diambil sebarang titik pada v maka anda dapat menyimpulkan bahwa
untuk setiap pasangan titik P dan Q pada v berlakau P’Q’ = PQ. Sehingga transformasi T
yang ditetapkan seperti di atas memenuhi definisi 2.1.
Jadi, dapat disimpulkan transformasi T merupakan suatu isometric

Contoh:
𝑇 adalah sebuah transformasi yang ditentukan oleh 𝑇(𝑃) = (π‘₯ βˆ’ 5, 𝑦 + 3) untuk semua
titik 𝑃(π‘₯, 𝑦) ∈ 𝑒 . Selidiki apakah 𝑇 suatu isometri?
Pembahasan:

Tabel: Koordinat benda dan bayangan

Benda Bayangan

𝐴(1, 0) 𝐴′(βˆ’4, 3)

𝐡(0, 1) 𝐡′(βˆ’5, 4)

2
Syarat isometri.

|𝐴𝐡| = |𝐴′𝐡′|

√(π‘₯𝐡 βˆ’ π‘₯𝐴 )2 + (𝑦𝐡 βˆ’ 𝑦𝐴 )2 = √(π‘₯𝐡′ βˆ’ π‘₯𝐴′ )2 + (𝑦𝐡′ βˆ’ 𝑦𝐴′ )2

√(0 βˆ’ 1)2 + (1 βˆ’ 0)2 = √(βˆ’5 + 4)2 + (4 βˆ’ 3)2

√1 + 1 = √1 + 1

√2 = √2

Maka 𝑇(𝑃) adalah isometri.

B. Sifat-sifat Isometri
Suatu isometri pada dasarnya memiliki tiga sifat yaitu:
1) memetakan garis ke garis,
2) memetakan besar sudut antara dua garis, dan
3) mengawetkan kesejajaran dua garis.
Sifat-sifat tersebut yang akan dijabarkan dalam teorema sebagai berikut:
1. Memetakan Garis ke Garis

Bukti:

Andaikan g sebuah garis dan T suatu isometri. kita akan membuktikan bahwa T (g) = h
adalah suatu garis juga.

B’
B

A’
A

h
g

Ambil A∈ g dan B ∈ g. Maka A' = T(A) ∈h, B' = T (B) ∈h ; melalui A' dan B' ada satu
garis. Misalnya h'. Untuk ini akan dibuktikan β„Žβ€² βŠ‚ β„Ž dan β„Ž βŠ‚ β„Žβ€²

(i) Bukti 𝒉′ βŠ‚ 𝒉
Ambil π‘₯β€² ∈ β„Žβ€². Oleh karena bidang kita adalah bidang Euclides. Kita andaikan (𝐴′ , 𝑋, 𝐡′ ),
artinya 𝐴′ 𝑋 + 𝑋𝐡′ = 𝐴′𝐡′. Oleh karena 𝑇 suatu isometri. Jadi suatu transformasi maka

3
ada 𝑋 sehingga 𝑇 (𝑋) = 𝑋’ dan oleh karena 𝑇 suatu isometri maka 𝐴𝑋 = 𝐴′𝑋; begitu
pula 𝑋𝐡 = 𝑋𝐡′. Jadi 𝐴𝑋 + 𝑋𝐡 = 𝐴𝐡.
Ini berarti bahwa 𝐴 . 𝑋 . 𝐡 segaris pada 𝑔. Ini berarti bahwa 𝑋 = 𝑇 (𝑋) ∈ β„Ž sehingga β„Žβ€² βŠ‚
β„Ž sebab bukti serupa berlaku untuk posisi 𝑋 dengan ( 𝑋 𝐴′ 𝐡′) atau ( 𝐴′𝐡′ 𝑋).
(ii) Bukti 𝒉 βŠ‚ 𝒉′

Ambil lagi π‘Œ ∈ β„Ž Maka ada π‘Œ ∈ 𝑔 sehingga 𝑇(π‘Œ) = π‘Œ dengan π‘Œ misalnya (𝐴 π‘Œ 𝐡).


Artinya π‘Œ ∈ 𝑔 dan π΄π‘Œ + π‘Œπ΅ = 𝐴𝐡. Oleh karena 𝑇 sebuah isometri maka, π΄β€²π‘Œ = π΄π‘Œ,
π‘Œ 𝐡′ = π‘Œπ΅, 𝐴′𝐡′ = 𝐴𝐡. Sehingga π΄β€²π‘Œ + π‘Œ 𝐡′ = 𝐴′𝐡′. Ini berarti bahwa 𝐴′. π‘Œ. 𝐡′
segaris, yaitu garis yang melalui 𝐴′dan 𝐡′. Oleh karena β„Žβ€² satu- satunya garis melalui 𝐴′dan
𝐡′ maka π‘Œ ∈ β„Žβ€². Jadi haruslah β„Ž βŠ‚ β„Žβ€².

Bukti serupa berlaku untuk keadaan ( π‘Œ 𝐴 𝐡) atau ( 𝐴 𝐡 π‘Œ). Sehingga β„Ž = β„Žβ€².

Jadi kalau 𝑔 sebuah garis maka β„Ž = 𝑇( 𝑔) adalah sebuah garis.

Contoh:

Diketahui garis 𝑔 = {(π‘₯, 𝑦)| 𝑦 = βˆ’π‘₯ }dan garis β„Ž = {(π‘₯, 𝑦)| 𝑦 = 2π‘₯ βˆ’ 3 }. Apabila 𝑀𝑔


adalah refleksi pada garis 𝑔. Tentukanlah persamaan garis β„Žβ€² = 𝑀𝑔 (β„Ž).

Penyelesaian :

Oleh karena 𝑀𝑔 sebuah refleksi pada 𝑔 jadi suatu isometri, maka menurut sifat isometri β„Žβ€²
adalah sebuah garis. Garis β„Žβ€² akan melalui titik potong antara β„Ž dan 𝑔.

Persamaan 𝑦 = 2π‘₯ – 3

Misalkan, π’š = 𝟎

𝑦 = 2π‘₯ – 3

0 = 2π‘₯ – 3

βˆ’2π‘₯ = – 3

3
π‘₯=
2

πŸ‘
( , 𝟎)
𝟐

Ketika 𝒙 = 𝟎

4
𝑦 = 2π‘₯ – 3

𝑦 = 2(0) – 3

𝑦 = –3

(𝟎, βˆ’πŸ‘)

πŸ‘
kemudian di refleksikan menjadi (𝟎, βˆ’ 𝟐) dan ( 3, 0).

Rumus persamaan garis :

𝑦 βˆ’ 𝑦1 π‘₯ βˆ’ π‘₯1
=
𝑦2 βˆ’ 𝑦1 π‘₯2 βˆ’ π‘₯1

3
𝑦 βˆ’ (βˆ’ 2) π‘₯βˆ’0
=
3 3βˆ’0
0 βˆ’ (βˆ’ 2)

3
𝑦+2 π‘₯
=
3 3
2

3 3
3 (𝑦 + ) 9 = π‘₯
2 2

9 3
3𝑦 + = π‘₯
2 2

6𝑦 + 9 = 3π‘₯

βˆ’3π‘₯ + 6𝑦 + 9 = 0

π‘₯ βˆ’ 2𝑦 βˆ’ 3 = 0

dengan demikian persamaan β„Žβ€² adalah : β„Žβ€² = {(π‘₯, 𝑦)π‘₯ βˆ’ 2𝑦 βˆ’ 3 = 0}.

5
Perhatikan gambar berikut :

Y
g
h
h’
.

X
O 1 1,5 3

-1
R (1, -1)

-3

2. memetakan besar sudut antara dua garis


Ambil sebuah ∠ 𝐴𝐡𝐢

Andaikan 𝐴′ = 𝑇(𝐴), 𝐡′ = 𝑇(𝐡), 𝐢′ = 𝑇(𝐢).

Menurut (1) maka 𝐴′ 𝐡′ dan 𝐡′ 𝐢′ adalah garis lurus.


Oleh karena ∠𝐴𝐡𝐢 = 𝐡𝐴 βˆͺ 𝐡𝐢 maka ∠ 𝐴′ 𝐡′𝐢′ = 𝐡′𝐴′ βˆͺ 𝐡′𝐢′ sedangkan 𝐴′𝐡′ =
𝐴𝐡, 𝐡′𝐢′ = 𝐡𝐢, 𝐢′𝐴′ = 𝐢𝐴. Sehingga βˆ†π΄π΅πΆ = βˆ†π΄β€²π΅β€²πΆβ€².

sehingga suatu isometri mempertahankan besarnya sebuah sudut.

3. mengawetkan kesejajaran dua garis

π‘Ž b’
b π‘Žβ€™

6
Kita harus memperhatikan bahwa π‘Žβ€²// 𝑏′.
Andaikan π‘Žβ€² memotong 𝑏′ disebuah titik 𝑃′ jadi 𝑃′ ∈ π‘Žβ€² dan 𝑃′ ∈ 𝑏′. Oleh karena 𝑇 sebuah
transformasi maka ada 𝑃 sehingga 𝑇 (𝑃) = 𝑃 dengan 𝑃 ∈ π‘Ž dan 𝑃 ∈ 𝑏. Ini berarti bahwa
π‘Ž memotong 𝑏 di 𝑃 .
Jadi bertentangan dengan yang diketahui bahwa π‘Ž// 𝑏, maka pengandaian bahwa π‘Žβ€²
memotong 𝑏′ salah.
Jadi haruslah π‘Žβ€²//𝑏′.

Contoh:
1. Diketahui lima garis 𝑔, 𝑔’, β„Ž, β„Žβ€™, dan π‘˜ sehingga 𝑔′ = π‘€π‘˜ (𝑔) dan β„Žβ€² = π‘€π‘˜ (β„Ž). Apabila
𝑔′//β„Žβ€² buktikan bahwa 𝑔//β„Ž.
Jawab:
Diketahui 𝑔′//β„Žβ€²
Akan diperlihatkan bahwa 𝑔//β„Ž
Andaikan garis 𝑔 tidak sejajar dengan garis β„Ž, maka menurut teorema, bahwa isometri
π‘€π‘˜ mengawetkan kesejajaran 2 garis, diperoleh 𝑔’ tidak sejajar dengan β„Žβ€™.
Karena 𝑔’ tidak sejajar dengan garis β„Žβ€™ maka bertentangan dengan yang diketahui
𝑔′//β„Žβ€².
Jadi pengandaian garis 𝑔 tidak sejajar dengan garis β„Ž adalah salah.
Maka haruslah 𝑔//β„Ž.

C. Jenis-jenis Isometri
Terdapat dua jenis isometri yaitu:
1) Memindahkan bangun geometri langsung dari satu posisi ke posisi lain.
2) Memindahkan suatu bangun dengan memutar bangun tersebut.
Suatu pemetaan dikatakan langsung, jika pemetaan tersebut mengawetkan orientasi; yakni
apabila arah gerakan benda sama dengan arah gerakan bayangannya, dan sebaliknya suatu
pemetaan disebut berlawanan jika pemetaan itu membalikan orientasi; yakni jika arah
gerakan benda berlawanan dengan arah gerakan bayangannya.
Perhatikan gambar 4.9a ini. Suatu transformasi T yang memetakan segi tiga ABC pada
segitiga A1B1C1 misalnya sebuah pencerminan pada garis g .

7
1
A
1
C
B2
B

1
B A

C C2 A2
C

A O
Gambar 4.9a Gambar 4. 9b
Tampak apabila pada segitiga s, urutan keliling adalah A→B→C adalan berlawanan
dengan putar an jarum jam ,maka pada putarannya, yaitu segitiga A1B1C1 urutan kelilig
A1β†’B1 β†’C1 adalah sesuai dengan putaran jarum jam pada 4. 9b anda juga lihat suatu
isometri yaitu suatu rotasi ( putaran ) mengelilingin sebuah titik 0 .
Untuk membahas lebih lanjut fenomena isometri diatas .Kita perkenalkan konsep orientasi
tiga titik tak segaris .andaikan (P1.P2 P3 ) ganda tiga titik yang tak segaris .maka melalui
P1.P2 dan P3 ada tepat satu lingkaran kita dapat mengelilingi I berawal 1 misalnya dari P1
kemudian sampai di P2.P3 dan akhirnya kembali ke P1 .Apabila AR AH keliling ini ini
sesuai dengan putaran arah jarum jam , maka di katakan bahwa ganda tiga titik (P1.P2 P3 )
memiliki orientasi yang sesuai ddengan putaran arah jarum jam (atau orientasi yang
negatif). Apabila arah keliling itu berlawanan dengan arah putaran jarum jam ,maka
dikatakan bahwa ganda tiga titik (P1.P2 P3 ) memiliki orientasi yang berlawanan dengan
putaran arah jarum jam ( atau orientasi yang positif ) .Jadi pada gambar 4.9a (A. B .C )
memiliki orientasi positif sedangkan ( A1B1C1) memiliki orientasi yang negatif . Pada
gambar 4.9b orientasi (ABC) adalah positif dan orientasi ( A2B2C2 ) tetap positif .
Jadi pencerminan pada gambar 4.9a mengubah orientasi sedangkan putaran pada gambar
4.9b mengawetkan orientasi .

8
Definisi :

1) Suatu transformasi T mengawetkan suatu orientasi apabila untuk setiap tiga titik tak
segaris (P1.P2 P3 ) orientasi sama dengan ganda (P1.P2 P3 ) dengan P1 =
T(P1).P2 = T(P2 ).P3 = T(P3).

2) Suatu transformasi T membalik suatu orientasi apabila untuk setiap tiga titik yang tak
segaris (P1.P2 P3 ) orientasinya tidak sama dengan orientasi peta –petanya (P1.P2 P3 )
dengan P1 = T(P1).P2 = T(P2 ).P3 = T(P3).

Definisi : Suatu transformasi dinamakan langsung apabila tranformasi itu mngawetkan


orientasi, suatu transformasi dinamakan transformasi lawan apabila transformasi itu
mengubah orientasi .

Contoh Soal:

1. Ada tiga titik tidak segaris yaitu 𝑃, 𝑄, 𝑅: 𝑇 dan 𝑆 adalah isometri-isometri dengan 𝑃’ =
𝑇(𝑃) , 𝑄’ = 𝑇(𝑄) , 𝑅’ = 𝑇(𝑅) sedangkan 𝑃’’ = 𝑆(𝑃) , 𝑄’’ = 𝑆(𝑄) , 𝑅’’ = 𝑆(𝑅).
Termasuk golongan manakah 𝑇 dan 𝑆 itu?

Jawab:

Jadi: 𝑇 merupakan isometri lawan dan 𝑆 merupakan isometri langsung.

9
2. Diketahui sebuah titik 𝐴 dan dua transformasi 𝑇 dan 𝑆 yang di definisikan sebagai
berikut:

𝑇(𝐴) = 𝐴, 𝑆(𝐴) = 𝐴, jika 𝑃 β‰  𝐴, 𝑇(𝑃) = 𝑃′ dan 𝑆(𝑃) = 𝑃′′. P’ adalah titik tengah
Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…. Termasuk golongan manakah masing-
Μ…Μ…Μ…Μ… sedangkan A titik tengah 𝑃𝑃′′
ruas garis 𝐴𝑃
masing transformasi 𝑆 dan 𝑇 itu?

Jawab:

𝑇(𝐴) = 𝐴, 𝑆(𝐴) = 𝐴, jika 𝑃 β‰  𝐴 β†’ 𝑇(𝑃) = 𝑃′ dan 𝑆(𝑃) = 𝑃′′

Ilustrasi:

Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…
Μ…Μ…Μ…Μ… = βˆ’π‘ƒβ€²β€²π΄
Dari gambar diperoleh 𝑆 isometri berlawan karena 𝑃𝐴

𝑃𝐴 = Μ…Μ…Μ…Μ…Μ…
Dan 𝑇 isometri langsung karena Μ…Μ…Μ…Μ… 𝑃′𝐴

10
Contoh Soal:
1. Jika diberikan titik A (1,3) dan B (-2,-1) tulis sebuah persamaan untuk garis s sedemikian
hingga 𝑀𝑠 (𝐴) = 𝐡 !
Jawab :
ο‚· Jika titik A dihubungkan mempunyai gradien
𝑦2 βˆ’ 𝑦1 βˆ’1 βˆ’ 3 βˆ’4 4
𝑀= = = =
π‘₯2 βˆ’ π‘₯1 βˆ’2 βˆ’ 1 βˆ’3 3

ο‚· Titik tengah garis AB


π‘₯2 + π‘₯1 βˆ’2 + 1 βˆ’1
𝑃= = =
2 2 2

𝑦2 + 𝑦1 βˆ’1 + 3 2
𝑄= = = =1
2 2 2

Karena garis s tegak lurus garis AB maka :


𝑀𝑠 . 𝑀𝐴𝐡 = βˆ’1

4
𝑀𝑠 . = βˆ’1
3

3
𝑀𝑠 = βˆ’
4

Sehingga persamaan garis s


𝑦 βˆ’ 𝑦𝑄 = (π‘₯ βˆ’ π‘₯𝑃 )

3 1
𝑦 βˆ’ 1 = βˆ’ (π‘₯ + )
4 2

3 3
𝑦 βˆ’ 1 = βˆ’ π‘₯ + (βˆ’ )
4 8

Sama-sama dikali 8

8𝑦 βˆ’ 8 = βˆ’6π‘₯ βˆ’ 3

6π‘₯ + 8𝑦 βˆ’ 5 = 0

2. Diketahui 𝑑 = {π‘₯, 𝑦)|π‘˜π‘₯ βˆ’ 3𝑦 + 1 = 0} dan 𝐡 (3,1). Carilah π‘˜, jika 𝑀1 (𝐡) = 𝐡


Jawab :
Substitusi titik 𝐡 ke persamaan garis 𝑑

π‘˜π‘₯ βˆ’ 3𝑦 + 1 = 0

11
π‘˜(3) βˆ’ 3(1) + 1 = 0

3π‘˜ βˆ’ 3 + 1 = 0

3π‘˜ βˆ’ 2 = 0

3π‘˜ = 2

2
π‘˜=
3

3. Jika S suatu yang didefinisikan


𝑆(𝑃) = (π‘₯ βˆ’ 5, 𝑦 + 3) untuk semua titik P. periksa apakah S isometri. Dapatkah anda
menggeneralisasikan hasilnya ?
Jawab :
Domain
𝑃1 (0,0) β†’ (βˆ’5,3)
𝑃2 (2,2) β†’ (βˆ’4,4)
Syarat isometri
P1P2 = 𝑃1 ′𝑃2 β€²

√(1 βˆ’ 0)2 + (1 βˆ’ 0)2 = √(βˆ’5 + 4)2 + (βˆ’5 + 4)2

√12 + 12 = √12 + 12

√2 = √2
Sehingga S merupakan Isometri
Generalisasi Hasil
Misal :
Domain Bayangan
A (a,b) β†’ A’= (π‘Ž βˆ’ 5, 𝑏 + 3)
B (c,d) β†’ A’ = (𝑐 βˆ’ 5, 𝑑 + 3)
Syarat Isometri
𝐴𝐡 = 𝐴’𝐡’

√(π‘Ž βˆ’ 𝑐)2 + (𝑏 βˆ’ 𝑑)2 = √(π‘Ž βˆ’ 5 βˆ’ 𝑐 + 5)2 + (𝑏 + 3 βˆ’ 𝑑 βˆ’ 3)2

√(π‘Ž βˆ’ 𝑐)2 + (𝑏 βˆ’ 𝑑)2 = √(π‘Ž βˆ’ 𝑐)2 + (𝑏 βˆ’ 𝑑)2

12
4. Periksa apakah T suatu isometri yang didefinisikan untuk titik 𝑃(π‘₯, 𝑦) oleh 𝑇(𝑃) =
(2π‘₯, 𝑦 βˆ’ 1)
Jawab :
Domain Bayangan
𝐴 (π‘Ž, 𝑏) β†’ 𝐴’(2π‘Ž, 𝑏 βˆ’ 1)
𝐡(π‘₯, 𝑦) β†’ 𝐡’(2π‘₯, 𝑦 βˆ’ 1)
𝑠yarat Isometri
AB = 𝐴’𝐡’
√(π‘₯ βˆ’ π‘Ž)2 + (𝑦 βˆ’ 𝑏)2 = √(2π‘₯ βˆ’ 2π‘Ž)2 + (𝑦 βˆ’ 1 βˆ’ 𝑏 + 1)2
√(π‘₯ βˆ’ π‘Ž)2 + (𝑦 βˆ’ 𝑏)2 β‰  √(2π‘₯ βˆ’ 2π‘Ž)2 + (𝑦 βˆ’ 𝑏)2
Sehingga T bukan merupakan Isometri

5. Diberikan titik-tiitk A(1,-1), B(4,0), C(-4,1), dan D(-2,k). Jika T suatu isometri yang
memetakan A onto C, dan B onto D. Carilah K!
Jawab:
Karena T isometri
𝐴𝐡 = 𝐢𝐷
√(π‘₯2 βˆ’ π‘₯1 )2 + (𝑦2 βˆ’ 𝑦1 )2 = √(π‘₯2 βˆ’ π‘₯1 )2 + (𝑦2 βˆ’ 𝑦1 )2

√(1 βˆ’ 4)2 + (βˆ’1 βˆ’ 0)2 = √(βˆ’4 + 2)2 + (1 βˆ’ π‘˜)2

√9 + 1 = √4 + (1 βˆ’ π‘˜)2
10 = 4 + (1 βˆ’ π‘˜)2
6 = (1 βˆ’ π‘˜)2
±√6 = 1 βˆ’ π‘˜
π‘˜1 = 1 + √6
π‘˜2 = 1 βˆ’ √6

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isometri adalah suatu transformasi atas Refleksi (pencerminan), Translasi
(pergeseran), dan Rotasi (perputaran) pada sebuah garis yang mempertahankan jarak
(panjang suatu ruas garis). Isometri memiliki tiga sifat yaitu: 1) memetakan garis ke garis,
2) memetakan besar sudut antara dua garis, dan 3) mengawetkan kesejajaran dua garis.
Terdapat dua jenis isometri yaitu: 1) Memindahkan bangun geometri langsung dari satu
posisi ke posisi lain, 2) Memindahkan suatu bangun dengan memutar bangun tersebut.
Suatu pemetaan dikatakan langsung, jika pemetaan tersebut mengawetkan orientasi; yakni
apabila arah gerakan benda sama dengan arah gerakan bayangannya, dan sebaliknya suatu
pemetaan disebut berlawanan jika pemetaan itu membalikan orientasi; yakni jika arah
gerakan benda berlawanan dengan arah gerakan bayangannya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Rawuh, 1993. Geometri Transformasi. Bandung : Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Rawuh. 1992. Geometri Transformasi. Dept. P dan K: Bandung

Rasmedi S,Ame .2007.Geometri Transformasi . Jakarta : Universitas Terbuka.


B.Susanta (1990). Geometri Transformasi. FMIPA Universitas Gajah Mada: Yogyakarta

15

Anda mungkin juga menyukai