Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zulkarnaen Ali Kapita Budaya

NIM : 180253611571
Offering : DKV – FF

Analisis Candi Prambanan

Komplek Candi Prambanan adalah komplek candi terbesar di Indonesia, yang


diperkirakan dibangun pada abad ke-9 Masehi oleh Rakai Pikatan dan diteruskan oleh Raja
Lokapala dan Raja Balitung Maha Sambu. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, yaitu
tiga dewa terbesar di agama Hindu. Komplek percandian Prambanan terdiri atas latar bawah
(njaba), latar tengah (tengahan) dan latar atas (latar pusat/njeron) yang semakin ke arah dalam
makin tinggi letaknya.

Latar pusat adalah latar terpenting diatasnya berdiri 16 buah candi besar dan kecil.
Candi-candi utama terdiri atas 2 deret yang saling berhapan. Deret pertama yaitu Candi Siwa,
Candi Wisnu, dan Candi Brahma. Deret kedua yaitu Candi Nandi , Candi Angsa dan Candi
Garuda. Pada ujung lorong yang memisahkan kedua deretan candi tersebut terdapat candi
apit. Delapan candi lainnya lebih kecil. Empat antaranya Candi Kelir dan empat candi lainnya
disebut candi sudut. Secara keseluruhan terdiri atas 240 Candi.

Pada Latar pusat terdapat candi yang terbesar dan yang terpenting yaitu Candi Siwa.
Candi Siwa adalah candi yang didalamnya terdapat arca Siwa Mahadewa. Maka dari itu candi
ini dinamakan Candi Siwa. Candi Siwa juga dikenal dengan nama Candi Rara Jonggrang,
karena dalam salah satu ruangannya terdapat Arca Durga Mahisasuramardani, yang sering
disebut sebagai Arca Rara Jonggrang.

Bangunan Candi Siwa ini dibagi atas 3 bagian secara vertikal kaki, tubuh dan
kepala/atap, kaki candi menggambarkan “duni bawah” tempat manusia yang diliputi hawa
nafsu, tubuh candi menggambarkan “dunia tengah” tempat manusia yang telah meninggalkan
keduniawian dan atap melukiskan ”dunia atas” tempat para dewa. Gambar kosmos nampak
pula dengan adanya arca dewa-dewa dan makhluk surgawi yang menggambarkan Gunung
mahameru tempat para dewa. Percandian prambanan merupakan replika gunung itu terbukti
dangan adanya arca-arca dewa lokapala yang terpahat pada kaki Candi Siwa. Empat pintu
masuk pada candi itu sesuai dengan keempat  arah mata angin.

Sepanjang dinding kaki Candi Siwa dihiasi dengan pahatan dua macam hiasan yang
letaknya berselang-seling. Yang pertama adalah gambar seekor singa yang berdiri di antara
dua pohon kalpataru. Hiasan ini terdapat di semua sisi kaki Candi Siwa dan kelima candi
besar lainnya. Pada dinding kaki di sisi utara dan selatan Candi Siwa, hiasan singa di atas
diapit dengan panel yang memuat pahatan sepasang binatang yang sedang berteduh di bawah
sebatang pohon kalpataru yang tumbuh dalam jambangan. Berbagai binatang yang
digambarkan di sini, di antaranya: kera, merak, kijang, kelinci, kambing, angsa, bangau,
domba, rusa dan anjing. Di atas setiap pohon bertengger dua ekor burung.

Pada sisi-sisi lain dinding kaki candi, baik kaki Candi Siwa maupun candi besar
lainnya, panel bergambar binatang ini diganti dengan panel bergambar kinara-kinari,
sepasang burung berkepala manusia, yang juga sedang berteduh di bawah pohon kalpataru.
Tangga untuk naik ke permukaan batur terletak di sisi timur. Tangga atas ini dilengkapi
dengan sisi tangga yang dindingnya dihiasi dengan pahatan sulur-suluran dan binatang.
Pangkal tangga dihiasi pahatan kepala naga yang menganga lebar dengan sosok dewa dalam
mulutnya. Di kiri dan kanan tangga terdapat candi kecil yang beratap runcing dengan pahatan
Arca Syiwa di keempat sisi tubuhnya.

Di puncak tangga terdapat gapura paduraksa menuju lorong di permukaan batur. Di


atas ambang gapura terdapat pahatan Kalamakara yang indah. Di balik gapura terdapat
sepasang candi kecil yang mempunyai relung di tubuhnya. Relung tersebut berisi Arca
Mahakala dan Nandiswara, dewa-dewa penjaga pintu. Di permukaan batur terdapat selasar
selebar sekitar 1 m yang mengelilingi tubuh candi. Selasar ini dilengkapi dengan pagar atau
langkan, sehingga bentuknya mirip sebuah lorong tanpa atap. Lorong berlangkan ini
berbelok-belok menyudut, membagi dinding candi menjadi 6 bagian. Sepanjang dinding
tubuh candi dihiasi deretan pahatan Arca Lokapala. Lokapala adalah dewa-dewa penjaga arah
mata angin, seperti Bayu, Indra, Baruna, Agni dan Yama.

Sepanjang sisi dalam dinding langkan terpahat relief Ramayana. Cerita Ramayana ini
dipahatkan searah jarum jam, dimulai dari adegan Wisnu yang diminta turun ke bumi oleh
para raja guna mengatasi kekacuan yang diperbuat oleh Rahwana dan diakhiri dengan adegan
selesainya pembangunan jembatan melintas samudera menuju Negara Alengka. Sambungan
cerita Ramayana terdapat dinding dalam langkan Candi Brahma.

Di atas dinding langkan berderet hiasan ratna. Di bawah ratna, pada sisi luar dinding
langkan, terdapat relung kecil dengan hiasan Kalamakara di atasnya. Dalam relung terdapat 2
motif pahatan yang ditampilkan berselang-seling, yaitu gambar 3 orang yang berdiri sambil
berpegangan tangan dan 3 orang yang sedang memainkan berbagai jenis alat musik. Pintu
masuk ke ruangan-ruangan dalam tubuh candi terdapat di teras yang lebih tinggi lagi. Untuk
mencapai teras atas, terdapat tangga di depan masing-masing pintu ruangan.

Dalam tubuh candi terdapat empat ruangan yang mengelilingi ruangan utama yang
terletak di tengah tubuh candi. Jalan masuk ke ruangan utama adalah melalui ruang yang
menghadap ke timur. Ruangan ini ruangan kosong tanpa arca atau hiasan apapun. Pintu
masuk ke ruang utama letaknya segaris dengan pintu masuk ke ruang timur. Ruang utama ini
disebut Ruang Siwa karena di tengah ruangan terdapat Arca Siwa Mahadewa, yaitu Siwa
dalam posisi berdiri di atas teratai dengan satu tangan terangkat di depan dada dan tangan lain
mendatar di depan perut. Arca Siwa tersebut terletak di atas landasan setinggi sekitar 60 cm,
berbentuk yoni dengan saluran pembuangan air di sepanjang tepi permukaannya. Konon Arca
Siwa ini menggambarkan Raja Balitung dari Mataram Hindu (898 - 910 M) yang dipuja
sebagai Siwa. Tidak terdapat pintu penghubung antara Ruang Siwa dengan ketiga ruang di
sisi lain. Ruang utara, barat, dan selatan memiliki pintu sendiri-sendiri yang terletak tepat di
depan tangga naik ke teras atas.

Dalam ruang utara terdapat Arca Durga Mahisasuramardini, yaitu Durga sebagai dewi
kematian, yang menggambarkan permaisuri Raja Balitung. Durga digambarkan sebagai dewi
bertangan delapan dalam posisi berdiri di atas Lembu Nandi menghadap ke Candi Wisnu.
Satu tangan kanannya dalam posisi bertelekan pada sebuah gada, sedangkan ketiga tangan
lainnya masing-masing memegang anak panah, pedang dan cakram. Satu tangan kirinya
memegang kepala Asura, raksasa kerdil yang berdiri di atas kepala mahisa (lembu),
sedangkan ketiga tangan lainnya memegang busur, perisai dan bunga. Arca Durga ini oleh
masyarakat sekitar disebut juga Arca Rara Jonggrang, karena arca ini diyakini sebagai
penjelmaan Rara Jonggrang. Rara Jonggrang adalah putri raja dalam legenda setempat, yang
dikutuk menjadi arca oleh Bandung Bandawasa.

Dalam ruang barat terdapat Arca Ganesha dalam posisi bersila di atas padmasana
(singgasana bunga teratai) dengan kedua telapak kaki saling bertemu. Kedua telapak tangan
menumpang di lutut dalam posisi tengadah, sementara belalainya tertumpang dilengan kiri.
Arca Ganesha ini menggambarkan putra mahkota Raja Balitung. selempang di bahu
menunjukkan bahwa ia juga seorang panglima perang.

Dalam ruang selatan terdapat Arca Agastya atau Siwa Mahaguru. Arca ini meliliki
postur tubuh agak gemuk dan berjenggot. Siwa Mahaguru digambarkan dalam posisi berdiri
menghadap ke Candi Brahma di selatan dengan tangan kanan memegang tasbih dan tangan
kiri memegang sebuah kendi. Di belakangnya, di sebelah kiri terdapat pengusir lalat dan di
sebelah kanan terdapat trisula. Konon Arca Siwa Mahaguru ini menggambarkan seorang
pendeta penasihat kerajaan.

Didepan Candi Siwa terdapat Candi Nandi yang saling berhadapan. Candi Nandi
mempunyai satu tangga masuk yang menghadap ke barat, yaitu ke Candi Siwa. Nandi adalah
lembu suci tunggangan Dewa Siwa. Jika dibandingkan dengan Candi Garuda dan Candi
Angsa yang berada di sebelah kanan dan kirinya, Candi Nandi mempunyai bentuk yang
sama, hanya ukurannya sedikit lebih besar dan lebih tinggi. Tubuh candi ini berdiri di atas
batur setinggi sekitar 2 m. Seperti yang terdapat di Candi Siwa, pada dinding kaki terdapat
dua motif pahatan yang letaknya berselang-seling. Yang pertama merupakan gambar singa
yang berdiri di antara dua pohon kalpataru dan yang kedua merupakan gambar sepasang
binatang yang berteduh di bawah pohon kalpataru. Di atas pohon bertengger dua ekor
burung. Gambar-gambar semacam ini terdapat juga pada candi lainnya.

Candi Nandi memiliki satu ruangan dalam tubuhnya. Tangga dan pintu masuk ke
ruangan terletak di sisi barat. Dalam ruangan terdapat Arca Lembu Nandi, kendaraan Siwa,
dalam posisi berbaring menghadap ke barat. Dalam ruangan tersebut terdapat juga dua arca,
yaitu Arca Surya (dewa matahari) yang sedang berdiri di atas kereta yang ditarik oleh tujuh
ekor kuda dan Arca Candra (dewa bulan) yang sedang berdiri di atas kereta yang ditarik oleh
sepuluh ekor kuda. Dinding ruangan tidak dihias dan terdapat sebuah batu yang menonjol
pada tiap sisi dinding yang berfungsi sebagai tempat meletakkan lampu minyak. Dinding
lorong di sekeliling tubuhcandi juga polos tanpa hiasan pahatan.

Anda mungkin juga menyukai