Anda di halaman 1dari 9

1.

Definisi dan Konsep Remote Sensing

Penginderaan jarak jauh adalah ilmu (untuk beberapa kasus dikatakan seni)
dalam penerimaan/perolehan informasi mengenai permukaan bumi tanpa secara
langsung melakukan kontak dengannya. Ini dilakukan oleh penginderaan dan
pencatatan energi yang direfleksikan atau dipancarkan dan melakukan proses, analisa
dan aplikasi terhadap informasi tersebut (Setiawan W, 2012).
Remote sensing memiliki konsep dengan menggunakan sensor untuk
menangkap gelombang elektromagnetik yang dihasilkan dari pantulan atau
dipancarkan dari obyek. Gelombang elektromagnetik yang ditangkap oleh sensor
kemudian diuabah menjadi sinyal listrik. Kemudian sinyal listrik akan disususn
kedalam bentuk matriks agar data-data berbentuk matriks tersebut mudah
divisualisasikan dalam bentuk citra. Data berbentuk citra tersebut yang kemudian
akan diolah oleh sistem pengolahan citra dan untuk dianalisis.

2. Geographic Information System


Geographic Information System atau Sistem Informasi Geografik adalag
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi data spasial dan
situasi yang berada pada ruang muka bumi untuk menyelesaikan masalah yang
terdapat pada ruang muka tersebut (Sugandi, dkk. 2009).

3. Method For Gaining Spatial Data


Sumber data GIS berasal dari data remote sensing berupa foto udara atau satelit.
Selain data remote sensing, data lapangan, data statistic, dan data peta diperlukan
untuk membuat data yang lebih informatif. Foto udara tidak dapat langsung
digunakan, sebab harus diinterpretasikan dahulu arti dari obejek-objek yang berada
dalam foto tersebut, setelah itu dapat dikonversikan dalam bentuk digital.

4. Satelite Remote Sensing


Contohnya sebagai berikut:
a. Citra satelit cuaca terdiri dari TIROS-1, ATS-1, GOES, NOAA AVHRR,
MODIS, dan DMSP.
b. Citra satelit alam terdiri dari resolusi rendah yaitu: SPOT, LANDSAT, dan
ASTER dan citra satelit resolusi tinggi, yaitu: IKONOS dan QUICKBIRD.

5. Citra/ Satelite Image


Resolusi citra terdiri dari Tiga macam yaitu:
1. Karakter spasial atau yang lebih dikenal sebagai resolusi spasial, bahwa data citra
penginderaan jauh memiliki luasan terkecil yang dapat direkam oleh sensor.
Sebagai contoh untuk Landsat TM memiliki luasan terkecil yang mampu direkam
adalah 30 x 30 m dan mampu merekam daerah selebar 185 km. 1 Scene citra
landsat memiliki luas 185 km x 185 km.
2. Karakteristik spektral atau lebih sering disebut sebagai resolusi spektral, Data
penginderaan jauh direkam pada julat panjang gelombang tertentu. Masing-masing
satelit biasanya membawa lebih dari satu jenis sensor dimana tiap sensor akan
memiliki kemampuan untuk merekam julat panjang gelombang tertentu.
3. Karakteristik Temporal, Bahwa citra satelit dapat merekam suatu wilayah secara
berulang dalam waktu tertentu, sebagai contoh satelit Landsat 3 dapat melakukan
perekaman ulang terhadap satu wilayah setelah selang 18 hari.

6. Klasifikasi Citra
Klasifikasi citra dibagi menjadi 2 metode yaitu klasifikasi terbimbing dan
klasifikasi tidak terbimbing
1. Klasifikasi tidak terbimbing
Klasifikasi tidak terbimbing merupakan proses pengelompokkan piksel-piksel
para citra menjadi beberapa kelas menggunakan analisa klaster.
2. Klasifikasi terbimbing
Klasifikasi terbimbing merupakan klasifikasi untuk memperbaiki proses
klasifikasi tidak terbimbing yang sudah dilakukan sebelumnya (Jaya, 2002).
7. Interpretasi Citra
Interpretasi citra secara visual dilakukan dengan mengamati hasil visualisasi
citra dengan mempertimbangkan karakteristik obyek untuk memperoleh kesimpulan
jenis obyek yang diamati, dalam interpretasi citra biasanya dikenal dengan kunci
interpretasi dan unsur interpretasi. Kunci interpretasi adalah hasil interpretasi citra yang
sudah dinyatakan sahih untuk menggambarkan obyek suatu wilayah/daerah digunakan
untuk pengenalan obyek daerah lain yang mempunyai kemiripan terhadap daerah
yang telah dikenal tersebut, misalnya hasil interpetasi daerah Rancaekek digunakan
untuk pengenalan obyek di daerah Cicalengka. Unsur interpretasi adalah seperangkat
alat untuk melakukan pengenalan obyek dari yang mudah sampai yang rumit
sehingga dapat diperoleh kesimpulan berkenaan dengan obyek yang diamati. Unsur
interpretasi adalah; rona/warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan/tinggi, situs dan
asosiasi.

a. Rona / Warna

Rona dan warna disebut unsur dasar dalam pengenalan obyek, hal ini
menunjukkan betapa pentingnya rona dan warna dalam pengenalan obyek.
Pengenalan obyek pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya. Rona atau
warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk memisahkannya dari
rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan
bayangannya. Itulah sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar.

Rona ini merupakan unsur dasar dalam interpretasi citra. Rona merupakan
tingkat kecerahan suatu objek dengan tingkatan mulai dari hitam hingga putih dan
sebaliknya. Contohnya adalah perairan yang dangkal seperti bibir pantai memiliki
rona yang cerah

b. Ukuran

Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Ukuran
obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka dalam pemanfaatan “ukuran” sebagai
unsur interpretasi citra harus selalu mempertimbangkan skala. Ukuran ini berkaitan
dengan skala citra, bisa berupa luas, panjang, tinggi atau volume.

Contoh pengenalan obyek berdasarkan ukuran :


1. Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor,
atau industry.

2. Lapangan olahraga dicirikan oleh segi empat.

3. Nilai kayu ditentukan oleh jenis kayunya juga ditentukan oleh volumenya.
Volume kayu bisa ditaksir bedasarkan tingi pohon, ;uas hutan serta
kepadatan pohonnya, dan diameter batang pohon.

c. Bentuk
Bentuk terbagi dalam bentuk secara umum dan bentuk rinci. Bentuk merupakan
bentuk obyek secara umum, sehingga untuk menafsirkan obyek yang ada pada citra
hanya dengan melihat ciri khas yang ada pada obyek tersebut. Misalnya; gunung
berapi memiliki bentuk kerucut. Bentuk rinci adalah bentuk rinci dari bentuk umum.
Contohnya adalah gunung api dengan tipe strato yang tidak mutlak berbentuk kerucut,
tetapi masih ada bentuk lain seperti adanya aliran sungai di lereng gunung serta adanya
pataham sehingga membentuk igir kecil.
Bentuk merupakan ciri objek yang dapat dengan jelas telihat sehingga mudah
untuk mengenali objek berdasarkan bentuk objek, misalnya adalah lapangan sepak
bola yang terlihat berbentuk elips atau rumah yang rata-rata memiliki bentuk
persegi panjang.
Berkaitan dengan bentuk, terdapat dua istilah bentuk yaitu bentuk umum atau
luar (shape) dan bentuk rinci ( form). Contoh bentuk luar (Shape) adalah bentuk bumi
bulat, bentuk wilayah indonesia memanjang sejauh 5.100 km, sedangkan contoh
bentuk rinci (form) adalah Pada bumi yang bentuknya bulat terdapat berbagai bentuk
relief atau bentuk lahan seperti gunungapi, dataran pantai, tanggul alam, dsb., Wilayah
Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk (rinci) negara kepulauan.
Wilayah yang memanjang dapat berbentuk masif atau bentuk lainnya, akan tetapi
bentuk wilayah kita berupa himpunan pulau-pulau. Dan Baik bentuk luar maupun
bentuk rinci, keduanya merupakan unsur interpretasi citra yang penting. Banyak
bentuk yang khas sehingga memudahkan pengenalan obyek pada citra.
d. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer,
1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan
secara individual. Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur diantaranya adalah :
1. Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus.
2. Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang,
dan tanaman pekarangan bertekstur kasar.
3. Permukaan air yang tenang bertekstur halus.
e. Pola
Pola, tinggi, dan bayangan dikelompokkan ke dalam tingkat kerumitan tertier.
Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan
tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri
yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusai dan bagi beberapa obyek
alamiah. Contoh pengenalan obyek berdasarkan pola adalah :
1. Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi dan jenis batuan. Pola
aliran trellis menandai struktur lipatan. Pola aliran yang padat mengisyaratkan
peresapan air kurang sehingga pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran
dendritik mencirikan jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan
sedikit atau tanpa pengaruh lipatan maupun patahan. Pola aliran dendritik
pada umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan endapan
tebal oleh gletser yang telah terkikis.
2. Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu dengan
rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing menghadap ke
jalan.
3. Kebun karet, kelapa, kopi, dan sebagainya mudah dibedakan dari hutan atau
vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur.
Pola merupakan tingkat kecenderungan bentuk suatu objek dan bisa menjadi
pertanda akan adanya objek lain baik itu hasil dari bentukan manusia (buatan) ataupun
alami.
f. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah
gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak
sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan
sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang justru
lebih tampak dari bayangannya. Contohnya adalah :
1. Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi
lebih tampak dari bayangannya.- Tembok stadion, gawang sepak bola, dan
pagar keliling lapangan tenis pada foto berskala 1 : 50.0000 juga lebih
tampak dari bayangannya.
2. Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
Bayangan memiliki sifat menyembunyikan kedetailan suatu objek yang berada
di area yang gelap. Namun begitu, bayangan ini juga merupakan kunci penting dalam
pengenalan obyek. Misalnya adalah lereng yang terjal akan terlihat lebih jelas dengan
adanya bayangan.
g. Situs
Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang
lebih tinggi pada Gambar diatas. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung,
melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya.
Situs diartikan dengan berbagai makna oleh para pakar, yaitu ; Letak suatu
obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan Simonett, 1975). Di dalam
pengertian ini, Monkhouse (1974) menyebutnya situasi, seperti misalnya letak kota
(fisik) terhadap wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap
parsif tanahnya
Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang
dipengaruhi oleh faktor situs, seperti: beda tinggi, kecuraman lereng, keterbukaan
terhadap sinar, keterbukaan terhadap angin, dan ketersediaan air permukaan dan air.
Faktor yang mempengaruhi Situs ini diantaranya adalah :
1. Beda tinggi.
2. Kecuraman lereng.
3. Keterbukaan terhadap sinar.
4. Keterbukaan terhadap angin.
5. Ketersediaan air permukaan dan air tanah.
Contoh pengenalan obyek berdasarkan Situs diantaranya adalah :
1. Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin
jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, atau
jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya bergerombol (pola) dan situsnya di air
payau, maka yang tampak pada foto tersebut mungkin sekali nipah.
2. Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi menghendaki
pengaturan air yang baik.
3. Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting pantai, tanggul alam,
atau di sepanjang tepi jalan.
Situs ini merupakan posisi suatu obyek terhadap obyek yang lain yang ada di
sekitarnya. Misalnya adalah pemukiman yang memiliki pola linier dengan mengikuti
panjang jalan atau pantai dan sekolah yang berada di dekat lapangan sepak bola.
h. Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan
obyek lain. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering
merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Contohnya adalah :
1. Di samping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi panjang
serta dengan ukurannya sekitar 80 m x 100 m, lapangan sepak bola di tandai
dengan adanya gawang yang situsnya pada bagian tengah garis
belakangnya. Lapangan sepak bola berasosiasi dengan gawang. Kalau tidak
ada gawangnya, lapangan itu bukan lapangan sepak bola. Gawang tampak
pada foto udara berskala 1: 5.000 atau lebih besar.
2. Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih
dari satu (bercabang).
3. Gedung sekolah di samping ditandai oleh ukuran bangunan yang relatif
besar serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga ditandai dengan
asosiasinya terhadap lapangan olah raga. Pada umumnya gedung sekolah
ditandai dengan adanya lapangan olahraga di dekatnya.
Asosiasi merupakan keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lainnya.
Contoh dari asosiasi ini adalah keberadaan stasiun kereta api yang berasosiasi dengan
rel kereta api.
i. Konvergensi bukti
Ialah penggunaan beberapa unsure interpretasi citra sehingga lingkupnya
menjadi semakin menyempit kea rah satu kesimpulan tertentu . Contoh: TUmbuhan
dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon palem. Bila ditambah
unsurinterpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair payau, maka
tumbuhan palma tersebut adalah sagu.

Gambar 2. Konsep Konvergensi Bukti


Hasil interpretasi dapat dinyatakan sahih bila dapat menggambarkan atau
mengenali obyek yang ada citra sama dengan kenyataan di lapangan. Upaya untuk
menjelaskan kualitas hasil interpretasi dapat dilakukan dengan analisis kehandalan
interpretasi dengan melihat tingkat keakuratan interpretasi secara menyeluruh. Salah
cara untuk menguji keakuratan interpretasi adalah membandingkan antara hasil
interpretasi dengan hasil di lapangan, jumlah kesalahan dan kebenaran hasil
interpretasi menjadi dasar dalam menentukan keakuratan interpretasi. Akurasi
keseluruhan dinyatakan dengan jumlah sampel hasil interpretasi yang tepat dibagi
dengan jumlah sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan W, 2012. Pengolahan Citra Penginderaan Jauh (Klasifikasi, Fusi Data,


dan Deteksi Peribahan Wilayah). UPI Press Bab II Penginderaan Jauh. Diakses
melalui http://file.upi.edu/
Sugandi Dede, dkk. 2009. Sostem Informasi Geografi (SIG). Fakultas Pendidikan dan
Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia.
Jaya, INS. 2002. Penginderaan Jauh Satelit untuk Kehutanan. Laboratorium
Inventarisasi Hutan, Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB.
Khossyiah, M., M. Aroza, H Noor M.A., V. Andarista, A.D. Rahmawati, R.K.
Putra, 2017 Interpretasi citra quick bird untuk identifikasi penggunaan lahan di
Desa Karang Tengah Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen, Prosiding ,
Seminar Nasional Geotik, 2017 ISSN: 2580-8796
Sutanto. 1986.Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: UGM Press.
Wulansari, H., 2017, Uji Akurasi Klasifikasi Penggunaan Lahan dnegan
Menggunakan Metode Defuzzifikasi Maximum Likeloihood, Bhumi Vol. 3
No. 1.

Anda mungkin juga menyukai