Anda di halaman 1dari 28

KONSEP LANJUT USIA (LANSIA)

1.    Pengertian Lanjut Usia (Lansia)


 Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,
2006).
 Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
 WHO  dan  Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  1998  tentang
kesejahteraan  lanjut  usia  pada  Bab  1  Pasal  1  Ayat  2  menyebutkan
bahwa  usia  60  tahun  adalah  usia  permulaan  tua.  Menua  bukanlah
suatu  penyakit,  tetapi  merupakan  proses  yang  berangsur-angsur
mengakibatkan  perubahan  kumulatif,  merupakan  proses  menurunya
daya  tahan  tubuh  dalam  menghadapi  rangsangan  dari  dalam  dan  luar
tubuh.
 Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai
umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi,
2000).

2.   Batasan Lansia
     WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/
biologis menjadi 4 kelompok yaitu :
1)   Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2)   Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3)   Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4)   Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.

3.    Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui
keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


a. Jenis kelamin
Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan
masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan.
Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka
perempuan mungkin menghadapi osteoporosis.
b. Status perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan
mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
c. Living arrangement:
misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri, anak
atau kekuarga lainnya.
d. Kondisi kesehatan
1) .Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada
orang lain dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar
dan kecil.
2).Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi
tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
e.  Keadaan ekonomi
1).Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan
lain kalau masih bisa aktif.
2).Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan
keuangan dari anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada
anggota keluarga yang tergantung padanya.
3).kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,
sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat 
terancam, sehinga cukup beralasan untuk melakukann berbagai
perubahan besar dalam kehidupan, menentukan kondisi hidup yang
dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


1. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi,1999)
a. Permasalahan umum
1).Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2).Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga
yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
3).Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
b.Permasalahan khusus :
1). Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial.
2). Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3). Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4). Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5). Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
6). Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.

2. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
dan sexual (Azizah, 2011)

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


a. Perubahan Fisik
1.  Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun.
2.  Sistem Intergumen:
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan
glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal
dengan liver spot.
3 .Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai
berikut: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan
pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
4.Kartilago
jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan
akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan
kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
5. Tulang
berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian dari
penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut
mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
3. Otot
perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


4. Sendi
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
fasia mengalami penuaan elastisitas.
5. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada
jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan
jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
6. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi
kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang.
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan
gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks
berkurang.
10.Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
a). Kehilangan gigi,
b). Indra pengecap menurun,
c). Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
d).Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
11. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,
dan reabsorpsi oleh ginjal.

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


12. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

13. Sistem reproduksi


Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.

b.   Perubahan Kognitif


1). Memory (Daya ingat, Ingatan)
2). IQ (Intellegent Quocient)
3). Kemampuan Belajar (Learning)
4). Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5). Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6). Pengambilan Keputusan (Decission Making)
7). Kebijaksanaan (Wisdom)
8). Kinerja (Performance)
9). Motivasi

c.    Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1).Pertama- tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
2). Kesehatan umum
3). Tingkat pendidikan
4). Keturunan (hereditas)
5). Lingkungan
6). Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7). Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8). Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


teman dan famili.
9). Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.

b. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan
keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam
sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


TINJAUAN TEORI
STROKE HEMORAGIC

A. Definisi
Menurut WHO stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak
yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klink baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Stroke Hemoragic adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes kedalam suatu
daerah diotak dan kemudian merusaknya (M.Adib,2009)
Stroke hemoragik adalah perdarahan intraserebral dan subarachnoid
yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak.

B. Anatomi dan fisiologi peredaran darah otak

Anatomi vaskuler otak dapat dibagi menjadi 2 bagian: anterior


(carotid sistem) dan posterior (vertebrobasiler). Darah arteri yang ke otak
berasal dari arkus aorta. Di sisi kiri, arteri karotis komunis dan arteri
subklavia berasal langsung dari arkus aorta. Disisi kanan, arteri trunkus

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


brakiosevalika (inominata) berasal dari arkus aorta yang bercabang
menjadi arteri subklavia dextra dan arteri karotis kamunis dextra. Di kedua
sisi, sirkulasi darah arteri ke otak disebelah anterior dipasok oleh 2 arteri
karotis interna dan di posterior oleh 2 arteri vertabralis (Gofir, 2009; Price,
2006).
Arteri karotis interna bercabang menjadi arteri serebri anterior dan
arteri serebri media setelah masuk ke cranium melalui kanalis karotikus,
berjalan dalam sinus kavernosus. Kedua arteri tersebut memperdarahi
lobus frontalis, parital, dan sebagian temporal.
Arteri vertebralis berukuran lebih kecil dan berjalan melalui foramen
transverses vertebra servilakis kemudian masuk kedalam cranium melalui
foramen magnum, arteri tersebut menyatu untuk membentuk arteri
basilaris taut pons dan medulla di batang otak. Arteri basilaris bercabang
menjadi arteri serebellum superior kemudian arteri basilaris berjalan
keotak tengah dan bercabang menjadi sepasang arteri serebri posterior.
Sirkulus anterior bertemu dengan sirkulasi posterior membentuk
suatu arteri yang disebut sirkulus willisi. Sirkulus ini dibentuk oleh arteri
serebri anterior, arteri komunikantes anterior, arteri karotis interna, arteri
komunikantes posterior, dan arteri serebri posterior. Untuk menjamin
pemberian darah ke otak, setidaknya ada 3 sistem kolateral antara sistem
karotis dan sistem vertebrobasiler, yaitu:
1. Sirkulus Willisi yang merupakan anyaman arteri di dasar otak
2. Anastomosis arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna di daerah
orbital melalui arteri oftalmika.
3. Hubungan antara sistem vertebral dengan arteri karotis interna.

C. Etiologi
Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi adalah:
1. Aneurisma berry, biasanya defek kongenital.
2. Aneurisma fusiformis dari arteriosklerosis.
3. Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis.

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


4. Ruptur arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan
dan degenerasi pembuluh darah (Muttaqin, 2008).

Faktor resiko pada stroke adalah:


1. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif.
2. Kolesterol tinggi
3. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
4. Riwayat Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis
terakselerasi)
5. Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan
kadar estrogen tinggi)
6. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol (Smeltzer & Bare)
7. Obesitas atau kegemukan

Faktor yang menyebabkan perdarahan pada:


1. Intraserebral
a. Factor structural (lesi atau malformasi pembuluh darah)
 Aneurisma sakular
 Amiloid angiopati
 Malformasi arteriovenosa serebral
 Fistula dural arteriovenosa
b. Faktor hemodinamik
 Hipertensi kronik
c. Faktor hemostatik
 Penggunaan antikoagulan
 Panggunaan antiplatelet
 Defisiensi faktor pembekuan darah
2. Subarachnoid
a. Rupture aneurisma vascular
b. Trauma kepala

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


D. Klasifikasi
1. Perdarahan intraserebral (PIS)
Perdarahan intraserebral terjadi di dalam substansi atau parenkim
otak. Penyebab utamanya adalah hipertensi, khususnya yang tidak
terkontrol. Penyebab lain yaitu malformasi arteriovenosa (MVA),
alkoholisme, diskrasia darah, angiopati (Caplan, 2007). Pada
perdarahan jenis ini arteri yang berfungsi vaskularisasi otak rupture
atau pecah sehingga akan menyebabkan kebocoran dalam otak dan
kadang menyebabkan otak tertekan karena adanya penambahan
volume cairan. Orang-orang dengan hipertensi kronis terjadi proses
degenerative pada otot dan unsur elastis dari dinding arteri sehingga
dapat membentuk penggembungan kecil setempat yang disebut
aneurisme. Aneurima ini merupakan jenis Lokus Minorus Resisten
(LMR) yang mana bila ada tambahan beban yang sering diangakat,
sering tertawa, atau marah dapat menyebabkan pecahnya LMR
sehingga sering dikenal dengan stress stroke. (Warlow et al, 2007)

2. Perdarahan subarachnoid (PSA)


Penyebab tersering dari perdarahan ini adalah rupturnya aneurisma
yang terletak di otak dan perdarahan dari malformasi vaskuler yang
terletak dekat dengan piameter. Penyebab lain dapat berupa akibat
trauma angeopati amilod. Bila pecahnya aneurisma ini berhubungan
dengan cairan serebrospinal akan meningkatkan tekanan intrakranial
(TIK). Bila terus berlanjut dan tidak segera ditangani maka perdarahan
akan berlanjut ke arah koma dan kematian. Aneurisma pada
perdarahan subarachnoid muncul dari arteri-arteri di luar parenkim dan
aneurisma ini mempunyai ukuran yang lebih besar (Warlow et al,
2007)

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


E. Patofisiologi
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan
perdarahan subarachnoid. Insidens perdarahan intrakranial kurang lebih 20
% adalah stroke hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah
perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral (Caplan, 2000).
Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya
mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini
paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak.
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100 – 400
mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah
tersebut berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya
aneurisma tipe Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan
darah yang tiba-tiba menyebabkan rupturnya penetrating arteri yang kecil.
Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada
arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini
pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar
(Caplan, 2000).
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik
akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di
daerah yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala
neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang
menyebabkan nekrosis (Caplan, 2000).
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar
permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang
subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh
rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous
malformation (AVM).

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


F. Gambaran stroke menurut lokasi oklusi serebral
1. Arteri serebri media
 Lobus parietal menimbulkan hemianestesia kontralateral ( wajah dan
lengan lebih buruk dari tungkai )
 Lobus frontal menimbulkan hemiplegia kontralateral ( wajah dan
lengan lebih buruk dari tungkai)
 Lobus temporalis menimbulkan kuadrantanopia homonym.
 Jika hemisfer dominan yang terkena ( biasanya kiri ), afasia juga akan
timbul.
 Jika hemisfer non dominan yang terkena (biasanya kanan),
anosognosia/neglect sensorik dan apraksia akan timbul (tidak ada
gerakan kompleks, ketidakmampuan mengikuti perintah).
2. Arteri serebri anterior
 Parietal menimbulkan hemianestesia kontralateral (tungkai lebih buruk
dari wajah dan lengan).
 Lobus frontal menimbulkan hemiplegia kontralateral (tungkai lebih
buruk dari wajah dan lengan).
 Frontal media (garis tengah) menyebabkan inkontinensia urin, muncul
kembalinya reflex genggam.
3. Arteri serebri posterior : oksipital menyebabkan hemianopia homonym
dengan macula masih baik.
4. Arteri serebelaris anterior inferior (sindrom pons lateral) :
 Ipsilateral : paralisis gerakan fasial (nervus cranial VII), paralisis
pandangan konyugat kesisi lesi (nervus VI), nyeri/hilangnya sensasi
suhu pada wajah (nuclei/traktus trigeminospinal), sindrom horner
(simpatis desendens), ketulian/vertigo/nausea dan vomitus/nistagmus
yang arahnya menjauhi lesi (nervus VIII/nucleus koklear), distaksia
(pedunkulus serebelaris inferior/media), yang sulit mengontrol gerakan-
gerakan volunter.
 Kontralateral : hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada badan (traktus
spinotalamik).

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


5. Arteri serebelaris posterior inferior (sindrom Wallenberg/sindrom
medulla oblongata lateral)
 Ipsilateral : ataksia anggota badan dan tremor atensi (pedunkulus
serebeler inferior), vertigo/nausea dan vomitus/nistagmus yang
menjauhi lesi (inti vestibular), paralisi laring/faring/palatum (nucleus
ambiguus), nyeri/hilangnya sensasi wajah (nervus V spinal), sindrom
horner (hipotalamik desenden)
 Kontralateral : hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada badan (traktus
spinotalamikus)

G. Manifestasi Klinik
1. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus
stroke, terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan
serebelum. Yang gejala klinisnya adalah:
a. Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan
aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa
peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah,
gangguan memori, bingung, linglung, perdarahan retina dan
epistaktis.
b. Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia
atau hemiparese dan dapat disertai kejang fokal.
c. Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, reflek
pergerakan bola mata menghilang deserebrasi.
d. Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intracranial (TTIK),
misalnya papiledema dan perdarahan subhialoid
2. Perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarachnoid adalah suatu keadaan yang dimana terjadi
perdarahan diruang subarachnoid yang timbul secara primer, yang
gejala klinisnya yaitu:
a. Konsep penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak,
dramatis, berlangsung dalam 1-2 detik sampai 1 menit.

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


b. Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, menggigil, mudah
terangsang, gelisah dan kejang.
c. Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam
beberapa menit sampai jam.
d. Di jumpai gejala-gejala rangsangan meningen.
e. Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala
karekteristik perdarahan subarachnoid.
f. Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi dan takikardi,
hipotensi atau hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat,
atau gangguan pernapasan.

H. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
b. MRI: untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c. Angiografi serebral: untuk mencari sumber perdarahan
seperti aneurisma atau malformasi vaskuler
a. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke
e. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal
f. Elektro encephalografi / EEG: mengidentifikasi masalah didasarkan
pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi
yang spesifik.
g. Pemeriksaan EKG
Dapat membantu menentukan apakah terdapat disritmia, yang dapat
menyebabkan stroke. Perubahan EKG lainnya yang dapat
ditemukan adalah inversi gelombang T, depresi ST, dan kenaikan
serta perpanjangan QT.
g. Ultrasonografi Dopler

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


Mengidentifikasi penyakit arteriovena
h. Pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari
pertama. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang menjamin
kepastian dalam menegakkan diagnosa stroke, bagaimanapun
pemeriksaan darah termasuk hematokrit dan hemoglobin yang
bila mengalami peningkatan dapat menunjukkan oklusi yang lebih
parah; masa protrombin dan masa protrombin parsial, yang
memberikan dasar dimulainya terapi antikoagulasi; dan hitung sel
darah putih, yang dapat menandakan infeksi seperti endokarditis
bacterial sub akut. Pada keadaan tidak terjadinya peningkatan
TIK, mungkin dilakukan pungsi lumbal. Jika ternyata terdapat
darah dalam cairan serebrospinal yang dikeluarkan, biasanya
diduga terjadi hemorrhage subarakhnoid.
Pungsi lumbal juga melibatkan pemeriksaan CSS yang sering
memberi petunjuk bermanfaat tentang stroke, terutama apabila
pasien datang dalam keadaan tidak sadar dan tidak dapat
memberikan anamnesis sebagai contoh mungkin terdapat darah
pada CSS pada stroke hemoragik terutama perdarahan
subarachnoid. Informasi yang akan diperolah harus ditimbang
terhadap resiko melakukan pungsi lumbal pada pasien koma.
Yaitu, pada peningkatan TIK, oenurunan mendadak tekanan CSS
ditingkat spinal bawah dapat memicu gerakan kebawah isi
cranium disertai herniasi kedalam batang otak dan kematian
mendadak.

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


I. Komplikasi
Selama menjalani perawatan di RS, pasien stroke dapat mengalami
komplikasi akibat penyakitnya. Komplikasi yang umum terjadi adalah
bengkak otak (edema) yang terjadi pada 24 jam sampai 48 jam pertama
setelah stroke. Berbagai komplikasi lain yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut:
1. Kejang: Kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke
perdarahan. Kejadian kejang umumnya memperberat defisit
neurologik
2. Nyeri kepala: walaupun hebat, umumnya tidak menetap.
Penatalaksanaan membutuhkan analgetik dan kadang antiemetic.
3. Hiccup: penyebabnya adalah kontraksi otot-otot diafragma. Sering
terjadi pada stroke batang otak, bila menetap cari penyebab lain seperti
uremia dan iritasi diafragma.
Selain itu harus diwaspadai adanya:
b. Transformasi hemoragik dari infark
c. Hidrosefalus obstruktif
d. Peninggian tekanan darah. Sering terjadi pada awal kejadian dan
turun beberapa hari kemudian.
4. Demam dan infeksi. Demam berhubungan dengan prognosa yang tidak
baik. Bila ada infeksi umumnya adalah infeksi paru dan traktus
urinarius.
5. Emboli pulmonal. Sering bersifat letal namun dapat tanpa gejala.
Selain itu, pasien menderita juga trombosis vena dalam (DVT).
6. Abnormalitas jantung: Disfungsi jantung dapat menjadi penyebab,
timbul bersama atau akibat stroke. Sepertiga sampai setengah
penderita stroke menderita komplikasi gangguan ritme jantung.
7. Gangguan fungsi menelan, aspirasi dan pneumonia. Dengan
fluoroskopi ditemukan 64% penderita stroke menderita gangguan
fungsi menelan. Penyebab terjadi pneumonia kemungkinan tumpang
tindih dengan keadaan lain seperti imobilitas, hipersekresi dll.

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


8. Kelainan metabolik dan nutrisi. Keadaan undernutrisi yang berlarut-
larut terutama terjadi pada pasien umur lanjut.
9. Keadaan malnutrisi dapat menjadi penyebab menurunnya fungsi
neurologis, disfungsi kardiak dan gastrointestinal dan abnormalitas
metabolisme tulang.
10. Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia. Akibat pemasangan kateter
dauer, atau gangguan fungsi kandung kencing atau sfingter uretra
eksternum akibat stroke.
11. Perdarahan gastrointestinal. Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke.
Dapat merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien
stroke. Dianjurkan untuk memberikan antagonis H2 pada pasien stroke
ini.
12. Dehidrasi. Penyebabnya dapat gangguan menelan, imobilitas,
gangguan komunikasi dll.
13. Hiponatremi. Mungkin karena kehilangan garam yang berlebihan.
14. Hiperglikemia. Pada 50% penderita tidak berhubungan dengan adanya
diabetes melitus sebelumnya. Umumnya berhubungan dengan
prognosa yang tidak baik.
15. Hipoglikemia. Dapat karena kurangnya intake makanan dan obat-
obatan.

J. Penatalaksanaan Medis
1. Perdarahan intracranial
a. Pengobatan
1) Kontrol hipertensi: TD yg tinggi perdarahan & edema
serebri : Map 110 mmHg mulai terapi.
2) Mengatasi edema serebri : mannitol
b. Tindakan Operatif
1) Indikasi tindakan operatif :
a) Perdarahan intraserebeller > 3 cm

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


b) Perdarahan lobar + diameter > 3 cm + tanda-tanda
peninggian TIK yg cepat /perburukan klinis dicoba
tindakan operatif untuk life saving.
“Sebelum koma dalam dan pupil dilatasi maksimal”

2. Perdarahan subarachnoid
a. Pengobatan
1) Bedrest total (± 3 minggu)
2) Pengobatan simtomatik untuk Sakit kepala / gelisah
3) Edema serebri: mannitol
4) Untuk mencegah vasospasme : calsium entry blocker
“nimodipine”
b. Tindakan operatif
Untuk mencegah re-bleeding, setelah prosedur diagnostik
(arteriografi)

3. Terapi Umum stroke hemoragik


a. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
1) Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring.
2) Pada pasien hipoksia diberi suplai oksigen
b. Stabilisasi hemodinamik
1) Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari cairan
hipotonik)
2) Optimalisasi tekanan darah
3) Bila tekanan darah sistolik < 120mmHg dan cairan sudah
mencukupi, dapat diberikan obat-obat vasopressor.
4) Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama.
5) Bila terdapat CHF, konsul ke kardiologi
c. Pemeriksaan awal fisik umum
1) Tekanan darah
2) Pemeriksaan jantung ( nadi, tekanan nadi )

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


d. Pengendalian peninggian TIK
1) Pemantauan ketat terhadap risiko edema serebri harus
dilakukan dengan memperhatikan perburukan gejala dan tanda
neurologik pada hari pertama stroke
2) Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan
pasien yang mengalami penurunan kesadaran
3) Sasaran terapi TIK < 20 mmHg
4) Elevasi kepala 20-30º
5) Hindari penekanan vena jugulare
6) Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
7) Hindari hipertermia
8) Jaga normovolemia
9) Osmoterapi atas indikasi: manitol 0,25-0,50 gr/kgBB, selama
>20 menit, diulangi setiap 4-6 jam, kalau perlu diberikan
furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB IV
10) Intubasi untuk menjaga normoventilasi.
11) Drainase ventrikuler dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat
stroke iskemik serebelar
e. Pengendalian Kejang
1) Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan
diikuti phenitoin loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan
kecepatan maksimum 50 mg/menit
2) Pada stroke perdarahan intraserebral dapat diberikan obat
antiepilepsi profilaksis, selama 1 bulan dan kemudian
diturunkan dan dihentikan bila kejang tidak ada
f. Pengendalian suhu tubuh
1) Setiap penderita stroke yang disertai demam harus diobati
dengan antipiretika dan diatasi penyebabnya.
2) Beri asetaminophen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5ºC

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


4. Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat Inap
a. Cairan
1) Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin , CVP antara 5-12
mmHg.
2) Kebutuhan cairan 30 ml/kgBB.
3) Balance cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin
sehari ditambah pengeluaran cairan yang tidak dirasakan.
4) Elektrolit (sodium, potassium, calcium, magnesium) harus selalu
diperiksaa dan diganti bila terjadi kekuranngan.
5) Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil AGD.
6) Hindari cairan hipotonik dan glukosa kecuali hipoglikemia.

b. Nutrisi
1) Nutrisi enteral paling lambat dalam 48 jam.
2) Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan
menelan atau kesadaran menurun.
3) Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari.

c. Pencegahan dan mengatasi komplikasi


1) Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut
(aspirasi, malnutrisi, pneumonia, DVT, emboli paru, dekubitus,
komplikasi ortopedik dan fraktur)
2) Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan
sensitivitas kuman.
3) Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas.

d. Penatalaksanaan medik yang lain


1) Hiperglikemia pada stroke akut harus diobati dan terjaga
normoglikemia.
2) Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas
lainnya.
3) Analgesik dan anti muntah sesuai indikasi

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


4) Berikan H2 antagonist, apabila ada indikasi.
5) Mobilisasi bertahap bila hemodinamik dan pernafasan stabil.

K. Konsep Dasar Keperawatan


Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1. Kesadaran
a) Kualitatif: composmentis, apatis, somnolens, sopor, spoor-
comatus, coma (umumnya mengalami penurunan
kesadaran )
b) Kuantitatif: GCS (Glasgow Coma Scale)
c) Respon Motorik
 Respon Verbal
 Pembukaan Mata
2) Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
3) Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
b. Pemeriksaan integumen
1) Kulit:Jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan
jika kekurangan cairan maka turgor kulit jelek. Disamping itu
perlu juga dikaji tanda – tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2 - 3
minggu.
2) Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
3) Rambut: umumnya tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala: bentuk normocephalik
2) Muka: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu
sisi
3) Leher: kaku kuduk jarang terjadi

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama,
dan kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.

7. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

8. Pemeriksaan neurologi
c. Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis:
1) Nervus I (olfaktorius) : penurunan sensasi penghiduan
2) Nervus II (optikus) : perubahan lapang pandang
3) Nervus III okulomotorius: perubahan penurunan mengangkat
kelopak mata atas, kontriksi pupil, sebagian besar gerakan
ekstraokular.
4) Nervus IV (troklearis) : perubahan gerakan mata ke bawah dan
ke dalam.
5) Nervus V (trigeminus) : penurunan kemampuan menutup
rahang dan mengunyah, menelan, penurunan reflex mengedip.
6) Nervus VI (abdusen) : penurunan fungsi deviasi mata ke
lateral
7) Nervus VII (fasialis) : kehilangan fungsi tonus fasialis,
penurunan fungsi pengecapan (rasa manis, asam dan asin).
8) Nervus VIII (verstibuloakustikus ) : Gangguan keseimbangan
dan penurunan fungsi pendengaran.

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


9) Nervus IX (glosofaringeus): Gangguan fungsi menelan,
penurunan kemampuan saraf motorik pada faring untuk
menelan, refleks muntah dan pada parotis untuk salivasi.
Penurunan fungsi saraf sensorik pada faring, lidah posterior,
termasuk rasa pahit.
10) Nervus X ( vagus): Penurunan fungsi saraf motorik pada
faring, laring: untuk menelan, refleks muntah, fonasi, visera
abdomen. Penurunan fungsi saraf sensorik pada faring, laring:
refleks muntah, visera leher, thoraks dan abdomen.
11) Nervus XI (assesorius) : Penurunan fungsi saraf motorik otot
sternokleidomastoideus dan bagian atas dari otot trapezius,
untuk pergerakan kepala dan bahu.
12) Nervus XII (hipoglosus): Penurunan fungsi saraf motorik untuk
pergerakan lidah.

d. Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali
didahului dengan reflex patologis.

e. Pemeriksaan tanda rangsangan meningeal


1) Kaku kuduk
2) Kernig sign
3) Brunzinski I
4) Brunzinski II
5) Lateral sign

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d edema serebral, gangguan aliran


arteri atau vena
NOC:
Menunjukkan perfusi jaringan serebral
NIC:
1. Observasi status neurologis
2. Observasi TTV
3. Pantau peningkatan TIK
4. Pertahankan tirah baring
5. Anjurkan batasi aktivitas pasien
6. Kolaborasi pemberian terapi oksigen
7. Kolaborasi pemberian obat dengan dokter

2. Nyeri akut b/d agens-agens penyebab cedera fisik, biologis


NOC:
Memperlihatkan pengendalian nyeri
NIC:
1. Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST
2. Ajarkan teknik pereda nyeri non farmakologis
3. Lakukan perubahan posisi
4. Berikan mesase punggung
5. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat memengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
6. Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon pasien
terhadap analgesic
7. Kolaborasi dengan dokter terapi analgetik

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


3. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuscular
NOC:
Memperlihatkan mobilitas
NIC:
1. Kaji kemampuan hambatan mobilitas terhadap aktivitas
2. Ubah posisi pasien minimal 2 jam sekali
3. Berikan latihan gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas
4. Ajarkan keluarga pasien dalam proses berpindah dan bantu pasien
dalam proses berpindah
5. Kolaborasi dengan terapi fisik/aktifitas untuk mempertahankan atau
meningkatkan atau mempertahankan mobilitas

DISCHARGE PLANNING

1. Anjurkan kepada pasien Rutin kontrol tekanan darah.


2. Anjurkan untuk mematuhi terapi pengobatan.
3. Berhenti merokok dan konsumsi miras.
4. Ajarkan keluarga pasien latihan ROM dirumah, perawatan diri, dan
pencegahan dekubitus.
5. Anjurkan bedrest total selama 2 – 3 minggu.
6. Ajarkan keluarga untuk memantau komplikasi yang harus segera
mencari pertolongan.
7. Rujukan ketempat rehabilitasi untuk mendapatkan terapi fisik jika
memungkinkan.

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut WHO stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak
yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klink baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Stroke hemoragik adalah perdarahan intraserebral dan subarachnoid
yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi adalah:
Aneurisma berry, biasanya defek congenital, Aneurisma fusiformis dari
arteriosklerosis, Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli
sepsis, Ruptur arteriol serebri akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah (Muttaqin, 2008). Selain faktor
tersebut, strok juga memiliki faktor resiko yaitu Faktor resiko pada stroke
adalah: Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung
kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif, Kolesterol tinggi,
obesitas, Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral), Diabetes,
Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan
kadar estrogen tinggi), Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol
(Smeltzer & Bare).

B. Saran
Jika anda tergolong dalam faktor resiko, minimalkan faktor resiko
tersebut; seperti hipertensi, rutinlah untuk mengontrol tekanan darah;
merokok, kurangi merokok atau hentikan merokok; diabetes, rutin untuk
mengukur gula darah.

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic


DAFTAR PUSTAKA

Batticaca fransisca (2012).Asuhan keperawatan dengan gangguan Sistem


Persyarafan. Jakarta : Salemba-Medika
Kowalak,Welsh,Mayer.2011.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta.EGC

Synopsis organ sistem neurologi. TAO. L,KENDALL. K. karisma publishing


group. Jakarta.2014

Wilkinson,Nancy.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta.EGC

Herdman T. Headher.2012.NANDA Internasional Doagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta.EGC

Sumber Internet :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16617/4/Chapter%20II.pdf

http://www.strokebethesda.com/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=33

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic

Anda mungkin juga menyukai