Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR COLLUM FEMUR

DI RUANG ORTHOPEDI RSUD ULIN BANJARMASIN

Oleh
Rahmat Maulida
NIM : 11194561920060

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
A. Definisi Fraktur Collum Femur

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan
yang disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari, 1989:144). Fraktur femur adalah
rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi
tulang/osteoporosis (Long, 1985). Sedangkan fraktur kolum femur merupakan
fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal femur, yang termasuk
colum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris sampai
dengan bagian proksimal dari intertrokanter.

B. Anatomi dan Fisiologis

Femur atau tulang paha merupakan tulang yang memanjang dari panggul ke
lutut dan merupakan tulang terpanjang dan terbesar di dalam tubuh, panjang femur
dapat mencapai seperempat panjang tubuh.
Femur dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu ujung proksimal, batang, dan
ujung distal. Ujung proksimal bersendi dengan asetabulum tulang panggul dan
ujung distal bersendi dengan patella dan tibia. Ujung proksimal terdiri dari caput
femoris, fores capitis femoris, collum femoris, trochanter mayor, fossa
trochanterica, trochanter minor, trochanter tertius, linea intertrochanter, dan crista
intertrochanterica. Batang atau corpus femur merupakan tulang panjang yang
mengecil di bagian tengahnya dan berbentuk silinder halus dan bundar di
depannya. Linea aspera terdapat pada bagian posterior corpus dan memiliki dua
komponen yaitu labium lateral dan labium medial. Labium lateral menerus pada rigi
yang kasar dan lebar disebut tuberositas glutea yang meluas ke bagian belakang
trochanter mayor pada bagian proksimal corpus, sedangkan labium medial
menerus pada linea spirale yang seterusnya ke linea intertrochanterica yang
menghubungkan antara trochanter mayor dan trochanter minor. Pada ujung distal
terdapat bangunan-bangunan seperti condylus medialis, condylus lateralis,
epicondylus medialis, epicondylus lateralis, facies patellaris, fossa intercondylaris,
linea intercondylaris, tuberculum adductorium, fossa dan sulcus popliteus, linea
intercondylaris, tuberculum adductorium, fossa dan sulcus popliteus. Condylus
memiliki permukaan sendi untuk tibia dan patella.
Caput femur merupakan masa bulat berbentuk 2/3 bola, mengarah ke medial,
kranial, dan ke depan. Caput femur memiliki permukaan yang licin dan ditutupi oleh
tulang rawan kecuali pada fovea, terdapat pula cekungan kecil yang merupakan
tempat melekatnya ligamentum yang menghubungkan caput dengan asetabulum
os coxae. Persendian yang dibentuk dengan acetabulum disebut articulation coxae.
Caput femurs tertanam di dalam acetabulum bertujuan paling utama untuk fungsi
stabilitas dan kemudian mobilitas.
Collum femur terdapat di distal caput femur dan merupakan penghubung
antara caput dan corpus femoris. Collum ini membentuk sudut dengan corpus
femur ± 125º pada laki-laki dewasa, pada anak sudut lebih besar dan pada wanita
sudut lebih kecil.

C. Etiologi Fraktur Collum Femur


Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih
sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi
proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur collum femur dapat
disebabkan oleh trauma langsung, yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi
miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung, yaitu karena gerakan
exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Cedera traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan
atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.
Cedera traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal berikut, yakni:
a. Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit akibat berbagai
keadaan berikut, yakni:
a. Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan jaringan baru
yang tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
c. Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet, biasanya disebabkan
oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan
absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang
rendah.
3. Secara spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau tekanan
pada tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang
bertugas di bidang kemiliteran.

D. Patofisiologis
Caput femoris mendapat persendiaan darah dari tiga sumber pembuluh
intermedula pada colum femur pembuluh cervical asendens pada retikulum
capsular, dan pembuluh darah pada ligamentum capitis femoris. Pasokan
intramedula selalu tergantung oleh fraktur, pembuluh retinakular juga dapat robek,
kalau terdapat banyak pergeseran. Pada manula pasokan yang tersisa dalam
ligamentum teres sangat kecil dan pada 20% kasus tidak ada. Itulah yang
menyebabkan tingginya insidensi cecrosis avaskuler pada fraktur colum femur yang
disertai dislokasi. Fraktur transcervical, menurut definisi, bersifat intracapsular.
Fraktur ini penyembuhannya buruk karena robekan pembuluh capsul, cidera itu
melenyapkan persendian darah utama pada caput, tulang intra articular hanya
mempunyai periosteum yang tipis dan tak ada kontak dengan jaringan lunak yang
dapat membantu pembentukan callus, dan cairan sinovial mencegah pembentukan
hematome akibat fraktur itu. Karena itu ketetapan aposisi dan infaksi fragmen
tulang menjadi lebih penting dari biasanya. Terdapat bukti bahwa aspirasi
hemartrosis dapat meningkatkan aliran darah dalam caput femoris dengan
mengurangi temponade (Harper, Barnes and Gregg, 1991).
E. Pathway

F. Klasifikasi Fraktur Collum Femur


1. Fraktur collum femur sendiri dibagi dalam dua tipe, yaitu:
a. Fraktur intrakapsuler
b. Fraktur extrakapsuler
Intrakapsuler

Ekstrakapsuler

Fraktur intrakapsuler dan ekstrakapsuler


2. Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel :
a. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada
posisi tegak
b. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada
posisi tegak
c. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal

Klasifikasi Pauwel’s untuk Fraktur Kolum Femur


Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang
horizontal pada posisi tegak.

3. Dislokasi atau tidak fragment ( menurut Garden’s) adalah sebagai berikut :


a. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)
b. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran
c. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment)
d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian
segmen yang bersinggungan.
Klasifikasi Garden’s untuk Fraktur Kolum Femur
G. Manifestasi Klinis Fraktur Collum Femur
Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan fraktur femur, yakni:
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya. Perubahan keseimbangan dan kontur terjadi, seperti:
a. rotasi pemendekan tulang;
b. penekanan tulang.
2. Bengkak (edema)
Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
3. Ekimosis dari perdarahan subculaneous
4. Spasme otot (spasme involunters dekat fraktur)
5. Tenderness
6. Nyeri
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, perpindahan tulang dari tempatnya
dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi
8. Pergerakan abnormal
9. Syok hipovolemik
10. Krepitasi (Black, 1993:199).

Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun


pada penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat
menyebabkan fraktur collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit
sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi.
Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. Tungkai dalam
posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi.pada palpasi sering ditemukan adanya
hematom di panggul. Pada tipe impacted, biasanya penderita masih dapat berjalan
disertai rasa sakit yang tidak begitu hebat. Posisi tungkai tetap dalam keadaan
posisi netral.
Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan
menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal
sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa
memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan
mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri
bila pinggul digerakkan.
H. Pemeriksaan Penunjang Fraktur Collum Femur
1. Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Scan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
4. Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada
sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel.
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multipel, atau cidera hati. Golongan darah, dilakukan sebagai persiapan
transfusi darah jika ada kehilangan darah yang bermakna akibat cedera atau
tindakan pembedahan.

I. Komplikasi
Komplikasi setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa jam
setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih, dan
sindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika
tidak ditangani segera. Adapun beberapa komplikasi dari fraktur femur yaitu:
1. Syok
Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun interna) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang
rusak dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis, dan vertebra karena
tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan
darah dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma, khususnya pada fraktur
femur pelvis.
2. Emboli lemak
Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis, fraktur multiple atau cidera remuk
dapat terjadi emboli lemak, khususnya pada pria dewasa muda 20-30 tahun.
Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat termasuk ke dalam darah karna
tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karna katekolamin
yang di lepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilitasi asam lemak dan
memudahkan terjadiya globula lemak dalam aliran darah. Globula lemak akan
bergabung dengan trombosit membentuk emboli, yang kemudian menyumbat
pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal dan organ lain. Awitan
dan gejalanya yang sangat cepat dapat terjadi dari beberapa jam sampai satu
minggu setelah cidera, gambaran khasnya berupa hipoksia, takipnea, takikardi
dan pireksia.
3. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan
interstisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen
osteofasial yang tertutup. Peningkatan tekanan intra kompartemen akan
mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan,
sehingga terjadi gangguan sirkulasi dan fungsi jaringan di dalam ruangan
tersebut. Ruangan tersebut terisi oleh otot, saraf dan pembuluh darah yang
dibungkus oleh tulang dan fascia serta otot-otot individual yang dibungkus oleh
epimisium. Sindrom kompartemen ditandai dengan nyeri yang hebat, parestesi,
paresis, pucat, disertai denyut nadi yang hilang. Secara anatomi sebagian besar
kompartemen terletak di anggota gerak dan paling sering disebabkan oleh
trauma, terutama mengenai daerah tungkai bawah dan tungkai atas.
4. Nekrosis avascular tulang
Cedera, baik fraktur maupun dislokasi, seringkali mengakibatkan iskemia tulang
yang berujung pada nekrosis avaskular. Nekrosis avaskuler ini sering dijumpai
pada kaput femoris, bagian proksimal dari os. Scapphoid, os. Lunatum, dan os.
Talus (Suratum, 2008).
5. Atropi otot
Atrofi adalah pengecilan dari jaringan tubuh yang telah mencapai ukuran normal.
Mengecilnya otot tersebut terjadi karena sel-sel spesifik yaitu sel-sel parenkim
yang menjalankan fungsi otot tersebut mengecil. Pada pasien fraktur, atrofi
terjadi akibat otot yang tidak digerakkan (disuse) sehingga metabolisme sel otot,
aliran darah tidak adekuat ke jaringan otot (Suratum, dkk, 2008).

J. Penatalaksanaan Fraktur Collum Femur


a. Impacted Fraktur

Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah collum femur


dibanding fraktur tulang di tempat lain. Pada collum femur-periosteumnya sangat
tipis sehingga daya osteogenesinya sangat kecil, sehingga seluruh penyambungan
fraktur collum femur tergantung pada pembentukan calus endosteal. Lagipula aliran
pembuluh darah yang melewati collum femur pada fraktur collum femur terjadi
kerusakan. Lebih-lebih lagi terjadinya haemarthrosis akan menyebabkan aliran
darah sekitar fraktur tertekan alirannya. Sehingga apabila terjadi fraktur
intrakapsuler dengan dislokasi akan terjadi avaskular nekrosis.
b. Penanggulangan Impacted Fraktur

Pada fraktur collum femur yang benar-benar impacted dan stabil, penderita
masih dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalanya ringan, sakit sedikit pada
daerah panggul. Kalau impactednya cukup kuat penderita dirawat 3-4 minggu
kemudian diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat selama 8 minggu.
Kalau pada x-ray foto impactednya kurang kuat ditakutkan terjadi disimpacted,
penderita dianjurkan untuk operasi dipasang internal fixation. Operasi yang
dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya dengan multi pin teknik percutaneus.

c. Penanggulangan dislokasi fraktur collum femur

Penderita segera dirawat dirumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan


pemasangan tarikan kulit (skin traction) dengan buck-extension. Dalam waktu 24-
48 jam dilakukan tindakan reposisi, yang dilanjutkan dengan pemasangan internal
fixation. Reposisi yang dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup dengan
salah satu cara yaitu: menurut leadbetter. Penderita terlentang dimeja operasi.
Asisten memfiksir pelvis. Lutut dan coxae dibuat fleksi 90 untuk mengendurkan
kapsul dan otot-otot sekitar panggul. Dengan sedikit adduksi paha ditarik ke atas,
kemudian dengan pelan-pelan dilakukan gerakan endorotasi panggul 45. Kemudian
sendi panggul dilakukan gerakan memutar dengan melakukan gerakan abduksi
dan ekstensi. Setelah itu dilakuakn test.

Palm heel test: tumit kaki yang cedera diletakkan diatas telapak tangan. Bila posisi
kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik.
Setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi dengan
teknik multi pin percutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulangi sampai 3
kali, dilakukan open reduksi. Dilakukan reposisi terbuka setelah tereposisi
dilakukan internal fiksasi. Macam-macam alat internal fiksasi diantaranya: knowless
pin, cancellous screw, dan plate.

Pada fraktur collum femur penderita tua (>60 tahun) penanggulangannya


agak berlainan. Bila penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip
penanggulangan, tidak dilakukan tindakan internal fiksasi, caranya penderita
dirawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya hilang. Kemudian
penderita dilatih berjalan dengan menggunakan tongkat (cruth). Kalau penderita
bersedia dilakukan operasi, yaitu menggunakan tindakan operasi arthroplasty
dengan pemasangan prothese austine moore.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Nyeri akut

Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul


akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (International Association for the study of Pain); awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.
Batasan karakteristik :
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Perubahan frekuensi pernapasan
e. Laporan isyarat
f. Diaforesis
g. Perilaku distraksi (mis. Berjalan mondar-mandir mencari orang lain dan atau
aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
h. Mengekspresikan perilaku (mis. Gelisah, merengek, menangis)
i. Masker wajah (mis. Mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada satu focus meringis)
j. Sikap melindungi area nyeri
k. Fokus menyempit (mis. gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
l. Indikasi nyeri yang dapat diamati
m. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
n. Sikap tubuh melindungi
o. Dilatasi pupil
p. Melaporkan nyeri secara verbal
q. Gangguan tidur
r. Faktor yang berhubungan
Agen cedera (mis. biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

2. Diagnosa 2 : Hambatan mobilitas fisik


Definisi : keterbatasan dalam, pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau
satu ekstremitas atau lebih (sebutkan tingkatnya) :
Tingkat 0 : mandiri total
Tingkat 1 : memerlukan penggunaan peralatan atau alat bantu
Tingkat 2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan, pengawasan,
atau pengajaran
Tingkat 3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan atau alat bantu
Tingkat 4 : ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktivitas
Batasan karaktersitik
Objektif
a. Penurunan waktu reaksi
b. Kesulitan membolak balik tubuh
c. Asyik dengan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misalnya
peningkatan perhatian terhadap aktivitas orang lain, perilaku mengendalikan,
berfokus pada kondisi sebelum sakit atau ketunadayaan aktivitas)
d. Dispnea saat beraktivitas
e. Perubahan cara berjalan (misalnya penurunan aktivitas dan kecepatan
berjalan, kesulitan untuk memulai berjalan, langkah kecil, berjalan dengan
menyeret kaki, pada saat berjalan badan mengayun ke samping)
f. Pergerakan menyentak
g. Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus
h. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
i. Keterbatasan rentang pergerakan sendi
j. Tremor yang diinduksi oleh pergerakan
k. Ketidakstabilan postur tubuh (saat melakukan rutinitas aktivitas kehidupan
sehari-hari)
l. Melambatnya pergerakan
m. Gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi
n. Faktor yang berhubungan
o. Intoleransi aktivitas
p. Perubahan metabolism selular
q. Ansietas
r. Indeks masa tubuh di atas perentil ke 75 sesuai usia
s. Gangguan kognitif
t. Konstraktur
u. Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
v. Fisik tidak bugar
w. Penurunan ketahanan tubuh
x. Penurunan kendali otot
y. Penurunan massa otot
z. Malnutrisi
aa. Gangguan musculoskeletal
bb. Gangguan neuromuskular, nyeri
cc. Agens obat
dd. Penurunan kekuatan otot
ee. Kurang pengetahuan tentang aktivitas fisik
ff. Keadaan mood depresif
gg. Keterlambatan perkembangan
hh. Ketidaknyamanan
ii. Disuse, kaku sendi
jj. Kurang dukungan lingkungan (misal fisik atau sosial)
kk. Keterbatasan ketahanan kardiovaskuler
ll. Kerusakan integritas struktur tulang
mm. Program pembatasan gerak
nn. Keengganan memulai pergerakan
oo. Gaya hidup monoton
pp. Gangguan sensori perseptual

3.1 Perencanaan
No
Tujuan & Kriteria
. Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
Dx

1. Setelah dilakukan 1. Pemberian analgesik 1. Menggunakan agen-


asuhan keperawatan agen farmakologi untuk
selama … x 24 jam mengurangi atau
diharapkan pasien menghilangkan nyeri
tidak mengalami nyeri 2. Manajemen medikasi 2. Memfasilitasi
dengan kriteria hasil : penggunaan obat resep
1. Memperlihatkan atau obat bebas secara
teknik relaksasi aman dan efektif
secara individual 3. Manajemen nyeri 3. Meringankan atau
yang efektif untuk mengurangi nyeri sampai
mencapai pada tingkat
keamanan kenyamanan yang dapat
2. Mempertahankan diterima oleh pasien
tingkat nyeri pada 4. Memberikan sedative,
4. Manajemen sedasi
__ atau kurang memantau respon
3. Melaporkan nyeri pasien, dan memberikan
pada penyedia dukungan fisiologis yang
layanan kesehatan dibutuhkan selama
4. Tidak mengalami prosedur diagnostic atau
gangguan dalam terapeutik
frekuensi
pernapasan,
frekuensi jantung
atau tekanan darah
2. Setelah dilakukan Exercice therapy :
asuhan keperawatan ambulation 1. Mencegah terjadinya
selama … x 24 jam 1. Monitoring vital sign penurunan kondisi atau
diharapkan pasien sebelum/sesudah cedera pada pasien saat
tidak mengalami latihan dan lihat dilakukan tindakan.
hambatan mobilitas respon pasien saat 2. Meningkatkan mobilitas
fisik dengan kriteria latihan pasien sesuai kondisi
hasil : 2. Konsultasikan dengan pasien
1. Klien meningkat terapi fisik tentang
dalam aktivitas fisik rencana ambulasi
2. Mengerti tujuan dari sesuai dengan 3. Membantu meningkatkan
peningkatan kebutuhan. kekuatan dan ketahanan
mobilitas 3. Bantu pasien untuk otot.
3. Memverbalisasikan menggunakan tongkat
perasaan dalam saat berjalan dan
meningkatkan cegah terhadap 4. Mampu melakukan
kekuatan dan cedera tindakan secara mandiri
kemampuan 4. Ajarkan pasien atau dan termotivasi untuk
berpindah tenaga kesehatan lain meningkatkan mobilitas
4. Memperagakan tentang teknik 5. Mengetahui sejauh mana
kemampuan alat ambulasi peningkatan mobilisasi.
5. Bantu untuk 5. Kaji kemampuan 6. Agar pasien mampu
mobilisasi (walker) pasien dalam melakukan aktivitas
mobilisasi secara mandiri.
6. Latih pasien dalam
pemenuhan 7. Meningkatkan motivasi
kebutuhan ADLs pasien dalam melakukan
secara mandiri sesuai aktivitas sehari-hari
kemampuan
7. Dampingi dan bantu 8. Mampu melakukan
pasien saat mobilisasi aktivitas secara mandiri
dan bantu pemenuhan guna meningkatkan
kebutuhan ADLs mobilitas
pasien 9. Meningkatkan
8. Berikan alat bantu jika kesejahteraan fisologis
pasien memerlukan dam psikologis

9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan

Anda mungkin juga menyukai