Dosen Pembimbing :
IRWANTO, S.Sy, MA
الحمدهلل رب العالمين و الصالة و السالم على سيدنا محمد و على اله وأصحابه اجمعين
Simpuh sujud kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang sederhana ini.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. Istishan.................................................................................................... 2
B. Istishab.................................................................................................... 4
C. Maslahah al Murslah............................................................................... 2
A. Kesimpulan............................................................................................. 8
B. Saran........................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam hukum Islam terdapat dua ketentuan sumber hukum atau dalil
yaitu sumber hukum yang disepakati dan sumber hukum yang tidak
disepakati.menurut ‘Abd al Majid Muhammaad Al Khafawi bahwa sumber
hukum yang di sepakati ulama tersebut yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah,
Ijma’, dan Qiyas.
Sedang sumber hukum/ dalil yang tidak disepakati atau terjadi Ikhtilaf
ada 7 secara umum yaitu Istihsan,Istishab,Maslahah al mursalah,Urf,Saddudz
dzarî’ah,Syar’u man Qablana,Qaul Sahabi
Adapun dalam makalah ini akan membahas sumber hukum yang tidak
disepakati oleh mayoritas ulama’,sehingga terjadi perbedaan (ikhtilaf) dalam
penggunaanya.
B. Rumusan masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Istihsan
1. Pengertian
a. Memakai qias khafi dan meninggalkan qias jalli karna ada petunjuk
untuk itu disebut istihsan qiasi
b. Hukum pengecualian dari kaidah kaidah yang berlaku umum karna ad
petunjuk untuk hal tersebut. Disebut istihsan Istinai’1
2. Macam- Macam Istihsan
2
e. Istihsan bi al-‘Urf/(اإلستحسان بالعرفistihsan berdasarkan adat kebiasaan
yang berlaku umum). Istihsan bi al-dharurah/اإلستحس;;;;;;ان
(بالضروريةistihsan berdasarkan keadaan darurat).
3
3. Kehujahan Istihsan
Terdapat perbedaan pendapat ulama ushul fiqih dalam menetapkan
istihsan sebagai salah satu metode/dalil dalam menetapkan hukum syara’.2
Menurut ulama Hanafiyyah, Malikiyyah dan sebagian ulama
Hanabilah, istihsan merupakan dalil yang kuat dalam menetapkan hukum
syara’. Alasan yang mereka kemukakan adalah:
a. Ayat-ayat yang mengacu kepada pengangkatan kesulitan dan
kesempitan dari umat manusia, yaitu firman Allah dalam surat al-
baqarah, 2: 185:
….Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki
kesukaran bagi kamu…
b. Rasulullah dalam riwayat ‘Abdullah ibn Mas’ud mengatakan:
4
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu
saja (tanpa pertanggungjawaban).”
Menurut wahbah az Zuhaili menyebutkan bahwa adanya
perbedaan tersebut disebabkan perbedaan dalam mengartikan
Istihsan, Imam Syafii membantah istihsan dengan menggunakan
hawa nafsu tanpa menggunakan dalil syara’, sedang istihsan yang
dipakai oleh penganutnya bukan berdasarkan hawa nafsu tetapi
mentarjih (menganggap kuat)salah satu dua dalil yang
bertentangan.
B. Istishab
1. Pengertian Istishab
2. Syarat-syarat Istishab 3
5
a. Syafi’iyyah dan Hanabillah serta Zaidiyah dan Dhahiriyah berpendapat
bahwa hak-hak yang baru timbul tetap menjadi hak seseorang yang
berhak terhadap hak-haknya terdahulu.
b. Hanafiyyah dan Malikiyah membatasi istishab terhadap aspek yang
menolak saja dan tidak terhadap aspek yang menarik (ijabi) menjadi
hujjah untuk menolak, tetapi tidak untuk mentsabitkan.
4. Kehujjahan Istishab
6
Para ulama ushul fiqih berbeda pendapat tentang kehujjahan
isthishab ketika tidak ada dalil syara’ yang menjelaskan suatu kasus yang
dihadapi:4
C. Maslahah al Murslah
7
1. Adanya persesuian antara maslahah yg dipandang sebagai sumber dalil yg
berdiri sendiri dengan tujuan tujuan syariat ( maqashid as syari’ah).
2. Maslahah harus masuk akal ( rationable).
3. Penggunan dalil maslahah adalah dalam rangka menghilangkan kesulitan
yang terjadi ( raf’u haraj lazim), seperti firman Allah surah al hajj ayat 78,
yg artinya “dan Dia tidak sekali kali menjdikan untuk kamu suatu
kesempitan.”( lihat al I’tisham oleh As Syatibi juz 3, hal 307
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber hukum Islam yang tidak disepakati ulama’ yaitu Istihsan, Istishab,
Maslahah al mursalah, merupakan ciri khas Islam dalam pengambilan sumber
hukum yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cara pandang/
metode yang berbeda-beda.
8
DAFTAR PUSTAKA
Wahhab, Abdul Khallaf. 1994 . Ilmu Ushul Fiqh Semarang : Toha Putra Group,