Anda di halaman 1dari 15

RESUME

Keperawatan Komunitas II
Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu :
Eny Sutria, S.Kep.,Ns.,M.Kes

OLEH:

KEPERAWATAN A

INDRIYANTI ARIMURTI PUTRI


(70300117029)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020

PEMBAHASAN
1. Indikator Utama Status Kesehatan Anak & Remaja
Penentuan derajat kesehatan anak di Indonesia, Menurut Aziz
Alimul Hidayat (2010) terdapat beberapa indikator yang dapat
digunakan, antara lain:
a. Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam
menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari
status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka kematian bayi di
Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah faktor
penyakit infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini
masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi, di antaranya
penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan radang saluran napas
bagian bawah.
Penyebab kematian bayi yang lainnya adalah berbagai penyakit
yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi, seperti tetanus,
campak, dan difteri. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran
masyarakat untuk memberi imunisasi pada anak.
Kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh adanya trauma
persalinan dan kelainan bawaan yang kemungkinan besar dapat
disebabkan oleh rendahnya status gizi ibu pada saat kehamilan serta
kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan.
Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang
cukup tinggi terutama dalam periode neonatal dan dampak dari penyakit
menular, terutama pneumonia, malaria, dan diare ditambah dengan
inasalah gizi yang dapat mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak.
b. Angka Kesakitan Bayi
Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan
derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari
lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan
tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan
kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial ekonomi,
dan pendidikan ibu.
c. Status Gizi
Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat
kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang
optimal. Gizi yang cukup juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh
sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi
ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya masalah
kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk
antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.
d. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir
Angka harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan tolak ukur
selanjutnya dalam menentukan derajat kesehatan anak. Dengan
mengetahui angka harapan hidup, maka dapat diketahui sejauh mana
perkembangan status kesehatan anak. Hal ini sangat penting dalam
menentukan program perbaikan kesehatan anak selanjutnya. Usia
harapan hidup juga dapat menunjukkan baik atau buruknya status
kesehatan anak yang sangat terkait dengan berbagai faktor, seperti faktor
sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain.

2. Masalah Etika terkait Kesehatan Anak dan Remaja


Masalah Etika
Sifat kompleks kesehatan masyarakat dan lingkungan pelayanan
kesehatan sering menyajikan konflik kepentingan dan nilai-nilai.
Sementara itu, perawat dan profesional kesehatan lainnya harus bekerja
di dalam sistem untuk meningkatkan kesehatan anak dan remaja di
negara yang memiliki banyak perbedaan besar. Perbedaan tersebut
antara lain ras dan budaya, dan ada dikotomi besar, seperti kemakmuran
pada beberapa orang dan kemiskinan pada banyak orang lainnya. Untuk
perawat perinatal, misalnya, dilema etika mungkin timbul karena dia
adalah seorang advokat untuk dua klien: wanita hamil dan janinnya.
Ruang lingkup dilema etika dan hukum sangat luas.
Wawasan Etika
Masalah Etika Terkait Kesehatan Anak dan Remaja
Keputusan alokasi: Mengingat waktu dan sumber daya yang terbatas,
apa tingkat perawatan yang harus perawat tawarkan pada anak dan
keluarganya?
1. Konflik ibu-janin: Kadang-kadang ada yang menentang masalah
etika untuk wanita hamil dan janinnya. Misalnya, apakah manfaat
memperpanjang kehamilan membenarkan risiko komplikasi bagi
wanita hamil atau apakah pergobatan yang diperintahkan
pengadilan untuk penyalahgunaan zat pada wanita hamil
menimpa hak otonomi bagi wanita hamil.
2. Otonomi klien: Dalam setiap kasus tertentu, siapakah yang harus
menmbuat keputusan pelayanan kesehatan untuk klien muda,
terutama ketika menentang pendapat yang muncul? Klien? Orang
tua atau wali? Perawat atau profesional kesehatan lainnya? Pada
usia berapa anak menjadi cukup dewasa untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan seperti itu? Hukum apa yang
diberikan negara yang telah mempengaruhi otonomi klien remaja?
Apa yang harus perawat kesehatan masyarakat lakukan jika ia
percaya keputusan klien atau orang tua klien tidak dalam
kepentingan terbaik bagi klien?
3. Privasi dan kerahasiaan: Apakah sebuah intervensi sesuai jika
perawat kesehatan masyarakat mengidentifikasi ketidakpatuhan,
pengabaian, atau penyiksaan? Apakah sebuah intervensi tepat
jika dalam melakukannya perawat harus membuka kerahasiaan?
Kapan dan bagaimana seharusnya perawat mengambil tindakan?
4. Sistem "Gaming": Ketika aturan sistem pelayanan kesehatan
tampak menghambat kemampuan perawat untuk melayani
kepentingan klien, apakah itu diterima untuk menghindari sistem?
Jika demikian, apa biaya moral dan hukum?
5. Kompetensi budaya : Perawat akan menghadapi definisi budaya
yang berbeda dari apa yang bisa dan apa yang tidak bisa diterima
oleh etika. Bagaimana seharusnya perawat kesehatan masyarakat
menanggapi kelompok kiien atau penduduk yang tidak berbagi
pandangan budaya yang sama dalam kesehatan? Apa dasar
hukum perawat, jika ada, untuk menanggapi dengan cara
tertentu?
6. Kesenjangan kesehatan dan akses ke pelayanan kesehatan: Apa
tanggung jawab perawat dalam memastikan bahwa perempuan
dan anak-anak memiliki akses ke pelayanan kesehatan?
Bagaimana perawat dapat mempengaruhi keputusan kebijakan
yang berdampak pada pelayanan kesehatan masyarakat?
7. Diagnosis prenatal dan pemeriksaan bayi baru lahır: Apa
konsekuensi potensial jangka panjang dari mengidentifikasi
kondisi genetik? Apakah orang tua sepenuhnya diberitahu tentang
konsekuensi negatif dari diagnosis genetik, termasuk stigmatisasi,
diskrimiasi, dan efek psikologis? Masalah-masaiah ini selalu
melibatkan pertimbangan nilai dan menantang batasan perawat
dalam tugas profesional dan pribadi. Mereka juga membutuhkan
perawat kesehatan masyarakat untuk tetap mengikuti perubahan
legislatif di tingkat lokal, negara bagian, dan tingkat nasional dan
berpartisipasi dalam kegiatan profesional yang dapat
membantunya tetap berada dalam hal-hai penting. Dengan
mengakui implikasi etis dari perawatan dan saran yang mereka
berikan atau tindakan yang mereka ambil, perawat dapat
mencakup tugas mereka untuk mempromosikan kesehatan dan
kesejahteraan klien individu dan masyarakat lebih lengkap,
melindungi klien mereka dari bahaya, dan berjuang untuk
kelayakan pelayanan kesehatan dan keadilan bagi semua klien.
Menyadari nilai yang terdapat dalam dialog bersama rekan-rekan
dengan pengambilan keputusan dan memahami implikasi hukum
yang mungkin terjadi dari keputusan mereka adalah sama-sama
penting. Pilihannya bisa kompleks. Oleh karena itu, menerima
bimbingan dari badan etika atau mencari pendapat kedua bisa
menjadi penting untuk membuat pilihan yang tepat. Pada skala
yang lebih luas, perspektif etika seorang perawat kesehatan
masyarakat dapat meningkatkan setiap diskusi tentang perawatan
klien individu dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan dan
juga dapat mempengaruhi arah kebijakan kesehatan publik
negara tersebut.

3. Program Umum dan Strategi Pencegahan untuk Kesehatan Anak


Salah satu cara yang paling penting untuk mencapai keberhasilan
dan kesejahteraan generasi masa depan anak adalah memulai hidup
sehat dan mempertahankan status kesehatan fisik dan emosionalnya
sepanjang masa kecil dan remaja. Sejak awal abad kedua puluh, bangsa
telah membuat kemajuan luar biasa dalam banyak bidang kesehatan
anak dan remaja, tetapi hasilnya adalah gabungan. Untungnya, ilmiah,
medis, lingkungan, orangtua dan pengetahuan lainnya dapat mengurangi
atau menghilangkan banyak masalah. Hal ini adalah bentuk dari prioritas
masalah dan mengambil langkah yang diperlukan untuk memperoleh
perubahan.
1. Promosi Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit lebih penting dan
hemat biaya untuk anak-anak daripada untuk kelompok usia
lainnya. Perawatan kesehatan primer dan intervensi dini untuk
anak-anak dan keluarga dapat membantu mencegah masalah
biaya, penderitaan, dan potensi manusia hilang. Promosi
kesehatan dan strategi pencegahan penyakit uniuk meningkatkan
kesehatan anak dan remaja muncul dalam berbagai bentuk dan
berasal dari lembaga penelitian, lembaga-lembaga publik,
perusahaan swasta, dan organisasi berbasis masyarakat. Mereka
dapat mencakup sebagai berikut:
• Intervensi klinis
• Upaya kesehatan masyarakat yang mengidentifikasi tren
dan mengembangkan populasi berbasis, masyarakat luas,
atau strategi individu untuk mempengaruhi mereka
• Usaha filantropis yang mendanai inisiatif di masyarakat,
negara, dan regional
• Inisiatif kebijakan publik yang membuat atau memperbaiki
program publik atau memberikan insentif bagi entitas
nonpemerintah untuk mengatasi masalah vang
teridentifikasi
4. Aplikasi Proses Keperawatan Kelompok dan Remaja
Dengan menerapkan prinsip-prinsip proses keperawatan kepada
individu, keluarga, dan masyarakat, perawat kesehatan masyarakat dapat
memberikan layanan kepada anak-anak dan remaja lebih sistematis dan
efektif. Sebagian besar masyarakat menawarkan berbagai layanan
pencegahan dan program penting lainnya yang diperlukan anak-anak.
Perawat kesehatan masyarakat memahami kebutuhan individu harus
benar-benar memahami kebutuhan anak dan keluarga dan harus
menyadari sumber daya masyarakat yang tersedia untuk membantu
memenuhi kebutuhan kesehatan anak, sebagai studi kasus ini
menggambarkan. Maria, seorang perawat kesehatan masyarakat yang
bekerja untuk pemerintah di Puskesmas, menerima telepon dari perawat
UKS di sebuah Sekolah Menengah Atas yang memberitahukan bahwa
seorang siswa SMA berusia 16 tahun bernama Dewi akan datang sore
hari untuk tes kehamilan. Dewi sudah melewatkan tiga periode
menstruasi dan takut untuk berbicera dengan keluarganya. Dia berdiskusi
panjang dengan perawat sekolah dan meminta pacarnya, juga berusia 16
tahun, untuk membawanya ke Puskesmas sepulang sekolah untuk
melakukan tes kehamilan. Hasil tes kehamilan Dewi adalah positif, dan
dia diperkirakan hamil 3 bulan. Dia marah dan tidak mau berbicara
dengan Maria di Puskesmas. Dengan persetujuan dari Dewi, Maria
merencanakan untuk melakukan kunjungan rumah pada sore hari
berikutnya. Mengetahui bahwa ia harus mengatasi sejumlah masalah
pada kunjungan rumah pertama. Maria membuat persiapan dengan
mengembangkan daftar pengkajian yang melingkupi individu, keluarga,
dan masyarakat sebagai berikut.
a. Individu
1) Faktor risiko medis
2) Emosional kesejahteraan, termasuk kekhawatiran tentang
keamanan masyarakat, kekerasan dalam rumah tangga, dan
pelecehan seksual
3) Keyakinan budaya dan sikap terhadap kehamilan dan
perawatan medis
4) Hambatan untuk komunikasi dengan penyedia, seperti bahasa,
pendengaran, dan penglihatan
5) Memahami dan penerimaan kehamilan
6) Periaku kesehatan-mempromosikan dan pengambilan risiko
7) Memahami pentingnya memperoleh layanan perawatan
pencegahan
8) Status asuransi kesehatan
9) Akses ke transportasi
b. Keluarga
1) Kecukupan struktur perumahan
2) Keamanan lingkungan
3) Kemampuan anggota keluarga untuk memberikan dukungan
emosional
4) Kemampuan keluarga untuk memberikan dukungan keuangan
5) Kemampuan dan kemauan dari ayah bayi untuk memberikan
dukungan
c. Masyarakat
1) Ketersediaan prenatal terjangkau dan peka budaya dan
perawatan anak
2) Koordinasi kesehatan dan pelayanan sosial
3) Bimbingan emosional dan konseling
4) Kesempatan pendidikan untuk remaja hamil dan orang tua
5) Pelatihan kerja
6) Layanan nutrisi dan makanan perangko
7) Kehamilan dan pengasuhan pendidikan
8) Ketersediaan perawatan anak
Data Pengkajian
a. Individu
1) Dewi sudah pada trimester kedua awal kehamilan dan tidak menerima
perawatan prenatal. Dia juga terlibat dalam perilaku berisiko (yaitu,
merokok, penggunaan alkohol, seks yang tidak aman, dan kebiasaan
makan yang buruk) berpotensi merugikan bayinya.
*Selama wawancara, Dewi tampak tenang dan pendiam. Dia
mengatakan sangat bersemangat untuk memiliki bayi tapi takut akan
persalinan.
2) Pacarnya ingin dia tetap menjaga bayinya, namun tidak berkomitmen
memebuhi kebutuhan Dewi ataupun bayinya. Dia tidak ingin
melibatkan orang tuanya dalam hal ini.
3) Dewi mengatakan dia tidak banyak berpikir tentang perawatan prenatal
tapi mungkin akan mengunjungi klinik kesehatan beberapa kali
sebelum melahirkan. Keluarganya tidak memiliki asuransi kesehatan,
dan dia mengatakan mereka tidak bisa membayar biaya perawatan
prenatal.
*Dia ingin menjaga bayi dan tetap bersekolah, namun ia tidak memiliki
pemahaman yang realistis tentang tanggung jawab orang tua.

b. Keluarga
Ketika Dewi mengatakan pada orang tuanya bahwa dia hamil, mereka
menyatakan kekecewaannya. Ibunya menyuarakan keinginan untuk
memberikan dukungan emosional, tetapi ayah manampakkan emosional
kemarahan.
1) Kedua orang tua menyatakan fokus tentang bagaimana keluarga akan
mengelola keuangan.
2) Setelah review singkat mengenai situasi keuangan keluarga, tampak
bahwa Dewi memenuhi syarat untuk asuransi atau Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
3) Orang tuanya ingin dia tidak memiliki kontak lebih lanjut dengan
pacarnya.
c. Masyarakat
1) Maria menetapkan bahwa layanan prenatal tersedia, tetapi hanya
selama jam sekolah. Meskipun satu-satunya klinik yang menerima klien
asuransi di sisi lain kota, praktik kandungan terdekat dengan staf
perawat-bidan bersertifikat menerima klien dengan asuransi. Namun,
klien utama mereka terdiri dari kelas menengah, wanita yang sudah
menikah.
2) Pendaftaran untuk asuransi memerlukan Dewi untuk pergi ke kantor
kesejahteraan dan mendaftar selama jam sekolah. Namun, departemen
rawat jalan rumah sakit dapat membuat ketetapan kelayakan awal
asuransi, yang mungkin akan membuat lebih nyaman.
3) Meskipun asuransi akan membayar untuk beberapa kelas prenatal,
yang terdekat ditujukan untuk pasangan yang sudah tua dan sudah
menikah
4) Sekolah Dewi mendorongnya untuk tetap berada di kelas reguler
sampai tanggal persalinannya dan berpartisipasi dalam belajar di rumah
untuk waktu yang terbatas setelahnya.
5) Tidak ada kelas parenting yang ditujukan untuk remaja
6) Penitipan anak itu tidak tersedia di sekolah, membuat kembali ke
sekolah lebih sulit untuk Dewi.
7) Meskipun masyarakat memiliki program rumah pengunjung umum yang
mencocokkan mentor dengan kehamilan remaja dan ilmu pengasuhan
untuk remaja dan menyediakan informasi kesehatan dan dukungan
kesehatan, proyek tidak melayani di lingkungan Dewi.

Diagnosis
a. Individu
1) Pilihan gaya hidup yang tidak sehat terkait dengan kurangnya
perawatan prenatal dan pengaruh gizi buruk, merokok, dan
penggunaan alkohol pada masa perkembangan janin
2) Masalah parenting terkait dengan harapan yang tidak realistis tentang
tanggung jawab pengasuhan
3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan isu-isu keselamatan
bayi dan anak seperti penggunaan kursi keselamatan anak,
keuntungan menyusui, tidur yang aman untuk bayi, dan penggunaan
pelayanan kesehatan preventif, termasuk imunisası
b. Keluarga
1) Dinamika keluarga terganggu terkait dengan kemarahan dan
kekecewaan atas kehamilan putrinya
2) Perubahan status keuangan yang dihasilkan dari penambahan lain
yang bergantung kepada keluarga
c. Masyarakat
1) Kurangnya koordinasi, peka budaya, akses layanan prenatal dan
pengasuhan untuk remaja
2) Tidak tersediannya layanan kunjungan rumah di pusat pelayanan
kesehatan
Perencanaan
Untuk memastikan perencanaan lengkap, realistis, dan berhasil
dilaksanakan, Maria harus lebih teliti mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan Dewi. Selain itu, Dewi,
keluarganya, dan Maria harus menetapkan tujuan bersama.
a. Individu
Tujuan jangka panjang:
1) Selama hamil, ibu dan janin akan selalu sehat
2) Kaylah akan menunjukkan perilaku orang tua yang sukses
3) Kaylah akan menyelesaikan sekolahnya
Tujuan Jangka Pendek
1) Dewi akan mendapatkan perawatan prenatal
2) Dewi akan memahami alasan-alasan untuk mengubah kebiasaan
terkait nutrisi dan penggunaan narkoba
3) Dewi dan perawat akan merencanakan tindakan untuk mengubah
kebiasaan kesehatan yang buruk
4) Dewi akan tetap di sekolah sepanjang kehamilannya dan akan
menggunakan program belajar di rumah sampai dia kembali ke
sekolah setelah bayinya lahir.
5) Kayla akan mendaftar di kelas pengasuhan. Jika kelas tidak tersedia,
dia akan menggunakan bahan bacaaan yang sesuai dengan usianya,
film, CD, internet, peluang untuk diskusi kelompok dengan remaja lain,
atau melakuka kunjungan terhadap para orang tua yang
berpengalaman.
6) Dewi akan menyusui bayinya
7) Dewi akan berbicara dengan penyuluh kesehatan masyarakat untuk
menentukan metode untuk melindungi kesehatan dan keselamatan
yang baru lahir.
b. Keluarga
Tujuan Jangka Panjang
1) Kemampuan keluarga untuk menangani krisis akan meningkatkan
kemampuan mereka untuk mendiskusikan masalah dan terlibat dalam
pemecahan masalah bersama.
Tujuan Jangka Pendek
1) Orang tua Dewi akan menampilkan perilaku yang mendukung, seperti
menemaninya saat pemeriksaan kehamilan, membantu dia terlibat
dalam perilaku yang sehat, dan membantu dia mengatur perawatan
anaknya sehingga ia bisa tetap bersekolah.
c. Masyarakat
Tujuan Jangka Panjang
1) Dapat diakses, komprehensif, pelayanan kesehatan prenatal yang
sensitive secara budaya dan pelayanan kesehatan lainnya akan
didirikan, termasuk kunjungan rumah dan kelas pengasuhan anak
untuk para remaja.
Tujuan Jangka Pendek
1) Klinik departemen kesehatan akan memperpanjang jam malam untuk
mengakomodasi siswa dan keluarga yang bekerja.
2) Sebuah fasilitas penitipan anak akan dibuka di dekat sekolah.
Intervensi
Parawat, keluarga, dan individu harus mengatasi segera, tujuan bersama
mereka untuk membantu Dewi mencapai hasil kelahiran yang sehat dan
memulai pengasuhan yang sukses. Perencanaan interdisiplıner antara
perawat kesehatan sekolah Dewi, petugas sosial, perawat kesehatan
masyarakat, penyedia perawatan kehamilan primer, pendidik melahirkan,
dan perawat keluarga sangatlah penting. Selain itu, Maria harus menjadi
advokat untuk perubahan masyarakat luas untuk memastikan bahwa
masyarakat memenuhi kebutuhan individu.
a. Individu
Maria bekerja sama dengan perawat sekolah dan profesional kesehatan
lainnya untuk membantu Dewi mendapatkan asuransi kesehatan; ia
dirujuk ke dokter kandungan yang melihatnya secara teratur. Kehamilan
Dewi ini juga dipantau oleh perawat sekolah, yang mengharuskan dia
datang ke klinik setiap minggu untuk memeriksa berat badan dan tekanan
darah dan berbicara tentang kehamilan. Bekerja dengan perawat sekolah,
Maria menyediakan Dewi informasi tentang kelas melahirkan dan gizi
serta booklet yang merinci tentang bagaimana mempromosikan
kehamilan yang sehat. Dia dinasihati untuk menghindari tembakau,
alkohol, dan semua obat. Menjelang akhir kehamilan, Dewi didorong
untuk menghadiri kelas-kelas pengasuhan dengan di dampingi pacarnya.
b. Keluarga
Maria dan pekerja sosial mengarahkan orang tua Dewi untuk
mengunjungi lembaga pelayanan sosial lainnya yang mungkin dapat
membantu secara finansial. Secara khusus, mereka fokus pada penyedia
yang bisa membantu dengan utilitas, penempatan kerja, dan perawatan
anak. Keluarga Dewi juga diarahkan kepada konselor keluarga yang
memiliki spesialisasi keluarga dengan remaja.
c. Masyarakat
Maria bekerja dengan divisi kesehatan ibu-anak dari departemen
kesehatan daerah untuk membantu dan memfasilitasi dan menawarkan
kelas pengasuhan di sebuah sekolah tinggi daerah, menargetkan
kebutuhan belajar pada kehamilan remaja. Maria dan perawat sekolah
juga bertemu dengan para pejabat distrik sekolah dan tokoh masyarakat
untuk melakukan dialog tentang konsekuensi dari putus sekolah dan
untuk memfasilitasi tindakan kebijakan seperti perawatan anak untuk
orang tua remaja untuk membantu mereka tetap bersekolah.

Evaluasi
Strategi evaluasi harus melibatkan proses den hasil pengukuran tindakan pada
tingkat individu, keluarga, dan masyarakat.
a. Individu
Perawat sekolah mampu memantau Dewi sepanjang kehamilannya dan
memastikan bahwa ia selesai kelas untuk tiap semester. Kehamilan Dewi
tidak biasa, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki yang sehat. Biaya
perawatan mereka ditutupi oleh asuransi, dan bayinya juga memeruhi
syarat untuk asuransi. Seorang guru ditugaskan untuk mengajar Dewi di
rumah selama 1 bulan setelah melahirkan untuk memastikan bahwa ia
tidak ketinggalan pelajaran di sekolahnya. Dengan bantuan dari pekerja
sosial, Dewi dapat menempatkan bayi di fasilitas penitipan bersubsidi,
yang memungkinkan dirinya untuk menyelesaikan sekolah.
b. Keluarga
Konseling keluarga membantu keluarga mengatasi beberapa masalah
mereka. Maria mengamati bahwa orang tua Dewi bangga pada cucu
mereka dan bersemangat untuk membantu perawatannya.
c. Masyarakat
Dengan bantuan perawat sekolah dan pihak berkepentingan lainnya,
Maria mampu memulai program kolaboratif dimana perawat departemen
kesehatan dan spesialis perkembangan menawarkan kelas pengasuhan
di sekolah tinggi secara teratur. Mereka juga berencana menulis untuk
Hibah Blok Kesehatan Ibu Anak untuk melaksanakan klinik berbasis
sekolah yang bertokus pada kebutuhan remaja hamil dan bayi mereka.

Level Pencegahan
a. Primer
1) Pencegahan primer tergantung pada usia anak. Untuk anak-anak
yang berusia paling kecil, strategi termasuk mendorong perilaku
sehat oleh gadis-gadis dan perempuan.
2) Pencegahan primer juga termasuk pencegahan kehamilan yang
tidak dinginkan, yang terutama sangat penting bagi remaja.
b. Sekunder
1) Setelah hamil, wanita harus cepat menerima perawatan kehamilan
yang adekuat, melakukan perilaku hidup sehat, memperoleh
pelayanan sosial dan pelayanan pendukung lain yang diperlukan, dan
mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua
2) Penting untuk masyarakat memastikan bahwa pelayanan kesehatan
preventif adekuat, seperti pelayanan kehamilan, konseling nutrisi dan
diet, pendidikan kehamilan den orang tua, dan pelayanan sosial lain
tersedia.
c. Tersier
1) Memulai program dan layanan yang mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan di masa depan di kalangan remaja dan membantu remaja
orang tua memberikan perawatan yang terbaik untuk anak
2) Membangun program seperti kelas pengasuhan, layanan
pendukungan untuk membantu remaja menyelesaikan pendidikan
mereka, koordinasi pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial bagi
ibu dan anaknya; dan perawatan yang baik untuk anak, imunisasi,
dan pelayanan gizi.
DAFTAR PUSTAKA

Faisal, F. (2018). HUBUNGAN STATUS PUBERTAS DENGAN STUNTING


PADA ANAK SISWI SD DAN SMP DI KECAMATAN TEMPURAN
KABUPATEN KARAWANG. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(5),
397-400.

Hidayat, Aziz Alimul. (2010). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk


Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Nies, A. Mary dkk. (2019). Keperawatan Komunitas dan Keluarga.


Singapura.

Nursalam. (2014). Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4.


Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai