Sumber : Govindassami Agoramoorthy, Fu-An Chen, Minna Je.
Hasyu, 2008. The Threat Of Heavy Metal Pollution In
Halophytic And Mangrove Plants Of Tamil Nadu , India.
The Threat Of Heavy Metal Pollution In Halophytic And Mangrove Plants
Of Tamil Nadu , India
India merupakan 1 diantara 25 titik wilayah ekoregion yang terancam
punah. Ekoregion merupakan wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri flora dan fauna asli serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup. India memliki beraneka ragam jenis spesies tanaman yang baisa ditemukan di hutan tropis, hutan sub-tropis, hutan temperate (hutan yang berada di wilayah dengan 4 musim), hutan sub-alpin, hutan alpin, hutan selalu hijau (hutan yang dipenuhi dengan pepohonan dan tumbuhan yang selalu hijau di segala musim), litoral dan mangrove yang menempati 20% dari total wilayah geografis. Hutan mangrove dianggap salah satu ekosistem yang sangat terancam punah dari dunia yang disebabkan oleh tingkah laku manusia, mulai dari polusi yang mengancam habibat hidup bakau di seluruh asia. Tumbuhan mangrove membutuhkan kondisi khusus untuk tumbuh, maka jarak geografisnya harus di persempit/dibatasi. Tanaman yang hidup di ekosistem mangrove diadopsi untuk hidup di area salinitas yang tinggi. Tanmaan mangrove dikenal untuk menetralisis kondisi lingkungan yang ekstrim. Tanaman halophytic merupakan tanaman tahan garam yang tumbuh di perairan dengan salinitas tinggi. Tanaman halofit memiliki 3 jenis macam, antara lain:
Taman mangrove dan juga halopitik telah digunakan dalam pengobatan
orang-orang terdahulu. Dengan meningkatnya urbanisasi dan industrialisasi, wilayah pesisir semua negara tropis di asia terutama india telah mengalamai pencemaran yang cukup besar, karena limbah domestik, logam berat dan limbah beracun lainnya. Untuk memahami tingkat pencemaran logam berat pada tanaman hutan mangrove, mereka meneliti biokonsentrasi dalam 8 tanaman bakau dan tanaman halophytic yang dikumpulkan di pichavaram, Tamil Nadu, India dan dianalisis untuk esensial (Cu, Fe, Mg, Mn, Zn) dan non esensial (Hg, Pb, Sn)
A. Deskripsi Wilayah Studi
Mangrove dan tanaman halophytic dikumpulkan dari hutan mangrove Pichavaram yang memiliki luas sebesar 1400 ha, yang terletak antara Vellar dan muara Coleroon, di Cuddalore kabupaten Tamil Nadu, India Selatan. Sekitar 40% daerah ditutupi oleh air, 50% hutan dan sisanya lumpur. Terdapat banyak anak sungai, parit/selokan dan kanal yang melintasi hutan dengan kedalaman mulai dari 0,5-1,5meter dan menyalurkan air bersih pada ekosistem yang rapuh. Curah hujan di hutan mangrove Picavaram telah dilaporkan yaitu sebesar 1310 mm; sebagian besar hujan terjadi selama musim hujan di timur laut yaitu pada bulan oktober-desember. B. Metode Penelitian a. Pengumpulan sampel Bakau dan tanaman halophytic dikumpulkan pukul 07.00 – 10.00 pada tanggal 8 Januari 2007, pengambilan sampel menggunakan perahu dayung melalui rawa. Daun dari 5 halophytic yang digunakan antara lain (Arthrocnemun indicum, suaeda monoica, suaeda maritima, sesuvium portulacastrum dan ipomea pescapre) dan8 tanaman bakau yang dipakai antara lain: (Avicennia dari cinalis fi, Bruguiera cylindrica, Ceriops decandra, Rhizopora apiculata, Rhizopora murconata, Aegiceras cornicultum, Excoecaria agallocha dan Acanthus ilicifolius). Sampel tanaman yang dikumpulkan disimpan secara terpisah dalam kantong plastik dan di bawa ke laboratorium. b. Tahap Analisis Sampel Sampel tanaman dicuci dalam air suling dan dikeringkan di oven pada suhu 60o C selama 24 jam. Sampel di cerna untuk analisis logam berat dengan campuran asam nitrat pekat dan hydrogen peroksida Membuat larutan sampel sebanyak 25 ml. Menganalisis kandungan logam, dilakukan menggunakan asetilen spektroskopi serapan atom. untuk memastikan kevalidan hasil sprektroskopi serrapan atom, maka dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dari setiap sampel konsentrasi logam dihitung dari replica nilai absorben, yang kemudian digunakan untuk menghitung rarta – rata. Ditemukan 8 logam dalam jaringan daun, diantaranya ialah Cu, Fe, Hg, Mg, Mn, Pb, Sn, Zn. Ke- 8 logam tersebut dapat digunakan sebaagai bioindikator dari paparan logam berat C. Hasil dan pembahasan a. Pengaruh atau dampak logam berat terhadap mangrove dan tanaman halophytic Konsentrasi logam berat dari 8 dari 10 elemen dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini Tabel 1.1 konsentrasi logam berat (μdalam tanaman mangrove dan tanaman halopitik dari Tamil Nadu, India
Dari gambar diatas, dapat diketahui konsentrasi Cd tidak terdeteksi
di sebagian besar tanaman di kawasan hutan mangrove Tamil Nadu kecuali 2 spesies, yaitu A. Indicum (0.31 mg/gr) dan S. Portulacastrum (0,19 mg/gr). Sama halnya dengan konsentrasi Cd dalam obat-obatan herbal medis yang terbuat dari spesies tanaman seperti Coleus forskohlii and Alpinia galanga in India. BCF dari Fe dan Mn tergolong rendah, sedangkan Mg dan Pb tinggi. BCF unutk Pb pada tanaman halopitik (1,57± 0,43) lebih rendah dari yang terdapat pada mangrove yaitu sebesar 2,09 ± 0,72. Tetapi, perbedaan ini tidak signifikan. BCF untuk Fe pada tanaman halopitik (0,015 ± 0,011) dua kali lebih rendah dari tanaman mangrove yakni 0.007 ± 0.002 dan perbedaan ini secara statistik dinyatakan signifikan. BCF untuk Mg signifikan lebih besar pada tanaman halopitik (2.56± 1.17) kemudian pada tanaman mangrove diketahui sebesar 1.47 ± 0.43. BCF untuk Mn secara signifikan lebih rendah pada tanaman halopitik yaitu sebesar 0.01 ± 0.08 sedangkan pada tanaman magrove yakni sebesar 0.44 ± 0.29. Konsentrasi Hg dalam 11 spesies (kecuali dari A. Indicum dan S. Portulacastrum) dalam batas normal. Namunn, rata-rata konsentrasi Hg pada tanaman halopitik (0,43± 0,37 μg/g) tujuh kali lebih tinggi dari tanaman mangrove yakni sebesar 0,06 ± 0,03 μg/g. Hal ini menunjukkan bahwa polutan yang bersaal dari sumber sumber industri diserap oleh tanaman mangrove dan tanaman halopitik. Hg secara lebih cepat diserap oleh tanaman halopitik. Hg mengendap pada atmosfer yang terdiri dari bahan bakar fosil, pembangkit listrik, pembakaran sampah oleh penduduk setempat, cat, laboratorum medis, dan juga limpasan bahan kimia pertanian. b. Analisa Faktor c. Hasil diskusi
Tanah di hutan mangrove yang diteliti umumnya kaya Fe, Ca,
Mg, dan Mn dan juga menghasilkan H2S di pinggiran rawa. Konsentrasi zat tertinggi adalah Fe yang ditemukan di spesies tanaman yang diteliti yaitu sebelumnya Fe hanya 6890 menjadi 26.039 mg/g. Konsentrasi Fe, Mg, dan Mn di halophtic lebih tinggi dibandingkan dengan hutan bakau. konsentrasi logam berat dalam jaringan tanaman dipicu oleh kebutuhan metabolik untuk mikronutrien penting seperti Cu dan Zn, sedangkan Pb non-esensial cenderung menjadi racun bagi beberapa spesies. Tembaga dan seng adalah mikronutrien penting yang diperlukan dalam reaksi kloroplas, sistem enzim, sintesis protein, hormon pertumbuhan dan metabolisme karbohidrat. Perusakan habitat dapat mengancam kelangsungan hidup ekosistem mangrove di india selatan, akibatnya banyak tanaman yang sebelumnya disimpan di hutan bakau Tamil Nadu telah lenyap atau punah. Meningkatnya petumbuhan populasi manusia, perusakan habitat, deforestasi dan pertumbuhan industri dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ekosistem mangrove di Tamil Nadu, India Selatan. Tanaman Halophytic dan tanaman bakau di Tamil Nadi, India Selatan yang mengandung kogam berat ini telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional maka pengaruhnya terhadap kesehatan bagi orang-orang yang menggunakan obat-obatan tradisonal. D. Kesimpulan Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pencemaran logam berat mempengaruhi berbagai spesies tanaman di kawasan hutan mangrove Tamil Nadu, India Selatan. Pada penelitian ini pencemaran logam berat umumnya terdapat di ekosistem bakau dan halophytic. Tingkat toksisitas mungkin tidak terdeteksi jika tanpa studi ilmiah secara sistematis dan pemantauan. Konsentrasi Cd tercatat hanya 2 spesies (A. indicum dan S. Portulacastum). Pola penggunaan sumber daya berkelanjutan dan kebijakan yang bertentangan sudah menyebabkan kerugian terus menerus terhadap keaneragaman hayati di Asia termasuk di India. Hal – hal buruk yang terjadi di India ialah sejumlah besar limbah berbahaya termasuk elektronik, plastik, besi tua, dan bahan kimia telah di bakar atau di buang di ladang, saluran irigasi dan saluran air di seluruh India yang bisa mencemari lingkungan di seluruh India. India memiliki beberapa hokum lingkungan berlaku sejak tahun 1974 dan pemerintah di India Pertama kali memberlakukan hukum dan kemudian mendirikan birokrasi untuk menerapkannya namun berulang kali gagal mengendalikan pencemaran lingkungan. System pemantauan sering tidk efektif karena kurangnya penegakan hukum, dukungan keuangan dn sumber daya manusia.