Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MANIFESTASI RAGAM BUDAYA INDONESIA


RUMAH BETANG

Di susun Oleh :

Nama : Mahmut Akhirin

NPM : 1306479551

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


BIDANG STUDI PARIWISATA
UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK
Desember 2013
BAB 1

A. latar Belakang

Di Indonesia banyak sekali terdapat Rumah-Rumah adat yang mencerminkan


kebudayan tradisional mereka. Salah satu Rumah adat yang kali ini akan saya bahas adalah
Rumah adat Kalimantan Tengah yaitu Rumah Betang. Rumah Betang ini merupakan Rumah
adat khas kalimantan yang terdapat di seluruh daerah kalimantan, Terutama terletak di
daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman Suku Dayak. Rumah ini
merupakan salah satu warisan budaya yang patut kita kembangkan karena pada masa modern
ini Rumah Betang semakin berkurang jumlahnya.

Apa bila hal ini terus berlanjut maka hanya akan dikenang sebagai Rumah yang
pernah ada di Kalimantan, pada hal Rumah Betang ini mempunyai keindahan dan
keunikanya sendiri dari pada Rumah panjang yang lainya, hal ini dapat menjadi modal untuk
membuat Rumah tersebut sebagai objek wiata dan kita juga dapat sekaligus
memperkenalkan ke seluruh Indonesia dan ke kanca dunia agar Rumah adat Betang ini dapat
bertahan baik sebagai tempat tinggal warga maupun tempat acara adat Dayak.

B. Rumusan Masalah

Dari urian di atas kita dapat mengetahu bahwa banyak yang belum mengenal dan
mengetahui mengenai Rumah Betang, yang mana rumah ini merupakan salah satu harta
budaya milik Negara Indonesia yang harunsya perlu dijaga dan dilestarikan. Namun semua
itu terhambat dengan kurangnya masyarakta dalam mengetahui apa itu Rumah Betang, ciri-
cirinya, kehidupan masyarakat sekitarnya dan hal-hal lainya mengenai Rumah Betang itu
sendiri.

C. Tujuan Peulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan Rumah adat Betang kepada
pembaca, agar pembaca mengetahui mengenai Sejarah dan keunikan Rumah Betang , dapat
memahami mengenai Makna dan nilai Rumah Betang , dapat mengetahui bagaimana
Kehidupan budaya tradisional Rumah Betang , dan Mengetahui Aspek penting dan bagian-
bagian Rumah Betang. Tentu tujuan utamanya adalah memberikan informasi dan tentunya
pengetahuan mengenai adat tradisional Suku Dayak ini kepada pembaca makalah makalah.
BAB 2
A. Rumah Betang

Rumah Betang adalah salah satu Rumah tradisional indonesia yang berada di
kalimantan, yang menjadi Rumah adat sekaligus tempat tinggal warga Suku Dayak yang
berada di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman warga. Dimana sungai
merupakan jalur transportasi utama bagi Suku Dayak untuk melakukan berbagai jenis
aktifitas kehidupan sehari- hari seperti pergi berkerja keladang, di mana ladang Suku Dayak
biasanya jauh dari pemukiman penduuk.

Rumah Betang ini biasanya mampu menampung hingga 20 kepala keluarga dalam
satu Rumah. Hal ini bisa terjadi karena bagian dalam Rumah panjang terbagi-bagi, sehingga
setiap keluarga memiliki area hidup tersendiri yang menjadi miliknya, sejajar dengan bagian
penghubung beranda yang selevel di bawah mereka pada salah satu sisi panjang Rumah
panjang. Beranda adalah tempat berkomunikasi publik, dan memainkan peranan penting
dalam kehidupan masyarakat Rumah panjang. Tidak hanya berfungsi debagai jalan utama dan
area kerja untuk pekerjaan, tapi juga merupakan tempat pelaksanaan pertemuan desa dan
pertunjukan upacara yang dianggap sangat vital terhadap kepercayaan spiritual dan
kesejahteraan masyarakat. Beberapa ritual ini fokus pada tangga kayu yang dipahat halus,
yang merupakan satu-satunya benda publik pada Rumah panjang.
Rumah panjang berbentuk panggung dan memanjang. Panjangnya bisa mencapai 30-
150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya
sekitar 3-5 meter.Biasanya Betang dihuni oleh 100-150 jiwa, Betang dapat dikatakan sebagai
Rumah Suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi
penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu.

1. Sejarah Rumah Betang

Pada Suku Dayak tertentu, pembuatan Rumah Betang haruslah memenuhi beberapa
persyaratan berikut diantaranya pada hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan
sebelah hilirnya ke arah matahari terbenam.Hal ini dianggap sebagai simbol dari kerja keras
untuk bertahan hidup mulai dari matahari terbit hingga terbenam.Semua Suku Dayak,
terkecuali Suku Dayak Punan yang hidup mengembara, pada mulanya berdiam dalam
kebersamaan hidup secara komunal di Rumah Betang, yang lazim disebut Lou, Lamin,
Betang, dan Lewu Hante.Betang memiliki keunikan tersendiri. Yang membedakan Rumah
panjang ini dengan Rumah panjang yang lain adalah tiang pondasinya yang langsung di
tancapkan ke tanah tanpa dikasihkan batu.
2. Ciri dan keunikan Rumah Betang

Ciri –ciri dan keunikan yang identik dengan Rumah panjang adalah sebagai berikut:

 Rumah Betang bentuknya memanjang serta terdapat sebuah tangga dan pintu masuk
ke dalam Betang. Tangga sebagai alat penghubung pada Betang dinamakan hejot.
Betang yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari
hal-hal yang meresahkan para penghuni Betang, seperti menghindari musuh yang
dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang datang melanda.
Hampir semua Betang dapat ditemui di pinggiran sungai-sungai besar yang ada di
Kalimantan.

 Bangunan Betang biasanya berukuran besar, bangunan Betang ini di bangun


menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin, selain memiliki
kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun, kayu ini juga anti rayap.

 Pada halaman depan Betang biasanya terdapat balai sebagai tempat menerima tamu
maupun sebagai tempat pertemuan adat. Pada halaman depan Betang selain terdapat
balai juga dapat dijumpai sapundu. Sapundu merupakan sebuah patung atau totem
yang pada umumnya berbentuk manusia yang memiliki ukiran-ukiran yang khas.
Sapundu memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengikatkan binatang-binatang yang
akan dikurbankan untuk prosesi upacara adat. Terkadang terdapat juga patahu di
halaman Betang yang berfungsi sebagai Rumah pemujaan.

 Pada bagian belakang dari Betang dapat ditemukan sebuah balai yang berukuran kecil
yang dinamakan tukau yang digunakan sebagai gudang untuk menyimpan alat-alat
pertanian, seperti lisung atau halu. Pada Betang juga terdapat sebuah tempat yang
dijadikan sebagai tempat penyimpanan senjata, tempat itu biasa disebut bawong. Pada
bagian depan atau bagian belakang Betang biasanya terdapat pula sandung. Sandung
adalah sebuah tempat penyimpanan tulang-tulang keluarga yang sudah meninggal
serta telah melewati proses upacara tiwah.

3. Makna dan Nilai Rumah Betang

Rumah Betang bagi masyarakat Dayak tidak saja sekedar ungkapan legendaris
kehidupan nenek moyang, melainkan juga suatu pernyataan secara utuh dan konkret tentang
tata pamong desa, organisasi sosial serta sistem kemasyarakatan, sehingga tak pelak menjadi
titik sentral kehidupan warganya. Sistem nilai budaya yang dihasilkan dari proses kehidupan
Rumah panjang, menyangkut soal makna dari hidup manusia; makna dari pekerjaan; karya
dan amal perbuatan; persepsi mengenai waktu; hubungan manusia dengan alam sekitar; soal
hubungan dengan sesama. Dapat dikatakan bahwa Rumah Betang memberikan makna
tersendiri bagi masyarakat Dayak. Rumah Betang adalah pusat kebudayaan mereka karena di
sanalah seluruh kegiatan dan segala proses kehidupan berjalan dari waktu ke waktu.

Rumah Betang memang bukan sebuah hunian mewah dengan aneka perabotan
canggih seperti yang diidamkan oleh masyarakat modern saat ini. Rumah Betang cukuplah
dilukiskan sebagai sebuah hunian yang sederhana dengan perabotan seadanya. Namun,
dibalik kesederhanaan itu, Rumah Betang menyimpan sekian banyak makna dan sarat akan
nilai-nilai kehidupan yang unggul. Tak dapat dipungkiri bahwa Rumah telah menjadi simbol
yang kokoh dari kehidupan komunal masyarakat Dayak. Dengan mendiami Rumah Betang
dan menjalani segala proses kehidupan di tempat tersebut, masyarakat Dayak menunjukkan
bahwa mereka juga memiliki naluri untuk selalu hidup bersama dan berdampingan dengan
warga masyarakat lainnya. Mereka mencintai kedamaian dalam komunitas yang harmonis
sehingga mereka berusaha keras untuk mempertahankan tradisi Rumah Betang ini. Harapan
ini didukung oleh kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan setiap kepentingannya
dengan kepentingan bersama. Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam pikiran religio-magis,
yang menganggap bahwa setiap warga mempunyai nilai dan kedudukan serta hak hidup yang
sama dalam lingkungan masyarakatnya.

Rumah Betang selain sebagai tempat kediaman juga merupakan pusat segala kegiatan
tradisional warga masyarakat. Apabila diamati secara lebih seksama, kegiatan di Rumah
panjang menyerupai suatu proses pendidikan tradisional yang bersifat non-formal. Rumah
Betang menjadi tempat dan sekaligus menjadi sarana yang efektif bagi masyarakat Dayak
untuk membina keakraban satu sama lain. Di tempat inilah mereka mulai berbincang-bincang
untuk saling bertukar pikiran mengenai berbagai pengalaman, pengetahuan dan keterampilan
satu sama lain. Hal seperti itu bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan, meskipun pada
malam hari atau bahkan pada saat cuaca buruk sekalipun, sebab mereka berada di bawah satu
atap. Demikianlah pengalaman, pengetahuan dan keterampilan diwariskan secara lisan
kepada generasi penerus. Didalam suasana kehidupan Rumah panjang, setiap warga selalu
dengan sukarela dan terbuka terhadap warga lainnya dalam memberikan petunjuk dan
bimbingan dalam mengerjakan sesuatu. Kesempatan seperti itu juga terbuka bagi kelompok
dari luar Rumah panjang.

4. Kehidupan budaya tradisional Di Rumah Betang

Rumah Betang yang tersisa pada masyarakat Dayak merupakan contoh kehidupan
budaya tradisional yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan. Kiranya perlu
diungkapkan lebih jauh faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Dayak dapat
mempertahankan Rumah Betang mereka. Masyarakat Dayak memiliki naluri untuk selalu
hidup bersama secara berdampingan dengan alam dan warga masyarakat lainnya. Mereka
gemar hidup damai dalam komunitas yang harmonis sehingga berusaha terus bertahan
dengan pola kehidupan Rumah Betang. Harapan ini didukung oleh kesadaran setiap individu
untuk menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan bersama. Kesadaran tersebut
dilandasi oleh alam pikiran religio-magis, yang menganggap bahwa setiap warga mempunyai
nilai dan kedudukan serta hak hidup yang sama dalam lingkungan masyarakatnya.

Dengan mempertahankan Rumah Betang, masyarakat Dayak tidak menolak


perubahan, baik dari dalam maupun dari luar, terutama perubahan yang menguntungkan dan
sesuai dengan kebutuhan rohaniah dan jasmaniah mereka. Pola pemukiman Rumah Betang
erat hubungannya dengan sumber-sumber makanan yang disediakan oleh alam sekitarnya,
seperti lahan untuk berladang, sungai yang banyak ikan, dan hutan-hutan yang dihuni
binatang buruan. Namun pada saat ini, ketergantungan pada alam secara bertahap sudah
mulai berkurang. Masyarakat Dayak telah mulai mengenal perkebunan dan peternakan.
Rumah Betang menggambarkan keakraban hubungan dalam keluarga dan pada masyarakat.
5. Seni Tradisional

Rumah Betang selain tempat kediaman juga merupakan pusat segala kegiatan
tradisional warga masyarakat. Apabila diamati secara lebih seksama, kegiatan di Rumah
Betang menyerupai proses pendidikan tradisional yang bersifat non formal. Contohnya,
Dalam masyarakat Dayak terdapat pembagian tugas atau perbedaan dalam mengerjakan
kegiatan seni tradisional. Kaum pria terampil dalam ngamboh ( pandai besi ), menganyam,
dan mengukir, sedangkan wanita lebih terampil dalam menenun dan menganyam yang halus.
Selain itu Rumah Betang juga di jadikan sebagai tempat acara adat atau tempat acara-acara
kesenian tradisional Suku Dayak.

Gambar 2.1 Wanita menenun kain. Gambar 2.2 Pria mengukir patung.

Gambar 2.3 Kegiatan / acara tradisional.

6. Beberapa Aspek Penting Rumah Betang

Meski terbilang sangat sederhana dan jauh dari kesan mewah, Rumah Betang tetaplah
menjadi hunian yang bernilai tinggi bagi masyarakat Dayak. Oleh karena itu sangat penting
kiranya bagi kita untuk mencermati lebih jauh pandangan masyarakat Dayak mengenai
Rumah Betang yang tercermin dalam beberapa aspek berikut ini:

a. Aspek penghunian. Rumah Betang merupakan struktur multi-keluarga permanen dan


terutama berfungsi sebagai tempat tinggal utama di samping Rumah pondok di
ladang.

b. Aspek hukum dan hak milik. Rumah panjang mempunyai aspek kepemilikan yang
jelas.Terutama adalah hak kepemilikan semua keluarga secara bersama menguasai
semua tanah diwilayah Rumah panjang. Hak wilayah Rumah panjang merupakan hak
sekunder, sedangkan hak primer dipegang oleh tiap-tiap keluarga atau kelompok
keluarga kecil yang memiliki ikatan kekerabatan. Rumah Betang juga merupakan unit
peradilan yang sangat penting. Setiap kali pertikaian antar anggota Rumah Betang
dapat diselesaikan oleh tetua adat secara internal. Satu hal yang menonjol adalah
wewenang seseorang atau satu keluarga tertentu relatif kecil, yang jauh lebih penting
adalah wewenang Rumah panjang secara keseluruhan. Hal itu disebabkan adanya
egalitarisme yang kuat dalam masyarakat Dayak.

c. Aspek ekonomi. Rumah panjang memegang peranan penting dalam distribusi arus
tenaga kerja dan hasil kerja antarkeluarga. Pemakaian tenaga kerja tambahan dari
keluarga lain, merupakan kunci dari sistem perladangan yang mereka jalankan.

d. Bagian-bagian Rumah Betang

Berdasarkan kepercayaan Suku Dayak ada ketentuan khusus dalam peletakan ruang
pada Rumah Betang yaitu:

a. Pusat atau poros bangunan dimana tempat orang berkumpul melakukan


berbagaimacam kegiatan baik itu kegiatan keagaman,sosial masyarakat dan lain-lain
maka ruang los, harus berada ditengah bangunan.

b. Ruang tidur, harus disusun berjajar sepanjangbangunan Betang. Peletakan ruang tidur
anak danorang tua ada ketentuan tertentu dimana ruangtidur orang tua harus berada
paling ujung darialiran sungai dan ruang tidur anak bungsu harusberada pada paling
ujung hilir aliran sungai, jadiruang tidur orang tua dan anak bungsu tidak bolehdiapit
dan apabila itu dilanggar akan mendapatpetaka bagi seisi Rumah.

c. Bagian dapur harus menghadap aliran sungai, menurut mitos supaya mendapat rezeki.

d. Tangga. Tangga dalam ruangan Rumah adat Betang harus begrjumlah ganjil, tetapi
umumnya berjumlah 3 yaitu berada di ujung kiri dan kanan, satu lagi di depan sebagai
penanda atau ungakapan rasa solidariras menurut mitostergantung ukuran Rumah,
semakin besar ukuran Rumah maka semakin banyak tangga.

e. Pante adalah lantai tempat menjemur padi, pakaian, untuk mengadakan upacara adat
lainya. Posisinya berada didepan bagian luar atap yeng menjorok ke luar. Lantai pante
terbuatdari bahan bambu, belahan batang pinang, kayu bulatan sebesar pergelangan
tangan atau dari batang papan.

f. Serambi adalah pintu masuk Rumah setelah melewati pante yang jumlahnya sesuai
dengan jumlah kepala keluarga. Di depan serambi ini apabila ada upacara adat
kampung dipasang tanda khusus seperti sebatang bambu yang kulitnya diarut halus
menyerupai jumbai-jumbai ruas demi ruas.

g. Sami berfungsi ruang tamu sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan warga yang
memerlukan.
h. Jungkar. Tidak seperti raungan yang pada umumnya harus ada. Sementara Jungkar
sebagai ruan tambahan dibagian belakang bilik keluarga masing-masing yang atapnya
menyambung atap Rumah panjang atau ada kalanya bumbung atap berdiri sendiri tapi
masih merupakan bagian dari Rumah panjang. Jungkar ditempatkan di tangga masuk
atau keluar bagi satu keluarga, agar tidak mengganggu tamu yang sedang bertandang.
Jungkar yang atapnya menyambung pada atap Rumah panjang dibuatkan tingaatn
(ventilasi pada atap yang terbuka dengan ditopang/disanggah kayu) yang sewaktu
hujan atau malam hari dapat ditutup kembali.

Gambar 2.4 Dapur Rumah Betang

Gambar 2.5 Tanga Rumah Betang. Gambar 2.6 Sami Rumah Betang.
BAB 3
Kesimpulan:
Rumah Betang adalah Rumah yang mencerminkan akan kebersamaaan masayarakat
( suku dayak ), secara definisi Rumah ini Rumah tradisional indonesia yang berada di
kalimantan, yang menjadi Rumah adat sekaligus tempat tinggal warga Suku Dayak yang
berada di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman warga. Dimana sungai
merupakan jalur transportasi utama bagi Suku Dayak untuk melakukan berbagai jenis
aktifitas kehidupan sehari- hari seperti pergi berkerja keladang, di mana ladang Suku Dayak
biasanya jauh dari pemukiman penduuk. Rumah betang mepunyai keindahan bentuk dan
keunikan tersendiri rumah, menjadi tempat tinggal yang dapat menampung orang yang banya
bisa mencapai puluhan orang. Serta di rumah ini selalu terjalin keharmonisan antar keluarga
yang tinggal di dalamnya. Dengan adanya berbagai macam keindahan dan keunikan
tersendiri di rumah betang akan sangat di sayangkan jikan salah satu rumah adat ini
mengalami penyusutan akan bangunan-bangunan moderen.

Anda mungkin juga menyukai