Anda di halaman 1dari 110

ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE

SEVEN TOOLS DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY


CIKANDE - SERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan


Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen (S.M) dari Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Bina Bangsa

OLEH:

KRISTINA MUNGNAY
11120599

JURUSAN : MANAJEMEN
KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI
PROGRAM PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


STIE BINA BANGSA
BANTEN
2016
KRISTINA MUNGNAY ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN
11120599 TOOLS DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY CIKANDE-SERANG

ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS


DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY
CIKANDE - SERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan


Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen (S.M) dari Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Bina Bangsa

Disusun Oleh :

KRISTINA MUNGNAY
11120599

JURUSAN : MANAJEMEN

KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI PRODUKSI

PROGRAM PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


STIE BINA BANGSA
BANTEN
2015
LEMBAR PERNYATAAN
TENTANG
KEABSAHAN SKRIPSI

Saya Kristina Mungnay, 11120599, Jurusan Manajemen Operasi Produksi


menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi dengan judul :
Analisis Kecacatan Produk dengan Metode Seven Tools di PT Ocean Asia
Industry Cikande - Serang
Saya tulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh
gelar Sarjana Manajemen (S. M) dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bina
Bangsa, seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Skripsi yang saya kutip dari hasil
karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaidah dan etika penulisan karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Skripsi ini bukan hasil
karya saya sendiri atau adanya PLAGIAT dalam bagian tertentu, saya bersedia
menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik yang telah saya peroleh dan
sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan.

Serang, 29 Februari 2016


Nama Mahasiswa

Materai 6000

Kristina Mungnay
NPM : 11120599
PERSETUJUAN PEMBIMBING
DIPERSYARATKAN UNTUK UJIAN SIDANG SKRIPSI

SKRIPSI
ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS
DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY CIKANDE – SERANG

KRISTINA MUNGNAY
NPM : 11120599
JURUSAN : MANAJEMEN
KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)

Disetujui Untuk Dipertahankan Dalam Sidang Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

Ende, ST. MAB Abdul Aziz, S.


Pd. I, MM
Tanggal : 29 Februari 2016 Tanggal : 29
Februari 2016

PIMPINAN JURUSAN / PROGRAM STUDI


JURUSAN : MANAJEMEN

Ketua Sekretaris

Nani Rohaeni, SE., M.M Ende, ST. MAB


Tanggal : 29 Februari 2016 Tanggal : 29
Februari 2016
PERSETUJUAN PENGESAHAN PEMBIMBING
DAN PIMPINAN PERGURUAN TINGGI

SKRIPSI
ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS
DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY CIKANDE – SERANG
KRISTINA MUNGNAY
NPM : 11120599
JURUSAN : MANAJEMEN
KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)
Skripsi Telah Diterima dan Dinyatakan :
LULUS
Dengan Nilai Huruf : A/B/C
Oleh Dewan Penguji Dalam Sidang Program Sarjana (S1)
Jurusan Manajemen Operasi Produksi pada Hari…… Tanggal ….. Tahun…..

Serang, Tanggal…….

Pembimbing I Pembimbing II

Ende, ST. MAB Abdul Aziz, S.


Pd. I, MM
NIDN : 0417088305 NIDN :
PIMPINAN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
STIE BINA BANGSA
Ketua Sekretaris

Nani Rohaeni, SE., M.M Ende, ST. MAB


NIDN : 0414097403 NIDN : 0417088305

Mengetahui,
Ketua STIE Bina Bangsa

Dr. H. Furtasan Ali Yusuf, S.E, S. Kom, M.M


NIDN : 0425046901
PERSETUJUAN PENGESAHAN PEMBIMBING
DAN DEWAN PENGUJI

SKRIPSI
ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS
DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY CIKANDE – SERANG

KRISTINA MUNGNAY
NPM : 11120599
JURUSAN : MANAJEMEN
KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)
Skripsi Telah Diterima dan Dinyatakan :
LULUS
Dengan Nilai Huruf : A/B/C
Oleh Dewan Penguji Dalam Sidang Program Sarjana (S1)
Jurusan Manajemen Operasi Produksi pada Hari…… Tanggal ….. Tahun…..

Serang, Tanggal…….

Pembimbing I Pembimbing II

Ende, ST. MAB Abdul Aziz, S.


Pd. I, MM NIDN : 0417088305
NIDN :

TEAM PENGUJI

1. Nama Dosen Penguji -1 Ketua Penguji


………………………….
NIDN : Tanggal :

2. Nama Dosen Penguji -2 Anggota


…………………………..
NIDN : Tanggal :

3. Nama Dosen Penguji -3 Anggota


…………………………...
NIDN : Tanggal :
ANALYSIS OF DEFECT PRODUCT WITH SEVEN TOOLS METHOD
Survey In PT Ocean Asia Industry (2016)

KRISTINA MUNGNAY
11120599

ABSTRACT
This study was conducted to know about level of defect product in PT
Ocean Asia Industry, knowing about kind of defect product in PT Ocean Asia
Industry, knowing about most of defect product and cause of defect product in PT
Ocean Asia Industry. Target of defect product should be below 1% but in PT
Ocean Asia Industry defect product always over than 1%.
Method of research is qualitative method with case study. Procedure of
research using Spradley theory that was build in 12 steps. Data was taken by
observation, interview, documentation and literature review. Validity of data was
did by triangulation.
There are 13 kinds of defect product in PT Ocean Asia Industry. The
result of research using seven tools method, the highest is color defect. So, this
research focus only for color defect. Color defect has 62% or 528 unit during
2015. Defect cause by four things they are man, material, method and machine.
color defect is not related to total production in every month.
Most of defect product cause of less control from quality control
department. Defect product that was not control by the control chart in every
month, make employee lack of understanding about color defect knowledge so
they will not aware about color defect.

Key Word : Defect Product, Seven Tools, Quality Control.


ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS
Survey di PT Ocean Asia Industry (2016)

KRISTINA MUNGNAY
11120599

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kecacatan produk di PT
Ocean Asia Industry, jenis kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry, jenis
kecacatan terbanyak serta mengetahui penyebab kecacatan produk di PT Ocean
Asia Industry. Target kecacatan produk adalah dibawah 1% namun yang terjadi di
PT Ocean Asia Industry kecacatan produk selalu melebihi 1% dalam setiap
bulannya.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Prosedur penelitian menggunakan teori spradley
yaitu sebanyak 12 langkah. Pengambilan data dilakukan dengan observasi,
wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Keabsahan data dilakukan dengan
triangulasi.
Jenis kecacatan di PT Ocean Asia Industry sebanyak 13 jenis. Hasil dari
penelitian menggunakan seven tools, diperoleh kecacatan tertinggi ada pada
kecacatan warna. Maka penelitian ini fokus pada kecacatan warna. Kecacatan
warna berada pada angka 62% atau sebanyak 528 unit pada tahun 2015.
Kecacatan yang terjadi disebabkan oleh empat hal yaitu man, material, method
dan machine. Kecacatan tersebut tidak berhubungan dengan total produksi ditiap
bulannya.
Sebagian besar kecacatan produk disebabkan karena kurangnya
pengawasan yang dilakukan oleh bagian quality control. Kecacatan yang tidak
dikontrol dengan control chart dalam setiap bulannya menyebabkan karyawan
kurang memahami bahwa kecacatan warna tidak terkontrol dengan baik sehingga
mengabaikan kecacatan warna yang terjadi.

Kata Kunci : Kecacatan Produk, Seven Tools, Quality Control.


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi yang berjudul : Analisis Kecacatan Produk dengan Metode
Seven Tools, Survei di PT Ocean Asia Industry Cikande. Skripsi ini ditulis dalam
rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Manajemen (S.M) Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bina Bangsa
Banten.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada
semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi
dalam penyelesaian Skripsi ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang Terhormat :
1. Bapak DR. H. Furtasan Ali Yusuf, SE., S. Kom., MM selaku Ketua Yayasan
STIE Bina Bangsa.
2. Bapak Budi Ilham Maliki, S. Pd., MM selaku Pembantu ketua 1 Bidang
Akademik.
3. Bapak Drs. Gatot Hartoko, M. Si Selaku pembantu ketua II Bidang Umum
dan Keuangan.
4. Bapak Drs. A. R. Chaerudin, MM selaku pembantu ketua III Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni.
5. Ibu Nani Rohaeni, SE., MM selaku Ketua Jurusan Manajemen.
6. Bapak Ende, S.T., MAB selaku Sekretaris Jurusan Manajemen dan Dosen
Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan selama penyusunan
Skripsi ini dari awal hingga Skripsi ini dapat diselesaikan.
7. Bapak Abdul Aziz, S. Pd., I, MM selaku Pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan selama penyusunan Skripsi ini dari awal
hingga Skripsi ini dapat diselesaikan.
8. Mr. King Ping Chan, selaku Manajer QC yang telah mengijinkan penulis
untuk melakukan penelitian.
9. Bapak Hartono Hendrawan dan Ibu Winarti, selaku orang tua yang telah
mendukung aktivitas penulis selama penyusunan skripsi.
10. Ahmad Zahrawani, S. Sos, selaku calon suamiku yang telah mendukung
penuh dalam segala kegiatan selama penyusunan skripsi dan memberikan
jalan untuk mendapatkan sumber-sumber informasi yang bermanfaat untuk
penulis dalam penyusunan skripsi.
11. Ulfathul Mardiah, selaku sahabat yang telah mendukung kelancaran
penyusunan skripsi.
12. Cery Anisah, A. Md, selaku sahabat yang telah mendukung kelancaran
penyusunan skripsi.
13. Dimas Setyo Perdana, selaku sahabat yang telah mendukung kelancaran
dalam penyusunan skripsi ini.
14. Karyawan bagian Color Team PT Ocean Asia Industry yang telah
mendukung penuh dan memberikan pencerahan untuk pengambilan data
informasi dalam penelitian skripsi sehingga penulis berhasil mendapatkan
data dengan mudah.
Laporan ini disusun sebagai tugas akhir dari kegiatan penelitian dan
sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana
Manajemen (S.M) dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bina Bangsa
Banten.
Laporan ini diharapkan dapat membantu penulis untuk mempermudah
dalam pelaksanaan Bimbingan Tugas Akhir. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh Mahasiswa/I STIE Bina
Bangsa.
Cikande, 29 Februari 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan………………………………………………………….. i
Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi………………………………………..iv
Abstrak………………………………………………………………………... v
Kata Pengantar……………………………………………………………….. vii
Daftar Isi………………………………………………………………………. vi
Daftar Tabel…………………………………………………………………... viii
Daftar Gambar………………………………………………………………...ix
Daftar Lampiran………………………………………………………………x
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………... 1
1.2 Fokus dan Subfokus Penelitian……………………………………… 5
1.3 Pertanyaan Penelitian………………………………………………... 6
1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………………………. 6
BAB II KAJIAN TEORITIK…………………………………………………8
2.1 Deskripsi Konseptual……………………………………………. 8
2.1.1 Pengertian Produk…………………………………………….. 8
2.1.2 Pengenalan Bahan Tekstil…………………………………….. 9
2.1.3 Pengertian Kualitas………………………………………….... 12
2.1.4 Manajemen Kualitas/Manajemen Mutu……………………… 13
2.1.5 Pengendalian Kualitas………………………………………… 14
2.1.6 Pentingnya Pengendalian Mutu………………………………. 16
2.1.7 Seven Tools……………………………………………………. 17
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan………………………………………... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 29
3.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian…………………………………. 38
3.1.1 Tinjauan Organisasi…………………………………………... 38
3.2.2 Sejarah Singkat Berdirinya PT Ocean Asia Industry………… 38
3.2 Struktur Organisasi dan Tugas Pokok……………………………….... 39
3.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab…………………………………... 40
3.2.2 Visi PT Ocean Asia Industry…………………………………. 42
3.2.3 Misi PT Ocean Asia Industry…………………………………. 42
3.2.4 Tujuan Perusahaan……………………………………………. 42
3.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………... 45
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………… 45
3.5 Latar Penelitian…………………………………………………….. 45
3.6 Metode dan Prosedur Penelitian…………………………………… 46
3.7 Data dan Sumber Data……………………………………………... 48
3.8 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data…………………………... 48
3.9 Prosedur Analisis Data……………………………………………... 50
3.10 Pemeriksaan Keabsahan Data…………………………………….. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………… 60
4.1 Gambaran Umum Tentang Latar Penelitian……………………….. 60
4.2 Temuan Penelitian…………………………………………………. 60
BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN………………………... 76
5.1 Tingkat Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry……………. 76
5.2 Jenis-Jenis Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry………… 81
5.3 Jenis Kecacatan Terbanyak di PT Ocean Asia Industry…………… 84
5.4 Penyebab Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry………….. 86
BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI……………………………… 91
6.1 Simpulan …………………………………………………………..... 91
6.2 Rekomendasi………………………………………………………… 92
Lampiran – Lampiran…………………………………………………………..
Riwayat Hidup…………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Contoh Diagram Pareto…………………………………………….. 20
2.2 Contoh Diagram Histogram………………………………………... 21
2.3 Contoh Check Sheet………………………………………………... 23
2.4 Contoh Fishbone Diagram…………………………………………. 25
2.5 Contoh Scatter Diagram……………………………………………. 26
2.6 Contoh Diagram Alur Proses (Flow Chart)………………………... 28
2.7 Contoh Control Chart………………………………………………. 30
3.1 Struktur Organisasi PT Ocean Asia Industry………………………. 40
3.2 Tahapan Penelitian Kualitatif……………………………………… 50
3.3 Elemen Dalam Domain…………………………………………….. 52
3.4 Hasil Dari Analisis Taksonomi…………………………………….. 53
3.5 Uji Kredibilitas Data……………………………………………….. 55
3.6 Triangulasi Sumber………………………………………………… 57
3.7 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data……………………………. 57
3.8 Triangulasi Waktu Pengumpulan Data…………………………….. 58
5.1 Diagram Histogram Kecacatan Warna…………………………….. 78
5.2 Diagram Histogram Kecacatan Kualitas Fisik……………………... 80
5.3 Diagram Pareto Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry…… 85
5.4 Control Chart Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry……… 85
5.5 Diagram Tulang Ikan Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry 86
5.6 Diagram Tebar Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry…….. 87
5.7 Alur Proses Kerja (Flow Chart) PT Ocean Asia Industry…………. 89
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Laporan Kecacatan Produk Tahun 2015…………………………… 4
2.1 Simbol Dalam Penyusunan Flow Chart……………………………. 27
2.2 Simbol Dalam Penyusunan Flow Chart (Lanjutan)………………... 28
2.3 Hasil Penelitian Yang Relevan…………………………………….. 30
2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)………………………… 31
2.5 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)………………………… 32
2.6 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)………………………… 33
2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)………………………… 34
2.8 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)………………………… 35
2.9 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)………………………… 36
2.10 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)……………………….. 37
4.1 Hasil Wawancara………………………………………………….. 61
4.2 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 62
4.3 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 63
4.4 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 64
4.5 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 65
4.6 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 66
4.7 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 67
4.8 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 68
4.9 Laporan Kecacatan Produk………………………………………… 70
4.10 Data Jenis Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry………… 73
4.11 Jenis Kecacatan Terbanyak di PT Ocean Asia Industry………….. 73
5.1 Data Kecacatan Produk Tahun 2015………………………………. 77
5.2 Perhitungan Data Kecacatan Warna……………………………….. 78
5.3 Perhitungan Data Kecacatan Kualitas Fisik………………………... 79
5.4 Check Sheet atau Lembar Isian Kecacatan Produk………………... 80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Permohonan Bimbingan......................................................................
2. Surat Permohonan Penelitian.......................................................................
3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan penelitian dari PT Ocean Asia
Industry.........................................................................................................
4. Lembaran Hasil Wawancara.........................................................................
5. Peta Proses Bisnis PT Ocean Asia Industry.................................................
6. Daftar Kehadiran Bimbingan.......................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini pelaku bisnis dalam industri di Indonesia menyadari akan
semakin berubahnya orientasi pelanggannya terhadap kualitas. Dalam persaingan
dunia industri yang semakin ketat, perusahaan harus dapat bertahan dan bersaing
dengan perusahaan sejenis. Oleh sebab itu, perusahaan harus dapat memenuhi
keinginan pelanggan dan berusaha untuk dapat mempertahankan pelanggan.
Komitmen dari perusahaan untuk terus mempertahankan kualitas dan keinginan
pelanggan adalah dengan diterapkannya berbagai sistem manajemen mutu ISO
dalam perusahaan, perusahaan telah mengalami perubahan dalam bidang kualitas.
Namun perusahaan tidak dapat berhenti begitu saja karena pada kenyataannya
masih terdapat produk yang belum sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan atau
produk cacat (defect product). Sejalan dengan kemajuan teknologi, dapat
diketahui bahwa konsumen menghadapi lebih banyak alternatif produk dengan
harga dan pemasok yang berbeda. Hal ini menjadi sebuah persoalan yang harus
diperhatikan perusahaan, terutama dalam hal penentuan pilihan produk yang akan
dibeli konsumen. Menurut Kotler, pelanggan selalu mencari nilai yang dianggap
paling tinggi dari beberapa produk atau jasa yang ada. Mereka membentuk
harapan tentang nilai yang akan diperoleh (value expectation). Berdasarkan nilai
tersebut, dapat diukur besarnya tingkat kepuasan yang dimiliki pelanggan.1
Pada kenyataannya, apabila hasil produksi/barang itu tidak dapat mencapai
dengan tepat tujuan untuk apa barang tersebut dimaksudkan atau dipergunakan,
ini tidak selalu berarti bahwa konsumen atau pembeli akan membuat keluhan-
keluhan kepada produsen. Hal ini terjadi, karena seperti kita ketahui bahwa
terdapat rantai distribusi antara konsumen dan produsen yang dapat menghalangi
pemindahan informasi atau penyampaian keluhan-keluhan ini. Sehingga apabila

1
Moh. Ali Ramdhani, Manajemen Operasi, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2014), Cet. Ke-1,
h. 216.
tidak terdapat kesesuaian/kecocokan akan tujuan yang diinginkan dari
penggunaan barang tersebut, maka biasanya konsumen atau pembeli akan pindah
membeli barang merek lain di pasar.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tidak mungkin dan tidaklah ada
gunanya apabila si produsen merasa dirinya sebagai konsumen atau orang yang
dapat menentukan kehendak/keinginan konsumen, terutama dalam menentukan
tujuan untuk apa barang tersebut dimaksudkannya. Hal ini perlu diperhatikan oleh
si produsen, karena ia menjual barang kepada pelanggan atau konsumen dan tidak
pada dirinya sendiri. Dengan demikian sudah tentu si produsen tidaklah dapat
menentukan begitu saja mutu yang bagaimana yang dibutuhkan dan yang akan
dihasilkannya. Yang sudah jelas adalah bahwa keinginan/selera antara pembeli
juga berbeda-beda, yang mungkin disebabkan karena perbedaan sifat daerah
asalnya atau tingkat sosialnya atau sebab lainnya. Akibat keadaan ini akan lebih
menyulitkan bagi pengusaha/produsen untuk memilih atau menentukan faktor
kualitas yang diminta oleh pembeli atau pelanggan. Hendaknya para produsen
selalu mengingat bahwa yang menjual barang-barang kepada pelanggan atau
konsumen tidak hanya dia sendiri, tetapi masih terdapat banyak produsen lain.
Oleh karena itu perlu adanya suatu dasar atas kebijakan yang diambilnya.
Dalam dunia bisnis, kualitas dapat ditempatkan sebagai alat yang sangat
ampuh dalam usaha mempertahankan bisnis suatu perusahaan. Kualitas pada
industri manufaktur selain menekankan pada produk yang dihasilkan, juga perlu
diperhatikan kualitas pada proses produksi. 2 Bahkan, yang terbaik adalah apabila
perhatian pada kualitas bukan pada produk akhir, melainkan proses produksinya
atau produk yang masih ada dalam proses (work in process), sehingga apabila
diketahui ada cacat atau kesalahan masih dapat diperbaiki. Seperti halnya dalam
PT Ocean Asia Industry, kecacatan produk diketahui ketika produk tersebut telah
selesai di produksi atau dalam keadaan sudah di selesaikan (finished good),
dengan ini kecacatan terkadang masih bisa diperbaiki dan adapula yang tidak bisa
diperbaiki atau c-grade. Jika produk yang dicek merupakan produk yang sudah
dalam keadaan siap kirim ( finished good) maka biaya produksi, waktu dan tenaga

2
Ibid, h. 216.
yang dihasilkan untuk melakukan rework akan lebih besar. Seharusnya produk
dapat diperhatikan dari mulai bahan baku atau sebelum produksi, ketika masih
dalam proses dan ketika finished good. Dengan demikian, produk akhir yang
dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan yang
harus dibayar mahal karena produk tersebut harus dibuang atau dilakukan
pengerjaan ulang. Hal ini dapat dicapai melalui penentuan metode-metode yang
dapat diterapkan, salah satunya adalah metode seven tools atau tujuh alat
perbaikan kualitas. Tujuh alat perbaikan kualitas (seven tools) merupakan
instrumen dari Total Quality Management untuk melengkapi usaha pencapaian
manajemen kualitas total (Total Quality Management). Alat perbaikan kualitas
tersebut diantaranya Rekaman Data(Check Sheet), Grafik antar Variabel (Scatter
Diagram), Diagram Tulang Ikan (Fishbone), Alur Proses (Flow Chart), Diagram
Pareto (Pareto Chart), Diagram Histogram (Histogram Chart), dan Peta Kendali
(Control Chart). 3
Untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik maka variasi yang
terjadi harus diperkecil. Untuk dapat menyelesaikan masalah cacat produk, tidak
semua penyebab dapat di atasi sekaligus, perusahaan harus mampu
mengidentifikasi masalah-masalah apa yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu.
Masalah kecacatan produk dalam PT Ocean Asia Industry merupakan hal yang
paling penting untuk diteliti, karena perusahaan tersebut sangat mendukung untuk
mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2015 yang merupakan sertifikat dalam sistem
manajemen kualitas. Pencapaian kesempurnaan kualitas perlu ditekankan di PT
Ocean Asia Industry. Banyak hal yang harus dipelajari oleh PT Ocean Asia
Industry mengenai pengendalian kualitas tersebut. Kepuasan pelanggan
merupakan hal yang diutamakan oleh perusahaan. Kepuasan pelanggan
merupakan salah satu tujuan perusahaan. Salah satu bentuk kepuasan pelanggan
adalah apabila kita dapat memberikan pelayanan terbaik salah satunya yaitu
kualitas terbaik. Kualitas terbaik yang diberikan merupakan produk tanpa
kecacatan (zero defect).

3
Manahan P. Tampubulon, Manajemen Operasi & Rantai Pemasok, (Jakarta : Mitra Wacana
Media, 2014), h. 101.
Pencapaian zero defect tidaklah mudah. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan, terutama akar permasalahan sebuah produk. Angka kecacatan di
PT Ocean Asia Industry masih dikatakan kurang dari sempurna dibandingkan
dengan produksi pada setiap bulannya. Angka kecacatan yang sangat besar dan
masih belum dikatakan sempurna, membuat penulis ingin meneliti lebih dalam
mengenai kecacatan produk yang terdapat di PT Ocean Asia Industry.
Sebagaimana diketahui pada tabel dibawah ini bahwa data kecacatan
selama satu tahun pada tahun 2015, kecacatan semakin meningkat. Jenis
kecacatan bervariasi, mulai dari kecacatan yang disebabkan oleh garis minyak
yang disebabkan oleh bagian perajutan, kecacatan yang disebabkan oleh warna,
kecacatan yang disebabkan oleh kualitas fisik kain yang tidak sesuai dengan
standar kualitas yang telah diberikan oleh pelanggan.
Tabel 1.1 Laporan Kecacatan Produk Tahun 2015

Dengan semakin meningkatnya tingkat kecacatan produk yang terjadi di


PT Ocean Asia Industry dalam setiap bulannya bahkan dalam setiap tahunnya,
serta dengan meningkatnya persaingan industri tekstil di mancanegara dan
kepuasan pelanggan yang sangat diutamakan dalam perusahaan, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul Analisis Kecacatan
Produk dengan Metode Seven Tools di PT Ocean Asia Industry. Penelitian ini
juga dilakukan untuk membantu perusahaan dalam mencari penyebab kecacatan
yang sangat tinggi dalam setiap bulannya, mengetahui jenis kecacatan produk kain
yang ada di PT Ocean Asia Industry serta memberikan solusi terbaik atas
permasalahan yang ada. Analisis mencari penyebab kecacatan produk dilakukan
dengan metode seven tools.
Penulis memilih menggunakan metode tersebut karena metode tersebut
digunakan untuk menemukan suatu metode pengendalian kualitas yang tepat
untuk mengurangi kecacatan suatu produk dan untuk perbaikan kualitas, sesuai
dengan tujuan penelitian. Selain itu, metode seven tools juga memiliki langkah-
langkah terstruktur mulai dari penentuan masalah hingga perencanaan rencana ke
depan dalam meningkatkan kualitas suatu produk.

1.2 Fokus dan Subfokus Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang


masalah, maka peneliti dapat memutuskan mengenai fokus dan subfokus
penelitian yang akan dilakukan di PT Ocean Asia Industry mengenai kecacatan
produk. Penelitian ini difokuskan kedalam masalah kecacatan produk kain yang
terdapat di PT Ocean Asia Industry. Data yang akan dijadikan sumber penelitian
merupakan data kecacatan produk tahun 2015. Data tersebut dijadikan sumber
penelitian karena merupakan data terbaru mengenai kecacatan produk di PT
Ocean Asia Industry selama tahun 2015.
Berdasarkan fokus penelitian yang dituju, maka penulis menentukan
bahwa subfokus penelitian ini diantaranya :
1. Data kecacatan dari setiap bulannya untuk menganalisa seberapa besar tingkat
kecacatan yang terjadi di PT Ocean Asia Industry.
2. Jenis cacat yang terjadi pada pembuatan produk kain di PT Ocean Asia
Industry.
3. Jenis kecacatan terbanyak pada produk kain di PT Ocean Asia Industry.
4. Penyebab kecacatan sebuah produk kain di PT Ocean Asia Industry.
1.3 Pertanyaan Penelitian

Dari fokus dan subfokus diatas, dapat ditarik pertanyaan dalam sebuah
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kecacatan produk yang terjadi di PT Ocean Asia Industry?
2. Ada berapakah golongan produk cacat pada kain di PT Ocean Asia Industry?
3. Jenis cacat manakah yang jumlahnya paling banyak?
4. Apa penyebab kecacatan sebuah produk kain di PT Ocean Asia Industry?
Pertanyaan penelitian akan menjadi acuan bagi penentuan tujuan
penelitian, penyusunan teori, penggunaan metode penelitian, pembahasan hasil
penelitian dan simpulan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian mengenai kecacatan produk yang terjadi di PT


Ocean Asia Industry, penulis berharap penelitian tersebut dapat berguna dan
bermanfaat baik kepada penulis ataupun perusahaan. Kegunaan penelitian terbagi
menjadi dua yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Kegunaan teoritis
merupakan bagaimana hasil penelitian menjadi bagian dari proses pengembangan
ilmu sedangkan kegunaan praktis adalah bagaimana hasil penelitian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan.
Berdasarkan teori diatas, maka penulis dapat menyimpulkan mengenai
kegunaan penelitian kecacatan produk yang terjadi di PT Ocean Asia Industry.
a. Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk membantu penulis untuk
menambah ilmu dan wawasan mengenai kecacatan yang terjadi di dalam
perusahaan. Dengan wawasan yang luas dan pengalaman yang baik maka
penulis dapat memiliki ilmu yang bermanfaat untuk dijadikan pedoman
dikemudian hari. Selain itu dengan melakukan penelitian tersebut, penulis
akan dapat menjawab beberapa pertanyaan yang diutarakan di dalam skripsi
tersebut. Dengan melakukan penelitian pula, peneliti dapat memperluas
pergaulan dengan mengenal orang-orang disekitarnya.
b. Kegunaan praktis dalam penelitian ini yaitu penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan khususnya dalam pengecekan
produk di perusahaan. Penelitian tersebut juga dapat menemukan jawaban
serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang sering terjadi di sebuah
perusahaan. Dengan hasil penelitian yang memuaskan, maka penelitian dapat
dijadikan pedoman perusahaan untuk melakukan perbaikan demi kemajuan
perusahaan.
BAB II
KAJIAN TEORITIK

2.1 Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian


2.1.1 Pengertian Produk
Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan atau need,
karena produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. 4
Produk juga merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam kegiatan
suatu usaha, karena tanpa produk, suatu perusahaan tidak dapat melakukan
kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Banyaknya pesaing dalam dunia
bisnis memerlukan suatu produk yang berbeda satu sama lainnya dan atupun
sama. Produk suatu perusahaan haruslah memiliki suatu keunggulan ataupun
kelebihan dibandingkan produk yang dihasilkan perusahaan lain, dalam hal ini
perusahaan pesaing. Produk yang diharapkan oleh pembuatnya atau penjualnya
akan mampu memenuhi kebutuhan manusia itu ada yang berhasil akan tetapi tdak
jarang pula yang mengalami kegagalan.
Suatu produk tidak dapat dilepaskan dari namanya pemuasan kebutuhan
dan keinginan konsumen. Suatu produk juga tidak dapat dikatakan memiliki nilai
jual, jika produk tersebut tidak menarik bagi konsumen. Secara umumnya, produk
adalah sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata yang didalamnya tercakup
warna, harga, kemasan, prestise pengecer, dan pelayanan dari pabrik serta
pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa
memuaskan keinginannya.
Produk merupakan sebuah kebutuhan untuk masyarakat yang disediakan
oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan seorang pelanggan. Produk merupakan
barang yang bernilai yang dibuat sesuai dengan kebutuhan seorang pelanggan.
Produk harus diusahakan agar dapat menjadi cocok dengan pasar yakni orang atau
organisasi serta msyarakat luas, yang mana mereka memiliki berbagai macam
kebutuhan. Dalam pengertian sempitnya produk adalah sekumpulan sifat fisik dan

4
Indriyo Gitosudarmo, Manajemen Pemasaran, (Yogyakarta : BPFE, 2007) Cet. Ke-2, h. 215.
kimia yang berwujud yang dihimpun dalam suatu bentuk serupa dan yang telah
dikenal. Dalam pengertian secara luas produk adalah sekelompok sifat-sifat yang
berwujud dan tidak berwujud yang didalamnya sudah tercakup warna, harga,
kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan yang diberikan
kosumen dan pengecer yang dapat diterima konsumen sebagai kebutuhan. Dalam
buku Manajemen Pemasaran Edisi Kedua menerangkan bahwa produk adalah
segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia atau
masyarakat.5
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa produk
merupakan segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Produk
terbagi menjadi dua jenis ada produk yang berwujud dan produk yang tidak
berwujud. Kedua jenis produk tersebut merupakan segala kebutuhan konsumen
yang memiliki nilai tersendiri terhadap pemenuhan kebutuhan konsumen.
PT Ocean Asia Industry merupakan perusahaan manufaktur yang
menghasilkan produk berupa tekstil. Produk yang ditawarkan merupakan produk
kain berbahan 100% cotton, polyester, spandex, jersey, pique, lacoste, fleece,
French terry, rib 1x1. Produk yang dihasilkan akan di suplai ke garment yang
kemudian akan dibuat sebuah pakaian yang dijual di pasar dunia. Produk yang
dibuat merupakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Semua
standar ditentukan oleh para pelanggannya.

2.1.2. Pengenalan bahan tekstil


Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang
atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan
lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai
jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkan
menurut jenisnya sebagai berikut:
a. Berdasarkan jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang,
kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll).

5
Ibid., h. 119.
b. Berdasarkan jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran.
c. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar.
d. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang
tunggal, benang gintir.
1) Pemeriksaan serat
Bila pemeriksaan serat secara visual belum dapat mengetahui asal bahan
dengan pasti, maka sering dilakukan pemeriksaan yaitu dengan membakar
serabut. Uji pembakaran dilakukan sebagai berikut :
Benang dicabut dari kain kemudian dipegang dengan pinset dan dibakar
kemungkinan hasil uji membakaran serat adalah sebagai berikut :
a. ciri serat selulosa :
1) Benang akan cepat terbakar menjalar
2) Nyalanya berwarna kuning
3) Waktu terbakar tidak berbau, namun setelah padam berbau seperti
kertas terbakar.
4) Bekas pembakaran merupakan abu yang mudah hancur dan
warnanya kelabu.
b. ciri serat protein
1) Benangnya sukar terbakar
2) Berbau seperti rambut terbakar
3) Bekas pembakarannya beebentuk abu hitam
c. Ciri serat termoplastik
Ciri serat termoplastik bermacam tergantung dari jenis kimia yang
dipakai dalam proses pembuatannya.
2) Penggolongan Serat Tekstil
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, maka
perkembangan bahan tekstilpun semakin pesat sesuai dengan kebutuhan para
konsumen. Bahan tekstil untuk busana tersebut berasal dari bermacam-macam
serat.
3) Jenis-Jenis Serat
Pada dasarnya serat tekstil berasal dari tiga unsur utama, yaitu serat yang
berasal dari alam(tumbuh-tumbuhan dan hewan), serat buatan(sintetis) dan galian
(asbes, logam).
a. Serat alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan antara lain: kapas, lenan,
rayon, nenas, pisang. Serat alam yang berasal dari hewan yakni: dari bulu
beri-beri, adapun bahan yang berasal dari serat tersebut adalah bahan
wol.sedangkan serat dari ulat sutra menghasilkan bahan tekstil sutra.
b. Serat buatan (termoplastik) bahan tekstil yang berasal dari serat buatan ini
adalah berupa Dacron, polyester, nylon.
c. Serat galian, adalah yang berasal dari dalam tanah.contoh asbes dan
logam, benang logam.bahan asbes banyak digunakan untuk sumbu kompor
minyak tanah, untuk mengisi aneka bunga yang berasal dari bermacam-
macam bahan tekstil seperti: stoking, nylon, tula dan lain-lain.
4) Pembuatan Kain
Secara historis pembuatan kain telah dikenal sejak dahulu dan
teknologinya berkembang terus, mulai dari kain yang dibuat dari kulit kayu atau
kulit binatang sampai kemudian kain dibuat dengancara pertenunan, perajutan
atau dikempa.
Prinsip pembuatan kain tenun, adalah menyilangkan benang pakan pada
celah deretan benang lusi yang disusun memanjang dari gulungan benang yang
dipersiapkan sebelumnya, cara ini telah dikenal sejak zaman pra sejarah dan tidak
diketahui penciptanya, bahkan beberapa motif tenun sudah dibuat sejak 1.500
tahun sebelum Masehi.
Prinsip pembuatan kain rajut, adalah pembentukan jeratan benang secara
berulang-ulang dengan bantuan jarum rajut. Perajutan pada awalnya dikerjakan
dengan batang pengait benang dari kayu yang dikenal dengan cara pembuatan
brein, kemudian menggunakan batang besi berkait disebut hakpen yang dikenal
dengan cara merenda. Cara tersebut terus dilakukan, sementara itu kemudian
ditemukan mesin rajut yang secara mekanis mempermudah pembentukan jeratan
benang untuk membentuk kain.
5) Tekstil Untuk Busana
Tekstil untuk busana memerlukan persyaratan khusus, karena itu tidak
seluruh tekstil yang ada dapat digunakan untuk busana. Syarat tekstil untuk
busana, ialah memberikan kenyaman dan layak dipakai. Untuk itu tekstil untuk
busana harus dapat menyerap keringat, pegangannya nyaman, nampak estetik,
tidak kusut atau mengkeret dan sebagainya. Untuk sifat menyerap keringat harus
memilih bahan tekstil higroskopis, yaitu bersifat menyerap air, misal memilih
bahan kapas. Jika menggunakan serat sintetik dapat dicampur dengan serat kapas.
Untuk menambah estetika bahan tekstil setelah penyempurnaan awal
seperti pencucian, diproses pencelupan, pencapan atau pengelantangan. Untuk
sifat pegangan nyaman, tidak kusut dan tidak mengkeret kain juga dilakukan
proses penyempurnaan akhir. Rangkaian proses tersebut membuat bahan tekstil
tersebut akan layak dan pantas dipakai sebagai busana.

2.1.3 Pengertian Kualitas


Secara harfiah, kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memnuhi
atau melebihi harapan. Tjiptono dan Anastasia , Mendefinisikan kualitas sebagai
kesesuaian untuk digunakan (fitness untuk digunakan). Definisi lain yang
menekankan orientasi harapan pelanggan pertemuan. 6
Kualitas adalah tujuan yang sulit dipahami, karena harapan para konsumen
akan selalu berubah. Setiap standar baru ditemukan, maka konsumen akan
menuntut lebih untuk mendapatkan standar baru lain yang lebih baru dan lebih
baik. Dalam pandangan ini, kualitas adalah proses dan bukan hasil akhir
(meningkatkan kualitas kontinuitas).
Kualitas mengatakan mengandung banyak definisi dan makna, orang yang
berbeda akan menafsirkannya berbeda, tetapi dari beberapa definisi dapat
ditemukan untuk memiliki beberapa kesamaan, meskipun hanya cara pengiriman
biasanya ditemukan pada unsur-unsur berikut:
a. Kualitas meliputi usaha atau superioritas memenuhi harapan pelanggan.

6
H. A. Rusdiana, Manajemen Operasi, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2014), h. 216.
b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
c. Kualitas adalah kondisi yang selalu berubah.
Kualitas Produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan
fungsinya meliputi, daya tahan, kehandalan, kemudahan operasi dan
7
meningkatkan akurasi, serta atribut berharga lainnya. Kualitas menunjuk pada
pengertian pemenuhan standar atau persyaratan tertentu, kualitas juga mempunyai
pengertian sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan secara
terus-menerus dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan sehingga dapat
memuaskan pelanggan.

2.1.4 Manajemen Kualitas / Manajemen Mutu


Dalam kehidupan pasar, kualitas dapat ditentukan oleh pelanggan karena
produk yang diciptakan untuk pelanggan. Untuk meraih kualitas tersebut perlu
diterapkan suatu manajemen kualitas. Menurut Gazpers, manajemen kualitas
dapat dikatakan sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara
keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan dan tanggung jawab
serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen kualitas, seperti
perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, penjaminan kualitas dan peningkatan
kualitas. 8
Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari
manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management)
dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi. Meskipun
manajemen kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada
dasarnya manajemen kualitas berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk
memenuhi kepuasan pelanggan. Dengan demikian manajemen kualitas
berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua sumber daya manusia,
pemasok-pemasok (supplier), dan para pelanggan (customers), di lingkungan
perusahaan (coporate environment). Hal ini berarti bahwa manajemen kualitas
merupakan kemampuan atau kapabilitas yang melekat dalam sumber daya
7
Sofyan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), Edisi ke-4, h. 292.
8
H. A. Rusdiana, op. cit., h. 221.
manusia serta merupakan proses yang dapat dikontrol dan bukan suatu kebetulan
belaka.
Dr. Joseph M. Juran salah seorang guru dalam manajemen kualitas, sangat
terkenal dengan konsep trilogi kualitas, yaitu:9
a. perencanaan kualitas (quality planning)
b. pengendalian kualitas (quality control)
c. perbaikan atau peningkatan kualitas (quality improvement).
Pandangan Dr. Juran tentang isu-isu utama lain yang berkaitan dengan
manajemen kualitas adalah:
a. Siklus pengembangan produk seharusnya dipersingkat melalui perencanaan
partisipatif, rekayasa berbarengan dan pelatihan kepada perencana dalam
metode dan alat-alat manajemen kualitas.
b. Hubungan dengan pemasok seharusnya diperbaiki. Banyaknya pemasok
seharusnya dikurangi. Suatu hubungan kerja sam seharusnya ditetapkan
berdasarkan rasa saling percaya. Lama kontrak seharusnya diperpanjang
sehingga bersifat hubungan jangka panjang.
c. Pelatihan seharusnya berorientasi pada hasil dan bukan berorientasi pada alat.
Tujuan utama pelatihan seharusnya mengubah perilaku karyawan, bukan
sekedar melatih atau mendidik saja. Sebagai contoh: pelatihan dalam
peningkatan kualitas seharusnya didahului dengan tugas dalam suatu proyek
perbaikan. Misi pelatihan seharusnya membantu tim menyelesaikan proyek
itu.
d. Dalam manajemen kualitas jasa, perlu diperhatikan juga strategi produk
jasa.10

2.1.5 Pengendalian Kualitas


a. Pengendalian
Pengendalian Menurut kamus bahasa Indonesia, arti pengendalian secara
umum yaitu proses, cara, pembuatan, mengendalikan, atau pula dapat pengawasan

9
Ibid., h. 222.
10
Ibid., h. 223.
atas kemajuan (tugas) dapat membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta
menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan, sehingga dengan kata
lain, pengendalian adalah nama lain dari pegawasan. Sementara itu arti kendali
dalam industri adalah suatu proses untuk mendelegasikan tanggung jawab dan
wewenang untuk kegiatan manajemen sambil tetap menggunakan cara-cara untuk
menjamin hasil yang memuaskan
a. Mutu
Mutu adalah kemampuan suatu produk, baik itu barang maupun
jasa/layanan untuk memenuhi keinginan pelanggannya. Sehingga setiap barang
atau jasa selalu diacu untuk memenuhi mutu yang diminta pelanggan melalui
11
pasar. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan pada produk atau
jasa, diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut dinyatakan atau tidak
dinyatakan, disadari atau hanya bisa dirasakan, dikerjakan secara teknis atau
bersifat subjektif dan selalu mewakili sasaran yang bergerak dalam pasar yang
penuh persaingan.
Arti mutu dapat berbeda-beda tergantung dari rangkaian perkataan atau
kalimat dimana istlah mutu ini dipakai dan orang yang menggunakannya. Dalam
perusahaan pabrik, istilah mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat
dalam suatu barang/hasil yang menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai dengan
tujuan untuk apa barang/hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan.12
b. Pengendalian Mutu
Kebutuhan akan pengawasan mutu timbul setelah revolusi industry, oleh
karena proses produksi dikerjakan dengan mesin, maka menimbulkan dua
persoalan, yaitu :13
a. Penggunaan mesin mulai menggantikan atau mengurangi kebutuhan dan
penggunaan tenaga atau tukang-tukang yang mempunyai keahlian yang
tinggi.

11
Manahan P. Tampubulon Manajemen Operasi & Rantai Pemasok, (Jakarta : Mitra Wacana
Media, 2014), Edisi Ke-1, h. 96.
12
Sofyan Assauri, op. cit., h. 292.
13
Ibid., h. 298.
b. Produksi barang-barang secara besar-besaran saling memerlukan
pertukaran, sehingga selanjutnya dibutuhkan keseragaman dari komponen-
komponen untuk memudahkan merakitnya.
Adapun yang dimaksudkan dengan pengendalian mutu adalah kegiatan
untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal mutu dapat tercermin dalam
hasil akhir. Dengan perkataan lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk
mempertahankan mutu/kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan
spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan
perusahaan.14 Dalam pengawasan mutu ini, semua prestasi barang di cek menurut
standard an semua penyimpangan dicatat serta dianalisis dan semua penemuan-
penemuan dalam hal ini digunakan sebagai umpan baik (feed back) untuk para
pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan – tindakan perbaikan untuk
produksi pada masa yang akan datang.
Jika semua divisi dan semua pegawai perusahaan berpartisipasi dalam
pengendalian mutu terpadu, mereka harus melaksanakan kendali mutu dalam
pengertian yang luas, yang mencakup pengendalian biaya, dan pengendalian
jumlah. Jika tidak, kendali mutu bahkan dalam pengertian singkatnya tidak dapat
dilaksanakan.

2.1.6 Pentingnya Pengendalian Mutu


a. Kebutuhan Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas produk merupakan usaha untuk meminimalisasi
produk cacat dari produk yang dihasilkan perusahaan. Tanpa adanya pengendalian
kualitas produk akan menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan, karena
penyimpangan-penyimpangan tidak diketahui sehingga perbaikan tidak bisa
dilakukan dan akhirnya penyimpangan akan berkelanjutan. Sebaliknya bila
pengendalian kualitas dapat dilaksanakan dengan baik maka setiap terjadi
penyimpangan dapat langsung diperbaiki dan dapat digunakan untuk perbaikan
proses produksi dimasa yang akan datang. Dengan demikian proses produksi yang

14
Ibid., h.299.
memperhatikan kualitas produk akan menghasilkan produk yang berkualitas bebas
dari kerusakan dan kecacatan, sehingga membuat harga lebih kompetitif.
Peranan kualitas produk sangat penting dalam situasi pemasaran yang
semakin bersaing, karena dapat mempengaruhi maju atau tidaknya perusahaan.
Perusahaan bukan hanya memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan tetapi
juga kualitas dari produk tersebut. Bagi perusahaan yang tidak memperhatikan
kualitas produk yang dihasilkan akan mengalami banyak kendala dalam
pemasarannya, sehingga produk kurang laku dan mengalami penurunan
penjualan.
b. Obyek Pengendalian Kualitas
Searah dengan perkembangan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan dan
ekonomi, lingkungan manufaktur mengalami pergeseran kearah yang lebih maju.
Lingkungan persaingan juga bertambah ketat. Agar mampu bertahan dan bahkan
bersaing dalam kondisi persaingan yang ketat ini, para pelaku bisnis hendaknya
mampu terus menerus menyempurnakan proses produksi dan produk itu sendiri
untuk dapat menciptakan keunggulan baru. Untuk itu perusahaan harus terus
menerus mengadakan perbaikan pada kualitas produk yang dihasilkan. Oleh
karena itu setiap perusahaan sangat membutuhkan suatu pengendalian mutu atau
kualitas yang dilakukan secara terus menerus. Pengendalian mutu atau kualitas
merupakan cara untuk memproduksi barang atau jasa secara ekonomis sesuai
dengan keinginan pelanggan. Dalam proses pengendalian kualitas tidak hanya
untuk mengetahui kualitas dari produk tetapi juga dibutuhkan pengandalian
kualitas terhadap kinerja karyawan yang berkerja di perusahaan. Untuk itu
dibutuhkan suatu metode yang dapat mengendalikan kualitas baik produk maupun
karyawan.

2.1.7 Seven Tools (Tujuh Alat Perbaikan Kualitas)


Manajemen kualitas adalah sebuah sistem manajemen strategis terpadu
yang  melibatkan  semua  staf  dan  menggunakan  metode-metode  kualitatif  dan
kuantitatif  untuk  terus  meningkatkan  proses-proses  di  dalam  organisasi  demi
memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan-harapan pelanggan. Secara
konseptual, manajemen kualitas dapat diterapkan baik pada barang  maupun jasa,
karena  yang ditekankan dalam penerapan manajemen kualitas adalah peningkatan
sistem kualitas. Manajemen total kualitas atau Total Quality Management
merupakan komitmen perusahaan untuk memberi yang terbaik bagi pelanggan-
pelanggannya.15 Penekanannya adalah untuk secara kontinyu melakukan
perubahan secara berkelanjutan (continuously improvement), yang merupakan
tuntutan mutu yang tidak pernah secara seratus persen dapat dipenuhi organisasi,
sehingga menjadi target berikutnya bagi manajemen operasional untuk mencapai
ke tingkat bebas kesalahan (zero defect).
Pada dasarnya proses industri harus dipandang sebagai suatu peningkatan
terus-menerus (continuous industrial process improvement), yang dimulai dari
sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk,
pengembangan produk,  proses  produksi,  sampai  distribusi  kepada  konsumen. 
Seterusnya, berdasarkan informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari
pengguna produk (pelanggan) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk
menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama beserta proses produksi
yang ada saat ini. 5 hal yang harus menjadi perhatian pada pengembangan Sistem
Manajemen Kualitas:
1. Fokus pelanggan
2. Keterlibatan Total
3. Tolok Ukur
4. Dukungan Sistematis
5. Peningkatan yang terus menerus.
Peningkatan kualitas produksi dan jasa dapat dilakukan dengan berbagai
alat bantu. 7 tools merupakan alat bantu statistic yang mudah untuk memecahkan
suatu masalah. Metode ini berkembang di Jepang dan diperkenalkan di Jepang
oleh Quality Gurus seperti Derming dan Juran. Kaoru Ishikawa telah memutuskan
bahwa seven tools dapat digunakan untuk memecahkan 95% permasalahan16.

15
Manahan P. Tampubulon, loc.cit., h. 98.
16
Varsha M. Magar, Valas B. Shinde, Application of 7 Quality Control (7QC) tools for
Continuous Improvement of Manufacturing Processes, 2014, ( Mumbai, India : Mumbai
University), h.1.
Metode ini digunakan oleh Jepang setelah perang dunia ke dua. 7 Tools
merupakan alat bantu dalam pengolahan data untuk peningkatan kualitas, dan 7
New Tools merupakan alat bantu dalam memetakan masalah secara terstruktur, 
guna membantu  kelancaran  komunikasi pada tim kerja,  dan untuk pengambilan
keputusan. 7 tools : (Pareto, Histogram, Fishbone, Scatter, Control Chart, Check
Sheet, FlowChart Diagram). 7 New Tools : (Affinity diagram, Relation diagram,
Matrix diagram, Tree diagram, Arrow diagram, Process Decision Program
Chart). Menurut Girish, old seven tools of quality adalah alat-alat pembantu yang
digunakan dalam eksplorasi kuantitatif meliputi check sheet, histogram, flow
chart, scatter diagram, pareto diagram, fish bone dan control chart. 17
Berdasarkan uraian diatas, maka penjelasan tentang tujuh alat perbaikan
kualitas sebagai instruksi dari manajemen kualitas total untuk melengkapi usaha
pencapaian Total Quality Management (Manajemen Kualitas Total) adalah
sebagai berikut :

1. Diagram Pareto
Diagram pareto disebut juga gambaran pemisah unsur penyebab yang
paling dominan dari unsur-unsur penyebab lainnya dari suatu masalah. Diagram
Pareto merupakan gambaran grafik yang mengidentifikasikan besaran frekuensi
permasalahan atau tingkat kesalahan di dalam proses produksi suatu produk.
Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto. 18 Diagram
Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke
kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu
menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking
tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).
Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan
kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelahdiambil
tindakan perbaikan terhadap proses.

17
Yoanna Fransischa Erna Sugijopranoto, Peningkatan Kualitas Kantong Plastik Dengan
Metode Seven Steps Menggunakan Old dan New Seven Tools Di PT Asia Cakra Ceria
Plastik Surakarta, (Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2014), h. 1.
18
Manahan P. Tampubulon, op.cit., h. 103.
Adapun Penyusunan Diagram Pareto meliputi 6 (enam) langkah, yaitu:
a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya ber-
dasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.
b. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-
karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.
c. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
d. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang
terbesar hingga yang terkecil.
e. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.
f. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif
masing- masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk
mendapat perhatian.

Gambar 2.1 Contoh Diagram Pareto


2. Histogram
Histogram merupakan gambaran distribusi frekuensi dari akurasi variabel
dalam susunan balok.19 Misalnya : untuk melihat frekuensi dari waktu untuk
melakukan perbaikan. Menurut Yamit Z histogram merupakan salah satu metode
untuk membuat rangkuman tentang data sehingga data tersebut mudah dianalisis,
yang menyajikan data secara grafik tentang seberapa sering elemen – elemen
dalam proses muncul.20
19
Ibid., h.102.
20
Muhammad Ivanto, Pengendalian Kualitas Produksi Koran Menggunakan Seven Tools
pada
PT Akcaya Pariwara Kabupaten Kubu Raya, (Kubu Raya : Universitas Tanjungpura, 2012)
h. 2.
1) Karakteristik histogram adalah sebagai berikut :
a. Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan
rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil.
b. Gambar bentuk distribusi (cacah) karakteristik mutu yang dihasilkan oleh
data yang dikumpulkan melalui check sheet.
c. Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila
memungkinkan, histogram dapat menunjukkan hubungan dengan
spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata.
d. Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi
tiap-tiap kelas.
2) Langkah – langkah Penyusunan Histogram adalah sebagai berikut :
a. Menentukan batas-batas observasi: perbedaan antara nilai terbesar dan
terkecil.
b. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Pedoman: banyaknya kelas = akar n,
dengan n = banyaknya data.
c. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Biasanya, semua kelas mempunyai
lebar yang sama. Lebar kelas = range /  banyak  kelas.
d. Menentukan batas-batas kelas. Kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang
tindih.
e. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.

Gambar 2.2 Contoh Diagram Histogram


3. Lembar Isian ( Check Sheet )
Lembar isian (check sheet) merupakan alat bantu untuk memudahkan dan
menyederhanakan pencatatan data. Check sheet dapat didefinisikan sebagai
lembar pengamatan sederhana untuk memungkinkan penggunanya mencatat data
khusus dan dapat diobservasi mengenai satu atau beberapa variabel. 21 Bentuk dan
isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi kerja yang ada. Untuk
mempermudah proses pengumpulan data maka perlu dibuat suatu lembar isian
(check sheet), dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Maksud pembuatan harus jelas
Dalam hal ini harus diketahui informasi yang jelas dan apakah data yang
nantinya diperoleh cukup lengkap sebagai dasar untuk mengambil tindakan atau
tidak.
b) Stratifikasi harus sebaik mungkin
Dapat dipahami dan diisi serta memberikan data yang lengkap tentang apa
yang ingin diketahui.
c) Dapat diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera diananlisa.
Jika perlu dicantumkan gambar dan produk yang akan di check.
Tujuan pembuatan lembar pengecekan adalah menjamin bahwa data
dikumpulkan secara teliti dan akurat oleh karyawan operasional untuk diadakan
pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Data dalam lembar pengecekan
tersebut nantinya akan digunakan dan dianalisis secara cepat dan mudah. Lembar
pengecekan ini memiliki beberapa bentuk kesalahanjumlah.
Ada beberapa jeis lembar isian yang dikenal dan dipergunakan untuk
keperluan pengumpulan data, yaitu antara lain: Production Process Distribution
Check Sheet. Lembar isian jenis ini dipergunakan untuk mengumpulkan data yang
berasal dari proses produksi atau proses kerja lainnya. Output kerja sesuai dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan untuk dimasukkan dalam lembar kerja, sehingga
akhirnya akan dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi. Seperti halnya dengan
histogram, maka bentuk distribusi data berdasarkan frekuensi kejadian yang
diamati akan menunjukkan karakteristik proses yang terjadi.

21
Muhammad Ivanto, loc. cit.
Gambar 2.3 Contoh Check Sheet

4. Diagram Tulang Ikan ( Fishbone Diagram )


Istilah lain dari Fishbone Diagram adalah Diagram Ishikawa,
dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa seorang pakar kendali mutu.22 Sering kali
disebut sebagai fishbone diagram dikarenakan bentuknya yang menyerupai tulang
ikan. Fishbone Diagram lahir karena adanya kebutuhan akan peningkatan mutu
atau kualitas dari barang yang dihasilkan. Seringkali dalam suatu proses produksi
dirasakan hasil akhir yang diperoleh tidak sesuai dengan ekspektasi, misalnya:
barang cacat terjadi lebih dari yang ditetapkan, hasil penjualan sedikit, mutu
barang kompetitor lebih baik dari barang kita, nasabah lebih memilih produk
kompetitor kompetitor, dan lain-lain. Dari sinilah timbul pemikiran untuk
melakukan analisa dan evaluasi terhadap proses yang sudah terjadi dalam rangka
untuk memperbaiki mutu. Fishbone Diagram merupakan salah satu alat
pengendali mutu yang fungsinya untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi
dalam suatu proses industri.
Fishbone Diagram dalam penerapannya digunakan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang menjadi penyebab permasalahan. Diagram ini sangat praktis
dilakukan dan dapat mengarahkan satu tim untuk terus menggali sehingga
menemukan penyebab utama atau Akar suatu permasalahan. Akar penyebab
terjadinya masalah ini memiliki beragam variabel yang berpotensi menyebabkan
munculnya permasalahan.

22
Varsha M. Magar, Villas B. Shinde, op.cit., h.2.
Fishbone Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat.
Dimana dalam menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai
berikut:23
1. Menyiapkan sesi sebab akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Penggunaan diagram tulang ikan ini ternyata memiliki manfaat yang lain
yaitu bermanfaat sebagai perangkat proses belajar diri, pedoman untuk diskusi,
pencarian penyebab permasalahan, pengumpulan data, penentuan taraf teknologi,
penggunaan dalam berbagai hal dan penanganan yang kompleks.
Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka
tindakan (action) dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan
diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat
melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan
sebenarnya. Jadi sangat jelas bahwa Fishbone Diagram ini akan menunjukkan dan
mengajarkan kita untuk melihat ke dalam dengan bertanya tentang permasalahan
yang sedang terjadi dan menemukan solusinya dari dalam juga.
Penyelesaian masalah melalui fishbone dapat dilakukan secara individu
top manajemen maupun dengan kerja tim. Seperti dengan cara mengumpulkan
beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut
problem yang terjadi. Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat
dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi.
Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan
pendapat dan pandangan setiap individu. Ini tentu bisa dimaklumi, manusia
mempunyai keterbatasan dan untuk mencapai hasil maksimal diperlukan
kerjasama kelompok yang tangguh.

23
Ibid., h.3.
Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan
berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang
mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa
yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah proses
menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia,
material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya.

Gambar 2.4 Contoh Fishbone Diagram

5. Diagram Tebar ( Scattered Diagram )


Scatter diagram merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan
hubungan antara sebab dan akibat dari dua variabel atau untuk menentukan
korelasi antara penyebab yang diduga dengan akibat yang timbul dari suatu
masalah. Menurut Yamit diagram tebar merupakan alat yang bermanfaat untuk
menjelaskan apakah terdapat hubungan antara dua variabel tersebut dan apakah
hubungan tersebut positif ataukah negatif.24
Scatter diagram untuk memperlihatkan hubungan (korelasi) antara dua
faktor penyebab dan akibat. Juga disebut correlation chart. Diagram tebar
merupakan suatu grafik dari nilai satu karakteristik VS karakteristik yang lain.
Suatu gambar dari pengaruh seperti perubahan mutu terhadap perubahan
eksperimental dalam masukan proses. Scatter diagram merupakan grafik yang
dibuat untuk melihat variabel terikat dengan yang bebas mempengaruhi misalnya :
hubungan produktivias dengan semangat kerja keryawan yang menyimpulkan

24
Muhammad Ivanto, op.cit., h.3.
bahwa semangat kerja pekerja yang rendah akan emnurunkan produktivitas kerja
karyawan.25

Gambar 2.5 Contoh Scatter Diagram

6. Diagram Alur Proses (Flowchart Diagram)


Flowchart atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Diagram
Alur ini dipergunakan dalam industri manufakturing untuk menggambarkan
proses-proses operasionalnya sehingga mudah dipahami dan mudah dilihat
berdasarkan urutan langkah dari suatu proses ke proses lainnya.  Flowchart atau
Diagram Alur sering digunakan untuk mendokumentasikan standar proses yang
telah ada sehingga menjadi pedoman dalam menjalankan proses produksi.
Disamping itu, Flowchart atau Diagram Alur ini juga digunakan untuk melakukan
Analisis terhadap proses produksi sehingga dapat melakukan peningkatan atau
perbaikan proses yang berkesinambungan (secara terus menerus).26
Pada dasarnya, Flowchart (Diagram Alur) adalah alat yang digunakan
untuk melakukan Perencanaan Proses, Analisis Proses dan Mendokumentasikan
Proses sebagai standar Pedoman Produksi. Flowchart atau alur proses merupakan
gambaran alur kerja dengan menguraikan setiap langkah-langkah yang dilakukan

25
Manahan P. Tampubulon, op.cit., h.102.
26
DicksonKho,Pengertian flowchart, h.1, 2015(http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-
flowchart-diagram-alir-dan-simbol-simbolnya/).
di dalam proses kerja.27 Confucius mengatakan bahwa sebuah gambar merupakan
rangkaian ribuan kata. 28
Flowchart (Diagram Alur) merupakan alat (tool) dasar dan mudah
dipergunakan serta sangat  bermanfaat bagi suatu perusahaan Manufakturing
dalam mengidentifikasikan proses operasionalnya terutama untuk menjelaskan
setiap langkah dalam menjalankan Proses Operasionalnya.
a. Simbol-simbol Flowchart (Diagram Alur)
Berikut ini adalah bentuk atau simbol standar yang sering ditemukan
dalam Flowchart (Diagram Alur Proses) :29
Tabel 2.1 Simbol dalam penyusunan flowchart.
Simbol Deskripsi
Simbol Terminal :
Mengidentifikasikan awal atau akhir dari sebuah
proses.
Simbol Aktifitas :
Mengidentifikasikan Aktifitas sebuah proses.

Simbol Decision Point :


Biasanya memberikan keputusan Ya atau Tidak.

Simbol Dokumen :
Merupakan informasi tertulis yang berkenaan dengan
proses.

Simbol Flow Line :


Anak Panah yang mengindikasikan arah aliran.
Tabel 2.2 Simbol dalam penyusunan flowchart (Lanjutan)

27
Ibid., h.103.
28
Zulian Yamit, Manajemen Kualitas Produk & Jasa, ( Yogyakarta : Ekonisia, 2013), cet. ke-
6, h.45.
29
Ibid., h. 46.
Simbol penyimpanan data :
Mengindikasikan sebuah data base elektronik yang
disimpan.
Simbol penghubung :
Mengindikasikan dimana aliran proses berlanjut dari satu
lini ke lini yang lain.

Flowchart atau diagram alur akan menjadi sebuah referensi yang mudah
dimengerti dan sangat dibutuhkan bagi seluruh tim dalam proses pengembangan.
Melalui flowchart, maka seluruh karyawan akan memahami prosedur dan alur
proses kerja dalam sebuah perusahaan.
Contoh alur proses atau flowchart adalah sebagai berikut :

Gambar 2.6 Contoh Diagram Alur Proses (Flowchart).


7. Grafik dan Peta Kendali (Control Chart)
Control Chart adalah grafik yang digunakan untuk mengkaji perubahan
proses dari waktu ke waktu. Peta kendali adalah sebuah grafik atau peta dengan
garis batas dan garis-garis itu disebut garis kendali. Terdapat tiga macam garis
kendali yaitu : batas kendali atas, garis pusat dan batas kendali bawah. Garis –
garis kendali itu ditulis sebagai UCL, x bar, dan LCL dengan urutan yang sama. 30
Merupakan salah satu alat atau tools dalam pengendalian proses secara statististik
yang sering kita kenal dengan SPC (Statistical Process Control), ada juga yang
menyebutnya dengan Seven Tools. Pembuatan control chart dalam SPC bertujuan
untuk mengidentifikasi setiap kondisi didalam proses yang tidak terkendali secara
statistik (out of control) karena pengendaliannya terhadap proses maka control
chart termasuk ke dalam aktivitas on line quality control.
Dalam proses pembuatan control chart sangat penting memperhatikan
jenis data yang kita miliki untuk menentukan jenis control chart yang tetap,
sehingga dapat memberikan informasi yang tetap terhadap kinerja proses.
Kesalahan pemilihan jenis control chart dapat berakibat fatal, karena tidak ada
informasi yang bisa tarik dari data yang sudah dikumpulkan bahkan dapat
memberikan gambaran yang salah terhadap kinerja proses.
Ciri khas  dari control chart baik untuk dapat variabel maupun atribute
selalu di batas oleh batas kendali atas ( Upper Control Limit) dan batas kendali
bawah (Lower Control Limit). Peta kendali X-bar R sebenarnya lebih baik
digunakan dari pada X-bar S karena dalam menggambarkan variasi yang terjadi
didalam sample  dari setiap sub group, sedangkan dalam X-bar R hanya
menunjukan rentang nilai sample dalam masing-masing sub grup.
P Chart digunakan untuk pengendalian proporsi produksi cacat, ukuran
sample yang dalam pembuatan P chart dapat berbeda antara suatu sub group
dengan sub group yang lainnya. Sedikit berbeda dengan NP chart, digunakan
untuk memonitor jumlah produk cacat dan ukuran sample sub group datanya
harus sama. P Chart dan NP chart dapat di dekati dengan distribusi binomial
dalam perhitungannya.

30
Muhammad Ivanto, loc. cit.
Jika yang ingin kita kembalikan kecacatan dari suatu produk, maka
control chart yang dapat digunakan C chart dan U chart. Untuk pengendalian
terhadap jenis cacat maka harus menggunakan C chart, sedangkan U Chart
digunakan untuk pengendalian terhadap jumlah cacat per unit.  Kedua peta
kendali ini, dalam perhitungan capability proses di dekati dengan distribusi
Poisson.

Gambar 2.7 Contoh Control Chart.

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan


Hasil penelitian yang sesuai dengan penelitian penulis berdasarkan dari
jurnal yang telah ada dapat dilihat seperti tabel dibawah ini.

Tabel 2.3 Hasil Penelitian Yang Relevan


NO PENULIS JUDUL HASIL PENELITIAN
Ade Momon S., Implementasi Sistem a. Total produk yang
Ir, MT Pengendalian Kualitas mengalami repair
(Fakultas Dengan Metode untuk keseluruhan
1 Teknik, Seven Tools Terhadap model mencapai
1. Universitas Produk Shotblas Pada 187393 dengan jenis
Singaperbangsa Proses Cast Wheel Di repair tertinggi terjadi
Karawang, Pt Xyz pada heat check
2012) sekitar 20% dari
Tabel 2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)
jumlah produk yang di
repair.
Sampai saat ini
perusahaan yang
bersangkutan dalam
pengendalian kualitas
produk selalu mengikuti
saran baik dari pihak
bawahan maupun dari
pihak yang lain yang
sering mengeluh, akan
tetapi masih banyak
kendala dan belum
berjalan sempurna
sehingga masih banyak
produk repair ulang.
2. Yoanna Peningkatan Kualitas Dari hasil analisis yang
Fransisca Erna Kantong Plastik telah dilakukan,
Sugijopranoto Dengan Metode Seven kecacatan plastik kualitas
(Universitas Steps Menggunakan satu dibedakan menjadi
Atma Jaya Old Dan New Seven tiga macam, yaitu afal,
Yogyakarta, Tools Di PT Asia BS dan prongkol.
2014) Cakra Ceria Plastik Persentase kecacatan
Surakarta. tertinggi disebabkan oleh
afal, dimana persentase
cacat dalam satu hari bias
mencapai 17,7%. Ada
lima factor yang
mempengaruhi
munculnya kecacatan afal
Tabel 2.5 Hasil Penelitian Yang Relevan(Lanjutan)
yaitu dari factor metode,
mesin, material, manusia
dan lingkungan. Dari
analisis matrik yang telah
dilakukan, penyebab
utama tingginya
persentase kecacatan afal
dikarenakan seringnya
pergantian warna,
banyaknya operator baru
yang belum ahli dan
kecepatan mesin yang
melebihi kecepatan
stabilnya. Setelah
dilakukan usulan
perbaikan dari masalah
yang muncul, persentase
tertinggi kecacatan afal
perharinya hanya sebesar
3.5%.
3. Varsha M. Application Of 7 a. Tujuh alat perbaikan
Magar, Dr. Vilas Quality Control Tools sangat penting dalam
B. Shinde For Continuous meyakinkan bahwa
(Mumbai Improvement beberapa prosedur
University India, Manufacturing dan penyusunan
2014) Processes pekerjaan tersedia
untuk membuat
statistik quality

Tabel 2.6 Hasil Penelitian Yang Relevan(Lanjutan)


control efektif dan
efisien, meminimalisir
resiko dari kesalahan
dan kelemaan dalam
prosedur atau sistem
atau dalam sumber
material.
b. Tujuh alat perbaikan
kualitas sangat lebih
membantu dalam
permasalahan yang
berkaitan dengan
kualitas.
c. Seluruh proses dibuat
oleh faktor yang
berbeda-beda dan oleh
karena itu alat tersebut
dapat digunakan untuk
beberapa proses.
d. Kegunaan selanjutnya
dari alat perbaikan ini
adalah untuk
memperbarui
karakteristik dari
masing-masing
karyawannya. Ini akan
meningkatkan
kemampuan mereka
untuk memiliki ide

Tabel 2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan(Lanjutan)


yang baik, dapat
memecahkan masalah
dan merencanakan hal
dengan baik.
G Muhammad Pengendalian Kualitas a. Berdasarkan hasil
4. Ivanto Produksi Koran identifikasi diperoleh
(Universitas Menggunakan Seven jenis-jenis kerusakan
Tanjungpura, Tools pada PT Akcaya yang terjadi pada
2012) Pariwara Kabupaten Koran Pro-Kalbar
Kubu Raya. adalah warna kabur,
kotor, kertas rusak
dan terpotong.
b. Berdasarkan hasil
analisis diagram
sebab akibat,
diketahui bahwa
faktor-faktor
penyebab kerusakan
atau cacat dalam
kegiatan produksi di
PT Akcaya Pariwara
berasal dari faktor
manusia/operator,
mesin produksi,
metode kerja dan
material/bahan baku
itu sendiri.

Tabel 2.8 Hasil Penelitian Yang Relevan(Lanjutan)


c. Usaha – usaha untuk
mengatasi terjadinya
cacat yang disebabkan
oleh faktor – faktor
tersebut dapat
dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1) Manusia, melakukan
pengawasan kepada
para pekerja dengan
lebih rutin,
memberikan
pelatihan kepada
para pekerja secara
berkala dan membuat
system penilaian
kerja baru dengan
tujuan untuk
memotivasi kinerja
para pekerja agar
lebih baik.
2) Mesin yaitu
melakukan
pengecekan kesiapan
mesin sebelum dan
sesudah digunakan
agar sesuai standar
operasional,
melakukan
perawatan mesin
Tabel 2.9 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)
secara benar dan
berkala tidak hanya
ketika mesin
mengalami
kerusakan, segera
mengganti
komponen mesin
yang rusak sehingga
tidak menghambat
proses produksi dan
mencari teknisi
khusus mesin
percetakan dari
daerah Kalimantan
Barat, sehingga
dapat menghemat
biaya dan proses
percetakan pun tidak
terhambat.
3) Material yaitu
memberikan standar
yang baik untuk
setiap bahan baku
yang diorder dan
melakukan
pengontrolan bahan
baku sebelum
dilakukannya proses
percetakan.

Tabel 2.10 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)


4) Metode, perlunya
membuat manual
procedure agar dapat
dipahami dan diikuti
operator sebagai
petunjuk kerja
sebelum pelaksanaan
proses produksi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian


3.1.1 Tinjauan Organisasi
PT Ocean Asia Industry berlokasi di Jalan Raya Serang- Jakarta KM. 62
No. 178 Ds. Parigi Kec. Cikande Serang, Banten, merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang tekstil yang merupakan group dari Pan Brothers dan dikelola
oleh PT Ocean Asia Industry. PT Ocean Asia Industry memproduksi bahan tekstil
yang merupakan supplier bagi Perusahaan Garment. Produk ini diproduksi untuk
lokal dan ekspor. Dengan kurang lebih 500 orang karyawan, perusahaan ini
mampu memasarkan produknya hingga ke mancanegara. Bahan yang diproduksi
merupakan bahan Jersey, Rib 1x1, Cotton, Pique, Lacoste, Thermal, Polyester
rayon, Popcorn, Spandex Jersey, French Terry, Fleece dan beberapa jenis kerah
untuk kebutuhan membuat sebuah pakaian.
PT. Ocean Asia Industry sudah memproduksi kain berbagai jenis bagi
perusahaan pemilik Brand yaitu Adidas, Nike, Puma, Gymboree, Polo,
Toyoshima, H&M, Calvin Klein, . Produk dari Brand tadi dikenal sebagai produk
yang bertaraf internasional dan dengan berjalannya waktu PT. Ocean Asia
Indusrty mulai menguasai pangsa pasar produksi kain yang bertaraf internasional.
Perusahaan yang berlokasi didaerah Serang Banten ini, dalam proses
kerjanya menghasilkan produk yang berkualitas tinggi serta mengekspor berbagai
jenis kain jadi berkualitas ke berbagai negara tujuan di benua Eropa, Afrika,
Amerika dan Asia. PT. Ocean Asia Industry akan terus bekerja sama dengan
perusahaan bermerek lainnya untuk menyediakan produk kain yang berkualitas
untuk digunakan oleh konsumen.

3.1.2 Sejarah Singkat Berdirinya PT Ocean Asia Industry


Pada Tahun 1990 sebelumnya gedung tersebut bernama PT Panca
Plazaindo yang dikelola oleh orang Indonesia bergerak di bidang tekstil. PT Panca
Plazaindo memproduksi bahan untuk di supply ke perusahaan garment di Indonesi
a. Pada saat itu, PT Panca Plazaindo masih dalam anak dari Pan Brothers.
Pemasaran pada zaman PT Panca Plazaindo dilakukan hanya lintas lokal saja
tidak sampai ekspor ke luar Indonesia.
PT Panca Plazaindo mengalami pailit pada tahun 2011 yang disebabkan
oleh persaingan yang sangat ketat di dalam dunia industry tekstil serta kurangnya
kemampuan penunjang produksi pada perusahaan tersebut . Beberapa saat setelah
gedung ini kosong, Pan Brothers kembali membangkitkan gedung tersebut dengan
nama PT Ocean Asia Industry. PT tersebut merupakan anak dari Pan Brothers,
bergerak di Bidang tekstil dan dikelola oleh PT Ocean Asia Industri. Pada tahun
2011 PT Ocean Asia Industry resmi membuka usahanya atas ijin tinggal yang
telah dibuat untuk memproduksi tekstil berbahan cotton jersey. Dengan sekitar
200 orang karyawan pada saat itu, perusahaan ini mampu memberikan
kesejahteraan untuk para karyawannya dan memproduksi textile hingga ke
mancanegara.
Saat ini perusahaan ini telah berjalan 4tahun. Beberapa perbaikan telah
dilakukan demi memperkuat persaingan di pasar dunia. Saat ini PT Ocean Asia
Industry sedang berusaha untuk mencapai ISO 9001: 2015 dalam bidang Quality
Management System. Dengan 500 orang karyawan pada saat ini, perusahaan ini
yakin dapat bersaing memproduksi tekstil dengan teknologi modern, dan mampu
bersaing hingga ke mancanegara.

3.2 Struktur Organisasi dan Tugas Pokok


Struktur organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
perusahaan dalam mengatur kelancaran bisnis. Dengan adanya struktur organisasi
yang jelas, pimpinan dapat dengan mudah mengawasi segala aktivitas yang terjadi
dan juga mempelancar arus kerja dalam perusahaan, karena setiap individu
mengetahui tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing. Di dalam
struktur organisasi terdapat bagian, mulai dari yang level bawah hingga atas.
Terbagi kedalam beberapa departement.
STRUKTUR ORGANISASI
PT. OCEAN ASIA INDUSTRY

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Ocean Asia Industry

Manajemen diperusahaan ini secara umum dibagi menjadi dua bagian


utama. Yaitu organisasi di main office yang dipimpin oleh Direktur (Director) dan
organisasi produksi yang dipimpin oleh Manajer Pabrik (Factory Manajer).
Kedua pimpinan tersebut bertanggung jawab terhadap Managing Director
(Presiden Direktur) selaku pimpinan tertinggi di PT. Ocean Asia Industry.
Dari hasil pengamatan, para pimpinan selevel manajer melakukan rapat
rutin (meeting) yang beragendakan evaluasi mengenai jalannya produksi dan
berbagai hal yang berhubungan dengan jalannya perusahaan secara keseluruhan.

3.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab

a. HRD & GA Departement


Merupakan divisi yang bertugas untuk menyediakan segala kebutuhan dan
perlengkapan guna menunjang aktivitas perusahaan. Seperti untuk mengurusi
masalah seragam karyawan, mobil dinas, mess karyawan, pemeliharaan
lingkungan kantor atau juga memilih mitra kesehatan dengan perusahaan.
Divisi ini memiliki tugas untuk menjaga kualitas Sumber Daya Manusia
perusahaan. Prosesnya dimulai dari masa perekrutan, penggantian jabatan.
Promosi dan mutasi karyawan, penilaian kinerja, pemberian penghargaan serta
menjaga kinerja karyawan.
b. Accounting Department
Merupakan departmen yang bertugas untuk mencatat serta mengatur
masalah keuangan perusahaan. Divsi ini juga bertugas untuk mengadakan audit
atas kinerja yang sudah dilakukan divisi lain, guna menghindari terjadinya
penyalahgunaan khususnya di bidang keuangan, termasuk mengontrol
keseimbangan keuangan perusahaan.
c. Purchasing Department
Divisi ini biasanya dimiliki oleh perusahaan manufaktur. Tugasnya adalah
membeli bahan baku produksi. Selain itu divisi ini juga bertugas menjalin
kerjasama dengan pihak suplier bahan baku guna menjamin kelangsungan proses
produksi perusahaan. Bertanggungjawab kepada direktur dan manajer perusahaan.
d. Merchandise Department
Merupakan divisi marketing. Sebab, tugas divisi ini adalah memasarkan
semua produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan demikian, perusahaan
bisa mendapatkan keuntungan jika produk yang mereka hasilkan bisa laku di
pasaran. Divisi ini adalah yang paling banyak staff personilnya dan aktivitasnya
selalu berhubungan dengan perusahaan pemilik Brand serta rutin mengikuti
jalannya produksi.
e. R & D Development
Fungsi dari divisi ini adalah melakukan penelitian serta
mengembangkannya. Penelitian yang dilakukan menyangkut semua kebutuhan
perusahaan, yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
f. Engineering Department
Divisi ini biasanya disiapkan bagi perusahaan manufaktur yang bertugas
memelihara perangkat yang terkait proses operasional perusahaan. Seperti
menjaga mesin produksi, instalasi listrik, pendingin dan sarana akan barang-
barang penunjang proses produksi.
3.2.2 Visi PT Ocean Asia Industry
Visi dari PT Ocean Asia Industry adalah memproduksi tekstil untuk
Industri Garment yang mensuplai ke pasar dunia.
3.2.3 Misi PT Ocean Asia Industry
1) Kepuasan pelanggan merupakan prioritas perusahaan dengan demikian
dibutuhkan fleksibilitas untuk bersaing di Pasar global.
2) Menjamin kesejahteraan karyawan dan masyarakat sebagai cara
konstribusi untuk kemajuan masyarakat dan bangsa.
3) Pemeliharaan lingkungan secara terus-menerus dengan 5R (Reduce,
Reuse, Recycle, Refuse and Repair) dengan menciptakan proses sumber
alami dan produk ramah lingkungan.
4) Mengkombinasikan secara efektif skill dari expat yang berpengalaman
pada seluruh staff OAI dan Management ke dalam taraf yang lebih baik.

3.2.4 Tujuan Perusahaan


Seperti halnya perusahaan lainnya, PT OCEAN ASIA INDUSTRY
memiliki tujuan yaitu untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk para
pelanggannya. Prioritas utama dari PT Ocean Asia Industry merupakan Kepuasan
Pelanggan. Oleh sebab itu, perusahaan berkewajiban untuk menyediakan produk
yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dengan :
a. Mutu Yang Baik
Produk yang memiliki mutu yang baik adalah produk yang sesuai dengan
kriteria dari seorang pelanggan. Pelanggan memberikan standarisasi sesuai
kebutuhan yang kemudian akan di berikan kepada PT Ocean Asia Industry untuk
dijadikan acuan membuat sebuah kain yang dibutuhkan oleh pelanggan. Standar
tersebut meliputi warna kain, kualitas fisik kain serta bentuk konstruksi kain.
Untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan standar dari pelanggan serta
memberikan kepuasan kepada pelanggan, maka PT Ocean Asia Industry harus
mampu bekerjasama antar departemen, sehingga produk yang dihasilkan akan
memberikan mutu yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
pelanggan.
b. Harga Yang Bersaing
Harga yang bersaing merupakan harga yang dapat dijangkau oleh sebagian
besar para pelanggan. Harga yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan oleh
pelanggan. Penentuan harga dapat dilakukan dengan memperhitungkan bahan
baku serta biaya – biaya lainnya yang dibutuhkan dalam memproduksi sebuah
produk yang sesuai standar pelanggan. Perusahaan tekstil di Indonesia tidaklah
sedikit, maka dari itu persaingan harga memang sangat ketat. Kebanyakan
pelanggan menginginkan harga yang murah dengan kualitas yang baik. Namun
PT Ocean Asia harus mampu memberikan harga yang sesuai dengan kualitas kain
yang diinginkan oleh pelanggan. Tak hanya pelayanan, namun harga pun
bersaing. Sebagai produsen harus mampu memperhitungkan biaya agar
mendapatkan keuntungan yang besar.
c. Pengiriman Tepat Waktu
Waktu merupakan hal yang sangat diprioritaskan dalam dunia industry.
Waktu adalah uang sangat dimanfaatkan dalam dunia industri. Seperti halnya
dalam dunia industry textile. Tekstil merupakan industri yang memproduksi kain.
Konsumen terakhir adalah seorang buyer atau orang yang memiliki outlet di
sebuah mall ataupun tempat tertentu. Setiap outlet memiliki season tersendiri.
Ketika supplier outlet tersebut terlambat memberikan sebuah pakaian untuk
dijual, maka outlet tersebut ketinggalan mode atau tidak dapat menyediakan
produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan pada season(musim) tersebut.
Pengiriman tepat waktu sangat diinginkan oleh setiap perusahaan.
Ketepatan waktu pengiriman pun akan dinilai oleh seorang pelanggan. Sering kali
kita memberikan produk yang tidak tepat waktu maka sesering itu pula pelanggan
akan merasa tidak nyaman dengan pelayanan yang diberikan oleh kita. Terkadang
pula apabila kita memberikan produk tidak tepat waktu, maka akan dikenakan
biaya tambahan atau charge. Untuk menghindari hal tersebut, kita harus
memprediksi kan kapan barang tersebut akan siap dan memang harus memiliki
seorang planner yang handal dalam merencanakan pengiriman sebuah barang.
Ketepatan waktu dalam memberikan sebuah barang, akan memberikan kepuasan
kepada pelanggannya.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diatas, maka perusahaan
harus mampu mengutamakan kualitas sebuah produknya, meningkatkan disiplin
dan kerjasama diantara para karyawannya serta berkarya yang terbaik bagi
pelanggan dan negara demi kelangsungan hidup karyawan dan perusahaannya.
d. Wewenang PT Ocean Asia Industry
1) BOD dan Factory Manager bertanggung jawab menyusun bagan organisasi
yang menunjukkan pembagian dan hubungan antar unit kerja.
2) Tanggung jawab dan wewenang setiap unit kerja didefinisikan melalui
bagan organisasi, job description, quality manual, dan prosedur atau
dokumen lainnya.
3) Bagan organisasi sampai tingkat departemen didokumentasikan oleh Seksi
QA. Job description didokumentasikan oleh departemen PGA.
4) QA Dept Head berwenang untuk menghentikan proses produksi apabila ada
masalah kualitas.
5) Departement QA bertanggung jawab terhadap kualitas produk pada setiap
shift produksi.
6) BOD menunjuk Quality Management Representative (QMR) yang
bertanggung jawab untuk :
a. Menjamin pembuatan, penerapan dan pemeliharaan quality
management system.
b. Melaporkan performance quality management system dan opportunity
for improvement pada management review.
c. Memastikan persyaratan customer dimengerti dan dapat dilaksanakan
pada seluruh bagian.
d. BOD berwenang menunjuk Customer Representative untuk
memastikan persyaratan customer telah terpenuhi meliputi identifikasi
special characteristic, quality objective, training, corrective and
preventive action.
e. Customer Representative untuk project adalah program Manager MSD
di koordinasikan oleh Initial Control
f. Customer Representative untuk mass-production adalah :
7) QA untuk masalah quality.
8) PPC untuk masalah delivery yang disesuaikan dengan OAI Organization
Chart dan OAI Contact information.
9) Untuk memudahkan komunikasi dengan customer, seksi QA bertanggung
jawab untuk membuat dan mendistribusikan OAI Contact List atau
Communication chart ke customer.

3.3 Tujuan Penelitian


Dengan adanya permasalahan yang sudah dirumuskan dalam rumusan
masalah penelitian sebelumnya, peneliti merumuskan tujuan penelitian adalah
sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui tingkat kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry.
2) Untuk mengetahui jenis kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry.
3) Untuk mengetahui jenis kecacatan produk terbanyak di PT Ocean Asia
Industry.
4) Untuk mengetahui penyebab kecacatan produk yang terjadi di PT Ocean
Asia Industry.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 13 Desember 2015 s/d
13 Maret 2016 selama kurang lebih tiga bulan dan bertempat di PT. Ocean Asia
Industry Jln. Raya Jakarta - Serang Km.62 no. 178 Ds. Parigi Kec. Cikande
Serang-Banten Telp. (0254) 404123.

3.5 Latar Penelitian


Penelitian dilakukan di sebuah perusahaan tekstil yang terletak di cikande
asem, lokasi tepat dengan tugu perbatasan antara kabupaten serang dengan
kabupaten tangerang. Perusahaan tersebut bernama PT Ocean Asia Industry yang
merupakan anak dari Pan Brothers group. Penelitian dilakukan di bagian quality
control yaitu sebuah bagian yang bertugas untuk mengkontrol kualitas sebuah
produk sebelum dikirim ke pelanggan (customer). Di dalam bagian quality
control, seluruh produk reject dan approved oleh internal akan dicatat kedalam
laporan mengenai produk kain. Produk yang tidak sesuai dengan standar akan
dicatat dan dilakukan tindakan. Apabila produk tersebut masih dapat diperbaiki,
maka operator akan melakukan tindakan. Kondisi saat ini yang terjadi di PT
Ocean Asia adalah meningkatnya kecacatan produk dalam setiap bulannya.
Kecacatan produk yang meningkat dari bulan ke bulan akan mengakibatkan
menipisnya profit perusahaan. Kecacatan dapat disebabkan oleh Man(Manusia),
Material(Bahan), Method(Metode) dan Machine(Mesin). Pada kenyataannya, di
PT Ocean Asia Industry, kecacatan produk terbesar adalah disebabkan oleh
kelalaian karyawan dalam melakukan pengecekan. Karyawan quality control
hanya melakukan pengecekan dan fokus kepada pengecekan barang jadi, bukan
pada bahan baku. Dengan hal ini mengakibatkan kecacatan semakin meningkat
dari bulan ke bulan selama tahun 2015. Kecacatan produk yang terus menerus
meningkat membuat peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Analisis
Kecacatan Produk dengan Metode Seven Tools di PT Ocean Asia Industry.

3.6 Metode dan Prosedur Penelitian


Metode penelitian sangat erat dengan tipe penelitian yang digunakan,
karena tiap-tiap tipe dan tujuan penelitian yang didesain memiliki konsekuensi
pada pilihan metode penelitian yang tepat, guna mencapai tujuan penelitian
tersebut. Dalam penelitian mengenai Analisis Kecacatan Produk dengan Metode
Seven Tools pada PT. Ocean Asia Industry peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif (studi kasus), dalam hal ini peneliti
mengambil metode deskriptif karena berdasarkan tingkat kedalaman pemahaman
terhadap objek penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan kualitatif, jenis penelitian ini
berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi
di lapangan, dimana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. 31

31
Moleong. J.Lexy, Motode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2005),
h. 4.
Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan
metode atau pendekatan studi kasus (case study). Penelitian ini memusatkan diri
secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus.
Data kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang berasngkutan, dengan kata lain
dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber.
Sedangkan metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah; disebut
juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut juga sebagai
metode kualitatif, karena data yang terkumpul lebih bersifat kualitatif. 32 Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.
Dalam menguraikan tentang penelitian melalui pendekatan kualitatif,
Meleong dengan mengacu kepada pendapat Bogdan dan Taylor, Guba dan Taylor,
serta Kirk dan Miller mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif itu memiliki
ciri-ciri: 33
a. Bersumber kepada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan
pengamatan kuantitatif.
b. Kualitas menunjuk kepada segi alamiah yang di pertentangkan dengan
kuantum atau jumlah.
c. Penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan
perhitungan.
3.7 Data dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sumber primer
dan sumber sekunder. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah sumber
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2009) h. 8.
33
Judistira K. Garna, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2009) h. 38.
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan yang
menjadi sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan daa kepada pengumpul data, misalnya lewat orang atau lewat
dokumen.34 Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen (laporan,
karya tulis orang lain) yang berhubungan dengan perubahan organisasi di
perusahaan. Data sekunder dalam penelitian ini di dapatkan dari rekaman data
(record) kecacatan produk selama tahun 2015 secara tertulis di PT Ocean Asia
Industry. Data tersebut disimpan dan dikelola oleh bagian QC (Quality Control).
Bagian tersebut adalah bagian yang bertanggung jawab mengenai kualitas kain di
PT Ocean Asia Industry. Sedangkan data primer dari penelitian ini adalah
wawancara dan observasi langsung ke tempat kejadian untuk mendapatkan data
yang akurat.

3.8 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer
dan data sekunder. Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa tindakan
orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan data yang didapatkan dari
hasil pengamatan di lapangan (observasi). Sedangkan data-data sekunder yang
didapatkan berupa dokumen tertulis. Adapun alat-alat tambahan yang digunakan
dalam pengumpulan datanya terdiri dari panduan wawancara, handphone (alat
perekam) dan buku catatan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu:
1) Observasi
Observasi menurut Nasution adalah adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Observasi merupakan kegiatan melakukan pengamatan langsung terhadap
kejadian yang ada di tempat penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data melalui observasi untuk melihat keabsahan dari data
sekunder yang telah diterima. Observasi dapat digunakan sebagai bahan untuk
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2014),
cet. ke – 21, h. 225.
belajar dari para peneliti. Peneliti belajar memahami perilaku dan makna dari
perilaku tersebut.
2) Wawancara
Peneliti melakukan Tanya jawab langsung dengan informan yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang diteliti. Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang terwawancarai yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Esterberg mendefinisikan bahwa
wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic
tertentu.
Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur (teknik purposive) dan tidak terstruktur (teknik snow ball).
Wawancara terstruktur dalam hal ini pertanyaan yang diajukan hanya dari
permasalahan global saja, namun dengan adanya teknik snow ball (tidak
terstuktur), maka jawaban dari informan yang menyebutkan tentang adanya
temuan baru yang dijadikan sebagai tindakan snow ball.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan mengenai peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi dapat berupa gambar, tulisan atau rekaman suara. Dalam
perusahaan, dokumentasi dilakukan untuk memahami seberapa besar
perkembangan perusahaan serta untuk melakukan peramalan terhadap masa depan
perusahaan. Dalam penelitian ini, dokumentasi berfungsi untuk mencatat segala
hal yang berkaitan dengan penelitian di lapangan dan berfungsi untuk membantu
peneliti dalam menyimpulkan hasil penelitian melalui data tertulis yang telah
terdokumentasi dan siap untuk disajikan menjadi data yang akurat. Dari hasil
observasi dan wawancara, dilakukan dokumentasi. Dengan dokumentasi maka
hasil penelitian akan lebih dipercaya.
4) Daftar Pustaka
Daftar Pustaka merupakan daftar yang tercantum secara spesifik dari
berbagai buku yang dijadikan sumber referensi baik dari buku atau karya ilmiah
yang bersangkutan.35 Daftar pustaka biasanya ditulis diakhir halaman sebagai
bentuk apresiasi kepada penulis buku yang telah memberikan manfaat kepada
peneliti.

3.9 Prosedur Analisis Data


Dalam setiap melakukan sebuah kegiatan harus memiliki prosedur agar
segala sesuatunya dapat di kerjakan dengan terstruktur dan terarah. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teori Spradley untuk prosedur analisis data.
Spradley membagi analisis data dalam penelitian kualitatif berdasarkan tahapan
dalam penelitian kualitatif. Tahapan penelitian kualitatif menurut spradley seperti
terlihat pada gambar dibawah ini.36

1. 2. 3. 4.
Melaksanakan
Memilih Situasi Observasi Mencatat Hasil Melakukan
Sosial Partisipan Observasi dan Observasi

8. 7. 6. 5.
Melaksanakan
Melakukan Analisis Melakukan Melakukan
Observasi Taksonomi Observasi Analisis

9. 10. 11. 12.

Melakukan Melakukan Temuan Menulis


Analisis Analisis Tema Budaya Laporan
Komponensial Penelitian

Gambar 3.2 Tahapan Penelitian Kualitatif

35
Ahmad Syaifudien, Cara Menulis Daftar Pustaka yang Baik dan Benar, h.1, 2015
(http://www.tipspendidikan.site/2015/04/cara-menulis-daftar-pustaka-yang-baik.html) .
36
Sugiyono, op. cit., h. 253.
1. Memilih Situasi Sosial
Dalam melakukan penelitian harus menetapkan satu orang sebagai juru
kunci informasi sebagai narasumber dalam penelitian atau yang disebut dengan
informan penelitian. Informan haruslah orang yang berwibawa dan mampu untuk
memudahkan peneliti dalam memasuki obyek penelitian.
2. Melaksanakan Observasi Partisipan
Peneliti melakukan observasi di tempat penelitian. Observasi dilakukan
untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan data tertulis yang telah
diterima oleh peneliti. Observasi partisipan dilakukan peneliti dengan terlibat
langsung kedalam obyek penelitian. Peneliti melakukan apa yang dikerjakan oleh
sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan melakukan observasi
partisipan ini, maka peneliti dapat memperoleh data dengan lebih lengkap.
3. Mencatat Hasil Observasi dan Wawancara
Hasil observasi dan wawancara dicatat kedalam lembar wawancara dan
observasi guna mencapai kelengkapan data penelitian. Dalam pencatatan ini
peneliti berharap agar data yang didapatkan akurat dan tajam serta matang sesuai
dengan keinginan sang peneliti.
4. Melakukan Observasi Deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan ketika peneliti memasuki situasi sosial
sebagai obyek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti belum membawa masalah,
namun masih menjelajahi dan mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar serta
dirasakan. Peneliti akan berusaha untuk menguasai situasi sosial yang ada di
tempat penelitian.
5. Melakukan Analisis Domain
Analisis domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan
menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian. Dalam
analisis domain, data diperoleh dari wawancara dan observasi yang dilakukan.
Hasil dari analisis domain adalah gambaran umum mengenai obyek yang diteliti.
Suatu domain adalah merupakan katagori budaya (culture category) terdiri atas
tiga elemen yaitu : cover term, included terms dan semantic relationship. Cover
term adalah nama suatu domain budaya, included term nama-nama yang lebih
rinci yang ada dalam suatu kategori. Elemen ketiga dari seluruh domain budaya
adalah hubungan semantic antar kategori. Mencari hubungan semantic ini
merupakan hal penting untuk menemukan berbagai domain budaya. Dalam
penelitian ini maka domain dapat dilihat seperti gambar berikut :

Kecacatan Produk Cover term, nama domain budaya.


is kind of

Cacat Warna, Belang, Garis Semantic Relationship (hubungan


Oli, Garis Jarum, bolong, Miss semantic), antar kategori.
Print, Creasmark, Stains,
Bruise Place, Oil Stain, Hairy, Included term, adalah rincian domain.
Handfeel
Gambar 3.3 Elemen dalam domain
6. Melakukan Observasi Terfokus
Pada tahap observasi terfokus peneliti telah melakukan observasi yang
telah dipersempit sehingga dapat menemukan fokus penelitian. Observasi terfokus
bertujuan untuk menghasilkan kesimpulan yang kedua. Pada tahap ini peneliti
menggunakan analisis taksonomi. Domain yang telah dipilih dalam analisis
domain akan dijabarkan lebih rinci untuk mengetahui struktur internal.
7. Melakukan Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi adalah analisis terhadap keseluruhan, data yang
terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan. Setelah menetapkan domain
maka peneliti dapat menjabarkan domain tersebut. Pada tahap ini analisis
taksonomi dapat disajikan melalui diagram kotak, diagram garis dan simpul dan
outline. Dalam penelitian ini, analisis taksonomi disajikan dalam bentuk diagram
outline.
Gambar 3.3 Diagram Kotak (Box Diagram)
Ketika domain adalah kecacatan produk maka melalui analisis taksonomi
untuk kecacatan produk terbagi menjadi 4. Kecacatan yang disebabkan dari
departemen knitting, departemen dyeing, finishing dan departemen printing. Hasil
analisis domain sebagai berikut :

Oil Stain

Needle Line
Kecacatan dari
Departemen
Neps
Knitting
Hole

Stain

Color Reject
Kecacatan dari
Kecacatan Produk Departemen Color Stain
Dyeing
Bruise Place

Uneven

Handfeel
Kecacatan dari
Shading
bagian Finishing
Creasmark
Kecacatan dari
bagian Printing Miss Print

Gambar 3.4 Hasil dari Analisis Taksonomi


8. Melakukan Observasi Terseleksi
Dalam observasi terseleksi ini peneliti sudah dapat menemukan
karakteristik dari obyek penelitiannya. Dalam observasi terseleksi peneliti sudah
dapat menemukan hipotesis. Menurut Spradley, observasi terseleksi masih
dinamakan mini tour observation. Observasi ini masih tergolong dalam setengah
perjalanan penelitian, namun sudah dapat menemukan hipotesis dari penelitian
tersebut.
9. Melakukan Analisis Komponensial
Pada analisis komponensial, peneliti harus mampu untuk menjabarkan dari
hasil analisis domain dan taksonomi. Sehingga penelitian yang dilakukan akan
mendapatkan kejelasan dalam data. Data tersebut akan dijabarkan dan makin
spesifik melalui analisis komponensial ini. Peneliti semakin memahami
permasalahan penelitiannya. Permasalahan tersebut merupakan situasi sosial yang
terdapat dalam obyek penelitian.
10. Melakukan Analisis Tema
Dalam analisis ini peneliti mencari hubungan diantara domain dan
bagaimana hubungan dengan keseluruhan dan selanjutnya dinyatakan kedalam
tema/judul penelitian. Dalam analisis ini akan menghasilkan titik terang mengenai
situasi sosial penelitian.
11. Temuan Budaya
Setelah dilakukan analisis-analisis sebelumnya, maka akan ada temuan
dalam budaya obyek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memahami
mengenai situasi sosial budaya yang terjadi dalam tempat penelitian. Peneliti
dapat memberikan keterangan lengkap mengenai budaya dan situasi sosial yang
terjadi di tempat penelitian.
12. Menulis Laporan Penelitian Kualitatif
Setelah selesai melakukan penelitian, maka laporan penelitian ditulis ke
dalam laporan hasil penelitian. Peneliti memberikan laporan secara lengkap
mengenai penelitian yang dilakukan.
3.10 Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data diperiksa untuk meyakinkan bahwa data yang diterima
dapat dipastikan kebenarannya. Data yang diterima oleh peneliti haruslah data
yang valid dan sesuai dengan kenyataan yang ada. Data yang dilaporkan harus
sama dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Dalam
penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi
pada obyek penelitian.37 Dalam penelitian mengenai Analisis Kecacatan Produk
dengan Metode Seven Tools di PT Ocean Asia Industry, peneliti menguji
keabsahan data dengan credibility (validitas internal), transferability (validitas
eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas).
1. Uji Kredibilitas
Prosedur untuk uji kredibilitas dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.

Perpanjangan
Pengamatan

Peningkatan
Ketekunan

Triangulasi
Uji Kredibilitas
Data
Diskusi dengan
teman sejawat

Analisis Kasus
Negatif

Membercheck

Gambar 3.5 Uji Kredibilitas Data

37
Ibid., h.269.
a. Perpanjangan pengamatan
Dalam perpanjangan pengamatan dalam penelitian ini, peneliti
kembali lagi kelapangan untuk wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa data yang
diambil adalah data yang valid dan sesuai. Dengan perpanjangan
pengamatan ini, peneliti akan semakin dekat dengan sumber data, sehingga
sumber data dapat terbuka dalam memberikan informasi untuk peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang
telah diperoleh. Dalam perpanjangan penelitian untuk menguji kredibilitas
data sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah
diperoleh. Dicari kesesuaian antara data tertulis dengan yang terjadi di
lapangan. Proses ini merupakan proses cek ulang untuk mendapatkan data
yang valid.
b. Peningkatan ketekunan
Maksud dari peningkatan ketekunan adalah melakukan penelitian
secara cermat dan berkesinambungan. Dengan ketekunan ini, maka urutan
peristiwa dalam penelitian akan dapat direkam secara sistematis.
Meningkatkan ketekunan dapat bermanfaat untuk melakukan pengecekan
kembali data yang telah ditemukan salah ataukah tidak. Peningkatan
ketekunan dapat dilakukan dengan cara membaca berbagai referensi buku
ataupun hasil penelitian. Peningkatan ketekunan bermanfaat pula untuk
memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu. Triangulasi terbagi menjadi tiga yaitu triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.38
1) Triangulasi sumber

38
Ibid., hh. 273-274.
Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.

Atasan Teman

Bawahan

Gambar 3.6 Triangulasi Sumber


2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik adalah teknik untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara melakukanp engecekan data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini,
peneliti memperoleh data dengan wawancara kemudian dicek dengan
observasi dan dokumentasi.

Wawancara Observasi

Dokumentasi
Gambar 3.7 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data.
3) Triangulasi Waktu
Waktu sangat mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
diperoleh dari narasumber pada pagi hari merupakan data yang lebih
kredibel dibandingkan data yang diperoleh selain dipagi hari. Pada
pagi hari narasumber masih segar dan dapat memberikan data secara
valid dan lebih kredibel. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
wawancara dengan pertanyaan yang sama namun dalam waktu yang
berbeda. Peneliti melakukan pertanyaan secara berulang-ulang dengan
waktu yang berbeda untuk memastikan data tersebut valid. Apabila
jawaban yang ditemukan terdapat perbedaan maka pertanyaan lebih
dilakukan secara berulang-ulang agar mendapatkan data yang pasti dan
akurat.
Siang Sore

Pagi

Gambar 3.8 Triangulasi Waktu Pengumpulan Data.

d. Diskusi dengan teman sejawat


Diskusi ini dilakukan oleh peneliti kepada seorang teman yang
berada satu tempat penelitian dengan peneliti. Diskusi ini berguna untuk
lebih mendalami situasi sosial dan budaya pada obyek penelitian. Diskusi
dilakukan untuk lebih mengenal lingkungan tempat penelitian. Peneliti
tidak hanya melakukan diskusi pada teman satu tempat penelitian tetapi
juga melakukan diskusi dengan teman yang berbeda obyek penelitian
namun dalam tema yang sama. Hal ini untuk membandingkan antara
penelitian yang satu dengan yang lainnya dan untuk memperkuat
penelitian yang dilakukan.
e. Analisis Kasus Negatif
Analisis ini dilakukan karena terdapat kasus yang tidak sesuai
dengan hasil penelitian. Ketika penelitian dilakukan dan terdapat kasus
yang berbeda antara hasil penelitian dengan data penelitian maka peneliti
harus melakukan penyelidikan sampai mendapatkan data yang akurat.
Ketika penelitian dirasa tidak ada kasus yang negatif maka tidak dilakukan
analisis ini. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan analisis kasus
negatif karena tidak ditemukan kasus negatif dalam penelitian.
f. Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk melakukan
pengecekan kesesuaian antara data yang diperoleh dengan sumber pemberi
data. Apabila data yang diperoleh telah disepakati antara sumber data
dengan peneliti maka data yang diperoleh adalah data yang kredibel.
Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan bahwa sumber data adalah
Supervisor QC. Dalam penelitian ini, seluruh data yang diambil oleh
peneliti, dikonfirmasi ulang dengan supervisor QC untuk mengecek
keakurasian data dan peneliti dapat memahami maksud dari pemberi data.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tentang Latar Penelitian


Penelitian ini dilakukan di PT Ocean Asia Industry, sebuah perusahaan
tekstil yang memproduksi kain untuk di suplai ke perusahaan garment. PT Ocean
Asia Industry berlokasi di Jalan Raya Serang- Jakarta KM. 62 No. 178 Ds. Parigi
Kec. Cikande Serang, Banten, dekat dengan tugu perbatasan antara kabupaten
serang dengan kabupaten tangerang dekat pula dengan sungai sebagai lambing
perbatasan. PT Ocean Asia Industry merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang tekstil yang merupakan group dari Pan Brothers dan dikelola oleh PT
Ocean Asia Industry. PT Ocean Asia Industry memproduksi bahan tekstil yang
merupakan supplier bagi Perusahaan Garment. Produk ini diproduksi untuk lokal
dan ekspor. Dengan kurang lebih 500 orang karyawan, perusahaan ini mampu
memasarkan produknya hingga ke mancanegara. Bahan yang diproduksi
merupakan bahan Jersey, Rib 1x1, Cotton, Pique, Lacoste, Thermal, Polyester
rayon, Popcorn, Spandex Jersey, French Terry, Fleece dan beberapa jenis kerah
untuk kebutuhan membuat sebuah pakaian.
PT. Ocean Asia Industry sudah memproduksi kain berbagai jenis bagi
perusahaan pemilik Brand yaitu Adidas, Nike, Puma, Gymboree, Polo,
Toyoshima, H&M, Calvin Klein. Produk dari Brand tadi dikenal sebagai produk
yang bertaraf internasional dan dengan berjalannya waktu PT. Ocean Asia
Indusrty mulai menguasai pangsa pasar produksi kain yang bertaraf internasional.

4.2 Temuan Penelitian


Temuan sebaiknya dievaluasi berdasarkan criteria yang digunakan untuk
menentukan klasifikasi temuan. Temuan dapat berupa kesesuaian ataupun tidak
kesesuaian.39 Temuan penelitian dalam penelitian analisis kecacatan produk
dengan metode Seven Tools adalah sebagai berikut :

39
TUV Rheinland, Internal Quality Audit Training, 2015, (Jakarta : TUV Rheinland), h. 55.
1. Data kecacatan setiap bulannya untuk menganalisa seberapa besar tingkat
kecacatan yang terjadi di PT Ocean Asia Industry. Data diperoleh dengan cara
observasi, wawancara, dokumentasi dan kemudian daftar pustaka. Peneliti
melakukan wawancara mengenai kecacatan produk adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Wawancara


INTERVIEWER INTERVIEWEE PERTANYAAN JAWABAN
Peneliti Dede Maman 1. Apakah 1. Ya benar
kecacatan kecacatan produk
produk selalu selalu meningkat
meningkat setiap bulannya.
dalam setiap
bulannya ?
Peneliti Dede Maman 2. Ada 2. Sebetulnya banyak
berapakah sekali jenis
jenis kecacatan yang
kecacatan ada mungkin
produk di PT sekitar 15 jenis,
Ocean Asia namun kami hanya
Industry? memberikan
beberapa saja yang
sering terjadi.
Peneliti Dede Maman 3. Mengapa 3. Karena
hanya keterbatasan waktu
memberikan dan terkadang
sedikit kecacatan tersebut
keterangan ? tidak aktif dengan
artian tidak selalu
ada dalam setiap
bulannya. Tapi

Tabel 4.2 Hasil Wawancara (Lanjutan)


kami masih tetap
mencatatnya.
Peneliti Dede Maman 4. Dari sekian 4. Kecacatan warna
banyak jenis sering terjadi.
kecacatan,
kecacatan
manakah
yang sering
terjadi
disini ?
Peneliti Dede Maman 5. Mengapa 5. Kalau untuk hal itu
kecacatan menurut saya
warna sering banyak hal ya,
terjadi terkadang
disini ? kelalaian color
matcher dalam
memeriksa warna
dengan standar
yang telah
ditetapkan oleh
pelanggan,
terkadang juga
karena
penggantian obat,
bisa juga karena
mesinnya.

Tabel 4.3 Hasil Wawancara (Lanjutan)


Peneliti Dede Maman 6. Apa itu color 6. Color matcher
matcher ? adalah orang yang
memiliki keahlian
dalam
pencampuran obat
untuk pencelupan
kain, orang
tersebut dapat
memahami berapa
banyak obat agar
dapat mencapai
kesesuaian warna
dengan standarnya.
Peneliti Dede Maman 7. Bagaimana 7. Untuk memeriksa
cara operator barang yang sudah
mengetahui jadi, quality
bahwa control terbagi
barang menjadi dua. Yang
tersebut pertama adalah
adalah rusak color team.
atau tidak Colorteam
sesuai merupakan
dengan karyawan yang
standar ? melakukan
pengecekan
kualitas kain
terhadap warna.
Jadi warna yang
tidak sesuai dapat
di reject istilah
Tabel 4.3 Hasil Wawancara (Lanjutan)
disini atau ditolak
dan dikembalik an
kepada
departemen dyeing
untuk diperbaiki.
Yang kedua adalah
tim inspeksi. Tim
inspeksi adalah tim
yang bertugas
untuk melakukan
inspeksi atau
pemeriksaan kain
secara
keseluruhan. Kain
tersebut diperiksa
keseluruhan
mengenai
kecacatan yang
terjadi misalnya
belang, ada noda
ataukah tidak, dan
banyak lagi
jenisnya. Ketika
fisik kain terjadi
kecacatan selain
kecacatan warna,
maka departemen
quality control
akan

Tabel 4.4 Hasil Wawancara (Lanjutan)


mendiskusikan ke
bagian yang
bersangkutan untuk
selanjutnya diperbaiki.
Operator dapat
mengetahui jenis
kecacatan dan dapat
memberitahukan bahwa
produk tersebut ada
kecacatan, karena kami
selalu memberikan
pelatihan khusus
terhadap karyawan
khusunya karyawan
baru. Agar seluruh
karyawan faham dan
dapat memeriksa
dengan lebih teliti.
Peneliti Dede Maman 8. Pelatihan 8. Pelatihan mengenai
seperti apa teknik melakukan
yang pengecekan kain,
dilakukan pelatihan mengenai
kepada standar yang
karyawan diberikan oleh
bagian pelanggan,
quality pelatihan mengenai
control? bagaimana
prosedur
penanganan barang
Tabel 4.5 Hasil Wawancara (Lanjutan)
yang tidak sesuai
(nonconforming
product), pelatihan
penanganan
komplen dari
pelanggan dan
pelatihan mengenai
jenis-jenis
kecacatan produk.
Peneliti Dede Maman 9. Bagaimana 9. Kain yang sudah
prosedur selesai diproses
melakukan akan selanjutnya
pengecekan diberikan ke
kain ? bagian quality
control. Dibagian
ini pertama-tama
kain akan diperiksa
oleh color team,
ketika kain
diperiksa ternyata
warnanya tidak
sesuai dengan
standar dari
pelanggan, maka
tidak dilakukan
pengecekan untuk
diperiksa secara
keseluruhan. Kalau
kain ok maka
dilakukan

Tabel 4.6 Hasil Wawancara (Lanjutan)


pengepakan dan
selanjutnya
diberikan ke bagian
gudang jadi. Jika
ternyata terdapat
masalah, maka akan
dikembalikan ke
bagian dyeing
untuk diproses
ulang.
Peneliti Dede Maman 10. Bagaimana 10. Kain yang sudah di
mencatat reject akan dicatat
kain yang ke dalam dokumen
tidak sesuai berbentuk
tersebut ? Microsoft excel.
Kain tersebut
dicatat berdasarkan
batch number,
Nomor PO, lalu
tipe bahannya,
warnanya,
kemudian
banyaknya kain,
dan tanggal pada
saat reject.
Kemudian akan
dilaporkan ke
departemen

Tabel 4.7 Hasil Wawancara (Lanjutan)


yang membutuhkan
serta top management.
Laporan tersebut
disajikan dalam harian,
mingguan dan bulanan.
Peneliti Dede Maman 11. Lalu kain 11. Ya tentu dicatat
yang di ok untuk bukti dan
dicatat juga kebutuhan
ataukah pekerjaan.
tidak ?
Peneliti Dede Maman 12. Apa 12. Untuk mengetahui
manfaat masa depan
melakukan perusahaan serta
pencatatan untuk melakukan
tersebut ? perbaikan
berkelanjutan.
Dengan pencatatan
kita juga sebagai
bukti bahwa kain
yang bermasalah
ada sekian banyak.
Departemen lain
pun membutuhkan
untuk keperluan
masing-masing
departemen.

Tabel 4.8 Hasil Wawancara (Lanjutan)


Peneliti Dede Maman 13. Siapakah 13. Kain dicatat oleh
yang admin bagian quality
mencatat control. Admin
kain mendapatkan
tersebut ? informasi dari
supervisor quality
control untuk
melakukan pencatatan.
Peneliti Dede Maman 14. Bagian 14. Biasanya bagian MD,
mana saja MSD, Dyeing,
yang Knitting, PPIC,
membutuhk Finishing, Accounting
an data dan seluruh manajer.
tersebut? Seluruh bagian
tersebut membutuhkan
data untuk kebutuhan
kelengkapan data
masing-masing.

Melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 1 Februari 2016 di ruang


kantor bagian quality control bersama dengan bapak Dede Maman selaku
supervisor bagian quality control diperoleh beberapa data sebagai bukti mengenai
kecacatan produk yang terjadi di PT Ocean Asia Industry. Data primer telah
didapatkan melalui wawancara tersebut dan berikut adalah data sekunder dari
penelitian yang telah dilakukan mengenai kecacatan produk :

Tabel 4.9 Laporan Kecacatan Produk


2.

Jenis cacat yang terjadi pada pembuatan produk kain di PT Ocean Asia Industry.
Data jenis kecacatan sesuai dengan data kecacatan yang diperoleh
dari bagian Quality Control PT Ocean Asia Industry adalah sebagai
berikut :
a) Color Reject atau kecacatan warna yang tidak sesuai dengan standar.
Kecacatan karena warna tidak sesuai dengan standar ini disebabkan
oleh kelalaian color matcher (pengamat warna) dalam melakukan
pengecekan warna di departemen pencelupan (dyeing). Ketika warna
tidak sesuai dengan standar maka bagian quality control melakukan
pengecekan dan tindakan reject yang kemudian akan dikembalikan
ulang kepada bagian produksi.
b) Miss Print, kecacatan dari departemen printing dikarenakan
kelengahan operator dalam mencampurkan warna dan memberikan
warna pada kain. Kecacatan ini berupa ada salah satu desain yang tidak
terkena warna obat kain printing.
c) Hole, kecacatan ini berupa bolong pada kain. Kecacatan bolong ini
dapat dikarenakan dari departemen knitting dan dapat pula
dikarenakan dari departemen dyeing. Dari departemen knitting
biasanya disebabkan oleh rapuhnya benang dan patah jarum,
sedangkan dari departemen dyeing (pencelupan) biasanya disebabkan
oleh obat keras untuk kain yang tidak larut ketika proses pencampuran
(mixing).
d) Creasmark, kecacatan yang disebabkan oleh departemen dyeing. Kain
yang terlalu lama menunggu untuk dikeringkan (hydro) akan
menyebabkan garis pada kain. Garis garis tersebut terbentuk karena
kain yang basah terlipat dan tertumpuk menjadi satu. Hingga
menyebabkan kain creasmark atau bergaris.
e) Uneven, kecacatan belang pada kain. Kecacatan ini terjadi dari
departemen pencelupan. Sebelum mencelup kain, harus memastikan
bahwa dyestuff atau campuran obat harus larut dengan baik. Ketika
obat tidak larut dengan baik dan pencampuran warna tidak baik maka
akan menyebabkan uneven (belang) pada kain.
f) Needle Line atau garis jarum, kecacatan ini terjadi dari departemen
knitting yang disebabkan oleh patah jarum. Jarum patah dan operator
lengah dapat menyebabkan needle line pada kain. Needle line berupa
garis panjang dan terlihat seperti kurang 1 atau beberapa benang.
g) Stains atau noda, adalah kecacatan yang terjadi karena adanya noda
pada kain. Noda dapat disebabkan karena obat warna pada kain, dapat
disebabkan oleh kotor dan dapat pula disebabkan oleh kurang
ketelitian operator ketika memindahkan kain atau trolley yang kurang
tertutup.
h) Bruise Place, adalah kecacatan produk yang disebabkan karena ketika
proses pencelupan kain, ada kemacetan pada mesin. Kemacetan pada
mesin tersebut mengakibatkan cacat pada kain dan berbekas sehingga
kain terlihat seperti garis putih karena kuatnya tarikan yang dilakukan
operator ketika mesin macet.
i) Oil Stains atau noda oli. Noda oli disebabkan oleh bagian knitting atau
perajutan. Oli tersebut adalah oli pelumas untuk melakukan perajutan
dari benang menjadi kain. Kemungkinan penyebab kain terkena noda
oli ini adalah ketika melakukan pengisian oli pada mesin, operator
tidak memperhatikan kebersihan tangan setelah selesai melakukan
pengisian, dapat disebabkan pula karena oli tersebut mengenai kain
mentah yang telah dirajut.
j) Color stain atau ditolak karena noda warna, dalam hal ini terdapat
noda warna pada kain yang disebabkan karena ketika memindahkan
kain menggunakan trolley, kain tersebut terkena percikan warna dari
kain yang lain yang telah diproses untuk dikeluarkan dari mesin.
k) Handfeel atau reject karena permukaan bahan yang tidak sesuai
dengan standar. Kain yang reject dengan kecacatan ini dapat
disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian ketika proses pembuatan
kain. Handfeel yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan akan
ditolak oleh bagian quality control dan dikembalikan ke bagian
produksi untuk melakukan proses ulang (rework).
l) Shading atau permukaan warna kain yang berbeda antara sisi kanan
dan kiri serta sisi atas dan bawah. Proses pewarnaan yang kurang rata
ini dapat disebabkan oleh bagian finishing yang terkadang temperatur
tidak sesuai dengan standar. Temperatur pada bagian finishing
terkadang naik dan terkadang ketika proses penyetrikaan kain sedang
berjalan akan turun dengan sendirinya. Hal ini menyebabkan shading
atau warna berbeda pada sisi kanan dan kiri kain.
m) Neps atau debu benang yang ikut terajut ke kain. Ketika melakukan
perajutan, bagian perajutan kurang memperhatikan mengenai
kebersihan yang ada disekitar lingkungan bagian perajutan. Sehingga
menyebabkan debu benang yang ikut terajut pada kain dan
mengakibatkan kain berbintik-bintik karena debu benang.
Dalam penelitian ini dari ketiga belas jenis kecacatan, penulis hanya akan
meneliti 1 jenis kecacatan dengan menggunakan seven tools yaitu kecacatan
warna. Karena kecacatan warna merupakan kecacatan terbesar selama tahun 2015.

Tabel 4.10 Data Jenis Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry


3. Jenis kecacatan terbanyak pada produk kain di PT Ocean Asia Industry.
Kecacatan terbanyak ada pada kecacatan warna. Mengingat
keterbatasan waktu penelitian maka dari ke-13 jenis kecacatan tersebut,
penulis hanya akan meneliti dari 1 kecacatan yaitu kecacatan warna.
Kecacatan warna berdasarkan data yang ditemukan ketika penelitian
berlangsung merupakan kecacatan paling besar selama tahun 2015.
Mengenai jenis kecacatan terbanyak dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.11 Jenis Kecacatan Terbanyak di PT Ocean Asia Industry

NO JENIS CACAT UNIT


1 Color Reject 528
2 Creasmark 69
3 Uneven 50

4. Penyebab Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry.


Kecacatan yang terjadi di PT Ocean Asia Industry selama tahun 2015
berdasarkan hasil wawancara dan observasi penyebab kecacatan tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Man (Tenaga Kerja)
Kelalaian dari tenaga kerja di PT Ocean Asia Industry
disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan pelatihan yang
diberikan kepada tenaga kerja tersebut. Pendidikan dan pelatihan
yang kurang akan menyebabkan kurangnya ilmu pengetahuan yang
diperoleh oleh tenaga kerja PT Ocean Asia Industry. Pendidikan
dan pelatihan harus diberikan oleh leader dan supervisor dalam
masing-masing bagian. Selain pendidikan dan pelatihan, penyebab
kecacatan disebabkan oleh kurangnya pengawasan yang dilakukan
oleh leader dan supervisor. Kurangnya pengawasan ini terkadang
disebabkan oleh banyaknya tanggung jawab yang diberikan oleh
manajer kepada leader dan supervisor sehingga terjadi kelalaian
yang dilakukan oleh para leader dan supervisor.
b. Material (Bahan Baku)
Bahan baku yang digunakan dalam pemrosesan kain
terkadang menggunakan bahan baku yang berkualitas kurang baik.
Bahan baku yang berkualitas kurang baik dapat menyebabkan
sulitnya melakukan pemrosesan kain untuk mencapai standar yang
telah ditentukan oleh pelanggan. Pemrosesan akan dilakukan
secara berulang-ulang untuk mendapatkan kain yang sesuai dengan
standar.
c. Method (Cara Melakukan Pekerjaan)
Cara yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan
selama proses kain berlangsung terkadang tidak sesuai dengan
standar operasional prosedur sehingga menyebabkan kecacatan
pada produk di PT Ocean Asia Industry. Pemrosesan yang tidak
sesuai dengan standar operasional disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dari para tenaga kerja di PT Ocean Asia Industry dan
kelalaian leader dan supervisor dalam memberikan pelatihan
kepada karyawan.
d. Machine (Mesin Yang Digunakan)
Mesin yang digunakan dalam melakukan pemrosesan kain
terkadang memiliki hambatan yaitu kerusakan. Kerusakan mesin
disebabkan oleh kurangnya perawatan dari bagian engineering.
Mesin yang digunakan harus melakukan perawatan secara berkala
agar tetap berjalan dengan baik dan lancar. Kerusakan mesin akan
menyebabkan kain terkena reject creasmark atau kain bergaris
putih dan bruise place atau kain menjadi bergaris karena
kemacetan yang terjadi pada mesin. Ketika mesin yang digunakan
rusak akan menghambat pemrosesan kain dan memperlambat
waktu dalam memproses kain.
BAB V
PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

5.1 Tingkat Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry


Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data kecacatan produk melalui
wawancara dan dokumentasi yang dilakukan pada pagi hari, siang hari serta sore
hari untuk meyakinkan bahwa data yang diambil adalah data yang akurat. Dalam
penelitian ini, data mengenai kecacatan produk diambil dalam bentuk wawancara
dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada narasumber bernama Bapak Dede
Maman selaku supervisor bagian Quality Control. Peneliti melakukan wawancara
terlebih dahulu kemudian melakukan pengambilan data tertulis.
Melalui proses wawancara, dapat diperoleh bahwa kecacatan di PT Ocean
Asia Industry meningkat pada setiap bulannya. Hal ini terbukti dari hasil data
tertulis yang ada di PT Ocean Asia Industry dan wawancara yang dilakukan oleh
peneliti kepada narasumber. Jawaban yang diterima sama walaupun berbeda
waktu. Seperti yang terlihat pada BAB IV dalam Tabel 4.12 kecacatan warna
adalah kecacatan yang paling tertinggi terjadi setiap bulannya. kecacatan warna
hingga 528 unit di PT Ocean Asia Industry. Melalui data kecacatan produk dalam
setiap bulan dapat disimpulkan bahwa kecacatan warna tertinggi ada pada bulan
April dan kecacatan kualitas fisik kain selain warna ada pada bulan September
2015. Target kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry adalah dibawah 1%
dalam setiap bulannya dan dalam setiap jenis kecacatannya. Namun berdasarkan
Tabel 5.1 tidak ada yang dibawah 1%. Keseluruhan kecacatan diatas 1%. Dalam
hal ini dapat disimpulkan bahwa PT Ocean Asia Industry belum mencapai target
dalam kecacatan produk. Tingkat kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry
sangat tinggi, hal ini terbukti dari persentase data kecacatan pada Tabel 5.1 bahwa
rata-rata kecacatan diatas 1%. Kecacatan tertinggi dalam analisa menggunakan
check sheet ada pada kecacatan warna. Kecacatan warna ini terus meningkat dan
menurun namun tetap mengisi angka dalam setiap bulan, seperti yang terlihat
pada analisa dibawah ini :
Tabel 5.1 Data Kecacatan Produk Tahun 2015

Melalui tabel 5.1 mengenai data kecacatan produk, peneliti akan mudah
untuk melihat data ringkas dari kecacatan produk dalam setiap bulannya di PT
Ocean Asia Industry. Selanjutnya peneliti melakukan penghitungan untuk
pembuatan diagram histogram. Perhitungan tersebut dibagi menjadi dua yaitu
kecacatan warna dan kecacatan kualitas fisik.

1) Kecacatan Warna
a. Range = 100(data tertinggi)-12(data terendah) = 88
Range = 88
b. K = 1 + 3.3 log 12
1 + 3.3 (1.07)
K = 4.531
c. P = R / K
= 88 / 4.531
P = 19.4
Maka akan dibuat 5 Kelas dengan Interval 20 (hasil pembulatan dari 19.4).
Tabel 5.2 Perhitungan Data Kecacatan Warna
NO UNIT FREKUENSI
1. 12 - 31 4
2. 32 - 50 5
3. 51 - 69 0
4. 70 - 89 2
5. 90 - 110 1

Melalui data tersebut maka diperoleh diagram histogram mengenai


kecacatan warna di PT Ocean Asia Industry adalah sebagai berikut :

KECACATAN WARNA
6

4
KECACATAN WARNA
3

0
12-31 32-50 51-69 70-89 90-110

Gambar 5.1 Diagram Histogram Kecacatan Warna

Seperti yang telah dilihat diatas, dianalisa menggunakan diagram


histogram bahwa kecacatan yang ada diangka 12 unit – 31 unit adalah sebanyak 4,
kemudian dari data 32 unit - 50 unit adalah sebanyak 5, 51 unit – 69 unit adalah
sebanyak 0, 70 unit hingga 89 unit sebanyak 2 dan 90 unit hingga 110 unit
sebanyak 1.

2) Kecacatan Kualitas Fisik


a. Range = 41(data terbesar) – 7(data terendah)
Range = 34
b. K = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 12
= 1 + 3.3 (1.07)
K = 4.531
c. P = R / K
P = 34 / 4.531
P = 7.50
Dari perhitungan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa akan dibuat
sebanyak 5 kelas dengan interval kelas adalah 7 (pembulatan dari 7.50).
perhitungan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 5.3 Perhitungan Data Kecacatan Kualitas Fisik


NO UNIT FREKUENSI
1. 7 - 13 1
2. 14 - 20 3
3. 21 - 27 2
4. 28 - 34 4
5. 35 - 41 2

Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa kecacatan dari 7 unit hingga 13
unit adalah sebanyak 1, kecacatan dari 14 unit hingga 20 unit adalah 3, kecacatan
dari 21 unit hingga 27 unit adalah sebesar 2, dari 28 unit hingga 34 unit adalah 4,
dan 35 unit hingga 41 unit adalah sebanyak 2. Untuk lebih jelas mengenai
perhitungan data tersebut dapat dilihat dalam diagram histogram sebagai berikut :

KECACATAN KUALITAS FISIK


4

KECACATAN KUALITAS
FISIK
2

0
07-13 14-20 21-27 28-34 35-41
Gambar 5.2 Diagram Histogram Kecacatan Kualitas Fisik

Melalui diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa kecacatan kualitas


fisik tertinggi ada pada 28 unit – 34 unit. Unit terendah untuk kecacatan kualitas
fisik kain adalah sebanyak 7 unit dan unit tertinggi dalam kualitas kecacatan
kualitas fisik adalah sebanyak 41 unit. Untuk mengetahui data lebih rinci
mengenai kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry, dapat dilihat pada check
sheet dibawah ini.

Tabel 5.4 Check Sheet atau Lembar Isian Kecacatan Produk


Berdasarkan check sheet yang telah dibuat bahwa kecacatan warna
merupakan kecacatan yang selalu terjadi dalam setiap bulannya. Terlihat diatas
bahwa pada bulan 4 atau bulan April kecacatan warna ada 100 unit. Kecacatan
pada bulan April merupakan kecacatan warna tertinggi selama tahun 2015.
Kemudian terlihat bahwa total keseluruhan kecacatan tertinggi ada pada bulan
april yaitu sebanyak 141 unit produk cacat. Untuk kecacatan selain warna dapat
terlihat ada kecacatan color stain (noda warna) sebanyak 12 unit pada bulan 9 atau
bulan September dan kecacatan creasmark (kain bergaris putih) pada bulan 7 atau
bulan Juli.
Dalam diagram check sheet dan histogram dapat diketahui bahwa tingkat
kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry meningkat dan menurun dalam
setiap bulannya. Dan kecacatan tertinggi ada pada jenis kecacatan warna. Dari
target perusahaan dibawah 1% mengenai kecacatan produk, perusahaan tersebut
belum mencapai targetnya.

5.2 Jenis-Jenis Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry


Data jenis kecacatan sesuai dengan data kecacatan yang diperoleh dari
bagian Quality Control PT Ocean Asia Industry adalah sebagai berikut :
n) Color Reject atau kecacatan warna yang tidak sesuai dengan standar.
Kecacatan karena warna tidak sesuai dengan standar ini disebabkan
oleh kelalaian color matcher (pengamat warna) dalam melakukan
pengecekan warna di departemen pencelupan (dyeing). Ketika warna
tidak sesuai dengan standar maka bagian quality control melakukan
pengecekan dan tindakan reject yang kemudian akan dikembalikan
ulang kepada bagian produksi.
o) Miss Print, kecacatan dari departemen printing dikarenakan
kelengahan operator dalam mencampurkan warna dan memberikan
warna pada kain. Kecacatan ini berupa ada salah satu desain yang tidak
terkena warna obat kain printing.
p) Hole, kecacatan ini berupa bolong pada kain. Kecacatan bolong ini
dapat dikarenakan dari departemen knitting dan dapat pula dikarenakan
dari departemen dyeing. Dari departemen knitting biasanya disebabkan
oleh rapuhnya benang dan patah jarum, sedangkan dari departemen
pencelupan (dyeing) biasanya disebabkan oleh obat keras untuk kain
yang tidak larut ketika proses pencampuran (mixing).
q) Creasmark, kecacatan yang disebabkan oleh departemen dyeing. Kain
yang terlalu lama menunggu untuk dikeringkan (hydro) akan
menyebabkan garis pada kain. Garis garis tersebut terbentuk karena
kain yang basah terlipat dan tertumpuk menjadi satu. Hingga
menyebabkan kain creasmark atau bergaris.
r) Uneven, kecacatan belang pada kain. Kecacatan ini terjadi dari
departemen pencelupan. Sebelum mencelup kain, harus memastikan
bahwa dyestuff atau campuran obat harus larut dengan baik. Ketika
obat tidak larut dengan baik dan pencampuran warna tidak baik maka
akan menyebabkan belang (uneven) pada kain.
s) Needle Line atau garis jarum, kecacatan ini terjadi dari departemen
knitting yang disebabkan oleh patah jarum. Jarum patah dan operator
lengah dapat menyebabkan needle line pada kain. Needle line berupa
garis panjang dan terlihat seperti kurang 1 atau beberapa benang.
t) Stains atau noda, adalah kecacatan yang terjadi karena adanya noda
pada kain. Noda dapat disebabkan karena obat warna pada kain, dapat
disebabkan oleh kotor dan dapat pula disebabkan oleh kurang
ketelitian operator ketika memindahkan kain atau trolley yang kurang
tertutup.
u) Bruise Place adalah kecacatan produk yang disebabkan karena ketika
proses pencelupan kain, ada kemacetan pada mesin. Kemacetan pada
mesin tersebut mengakibatkan cacat pada kain dan berbekas sehingga
kain terlihat seperti garis putih karena kuatnya tarikan yang dilakukan
operator ketika mesin macet.
v) Oil Stains atau noda oli. Noda oli disebabkan oleh bagian knitting atau
perajutan. Oli tersebut adalah oli pelumas untuk melakukan perajutan
dari benang menjadi kain. Kemungkinan penyebab kain terkena noda
oli ini adalah ketika melakukan pengisian oli pada mesin, operator
tidak memperhatikan kebersihan tangan setelah selesai melakukan
pengisian, dapat disebabkan pula karena oli tersebut mengenai kain
mentah yang telah dirajut.
w) Hairy atau kain berbulu. Kecacatan ini disebabkan oleh kain yang
terajut dari kualitas benang yang kurang baik. Selain itu kecacatan
produk kain yang menyebabkan berbulu adalah karena ketika
melakukan pemrosesan kain tidak teliti, dapat juga disebabkan oleh
obat yang digunakan adalah obat yang kurang baik untuk membakar
bulu pada kain.
x) Handfeel atau reject karena permukaan bahan yang tidak sesuai
dengan standar. Kain yang reject dengan kecacatan ini dapat
disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian ketika proses pembuatan
kain. Handfeel yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan akan
ditolak oleh bagian quality control dan dikembalikan ke bagian
produksi untuk melakukan proses ulang (rework).
y) Shading atau permukaan warna kain yang berbeda antara sisi kanan
dan kiri serta sisi atas dan bawah. Proses pewarnaan yang kurang rata
ini dapat disebabkan oleh bagian finishing yang terkadang temperatur
tidak sesuai dengan standar. Temperatur pada bagian finishing
terkadang naik dan terkadang ketika proses penyetrikaan kain sedang
berjalan akan turun dengan sendirinya. Hal ini menyebabkan shading
atau warna berbeda pada sisi kanan dan kiri kain.
z) Neps atau debu benang yang ikut terajut ke kain. Ketika melakukan
perajutan, bagian perajutan kurang memperhatikan mengenai
kebersihan yang ada disekitar lingkungan bagian perajutan. Sehingga
menyebabkan debu benang yang ikut terajut pada kain dan
mengakibatkan kain berbintik-bintik karena debu benang.

Dalam penelitian ini dari ketiga belas jenis kecacatan, penulis hanya akan
meneliti 1 jenis kecacatan dengan menggunakan seven tools yaitu kecacatan
warna. Karena kecacatan warna merupakan kecacatan terbesar selama tahun 2015.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa jenis
kecacatan produk dapat berubah-ubah sesuai dengan jenis kecacatan yang terjadi
pada setiap bulannya. Namun karena keterbatasan waktu maka narasumber hanya
memberikan informasi 13 jenis kecacatan produk kepada peneliti. Kecacatan
tersebut dapat berasal dari bagian perajutan (knitting), bagian pencelupan
(dyeing), bagian penyelesaian (finishing) dan bagian percetakan (printing).
Kecacatan dari bagian knitting diantaranya adalah hole (bolong), Oil Stain (Noda
Oli), Neps (Debu) dan Needle Line (Patah Jarum). Kecacatan yang diperoleh dari
departemen dyeing (pencelupan) diantaranya Color Reject (Warna yang tidak
sesuai), Color Stain (noda warna), Bruise Place (Kain bergaris yang disebabkan
karena mengalami kemacetan pada mesin), Stain (Noda) dan Uneven (Belang).
Dan kecacatan yang diperoleh dari departemen finishing diantaranya Creasmark
(Kain bergaris karena terlalu lama menunggu dikeringkan), Handfeel (Permukaan
kain yang terasa tidak sesuai dengan standar), Shading (warna kain antara kanan
dan kiri serta atas dan bawah tidak sama).

5.3 Jenis Kecacatan Terbanyak di PT Ocean Asia Industry


Jenis kecacatan yang paling banyak terjadi adalah jenis kecacatan warna
yaitu sebanyak 528 unit. Untuk mengetahui jenis kecacatan terbanyak di PT
Ocean Asia Industry, peneliti menggunakan diagram pareto seperti yang dapat
terlihat dibawah ini.
Gambar 5.3 Diagram Pareto Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry

Gambar 5.4 Control Chart Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry

Data yang digunakan untuk menganalisa dengan diagram pareto tersebut


merupakan data yang diperoleh dari Tabel 4.13 mengenai data jenis kecacatan
produk. Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa kecacatan warna merupakan
kecacatan terbesar diantara kecacatan lainnya. Kecacatan warna berada pada
angka 62.9%. sedangkan kecacatan lainnya berada pada angka dibawah 20%.
Oleh sebab itu, usulan perbaikan serta analisis difokuskan pada kecacatan warna.
Berdasarkan control chart dinyatakan bahwa kecacatan warna tidak
terkontrol pada titik ke tiga, empat, lima, delapan dan pada titik ke 10 yaitu pada
bulan Maret, April, Mei, Agustus dan Oktober kecacatan warna sangat tinggi.
Dalam analisa menggunakan control chart, batas atas dan batas bawah berubah–
ubah karena sample berbeda-beda jumlahnya dalam setiap bulan.

5.4 Penyebab Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry


Untuk mengetahui penyebab kecacatan warna yang terjadi di PT Ocean
Asia Industry peneliti menggunakan diagram tulang ikan atau yang biasa disebut
dengan fishbone. Teori tersebut merupakan teori ishikawa dan digunakan ketika
zaman perang. Diagram tulang ikan ini untuk mengetahui sebab akibat dari
kecacatan warna yang terjadi di PT Ocean Asia Industry.
Berikut ini merupakan analisa kecacatan produk dengan menggunakan
metode diagram tulang ikan :

Gambar 5.5 Diagram Tulang Ikan Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry

Setelah peneliti menggunakan diagram tulang ikan untuk meneliti


mengenai kecacatan warna, selanjutnya peneliti melakukan analisis menggunakan
diagram tebar (scatter diagram) sebagai berikut :
KECACATAN WARNA
2500
2000
1500 KECACATAN WARNA

1000
500
0
0 20 40 60 80 100 120

Gambar 5.6 Diagram Tebar Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry

Melalui diagram tebar, maka dapat disimpulkan bahwa kecacatan warna


tidak berkaitan dengan total produksi pada setiap bulannya. seperti terlihat pada
gambar 5.6 titik terlihat acak. Maka dapat disimpulkan bahwa kecacatan warna
tidak berhubungan dengan total produksi.
Analisa menggunakan diagram tulang ikan (fishbone) pada gambar 5.5
bahwa kecacatan warna disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut :
e. Man (Tenaga Kerja)
Kelalaian dari tenaga kerja di PT Ocean Asia Industry disebabkan oleh
kurangnya pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada tenaga kerja tersebut.
Pendidikan dan pelatihan yang kurang akan menyebabkan kurangnya ilmu
pengetahuan yang diperoleh oleh tenaga kerja PT Ocean Asia Industry.
Pendidikan dan pelatihan harus diberikan oleh leader dan supervisor dalam
masing-masing bagian. Selain pendidikan dan pelatihan, penyebab kecacatan
disebabkan oleh kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh leader dan
supervisor. Kurangnya pengawasan ini terkadang disebabkan oleh banyaknya
tanggung jawab yang diberikan oleh manajer kepada leader dan supervisor
sehingga terjadi kelalaian yang dilakukan oleh para leader dan supervisor.
f. Material (Bahan Baku)
Bahan baku yang digunakan dalam pemrosesan kain terkadang
menggunakan bahan baku yang berkualitas kurang baik. Bahan baku yang
berkualitas kurang baik dapat menyebabkan sulitnya melakukan pemrosesan kain
untuk mencapai standar yang telah ditentukan oleh pelanggan. Pemrosesan akan
dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan kain yang sesuai dengan
standar.
g. Method (Cara Melakukan Pekerjaan)
Cara yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan selama proses kain
berlangsung terkadang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur sehingga
menyebabkan kecacatan pada produk di PT Ocean Asia Industry. Pemrosesan
yang tidak sesuai dengan standar operasional disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dari para tenaga kerja di PT Ocean Asia Industry dan kelalaian
leader dan supervisor dalam memberikan pelatihan kepada karyawan.
h. Machine (Mesin Yang Digunakan)
Mesin yang digunakan dalam melakukan pemrosesan kain terkadang
memiliki hambatan yaitu kerusakan. Kerusakan mesin disebabkan oleh kurangnya
perawatan dari bagian engineering. Mesin yang digunakan harus melakukan
perawatan secara berkala agar tetap berjalan dengan baik dan lancar. Kerusakan
mesin akan menyebabkan kain terkena reject creasmark atau kain bergaris putih
dan bruise place atau kain menjadi bergaris karena kemacetan yang terjadi pada
mesin. Ketika mesin yang digunakan rusak akan menghambat pemrosesan kain
dan memperlambat waktu dalam memproses kain.
Gambar 5.7 Alur Proses Kerja (Flow Chart) PT Ocean Asia Industry

Dengan menganalisa kecacatan yang terjadi selama tahun 2015 di PT


Ocean Asia Industry, penulis dapat memberikan solusi untuk kecacatan yang
terjadi di PT Ocean Asia Industry melalui Diagram Scatter dan Alur Proses.
Melalui kedua diagram tersebut, penulis mengetahui permasalahan yang terjadi
dan bagaimana untuk mencegah demi masa depan perusahaan.
Melalui alur proses kerja diatas, dapat diketahui kecacatan dapat
disebabkan dari tiga departemen. Yaitu departemen knitting, dyeing dan
departemen finishing. Dari keseluruhan departemen, kecacatan produk disebabkan
oleh kelalaian operator dalam melakukan perajutan kain. Ketika pekerjaan
dilakukan tidak sesuai dengan prosedur maka akan menghasilkan kain yang tidak
sesuai dengan standar (non conforming product). Kecacatan dari departemen
knitting diantaranya adalah hole (bolong), Oil Stain (Noda Oli), Neps (Debu) dan
Needle Line (Patah Jarum). Kecacatan yang diperoleh dari departemen dyei ng
diantaranya Color Reject (Warna yang tidak sesuai), Color Stain (noda warna),
Bruise Place (Kain bergaris yang disebabkan karena mengalami kemacetan pada
mesin), Stain (Noda) dan Uneven (Belang). Dan kecacatan yang diperoleh dari
departemen finishing diantaranya Creasmark (Kain bergaris karena terlalu lama
menunggu dikeringkan), Handfeel (Permukaan kain yang terasa tidak sesuai
dengan standar), Shading (warna kain antara kanan dan kiri serta atas dan bawah
tidak sama).
BAB VI
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya di PT Ocean
Asia Industry mengenai kecacatan produk, peneliti menyimpulkan mengenai
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisa menggunakan diagram histogram kecacatan produk
di PT Ocean Asia Industry mengenai kecacatan warna tertinggi ada pada
angka 110 unit dan kecacatan kualitas fisik ada pada unit 28 – 34.
Berdasarkan hasil analisa menggunakan check sheet, kecacatan warna
merupakan kecacatan terbesar selama tahun 2015. Berdasarkan hasil
analisa dengan kedua metode tersebut bahwa tingkat kecacatan produk,
meningkat dan menurun dan tidak berhubungan dengan produksi dalam
setiap bulannya.
2. Jenis kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry adalah sebanyak 13
jenis diantaranya kecacatan warna, hole (bolong), Oil Stain (Noda Oli),
Neps (Debu), Needle Line (Patah Jarum), Color Stain (noda warna),
Bruise Place (Kain bergaris yang disebabkan karena mengalami
kemacetan pada mesin), Stain (Noda), Uneven (Belang), Creasmark
(Kain bergaris karena terlalu lama menunggu dikeringkan), Handfeel
(Permukaan kain yang terasa tidak sesuai dengan standar) dan Shading
(warna kain antara kanan dan kiri serta atas dan bawah tidak sama).
3. Kecacatan terbanyak berdasarkan hasil analisa menggunakan diagram
pareto adalah kecacatan warna. Kecacatan warna berada pada angka
62.9% lebih tinggi dari pada kecacatan lainnya.
4. Analisa menggunakan fishbone mengenai kecacatan warna bahwa
kecacatan warna tersebut disebabkan oleh :
a. Kelalaian dari tenaga kerja.
b. Bahan baku yang digunakan tidak sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.
c. Cara yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan tidak sesuai
dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan.
d. Mesin yang digunakan kurang perawatan sehingga mengalami
kerusakan atau kemacetan ketika digunakan.

6.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah sebagai
berikut :
1. Sebaiknya PT Ocean Asia Industry menganalisa menggunakan control chart
dalam setiap bulannya agar terlihat lebih jelas bahwa kecacatan yang terjadi
merupakan diluar batas kendali.
2. Diharapkan agar perusahaan dapat lebih memperhatikan mengenai analisa
kecacatan produk tersebut, agar dapat dikendalikan dengan mudah.
3. Quality control sebagai bidang pengawasan produk dan pengendalian
produk harus lebih teliti dan melakukan pemeriksaan lebih ketat terhadap
produk yang belum jadi bukan hanya produk yang sudah jadi.
4. Membutuhkan quality control dalam setiap departemen, untuk mencegah
terjadinya kain yang ditolak ketika selesai melakukan proses.
5. Sumber Daya Manusia harus diberikan ilmu pengetahuan serta pelatihan dan
pendidikan demi kelancaran proses produksi. Dengan sumber daya manusia
yang pandai, maka akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal.
6. Diharapkan tidak terlalu sering melakukan penggantian pada bahan baku
serta bahan pendukung proses produksi agar menghasilkan produk yang
maksimal dengan waktu yang singkat. Di PT Ocean Asia Industry seringkali
terjadi melakukan penggantian bahan baku, sehingga harus dilakukan
pemrosesan ulang dan membutuhkan waktu yang sangat lama.
7. Bagian yang mendukung kelancaran proses produksi, harus memberikan
pelayanan yang terbaik untuk kelancaran proses produksi agar memperoleh
kelancaran produksi dan ketepatan waktu yang sesuai dengan permintaan
konsumen (customer).
8. Melakukan perawatan mesin secara rutin dan berkala. Mesin yang
digunakan dalam kelancaran proses produksi harus memenuhi standar dan
harus dilakukan kalibrasi pada mesin timbangan setiap tanggal yang telah
ditetapkan. Pemeliharaan dan perawatan mesin sangat dianjurkan untuk
mendukung kelancaran proses produksi.
9. Berusaha untuk memberikan pelatihan mengenai prosedur dan cara kerja
yang baik dan benar untuk kelancaran proses produksi.
DAFTAR PUSTAKA

Ramdhani, Ali Moh. 2014, Manajemen Operasi. Bandung : CV Pustaka Setia.

Gitosudarmo, Indriyo. 2007, Manajemen Pemasaran. Yogyakarta : BPFE.

Rusdiana H. A. 2014, Manajemen Operasi. Bandung : CV Pustaka Setia.

Assauri, Sofyan. 2008, Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : Lembaga


Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Tampubulon, Manahan P. 2014, Manajemen Operasi & Rantai Pemasok. Jakarta :


Mitra Wacana Media.

Shinde, Valas B., Varsha M. Magar. 2014, Application of 7 Quality Control


(7QC) tools for Continuous Improvement of Manufacturing Processes.
Mumbai, India : Mumbai University.

Sugijopranoto, Erna., Yoanna Fransischa. 2014, Peningkatan Kualitas Kantong


Plastik Dengan Metode Seven Steps Menggunakan Old dan New Seven
Tools Di PT Asia Cakra Ceria Plastik Surakarta. Yogyakarta :
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Ivanto, Muhammad. 2012, Pengendalian Kualitas Produksi Koran Menggunakan


Seven Tools pada PT Akcaya Pariwara Kabupaten Kubu Raya. Kubu
Raya : Universitas Tanjungpura.

Yamit, Zulian. 2013, Manajemen Kualitas Produk & Jasa. Yogyakarta : Ekonisia.

Lexy, Moleong J. 2005, Motode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


RosdaKarya.

Sugiyono. 2009, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung
: Alfabeta.

Garna, Judistira K. 2009, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Pustaka


Setia.

Sugiyono. 2014, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama saya Kristina Mungnay, saya lahir di Serang


pada tanggal 10 Agustus 1994. Saya adalah anak dari
pasangan Hartono Hendrawan dengan Winarti. Saya
beragama islam dan kewarganegaraan Indonesia.
Saya tinggal di Cikande Permai Blok D2 No. 11 Ds.
Cikande Kab. Serang, Banten. Adapun riwayat
pendidikan saya adalah saya sekolah Taman Kanak-
kanak di TK Jaya Cikande pada tahun 1999-2000,
kemudian melanjutkan studi ke SDN Cikande permai
dari tahun 2000 hingga 2006. Setelah pendidikan
dasar saya melanjutkan ke SMPN 1 Cikande dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dan SMKN 1 Serang pada tahun 2009
hingga 2012. Setelah itu saya melanjutkan studi di STIE Bina Bangsa dari tahun
2012 hingga sekarang. Selain itu pendidikan non formal yang pernah saya ikuti
adalah Kursus Bahasa Inggris di Eltisi dari tahun 2004 hingga 2006, Madrasah
Islam Nurul Jihad dari tahun 1999-2006.

Saya bekerja di PT Ocean Asia Industry sejak Oktober 2012 hingga sekarang.
Saya bekerja di bagian quality control. Sebelum bekerja di PT Ocean Asia
Industry saya pernah bekerja di STIE Bina Bangsa Sebagai Sekretaris ketua
yayasan. Prestasi yang pernah saya raih adalah Juara Harapan 1 Lomba Mewarnai
Tingkat Nasional untuk TK Tahun 2000, Juara Harapan 1 Olimpiade Matematika
Tingkat Kecamatan Tahun 2004, Juara 3 Lomba Sekretaris Tingkat Nasional
Tahun 2012, Wakil II Kang & Nong Kota Serang Tahun 2012 dan Juara 2
Basketball Putri pada Porkab (Pekan Olahraga Kabupaten) Tahun 2011.
Organisasi yang saya ikuti hingga saat ini adalah Garuda Muda Basketball
Cikande.

Anda mungkin juga menyukai