SKRIPSI
OLEH:
KRISTINA MUNGNAY
11120599
JURUSAN : MANAJEMEN
KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI
PROGRAM PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
KRISTINA MUNGNAY
11120599
JURUSAN : MANAJEMEN
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Skripsi yang saya kutip dari hasil
karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaidah dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Skripsi ini bukan hasil
karya saya sendiri atau adanya PLAGIAT dalam bagian tertentu, saya bersedia
menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik yang telah saya peroleh dan
sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan.
Materai 6000
Kristina Mungnay
NPM : 11120599
PERSETUJUAN PEMBIMBING
DIPERSYARATKAN UNTUK UJIAN SIDANG SKRIPSI
SKRIPSI
ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS
DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY CIKANDE – SERANG
KRISTINA MUNGNAY
NPM : 11120599
JURUSAN : MANAJEMEN
KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)
Pembimbing I Pembimbing II
Ketua Sekretaris
SKRIPSI
ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS
DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY CIKANDE – SERANG
KRISTINA MUNGNAY
NPM : 11120599
JURUSAN : MANAJEMEN
KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)
Skripsi Telah Diterima dan Dinyatakan :
LULUS
Dengan Nilai Huruf : A/B/C
Oleh Dewan Penguji Dalam Sidang Program Sarjana (S1)
Jurusan Manajemen Operasi Produksi pada Hari…… Tanggal ….. Tahun…..
Serang, Tanggal…….
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua STIE Bina Bangsa
SKRIPSI
ANALISIS KECACATAN PRODUK DENGAN METODE SEVEN TOOLS
DI PT OCEAN ASIA INDUSTRY CIKANDE – SERANG
KRISTINA MUNGNAY
NPM : 11120599
JURUSAN : MANAJEMEN
KONSENTRASI : MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)
Skripsi Telah Diterima dan Dinyatakan :
LULUS
Dengan Nilai Huruf : A/B/C
Oleh Dewan Penguji Dalam Sidang Program Sarjana (S1)
Jurusan Manajemen Operasi Produksi pada Hari…… Tanggal ….. Tahun…..
Serang, Tanggal…….
Pembimbing I Pembimbing II
TEAM PENGUJI
KRISTINA MUNGNAY
11120599
ABSTRACT
This study was conducted to know about level of defect product in PT
Ocean Asia Industry, knowing about kind of defect product in PT Ocean Asia
Industry, knowing about most of defect product and cause of defect product in PT
Ocean Asia Industry. Target of defect product should be below 1% but in PT
Ocean Asia Industry defect product always over than 1%.
Method of research is qualitative method with case study. Procedure of
research using Spradley theory that was build in 12 steps. Data was taken by
observation, interview, documentation and literature review. Validity of data was
did by triangulation.
There are 13 kinds of defect product in PT Ocean Asia Industry. The
result of research using seven tools method, the highest is color defect. So, this
research focus only for color defect. Color defect has 62% or 528 unit during
2015. Defect cause by four things they are man, material, method and machine.
color defect is not related to total production in every month.
Most of defect product cause of less control from quality control
department. Defect product that was not control by the control chart in every
month, make employee lack of understanding about color defect knowledge so
they will not aware about color defect.
KRISTINA MUNGNAY
11120599
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kecacatan produk di PT
Ocean Asia Industry, jenis kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry, jenis
kecacatan terbanyak serta mengetahui penyebab kecacatan produk di PT Ocean
Asia Industry. Target kecacatan produk adalah dibawah 1% namun yang terjadi di
PT Ocean Asia Industry kecacatan produk selalu melebihi 1% dalam setiap
bulannya.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Prosedur penelitian menggunakan teori spradley
yaitu sebanyak 12 langkah. Pengambilan data dilakukan dengan observasi,
wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Keabsahan data dilakukan dengan
triangulasi.
Jenis kecacatan di PT Ocean Asia Industry sebanyak 13 jenis. Hasil dari
penelitian menggunakan seven tools, diperoleh kecacatan tertinggi ada pada
kecacatan warna. Maka penelitian ini fokus pada kecacatan warna. Kecacatan
warna berada pada angka 62% atau sebanyak 528 unit pada tahun 2015.
Kecacatan yang terjadi disebabkan oleh empat hal yaitu man, material, method
dan machine. Kecacatan tersebut tidak berhubungan dengan total produksi ditiap
bulannya.
Sebagian besar kecacatan produk disebabkan karena kurangnya
pengawasan yang dilakukan oleh bagian quality control. Kecacatan yang tidak
dikontrol dengan control chart dalam setiap bulannya menyebabkan karyawan
kurang memahami bahwa kecacatan warna tidak terkontrol dengan baik sehingga
mengabaikan kecacatan warna yang terjadi.
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi yang berjudul : Analisis Kecacatan Produk dengan Metode
Seven Tools, Survei di PT Ocean Asia Industry Cikande. Skripsi ini ditulis dalam
rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Manajemen (S.M) Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bina Bangsa
Banten.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada
semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi
dalam penyelesaian Skripsi ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang Terhormat :
1. Bapak DR. H. Furtasan Ali Yusuf, SE., S. Kom., MM selaku Ketua Yayasan
STIE Bina Bangsa.
2. Bapak Budi Ilham Maliki, S. Pd., MM selaku Pembantu ketua 1 Bidang
Akademik.
3. Bapak Drs. Gatot Hartoko, M. Si Selaku pembantu ketua II Bidang Umum
dan Keuangan.
4. Bapak Drs. A. R. Chaerudin, MM selaku pembantu ketua III Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni.
5. Ibu Nani Rohaeni, SE., MM selaku Ketua Jurusan Manajemen.
6. Bapak Ende, S.T., MAB selaku Sekretaris Jurusan Manajemen dan Dosen
Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan selama penyusunan
Skripsi ini dari awal hingga Skripsi ini dapat diselesaikan.
7. Bapak Abdul Aziz, S. Pd., I, MM selaku Pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan selama penyusunan Skripsi ini dari awal
hingga Skripsi ini dapat diselesaikan.
8. Mr. King Ping Chan, selaku Manajer QC yang telah mengijinkan penulis
untuk melakukan penelitian.
9. Bapak Hartono Hendrawan dan Ibu Winarti, selaku orang tua yang telah
mendukung aktivitas penulis selama penyusunan skripsi.
10. Ahmad Zahrawani, S. Sos, selaku calon suamiku yang telah mendukung
penuh dalam segala kegiatan selama penyusunan skripsi dan memberikan
jalan untuk mendapatkan sumber-sumber informasi yang bermanfaat untuk
penulis dalam penyusunan skripsi.
11. Ulfathul Mardiah, selaku sahabat yang telah mendukung kelancaran
penyusunan skripsi.
12. Cery Anisah, A. Md, selaku sahabat yang telah mendukung kelancaran
penyusunan skripsi.
13. Dimas Setyo Perdana, selaku sahabat yang telah mendukung kelancaran
dalam penyusunan skripsi ini.
14. Karyawan bagian Color Team PT Ocean Asia Industry yang telah
mendukung penuh dan memberikan pencerahan untuk pengambilan data
informasi dalam penelitian skripsi sehingga penulis berhasil mendapatkan
data dengan mudah.
Laporan ini disusun sebagai tugas akhir dari kegiatan penelitian dan
sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana
Manajemen (S.M) dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bina Bangsa
Banten.
Laporan ini diharapkan dapat membantu penulis untuk mempermudah
dalam pelaksanaan Bimbingan Tugas Akhir. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh Mahasiswa/I STIE Bina
Bangsa.
Cikande, 29 Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan………………………………………………………….. i
Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi………………………………………..iv
Abstrak………………………………………………………………………... v
Kata Pengantar……………………………………………………………….. vii
Daftar Isi………………………………………………………………………. vi
Daftar Tabel…………………………………………………………………... viii
Daftar Gambar………………………………………………………………...ix
Daftar Lampiran………………………………………………………………x
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………... 1
1.2 Fokus dan Subfokus Penelitian……………………………………… 5
1.3 Pertanyaan Penelitian………………………………………………... 6
1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………………………. 6
BAB II KAJIAN TEORITIK…………………………………………………8
2.1 Deskripsi Konseptual……………………………………………. 8
2.1.1 Pengertian Produk…………………………………………….. 8
2.1.2 Pengenalan Bahan Tekstil…………………………………….. 9
2.1.3 Pengertian Kualitas………………………………………….... 12
2.1.4 Manajemen Kualitas/Manajemen Mutu……………………… 13
2.1.5 Pengendalian Kualitas………………………………………… 14
2.1.6 Pentingnya Pengendalian Mutu………………………………. 16
2.1.7 Seven Tools……………………………………………………. 17
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan………………………………………... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 29
3.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian…………………………………. 38
3.1.1 Tinjauan Organisasi…………………………………………... 38
3.2.2 Sejarah Singkat Berdirinya PT Ocean Asia Industry………… 38
3.2 Struktur Organisasi dan Tugas Pokok……………………………….... 39
3.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab…………………………………... 40
3.2.2 Visi PT Ocean Asia Industry…………………………………. 42
3.2.3 Misi PT Ocean Asia Industry…………………………………. 42
3.2.4 Tujuan Perusahaan……………………………………………. 42
3.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………... 45
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………… 45
3.5 Latar Penelitian…………………………………………………….. 45
3.6 Metode dan Prosedur Penelitian…………………………………… 46
3.7 Data dan Sumber Data……………………………………………... 48
3.8 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data…………………………... 48
3.9 Prosedur Analisis Data……………………………………………... 50
3.10 Pemeriksaan Keabsahan Data…………………………………….. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………… 60
4.1 Gambaran Umum Tentang Latar Penelitian……………………….. 60
4.2 Temuan Penelitian…………………………………………………. 60
BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN………………………... 76
5.1 Tingkat Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry……………. 76
5.2 Jenis-Jenis Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry………… 81
5.3 Jenis Kecacatan Terbanyak di PT Ocean Asia Industry…………… 84
5.4 Penyebab Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry………….. 86
BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI……………………………… 91
6.1 Simpulan …………………………………………………………..... 91
6.2 Rekomendasi………………………………………………………… 92
Lampiran – Lampiran…………………………………………………………..
Riwayat Hidup…………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Contoh Diagram Pareto…………………………………………….. 20
2.2 Contoh Diagram Histogram………………………………………... 21
2.3 Contoh Check Sheet………………………………………………... 23
2.4 Contoh Fishbone Diagram…………………………………………. 25
2.5 Contoh Scatter Diagram……………………………………………. 26
2.6 Contoh Diagram Alur Proses (Flow Chart)………………………... 28
2.7 Contoh Control Chart………………………………………………. 30
3.1 Struktur Organisasi PT Ocean Asia Industry………………………. 40
3.2 Tahapan Penelitian Kualitatif……………………………………… 50
3.3 Elemen Dalam Domain…………………………………………….. 52
3.4 Hasil Dari Analisis Taksonomi…………………………………….. 53
3.5 Uji Kredibilitas Data……………………………………………….. 55
3.6 Triangulasi Sumber………………………………………………… 57
3.7 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data……………………………. 57
3.8 Triangulasi Waktu Pengumpulan Data…………………………….. 58
5.1 Diagram Histogram Kecacatan Warna…………………………….. 78
5.2 Diagram Histogram Kecacatan Kualitas Fisik……………………... 80
5.3 Diagram Pareto Kecacatan Produk di PT Ocean Asia Industry…… 85
5.4 Control Chart Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry……… 85
5.5 Diagram Tulang Ikan Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry 86
5.6 Diagram Tebar Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry…….. 87
5.7 Alur Proses Kerja (Flow Chart) PT Ocean Asia Industry…………. 89
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Laporan Kecacatan Produk Tahun 2015…………………………… 4
2.1 Simbol Dalam Penyusunan Flow Chart……………………………. 27
2.2 Simbol Dalam Penyusunan Flow Chart (Lanjutan)………………... 28
2.3 Hasil Penelitian Yang Relevan…………………………………….. 30
2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)………………………… 31
2.5 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)………………………… 32
2.6 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)………………………… 33
2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)………………………… 34
2.8 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)………………………… 35
2.9 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)………………………… 36
2.10 Hasil Penelitian Yang Relevan (Lanjutan)……………………….. 37
4.1 Hasil Wawancara………………………………………………….. 61
4.2 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 62
4.3 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 63
4.4 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 64
4.5 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 65
4.6 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 66
4.7 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 67
4.8 Hasil Wawancara (Lanjutan)………………………………………. 68
4.9 Laporan Kecacatan Produk………………………………………… 70
4.10 Data Jenis Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry………… 73
4.11 Jenis Kecacatan Terbanyak di PT Ocean Asia Industry………….. 73
5.1 Data Kecacatan Produk Tahun 2015………………………………. 77
5.2 Perhitungan Data Kecacatan Warna……………………………….. 78
5.3 Perhitungan Data Kecacatan Kualitas Fisik………………………... 79
5.4 Check Sheet atau Lembar Isian Kecacatan Produk………………... 80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Permohonan Bimbingan......................................................................
2. Surat Permohonan Penelitian.......................................................................
3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan penelitian dari PT Ocean Asia
Industry.........................................................................................................
4. Lembaran Hasil Wawancara.........................................................................
5. Peta Proses Bisnis PT Ocean Asia Industry.................................................
6. Daftar Kehadiran Bimbingan.......................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini pelaku bisnis dalam industri di Indonesia menyadari akan
semakin berubahnya orientasi pelanggannya terhadap kualitas. Dalam persaingan
dunia industri yang semakin ketat, perusahaan harus dapat bertahan dan bersaing
dengan perusahaan sejenis. Oleh sebab itu, perusahaan harus dapat memenuhi
keinginan pelanggan dan berusaha untuk dapat mempertahankan pelanggan.
Komitmen dari perusahaan untuk terus mempertahankan kualitas dan keinginan
pelanggan adalah dengan diterapkannya berbagai sistem manajemen mutu ISO
dalam perusahaan, perusahaan telah mengalami perubahan dalam bidang kualitas.
Namun perusahaan tidak dapat berhenti begitu saja karena pada kenyataannya
masih terdapat produk yang belum sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan atau
produk cacat (defect product). Sejalan dengan kemajuan teknologi, dapat
diketahui bahwa konsumen menghadapi lebih banyak alternatif produk dengan
harga dan pemasok yang berbeda. Hal ini menjadi sebuah persoalan yang harus
diperhatikan perusahaan, terutama dalam hal penentuan pilihan produk yang akan
dibeli konsumen. Menurut Kotler, pelanggan selalu mencari nilai yang dianggap
paling tinggi dari beberapa produk atau jasa yang ada. Mereka membentuk
harapan tentang nilai yang akan diperoleh (value expectation). Berdasarkan nilai
tersebut, dapat diukur besarnya tingkat kepuasan yang dimiliki pelanggan.1
Pada kenyataannya, apabila hasil produksi/barang itu tidak dapat mencapai
dengan tepat tujuan untuk apa barang tersebut dimaksudkan atau dipergunakan,
ini tidak selalu berarti bahwa konsumen atau pembeli akan membuat keluhan-
keluhan kepada produsen. Hal ini terjadi, karena seperti kita ketahui bahwa
terdapat rantai distribusi antara konsumen dan produsen yang dapat menghalangi
pemindahan informasi atau penyampaian keluhan-keluhan ini. Sehingga apabila
1
Moh. Ali Ramdhani, Manajemen Operasi, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2014), Cet. Ke-1,
h. 216.
tidak terdapat kesesuaian/kecocokan akan tujuan yang diinginkan dari
penggunaan barang tersebut, maka biasanya konsumen atau pembeli akan pindah
membeli barang merek lain di pasar.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tidak mungkin dan tidaklah ada
gunanya apabila si produsen merasa dirinya sebagai konsumen atau orang yang
dapat menentukan kehendak/keinginan konsumen, terutama dalam menentukan
tujuan untuk apa barang tersebut dimaksudkannya. Hal ini perlu diperhatikan oleh
si produsen, karena ia menjual barang kepada pelanggan atau konsumen dan tidak
pada dirinya sendiri. Dengan demikian sudah tentu si produsen tidaklah dapat
menentukan begitu saja mutu yang bagaimana yang dibutuhkan dan yang akan
dihasilkannya. Yang sudah jelas adalah bahwa keinginan/selera antara pembeli
juga berbeda-beda, yang mungkin disebabkan karena perbedaan sifat daerah
asalnya atau tingkat sosialnya atau sebab lainnya. Akibat keadaan ini akan lebih
menyulitkan bagi pengusaha/produsen untuk memilih atau menentukan faktor
kualitas yang diminta oleh pembeli atau pelanggan. Hendaknya para produsen
selalu mengingat bahwa yang menjual barang-barang kepada pelanggan atau
konsumen tidak hanya dia sendiri, tetapi masih terdapat banyak produsen lain.
Oleh karena itu perlu adanya suatu dasar atas kebijakan yang diambilnya.
Dalam dunia bisnis, kualitas dapat ditempatkan sebagai alat yang sangat
ampuh dalam usaha mempertahankan bisnis suatu perusahaan. Kualitas pada
industri manufaktur selain menekankan pada produk yang dihasilkan, juga perlu
diperhatikan kualitas pada proses produksi. 2 Bahkan, yang terbaik adalah apabila
perhatian pada kualitas bukan pada produk akhir, melainkan proses produksinya
atau produk yang masih ada dalam proses (work in process), sehingga apabila
diketahui ada cacat atau kesalahan masih dapat diperbaiki. Seperti halnya dalam
PT Ocean Asia Industry, kecacatan produk diketahui ketika produk tersebut telah
selesai di produksi atau dalam keadaan sudah di selesaikan (finished good),
dengan ini kecacatan terkadang masih bisa diperbaiki dan adapula yang tidak bisa
diperbaiki atau c-grade. Jika produk yang dicek merupakan produk yang sudah
dalam keadaan siap kirim ( finished good) maka biaya produksi, waktu dan tenaga
2
Ibid, h. 216.
yang dihasilkan untuk melakukan rework akan lebih besar. Seharusnya produk
dapat diperhatikan dari mulai bahan baku atau sebelum produksi, ketika masih
dalam proses dan ketika finished good. Dengan demikian, produk akhir yang
dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan yang
harus dibayar mahal karena produk tersebut harus dibuang atau dilakukan
pengerjaan ulang. Hal ini dapat dicapai melalui penentuan metode-metode yang
dapat diterapkan, salah satunya adalah metode seven tools atau tujuh alat
perbaikan kualitas. Tujuh alat perbaikan kualitas (seven tools) merupakan
instrumen dari Total Quality Management untuk melengkapi usaha pencapaian
manajemen kualitas total (Total Quality Management). Alat perbaikan kualitas
tersebut diantaranya Rekaman Data(Check Sheet), Grafik antar Variabel (Scatter
Diagram), Diagram Tulang Ikan (Fishbone), Alur Proses (Flow Chart), Diagram
Pareto (Pareto Chart), Diagram Histogram (Histogram Chart), dan Peta Kendali
(Control Chart). 3
Untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik maka variasi yang
terjadi harus diperkecil. Untuk dapat menyelesaikan masalah cacat produk, tidak
semua penyebab dapat di atasi sekaligus, perusahaan harus mampu
mengidentifikasi masalah-masalah apa yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu.
Masalah kecacatan produk dalam PT Ocean Asia Industry merupakan hal yang
paling penting untuk diteliti, karena perusahaan tersebut sangat mendukung untuk
mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2015 yang merupakan sertifikat dalam sistem
manajemen kualitas. Pencapaian kesempurnaan kualitas perlu ditekankan di PT
Ocean Asia Industry. Banyak hal yang harus dipelajari oleh PT Ocean Asia
Industry mengenai pengendalian kualitas tersebut. Kepuasan pelanggan
merupakan hal yang diutamakan oleh perusahaan. Kepuasan pelanggan
merupakan salah satu tujuan perusahaan. Salah satu bentuk kepuasan pelanggan
adalah apabila kita dapat memberikan pelayanan terbaik salah satunya yaitu
kualitas terbaik. Kualitas terbaik yang diberikan merupakan produk tanpa
kecacatan (zero defect).
3
Manahan P. Tampubulon, Manajemen Operasi & Rantai Pemasok, (Jakarta : Mitra Wacana
Media, 2014), h. 101.
Pencapaian zero defect tidaklah mudah. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan, terutama akar permasalahan sebuah produk. Angka kecacatan di
PT Ocean Asia Industry masih dikatakan kurang dari sempurna dibandingkan
dengan produksi pada setiap bulannya. Angka kecacatan yang sangat besar dan
masih belum dikatakan sempurna, membuat penulis ingin meneliti lebih dalam
mengenai kecacatan produk yang terdapat di PT Ocean Asia Industry.
Sebagaimana diketahui pada tabel dibawah ini bahwa data kecacatan
selama satu tahun pada tahun 2015, kecacatan semakin meningkat. Jenis
kecacatan bervariasi, mulai dari kecacatan yang disebabkan oleh garis minyak
yang disebabkan oleh bagian perajutan, kecacatan yang disebabkan oleh warna,
kecacatan yang disebabkan oleh kualitas fisik kain yang tidak sesuai dengan
standar kualitas yang telah diberikan oleh pelanggan.
Tabel 1.1 Laporan Kecacatan Produk Tahun 2015
Dari fokus dan subfokus diatas, dapat ditarik pertanyaan dalam sebuah
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kecacatan produk yang terjadi di PT Ocean Asia Industry?
2. Ada berapakah golongan produk cacat pada kain di PT Ocean Asia Industry?
3. Jenis cacat manakah yang jumlahnya paling banyak?
4. Apa penyebab kecacatan sebuah produk kain di PT Ocean Asia Industry?
Pertanyaan penelitian akan menjadi acuan bagi penentuan tujuan
penelitian, penyusunan teori, penggunaan metode penelitian, pembahasan hasil
penelitian dan simpulan.
4
Indriyo Gitosudarmo, Manajemen Pemasaran, (Yogyakarta : BPFE, 2007) Cet. Ke-2, h. 215.
kimia yang berwujud yang dihimpun dalam suatu bentuk serupa dan yang telah
dikenal. Dalam pengertian secara luas produk adalah sekelompok sifat-sifat yang
berwujud dan tidak berwujud yang didalamnya sudah tercakup warna, harga,
kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan yang diberikan
kosumen dan pengecer yang dapat diterima konsumen sebagai kebutuhan. Dalam
buku Manajemen Pemasaran Edisi Kedua menerangkan bahwa produk adalah
segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia atau
masyarakat.5
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa produk
merupakan segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Produk
terbagi menjadi dua jenis ada produk yang berwujud dan produk yang tidak
berwujud. Kedua jenis produk tersebut merupakan segala kebutuhan konsumen
yang memiliki nilai tersendiri terhadap pemenuhan kebutuhan konsumen.
PT Ocean Asia Industry merupakan perusahaan manufaktur yang
menghasilkan produk berupa tekstil. Produk yang ditawarkan merupakan produk
kain berbahan 100% cotton, polyester, spandex, jersey, pique, lacoste, fleece,
French terry, rib 1x1. Produk yang dihasilkan akan di suplai ke garment yang
kemudian akan dibuat sebuah pakaian yang dijual di pasar dunia. Produk yang
dibuat merupakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Semua
standar ditentukan oleh para pelanggannya.
5
Ibid., h. 119.
b. Berdasarkan jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran.
c. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar.
d. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang
tunggal, benang gintir.
1) Pemeriksaan serat
Bila pemeriksaan serat secara visual belum dapat mengetahui asal bahan
dengan pasti, maka sering dilakukan pemeriksaan yaitu dengan membakar
serabut. Uji pembakaran dilakukan sebagai berikut :
Benang dicabut dari kain kemudian dipegang dengan pinset dan dibakar
kemungkinan hasil uji membakaran serat adalah sebagai berikut :
a. ciri serat selulosa :
1) Benang akan cepat terbakar menjalar
2) Nyalanya berwarna kuning
3) Waktu terbakar tidak berbau, namun setelah padam berbau seperti
kertas terbakar.
4) Bekas pembakaran merupakan abu yang mudah hancur dan
warnanya kelabu.
b. ciri serat protein
1) Benangnya sukar terbakar
2) Berbau seperti rambut terbakar
3) Bekas pembakarannya beebentuk abu hitam
c. Ciri serat termoplastik
Ciri serat termoplastik bermacam tergantung dari jenis kimia yang
dipakai dalam proses pembuatannya.
2) Penggolongan Serat Tekstil
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, maka
perkembangan bahan tekstilpun semakin pesat sesuai dengan kebutuhan para
konsumen. Bahan tekstil untuk busana tersebut berasal dari bermacam-macam
serat.
3) Jenis-Jenis Serat
Pada dasarnya serat tekstil berasal dari tiga unsur utama, yaitu serat yang
berasal dari alam(tumbuh-tumbuhan dan hewan), serat buatan(sintetis) dan galian
(asbes, logam).
a. Serat alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan antara lain: kapas, lenan,
rayon, nenas, pisang. Serat alam yang berasal dari hewan yakni: dari bulu
beri-beri, adapun bahan yang berasal dari serat tersebut adalah bahan
wol.sedangkan serat dari ulat sutra menghasilkan bahan tekstil sutra.
b. Serat buatan (termoplastik) bahan tekstil yang berasal dari serat buatan ini
adalah berupa Dacron, polyester, nylon.
c. Serat galian, adalah yang berasal dari dalam tanah.contoh asbes dan
logam, benang logam.bahan asbes banyak digunakan untuk sumbu kompor
minyak tanah, untuk mengisi aneka bunga yang berasal dari bermacam-
macam bahan tekstil seperti: stoking, nylon, tula dan lain-lain.
4) Pembuatan Kain
Secara historis pembuatan kain telah dikenal sejak dahulu dan
teknologinya berkembang terus, mulai dari kain yang dibuat dari kulit kayu atau
kulit binatang sampai kemudian kain dibuat dengancara pertenunan, perajutan
atau dikempa.
Prinsip pembuatan kain tenun, adalah menyilangkan benang pakan pada
celah deretan benang lusi yang disusun memanjang dari gulungan benang yang
dipersiapkan sebelumnya, cara ini telah dikenal sejak zaman pra sejarah dan tidak
diketahui penciptanya, bahkan beberapa motif tenun sudah dibuat sejak 1.500
tahun sebelum Masehi.
Prinsip pembuatan kain rajut, adalah pembentukan jeratan benang secara
berulang-ulang dengan bantuan jarum rajut. Perajutan pada awalnya dikerjakan
dengan batang pengait benang dari kayu yang dikenal dengan cara pembuatan
brein, kemudian menggunakan batang besi berkait disebut hakpen yang dikenal
dengan cara merenda. Cara tersebut terus dilakukan, sementara itu kemudian
ditemukan mesin rajut yang secara mekanis mempermudah pembentukan jeratan
benang untuk membentuk kain.
5) Tekstil Untuk Busana
Tekstil untuk busana memerlukan persyaratan khusus, karena itu tidak
seluruh tekstil yang ada dapat digunakan untuk busana. Syarat tekstil untuk
busana, ialah memberikan kenyaman dan layak dipakai. Untuk itu tekstil untuk
busana harus dapat menyerap keringat, pegangannya nyaman, nampak estetik,
tidak kusut atau mengkeret dan sebagainya. Untuk sifat menyerap keringat harus
memilih bahan tekstil higroskopis, yaitu bersifat menyerap air, misal memilih
bahan kapas. Jika menggunakan serat sintetik dapat dicampur dengan serat kapas.
Untuk menambah estetika bahan tekstil setelah penyempurnaan awal
seperti pencucian, diproses pencelupan, pencapan atau pengelantangan. Untuk
sifat pegangan nyaman, tidak kusut dan tidak mengkeret kain juga dilakukan
proses penyempurnaan akhir. Rangkaian proses tersebut membuat bahan tekstil
tersebut akan layak dan pantas dipakai sebagai busana.
6
H. A. Rusdiana, Manajemen Operasi, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2014), h. 216.
b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
c. Kualitas adalah kondisi yang selalu berubah.
Kualitas Produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan
fungsinya meliputi, daya tahan, kehandalan, kemudahan operasi dan
7
meningkatkan akurasi, serta atribut berharga lainnya. Kualitas menunjuk pada
pengertian pemenuhan standar atau persyaratan tertentu, kualitas juga mempunyai
pengertian sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan secara
terus-menerus dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan sehingga dapat
memuaskan pelanggan.
9
Ibid., h. 222.
10
Ibid., h. 223.
atas kemajuan (tugas) dapat membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta
menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan, sehingga dengan kata
lain, pengendalian adalah nama lain dari pegawasan. Sementara itu arti kendali
dalam industri adalah suatu proses untuk mendelegasikan tanggung jawab dan
wewenang untuk kegiatan manajemen sambil tetap menggunakan cara-cara untuk
menjamin hasil yang memuaskan
a. Mutu
Mutu adalah kemampuan suatu produk, baik itu barang maupun
jasa/layanan untuk memenuhi keinginan pelanggannya. Sehingga setiap barang
atau jasa selalu diacu untuk memenuhi mutu yang diminta pelanggan melalui
11
pasar. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan pada produk atau
jasa, diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut dinyatakan atau tidak
dinyatakan, disadari atau hanya bisa dirasakan, dikerjakan secara teknis atau
bersifat subjektif dan selalu mewakili sasaran yang bergerak dalam pasar yang
penuh persaingan.
Arti mutu dapat berbeda-beda tergantung dari rangkaian perkataan atau
kalimat dimana istlah mutu ini dipakai dan orang yang menggunakannya. Dalam
perusahaan pabrik, istilah mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat
dalam suatu barang/hasil yang menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai dengan
tujuan untuk apa barang/hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan.12
b. Pengendalian Mutu
Kebutuhan akan pengawasan mutu timbul setelah revolusi industry, oleh
karena proses produksi dikerjakan dengan mesin, maka menimbulkan dua
persoalan, yaitu :13
a. Penggunaan mesin mulai menggantikan atau mengurangi kebutuhan dan
penggunaan tenaga atau tukang-tukang yang mempunyai keahlian yang
tinggi.
11
Manahan P. Tampubulon Manajemen Operasi & Rantai Pemasok, (Jakarta : Mitra Wacana
Media, 2014), Edisi Ke-1, h. 96.
12
Sofyan Assauri, op. cit., h. 292.
13
Ibid., h. 298.
b. Produksi barang-barang secara besar-besaran saling memerlukan
pertukaran, sehingga selanjutnya dibutuhkan keseragaman dari komponen-
komponen untuk memudahkan merakitnya.
Adapun yang dimaksudkan dengan pengendalian mutu adalah kegiatan
untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal mutu dapat tercermin dalam
hasil akhir. Dengan perkataan lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk
mempertahankan mutu/kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan
spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan
perusahaan.14 Dalam pengawasan mutu ini, semua prestasi barang di cek menurut
standard an semua penyimpangan dicatat serta dianalisis dan semua penemuan-
penemuan dalam hal ini digunakan sebagai umpan baik (feed back) untuk para
pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan – tindakan perbaikan untuk
produksi pada masa yang akan datang.
Jika semua divisi dan semua pegawai perusahaan berpartisipasi dalam
pengendalian mutu terpadu, mereka harus melaksanakan kendali mutu dalam
pengertian yang luas, yang mencakup pengendalian biaya, dan pengendalian
jumlah. Jika tidak, kendali mutu bahkan dalam pengertian singkatnya tidak dapat
dilaksanakan.
14
Ibid., h.299.
memperhatikan kualitas produk akan menghasilkan produk yang berkualitas bebas
dari kerusakan dan kecacatan, sehingga membuat harga lebih kompetitif.
Peranan kualitas produk sangat penting dalam situasi pemasaran yang
semakin bersaing, karena dapat mempengaruhi maju atau tidaknya perusahaan.
Perusahaan bukan hanya memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan tetapi
juga kualitas dari produk tersebut. Bagi perusahaan yang tidak memperhatikan
kualitas produk yang dihasilkan akan mengalami banyak kendala dalam
pemasarannya, sehingga produk kurang laku dan mengalami penurunan
penjualan.
b. Obyek Pengendalian Kualitas
Searah dengan perkembangan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan dan
ekonomi, lingkungan manufaktur mengalami pergeseran kearah yang lebih maju.
Lingkungan persaingan juga bertambah ketat. Agar mampu bertahan dan bahkan
bersaing dalam kondisi persaingan yang ketat ini, para pelaku bisnis hendaknya
mampu terus menerus menyempurnakan proses produksi dan produk itu sendiri
untuk dapat menciptakan keunggulan baru. Untuk itu perusahaan harus terus
menerus mengadakan perbaikan pada kualitas produk yang dihasilkan. Oleh
karena itu setiap perusahaan sangat membutuhkan suatu pengendalian mutu atau
kualitas yang dilakukan secara terus menerus. Pengendalian mutu atau kualitas
merupakan cara untuk memproduksi barang atau jasa secara ekonomis sesuai
dengan keinginan pelanggan. Dalam proses pengendalian kualitas tidak hanya
untuk mengetahui kualitas dari produk tetapi juga dibutuhkan pengandalian
kualitas terhadap kinerja karyawan yang berkerja di perusahaan. Untuk itu
dibutuhkan suatu metode yang dapat mengendalikan kualitas baik produk maupun
karyawan.
15
Manahan P. Tampubulon, loc.cit., h. 98.
16
Varsha M. Magar, Valas B. Shinde, Application of 7 Quality Control (7QC) tools for
Continuous Improvement of Manufacturing Processes, 2014, ( Mumbai, India : Mumbai
University), h.1.
Metode ini digunakan oleh Jepang setelah perang dunia ke dua. 7 Tools
merupakan alat bantu dalam pengolahan data untuk peningkatan kualitas, dan 7
New Tools merupakan alat bantu dalam memetakan masalah secara terstruktur,
guna membantu kelancaran komunikasi pada tim kerja, dan untuk pengambilan
keputusan. 7 tools : (Pareto, Histogram, Fishbone, Scatter, Control Chart, Check
Sheet, FlowChart Diagram). 7 New Tools : (Affinity diagram, Relation diagram,
Matrix diagram, Tree diagram, Arrow diagram, Process Decision Program
Chart). Menurut Girish, old seven tools of quality adalah alat-alat pembantu yang
digunakan dalam eksplorasi kuantitatif meliputi check sheet, histogram, flow
chart, scatter diagram, pareto diagram, fish bone dan control chart. 17
Berdasarkan uraian diatas, maka penjelasan tentang tujuh alat perbaikan
kualitas sebagai instruksi dari manajemen kualitas total untuk melengkapi usaha
pencapaian Total Quality Management (Manajemen Kualitas Total) adalah
sebagai berikut :
1. Diagram Pareto
Diagram pareto disebut juga gambaran pemisah unsur penyebab yang
paling dominan dari unsur-unsur penyebab lainnya dari suatu masalah. Diagram
Pareto merupakan gambaran grafik yang mengidentifikasikan besaran frekuensi
permasalahan atau tingkat kesalahan di dalam proses produksi suatu produk.
Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto. 18 Diagram
Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke
kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu
menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking
tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).
Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan
kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelahdiambil
tindakan perbaikan terhadap proses.
17
Yoanna Fransischa Erna Sugijopranoto, Peningkatan Kualitas Kantong Plastik Dengan
Metode Seven Steps Menggunakan Old dan New Seven Tools Di PT Asia Cakra Ceria
Plastik Surakarta, (Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2014), h. 1.
18
Manahan P. Tampubulon, op.cit., h. 103.
Adapun Penyusunan Diagram Pareto meliputi 6 (enam) langkah, yaitu:
a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya ber-
dasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.
b. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-
karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.
c. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
d. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang
terbesar hingga yang terkecil.
e. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.
f. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif
masing- masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk
mendapat perhatian.
21
Muhammad Ivanto, loc. cit.
Gambar 2.3 Contoh Check Sheet
22
Varsha M. Magar, Villas B. Shinde, op.cit., h.2.
Fishbone Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat.
Dimana dalam menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai
berikut:23
1. Menyiapkan sesi sebab akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Penggunaan diagram tulang ikan ini ternyata memiliki manfaat yang lain
yaitu bermanfaat sebagai perangkat proses belajar diri, pedoman untuk diskusi,
pencarian penyebab permasalahan, pengumpulan data, penentuan taraf teknologi,
penggunaan dalam berbagai hal dan penanganan yang kompleks.
Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka
tindakan (action) dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan
diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat
melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan
sebenarnya. Jadi sangat jelas bahwa Fishbone Diagram ini akan menunjukkan dan
mengajarkan kita untuk melihat ke dalam dengan bertanya tentang permasalahan
yang sedang terjadi dan menemukan solusinya dari dalam juga.
Penyelesaian masalah melalui fishbone dapat dilakukan secara individu
top manajemen maupun dengan kerja tim. Seperti dengan cara mengumpulkan
beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut
problem yang terjadi. Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat
dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi.
Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan
pendapat dan pandangan setiap individu. Ini tentu bisa dimaklumi, manusia
mempunyai keterbatasan dan untuk mencapai hasil maksimal diperlukan
kerjasama kelompok yang tangguh.
23
Ibid., h.3.
Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan
berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang
mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa
yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah proses
menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia,
material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya.
24
Muhammad Ivanto, op.cit., h.3.
bahwa semangat kerja pekerja yang rendah akan emnurunkan produktivitas kerja
karyawan.25
25
Manahan P. Tampubulon, op.cit., h.102.
26
DicksonKho,Pengertian flowchart, h.1, 2015(http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-
flowchart-diagram-alir-dan-simbol-simbolnya/).
di dalam proses kerja.27 Confucius mengatakan bahwa sebuah gambar merupakan
rangkaian ribuan kata. 28
Flowchart (Diagram Alur) merupakan alat (tool) dasar dan mudah
dipergunakan serta sangat bermanfaat bagi suatu perusahaan Manufakturing
dalam mengidentifikasikan proses operasionalnya terutama untuk menjelaskan
setiap langkah dalam menjalankan Proses Operasionalnya.
a. Simbol-simbol Flowchart (Diagram Alur)
Berikut ini adalah bentuk atau simbol standar yang sering ditemukan
dalam Flowchart (Diagram Alur Proses) :29
Tabel 2.1 Simbol dalam penyusunan flowchart.
Simbol Deskripsi
Simbol Terminal :
Mengidentifikasikan awal atau akhir dari sebuah
proses.
Simbol Aktifitas :
Mengidentifikasikan Aktifitas sebuah proses.
Simbol Dokumen :
Merupakan informasi tertulis yang berkenaan dengan
proses.
27
Ibid., h.103.
28
Zulian Yamit, Manajemen Kualitas Produk & Jasa, ( Yogyakarta : Ekonisia, 2013), cet. ke-
6, h.45.
29
Ibid., h. 46.
Simbol penyimpanan data :
Mengindikasikan sebuah data base elektronik yang
disimpan.
Simbol penghubung :
Mengindikasikan dimana aliran proses berlanjut dari satu
lini ke lini yang lain.
Flowchart atau diagram alur akan menjadi sebuah referensi yang mudah
dimengerti dan sangat dibutuhkan bagi seluruh tim dalam proses pengembangan.
Melalui flowchart, maka seluruh karyawan akan memahami prosedur dan alur
proses kerja dalam sebuah perusahaan.
Contoh alur proses atau flowchart adalah sebagai berikut :
30
Muhammad Ivanto, loc. cit.
Jika yang ingin kita kembalikan kecacatan dari suatu produk, maka
control chart yang dapat digunakan C chart dan U chart. Untuk pengendalian
terhadap jenis cacat maka harus menggunakan C chart, sedangkan U Chart
digunakan untuk pengendalian terhadap jumlah cacat per unit. Kedua peta
kendali ini, dalam perhitungan capability proses di dekati dengan distribusi
Poisson.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31
Moleong. J.Lexy, Motode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2005),
h. 4.
Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan
metode atau pendekatan studi kasus (case study). Penelitian ini memusatkan diri
secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus.
Data kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang berasngkutan, dengan kata lain
dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber.
Sedangkan metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah; disebut
juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut juga sebagai
metode kualitatif, karena data yang terkumpul lebih bersifat kualitatif. 32 Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.
Dalam menguraikan tentang penelitian melalui pendekatan kualitatif,
Meleong dengan mengacu kepada pendapat Bogdan dan Taylor, Guba dan Taylor,
serta Kirk dan Miller mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif itu memiliki
ciri-ciri: 33
a. Bersumber kepada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan
pengamatan kuantitatif.
b. Kualitas menunjuk kepada segi alamiah yang di pertentangkan dengan
kuantum atau jumlah.
c. Penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan
perhitungan.
3.7 Data dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sumber primer
dan sumber sekunder. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah sumber
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2009) h. 8.
33
Judistira K. Garna, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2009) h. 38.
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan yang
menjadi sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan daa kepada pengumpul data, misalnya lewat orang atau lewat
dokumen.34 Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen (laporan,
karya tulis orang lain) yang berhubungan dengan perubahan organisasi di
perusahaan. Data sekunder dalam penelitian ini di dapatkan dari rekaman data
(record) kecacatan produk selama tahun 2015 secara tertulis di PT Ocean Asia
Industry. Data tersebut disimpan dan dikelola oleh bagian QC (Quality Control).
Bagian tersebut adalah bagian yang bertanggung jawab mengenai kualitas kain di
PT Ocean Asia Industry. Sedangkan data primer dari penelitian ini adalah
wawancara dan observasi langsung ke tempat kejadian untuk mendapatkan data
yang akurat.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer
dan data sekunder. Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa tindakan
orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan data yang didapatkan dari
hasil pengamatan di lapangan (observasi). Sedangkan data-data sekunder yang
didapatkan berupa dokumen tertulis. Adapun alat-alat tambahan yang digunakan
dalam pengumpulan datanya terdiri dari panduan wawancara, handphone (alat
perekam) dan buku catatan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu:
1) Observasi
Observasi menurut Nasution adalah adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Observasi merupakan kegiatan melakukan pengamatan langsung terhadap
kejadian yang ada di tempat penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data melalui observasi untuk melihat keabsahan dari data
sekunder yang telah diterima. Observasi dapat digunakan sebagai bahan untuk
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2014),
cet. ke – 21, h. 225.
belajar dari para peneliti. Peneliti belajar memahami perilaku dan makna dari
perilaku tersebut.
2) Wawancara
Peneliti melakukan Tanya jawab langsung dengan informan yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang diteliti. Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang terwawancarai yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Esterberg mendefinisikan bahwa
wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic
tertentu.
Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur (teknik purposive) dan tidak terstruktur (teknik snow ball).
Wawancara terstruktur dalam hal ini pertanyaan yang diajukan hanya dari
permasalahan global saja, namun dengan adanya teknik snow ball (tidak
terstuktur), maka jawaban dari informan yang menyebutkan tentang adanya
temuan baru yang dijadikan sebagai tindakan snow ball.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan mengenai peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi dapat berupa gambar, tulisan atau rekaman suara. Dalam
perusahaan, dokumentasi dilakukan untuk memahami seberapa besar
perkembangan perusahaan serta untuk melakukan peramalan terhadap masa depan
perusahaan. Dalam penelitian ini, dokumentasi berfungsi untuk mencatat segala
hal yang berkaitan dengan penelitian di lapangan dan berfungsi untuk membantu
peneliti dalam menyimpulkan hasil penelitian melalui data tertulis yang telah
terdokumentasi dan siap untuk disajikan menjadi data yang akurat. Dari hasil
observasi dan wawancara, dilakukan dokumentasi. Dengan dokumentasi maka
hasil penelitian akan lebih dipercaya.
4) Daftar Pustaka
Daftar Pustaka merupakan daftar yang tercantum secara spesifik dari
berbagai buku yang dijadikan sumber referensi baik dari buku atau karya ilmiah
yang bersangkutan.35 Daftar pustaka biasanya ditulis diakhir halaman sebagai
bentuk apresiasi kepada penulis buku yang telah memberikan manfaat kepada
peneliti.
1. 2. 3. 4.
Melaksanakan
Memilih Situasi Observasi Mencatat Hasil Melakukan
Sosial Partisipan Observasi dan Observasi
8. 7. 6. 5.
Melaksanakan
Melakukan Analisis Melakukan Melakukan
Observasi Taksonomi Observasi Analisis
35
Ahmad Syaifudien, Cara Menulis Daftar Pustaka yang Baik dan Benar, h.1, 2015
(http://www.tipspendidikan.site/2015/04/cara-menulis-daftar-pustaka-yang-baik.html) .
36
Sugiyono, op. cit., h. 253.
1. Memilih Situasi Sosial
Dalam melakukan penelitian harus menetapkan satu orang sebagai juru
kunci informasi sebagai narasumber dalam penelitian atau yang disebut dengan
informan penelitian. Informan haruslah orang yang berwibawa dan mampu untuk
memudahkan peneliti dalam memasuki obyek penelitian.
2. Melaksanakan Observasi Partisipan
Peneliti melakukan observasi di tempat penelitian. Observasi dilakukan
untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan data tertulis yang telah
diterima oleh peneliti. Observasi partisipan dilakukan peneliti dengan terlibat
langsung kedalam obyek penelitian. Peneliti melakukan apa yang dikerjakan oleh
sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan melakukan observasi
partisipan ini, maka peneliti dapat memperoleh data dengan lebih lengkap.
3. Mencatat Hasil Observasi dan Wawancara
Hasil observasi dan wawancara dicatat kedalam lembar wawancara dan
observasi guna mencapai kelengkapan data penelitian. Dalam pencatatan ini
peneliti berharap agar data yang didapatkan akurat dan tajam serta matang sesuai
dengan keinginan sang peneliti.
4. Melakukan Observasi Deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan ketika peneliti memasuki situasi sosial
sebagai obyek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti belum membawa masalah,
namun masih menjelajahi dan mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar serta
dirasakan. Peneliti akan berusaha untuk menguasai situasi sosial yang ada di
tempat penelitian.
5. Melakukan Analisis Domain
Analisis domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan
menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian. Dalam
analisis domain, data diperoleh dari wawancara dan observasi yang dilakukan.
Hasil dari analisis domain adalah gambaran umum mengenai obyek yang diteliti.
Suatu domain adalah merupakan katagori budaya (culture category) terdiri atas
tiga elemen yaitu : cover term, included terms dan semantic relationship. Cover
term adalah nama suatu domain budaya, included term nama-nama yang lebih
rinci yang ada dalam suatu kategori. Elemen ketiga dari seluruh domain budaya
adalah hubungan semantic antar kategori. Mencari hubungan semantic ini
merupakan hal penting untuk menemukan berbagai domain budaya. Dalam
penelitian ini maka domain dapat dilihat seperti gambar berikut :
Oil Stain
Needle Line
Kecacatan dari
Departemen
Neps
Knitting
Hole
Stain
Color Reject
Kecacatan dari
Kecacatan Produk Departemen Color Stain
Dyeing
Bruise Place
Uneven
Handfeel
Kecacatan dari
Shading
bagian Finishing
Creasmark
Kecacatan dari
bagian Printing Miss Print
Perpanjangan
Pengamatan
Peningkatan
Ketekunan
Triangulasi
Uji Kredibilitas
Data
Diskusi dengan
teman sejawat
Analisis Kasus
Negatif
Membercheck
37
Ibid., h.269.
a. Perpanjangan pengamatan
Dalam perpanjangan pengamatan dalam penelitian ini, peneliti
kembali lagi kelapangan untuk wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa data yang
diambil adalah data yang valid dan sesuai. Dengan perpanjangan
pengamatan ini, peneliti akan semakin dekat dengan sumber data, sehingga
sumber data dapat terbuka dalam memberikan informasi untuk peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang
telah diperoleh. Dalam perpanjangan penelitian untuk menguji kredibilitas
data sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah
diperoleh. Dicari kesesuaian antara data tertulis dengan yang terjadi di
lapangan. Proses ini merupakan proses cek ulang untuk mendapatkan data
yang valid.
b. Peningkatan ketekunan
Maksud dari peningkatan ketekunan adalah melakukan penelitian
secara cermat dan berkesinambungan. Dengan ketekunan ini, maka urutan
peristiwa dalam penelitian akan dapat direkam secara sistematis.
Meningkatkan ketekunan dapat bermanfaat untuk melakukan pengecekan
kembali data yang telah ditemukan salah ataukah tidak. Peningkatan
ketekunan dapat dilakukan dengan cara membaca berbagai referensi buku
ataupun hasil penelitian. Peningkatan ketekunan bermanfaat pula untuk
memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu. Triangulasi terbagi menjadi tiga yaitu triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.38
1) Triangulasi sumber
38
Ibid., hh. 273-274.
Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
Atasan Teman
Bawahan
Wawancara Observasi
Dokumentasi
Gambar 3.7 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data.
3) Triangulasi Waktu
Waktu sangat mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
diperoleh dari narasumber pada pagi hari merupakan data yang lebih
kredibel dibandingkan data yang diperoleh selain dipagi hari. Pada
pagi hari narasumber masih segar dan dapat memberikan data secara
valid dan lebih kredibel. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
wawancara dengan pertanyaan yang sama namun dalam waktu yang
berbeda. Peneliti melakukan pertanyaan secara berulang-ulang dengan
waktu yang berbeda untuk memastikan data tersebut valid. Apabila
jawaban yang ditemukan terdapat perbedaan maka pertanyaan lebih
dilakukan secara berulang-ulang agar mendapatkan data yang pasti dan
akurat.
Siang Sore
Pagi
39
TUV Rheinland, Internal Quality Audit Training, 2015, (Jakarta : TUV Rheinland), h. 55.
1. Data kecacatan setiap bulannya untuk menganalisa seberapa besar tingkat
kecacatan yang terjadi di PT Ocean Asia Industry. Data diperoleh dengan cara
observasi, wawancara, dokumentasi dan kemudian daftar pustaka. Peneliti
melakukan wawancara mengenai kecacatan produk adalah sebagai berikut :
Jenis cacat yang terjadi pada pembuatan produk kain di PT Ocean Asia Industry.
Data jenis kecacatan sesuai dengan data kecacatan yang diperoleh
dari bagian Quality Control PT Ocean Asia Industry adalah sebagai
berikut :
a) Color Reject atau kecacatan warna yang tidak sesuai dengan standar.
Kecacatan karena warna tidak sesuai dengan standar ini disebabkan
oleh kelalaian color matcher (pengamat warna) dalam melakukan
pengecekan warna di departemen pencelupan (dyeing). Ketika warna
tidak sesuai dengan standar maka bagian quality control melakukan
pengecekan dan tindakan reject yang kemudian akan dikembalikan
ulang kepada bagian produksi.
b) Miss Print, kecacatan dari departemen printing dikarenakan
kelengahan operator dalam mencampurkan warna dan memberikan
warna pada kain. Kecacatan ini berupa ada salah satu desain yang tidak
terkena warna obat kain printing.
c) Hole, kecacatan ini berupa bolong pada kain. Kecacatan bolong ini
dapat dikarenakan dari departemen knitting dan dapat pula
dikarenakan dari departemen dyeing. Dari departemen knitting
biasanya disebabkan oleh rapuhnya benang dan patah jarum,
sedangkan dari departemen dyeing (pencelupan) biasanya disebabkan
oleh obat keras untuk kain yang tidak larut ketika proses pencampuran
(mixing).
d) Creasmark, kecacatan yang disebabkan oleh departemen dyeing. Kain
yang terlalu lama menunggu untuk dikeringkan (hydro) akan
menyebabkan garis pada kain. Garis garis tersebut terbentuk karena
kain yang basah terlipat dan tertumpuk menjadi satu. Hingga
menyebabkan kain creasmark atau bergaris.
e) Uneven, kecacatan belang pada kain. Kecacatan ini terjadi dari
departemen pencelupan. Sebelum mencelup kain, harus memastikan
bahwa dyestuff atau campuran obat harus larut dengan baik. Ketika
obat tidak larut dengan baik dan pencampuran warna tidak baik maka
akan menyebabkan uneven (belang) pada kain.
f) Needle Line atau garis jarum, kecacatan ini terjadi dari departemen
knitting yang disebabkan oleh patah jarum. Jarum patah dan operator
lengah dapat menyebabkan needle line pada kain. Needle line berupa
garis panjang dan terlihat seperti kurang 1 atau beberapa benang.
g) Stains atau noda, adalah kecacatan yang terjadi karena adanya noda
pada kain. Noda dapat disebabkan karena obat warna pada kain, dapat
disebabkan oleh kotor dan dapat pula disebabkan oleh kurang
ketelitian operator ketika memindahkan kain atau trolley yang kurang
tertutup.
h) Bruise Place, adalah kecacatan produk yang disebabkan karena ketika
proses pencelupan kain, ada kemacetan pada mesin. Kemacetan pada
mesin tersebut mengakibatkan cacat pada kain dan berbekas sehingga
kain terlihat seperti garis putih karena kuatnya tarikan yang dilakukan
operator ketika mesin macet.
i) Oil Stains atau noda oli. Noda oli disebabkan oleh bagian knitting atau
perajutan. Oli tersebut adalah oli pelumas untuk melakukan perajutan
dari benang menjadi kain. Kemungkinan penyebab kain terkena noda
oli ini adalah ketika melakukan pengisian oli pada mesin, operator
tidak memperhatikan kebersihan tangan setelah selesai melakukan
pengisian, dapat disebabkan pula karena oli tersebut mengenai kain
mentah yang telah dirajut.
j) Color stain atau ditolak karena noda warna, dalam hal ini terdapat
noda warna pada kain yang disebabkan karena ketika memindahkan
kain menggunakan trolley, kain tersebut terkena percikan warna dari
kain yang lain yang telah diproses untuk dikeluarkan dari mesin.
k) Handfeel atau reject karena permukaan bahan yang tidak sesuai
dengan standar. Kain yang reject dengan kecacatan ini dapat
disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian ketika proses pembuatan
kain. Handfeel yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan akan
ditolak oleh bagian quality control dan dikembalikan ke bagian
produksi untuk melakukan proses ulang (rework).
l) Shading atau permukaan warna kain yang berbeda antara sisi kanan
dan kiri serta sisi atas dan bawah. Proses pewarnaan yang kurang rata
ini dapat disebabkan oleh bagian finishing yang terkadang temperatur
tidak sesuai dengan standar. Temperatur pada bagian finishing
terkadang naik dan terkadang ketika proses penyetrikaan kain sedang
berjalan akan turun dengan sendirinya. Hal ini menyebabkan shading
atau warna berbeda pada sisi kanan dan kiri kain.
m) Neps atau debu benang yang ikut terajut ke kain. Ketika melakukan
perajutan, bagian perajutan kurang memperhatikan mengenai
kebersihan yang ada disekitar lingkungan bagian perajutan. Sehingga
menyebabkan debu benang yang ikut terajut pada kain dan
mengakibatkan kain berbintik-bintik karena debu benang.
Dalam penelitian ini dari ketiga belas jenis kecacatan, penulis hanya akan
meneliti 1 jenis kecacatan dengan menggunakan seven tools yaitu kecacatan
warna. Karena kecacatan warna merupakan kecacatan terbesar selama tahun 2015.
Melalui tabel 5.1 mengenai data kecacatan produk, peneliti akan mudah
untuk melihat data ringkas dari kecacatan produk dalam setiap bulannya di PT
Ocean Asia Industry. Selanjutnya peneliti melakukan penghitungan untuk
pembuatan diagram histogram. Perhitungan tersebut dibagi menjadi dua yaitu
kecacatan warna dan kecacatan kualitas fisik.
1) Kecacatan Warna
a. Range = 100(data tertinggi)-12(data terendah) = 88
Range = 88
b. K = 1 + 3.3 log 12
1 + 3.3 (1.07)
K = 4.531
c. P = R / K
= 88 / 4.531
P = 19.4
Maka akan dibuat 5 Kelas dengan Interval 20 (hasil pembulatan dari 19.4).
Tabel 5.2 Perhitungan Data Kecacatan Warna
NO UNIT FREKUENSI
1. 12 - 31 4
2. 32 - 50 5
3. 51 - 69 0
4. 70 - 89 2
5. 90 - 110 1
KECACATAN WARNA
6
4
KECACATAN WARNA
3
0
12-31 32-50 51-69 70-89 90-110
Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa kecacatan dari 7 unit hingga 13
unit adalah sebanyak 1, kecacatan dari 14 unit hingga 20 unit adalah 3, kecacatan
dari 21 unit hingga 27 unit adalah sebesar 2, dari 28 unit hingga 34 unit adalah 4,
dan 35 unit hingga 41 unit adalah sebanyak 2. Untuk lebih jelas mengenai
perhitungan data tersebut dapat dilihat dalam diagram histogram sebagai berikut :
KECACATAN KUALITAS
FISIK
2
0
07-13 14-20 21-27 28-34 35-41
Gambar 5.2 Diagram Histogram Kecacatan Kualitas Fisik
Dalam penelitian ini dari ketiga belas jenis kecacatan, penulis hanya akan
meneliti 1 jenis kecacatan dengan menggunakan seven tools yaitu kecacatan
warna. Karena kecacatan warna merupakan kecacatan terbesar selama tahun 2015.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa jenis
kecacatan produk dapat berubah-ubah sesuai dengan jenis kecacatan yang terjadi
pada setiap bulannya. Namun karena keterbatasan waktu maka narasumber hanya
memberikan informasi 13 jenis kecacatan produk kepada peneliti. Kecacatan
tersebut dapat berasal dari bagian perajutan (knitting), bagian pencelupan
(dyeing), bagian penyelesaian (finishing) dan bagian percetakan (printing).
Kecacatan dari bagian knitting diantaranya adalah hole (bolong), Oil Stain (Noda
Oli), Neps (Debu) dan Needle Line (Patah Jarum). Kecacatan yang diperoleh dari
departemen dyeing (pencelupan) diantaranya Color Reject (Warna yang tidak
sesuai), Color Stain (noda warna), Bruise Place (Kain bergaris yang disebabkan
karena mengalami kemacetan pada mesin), Stain (Noda) dan Uneven (Belang).
Dan kecacatan yang diperoleh dari departemen finishing diantaranya Creasmark
(Kain bergaris karena terlalu lama menunggu dikeringkan), Handfeel (Permukaan
kain yang terasa tidak sesuai dengan standar), Shading (warna kain antara kanan
dan kiri serta atas dan bawah tidak sama).
Gambar 5.5 Diagram Tulang Ikan Kecacatan Warna di PT Ocean Asia Industry
1000
500
0
0 20 40 60 80 100 120
6.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya di PT Ocean
Asia Industry mengenai kecacatan produk, peneliti menyimpulkan mengenai
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisa menggunakan diagram histogram kecacatan produk
di PT Ocean Asia Industry mengenai kecacatan warna tertinggi ada pada
angka 110 unit dan kecacatan kualitas fisik ada pada unit 28 – 34.
Berdasarkan hasil analisa menggunakan check sheet, kecacatan warna
merupakan kecacatan terbesar selama tahun 2015. Berdasarkan hasil
analisa dengan kedua metode tersebut bahwa tingkat kecacatan produk,
meningkat dan menurun dan tidak berhubungan dengan produksi dalam
setiap bulannya.
2. Jenis kecacatan produk di PT Ocean Asia Industry adalah sebanyak 13
jenis diantaranya kecacatan warna, hole (bolong), Oil Stain (Noda Oli),
Neps (Debu), Needle Line (Patah Jarum), Color Stain (noda warna),
Bruise Place (Kain bergaris yang disebabkan karena mengalami
kemacetan pada mesin), Stain (Noda), Uneven (Belang), Creasmark
(Kain bergaris karena terlalu lama menunggu dikeringkan), Handfeel
(Permukaan kain yang terasa tidak sesuai dengan standar) dan Shading
(warna kain antara kanan dan kiri serta atas dan bawah tidak sama).
3. Kecacatan terbanyak berdasarkan hasil analisa menggunakan diagram
pareto adalah kecacatan warna. Kecacatan warna berada pada angka
62.9% lebih tinggi dari pada kecacatan lainnya.
4. Analisa menggunakan fishbone mengenai kecacatan warna bahwa
kecacatan warna tersebut disebabkan oleh :
a. Kelalaian dari tenaga kerja.
b. Bahan baku yang digunakan tidak sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.
c. Cara yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan tidak sesuai
dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan.
d. Mesin yang digunakan kurang perawatan sehingga mengalami
kerusakan atau kemacetan ketika digunakan.
6.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah sebagai
berikut :
1. Sebaiknya PT Ocean Asia Industry menganalisa menggunakan control chart
dalam setiap bulannya agar terlihat lebih jelas bahwa kecacatan yang terjadi
merupakan diluar batas kendali.
2. Diharapkan agar perusahaan dapat lebih memperhatikan mengenai analisa
kecacatan produk tersebut, agar dapat dikendalikan dengan mudah.
3. Quality control sebagai bidang pengawasan produk dan pengendalian
produk harus lebih teliti dan melakukan pemeriksaan lebih ketat terhadap
produk yang belum jadi bukan hanya produk yang sudah jadi.
4. Membutuhkan quality control dalam setiap departemen, untuk mencegah
terjadinya kain yang ditolak ketika selesai melakukan proses.
5. Sumber Daya Manusia harus diberikan ilmu pengetahuan serta pelatihan dan
pendidikan demi kelancaran proses produksi. Dengan sumber daya manusia
yang pandai, maka akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal.
6. Diharapkan tidak terlalu sering melakukan penggantian pada bahan baku
serta bahan pendukung proses produksi agar menghasilkan produk yang
maksimal dengan waktu yang singkat. Di PT Ocean Asia Industry seringkali
terjadi melakukan penggantian bahan baku, sehingga harus dilakukan
pemrosesan ulang dan membutuhkan waktu yang sangat lama.
7. Bagian yang mendukung kelancaran proses produksi, harus memberikan
pelayanan yang terbaik untuk kelancaran proses produksi agar memperoleh
kelancaran produksi dan ketepatan waktu yang sesuai dengan permintaan
konsumen (customer).
8. Melakukan perawatan mesin secara rutin dan berkala. Mesin yang
digunakan dalam kelancaran proses produksi harus memenuhi standar dan
harus dilakukan kalibrasi pada mesin timbangan setiap tanggal yang telah
ditetapkan. Pemeliharaan dan perawatan mesin sangat dianjurkan untuk
mendukung kelancaran proses produksi.
9. Berusaha untuk memberikan pelatihan mengenai prosedur dan cara kerja
yang baik dan benar untuk kelancaran proses produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Yamit, Zulian. 2013, Manajemen Kualitas Produk & Jasa. Yogyakarta : Ekonisia.
Sugiyono. 2009, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung
: Alfabeta.
Saya bekerja di PT Ocean Asia Industry sejak Oktober 2012 hingga sekarang.
Saya bekerja di bagian quality control. Sebelum bekerja di PT Ocean Asia
Industry saya pernah bekerja di STIE Bina Bangsa Sebagai Sekretaris ketua
yayasan. Prestasi yang pernah saya raih adalah Juara Harapan 1 Lomba Mewarnai
Tingkat Nasional untuk TK Tahun 2000, Juara Harapan 1 Olimpiade Matematika
Tingkat Kecamatan Tahun 2004, Juara 3 Lomba Sekretaris Tingkat Nasional
Tahun 2012, Wakil II Kang & Nong Kota Serang Tahun 2012 dan Juara 2
Basketball Putri pada Porkab (Pekan Olahraga Kabupaten) Tahun 2011.
Organisasi yang saya ikuti hingga saat ini adalah Garuda Muda Basketball
Cikande.