Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

South Pacific Forum (SPF) adalah satu-satunya organisasi regional diantara negara-
negara merdeka di kawasan tersebut yang paling berperan didunia Internasional saat ini. SPF
merupakan forum pertemuan diantara para pemimpin negara merdeka dikawasan tersebut.
Organisasi tersebut juga lahir karena adanya persentuhan budaya yang sama diantara negara-
negara tersebut, serta terdapatnya proksimitas geografis. Dengan kata lain, dari para pemimpin di
Kepulauan Pasifik, yang berpendidikan dan berpengalaman ini, lahirlah suatu ideologi pan-
pacific, yang diharapkan dapat menjadi suatu kekurangan dalam menangani masalah-masalah
bersama yang dirasakan oleh negara-negara tersebut. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa
SPF merupakan organisasi regional yang memperjuangkan kepentingan-kepentingan dan aspirasi
politik dan ekonomi bagi negara-negara kawasan Pasifik Selatan didunia Internasional.

Memang benar bahwa saat ini SPC sebagai salah satu organisasi regional yang didirikan oleh
negara-negara bekas jajahan tidak memiliki arti politis bagi negara-negara kawasan tersebut.
Namun, bagi negara-negara dana tau wilayah-wilayah dikawasan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kerjasama Organisasi Sub-Regional di Pasifik Selatan ?


2. Bagaimana kerjasama Organisasi Regional di Pasifik Selatan ?
3. Bagaimana kerjasama Organisasi South Pacifc Forum (SPF) di Pasifik Selatan ?
4. Bagaimana kerjasama Organisasi Collective Bargining di Pasifik Selatan ?
5. Apa saja masalah yang ada di Reginoal Internal ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Organisasi Sub-Regional
1
Organisasi ini dikembangkan oleh masyarakat di beberapa negara di wilayah budaya yang
sama, seperti Melanesia, Polinesia dan Mikronesia. Organiasi Sub-Regional ini cenderung
bersifat eksklusif. Kesamaan Bahasa merupakan dasar terbentuknya organisasi-organisasi
seperti ini. Organisasi sun-regional Melanesia ini, membedakan dirinya dari orang-orang
Polinesia, dan Mikronesia yang selalu memandang bahwa ras dan kebudayaannya lebih tinggi
dari pada orang-orang Melanesia.

Masyarakat di wilayah Mikronesia juga tidak dilibatkan dalam organisasi mereka. Hal ini
disebabkan selama ratusan tahun hampir tidak ada hubungan antara penduduk di ketiga negara
Melanesia tersebut dengan penduduk Mikronesia. Sebuah organisasi sub-regional Melanesia
yang sekarang tidak aktif lagi adalah Badan Pengembangan Pariwisata Melanesia. Organisasi ini
didirikan tahun 1969, dan bermarkas di Port Moresby, kemudian dipindahkan ke Port Vila
(Vanuatu). Dalam perkembangannya, ketika ketiga negara tersebut telah merdeka, organisasi ini
menjadi basis perjuangan politik bagi wilayah Melanesia yang masih terjajah.

B. Organisasi Regional

Organisasi regional sebagai suatu kerja sama dari dua negara/ wilayah atau lebih yang tidak
mempersoalkan batas-batas kebudayaan yang terdapat di Pasifik Selatan. Kerja sama tersebut
dilaksanakan diantara dan oleh institusi-institusi yang otoriatif, seperti pemerintahan, sehingga
keterlibatan masyarakat didalam kerja sama tersebut dipandang mewakili pemerintahannya.
Ekonomi dan Perdagangan, sampai kepada masalah social dan lingkungan, tetapi yang terpenting
adalah dasarnya lebih bersifat politik.

Penetapan batas-batas wilayah melalui Canberra Agreement Establishing the South Pacifik
Commision yang merupakan nama lengkap oerganisasi tersebut sangat bermakna dalam beberapa
hal dengan mengelompokkan seluruh wilayah didalam ruang lingkup organisasinya sebagai
wilayah belum berpemerintahan.

Lembaga ini memiliki empat badan untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Badan pertama
adalah Komisi itu sendiri, yang terdiri atas dua delegasi dari masing-masing negara colonial dan
bertugas sebagai badan pembuat keputusan. Kedua adalah Dewan Riset, yang terdiri atas para
ahli dalam bidang-bidang ekonomi, kesehatan dan kesejahteraan social, yang dibentuk untuk
memberikan saran-saran kepada Komisi mengenai perkembangan program-program SPC. Ketiga

2
adalah Sekretariat Tetap, yang bermarkas di Noumea, Kaledonia Baru, yang juga didominasi
oleh para administrator kolinial. Sedangkan badan keempat adalah the South Pacific Conference,
yang biasa disebut Konferensi. Badan ini adalah satu-satunya lembaga yang dibentuk untuk
menyeruakan aspirasi masyarakat Pasifik Selatan melalui saran-saran yang diajukan kepada
komisi dan bersidang tiga tahun sekali.

Masalah yang paling dirasakan para pemimpin delegasi dari wilayah kepulauan di dalam
SPC adalah dilarangnya pembicaraan mengenai masalah-masalah politik bagi rakyat di wilayah
jajahan. Mereka hanya diperbolehkan membicarakan masalah-masalah teknis yang berkaitan
dengan pembangunan sisoal-ekonomi bagi wilayahnya masing-masing. Hal ini dipandang oleh
mereka sebagai sesuatu yang sangat mengecewakan.

Sebuah atraksi lain yang lahir dari SPC adalah South Pacific Arts Festival. Ini adalah
kebudayaan yang sangat digemari oleh masyarakat di Pasifik Selatan. Festival kesenian ini
dipandang sebagai suatu proyek yang bertujuan melestarikan kesenian tradisional Pasifik
Selatan, sebagaimana tujuan-tujuan yang telah dicapai dalam bidang olahraga dan pembangunan
ekonomi. Suatu lembaga regional lainnya yang gagasannya juga berasal dari SPC adalah
Universitas Pasifik Selatan ( University of the South Pacific). Konsep untuk membangun sebuah
lembaga pendidikan tinggi regional di Pasifik Selatan, sebenernya merupakan proyek kerjasama
dari suatu studi yang dilaksanakan pada tahun 1950, dikenal sebagai Derrick Report.

C. South Pacifc Forum

Telah dikatakan dimuka bahwa SPF adalah satu-satunya organisasi regional terkemuka
yang merupaan forum pertemuan tahunan para kepala pemerintahan dari Negara merdeka
dikawasan Pasifik asia Selatan. Secara resmi organisasi ini dibentuk tahun 1971, namun
fondasinya telah diletakkan sejak tahun 1962-1970, ketika para pemimpin masyarakat Pasifik
Selatan telah berusaha untuk mengurangi ‘’ sifat penjajahan’’ didalan SPC. Para pemimpin
pasifik Selatan sangat kecewa terhadap pihak kolonial yang tidak mengizinan mereka untuk
mendiskusikan masalah politik yang mereka alami di dalam SPC sementara mereka juga tidak
mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk mengubah aturan mengenai pelarangan tersebut.
Kekecewaan trsebut melahirkan sebuah organisasi ekonomi diantara negar/ wilayah Pasific
Selatan,yang berada diluar SPC, dan menamakan dirinya sebagai Pacific Islands Producers,

3
Secretariat ( PIPS ),yang kemudian mengubah namanya menjadi Pasific Islands Producers’
Association ( PIPA ). Organisasi tersebut dipandang sebagai cikal-cikal SPF.

Demikian dengan semakin berkembangnya SPF, maka peranan PIPA menjadi semakin surut.
Pada 1973,timbul pemikiran untuk menyatukan langkah dan gerak perjuangan PIPA ke dalam
SPF, sehingga ditahun 1974 PIPA menyerahkan fungsinya dan melebur organisasinya kr dalam
badan Biro Kerjasama Ekonomi dari SPF, yaitu South Pasific Bureau For Economic Co-
operation ( SPEC ), yang dibentuk tahun 1972 dan sejak 1988 bernama Forum Secretariat (FS).

Sejak didirikan pada tahun 1971, SPF mengami perkembagan yang pesat. Keanggotaan
meluas sehubungan dengan munculnya Negara-negara baru merdeka dikawasan tersebut. Selain
ketujuh Negara pendiri, Negara-negara lainya seperti Niiue,, PNG, Kiribati, Tuvalu,Ke[ulauan
Solomon, dan vanuantu, bergabung ke dalamnya dalam decade 1970an, terutama setelah mereka
memperoleh status berpemerintahan menjdi anggota penuh organisasi tersebut,yang menjadikan
Oganisasi ini beranggotakan 15 negara Pasifik Selatan. Sejak pertama kali dibentuk telah
disepakati bahwa SPF merupakan forum pertemuan tahunan dari semua kepala Negara dan
kepala pemerintahan dari Negara-negara merdeka dan berpemerintahan sendiri di Pasifik
Selatan.

Cara bekerja SPF lebih mencerminkan norma-norma tradisi yang berlaku didalam
masyarakat kawasan Pasifik. Dengan demikian, jelas bahwa SPF merupakan suatu
pengelompokan politik diantara Negara-negara merdeka dikawasan pasifik selatan.
Pengelompokan ini sangat penting sebagai sarana untuk memperoleh ‘’posisi tawar’’ yang kuat
dalamm berhubungan dengan Negara-negara lainnya. Hal ini terutama ditujukan untuk
memperjuangkan kelemahan-kelemahan merdeka dalam bidang ekonomi.

D. Collective Bargining

Tak dapat disangkal bahwa SPF, telah nerhasil memadukan kekuatan negara-negara
“kecil” di Pasifik Selatan menjadi suatu “collective ‘bargaining” dalam melaksanakan diplomasi
bilateral maupun multilateral, dengan negara-negara lainya. Sejak di bentuk pada 1972 FS telah
berhasil menyumbangkan kepada keefektifan kerjasama ekonomi regional diantara negara-
negara forum. Tujuan dasar organisasi ini adalah untuk mendorong dan memajukan kerjasama

4
regional dalam pembangunan negara-negara Forum dan berhubungan erat dengan negara-negara
yan telah berkembang industrinya di kawasan ini, seperti Australia dan Selendia Baru.
Dalam melaksanakan tugasnya,, sejauh ini FS telah berhasil mengkoordinasikan berbagai
proyek antar pemerintahan dan mewujudkan ke dalam suatu bentuk kerjasama regional diantara
negara-negara anggotanya. Akan tetapi keberhasilan FS dalam memperjuangkan anggota-
anggotanya sudah terlihat pada tahun-tahun awal pembentukanya berdasarkan studi yang
dilakukan, FS juga berhasil memasukan Fiji, Tonga dan Samoa barat dalam masyarakat kedalam
masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dengan status anggota tidak penuh, melalui perjanjuan Lome
Conveton I pada tahun 1980 atas perjuangan FS juga tujuh negara Forum yaitu, Fiji, Kiribati,
Solomon, PNG, Tonga, Tuvalu dan Samoa barat..
Dalam kaitan dengan bantuan pembangunan, negara-negara Pasifik Selatan yang masuk
ke dalam Lome Convention, sejak tahun 1975 telah bersepakat bahwa Direktur FS juga bertugas
dengan pejabat yang mengatur proyek regional didanai oleh MEE. Untuk itulah FS, saat ini
memiliki beberapa program khusus dan divisi-diisi seperti progam pembangunan telekomunikasi
pasifik selatan yang di bentuk tahun 1983 SPTDP merupakan progam regional yang bertujuan
untuk memperbaiki sistem telekomunikasi perdesaan di kawasan ini. Divisi perdangan bertugas
mendotrong dan meningkatkan kapasitas produksi negara.
Sedangkan Divisi trasnportasi bertugas membantu pembangunan maritim danprogram
penerbangan sipil dalam bidang maritim, ia merupakan perangkat utama dalam pembangunan,
pelayaran, pelabuhan dan industri kelautan kawasan untuk kepentingan masa depan. Sementara
di bidang penerbangan sipil ia terlibat proyek penerbangan pasifik selatan. Dalam menghadapi
AS, negara-negara Pasifik selatan mengalami berbagai kecsulitan. Pada tahun 1984 AS akhirnya
diajak ke meja perundingan, yang dilakukan ecara multiteal tetapi hal ini dilakukan setelah
beberapa negara Pasifik Selatan melakukan penangkapan dan menerapan sanksi berupa denda
terhadap kapal-kapal yang melakukan penangkapan kan secara Ilegal.
Jadi kesepakatan perjanjian perikanan antara negara-negara Pasifik Selatan dengan AS
lebih merupakan kombinasi antara pertimbangan-pertimbangan yang bersifat ekonomis dan
strategis, periode lima tahun, yang berlaku mulai 1988 dan berakhir tahun 1993. Berdasarkan
ketentuan perjanjian tersebut, pemerintah AS akan membayar uang tunai seberas 9 juta $ setiap
tahyn pada FFA dan akan menyediakan 1$ juta pertahun untuk proyek-proyek pembangunan
ekonomi di kawasan ini dan dilaksanakan melalui badan pembangunan Internasional AS yang

5
bermakas di Fiji. Komitmen pemerintah AS ini merupakan bantuan “tambahan atas program
bantuan pembangunan yang telah di rencanakan diwilayah Pasifik Selatan.
E. Beberapa masalah Regional Internal
Masalah utama yang mengandung perdebatan sejak awal pembentukan organisasi ini
adalah masalah keanggotaan. Sekitar satu tahun setelah terbentuknya SPF, atas dukungan
Australia, PNG bermaksud menjadi anggota Forum secepat mungkin, sebelum dilaksanakan
pertemuan SPF ke- 3 di Surva, Fiji (1973). Pemerintah Fiji Ratu Mara berpendapat bahwa
sekalipun wilayah tersebut sudah memperoleh status berpemerintaan sendiri, wilayah tersebut
belum berhak menjadi anggota SPF. Karena, status tersebut belum menjamin sebagai tahap
terakhir dari pekembangan politik yang terjadi di PNG, sebagaimana status berpemerintahan
sendiri yang telah diperoleh negara Kepulauan Cook.
Tetapi satu bulan sebelum berlangsungnya pertemuan Forum di Suva, Ratu Mara
memperlunak posisinya dan menolak berita-berita yang mengatakan bahwa ia menentang
anggota SPF, hal ini dapat di pandang bahwa sebagai usaha untuk merdakan pertinkaian antara
Fiji dan PNG dalam rangka keharmonisan regional, dan dalam pertemuan di Suva negara-negara
Forum bersepakat bahwa pertingkaian harus di berhentikan.
Forum berusaha mencari langkah yang tetap dan prinsip tersebut, tapi tanpa terus-
menerrus menempatkan PNG diluar aktivitas SPF. SPF sebagai “invited observer.” Ini berarti
bahwa PNG dapat berpartisipasi dalam diskusi Forum, sekalipun tanpa suara, dan mencegah
tindakan yang mempermalukan bagi pemerintah Fiji, menolak memberikan undangan bagi Ketua
Menteri PNG, Michael Somare, yang telah mengajukan permohonan untuk diundang.
FSM( yang waktu itu masih merupakan bagian dari Trust Territory of the pacific Islands
dibawah pemerintahan AS) telah mengajukan aplikasi untuk menajdi anggota SPF demikian
Vanuatu angkhirnya memperoleh status Observer pada pertemuan Honiara di kepeluaan Solomon
tahun 1979. Karena kemerdekaan negara tersebut telah di tetapkan oleh kedua penguasa kolonial
yaitu Inggris dan prancis tahun 1980. Sedangkan FSM, sekalipun AS telah merancang bahwa
tahun 1981 wilayah tersebut akan mendapat pemerintahan sendiri namun anggota SPF masih
meragukan hal tersebut. Oleh karena itu FSM belum dapat di terima sebagai anggota SPF.
Masalah lainnya yang terdapat di dalam SPF adalah masalah persaingan antara kelompok
Melansia-Polinesia. Seperti di ketahui para pendiri SPF berpusat di wilayah Polinesia yaitu Fiji,
Tonga dan Samoa Barat. Sementara negara-negara Polinesia, sekalipun kecil dalam jumlah tetap

6
memiliki pengaruh yang cukup luas melalui banyaknya jumlah negara mereka. Melihat
perkembangan yang terjadi di dalam SPF, negara-negara Polinesia tidak mehendaki posisinya.
Namun setelah perjanjan berlangsung sekitar 8 tahun, volume perdangan antar negara
kepulauan Pasifik Selatan dengan Australia volume dan Selandia Baru tetap tidak menunjukan
peningkatan. Secara garis besar, kecuali PNG, total perdagangan antara Australia dengan negara-
negara SPF berkisar kurang 1% demkian pula perdagangan mereka dengan Selendia baru, oleh
karena itu pada tahun 1987 Australia dan Selendia Baru mengadakan Liberalisasi perdagangan,
baik dengan cara menurunkan tarif, bebas kouta dan lain-lain, bagi semua produk yang
dihasilkan negara-negara Kepulauan.
Sekalipun demikian, sebagian besar negara-negara kepulauan terutama yang kecil-kecil,
tidak mampu ,meningkatkan volume eksport mereka, hanya Fiji dan Nauru dapat memanfaatkan
fasiitas Perdagangan tersebut, Eksport mereka ke Australia dan Selendia Baru cukup
meningkatkan selama terbentuknya SPARTECA. PNG juga memiliki Ekspor yang cukup berarti
ke Australia karena alasan historis, disamping keadaan ekonominya dapat dikatakan paling kaya
di kawasan tersebut.
Bila di titik dari kurang berhasilnya peningkatan perdagangan di kawasan pasifik, lebih
banyak disebabkan oleh kendala-kendala internal yang dimiliki oleh negara-negara tersebut, ciri-
ciri georgrafis, merupakan penyebab utama mengapa mereka tidak dapat memperoleh manfaat
secara maksimal dari perjanjian SPARTECA, walaupun Australia dan Selendia Baru berusaha
menolong meeka dengan sungguh-sungguh dalam berbeagai kesempatan.
Kelemahan lainnya adalah lambannya pembangunan di bidang insfrastruktur untuk
meningkatkan eksport yang dapat bersaing di bidang internasional tentunya diperlukan sarana-
sarana elekomunikasi yang muktahir dan dalam kaitan ini negara-negara kepulauan masih belum
mampu. Sekalipun belum berhasil dalam bidang perdagangan internasional, namun negara-
negara Pasifik Selatan telah memperoleh berbagai manfaat dari kerjasama tersebut. Antara lain
misalnya mereka dapat menfaatkan pendidikan dan pelatihan di bidang perdagangan, job training
dan lain sebagainya, yang di kembangkan kerjasama tersebut.

BAB III

PENUTUP

7
A. Kesimpulan

Inisiatif kelahiran banyaknya organisasi regional di Pasifik Selatan sebagian besar


didorong oleh ketidakpuasan beberapa negara atas sikap negara-negara metropolitan (mantan
penguasa) yang terkesan terlalu banyak mengontrol masa depan negara-negara Pasifik.
Bersamaan dengan semakin berkembangnya dinamika geopolitik dan geoekonomi, negara-
negara Pasifik menunjukkan keinginan besar untuk lebih mandiri, yang salah satu caranya adalah
dengan mendirikan pengelompokan regional yang digerakkan oleh mereka sendiri. Inisiatif ini
merupakan pendekatan baru yang bertujuan untuk mencari penentuan nasib sendiri melalui
mekanisme regionalisme yang dapat diterjemahkan sebagai sikap anti-kolonisasi negara-negara
Pasifik.
Perkembangan paling menarik dari MSG adalah menguatnya keinginan negara-negara
anggotanya untuk mewujudkan kemandirian regional. Tidak ada pilihan lain bagi mereka:
sementara negara-negara metropolitan mulai meninggalkan kawasan ini, berbagai persoalan
mendesak untuk diselesaikan. Sentimen etnisitas yang mewarnai awal berdirinya MSG tidak lagi
produktif dijadikan sebagai basis kerjasama. MSG dapat mengambil manfaat dari meluasnya
interaksi crossborder di dalam kawasan regional dalam mengembangkan berbagai kerjasama di
antara mereka. Mobilitas crossborder dalam bidang perdagangan/ekonomi, sosial dan budaya
dengan mengutamakan people to people contact, bisa menjadi agenda yang dinamis dan
berkelanjutan (sustain). Hal ini penting untuk mengurangi stigma tentang kompleksitas persoalan
yang bertumpangtindih di Pasifik Selatan. Pergeseran sifat regionalisme, penguatan dan
perluasan bidang kerjasama di dalam MSG merupakan signal positif dalam perkembangan
regionalisme di Pasifik Selatan.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/40595/2/BAB%20I.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8608/BAB%20III.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

https://media.neliti.com/media/publications/116799-ID-kebijakan-indonesia-membuka-hubungan-
dip.pdf

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jgs4fdf7bcf272full.pdf

8
9

Anda mungkin juga menyukai