Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Pengantar Asuhan Kebidanan yang
membahas materi tentang Kelenjar Endokrin, Keseimbangan Cairan & Fungsi Ginjal,
Keseimbangan Asam Basa, Susunan Sistem Saraf, dan Imunoglobulin tepat pada waktunya.
Makalah ini kelompok susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Asuhan
Kebidanan. Kelompok mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap
pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun. Guna dapat memperbaiki pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kelenjar Endokrin.............................................................................................................
B. Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal..........................................................................
C. Keseimbangan Asam Basa................................................................................................
...........................................................................................................................................
D. Susunan Sistem Saraf........................................................................................................
E. Imunoglobulin...................................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan sistem kelenjar yang memproduksi substans untuk
digunakan di dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang tetap
beredar dan bekerja didalam tubuh.
Hormon merupakan senyawa kimia khusus diproduksi oleh kelenjar endokrin
tertentu. terdapat hormon setempat dan hormon umum. contoh dari hormon setempat
adalah: Asetilkolin yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung syaraf parasimpatis dan
syaraf rangka. Sekretin yang dilepaskan oleh dinding duedenum dan diangkut dalam
darah menuju penkreas untuk menimbulkan sekresi pankreas dan kolesistokinin yang
dilepaskan diusus halus, diangkut kekandung empedu sehingga timbul kontraksi
kandung empedu dan pankreas sehingga timbul sekresi enzim.
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung
konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi
normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan
(homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan
volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi
metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi seperti penyakit atau trauma.
Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam basa dengan
cara filtrasi darah, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan nonelektrolit.Serta
mengekskresi kelebihannya sebagai urine.Organ ini juga mengeluarkan produk sisa
metabolisme, seperti urea, kreatinin, termasuk juga zat asing.
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam basa, larutan dikelompokkan dalam
tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan basa
memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu
larutan. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya.
pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
larutan.1 Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari
7, sedangkan larutan netral memiliki pH 7.
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa
penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah
untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf
adalah sel saraf atau neuron. Skema terjadinya gerak sadar Rangsang -reseptor – sel
saraf sensorik – otak-sel saraf motorik-efektor-tanggapan.
Kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Sistem ini akan
melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker
dan zat asing lain dalam tubuh jika sistem kekebalan tubuh melemah, kemampuannya
melindungi tubuh juga berkurang.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut:
a. Kelenjar Endokrin
b. Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal
c. Keseimbangan Asam Basa
d. Susunan Sistem Saraf
e. Imunoglobulin
C. Tujuan
a. Mengetahui dan memahami tentang Kelenjar Endokrin
b. Mengetahui dan memahami tentang Keseimbangan Cairan dan Fungsi
Ginjal
c. Mengetahui dan memahami tentang Keseimbangan Asam Basa
d. Mengetahui dan memahami tentang Susunan Sistem Saraf
e. Mengetahui dan memahami tentang Imunoglobulin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelenjar Endokrin
1. Pengertian Kelenjar Endokrin
Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan
mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau
gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang
mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi
dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak melaui
saluran, tapi dari selsel endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya hormon
tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon.
Sedangkan ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh kita melalui saluran khusus, seperti
uretra dan saluran kelenjar ludah.
1. Kelenjar Hipofisis
Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar pengendali
karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya.
Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil, dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi
menjadi hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars intermedia), dan bagian posterior.
Stimulating Hormone (TSH) kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang sekresi
tiroksin
Adrenocorticotropic hormone Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
(FSH)
· Mempengaruhi pematangan folikel dalam
ovarium dan menghasilkan progestron
2. Luteinizing Hormone (LH)
Hormone gonadotropin pada pria :
No Hormon Fungsi
1. MSH (Melanosit Mempengaruhi warna kulit individu. dengan cara
Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya Jenis
hormon serta fungsi dari hipofisis posterior :
No Hormon Fungsi
1. Oksitosin Menstimulasi kontraksi otot polos pada
rahim wanita selama proses melahirkan
2. Hormon ADH Menurunkan volume urine dan
meningkatkan tekanan darah dengan cara
menyempitkan pembuluh darah
2. Kelenjar Thyroid
No Hormon Fungsi
1 Tiroksin Mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan, dan kegiatan
system saraf
- Kelainan
3. Kelenjar Parathyroid
• Berjumlah empat buah terletak di belakang kelenjar tiroid
• Jika kelebihan hormon ini akan berakibat berakibat kadar kalsium dalam darah
meningkat, hal ini akan mengakibatkan terjadinya endapan kapur pada ginjal.
2 Bagian Medula Adrenal Kedua hormon tersebut bekerja sama dalam hal
berikut :
Adrenalin (epinefrin) dan
a. dilatasi bronkiolus
noradrenalin
e. gerak peristaltik
5. Kelenjar Pankreas
• Kelenjar pankreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada pancreas sehingga
dikenal dengan pulau – pulau langerhans.
• Kelenjar pancreas menghasilkan hormone insulin dan glucagon. Insulin mempermudah
gerakan glukosa dari darah menuju ke sel – sel tubuh menembus membrane sel.
• Di dalam otot glukosa di metabolisme dan di simpan dalam bentuk cadangan
• Di sel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen (glikogenesis) dan
pembentukan lemak (lipogenesis).
• Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan untuk mensekresikan
insulin. Sebagai contoh, insulin akan meningkat setelah kita makan. Setelah makan,
maka kadar glukosa dalam darah akan naik karena tubuh mendapatkan glukosa dari
pemecahan makanan tersebut. Tubuh mengambil kelebihan glukosa dengan cara
mensekresikan insulin untuk menyeimbangkannya pada kadar normal. Sebaliknya
glukagon bekerja secara berlawanan terhadap insulin. Glukagon berfungsi mengubah
glikogen menjadi glukosa sehingga kadar glukosa naik. Contohnya pada saat kita
berpuasa. Karena tubuh tidak mendapatkan asupan glukosa ketika berpuasa, maka
tubuh mensekresikan glukagon untuk menyeimbangkan kekurangan glukosa tersebut.
• Kekurangan hormone insulin akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus (kencing
manis).
• Insulin berperan mengubah glukosa menjadi glikogen agar dapat menurunkan kadar
gula darah. Jika seseorang tidak dapat memproduksi insulin, maka glukosa dalam
darah terus bertambah karena glukosanya tidak bisa dirubah menjadi glikogen.
Akibatnya urine yang dikeluarkannyapun mengandung glukosa.
a) Sel A (Alpha) : glukagen yang menghasilkan gula bila tubuh
kekurangan gula
b) Sel B (Betha) : insulin yang bila berlebihan menjadi glukagen dalam
otot
c) Sel D (Delta) : somatosin yang tergantung dari kebutuhan tubuh
membantu sel A bila kekurangan gula dan sel B membantu jika
kelebihan gula
d) Sel F (Pankreapeptida) : membentuk dan membantu proses makanan
terutama protein
Peningkatan glukosa darah diatas titik pasang (sekitar 90mg/100ml pada manusia)
merangsang pankreas untuk mensekresi insulin, yang memicu sel – sel targetnya untuk
mengambil kelebihan glukosa dari darah. Ketika kelebihan itu telah dikeluarkan atau ketika
konsentrasi glukosa turun dibawah titik pasang, maka pancreas akan merespons dengan cara
mensekresikan glukagon, yang mempengaruhi hati untuk menaikkan kadar glukosa darah.
6. Kelenjar Lambung
Hormon yang dihasilkan gastrik yang membantu dalam proses peristaltic yang teratur
sehingga makanan diantar ke lambung dan membentuk makanan yang padat menjadi lunak
atau dalambentuk cair agar mudah dicerna oleh intetinum tenue (usus halus)
• Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar dapat menerima sel telur
yang sudah dibuahi.
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur).Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan
folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen.Estrogen
ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu
LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones
yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme
umpan balik estrogen terhadap hipotalamus.Produksi hormon gonadotropin (FSH dan
LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung
estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium.Di bawah pengaruh
LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh
hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik).Korpus
luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar
endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan
mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon
ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini
disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka
korpus luteum tersebut dipertahankan.
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon
ovarium berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada
fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi
pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).
b. Kelenjar Testis
• Testis pada mammalia terdiri dari tubulus yang dilapisi oleh sel – sel benih (sel
germinal), tubulus ini dikenal dengan tubulus seminiferus.
• Testis mensekresikan hormon testosterone yang berfungsi merangsang pematangan
sperma (spermatogenesisi) dan pembentukan tanda – tanda kelamin pria, misalnya
pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara.
• Sekresi hormon tersebut dirangsang oleh ICTH yang dihasilkan oleh hipofisis
bagian anterior.
• Sewaktu pubertas, hipofisis anterior memproduksi gonadotrofin, yaitu hormone
FSH dan LH. Sekresi kedua hormone ini dipengaruhi oleh GnRF (Gonadotropin
Releasing Factor) yang berasal dari hipotalamus.
9. Kelenjar Thymus
Kelenjar thymus adalah kelenjar yang memproses limfosit, sejenis sel darah putih
yang dapat melawan infeksi dalam tubuh. Kelenjar in berperan dalam pengembangan
miastenia gravis, suatu kondisi dimana sel-sel T menyerang saraf dimana mereka terhubung
ke sistem otot.
Kelenjar ini yang paling penting bagi anak-anak dan dewasa muda karena dapat
memprogram sel darah putih untuk menyerang antigen.
1. Hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang larut dalam
lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (mis., insulin, glukagon,
hormon adrenokortikotropik (ACTH), (gastrin) dan katekolamin
(mis.,dopamin,norepinefrin, epinefrin)
2. Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (mis., estrogen, progesteron,
testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin). Hormon yang larut
dalam air bekerja melalui sistem mesenger-kedua, sementara hormon steroid dapat
menembus membran sel dengan bebas.
D. Pengendalian Endokrin
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam
darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk
mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam
batasbatas yang tepat.
Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak
atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya
jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk
merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah
mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar
E. Klasifikasi hormon :
Manakala hormon mencapai sel target, hormon akan mempengaruhi cara sel
berfungsi dengan satu atau dua metoda : Pertama melalui penggunaan mediator
intraselular dan, kedua yaitu mengaktifkan gen-gen di dalam sel. Salah satu mediator
intraselular adalah cyclic adenosine monophosphate (cAMP), yang berikatan dengan
permukaan dalam dari membran sel. Ketika hormon melekat pada sel, kerja sel
akanmengalami sedikit perubahan. Misalnya, ketika hormon pankreatik glukagon
berikatan dengan sel-sel hepar, kenaikan kadar AMP meningkatkan pemecahan
glikogen menjadi glukosa. Jika hormon mengaktifkan sel dengan berinteraksi dengan
gen, gen akan mensitesa mesenger RNA (mRNA) dan pada akhirnya protein (misalnya
enzim, steroid). Substansi inimempengaruhi reaksi dan proses selular.
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau
diinaktifkan terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati).
Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein plasma
6. Pengaturan Cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang
masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500cc per
hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat
pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus.
Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau
adanya perdarahan, maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan
tekanan darah.
b. Pengeluaran
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada
orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar
berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa.
Hal ini juga dihubugkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui
mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit
(berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula
dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada
pasien luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan)
meningkat sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang
dikeluarkan kurang dari 500 cc per hari, diperlukan adanya perhatian khusus. Setiap 1 derajat
celcius akan berpengaruh pada output cairan.
Pasien dengan ketidak ada kuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan
dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan,
deman, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah
muntah secara terus menerus.
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
a) Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria
(kandung kemih). Proses ini merupakanproses pengeluaran cairan tubuh yang utama.
Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian
diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urine.
Jika terjadi penurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan
kanan akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga
mempengaruhi pengeluaran urine.
b) Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas.
Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya
jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.
c) Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air
melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan
yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan,maka dapat mengakibatkan tubuh
menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feese adalah 100 ml/hari.
9. Pengertian Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang dikedua sisitulang belakang. Warnan
ya coklat kemerahan. Letaknya di dinding posterior abdomen, di depan dua kosta terakhir dan
tiga otot besar. Kosta posterior dan bantalan usus menjadi pelindung organ vital ini
dari trauma. Posisi ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena keberadaan lobus
kanan hati yang besar. Ginjal orang dewasa beratnya kurang lebih 150 gram. Kira-kira
sekepalan tangan. Sisi medial setiap ginjal merupakan lekukan yang disebut hillum tempat
lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter.
Ureter membawa urine akhir dari ginjal ke kandung kemih, untuk
disimpan hingga dikosongkan. Peranan ginjal adalah mempertahankan kestabilan
lingkungan dalam tubuh.
Senyawa asing yang senyawa asing yang dieliminasi ginjal adalah toksin, metabolit
obat-obatan,zat tambahan pada makanan, pestisida, dan bahan-bahan eksogenon nutrisi
lainnya yang berhasil masuk dalam tubuh. Banyak fungsi ginjal lain yang penting,seperti
mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnyanamun yang terpentingadalah mempertahankan
volume dan komposisi cairan ekstraseluler dalam batas wajar
Penyakit ginjal kronis (PGK) ditemukan pada 29,1% masyarakat dengan berbagai
faktor risikonya, seperti hipertensi, diabetes, dan proteinuria. Prevalensi penyakit ini tahun
1998, mencapai lebih dari 320.000 penderita di Amerika. Diperkirakan pada 2030 akan
mencapai dua juta orang. Sampai saat ini, terapi penyakit ginjal didominasi
oleh dialisis karena sedikitnya donor ginjal.
Hemodialisis bermanfaat pada peningkatan kualitas hidup dan memperpanjang usia
penderita. PGK merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi beragam. Proses
ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara progresif.
Ginjal tidak mampu melakukan penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium dalam darah. Tidak
mampu menjalankan fungsi utamanya mempertahankan keseimbangan volume dan
komposisi cairan dalam tubuh. Pada derajat tertentu kondisi ini selain memerlukan tetapi
juga transplantasi. Ada dua jenis gagal ginjal dalam dunia medis. Gagal ginjal akut dan
gagal ginjal kronis. Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible.
Tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit dan
menyebabkan uremia. Retensi urea dan sampah nitrogen dalam darah.Seseorang
didiagnosis mengalami kerusakan ginjal kronis jika terjadi selama lebih dari tiga bulan.
Indikasi kerusakan didasarkan pada petanda kerusakan ginjal seperti kelainan pada urinalisis
dan komosisi darah. Selain kondisi waktu, diagnosis ginjal kronis juga memperhatikan
derajat fungsi ginjal atau laju filtrasi glomerulus (LFG).LFG menunjukkan keadaan kronis
jika kurang dari 60μl/menit/1,732 selama tiga bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
LFG membantu menentukan klasifikasi stadium penyakit. Stadium 1 kerusakan ginjal dengan
LFG normal ≥ 90. Stadium 2 kerusakan ringan 60-89. Stadium 3 kerusakan ginjal dengan
LFG turun sedang 30-59. Stadium 4 Kerusakan ginjal dengan LFG turun berat 15-
29. Terakhir stadium 5 disebut juga dengan gagal ginjal. Sebuah keadaan yang membutuhkan
transplantasi.
Laju filtrasi glomerulus stadium akhir ini <15. Tubuh yang mengalami kerusakan
ginjal kronis memperlihatkan sejumlah tanda. Seberapa parah tanda secara fisik
sangat ditentukan oleh seberapa parah penyakit yang diderita. Beberapa tanda itu adalah :
a) Kardiovaskuler ditandai dengan hipertensi, pitting edema, edema
perioorbital serta pembesaran vena leher
b) Integumen yang ditandai dengan warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering,
nersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, serta rambut tipis dan kasar.
c) Pulmoner ditandai dengan krekeis, sputum kental dan liat, nafas
dangkal, serta pernafasan kusmaul.
d) Gastrointestinal ditandai dengan nafas berbau ammonia, ulserasi, pendarahan
mulut, anoreksia, mual, muntah, kontisipase dan diare, serta pendarahan dari
saluran GI.
e) Neurologi ditandai dengan kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi,
kejang, tungkai lemah, panas telapak kaki, dan perubahan perilaku.
f) Maskuloskeletal ditandai dengan kram otot, hilangnya kekuatan otot, fraktur
tulang, serta foot droop.
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut
sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain
(disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa
yang dapat menerima proton yang dilepaskan. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida
(HCL), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-)
demikian juga, asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion
bikarbonat (HCO3-).Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan, contohnya adalah HCL. Asam lemah
mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena
itu kurang kuat melepaskan H+, contohnya adalah H2CO3.1
2. Basa
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion
bikarbonat (HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen
untuk membentuk asam karbonat (H2CO3).1 Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi
sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir
negatif siap menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan
protein dalam sel-sel tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.1 Basa
kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+. Oleh karena itu dengan
cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH-, yang bereaksi dengan
H+ untuk membentuk air (H2O). Basa lemah yang khas adalah HCO3- karena HCO3-
berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-.1 Kebanyakan asam dan basa
dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan pengaturan asam basa normal adalah
asam dan basa lemah.
Keseimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses
kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat
rendah. Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi
akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion
hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.4 Derajat keasaman (pH) darah manusia
normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan
keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan
optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni
paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah4:
1) Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2) CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen
asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40
mmHg.
3) HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4) Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya
jumlah komponen basa.
5) Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya
jumlah komponen asam.
Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan
ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada
keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari
tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan-
pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan
ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion
hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang
melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion
hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion
hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi,
produksi, dan ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci
sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang terjadi
pada asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan
dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40nEq/liter ).6 Variasi
normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim, konsentrasi
ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10nEq/liter sampai setinggi 160 nEq/liter tanpa
menyebabkan kematian.
Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam jumlah yang
kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala logaritma,
dengan menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen. pH
normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial sekitar 7,35
akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk
H2CO3.3 Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat
pH turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas
rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas
atas adalah sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena
metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3.3 Bergantung pada jenis sel, pH
cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran
darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat
menurunkan pH intraseluler. pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada
status asam basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat
asam adalah HCl yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari
mukosa lambung.
c. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam
disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida
yang dikeluarkan dari aliran darah. Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita
merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika
keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat farmakologi
digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan
spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan
hygiene pulmonari dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran
pernapasan dari mukus dan drainase pluren. Hidrasi yang adekurat di indikasikan
untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi
pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi mekanik,
yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan
ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi karbondioksida
yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi kelebihan
biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan kejang.
d. Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan
terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung
selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan
selang lambung Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang
yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang pentng
ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system tubuh lainnya, karena pengaturan
saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga menyebabkan
tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena
kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat
memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja
integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku
individu.
Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong) serta Neuron (sel-
sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lainnya
sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
a. Neuron
Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan
sitoplasma.
a) Badan sel atau perikarion
Suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
Bagian ini tersusun dari komponen berikut :
Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti konpleks
golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat
bereplikasi.
Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta
berperan dalam sintesis protein.
Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui
mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
b) Dendrit
Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi untuk
menghantar impuls ke sel tubuh.
c) Akson
Suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagian ini
menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau
ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.
b. Klasifikasi Neuron
Berdasarkan Fungsi dan Arah transmisi Impulsnya, neuron diklasifikasi menjadi :
Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ
indera atau suatu organ internal ke SSP (Sistem Saraf Pusat).
Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP (Sistem Saraf Pusat) ke efektor.
Neuron konektor ditemukan seluruhnya dalam SSP (Sistem Saraf Pusat) Neuron ini
menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke
interneuron lain.
c. Sel Neuroglia
Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam se yang secara
keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf pada otak dan medulla
spinalis, sedangkan sel Schwann merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron diluar
sistem saraf pusat. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan
perbandingan sekitar sepuluh banding satu. Ada empat sel neuroglia yang berhasil
diindentifikasi yaitu :
a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang,
sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel atau “kaki
vascular”. Berfungsi sebagai “sel pemberi makan” bagi neuron yang halus. Badan sel
astroglia berbentuk bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan berakhir pada
pembuluh darah sebagai kaki perivaskular. Bagian ini juga membentuk dinding
perintang antara aliran kapiler darah dengan neuron, sekaligus mengadakan
pertukaran zat diantara keduanya. Dengan kata lain, membantu neuron
mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan
transmisi sinaptik. Dengan cara ini pula sel-sel saraf terlindungi dari substansi yang
berbahaya yang mungkin saja terlarut dalam darah, tetapi fungsinya sebagai sawar
darah otak tersebut masih memerlukan pemastian lebih lanjut, karena diduga celah
endothel kapiler darahlah yang lebih berperan sebagai sawar darah otak.
b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah prosesusnya
lebih sedikit dan lebih pendek. Merupakan sel glia yang bertanggung jawab
menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel ini mempunyai lapisan dengan
subtansi lemak mengelilingi penonjolan atau sepanjang sel saraf sehingga terbentuk
selubung myelin.
c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya memiliki
peran fagositik. Sel jenis ini ditemukan di seluruh sistem saraf pusat dan dianggap
berperan penting dalam proses melawan infeksi.
d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral dan
ronggal medulla spinalis. Merupakan neuroglia yang membatasi system ventrikel
sistem saraf pusat. Sel-sel inilah yang merupakan epithel dari Plexus Coroideus
ventrikel otak.
d. Selaput Myelin
Merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang mengisolasi tonjolan
saraf. Mielin menghalangi aliran Natrium dan Kalium melintasi membran neuronal dengan
hamper sempurna. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf dan terdapat
celah-selah yang tidak memiliki myelin, dinamakan nodus ranvier, Tonjolan saraf pada
sumsum saraf pusat dan tepi dapat bermielin atau tidak bermielin. Serabut saraf yang
mempunyai selubung myelin dinamakan serabut myelin dan dalam sistem saraf pusat
dinamakan massa putih (substansia Alba). Serabut-serabut yang tak bermielin terdapat pada
massa kelabu (subtansia Grisea).
Myelin ini berfungsi dalam mempercepat penjalaran impuls dari transmisi di
sepanjang serabut yang tak bermyelin karena impuls berjalan dengan cara “meloncat” dari
nodus ke nodus lain di sepanjang selubung myelin. Cara transmisi seperti ini dinamakan
konduksi saltatorik.
Hal terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi di sebaut saraf dapat terlihat
dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat myelin disana. Pada orang-orang
dengan Multiple Sclerosis, lapisan myelin yang mengelilingi serabut saraf menjadi hilang.
Sejalan dengan hal itu orang tersebut mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol otot-
otonya dan akhirnya menjadi tidak mampu sama sekali.
e. Neurotransmitter
Merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung
sinaptik pada ujung akson, Zat kimia ini dilepaskan dari ujung akson terminal dan juga
direabsorpsi untuk daur ulang.
Neurotransmitter merupakan cara komunikasi antar neuron, setiap neuron melepaskan
satu transmitter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron,
sehingga neuron menjadi lebih kurang dapat menyalurkan impuls. Diketahui terdapat 30
macam neurotransmitter, diantaranya adalah Norephinephrin, Acetylcholin, Dopamin,
Serotonin, Asam Gama-Aminobutirat (GABA) dan Glisin.
f. Synaps
Synaps merupakan tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron lain
atau dengan organ-organ efektor, dan merupakan satu-satunya tempat dimana suatu impuls
dapat lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Ruang antara satu neuron dan
neuron berikutnya dikenal dengan celah sinaptik (Synaptic cleft). Neuron yang
menghantarkan impuls saraf menuju sinaps disebut neuron prasinaptik dan neuron yang
membawa impuls dari sinaps disebut neuron postsinaptik.
Sinaps sangat rentan terhadap perubahan kondisi fisiologis :
a) Alkalosis
Diatas PH normasl 7,4 meningkatkan eksitabilitas neuronal. Pada PH 7,8 konvulsi dapat
terjadi karena neuron sangat mudah tereksitasi sehingga memicu output secara spontan.
b) Asidosis
Dibawah PH normal 7,4 mengakibatkan penurunan yang sangat besar pada output
neuronal. Penurunan 7,0 akan mengakibatkan koma.
c) Anoksia
Atau biasa yang disebut deprivasi oksigen, mengakibatkan penurunan eksitabilitas
neuronal hanya dalam beberapa detik.
d) Obat-obatan
Dapat meningkatkan atau menurunkan eksitabilitas neuronal.
o Kafein menurunkan ambang untuk mentransmisi dan mempermudah aliran
impuls.
o Anestetik local (missal novokalin dan prokain) yang membekukan suatu area
dapat meningkatkan ambang membrane untuk eksitasi ujung saraf.
o Anastetik umum menurunkan aktivasi neuronal di seluruh tubuh.
g. Impuls Saraf
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan
terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.
a) Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari.
Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannya
adalah sebagai berikut.
Impuls > Reseptor > Saraf Sensorik > Otak > Saraf Motorik > Efektor (Otot)
b) Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang
menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati
otak..
Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut:
Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk ke
mata.
Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.
1) Potensial Istirahat
Sel saraf yang sedang beristirahat, sepeti sel lain dalam tubuh, mempertahankan
perbedaan potensial listrik (voltase) pada membrane sel diantara bagian dalam sel dan cairan
ektraseluler di sekeliling sel. Voltase sel relatif berkisar antara -50 mV sampai -80 mV
terhadap voltase luar. Bergantung pada kondisi neurn dan ektraseluler yang mengelilingi sel.
a) Membran sel dalam keadaan istirahat dianggapan bermuatan listrik atau
terpolarisasi. Keadaan ini dapat dibuktikan dengan menempatkan elektroda menit di
dalam sel dan di luar membran.
b) Polarisasi (potensial istirahat) disebabkan oleh konsentrasi ion Natrium dan Kalium
yang tidak seimbang di dalam dan di luar sel, serta perbedaan permebilitas
membrane terhadap ion ini dan ion lain.
Membran neuron sangat permeabel terhadap ion K+ dan Cl- serta relative
impermiabel terhadap ion Na.
Membran ini impermiabel terhadap molekul protein intraseluler besar yang
bermuatan negatif.
Konsentrasi ion K+ didalam membrane sel lebih tinggi daripada diluar membran
sel, konsentrasi ion Na diluar membrane sel lebih tinggi daripada didalam sel.
Karena tingkat permeabilitas membrane terhadap ion K sekitar 75 kali lebih besar
daripada ion Na, maka difusi ion K keluar dari sel lebih cepat daripada ion Na
kedalam sel.
Saat ion K bermuatan positif kelur dari sel, ion tersebut meninggalkan molekul
protein bermuatan negatif yang terlalu besar untuk dapat berdifuso melalui
membran. Hal ini mengakibatkan bagian dalam sel mengalami elektronegativitas.
c) Difusi dan transport aktif bertanggung jawab untuk pergerakan ion melewati
membran plasma
2) Potensial Aksi
a. Jika serabut saraf cukup terstimulasi, maka gerbang Na+ akan terbuka.
b. Ion Natrium bermuatan positif bergerak kedalam sel, mengubah potensial istirahat
(polarisasi) menjadi potensial aksi (depolarisasi) ditunjukkan dengan pergeseran
diferensial dari -65mV ke puncak listrik (potensial puncak) yang hampir mencapai
+40 mV. Depolarisasi juga menyebabkan terbukanya lebih banyak gerbang
natrium, yang kemudian akan mempercepat respons dalam siklus umpan balik
positif.
c. Potensial aksi sangat singkat, yang hanya bertahan kurang dari seperseribu detik.
d. Gerbang Natrium kemudian menutup, mengehentikan aliran deras ion Na +,
Gerbang Kalium akan membuka, menyebabkan ion K+ mengalir keluar sel dengan
deras.
e. Repolarisasi (polarisasi balik) adalah pemulihan daya potensial untuk kembali pada
keadaan istirahat.
Pompa natrium-kalium membantu pengembalian gradient konsentrasi ion asal
yang melewati membran sel.
Pompa yang dijalankan dengan energy ini akan menghancurkan kelebihan ion
Na yang memasuki sel dan mengembalikan ion K yang telah berdifusi keluar sel.
f. Respon all or none.
Stimulus ambang untuk depolarisasi biasanya terjadi saat ada perubahan
sekitar 15 mV dari keadaan potensial istirahat.
Begitu ambang depolarisasi tercapai, potensial aksi akan terbentuk. Inilah
yang disebut respons all-or-none. Neuron akan merespons secara keseluruhan atau
tidak merespons sama sekali.
g. Periode refraktori.
Periode refraktori absolut : waktu selama gerbang ion Na tertutup dan gerbang
K masih terbuka dan serabut saraf sama sekali tidak responsif terhadap kekuatan
stimulus lain.
Periode refraktori relative : masa setelah masa refraktori absolute. Masa ini
berlangsung kurang dari 2 milidetik dan merupakan waktu dimana stimulus dengan
kekuatan yang lebih tinggi memicu potensial aksi yang kedua.
3) Perambatan Impuls Saraf
a. Setelah inisiasi, potensial aksi menjalar di sepanjang serabut saraf dengan
kecepatan dan amplitude yang tetap.
b. Arus listrik local menyebar ke area membran yang berdekatan. Hal ini
menyebabkan gerbang natrium membuka dan mengakibatkan gelombang
depolarisasi menjalar di sepanjang saraf.
c. Dengan cara ini, sinyal atau impuls saraf, ditransmisi dari satu sisi ke delam
sistem saraf sisi yang lain.
3. Sirkulasi CCS
CCS dihasilkan oleh pleksus choroideus dan mengalir dari ventriculus lateralis ke
dalam ventriculus tertius, dan dari sini melalui aquaductus sylvii masuk ke ventriculus
quartus. Di sana cairan ini memasuki spatium liquor cerebrospinalis externum melalui
foramen lateralis dan medialis dari ventriculus quartus. Cairan meninggalkan system
ventricular melalui apertura garis tengah dan lateral dari ventrikel keempat dan memasuki
rongga subarachnoid. Dari sini cairan mungkin mengalir di atas konveksitas otak ke dalam
rongga subarachnoid spinal. Sejumlah kecil direabsorpsi (melalui difusi) ke dalam pembuluh-
pembuluh kecil di piamater atau dinding ventricular, dan sisanya berjalan melalui jonjot
arachnoid ke dalam vena (dari sinus atau vena-vena) di berbagai daerah – kebanyakan di atas
konveksitas superior. Tekanan cairan cerebrospinal minimum harus ada untuk
mempertahankan reabsorpsi. Karena itu, terdapat suatu sirkulasi cairan cerebrospinal yang
terus menerus di dalam dan sekitar otak dengan produksi dan reabsorpsi dalam keadaan yang
seimbang.
1) Otak
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total otak
dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan mempunyai
sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada bagian-bagian khusus
sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik. Permukaan otak tidak rata, tetapi
berlekuk-lekuk sebagai pengembangan neuron yang berada di dalamnya. Semakin
berkembang otak seseorang, semakin banyak lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam
(lembah) disebut sulkus dan lekukan yang berarah ke atas (gunungan) dinamakan girus.
Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang saraf kranial.
Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak yang khusus. Otak manusia dibagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Para ahli
mempercayai bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga bagian
yang mempunyai fungsi khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah laku, otak
tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi dalam penciuman (Campbell,
et al, 2006: 578)
a) Otak depan
Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.
Otak besar
Merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh
bagian otak. Bagian tertentu merupakan bagian paling penting dalam penerjemahan
informasi yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya. Bagian
otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu belahan otak kiri dan otak kanan.
Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh yang berbeda.besar terdiri atas
dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer otak kanan. Otak kanan sangat
berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian kiri, serta bekerja lebih aktif untuk
pengerjaan masalah yang berkaitan dengan seni atau kreativitas. Bagian otak kiri
mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan serta bekerja aktif pada saat Anda berpikir
logika dan penguasaan bahasa atau komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer
otak, terdapat jembatan jaringan saraf penghubung yang disebut dengan corpus callosum.
Talamus
Mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju otak besar.
Talamus memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya semua sinyal sentuhan dari
tangan. Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar sinyal lainnya.
Setelah itu talamus menghantarkan informasi menuju bagian otak yang sesuai untuk
diterjemahkan dan ditanggapi.
Hipotalamus
Mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon.
Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan
hasrat seksual. Hipotalamus juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat
dipengaruhi oleh obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin dan
kokain. Pada bagian lain hipotalamus, terdapat kumpulan sel neuron yang berfungsi
sebagai jam biologis. Jam biologis ini menjaga ritme tubuh harian, seperti siklus tidur dan
bangun tidur. Di bagian permukaan otak besar terdapat bagian yang disebut telensefalon
serta diensefalon. Pada bagian diensefalon, terdapat banyak sumber kelenjar yang
menyekresikan hormon, seperti hipotalamus dan kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian
telensefalon merupakan bagian luar yang mudah kita amati dari model torso.
Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap informasi
yang masuk. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
b. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari penglihatan.
c. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta berhubungan
dengan pengenalan posisi tubuh.
d. Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan
perencanaan kegiatan manusia.
b) Otak tengah
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam sinkronisasi
pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan refleks pupil pada mata.
Otak tengah terletak di permukaan bawah otak besar (cerebrum). Pada otak tengah terdapat
lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak tengah,
banyak diproduksi neurotransmitter yang mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi
kerusakan pada bagian ini, orang akan mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat
relaksasi, bagian otak tengah banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.
c) Otak belakang
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan pons
varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan otot. Otak
kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari sistem gerak sehingga berperan
penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada saat beraktivitas. Kerja otak kecil
berhubungan dengan sistem keseimbangan lainnya, seperti proprioreseptor dan saluran
keseimbangan di telinga yang menjaga keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian
kiri dan bagian kanan tubuh yang diolah di bagian otak besar akan diterima oleh otak kecil
melalui jaringan saraf yang disebut pons varoli. Di bagian otak kecil terdapat saluran yang
menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang belakang yang dinamakan medula
oblongata. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan, denyut jantung,
pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan batuk. Batas antara medula
oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas. Oleh karena itu, medula oblongata sering
disebut sebagai sumsum lanjutan.
Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur sistem sirkulasi,
kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam pengaturan pernapasan.
Bahkan, jika otak besar dan otak kecil seseorang rusak, ia masih dapat hidup karena detak
jantung dan pernapasannya yang masih normal. Hal tersebut dikarenakan fungsi medula
oblongata yang masih baik. Peristiwa ini umum terjadi pada seseorang yang mengalami koma
yang berkepanjangan. Bersama otak tengah, pons varoli dan medula oblongata membentuk
unit fungsional yang disebut batang otak (brainstem).
2. Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem
saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala
yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum
tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan. Bila sumsum tulang
belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf
disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti
anggota gerak bawah (kaki).
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa disebut
medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-
ruas tulang belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang terdiri dari 7
pasang dari segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari segmen
lumbalis, 5 pasang dari segmen sacralis dan 1 pasang dari segmen koxigeus
Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan membentuk daerah
tengkuk.
Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan membentuk
bagian belakang torax atau dada.
Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk daerah
lumbal atau pinggang.
Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk os
sakrum (tulang kelangkang).
Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan membentuk tulang
koksigeus (tulang tungging)
E. Imunoglobulin
1. Pengertian Sistem Imun
Sistem Imun adalah sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit. Sebuah sistem
dalam tubuh kita yang memiliki peran vital bagi kelangsungan hidup kita.
Ada 3 (tiga) fungsi penting yang harus dimiliki sistem imun yang sehat :
Sistem imun yang sehat adalah sistem imun yang seimbangyang bisa meningkatkan
kemampuan tubuh dalam melawan penyakit. Sistem imun menyediakan kekebalan terhadap
suatu penyakit yang disebut imunitas. Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh
untuk memberi respon terhadap masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh.
Innate Immunity adalah pertahanan tubuh yang mempunyai sifat tidak spesifik dan
merupakan bagian sistem imun yang berfungsi sebagai barier terdepan pada awal terjadinya
infeksi penyakit, oleh karena itu sering disebut natural atau native immunity.
Yang termasuk innate immunity adalah : Makrofage, sel darah merah dan sel assesories,
selain itu juga bahan biokimia dan fisik barier seperti kulit yang mensekresi lisosim dan
dapat merusak bakteri seperti S.aureus. oleh karena itu sistem ini spesifik untuk alam.
Sehingga jika ada organisme melakukan penetrasi melalui permukaan epithel akan dianulir
oleh sitem Retikulum Endothelium (RE) yang merupakan turunan dari sel sumsung tulang
yang berfungsi menangkap, internelisasi dan merusak agen infeksius. Dalam hal ini yang
bertindak memfagositosit adalah sel kuffer. Selain itu juga sel darah merah termasuk
eosinophil, PMN dan monosit dapat migrasi ke dalam jaringan yang dapat merangsang
secara invasive.
Sel lainnya adalah natural killer, leukosit, sel ini cocok untuk mengenali perubahan
permukaan pada sel yang terinfeksi, seperti mengikat dan membunuh sel yang
dipengaruhi oleh interferon. Interferon adalah termasuk antibodi spesifik yang
diproduksi oleh sel target atau sel terinfeksi.
Faktor lain yang termasuk innate immunity adalah protein serum yang merupakan
protein fase akut. Protein ini mempunyai efek sebagai perlindungan melalui interaksi
komplek dengan komplemen, yang selanjutnya diikuti lisisnya agen penyakit.
Sebagai tanda awal dari respon imun adalah inflamasi yang merupakan reaksi dari
tubuh terhadap injuri seperti invasi agen infeksius. Terjadinya proses ini dapat ditandai
dengan 3 hal yaitu pertama terjadi peningkatan daerah ke daerah infeksi, kedua
peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan reaksi sel endithel, sehingga
terjadi reaksi silang antara molekul besar dan sel endotelial dan ketiga adalah terjadinya
migrasi leukosit (PMN) dan makrofage dan kapiler ke jaringan sekitar.
c. Pertahanan Biologis : Sel darah putih yang bersifat fagosit (neutrofil, monosit,
acidofil), protein antimikroba dan respon pembengkakan (inflammatory).
Antibodi diproduksi oleh sel B yang merupakan molekul fleksibel dan bertindak
sebagai adaptor antara agen infeksius dan fagosit. Antibodi mempunyai 2 fungsi selain
mempunyai variabel antibodi yang berbeda dan mengikat agen infeksius juga mengikat
reseptor sel dan selanjutnya mengaktifkan komplemen yang diakhiri dengan terjadinya
lisis.
Sistem Imun ini disebut Spesifik karena : dilakukan hanya oleh sel darah putih
Limfosit, membentuk kekebalan tubuh, dipicu oleh antigen (senyawa asing) sehingga
terjadi pembentukan antibodi dan setiap antibodi spesifik untuk antigen tertentu. Limfosit
berperan dalam imunitas yang diperantarai sel dan antibodi.
a. Sel B
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada respon imun
humoral yang berbalik pada imunitas selular yang diperintah oleh sel T. Fungsi utama
sel B adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah komponen sistem
kekebalan tiruan. Pencerap antigen pada sel B, biasa disebut pencerap sel B,
merupakan imunoglobulin. Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B terdiferensiasi
menjadi sel plasmayang memproduksi molekul antibodidari antigen yang terikat pada
pencerapnya.
- Sel B-1 atau sel B CD5, merupakan sel B yang ditemukan pada ruang
peritoneal dan pleural dan memiliki kemampuan untuk berkembangbiak.
- Sel B-2 atau sel B konvensional, merupakan sel B hasil sintesis sumsum tulang
yang memenuhi plasma darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak memiliki
kemampuan untuk berkembangbiak.
b. Sel T
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang
diketahui sebagai limfosit dan memainkan peran utama padakekebalan selular. Sel T
mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu
demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan
karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori dengan kemampuan untuk
berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi yang mungkin terulang kembali.
Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu dan sistematika perlawanannya,
dieksploitasi sepanjang prosesvaksinasi, yang dipelajari padasistem kekebalan tiruan.
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor sel T
(bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) danpeptida MHC pada permukaan sel sehingga
menimbulkan antarmukaantara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut oleh molekul
co-receptor dan co-binding. Ikatanpolivalen yang terjadi memungkinkan pengiriman
sinyal antar kedua sel. Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan seluruh isi
selular, dikirimkan oleh sel target ke antarmuka sebagai MHC untuk dipindai oleh TCR
yang mencari sinyal asing dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi sel T
memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti produksi antibodi, aktivasi sel
fagosit atau penghancuran sel target dalam seketika. Dengan demikian respon kekebalan
tiruan terhadap berbagai macam penyakit diterapkan.
Sel T terbagi menjadi tiga jenis, masing-masing dari ketiga jenis tersebut
mempunyai tugas / fungsi yang berbeda-beda :
- Sel T sitotoksik (killer), berfungsi membunuh sel-sel yang terinfekasi, sel ini
dapat membunuh berbagai bibit penyakit, dan sel kanker.
- Sel T supressor (penekan), mempunyai efek menstabilkan jumlah sel killer agar
sel killer tidak membunuh sel-sel tubuh yang sehat.
- Sel T penolong (helper), berfungsi membantu zat antibodi dan sel B penghasil
antibodi. Sel ini mengatur respons, kekebalan tubuh dengan cara mengenali dan
mengaktifkan limfosit yang lain.
2. Faktor Pembekuan
Lintasan terakhir yang sama melibatkan aktivasi protombin menjadi trombin
dalam proses pembekuan darahPada lintasan terakhir yang sama, faktor yang dihasilkan
oleh lintasan intrinsik dan ekstinsik dan mengaktifkan protobin (faktor IIa) yang
kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Pengaktifan protombin, seperti halnya pengaktifan faktor X, terjadi pada
permukaan terombosit aktif dan memerlukan perakitan kompleks protombokinase yang
terdiri atas fosfolipid anionik platelet, ,faktor Va, faktor Xa dan protombin.
Faktor V (330 kDa), yaitu suatu glikoprotein yang mempunai
homologidenan faktor VIII seruloplasma, disintesis si hati, limpa serta ginjal dan
ditemukan di trombosit serta plasma. Faktor V ini berfungsi menjadi kofaktor
dengan caa yang serupa dengan cara faktor VIII dalamkomples tenase. Ketika
diaktifkan enjadi faktor Va oleh sejumlah kecil trombin, unsur ini terikat dengan
reseptor spesifik pada membran trombosit dan membentuk suatu kompleks
denganfaktr Xa serta protombin. Selanjutnya kompleks ini diiniaktifkan oleh kerja
trombin lebih lanjut,yang dengan demikian akan menghaslkan sarana untuk
membatasi pengaktifan protombin menjadi trombin. Protombin merupakan
glikoprotein antai tunggal yang disintesis di hati. Regio terminal-amino pada
protombin mengandung 10 Gia, dan tempat protase aktif yang bergantung pada
serin beradapada regio-terminal karboksil mole kul tersebut. Setelah terikat dengan
kompleks faktor Va serta Xa pada membran trombosit, protombin dipecah oleh
faktor Xa pada dua tapak untuk menghasilkan molekul trombin dua-rantai yang
aktif, yang kemudian dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A dan B pada
trombin disatukan oleh ikatan disulfida.
Konversi fibrinogen menjadi fibrin dikatalis oleh trombin. Fibrinogen
merupakan glokorotein plasma yang bersifat larut dan tediri atas 3 pasang rantai
polipeptida nonidentik (Aα,Bβγ) yang dihubungkan secara kovalen oleh ikatan
sulfida. Rantai Bβ dan γ mengandung oligosakarida kompleks yang terikat dengan
asparagin. Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disitesis dihati, tiga gen struktural
yang telibat berada pada kromosom yang sama dengan ekspresinya diatur secara
terkoordinasi dalam tubuh manusia. Regio terminal-amino pada kenam rantai
dipertahankan dengan jarak yang rapat oleh sejumlah ikatan disulfida, sementara
regio-teminal karboksil tampak terpisah sehingga menghasilkan molekul
memanjang yang sangat asimetrik. Bagian A dan B pada rantai Aα dan Bβ, diberi
nama fibrinopeptida A (FPA) dan B (FPB), mempunyai ujung-terminal amino
pada rantainya masing-masing yang mengandung muatan negatif berlebihan
sebagai akibat adanya residu aspartat serta glutamat disamping tirosin O-sulfat
yang tidak lazim didalam FPB. Muatan negatif ini turut memberikan sifat dapat
larut dalam fibrinogen dalam plasma dan juga berfungsi untuk mencegah agregasi
dengan menimbulkan repulsi elekrostatistik antara molekul-molekul fibrinogen.
Trumbin (34 kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh kompleks
potombinase, menghidrolisis empat ikatan Arg-Giy diantara molekul-molekul
fibrinopeptida dan bagian ¥ serta β pada rantai Aα dan Bβ fibrinogen. Pelepasan
molekul fibrinopeptida oleh trombin menghasilkan monomer fibri yang memiliki
struktur subunit . Karena FPA dan FPB masing-masing hanya mengandung
16 dan 14 residu, molekul fibrin akan mempertahankan 98% residu yang terdapat
dalam fibrinogen. Pengeluaran molekul fibrinopeptida akan memanjangkan tapak
pengikatan yang memunginkan molekul monomer fibrin mengadakan agregasi
spontan dengan susunan bergiliran secara teratur hingga terbentuk bekuan fibrin
yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang menangkap trombosit, sel
darah merah dan komponen lainya sehingga terbentuk trombus merah atau putih.
Bekuan fibrin pendahulan ini mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya
lewat ikatan non kovalen antara molekul-molekul monomer fibrin.
Selain mengubah mengubah fibrinogen menjadi fibrin, tombin juga
megubah faktor XIII menjadi faktor VIIIa. Faktor ini merupakan transglutaminase
yang sangat spesifik dan membentu ikatan silang secara kovalen antar molekul
fibrin dengan membentuk ikatan peptida antara gugus amida residu glutamin dan
gugus ε-amino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil
denganpeningkatan resistensi terhadap poteolisis.
Konsentrasi trombin yang bersilkulasi harus dikendalikan dengan cermat
atau bekuan darah dapat terbentuk. Begitu tromin aktif terbentuk dalam proses
homeostatis atau trombosis, konsentrasinya harus dikontrol dengan cermat untuk
mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut aau pengaktifan trombosit.
Pengontrolan ini dilakukan lewat dua cara. Trombin beredar dalam darah sebagai
prekursor inaktif, yaitu potombin, yang keudian diaktifkan sebagai hasil kaskade
reaktif enzimatik aktif dan akhirnya menimbulkan konversi trombin menjadi
protombin. Pada setiap titik dalam rangkaian peristiwa tersebut, mekanisme umpan
balik akan menghasilkan suatu keseimbangan yang halus sekali antara aktivasi dan
inhibisi. Konsentrasi fakor XII dalam plasma kurang-lebih 30 μg/mL, sedangkan
konsentrasi fibrinogen adalah 3 mg/mL. Dengan konsentrasi faktor pembekuan
intermediat yang semakin meningkat ketika salah satu faktor diatas menjalani
rangkaian peristiwa pembekuan; kenyataan ini memperlihatkan bahwa rangkaian
peristiwa pembekuan menghasilkan amplifikasi. Cara keua yang mengendalikan
aktifitas trombin adalah inaktivasi setiap trombin yang terbentuk dan proses
inaktivasi ini dilakukan oleh zat inhibitor dalam darah dengan salah satu
inhibitornya yang paling penting adalah antitrombin III.
Aktivitas endogen antitrombin III sangat dipotensiasi oleh keberadaan
poteoglikan yang bersifat asam seperti heparin. Zat ini terikat dengan tempat
kationik spesifik pada antitrombin III dengan menginduksi perubahan bentuk dan
meningkatkan pengikatannya pada trombin disamping pada substrat lainnya.
Peristiwa ini menjadi dasar digunakannya heparin dalam bidang kedokteran klinis
untuk menghambat pembekuan. Efek antikoagulan heparin dapat dilawan oleh
polipeptida kationik kuat seperti protamin yag terikat erat dengan heparin, sehingga
mnghambat pengikatannya dengan dengan antitrombin III yang memiliki fungsi
fisiologik dan sistem pembekuan didalam tubuh manusia normalnya berada dalam
keadaan yang dinamis.
Tombin terlibat dalam mekanisme regulasi tambahan yang bekerja dalam
proses koagulasi. Unsur ini bergabung dengan trombomobulin, yaitu suatu
glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel endotel. Kompleks tersebut
engaktifkan protein C. Dalambentuk gabugan dengan protein S, sebuah kofaktor
yang dinamakan protein C yang diaktifkan akan mengurai faktor Va dan VIIIa,
sehingga membatasi kerjanya dalam koagulasi. Defisiensi genetik protein C atau
protein S dapat menyebabkan trombosis vena. Lebih jauh lagi, pasien dengan
faktor V Leiden menghadapi peningkatan resiko penyakit trombosis vena karena
faktor V Leiden bersifat resistem terhadap inaktivasi oleh APC.
Sel endotel menyintesis prostasiklin dan senyawa lain yang mempengaruhi
pembekuan serta trombosis.Sel endotel dalam dinding pembuluh darah
memberikan sumbangan yang penting terhadap keseluruhan regulasi proses
hemostasis dan trombosis. Sel ini menyintesis prosrasiklin yang merupakan
inhibitor kuat agregasi trombosit dengan melawan kerja tromboksan Prostasiklin
mungkin bekerja dengan merangsang dengan aktivitas enzim adenilil siklase
pada membran pemukaan trombosit. Peningkatan cAMP intratombosit yang
diaktibatkan, akan melawan peningkatan kadar ion intrasel yang dihasilkan oleh
sehingga menghambat pengaktifan tombosit. Sel endotel menyintesis heparan sulfat
yang merupakan antikoagulan, dan juga menyintesis aktivator plasminogen yang
membantu melarutkan trombus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kelenjar Endokrin
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.
Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan
pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan
reproduksi.
2. Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel
mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling
cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel)
yang cocok pula. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di
dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang
berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler
(plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air
(pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut).
3. Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion
hidrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan
oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular
umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada
tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat rendah. Keseimbangan asam
basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru
berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan
asam. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan asam basa yaitu sistem buffer,
sistem paru, dan sistem ginjal.
4. Susunan Sistem Saraf
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sel saraf terdiri atas milyaran sel neuron dan sel pendukung (neuroglia).
Berdasarkan fungsinya, neuron dapat dibagi menjadi neuron sensorik, motorik dan
konektor. Berdasarkan bentuknya, neuron dapat dibagi menjadi neuron unipolar,
bipolar dan multipolar.
Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat dan saraf tepi. Lapisan pada
sistem saraf yakni :
a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf pusat.
Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater dan
duramater.
c) Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di antara
piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal. Fungsi dari
cairan ini yakni memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti jaket
pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi
ion, membawa keluar metabolit-metabolit.
5. Imunoglobulin
DAFTAR PUSTAKA