Anda di halaman 1dari 70

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Pengantar Asuhan Kebidanan yang
membahas materi tentang Kelenjar Endokrin, Keseimbangan Cairan & Fungsi Ginjal,
Keseimbangan Asam Basa, Susunan Sistem Saraf, dan Imunoglobulin tepat pada waktunya.

Makalah ini kelompok susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Asuhan
Kebidanan. Kelompok mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap
pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun. Guna dapat memperbaiki pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kelenjar Endokrin.............................................................................................................
B. Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal..........................................................................
C. Keseimbangan Asam Basa................................................................................................
...........................................................................................................................................
D. Susunan Sistem Saraf........................................................................................................
E. Imunoglobulin...................................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan sistem kelenjar yang memproduksi substans untuk
digunakan di dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang tetap
beredar dan bekerja didalam tubuh.
Hormon merupakan senyawa kimia khusus diproduksi oleh kelenjar endokrin
tertentu. terdapat hormon setempat dan hormon umum. contoh dari hormon setempat
adalah: Asetilkolin yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung syaraf parasimpatis dan
syaraf rangka. Sekretin yang dilepaskan oleh dinding duedenum dan diangkut dalam
darah menuju penkreas untuk menimbulkan sekresi pankreas dan kolesistokinin yang
dilepaskan diusus halus, diangkut kekandung empedu sehingga timbul kontraksi
kandung empedu dan pankreas sehingga timbul sekresi enzim.
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung
konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi
normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan
(homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan
volume, komposisi dan keseimbangan  asam basa cairan tubuh selama fluktuasi
metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi seperti penyakit atau trauma.
Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam basa dengan
cara filtrasi darah, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan nonelektrolit.Serta
mengekskresi kelebihannya sebagai urine.Organ ini juga mengeluarkan produk sisa
metabolisme, seperti urea, kreatinin, termasuk juga zat asing.
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam basa, larutan dikelompokkan dalam
tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan basa
memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu
larutan. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya.
pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
larutan.1 Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari
7, sedangkan larutan netral memiliki pH 7.
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa
penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah
untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf
adalah sel saraf atau neuron. Skema terjadinya gerak sadar Rangsang -reseptor – sel
saraf sensorik – otak-sel saraf motorik-efektor-tanggapan.
Kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Sistem ini akan
melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker
dan zat asing lain dalam tubuh jika sistem kekebalan tubuh melemah, kemampuannya
melindungi tubuh juga berkurang.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut:
a. Kelenjar Endokrin
b. Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal
c. Keseimbangan Asam Basa
d. Susunan Sistem Saraf
e. Imunoglobulin
C. Tujuan
a. Mengetahui dan memahami tentang Kelenjar Endokrin
b. Mengetahui dan memahami tentang Keseimbangan Cairan dan Fungsi
Ginjal
c. Mengetahui dan memahami tentang Keseimbangan Asam Basa
d. Mengetahui dan memahami tentang Susunan Sistem Saraf
e. Mengetahui dan memahami tentang Imunoglobulin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelenjar Endokrin
1. Pengertian Kelenjar Endokrin
Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan
mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau
gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler.

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang
mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi
dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.

Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak melaui
saluran, tapi dari selsel endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya hormon
tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon.
Sedangkan ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh kita melalui saluran khusus, seperti
uretra dan saluran kelenjar ludah.

Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar tersebut,


ada yang berfungsi sebagai organ endokrin murni artinya hormon tersebut hanya
menghasilkan hormon misalnya kelenjar pineal, kelenjar hipofisis / pituitary, kelenjar tiroid,
kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal suprarenalis, dan kelenjar timus. Selain itu ada beberapa
organ endokrin yang menghasilkan zat lain selain hormon yakni:

1. Kelenjar Hipofisis

Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar pengendali
karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya.
Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil, dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi
menjadi hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars intermedia), dan bagian posterior.

a) Hipofisis lobus anterior


Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan
gangguannya :

Hormon yang dihasilkan Fungsi dan gangguannya


Hormon Somatotropin (STH), merangsang sintesis protein dan metabolisme lemak,

Hormon pertumbuhan (Growth serta merangsang pertumbuhan tulang (terutama


tulang pipa) dan otot. kekurangan hormon ini pada
Hormone / GH)
anak-anak-anak menyebabkan pertumbuhannya
terhambat /kerdil (kretinisme), jika kelebihan akan
menyebabkan pertumbuhan raksasa (gigantisme).
Jika kelebihan terjadi pada saat dewasa, akan
menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang pada
tulang jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang
hidung yang disebut akromegali.
Hormon tirotropin atau Thyroid Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan

Stimulating Hormone (TSH) kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang sekresi
tiroksin
Adrenocorticotropic hormone Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan

(ACTH) aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar


adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid
(hormon yang dihasilkan untuk metabolisme
karbohidrat)
Prolaktin (PRL) atau Lactogenic Membantu kelahiran dan memelihara sekresi susu
hormone (LTH) oleh kelenjar susu
Hormon gonadotropin pada
wanita :
· Merangsang pematangan folikel dalam ovarium
1. Follicle Stimulating Hormone dan menghasilkan estrogen

(FSH)
· Mempengaruhi pematangan folikel dalam
ovarium dan menghasilkan progestron
2. Luteinizing Hormone (LH)
Hormone gonadotropin pada pria :

1. FSH · Merangsang terjadinya spermatogenesis (proses


pematangan sperma)

2. Interstitial Cell Stimulating · Merangsang sel-sel interstitial testis untuk


memproduksi testosteron dan androgen
Hormone (ICSH)

b) Hipofisis pars media


Jenis hormon serta fungsi hipofisis pars media

No Hormon Fungsi
1. MSH (Melanosit Mempengaruhi warna kulit individu. dengan cara

Stimulating Hormon) menyebarkan butir melanin, apabila hormon ini


banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit
menjadi hitam.

c) Hipofisis lobus posterior

Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya Jenis
hormon serta fungsi dari hipofisis posterior :

No Hormon Fungsi
1. Oksitosin Menstimulasi kontraksi otot polos pada
rahim wanita selama proses melahirkan
2. Hormon ADH Menurunkan volume urine dan
meningkatkan tekanan darah dengan cara
menyempitkan pembuluh darah

2. Kelenjar Thyroid

Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan terdapat di


depan trakea.
• Kelenjar yang terdapat di leher bagian depan di sebelah bawah jakun dan
terdiri dari dua buah lobus.
• Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4) dan
Triiodontironin (T3).
• Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid dari asam amino (tiroksin) yang
mengandung yodium. Yodium secara aktif di akumulasi oleh kelenjar tiroid dari
darah. Oleh sebab itu kekurangan yodium dalam makanan dalam jangka waktu
yang lama mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok hingga 15 kali.

Hormon yang dihasilkan dari kelenjar Tiroid beserta fungsinya :

No Hormon Fungsi
1 Tiroksin Mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan, dan kegiatan
system saraf

2 Triiodontironin Mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan dan kegiatan


sistem saraf

3 Kalsitonin Menurunkan kadar kalsium dalam darah dengan cara mempercepat


absorpsi kalsium oleh tulang

- Kelainan

Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan


lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan
kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan
idiot. Kekurangan iodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan
garam iodium di dalam makanan.

Jika kelebihan tiroid, (hipertiroidisme) akan menyebabkan pertumbuhan raksasa


(gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan
tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang hidung yang
disebut akromegali.

3. Kelenjar Parathyroid
• Berjumlah empat buah terletak di belakang kelenjar tiroid

• Kelenjar ini menghasilkan parathormon (PTH) yang berfungsi untuk mengatur


konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan cara mengatur : absorpsi
kalsium dari usus, ekskresi kalsium oleh ginjal, dan pelepasan kalsium dari tulang.

• Hormon paratiroid meningkatkan kalsium darah dengan cara merangsang reabsorpsi


kalsium di ginjal dan dengan cara penginduksian sel–sel tulang osteoklas untuk
merombak matriks bermineral pada osteoklas untuk merombak matriks bermineral
pada tulang sejati dan melepaskan kalsium ke dalam darah .

• Jika kelebihan hormon ini akan berakibat berakibat kadar kalsium dalam darah
meningkat, hal ini akan mengakibatkan terjadinya endapan kapur pada ginjal.

• Jika kekurangan hormon menyebabkan kekejangan disebut tetanus.

• Kalsitonin mempunyai fungsi yang berlawanan dengan PTH, sehingga fungsinya


menurunkan kalsium darah.

Fungsi umum kelenjar paratiroid adalah:

1. Mengatur metabilisme fosfor

2. Mengatur kadar kalsium darah.

4. Kelenjar adrenalin (anak ginjal)


Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian atas ginjal. Pada
setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar
(korteks) dan bagian tengah (medula).
Hormon dari kelenjar anak ginjal dan prinsip kerjanya :

No. Hormon Prinsip kerja


1 Bagian korteks adrenal

a. Mineralokortikoid Mengontol metabolisme ion anorganik


b. Glukokortikoid Mengontrol metabolisme glukosa

2 Bagian Medula Adrenal Kedua hormon tersebut bekerja sama dalam hal
berikut :
Adrenalin (epinefrin) dan
a. dilatasi bronkiolus
noradrenalin

b. vasokonstriksi pada arteri

c. vasodilatasi pembuluh darah otak dan otot

d. mengubah glikogen menjadi glukosa dalam


hati

e. gerak peristaltik

f. bersama insulin mengatur kadar gula dara

Stimulus yang mencekam menyebabkan hipotalamus mengaktifkan medula


adrenal melalui impuls saraf dan korteks adrenal melalui sinyal hormonal. Medulla
adrenal memperantarai respons jangka pendek terhadap stress dengan cara
mensekresikan hormon katekolamin yaitu efinefrin dan norefinefrin. Korteks adrenal
mengontrol respon yang berlangsung lebih lama dengan cara mensekresikan hormone
steroid. (Campbell, 1952 : 146).

5. Kelenjar Pankreas
• Kelenjar pankreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada pancreas sehingga
dikenal dengan pulau – pulau langerhans.
• Kelenjar pancreas menghasilkan hormone insulin dan glucagon. Insulin mempermudah
gerakan glukosa dari darah menuju ke sel – sel tubuh menembus membrane sel.
• Di dalam otot glukosa di metabolisme dan di simpan dalam bentuk cadangan
• Di sel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen (glikogenesis) dan
pembentukan lemak (lipogenesis).
• Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan untuk mensekresikan
insulin. Sebagai contoh, insulin akan meningkat setelah kita makan. Setelah makan,
maka kadar glukosa dalam darah akan naik karena tubuh mendapatkan glukosa dari
pemecahan makanan tersebut. Tubuh mengambil kelebihan glukosa dengan cara
mensekresikan insulin untuk menyeimbangkannya pada kadar normal. Sebaliknya
glukagon bekerja secara berlawanan terhadap insulin. Glukagon berfungsi mengubah
glikogen menjadi glukosa sehingga kadar glukosa naik. Contohnya pada saat kita
berpuasa. Karena tubuh tidak mendapatkan asupan glukosa ketika berpuasa, maka
tubuh mensekresikan glukagon untuk menyeimbangkan kekurangan glukosa tersebut.
• Kekurangan hormone insulin akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus (kencing
manis).
• Insulin berperan mengubah glukosa menjadi glikogen agar dapat menurunkan kadar
gula darah. Jika seseorang tidak dapat memproduksi insulin, maka glukosa dalam
darah terus bertambah karena glukosanya tidak bisa dirubah menjadi glikogen.
Akibatnya urine yang dikeluarkannyapun mengandung glukosa.
a) Sel A (Alpha) : glukagen yang menghasilkan gula bila tubuh
kekurangan gula
b) Sel B (Betha) : insulin yang bila berlebihan menjadi glukagen dalam
otot
c) Sel D (Delta) : somatosin yang tergantung dari kebutuhan tubuh
membantu sel A bila kekurangan gula dan sel B membantu jika
kelebihan gula
d) Sel F (Pankreapeptida) : membentuk dan membantu proses makanan
terutama protein
Peningkatan glukosa darah diatas titik pasang (sekitar 90mg/100ml pada manusia)
merangsang pankreas untuk mensekresi insulin, yang memicu sel – sel targetnya untuk
mengambil kelebihan glukosa dari darah. Ketika kelebihan itu telah dikeluarkan atau ketika
konsentrasi glukosa turun dibawah titik pasang, maka pancreas akan merespons dengan cara
mensekresikan glukagon, yang mempengaruhi hati untuk menaikkan kadar glukosa darah.

6. Kelenjar Lambung
Hormon yang dihasilkan gastrik yang membantu dalam proses peristaltic yang teratur
sehingga makanan diantar ke lambung dan membentuk makanan yang padat menjadi lunak
atau dalambentuk cair agar mudah dicerna oleh intetinum tenue (usus halus)

a) Pepsin = berfungsi untuk mengubah protein menjadi pepton


b) Renin = berfungsi untuk mengubah kasinogen menjadi kasein
c) Asam lambung atau Asam klorida (HCL) = berfungsi untuk membantu
mengaktifkan pepsinogen menjadi enzim pepsin. Produksi asam
lambung yang berlebih dapat membuat radang pada dinding lambung.

7. Kelenjar Duodenum ( Usus Halus )


a) Enterogastron (Sekretin)=untuk produksi bubur makanan (ehime) asam dalam
duodenum pengaruhnya untuk merangsang pancreas untuk mengeluarkan bikarbonat
yang menetralkan ehime
b) Cholechystokinin (CCK)=diproduksi di dinding duodenum pengaruhnya untuk
merangsang pancreas mengeluarkan enzim dan merangsang kantung empedu ke
dalam usus halus
c) Enterogastron=produksi di dinding duodenum, di stimulus untuk produksi ehime.
Pengaruhnya untuk menghambat peristaltic (memperlambat masuknya makanan ke
dalam usus)
d) Motilin=berpartisipasi dalam mengendalikan pola kontraksi otot polos pada saluran
pencernaan atas.

8. Kelenjar Gonad ( Ovarium&Testis)


a. Kelenjar Ovarium

• Merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsi menghasilkan sel telur,


hormone estrogen dan hormone progesterone.
• Sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel de Graaf dan dirangsang oleh FSH

• Estrogen berfungsi menimbulkan dan mempertahankan tanda – tanda kelamin


sekunder pada wanita, misalnya perkembangan pinggul, payudara, serta kulit
menjadi halus.
• Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH

• Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar dapat menerima sel telur
yang sudah dibuahi.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:


1) FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.
2) LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus
untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
3) PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin.

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur).Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan
folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen.Estrogen
ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu
LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones
yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme
umpan balik estrogen terhadap hipotalamus.Produksi hormon gonadotropin (FSH dan
LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung
estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium.Di bawah pengaruh
LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh
hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik).Korpus
luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar
endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan
mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon
ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini
disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka
korpus luteum tersebut dipertahankan.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon
ovarium berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada
fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi
pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).

b. Kelenjar Testis

• Testis pada mammalia terdiri dari tubulus yang dilapisi oleh sel – sel benih (sel
germinal), tubulus ini dikenal dengan tubulus seminiferus.
• Testis mensekresikan hormon testosterone yang berfungsi merangsang pematangan
sperma (spermatogenesisi) dan pembentukan tanda – tanda kelamin pria, misalnya
pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara.
• Sekresi hormon tersebut dirangsang oleh ICTH yang dihasilkan oleh hipofisis
bagian anterior.
• Sewaktu pubertas, hipofisis anterior memproduksi gonadotrofin, yaitu hormone
FSH dan LH. Sekresi kedua hormone ini dipengaruhi oleh GnRF (Gonadotropin
Releasing Factor) yang berasal dari hipotalamus.

9. Kelenjar Thymus

Kelenjar thymus adalah kelenjar yang memproses limfosit, sejenis sel darah putih
yang dapat melawan infeksi dalam tubuh. Kelenjar in berperan dalam pengembangan
miastenia gravis, suatu kondisi dimana sel-sel T menyerang saraf dimana mereka terhubung
ke sistem otot.

Kelenjar ini yang paling penting bagi anak-anak dan dewasa muda karena dapat
memprogram sel darah putih untuk menyerang antigen.

B. Fungsi Sistem Endokrin :

Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :


1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang

2. Menstimulasi urutan perkembangan

3. Mengkoordinasi sistem reproduktif

4. Memelihara lingkungan internal optimal

5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.

C. Klasifikasi Dalam hal struktur Kimianya

1. Hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang larut dalam
lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (mis., insulin, glukagon,
hormon adrenokortikotropik (ACTH), (gastrin) dan katekolamin
(mis.,dopamin,norepinefrin, epinefrin)

2. Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (mis., estrogen, progesteron,
testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin). Hormon yang larut
dalam air bekerja melalui sistem mesenger-kedua, sementara hormon steroid dapat
menembus membran sel dengan bebas.

D. Pengendalian Endokrin

Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam
darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk
mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam
batasbatas yang tepat.

Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak
atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya
jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk
merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah
mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar

Hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka


berhenti melepaskan hormon.
Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah kendali
hipofisa. Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang
memiliki jadwal tertentu.

Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan


FSH oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada
indung telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.

Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa terhadap


bioritmik ini masih belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat bahwa organ
memberikan respon terhadap semacam jam biologis.

E. Klasifikasi hormon :

1. Hormon perkembangan : hormon yang memegang peranan di dalam


perkembangandan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.
2. Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh
bermacammacam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin.
3. Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi
endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel
(FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).
4. Hormon pengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan oleh
kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
F. Hormon Utama

Hormon Yang Fungsi


menghasilkan
Aldosteron Kelenjar adrenal Membantu keseimbangan garam
& air dengan cara menahan
garam & air serta membuang
kalium
Antidiuretik(vasopresin) Kelenjar Hipofisa Menyebabkan ginjal menahan air
Bersama dengan aldosteron,
membantu mengendalikan tekanan
darah

Kartikosteroid Kelenjar adrenal Anti peradangan


• Aktivasi Sel-Sel Target :

Manakala hormon mencapai sel target, hormon akan mempengaruhi cara sel
berfungsi dengan satu atau dua metoda : Pertama melalui penggunaan mediator
intraselular dan, kedua yaitu mengaktifkan gen-gen di dalam sel. Salah satu mediator
intraselular adalah cyclic adenosine monophosphate (cAMP), yang berikatan dengan
permukaan dalam dari membran sel. Ketika hormon melekat pada sel, kerja sel
akanmengalami sedikit perubahan. Misalnya, ketika hormon pankreatik glukagon
berikatan dengan sel-sel hepar, kenaikan kadar AMP meningkatkan pemecahan
glikogen menjadi glukosa. Jika hormon mengaktifkan sel dengan berinteraksi dengan
gen, gen akan mensitesa mesenger RNA (mRNA) dan pada akhirnya protein (misalnya
enzim, steroid). Substansi inimempengaruhi reaksi dan proses selular.

G. Patofisiologi hormon secara umum :

Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya


bergantung pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik.
Hormon dapat bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin),
mempengaruhi sel sekirtar (parakrin), atau mencapai sel target di organ lain melalui
darah (endokrin).

Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan


pengaruhnya melalui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal ini biasanya
melalui penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya menyebabkan berkurangnya
pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat siklus pengaturan dengan umpan balik
negatif. Pada beberapa kasus, terdapat umpan balik positif (jangka yang terbatas),
berarti hormon menyebabkan peningkatan aktifitas perangsangan sehingga
meningkatkan pelepasannya. Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan hormon
dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan pengontrolan
dan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon.

Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan


penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang
mensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika
kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika
sel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau
jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak cukup (hipoplasia, aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu
cepat atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan
protein plasma, lama kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon yang
berikatan. Dalam bentuk terikat, hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisi
lain, hormon akan keluar dengan dipecah atau dieksresi melalui ginjal.

Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat


kerjanya. Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek enzim,
hormon tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target
organ tidak berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan
transmisi intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .

Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama


peningkatan pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan
tunggal yang berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel
penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan
oleh pembentukan hormon pada sel tumor yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar
hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).

Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau
diinaktifkan terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati).
Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein plasma

B. Keseimbangan Cairan dan fungsi Ginjal


1. Pengertian Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri
dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan
tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

2. Distribusi Cairan Tubuh


Didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda.
a. Cairan Ekstrasel
Cairan Ekstrasel tediri dari cairan interstisial (CIS) dan CairanIntravaaskular.
Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan
menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan
tubuh interstisial.
Cairan intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air
tidak berwarna, dan darah mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit.
Plasma menyusun 5% berat tubuh.
b. Cairan Intrasel
Cairan Intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut
atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk
metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan
intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan yang berada diruang
ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi
kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam cairan ekstasel.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai
berikut :
Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.
a) Dewasa 60%
b) Anak-ank 60 – 77%
c) Infant 77%
d) Embrio 97%
e) Manula 40 – 50 %
3. Fungsi Cairan Tubuh
a) Memberi bentuk pada tubuh
b) Berperan dalam pengaturan suhu tubuh
c) Berperan dalam berbagai fungsi pelumasan
d) Sebagai bantalan
e) Sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit
f) Media untuk terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh
g) Untuk performa kerja fisik

4. Komposisi Cairan Tubuh


Zat Plasma Intertisial Intraselular
(mOsm/l) (mOsm/l) (mOsm/l)
Na+ 142 139 14
K+ 4,2 4,0 140
Ca2+ 1,3 1,2 0
Mg2+ 0,8 0,7 20
Cl- 108 108 4
HCO3- 24 28,3 1,0
HPO4-, H2PO4 2 2 11
SO42- 0,5 0,5 1
Fosfokreatin - - 45
Kamosin - - 14
Asam amino 2 2 8
Kreatin 0,2 0,2 9
Laktat 1,2 1,2 1,5
Adenosin trifosfat - - 5
Heksosa monofosfat - - 3,7
Glukosa 5,6 5,6 -
Protein 1,2 1,2 4
Ureum 4 4 4
Lain-lain 4,8 3,9 10
Total mOsm/l 301,8 300,8 301,2
Aktivitas osmolar 282 281 281
terkoreksi
Tekanan osmotik 5443 5423 5423
total

5. Pergerakan Cairan Tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui enam proses, yaitu :
a. Difusi
Perpindahan partikel melewati membran permeabel dan sehingga kedua kompartemen
larutan atau gas menjadi setimbang. Partikel listrik juga dapat berdifusi karena ion yang
berbeda muatan dapat tarik menarik. Kecepatan difusi (perpindahan yang terus menerus dari
molekul dalam suatu larutan atau gas) dipengaruhi oleh :
a) Ukuran molekul ( molekul kecil lebih cepat berdifusi dari molekul besar).
b) Konsentrasi molekul (molekul berpindah dari konsentrasi tinggi kekonsentrasi
rendah).
c) Temperatur larutan (temperatur tinggi meningkatkan kecepatan difusi).
b. Osmosis
Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi.
Tekanan osmotik terbentuk ketika dua larutan berbeda yang dibatasi suatu membran
permeabel yang selektif. Proses osmosis (perpindahan pelarut dari dari yang konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh :
a) Pergerakan air
b) Semi permeabilitas membran.
c. Transfor aktif
Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang memiliki gradien elektrokimia
dari area berkonsentrasi rendah menuju konsentrasi yang lebih tinggi. Pada proses ini
memerlukan molekul ATP untuk melintasi membran sel.
d. Tekanan hidrostatik
Gaya dari tekanan zat cair untuk melawan tahanan dinding pembuluh darah. Tekanan
hidrostatik berada diantara arteri dan vena (kapiler) sehingga larutan ber[indah dari kapiler ke
intertisial. Tekanan hidrostatik ditentukan oleh :
a) kekuatan pompa jantung
b) kecepatan aliran darah
c) tekanan darah arteri
d) tekanan darah vena
e. Filtrasi
          Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri dan kapiler yang lebih tinggi
dari ruang intertisial. Perpindahan cairan melewati membran permeabel dari tempat yang
tinggi tekanan hidrostatiknya ke tempat yang lebih rendah tekanan hidrostatiknya.

f. Tekanan osmotik koloid


Terbentuk oleh larutan koloid (protein atau substansi yang tidak bisa berdifusi) dalam
plasma. Tekanan osmotik koloid menyebabkan perpindahan cairan antara intravaskuler dan
intertisial melewati lapisan semipermeabel. Hal ini karena protein dalam intravaskuler 16x
lebih besar dari cairan intertisial, cairan masuk ke capiler atau kompartemen pembuluh darah
bila pompa jantung efektif.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi
dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
 Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan
membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam
cairan tubuh ikut berpindah.

6. Pengaturan Cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang
masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500cc per
hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat
pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus.
Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau
adanya perdarahan, maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan
tekanan darah.
b. Pengeluaran
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada
orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar
berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa.
Hal ini juga dihubugkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui
mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit
(berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula
dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada
pasien luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan)
meningkat sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang
dikeluarkan kurang dari 500 cc per hari, diperlukan adanya perhatian khusus. Setiap 1 derajat
celcius akan berpengaruh pada output cairan.
Pasien dengan ketidak ada kuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan
dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan,
deman, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah
muntah secara terus menerus.   
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
a) Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria
(kandung kemih). Proses ini merupakanproses pengeluaran cairan tubuh yang utama.
Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian
diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urine.
Jika terjadi penurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan
kanan akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga
mempengaruhi pengeluaran urine.
b) Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas.
Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya
jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.
c) Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air
melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan
yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan,maka dapat mengakibatkan tubuh
menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feese adalah 100 ml/hari.

7. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


a. Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan
keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah
cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan
ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika  kehilangan cairan tidak diimbangi dengan
perubahan kadar elektrolit dalam  proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan
pada konsentrasi dan osmolalitas
serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat  kategori  ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a)Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b)Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c)Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d)Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)
b. Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan  cairan   dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan   perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan   intraseluler. Secara umum, defisit  volumecairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan   cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah  untuk mengembalikanya ke   lokasi semula dalam  kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari  lokasi  intravaskuler  menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu,  kondisitertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran
pencernaan.
c. Defisit Cairan
Faktor Resiko :
a)Kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung) tanda klinis :
kehilangan berat badan.
b)Ketidak cukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi
konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan darah. 
d. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan
cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional,
terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan
osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari  sel  dan  kompartemen
interstitial  menuju ruang vascular. Kondisi ini menybabkan  gangguan fungsi sel da kolaps
sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu
lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu
lansia memiliki  proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami
dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus
akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar.
Pemberian cairan  hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran darah.
e. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan   dan  elektrolit
dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi
cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir   selalu   disebabkan  oleh  penungkatan   jumlah natrium dalam serum. Kelebihan
cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses
regulasi keseimbangan cairan.  
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
a) Asupan natrium yang berlebihan
b) Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan
gangguan mekanisme regulasi cairan.
c) Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal
kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
d) Kelebihan steroid.
e) Kelebihan Volume Cairan
Faktor resiko :
a)Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena Tanda klinis :
penambahan berat badan
b)Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan Tanda klinis :
edema perifer dan nadi kuat
f. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen  ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel
sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang
sering  terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh,
tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika
adapeningkatan   produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial.
Hal ini dapat terjadi ketika:
a)Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan
perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b)Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi vena)
yang menyebabkan cairan dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c)Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik).
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah
dilakukan  penekanan pada area yang bengkak.  Cekungan unu terjadiakibat pergerakan
cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan).
Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun
edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.

8. Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit


a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi
dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan
orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga
lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-
anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang
belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan   cairan dapat terjadi akibat
pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan.   Pada individu lansia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh   masalah jantung atau
gangguan ginjal.
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan
penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah  cairan yang
dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water
loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak
akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam
situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss). Besarnya
IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di
dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan
elektrolit. Demikian pula  pada orang yang bekerja berat di  lingkungan yang bersuhu tinggi,
mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang
yang biasa berada di lingkungan panas akan  kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat
berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan  panas
dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu
memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah,
dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu,
stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi
produksi urine.
f. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel
atau jaringan yang rusak (Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga
dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran
gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga  dapat menyebabkan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung
menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi
cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan
edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila
asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH
sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan,
ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan
reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan,
kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi
gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine
kurang dari  40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari  200 ml/ 24 jam).
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan
tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium
dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan
beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan  akibat asupan cairan berlebih
melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat
obat-obat anastesia.

9. Pengertian Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang dikedua sisitulang belakang. Warnan
ya coklat kemerahan. Letaknya di dinding posterior abdomen, di depan dua kosta terakhir dan
tiga otot besar. Kosta posterior dan bantalan usus menjadi pelindung organ vital ini
dari trauma. Posisi ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena keberadaan lobus
kanan hati yang besar. Ginjal orang dewasa beratnya kurang lebih 150 gram. Kira-kira
sekepalan tangan. Sisi medial setiap ginjal merupakan lekukan yang disebut hillum tempat
lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter.
Ureter membawa urine akhir dari ginjal ke kandung kemih, untuk
disimpan hingga dikosongkan. Peranan ginjal adalah mempertahankan kestabilan
lingkungan dalam tubuh.
Senyawa asing yang senyawa asing yang dieliminasi ginjal adalah toksin, metabolit
obat-obatan,zat tambahan pada makanan, pestisida, dan bahan-bahan eksogenon nutrisi
lainnya yang berhasil masuk dalam tubuh. Banyak fungsi ginjal lain yang penting,seperti
mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnyanamun yang terpentingadalah mempertahankan
volume dan komposisi cairan ekstraseluler dalam batas wajar
Penyakit ginjal kronis (PGK) ditemukan pada 29,1% masyarakat dengan berbagai
faktor risikonya, seperti hipertensi, diabetes, dan proteinuria. Prevalensi penyakit ini tahun
1998, mencapai lebih dari 320.000 penderita di Amerika. Diperkirakan pada 2030 akan
mencapai dua juta orang. Sampai saat ini, terapi penyakit ginjal didominasi
oleh dialisis karena sedikitnya donor ginjal. 
Hemodialisis bermanfaat pada peningkatan kualitas hidup dan memperpanjang usia
penderita. PGK merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi beragam. Proses
ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara progresif.
Ginjal tidak mampu melakukan penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium dalam darah. Tidak
mampu menjalankan fungsi utamanya mempertahankan keseimbangan volume dan
komposisi cairan dalam tubuh. Pada derajat tertentu kondisi ini selain memerlukan tetapi
juga transplantasi. Ada dua jenis gagal ginjal dalam dunia medis. Gagal ginjal akut dan
gagal ginjal kronis. Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible.
Tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit dan
menyebabkan uremia. Retensi urea dan sampah nitrogen dalam darah.Seseorang
didiagnosis mengalami kerusakan ginjal kronis jika terjadi selama lebih dari tiga bulan.
Indikasi kerusakan didasarkan pada petanda kerusakan ginjal seperti kelainan pada urinalisis
dan komosisi darah. Selain kondisi waktu, diagnosis ginjal kronis juga memperhatikan
derajat fungsi ginjal atau laju filtrasi glomerulus (LFG).LFG menunjukkan keadaan kronis
jika kurang dari 60μl/menit/1,732 selama tiga bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
LFG membantu menentukan klasifikasi stadium penyakit. Stadium 1 kerusakan ginjal dengan
LFG normal ≥ 90. Stadium 2 kerusakan ringan 60-89. Stadium 3 kerusakan ginjal dengan
LFG turun sedang 30-59. Stadium 4 Kerusakan ginjal dengan LFG turun berat 15-
29. Terakhir stadium 5 disebut juga dengan gagal ginjal. Sebuah keadaan yang membutuhkan
transplantasi. 
Laju filtrasi glomerulus stadium akhir ini <15. Tubuh yang mengalami kerusakan
ginjal kronis memperlihatkan sejumlah tanda. Seberapa parah tanda secara fisik
sangat ditentukan oleh seberapa parah penyakit yang diderita. Beberapa tanda itu adalah :
a) Kardiovaskuler ditandai dengan hipertensi, pitting edema, edema
perioorbital serta pembesaran vena leher
b) Integumen yang ditandai dengan warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering,
nersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, serta rambut tipis dan kasar.
c) Pulmoner ditandai dengan krekeis, sputum kental dan liat, nafas
dangkal, serta pernafasan kusmaul.
d) Gastrointestinal ditandai dengan nafas berbau ammonia, ulserasi, pendarahan
mulut, anoreksia, mual, muntah, kontisipase dan diare, serta pendarahan dari
saluran GI.
e) Neurologi ditandai dengan kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi,
kejang, tungkai lemah, panas telapak kaki, dan perubahan perilaku.
f) Maskuloskeletal ditandai dengan kram otot, hilangnya kekuatan otot, fraktur
tulang, serta foot droop.

10. Fungsi ginjal


a. Menyaring dan membersihkan darah
Fungsi ginjal yang pertama adalah untuk menyaring dan membersihkan darah dari
zat dan senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan dan
minuman sehari-hari. Sebelum diedarkan ke seluruh tubuh, darah terlebih dahulu melewati
proses penyaringan di ginjal, khususnya di bagian nefron. Sisa buangan dari proses ini
sendiri akan dibuang bersamaan dengan urin.
b. Membentuk urin
Ginjal merupakan organ yang erat kaitannya dengan fungsi pembentukan urin.
Urin yang umumnya terdiri dari air, urea, dan amonia, berisi zat dan senyawa buangan
yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Karenanya, demi lancarnya sekresi cairan.
c. Mengatur kadar asam dan basa tubuh
Fungsi ginjal lainnya yang jarang diketahui adalah mengatur keseimbangan jumlah
asam dan basa dalam tubuh. Jika jumlah salah satunya dianggap telah melebihi batas
normal, maka ginjal akan membuangnya bersamaan dengan urin.
d. Mengontrol tekanan darah
Dua hormon yang dihasilkan ginjal renin dan angiotensin ternyata berfungsi untuk
mengatur tingkat keregangan dan kontraksi pembuluh darah dalam tubuh. Inilah yang
menyebabkan fungsi keduanya sangat berkaitan dengan tekanan darah tubuh. Jika ginjal
berfungsi baik, tentu tekanan darah akan lebih terkontrol.
e. Merangsang pembentukan sel darah merah
Fungsi ginjal selanjutnya adalah memproduknya hormon eritropoietin. Cara kerja
hormon ini adalah merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah.
f. Menjaga kesehatan tulang
Fungsi ginjal lainnya adalah turut memproduksi calcitriol, zat yang dibutuhkan
tubuh untuk menjaga jumlah kalsium dan fosfat.
g. Menjaga jumlah air dalam tubuh
Karena jumlah air yang terlalu tinggi justru dapat memengaruhi konsentrasi darah.
Fungsi ginjal lainnya kemudian menjalankan fungsi osmoregulasi yaitu membuang
kelebihan air dan mengeluarkannya dalam bentuk urin.

h. Mengatur jumlah kalium dalam darah


Jika jumlah kalium terlalu banyak, maka kamu akan mengalami kondisi bernama
hiperkalemia yang dapat menyebabkan kerja otot jantung melambat, bahkan bisa berujung
pada kematian.Sedangkan, jika kalium terlalu rendah, maka otot tubuh akan melemah
sehingga kamu akan lebih rentan mengalami kelelahan. Fungsi ginjal lainnya adalah untuk
menjaga jumlah kalium yang ideal agar tubuh dapat bekerja dengan normal.
i. Mengendalikan kadar gula darah
Fungsi ginjal sangat erat kaitannya dengan produksi hormon insulin dan adrenalin.
insulin bekerja untuk menyetabilkan kadar gula yang tinggi, maka adrenalinlah yang
bertugas untuk meningkatkan kadar gula darah jika jumlahnya terlalu rendah.
j. Mendaur ulang zat dalam tubuh
Fungsi ginjal adalah untuk mendaur ulang zat yang ada di dalam tubuh. Glukosa,
asam amino, dan garam merupakan segelintir zat tubuh yang didaur ulang oleh ginjal. Jika
sudah tidak diperlukan lagi, maka zat tersebut akan dibuang bersamaan dengan urin.
Namun, jika masih dibutuhkan tubuh, maka akan langsung diedarkan bersamaan dengan
darah.

C. Keseimbangan Asam Basa


1. Asam

Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut
sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain
(disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa
yang dapat menerima proton yang dilepaskan. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida
(HCL), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-)
demikian juga, asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion
bikarbonat (HCO3-).Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan, contohnya adalah HCL. Asam lemah
mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena
itu kurang kuat melepaskan H+, contohnya adalah H2CO3.1

2. Basa

Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion
bikarbonat (HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen
untuk membentuk asam karbonat (H2CO3).1 Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi
sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir
negatif siap menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan
protein dalam sel-sel tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.1 Basa
kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+. Oleh karena itu dengan
cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH-, yang bereaksi dengan
H+ untuk membentuk air (H2O). Basa lemah yang khas adalah HCO3- karena HCO3-
berikatan dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-.1 Kebanyakan asam dan basa
dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan pengaturan asam basa normal adalah
asam dan basa lemah.

3. Keseimbangan Asam dan Basa

Keseimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses
kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam
lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat
rendah. Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi
akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion
hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.4 Derajat keasaman (pH) darah manusia
normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan
keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan
optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni
paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah4:
1) Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2) CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen
asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40
mmHg.
3) HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4) Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya
jumlah komponen basa.
5) Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya
jumlah komponen asam.

4. Pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa

Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan
ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada
keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari
tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan-
pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan
ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion
hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang
melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion
hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion
hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi,
produksi, dan ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci
sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan yang terjadi
pada asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan
dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40nEq/liter ).6 Variasi
normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim, konsentrasi
ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10nEq/liter sampai setinggi 160 nEq/liter tanpa
menyebabkan kematian.
Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam jumlah yang
kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala logaritma,
dengan menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen. pH
normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial sekitar 7,35
akibat jumlah ekstra karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk
H2CO3.3 Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat
pH turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas
rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas
atas adalah sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena
metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3.3 Bergantung pada jenis sel, pH
cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran
darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat
menurunkan pH intraseluler. pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada
status asam basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang bersifat
asam adalah HCl yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari
mukosa lambung.

5. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Asam dan Basa


Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3
sistem:
a. Sistem Buffer
Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera
bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan. Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen,
bersifat temporer dan tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah
mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam
organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, sistem ini memiliki keterbatasan
yaitu:
a) Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang
disebabkan karena peningkatan CO2.
b) Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem
pernafasan bekerja normal
c) Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya
ion bikarbonat.
Ada 4 sistem buffer:
a) Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama
untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
b) Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
c) Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk
perubahan asam karbonat
d) Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan
intrasel
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara.
Jika dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka
pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap
perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat
pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan
ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H
secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke
dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal
dalam menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan
absorpsi ion hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat,
ammonia). Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui
ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH
dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan
pH darah antara 7,35- 7,45.
b. Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan
karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler.
Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap
jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida
dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja,
tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi
respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga
menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi
kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis metabolik, frekuensi pernapasan diturunkan,
dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk meningkatkan beban asam).
c. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan
anion asam non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam
basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme
pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan
pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen
tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di
basolateral tubulus.3 Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali
ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama
reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan
negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion
hidrogen mempunyai efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi
dengan berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein,
fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hidrogen sangat penting pada fungsi
normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi
oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus meneru1s di
dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat bervariasi tergantung
diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh berasal dari
makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen
terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis
anaerobik atau ketogenesis.

6. Gangguan Keseimbangan Asam Basa


a. Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang
buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan
mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya
kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan,
sehinAsidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau
otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pGejala pertama berupa sakit
kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan
berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma.Stupor dan koma dapat
terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat
terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal
berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses
ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari. Biasanya diagnosis
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran karbondioksida
dari darah arteri.ernafasan.gga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari
paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada
penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan
buatan dengan bantuan ventilator mekanik
b. Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman
melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring
dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus
menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab asidosis metabolik dapat adalah:
a) Kelebihan produksi asam, Pada asidosis diabetik atau asidosis laktak, produksi
asam dapat melebihi kemampuan ginjal untuk absorbsi dan ekskresi H+
b) Kurangnya cadangan dapar, Kehilangan ion HCO3 yang terbuang percuma
melalui ginjal atau usus menyebabkan hipokarbonatremia dana asidosis
metabolik
c) Kurangnya ekskresi asam, Dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik dimana
ginjal gagal mengekskresikan asam yang diproduksi secara normal

Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya


penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam
atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang
luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis
semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan
kematian. Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah
arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH
darah.

Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida


dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk
membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan
adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali.
Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang
terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan
pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagaicontoh,
diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan
racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk
mengobati overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis metabolik juga bisa diobati
secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena
dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan
bikarbonat mungkin secara intravena, tetapi bikarbonat hanya memberikan
kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.

c. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam
disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida
yang dikeluarkan dari aliran darah. Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita
merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika
keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat farmakologi
digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan
spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan
hygiene pulmonari dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran
pernapasan dari mukus dan drainase pluren. Hidrasi yang adekurat di indikasikan
untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi
pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi mekanik,
yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan
ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi karbondioksida
yang demikian cepat sehingga ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi kelebihan
biokarbonat dengan cukup cepat untuk mencegah alkalosis dan kejang.
d. Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan
terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung
selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan
selang lambung Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang
yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik:

a) Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)


b) Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
c) Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid).

Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot


berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang
berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani). Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian
cairan dan elektrolit (natrium dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium
klorida secara intravena.

D. Susunan Sistem Saraf


1. Pengertian Sistem Saraf

Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang pentng
ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system tubuh lainnya, karena pengaturan
saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga menyebabkan
tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena
kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat
memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja
integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku
individu.
Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong) serta Neuron (sel-
sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lainnya
sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.

2. Fungsi Sistem Saraf


Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf mempunyai 3
fungsi utama yaitu :
a. Sebagai Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan oleh alat
indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan adanya alat-alat
ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang terjadi disekitar
tubuh kita.
b. Sebagai Alat Pengendali
Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat bekerja serasi
sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf, semua organ tubuh akan
bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang akurat.
c. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan
Saraf merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap perubahan atau reaksi
tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai pengendali atau
pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat pada seluruh pada
seluruh alat-alat tubuh kita.

3. Bagian – Bagian Sel Saraf


Sel saraf terdiri dari Neuron dan Sel Pendukung :

a. Neuron
Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan
sitoplasma.
a) Badan sel atau perikarion
Suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
Bagian ini tersusun dari komponen berikut :
 Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti konpleks
golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat
bereplikasi.
 Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta
berperan dalam sintesis protein.
 Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui
mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
b) Dendrit
Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi untuk
menghantar impuls ke sel tubuh.
c) Akson
Suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagian ini
menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau
ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.

b. Klasifikasi Neuron
Berdasarkan Fungsi dan Arah transmisi Impulsnya, neuron diklasifikasi menjadi :
 Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ
indera atau suatu organ internal ke SSP (Sistem Saraf Pusat).
 Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP (Sistem Saraf Pusat) ke efektor.
 Neuron konektor ditemukan seluruhnya dalam SSP (Sistem Saraf Pusat) Neuron ini
menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke
interneuron lain.

Berdasarkan bentuknya, neuron dapat diklasifikasikan menjadi :


 Neuron unipolar hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu cabang
sentral yang berfungsi sebagai satu akson dan satu cabang perifer yang berguna
sebagai satu dendrite. Jenis neuron ini merupakan neuron-neuron sensorik saraf
perifer (misalnya sel-sel ganglion cerebrospinalis).
 Neuron bipolar mempunya dua serabut, satu dendrite dan satu akson. Jenis ini banyak
dijumpai pada epithel olfaktorius dalam retina mata dan dalam telinga dalam.
 Neuron multipolar mempunyai banyak dendrite dan satu akson. Jenis neuron ini
merupakan yang paling sering dijumpai pada sistem saraf sentral (sel saraf motoris
pada cornu anterior dan lateralis medulla spinalis, sel-sel ganglion otonom).

c. Sel Neuroglia
Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam se yang secara
keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf pada otak dan medulla
spinalis, sedangkan sel Schwann merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron diluar
sistem saraf pusat. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan
perbandingan sekitar sepuluh banding satu. Ada empat sel neuroglia yang berhasil
diindentifikasi yaitu :
a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang,
sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel atau “kaki
vascular”. Berfungsi sebagai “sel pemberi makan” bagi neuron yang halus. Badan sel
astroglia berbentuk bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan berakhir pada
pembuluh darah sebagai kaki perivaskular. Bagian ini juga membentuk dinding
perintang antara aliran kapiler darah dengan neuron, sekaligus mengadakan
pertukaran zat diantara keduanya. Dengan kata lain, membantu neuron
mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan
transmisi sinaptik. Dengan cara ini pula sel-sel saraf terlindungi dari substansi yang
berbahaya yang mungkin saja terlarut dalam darah, tetapi fungsinya sebagai sawar
darah otak tersebut masih memerlukan pemastian lebih lanjut, karena diduga celah
endothel kapiler darahlah yang lebih berperan sebagai sawar darah otak.
b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah prosesusnya
lebih sedikit dan lebih pendek. Merupakan sel glia yang bertanggung jawab
menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel ini mempunyai lapisan dengan
subtansi lemak mengelilingi penonjolan atau sepanjang sel saraf sehingga terbentuk
selubung myelin.
c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya memiliki
peran fagositik. Sel jenis ini ditemukan di seluruh sistem saraf pusat dan dianggap
berperan penting dalam proses melawan infeksi.
d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral dan
ronggal medulla spinalis. Merupakan neuroglia yang membatasi system ventrikel
sistem saraf pusat. Sel-sel inilah yang merupakan epithel dari Plexus Coroideus
ventrikel otak.

d. Selaput Myelin
Merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang mengisolasi tonjolan
saraf. Mielin menghalangi aliran Natrium dan Kalium melintasi membran neuronal dengan
hamper sempurna. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf dan terdapat
celah-selah yang tidak memiliki myelin, dinamakan nodus ranvier, Tonjolan saraf pada
sumsum saraf pusat dan tepi dapat bermielin atau tidak bermielin. Serabut saraf yang
mempunyai selubung myelin dinamakan serabut myelin dan dalam sistem saraf pusat
dinamakan massa putih (substansia Alba). Serabut-serabut yang tak bermielin terdapat pada
massa kelabu (subtansia Grisea).
Myelin ini berfungsi dalam mempercepat penjalaran impuls dari transmisi di
sepanjang serabut yang tak bermyelin karena impuls berjalan dengan cara “meloncat” dari
nodus ke nodus lain di sepanjang selubung myelin. Cara transmisi seperti ini dinamakan
konduksi saltatorik.
Hal terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi di sebaut saraf dapat terlihat
dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat myelin disana. Pada orang-orang
dengan Multiple Sclerosis, lapisan myelin yang mengelilingi serabut saraf menjadi hilang.
Sejalan dengan hal itu orang tersebut mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol otot-
otonya dan akhirnya menjadi tidak mampu sama sekali.

e. Neurotransmitter
Merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung
sinaptik pada ujung akson, Zat kimia ini dilepaskan dari ujung akson terminal dan juga
direabsorpsi untuk daur ulang.
Neurotransmitter merupakan cara komunikasi antar neuron, setiap neuron melepaskan
satu transmitter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron,
sehingga neuron menjadi lebih kurang dapat menyalurkan impuls. Diketahui terdapat 30
macam neurotransmitter, diantaranya adalah Norephinephrin, Acetylcholin, Dopamin,
Serotonin, Asam Gama-Aminobutirat (GABA) dan Glisin.

f. Synaps
Synaps merupakan tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron lain
atau dengan organ-organ efektor, dan merupakan satu-satunya tempat dimana suatu impuls
dapat lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Ruang antara satu neuron dan
neuron berikutnya dikenal dengan celah sinaptik (Synaptic cleft). Neuron yang
menghantarkan impuls saraf menuju sinaps disebut neuron prasinaptik dan neuron yang
membawa impuls dari sinaps disebut neuron postsinaptik.
Sinaps sangat rentan terhadap perubahan kondisi fisiologis :
a) Alkalosis
Diatas PH normasl 7,4 meningkatkan eksitabilitas neuronal. Pada PH 7,8 konvulsi dapat
terjadi karena neuron sangat mudah tereksitasi sehingga memicu output secara spontan.
b) Asidosis
Dibawah PH normal 7,4 mengakibatkan penurunan yang sangat besar pada output
neuronal. Penurunan 7,0 akan mengakibatkan koma.
c) Anoksia
Atau biasa yang disebut deprivasi oksigen, mengakibatkan penurunan eksitabilitas
neuronal hanya dalam beberapa detik.
d) Obat-obatan
Dapat meningkatkan atau menurunkan eksitabilitas neuronal.
o Kafein menurunkan ambang untuk mentransmisi dan mempermudah aliran
impuls.
o Anestetik local (missal novokalin dan prokain) yang membekukan suatu area
dapat meningkatkan ambang membrane untuk eksitasi ujung saraf.
o Anastetik umum menurunkan aktivasi neuronal di seluruh tubuh.

g. Impuls Saraf
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan
terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.
a) Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari.
Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannya
adalah sebagai berikut.
Impuls > Reseptor > Saraf Sensorik > Otak > Saraf Motorik > Efektor (Otot)
b) Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang
menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati
otak..
Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut:
 Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
 Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk ke
mata.
 Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
 Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
 Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.
1) Potensial Istirahat
Sel saraf yang sedang beristirahat, sepeti sel lain dalam tubuh, mempertahankan
perbedaan potensial listrik (voltase) pada membrane sel diantara bagian dalam sel dan cairan
ektraseluler di sekeliling sel. Voltase sel relatif berkisar antara -50 mV sampai -80 mV
terhadap voltase luar. Bergantung pada kondisi neurn dan ektraseluler yang mengelilingi sel.
a) Membran sel dalam keadaan istirahat dianggapan bermuatan listrik atau
terpolarisasi. Keadaan ini dapat dibuktikan dengan menempatkan elektroda menit di
dalam sel dan di luar membran.
b) Polarisasi (potensial istirahat) disebabkan oleh konsentrasi ion Natrium dan Kalium
yang tidak seimbang di dalam dan di luar sel, serta perbedaan permebilitas
membrane terhadap ion ini dan ion lain.
 Membran neuron sangat permeabel terhadap ion K+ dan Cl- serta relative
impermiabel terhadap ion Na.
 Membran ini impermiabel terhadap molekul protein intraseluler besar yang
bermuatan negatif.
 Konsentrasi ion K+ didalam membrane sel lebih tinggi daripada diluar membran
sel, konsentrasi ion Na diluar membrane sel lebih tinggi daripada didalam sel.
 Karena tingkat permeabilitas membrane terhadap ion K sekitar 75 kali lebih besar
daripada ion Na, maka difusi ion K keluar dari sel lebih cepat daripada ion Na
kedalam sel.
 Saat ion K bermuatan positif kelur dari sel, ion tersebut meninggalkan molekul
protein bermuatan negatif yang terlalu besar untuk dapat berdifuso melalui
membran. Hal ini mengakibatkan bagian dalam sel mengalami elektronegativitas.
c) Difusi dan transport aktif bertanggung jawab untuk pergerakan ion melewati
membran plasma

2) Potensial Aksi
a. Jika serabut saraf cukup terstimulasi, maka gerbang Na+ akan terbuka.
b. Ion Natrium bermuatan positif bergerak kedalam sel, mengubah potensial istirahat
(polarisasi) menjadi potensial aksi (depolarisasi) ditunjukkan dengan pergeseran
diferensial dari -65mV ke puncak listrik (potensial puncak) yang hampir mencapai
+40 mV. Depolarisasi juga menyebabkan terbukanya lebih banyak gerbang
natrium, yang kemudian akan mempercepat respons dalam siklus umpan balik
positif.
c. Potensial aksi sangat singkat, yang hanya bertahan kurang dari seperseribu detik.
d. Gerbang Natrium kemudian menutup, mengehentikan aliran deras ion Na +,
Gerbang Kalium akan membuka, menyebabkan ion K+ mengalir keluar sel dengan
deras.
e. Repolarisasi (polarisasi balik) adalah pemulihan daya potensial untuk kembali pada
keadaan istirahat.
 Pompa natrium-kalium membantu pengembalian gradient konsentrasi ion asal
yang melewati membran sel.
 Pompa yang dijalankan dengan energy ini akan menghancurkan kelebihan ion
Na yang memasuki sel dan mengembalikan ion K yang telah berdifusi keluar sel.
f. Respon all or none.
 Stimulus ambang untuk depolarisasi biasanya terjadi saat ada perubahan
sekitar 15 mV dari keadaan potensial istirahat.
 Begitu ambang depolarisasi tercapai, potensial aksi akan terbentuk. Inilah
yang disebut respons all-or-none. Neuron akan merespons secara keseluruhan atau
tidak merespons sama sekali.
g. Periode refraktori.
 Periode refraktori absolut : waktu selama gerbang ion Na tertutup dan gerbang
K masih terbuka dan serabut saraf sama sekali tidak responsif terhadap kekuatan
stimulus lain.
 Periode refraktori relative : masa setelah masa refraktori absolute. Masa ini
berlangsung kurang dari 2 milidetik dan merupakan waktu dimana stimulus dengan
kekuatan yang lebih tinggi memicu potensial aksi yang kedua.
3) Perambatan Impuls Saraf
a. Setelah inisiasi, potensial aksi menjalar di sepanjang serabut saraf dengan
kecepatan dan amplitude yang tetap.
b. Arus listrik local menyebar ke area membran yang berdekatan. Hal ini
menyebabkan gerbang natrium membuka dan mengakibatkan gelombang
depolarisasi menjalar di sepanjang saraf.
c. Dengan cara ini, sinyal atau impuls saraf, ditransmisi dari satu sisi ke delam
sistem saraf sisi yang lain.

h. Pembagian Sistem Saraf


Sistem saraf dibagi dua yakni :
o Saraf Pusat berupa Otak dan Medulla Spinalis.
o Saraf Tepi

i. Saraf Pusat Manusia


Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik
gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi penggerak sistem saraf
pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang.
Otak manusia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh tulang tengkorak.
Sementara itu, sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Otak dan
sumsum tulang belakang sama-sama dilindungi oleh suatu membran yang melindungi
keduanya. Membran pelindung tersebut dinamakan meninges. Meninges dari dalam keluar
terdiri atas tiga bagian, yaitu piameter, arachnoid, dan durameter. Cairan ini berfungsi
melindungi otak atau sumsum tulang belakang dari goncangan dan benturan.
Selaput ini terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf pusat.
Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater dan
duramater.
c) Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di antara
piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal. Dengan
adanya lapisan ini, otak akan lebih tahan terhadap goncangan dan benturan dengan
kranium. Kadangkala seseorang mengalami infeksi pada lapisan meninges, baik pada
cairannya ataupun lapisannya yang disebut meningitis.
CAIRAN CEREBROSPINALIS (CCS)
1. Fungsi
CCS memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti jaket pelindung
dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi ion, membawa
keluar metabolit-metabolit (otak tidak mempunyai pumbuluh limfe), dan memberikan
beberapa perlindungan terhadap perubahan-perubahan tekanan (volume venosus volume
cairan cerebrospinal).

2. Komposisi Cairan Cerebrospinalis

3. Sirkulasi CCS
CCS dihasilkan oleh pleksus choroideus dan mengalir dari ventriculus lateralis ke
dalam ventriculus tertius, dan dari sini melalui aquaductus sylvii masuk ke ventriculus
quartus. Di sana cairan ini memasuki spatium liquor cerebrospinalis externum melalui
foramen lateralis dan medialis dari ventriculus quartus. Cairan meninggalkan system
ventricular melalui apertura garis tengah dan lateral dari ventrikel keempat dan memasuki
rongga subarachnoid. Dari sini cairan mungkin mengalir di atas konveksitas otak ke dalam
rongga subarachnoid spinal. Sejumlah kecil direabsorpsi (melalui difusi) ke dalam pembuluh-
pembuluh kecil di piamater atau dinding ventricular, dan sisanya berjalan melalui jonjot
arachnoid ke dalam vena (dari sinus atau vena-vena) di berbagai daerah – kebanyakan di atas
konveksitas superior. Tekanan cairan cerebrospinal minimum harus ada untuk
mempertahankan reabsorpsi. Karena itu, terdapat suatu sirkulasi cairan cerebrospinal yang
terus menerus di dalam dan sekitar otak dengan produksi dan reabsorpsi dalam keadaan yang
seimbang.
1) Otak
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total otak
dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan mempunyai
sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada bagian-bagian khusus
sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik. Permukaan otak tidak rata, tetapi
berlekuk-lekuk sebagai pengembangan neuron yang berada di dalamnya. Semakin
berkembang otak seseorang, semakin banyak lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam
(lembah) disebut sulkus dan lekukan yang berarah ke atas (gunungan) dinamakan girus.
Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang saraf kranial.
Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak yang khusus. Otak manusia dibagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Para ahli
mempercayai bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga bagian
yang mempunyai fungsi khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah laku, otak
tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi dalam penciuman (Campbell,
et al, 2006: 578)
a) Otak depan
Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.
 Otak besar
Merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh
bagian otak. Bagian tertentu merupakan bagian paling penting dalam penerjemahan
informasi yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya. Bagian
otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu belahan otak kiri dan otak kanan.
Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh yang berbeda.besar terdiri atas
dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer otak kanan. Otak kanan sangat
berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian kiri, serta bekerja lebih aktif untuk
pengerjaan masalah yang berkaitan dengan seni atau kreativitas. Bagian otak kiri
mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan serta bekerja aktif pada saat Anda berpikir
logika dan penguasaan bahasa atau komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer
otak, terdapat jembatan jaringan saraf penghubung yang disebut dengan corpus callosum.
 Talamus
Mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju otak besar.
Talamus memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya semua sinyal sentuhan dari
tangan. Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar sinyal lainnya.
Setelah itu talamus menghantarkan informasi menuju bagian otak yang sesuai untuk
diterjemahkan dan ditanggapi.
 Hipotalamus
Mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon.
Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan
hasrat seksual. Hipotalamus juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat
dipengaruhi oleh obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin dan
kokain. Pada bagian lain hipotalamus, terdapat kumpulan sel neuron yang berfungsi
sebagai jam biologis. Jam biologis ini menjaga ritme tubuh harian, seperti siklus tidur dan
bangun tidur. Di bagian permukaan otak besar terdapat bagian yang disebut telensefalon
serta diensefalon. Pada bagian diensefalon, terdapat banyak sumber kelenjar yang
menyekresikan hormon, seperti hipotalamus dan kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian
telensefalon merupakan bagian luar yang mudah kita amati dari model torso.
Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap informasi
yang masuk. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
b. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari penglihatan.
c. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta berhubungan
dengan pengenalan posisi tubuh.
d. Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan
perencanaan kegiatan manusia.
b) Otak tengah
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam sinkronisasi
pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan refleks pupil pada mata.
Otak tengah terletak di permukaan bawah otak besar (cerebrum). Pada otak tengah terdapat
lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak tengah,
banyak diproduksi neurotransmitter yang mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi
kerusakan pada bagian ini, orang akan mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat
relaksasi, bagian otak tengah banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.
c) Otak belakang
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan pons
varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan otot. Otak
kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari sistem gerak sehingga berperan
penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada saat beraktivitas. Kerja otak kecil
berhubungan dengan sistem keseimbangan lainnya, seperti proprioreseptor dan saluran
keseimbangan di telinga yang menjaga keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian
kiri dan bagian kanan tubuh yang diolah di bagian otak besar akan diterima oleh otak kecil
melalui jaringan saraf yang disebut pons varoli. Di bagian otak kecil terdapat saluran yang
menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang belakang yang dinamakan medula
oblongata. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan, denyut jantung,
pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan batuk. Batas antara medula
oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas. Oleh karena itu, medula oblongata sering
disebut sebagai sumsum lanjutan.
Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur sistem sirkulasi,
kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam pengaturan pernapasan.
Bahkan, jika otak besar dan otak kecil seseorang rusak, ia masih dapat hidup karena detak
jantung dan pernapasannya yang masih normal. Hal tersebut dikarenakan fungsi medula
oblongata yang masih baik. Peristiwa ini umum terjadi pada seseorang yang mengalami koma
yang berkepanjangan. Bersama otak tengah, pons varoli dan medula oblongata membentuk
unit fungsional yang disebut batang otak (brainstem).
2. Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem
saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala
yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum
tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan. Bila sumsum tulang
belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf
disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti
anggota gerak bawah (kaki).
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa disebut
medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-
ruas tulang belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang terdiri dari 7
pasang dari segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari segmen
lumbalis, 5 pasang dari segmen sacralis dan 1 pasang dari segmen koxigeus
 Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan membentuk daerah
tengkuk.
 Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan membentuk
bagian belakang torax atau dada.
 Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk daerah
lumbal atau pinggang.
 Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk os
sakrum (tulang kelangkang).
 Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan membentuk tulang
koksigeus (tulang tungging)

j. Saraf Tepi Manusia


Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang
belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut saraf
sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf
otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya.
Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf
menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara
kerjanya, yaitu sebagai berikut.
1) Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika Anda
makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini mene-ruskan
impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke
semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial, yang
keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang 31
pasang saraf spinal terlihat pada Gambar 8.8. Saraf-saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan
saraf sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai
berikut.
a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf sensori.
b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut merupakan
saraf motorik.
c) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut merupakan
saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami tentang jenis-jenis
saraf kranial.

2) Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)


Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah kehendak
saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan pupil mata, gerak
alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf otonom ternyata sedikit
banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda ingat kembali fungsi hipotalamus
yang sudah dijelaskan di depan. Apabila hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh
terhadap gerak otonom seperti contoh yang telah diambil, antara lain mempercepat denyut
jantung, melebarkan pupil mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan.Sistem saraf
otonom ini dibedakan menjadi dua.
 Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama untuk
memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat kerja organ
tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung, memperbesar pupil mata,
memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat, antara lain memperlambat kerja
alat pencernaan, menghambat ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.
 Sistem Saraf Parasimpatik
Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan saraf
simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak jantung,
memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat pencernaan,
merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni. Karena cara kerja kedua saraf itu
berlawanan, makamengakibatkan keadaan yang normal.

k. Kelainan pada Sistem Saraf


a. Stroke
Stroke adalah kematian sel-sel otak disertai fungsinya karena terganggunya aliran
darah di otak. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh tekanan darah tinggi
yangmenyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak. Selain itu, atheroskeosis juga dapat
menyebabkan penyumabatan pembuluh darah di otak. Gejala penyakit ini bervariasi
bergantung pada hebatnya stoke dan daerah otak yang terkena, misalnya pusing-pusing,
sulit bicara, tidak melihat, pingsan, lumpuh sebelah, bahkan kematian
b. Tumor Otak
Penyakit ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan liar dari sel-sel saraf, maupun
jaringan penyokongnya. Adanya pertumbuhan tersebut mengakibatkan berbagai gangguan,
mulai dari pusing-pusing, kesulitan berjalan, kehilangan memori/ingatan, sampai
kematian.
c. Ayan (Epilepsi)
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya kejang-kejang yang tidak terkendali. Penderita
epilepsy tidak diperkenankan berada di dekat lokasi yang berbahaya, seperti tepian sungai,
sumur, dan telaga. Bila berada di lokasi tersebut dan mengalami kekambuhan,
dikawatirkan akan tenggelam karena tidak mampu mengendalikan gerakan tubuhnya.
Belum ada sebab yang jelas mengapa penyakit ini bis timbul, namun melihat gejala kejang
tersebut, diduga ada gangguan pada otak daerah motorik yang mengatur gerakan tubuh.

E. Imunoglobulin
1. Pengertian Sistem Imun
Sistem Imun adalah sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit. Sebuah sistem
dalam tubuh kita yang memiliki peran vital bagi kelangsungan hidup kita.
Ada 3 (tiga) fungsi penting yang harus dimiliki sistem imun yang sehat :

1. Kemampuannya untuk mengenali benda-benda asing seperti bakteri, virus, parasit,


jamur, sel kanker, dll. Fungsi ini sangat penting, karena harus bisa membedakan mana
kawan( bakteri yang menguntungkan dan sel tubuh yang baik )mana lawan ( virus,
bakteri jahat, jamur, parasit, radikal bebas dan sel-sel yang bermutasi yang bisa
menjadi tumor/kanker ) dan mana yang orang biasa ( alergen, pemicu alergi ) yang
harus dibiarkan lewat.
2. Bisa bertindak secara khusus untuk menghadapi serangan benda asing itu
3. Sistem Imun mengingat penyerang-penyerang asing itu ( rupa & rumus kimiawi
antibodi yang digunakan untuk mengalahkan mereka yang disimpan didalam Transfer
Factor tubuh ) sehingga bisa dengan cepat menolak serangan ulang di masa depan.

Sistem imun yang sehat adalah sistem imun yang seimbangyang bisa meningkatkan
kemampuan tubuh dalam melawan penyakit. Sistem imun menyediakan kekebalan terhadap
suatu penyakit yang disebut imunitas. Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh
untuk memberi respon terhadap masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh.

Sistem pertahanan tubuh terbagi atas 2 bagian yaitu :

1. Sistem Imun Non Spesifik (Innate Immunity System)

Innate Immunity adalah pertahanan tubuh yang mempunyai sifat tidak spesifik dan
merupakan bagian sistem imun yang berfungsi sebagai barier terdepan pada awal terjadinya
infeksi penyakit, oleh karena itu sering disebut natural atau native immunity.

Yang termasuk innate immunity adalah : Makrofage, sel darah merah dan sel assesories,
selain itu juga bahan biokimia dan fisik barier seperti kulit yang mensekresi lisosim dan
dapat merusak bakteri seperti S.aureus. oleh karena itu sistem ini spesifik untuk alam.
Sehingga jika ada organisme melakukan penetrasi melalui permukaan epithel akan dianulir
oleh sitem Retikulum Endothelium (RE) yang merupakan turunan dari sel sumsung tulang
yang berfungsi menangkap, internelisasi dan merusak agen infeksius. Dalam hal ini yang
bertindak memfagositosit adalah sel kuffer. Selain itu juga sel darah merah termasuk
eosinophil, PMN dan monosit dapat migrasi ke dalam jaringan yang dapat merangsang
secara invasive.
Sel lainnya adalah natural killer, leukosit, sel ini cocok untuk mengenali perubahan
permukaan pada sel yang terinfeksi, seperti mengikat dan membunuh sel yang
dipengaruhi oleh interferon. Interferon adalah termasuk antibodi spesifik yang
diproduksi oleh sel target atau sel terinfeksi.

Faktor lain yang termasuk innate immunity adalah protein serum yang merupakan
protein fase akut. Protein ini mempunyai efek sebagai perlindungan melalui interaksi
komplek dengan komplemen, yang selanjutnya diikuti lisisnya agen penyakit.

Sebagai tanda awal dari respon imun adalah inflamasi yang merupakan reaksi dari
tubuh terhadap injuri seperti invasi agen infeksius. Terjadinya proses ini dapat ditandai
dengan 3 hal yaitu pertama terjadi peningkatan daerah ke daerah infeksi, kedua
peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan reaksi sel endithel, sehingga
terjadi reaksi silang antara molekul besar dan sel endotelial dan ketiga adalah terjadinya
migrasi leukosit (PMN) dan makrofage dan kapiler ke jaringan sekitar.

Pertahanan non spesifik terbagi atas 3 bagian yaitu :

a. Pertahanan Fisik : Kulit, Membran Mukosa

b. Pertahanan Kimiawi : Saliva, Air mata, Lisozim (enzim penghancur)

c. Pertahanan Biologis : Sel darah putih yang bersifat fagosit (neutrofil, monosit,
acidofil), protein antimikroba dan respon pembengkakan (inflammatory).

2. Sistem Imun Spesifik (Adaptive Immunity System)


Adaptive Immunity adalah merupakan sistem pertahanan tibuh lapis kedua,
jika innate immunity tidak mampu mengeliminasi agen penyakit. Hal ini terjadi jika
fagosit tidak mengenali agen infeksius sebab hanya sedikit reseptor yang cocok untuk
agen infeksius atau agen tidak bertindak sebagai faktor antigen terlarut (solube antigen)
yang aktif. Jika hal ini terus menerus, maka akan diperlukan molekul spesifik yang akan
berikatan langsung dengan antigen infeksius yang dikenal dengan antibodi dan
selanjutnya akan terjadi proses fagotosis.

Antibodi diproduksi oleh sel B yang merupakan molekul fleksibel dan bertindak
sebagai adaptor antara agen infeksius dan fagosit. Antibodi mempunyai 2 fungsi selain
mempunyai variabel antibodi yang berbeda dan mengikat agen infeksius juga mengikat
reseptor sel dan selanjutnya mengaktifkan komplemen yang diakhiri dengan terjadinya
lisis.

Sistem Imun ini disebut Spesifik karena : dilakukan hanya oleh sel darah putih
Limfosit, membentuk kekebalan tubuh, dipicu oleh antigen (senyawa asing) sehingga
terjadi pembentukan antibodi dan setiap antibodi spesifik untuk antigen tertentu. Limfosit
berperan dalam imunitas yang diperantarai sel dan antibodi.

Unsur – unsur yang Berperan dalam Reaksi Imunoglobulin.Protein- protein yang


berfungsi untuk melindungi tubuh lewat proses kekebalan ini dinamakan “Imuno
globulin”, disingkat “Ig”.Protein paling khas pada sistem pertahanan, molekul imuno
globulin mengikatkan diri pada antigen untuk menginformasikan kepada sel-sel
kekebalan lainnya tentang keberadaan antigen tersebut atau untuk memulai reaksi
berantai perang penghancuran.

a. Sel B
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada respon imun
humoral yang berbalik pada imunitas selular yang diperintah oleh sel T. Fungsi utama
sel B adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah komponen sistem
kekebalan tiruan. Pencerap antigen pada sel B, biasa disebut pencerap sel B,
merupakan imunoglobulin. Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B terdiferensiasi
menjadi sel plasmayang memproduksi molekul antibodidari antigen yang terikat pada
pencerapnya.

Sel B terbagi menjadi dua jenis:

- Sel B-1 atau sel B CD5, merupakan sel B yang ditemukan pada ruang
peritoneal dan pleural dan memiliki kemampuan untuk berkembangbiak.
- Sel B-2 atau sel B konvensional, merupakan sel B hasil sintesis sumsum tulang
yang memenuhi plasma darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak memiliki
kemampuan untuk berkembangbiak.

Sel B berasal dari sel punca yang berada padajaringan hemopoietik di


dalam sumsum tulang.

b. Sel T
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang
diketahui sebagai limfosit dan memainkan peran utama padakekebalan selular. Sel T
mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu
demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan
karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori dengan kemampuan untuk
berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi yang mungkin terulang kembali.
Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu dan sistematika perlawanannya,
dieksploitasi sepanjang prosesvaksinasi, yang dipelajari padasistem kekebalan tiruan.
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor sel T
(bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) danpeptida MHC pada permukaan sel sehingga
menimbulkan antarmukaantara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut oleh molekul
co-receptor dan co-binding. Ikatanpolivalen yang terjadi memungkinkan pengiriman
sinyal antar kedua sel. Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan seluruh isi
selular, dikirimkan oleh sel target ke antarmuka sebagai MHC untuk dipindai oleh TCR
yang mencari sinyal asing dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi sel T
memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti produksi antibodi, aktivasi sel
fagosit atau penghancuran sel target dalam seketika. Dengan demikian respon kekebalan
tiruan terhadap berbagai macam penyakit diterapkan.

Sel T memiliki prekursor berupasel punca hematopoietik yang bermigrasi


dari sumsum tulangmenuju kelenjar timus, tempat sel punca tersebut mengalami
rekombinasi VDJ pada rantai-beta pencerapnya, guna membentukprotein TCR yang
disebut pre-TCR, pencerap spesial pada permukaan sel yang disebut pencerap
sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR). "T" pada kata sel T adalah singkatan dari
kata timus yang merupakanorgan penting tempat sel T tumbuh dan menjadi matang.
Beberapa jenis sel T telah ditemukan dan diketahui mempunyai fungsi yang berbeda-
beda.

Sel T terbagi menjadi tiga jenis, masing-masing dari ketiga jenis tersebut
mempunyai tugas / fungsi yang berbeda-beda :

- Sel T sitotoksik (killer), berfungsi membunuh sel-sel yang terinfekasi, sel ini
dapat membunuh berbagai bibit penyakit, dan sel kanker.

- Sel T supressor (penekan), mempunyai efek menstabilkan jumlah sel killer agar
sel killer tidak membunuh sel-sel tubuh yang sehat.

- Sel T penolong (helper), berfungsi membantu zat antibodi dan sel B penghasil
antibodi. Sel ini mengatur respons, kekebalan tubuh dengan cara mengenali dan
mengaktifkan limfosit yang lain.

1. Imuno globulin G (IgG)

Imunoglobulin G adalah divalen antigen. Antibodi ini adalah imunoglobulin


yang paling sering/banyak ditemukan dalam sumsum tulang belakang, darah, lymfe
dan cairan peritoneal. Ia mempunyai waktu paroh biologik selama 23 hari dan
merupakan imunitas yang baik (sebagai serum transfer). Ia dapat mengaglutinas
antigen yang tidak larut. IgG adalah satu-satunya imunoglobulin yang dapat
melewati plasenta.

2. Imuno globulin A (IgA)

Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam saliva, keringat, air


mata, cairan mukosa, susu, cairan lambung dan sebgainya. Yang aktif adalah bentuk
dimer (yy), sedangkan yang monomer (y) tidak aktif. Jaringan yang mensekresi
bentuk bentuk dimer ini ialah sel epithel yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang
kemudian sel tersebut bersama IgA masuk kedalam lumen.

Fungsi dari IgA ini ialah:

a. Mencegah kuman patogen menyerang permukaan sel mukosa

b. Tidak efektif dlam mengikat komplemen

c. Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada dalam


cairan sekretori yang mengandung IgA

d. Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif

3. Imuno globulin M (IgM)

Imunoglobulin M ditemukan pada permukaan sel B yang matang. IgM


mempunyai waktu paroh biologi 5 hari, mempunyai bentuk pentamer dengan lima
valensi. Imunoglobulin ini hanya dibentuk oleh faetus. Peningkatan jumlah IgM
mencerminkan adanya infeksi baru atai adanya antigen (imunisasi/vaksinasi). IgM adalah
merupakan aglutinin yang efisien dan merupakan isohem- aglutinin alamiah. IgM sngat
efisien dalam mengaktifkan komplemen. IgM dibentuk setelah terbentuk T-independen
antigen, dan setelah imunisasi dengan T-dependent antigen.

4. Imuno globulin D (IgD)


Imunoglobulin D ini berjumlah sedikit dalam serum. IgD adalah penenda
permukaan pada sel B yang matang. IgD dibentuk bersama dengan IgM oleh sel B
normal. Sel B membentuk IgD dan IgM karena untuk membedakan unit dari RNA.

5. Imuno globulin E (IgE)


Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum, terutama kalau berikatan
dengan mast sel dan basophil secara efektif, tetapi kurang efektif dengan eosinpphil. IgE
berikatan pada reseptor Fc pada sel-sel tersebut. Dengan adanya antigen yang spesifik
untuk IgE, imunoglobulin ini menjadi bereaksi silang untuk memacu degranulasi dan
membebaskan histamin dan komponen lainnya sehingga menyebabkan reaksi
anaphylaksis. IgE sangat berguna untuk melawan parasit.

2. Faktor Pembekuan
Lintasan terakhir yang sama melibatkan aktivasi protombin menjadi trombin
dalam proses pembekuan darahPada lintasan terakhir yang sama, faktor yang dihasilkan
oleh lintasan intrinsik dan ekstinsik dan mengaktifkan protobin (faktor IIa) yang
kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Pengaktifan protombin, seperti halnya pengaktifan faktor X, terjadi pada
permukaan terombosit aktif dan memerlukan perakitan kompleks protombokinase yang
terdiri atas fosfolipid anionik platelet, ,faktor Va, faktor Xa dan protombin.
Faktor V (330 kDa), yaitu suatu glikoprotein yang mempunai
homologidenan faktor VIII seruloplasma, disintesis si hati, limpa serta ginjal dan
ditemukan di trombosit serta plasma. Faktor V ini berfungsi menjadi kofaktor
dengan caa yang serupa dengan cara faktor VIII dalamkomples tenase. Ketika
diaktifkan enjadi faktor Va oleh sejumlah kecil trombin, unsur ini terikat dengan
reseptor spesifik pada membran trombosit dan membentuk suatu kompleks
denganfaktr Xa serta protombin. Selanjutnya kompleks ini diiniaktifkan oleh kerja
trombin lebih lanjut,yang dengan demikian akan menghaslkan sarana untuk
membatasi pengaktifan protombin menjadi trombin. Protombin merupakan
glikoprotein antai tunggal yang disintesis di hati. Regio terminal-amino pada
protombin mengandung 10 Gia, dan tempat protase aktif yang bergantung pada
serin beradapada regio-terminal karboksil mole kul tersebut. Setelah terikat dengan
kompleks faktor Va serta Xa pada membran trombosit, protombin dipecah oleh
faktor Xa pada dua tapak untuk menghasilkan molekul trombin dua-rantai yang
aktif, yang kemudian dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A dan B pada
trombin disatukan oleh ikatan disulfida.
Konversi fibrinogen menjadi fibrin dikatalis oleh trombin. Fibrinogen
merupakan glokorotein plasma yang bersifat larut dan tediri atas 3 pasang rantai
polipeptida nonidentik (Aα,Bβγ) yang dihubungkan secara kovalen oleh ikatan
sulfida. Rantai Bβ dan γ mengandung oligosakarida kompleks yang terikat dengan
asparagin. Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disitesis dihati, tiga gen struktural
yang telibat berada pada kromosom yang sama dengan ekspresinya diatur secara
terkoordinasi dalam tubuh manusia. Regio terminal-amino pada kenam rantai
dipertahankan dengan jarak yang rapat oleh sejumlah ikatan disulfida, sementara
regio-teminal karboksil tampak terpisah sehingga menghasilkan molekul
memanjang yang sangat asimetrik. Bagian A dan B pada rantai Aα dan Bβ, diberi
nama fibrinopeptida A (FPA) dan B (FPB), mempunyai ujung-terminal amino
pada rantainya masing-masing yang mengandung muatan negatif berlebihan
sebagai akibat adanya residu aspartat serta glutamat disamping tirosin O-sulfat
yang tidak lazim didalam FPB. Muatan negatif ini turut memberikan sifat dapat
larut dalam fibrinogen dalam plasma dan juga berfungsi untuk mencegah agregasi
dengan menimbulkan repulsi elekrostatistik antara molekul-molekul fibrinogen.
Trumbin (34 kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh kompleks
potombinase, menghidrolisis empat ikatan Arg-Giy diantara molekul-molekul
fibrinopeptida dan bagian ¥ serta β pada rantai Aα dan Bβ fibrinogen. Pelepasan
molekul fibrinopeptida oleh trombin menghasilkan monomer fibri yang memiliki
struktur subunit . Karena FPA dan FPB masing-masing hanya mengandung
16 dan 14 residu, molekul fibrin akan mempertahankan 98% residu yang terdapat
dalam fibrinogen. Pengeluaran molekul fibrinopeptida akan memanjangkan tapak
pengikatan yang memunginkan molekul monomer fibrin mengadakan agregasi
spontan dengan susunan bergiliran secara teratur hingga terbentuk bekuan fibrin
yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang menangkap trombosit, sel
darah merah dan komponen lainya sehingga terbentuk trombus merah atau putih.
Bekuan fibrin pendahulan ini mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya
lewat ikatan non kovalen antara molekul-molekul monomer fibrin.
Selain mengubah mengubah fibrinogen menjadi fibrin, tombin juga
megubah faktor XIII menjadi faktor VIIIa. Faktor ini merupakan transglutaminase
yang sangat spesifik dan membentu ikatan silang secara kovalen antar molekul
fibrin dengan membentuk ikatan peptida antara gugus amida residu glutamin dan
gugus ε-amino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil
denganpeningkatan resistensi terhadap poteolisis.
Konsentrasi trombin yang bersilkulasi harus dikendalikan dengan cermat
atau bekuan darah dapat terbentuk. Begitu tromin aktif terbentuk dalam proses
homeostatis atau trombosis, konsentrasinya harus dikontrol dengan cermat untuk
mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut aau pengaktifan trombosit.
Pengontrolan ini dilakukan lewat dua cara. Trombin beredar dalam darah sebagai
prekursor inaktif, yaitu potombin, yang keudian diaktifkan sebagai hasil kaskade
reaktif enzimatik aktif dan akhirnya menimbulkan konversi trombin menjadi
protombin. Pada setiap titik dalam rangkaian peristiwa tersebut, mekanisme umpan
balik akan menghasilkan suatu keseimbangan yang halus sekali antara aktivasi dan
inhibisi. Konsentrasi fakor XII dalam plasma kurang-lebih 30 μg/mL, sedangkan
konsentrasi fibrinogen adalah 3 mg/mL. Dengan konsentrasi faktor pembekuan
intermediat yang semakin meningkat ketika salah satu faktor diatas menjalani
rangkaian peristiwa pembekuan; kenyataan ini memperlihatkan bahwa rangkaian
peristiwa pembekuan menghasilkan amplifikasi. Cara keua yang mengendalikan
aktifitas trombin adalah inaktivasi setiap trombin yang terbentuk dan proses
inaktivasi ini dilakukan oleh zat inhibitor dalam darah dengan salah satu
inhibitornya yang paling penting adalah antitrombin III.
Aktivitas endogen antitrombin III sangat dipotensiasi oleh keberadaan
poteoglikan yang bersifat asam seperti heparin. Zat ini terikat dengan tempat
kationik spesifik pada antitrombin III dengan menginduksi perubahan bentuk dan
meningkatkan pengikatannya pada trombin disamping pada substrat lainnya.
Peristiwa ini menjadi dasar digunakannya heparin dalam bidang kedokteran klinis
untuk menghambat pembekuan. Efek antikoagulan heparin dapat dilawan oleh
polipeptida kationik kuat seperti protamin yag terikat erat dengan heparin, sehingga
mnghambat pengikatannya dengan dengan antitrombin III yang memiliki fungsi
fisiologik dan sistem pembekuan didalam tubuh manusia normalnya berada dalam
keadaan yang dinamis.
Tombin terlibat dalam mekanisme regulasi tambahan yang bekerja dalam
proses koagulasi. Unsur ini bergabung dengan trombomobulin, yaitu suatu
glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel endotel. Kompleks tersebut
engaktifkan protein C. Dalambentuk gabugan dengan protein S, sebuah kofaktor
yang dinamakan protein C yang diaktifkan akan mengurai faktor Va dan VIIIa,
sehingga membatasi kerjanya dalam koagulasi. Defisiensi genetik protein C atau
protein S dapat menyebabkan trombosis vena. Lebih jauh lagi, pasien dengan
faktor V Leiden menghadapi peningkatan resiko penyakit trombosis vena karena
faktor V Leiden bersifat resistem terhadap inaktivasi oleh APC.
Sel endotel menyintesis prostasiklin dan senyawa lain yang mempengaruhi
pembekuan serta trombosis.Sel endotel dalam dinding pembuluh darah
memberikan sumbangan yang penting terhadap keseluruhan regulasi proses
hemostasis dan trombosis. Sel ini menyintesis prosrasiklin yang merupakan
inhibitor kuat agregasi trombosit dengan melawan kerja tromboksan Prostasiklin
mungkin bekerja dengan merangsang dengan aktivitas enzim adenilil siklase
pada membran pemukaan trombosit. Peningkatan cAMP intratombosit yang
diaktibatkan, akan melawan peningkatan kadar ion intrasel yang dihasilkan oleh
sehingga menghambat pengaktifan tombosit. Sel endotel menyintesis heparan sulfat
yang merupakan antikoagulan, dan juga menyintesis aktivator plasminogen yang
membantu melarutkan trombus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kelenjar Endokrin
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.
Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan
pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan
reproduksi.
2. Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel
mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling
cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel)
yang cocok pula. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di
dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang
berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler
(plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air
(pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut).
3. Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion
hidrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan
oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular
umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada
tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat rendah. Keseimbangan asam
basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru
berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan
asam. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan asam basa yaitu sistem buffer,
sistem paru, dan sistem ginjal.
4. Susunan Sistem Saraf
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sel saraf terdiri atas milyaran sel neuron dan sel pendukung (neuroglia).
Berdasarkan fungsinya, neuron dapat dibagi menjadi neuron sensorik, motorik dan
konektor. Berdasarkan bentuknya, neuron dapat dibagi menjadi neuron unipolar,
bipolar dan multipolar.
Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat dan saraf tepi. Lapisan pada
sistem saraf yakni :
a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf pusat.
Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater dan
duramater.
c) Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di antara
piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal. Fungsi dari
cairan ini yakni memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti jaket
pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi
ion, membawa keluar metabolit-metabolit.

5. Imunoglobulin

Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul asam


amino yang berhubungan satu dengan yang lain melalui suatu ikatan yang
dinamakan ikatan peptida. Secara umum protein berfungsi dalam sistem
komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer plasma, dan mempertahankan
keseimbangan cairan intra dan ekstraseluler. Berbagai protein plasma terdapat
sebagai antibodi, hormon, enzim, faktor koagulasi, dan transport substansi khusus.
Fungsi sistem imun yaitu, Penangkal benda asing yang masuk kedalam tubuh,
Untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan komponen
tubuh yang lebih tua, Unsur – unsur yang berperan dalam reaksi imunoglobulin :
Sel B,Sel T,Imuno globulin G (IgG),Imuno globulin A (IgA),Imuno globulin M
(IgM), Imuno globulin D (IgD),dan Imuno globulin E (IgE).

DAFTAR PUSTAKA

Septori, E. 2013. Sistem endokrin pada manusia. Bandung : Academia


Sinaga, Erlintan dkk. 2011. Anatomi Fisiologi Manusia. Medan : FMIPA Unimed
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan (Edisi 3). Jakarta :
EGC
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan
Cairan   & Elektrolit” . Jakarta: EGC
Nur, Iis. 2013. Sistem Saraf Pada Manusia. Bandung : Sekolah Tinggi Farmasi
J. H. Green. 2002. Fisiologi Kedokteran. Tangerang : Binarupa Aks

Anda mungkin juga menyukai