Anda di halaman 1dari 12

.

Asas-asas Sistem Politik Islam


1. Tauhid
Tauhid berarti bahwa hanya Allah sajalah yang diakui sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pemilik alam semesta dan
segala isinya. Penyembahan dan kepatuhan hanya boleh ditujukan pada-Nya saja. Kekuasaan segala sesuatu yang
ada di dunia ini dan juga segala sesuatu itu sendiri tak ada yang kita peroleh atas hak kita sendiri. Semua itu adalah
anugerah Allah semata. Jadi bukanlah hak kita untuk memutuskan batas-batas wewenang dunia kita, juga
bukanlah hak orang lain untuk menetapkan itu. Hak tersebut hanya pada Allah saja, yang telah memberi kita akal
pikiran untuk menelaah itu semua. Prinsip Tauhid sama sekali menghapuskan konsep kedaulatan hukum dan
politik yang berada di tangan manusia, kerajaan maupun ras yang mengangkat kedudukan dirinya ke atas
wewenang itu. Hanya Allah saja yang berhak menjadi penguasa dan perintah-perintah-Nya adalah hukum yang
harus dijalankan dalam Islam.
Fir man Allah yang artinya:
• "Dan tidak ada sekutu bagi Nya dalam kekuasaan Nya."
(Al Furqan: 2)
• "Bagi Nya segaIa puji di dunia dan di akhirat dan bagi Nya segata penentuan (hukum) dan kepada Nya kamu
dikembalikan."
(Al Qasas: 70)
• "Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah."
(Al An'am: 57)
2. Risalah
Jalan kehidupan para rasul diiktiraf oleh Islam sebagai sunan al-huda atau jalan jalan hidayah. Jalan kehidupan
mereka berlandaskan kepada segala wahyu yang diturunkan daripada Allah untuk diri mereka dan juga untuk umat
umat mereka. Para rasul sendiri yang menyampaikan hukum-hukum Allah dan syari'at syari'at Nya kepada
manusia.
Risalah berarti bahwa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi Adam hingga kepada Nabi
Muhammad s.a.w adalah satu asas yang penting dalam sistem politik Islam. Melalui landasan risalah inilah maka
para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah di dalam bidang perundang-undangan dalam kehidupan manusia.
Para rasul menyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan
mereka. Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar manusia menerima segala perintah dan
larangan Rasulullah s.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-perintah Rasulullah s.a.w dan tidak
mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim dalam segala perselisihan yang terjadi di antara
mereka.

Firman Allah yang artinya:


• "Apa yang diperintahkan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagi kamu, maka
tinggalkanlah."
(Al Hasyr: 7)
• "Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah."
(An Nisa': 64)
• "Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang orang mu'min, akan Kami biarkan mereka bergelimang daiam kesesatan yang telah mereka datangi, dan
Kami masukkan ia ke dalam jahannam dan jahannam itu adalah seburuk buruk tempat kembali."
(An Nisa: 115)
• "Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."
(An Nisa': 65)

3. Khalifah
Khalifah berarti perwakilan. Dengan pengertian ini, bahwa kedudukan manusia di atas muka bumi ialah sebagai
wakil Allah. Ini juga bermaksud bahwa di atas kekuasaan yang telah diamanahkan kepadanya oleh Allah, maka
manusia dikehendaki melaksanakan undang-undang Allah dalam batas-batas yang ditetapkan. Atas landasan ini,
maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik, tetapi ia hanyalah khalifah atau wakil Allah yang menjadi Pemilik
yang sebenarnya.
Kami beri analogi seperti ini, misal anda memiliki sebidang tanah di mana anda menunjuk seseorang untuk
merawatnya atas nama anda. Anda menetapkan 4 persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, hak milik tanah
tersebut tetap atas nama anda. Kedua, dalam mengurus tanah tersebut dia harus bertindak sesuai perintah-
perintah anda. Ketiga, dia menjalankan wewenang atas tanah tersebut dalam batas-batas yang telah anda
tetapkan. Keempat, dalam melaksanakan amanat itu ia hanya boleh melaksananakan kehendak anda bukan atas
tujuan dirinya sendiri. Itulah yang saya gambarkkan 'perwakilan', inilah juga yang ada dalam konsep khilafah
dimana Allah lah Pemilik dunia ini.
Firman Allah yang artinya:
• "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di
muka bumi... "
(Al Baqarah: 30)
• "Kemudian Kami jadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi sesudah mereka supaya Kami memperhatikan
bagaimana kamu berbuat."
(Yunus: 14)
Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar benar mengikuti hukum hukum Allah.
Oleh itu khilafah sebagai asas ketiga dalam sistem politik Islam menuntut agar tugas tersebut dipegang oleh orang-
orang yang memenuhi syarat-syarat berikut:
Mereka mestilah terdiri daripada orang-orang yang benar-benar menerima dan mendukung prinsip-prinsip
tanggungjawab yang terangkum di dalam pengertian khilafah.
Mereka tidak terdiri daripada orang-orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah serta bertindak melanggar
batas-batas yang ditetapkan oleh-Nya
Mereka mestilah terdiri daripada orang-orang yang berilmu, berakal sehat, memiliki kecerdasan, kea'rifan serta
kemampuan intelek dan fizikal.
Mereka mestilah terdiri daripada orang-orang yang amanah sehingga dapat dipikulkan tanggungjawab kepada
mereka dengan aman dan tanpa keraguan.

C. Prinsip-prinsip Dasar Siyasah Dalam Islam


Prinsip-prinsip dasar siyasah dalam islam meliputi antara lain :
1) Musyawarah.
2) Pembahasan bersama.
3) Tujuan bersama yakni untuk mencapai suatu keputusan.
4) Keputusan itu merupakan penyelesaian dari suatu masalah yang di hadapi bersama.
5) Keadilan.
"..maka berilah keputusan di antara manusia dengan 'adil dan janganlah kamu mengikut hawa nafsu, kerana ia
akan menyesatkan kamu daripada jalan Allah. Sesungguhnya orang orang yang sesat daripada jalan Allah akan
mendapat 'azab yang berat, kerana mereka melupakan hari perhitungan."
(Sad: 26)
6) Al-musaawah atau persamaan.
7) Al-hurriyyah (kemerdekaan/kebebasan).
8) Perlindungan jiwa raga dan harta masyarakat.

D. Tujuan Politik Menurut Islam


Tujuan sistem politik Islam ialah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan kenegaraan yang tegak
atas dasar melaksanakan seluruh hukum syari'at Islam. Tujuan utamanya ialah untuk menegakkan sebuah negara
Islam atau Darul Islam. Dengan adanya pemerintahan yang mendukung syari'ah, maka akan tertegaklah al Din dan
berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan tuntutan al Din tersebut.
• Para fuqaha Islam telah menggariskan sepuluh perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik dan
pemerintahan Islam.
Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh 'ulama' salaf dari kalangan umat Islam.
Melaksanakan proses pengadilan di kalangan rakyat dan menyelesaikan masalah di kalangan orang-orang yang
berselisih.
Menjaga keamanan daerah daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman dan damai .
Melaksanakan hukuman-hukuman yang ditetapkan syara' demi melindungi hak-hak manusia.
 Menjaga perbatasan negara dengan berbagai persenjataan bagi menghadapi kemungkinan serangan dari pihak
luar.
Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat dan sedekah sebagai mana yang ditetapkan oleh syara'.
Mengatur anggaran perbelanjaan dari perbendaharaan negara agar tidak digunakan secara boros ataupun secara
kikir.
Mengangkat pegawai-pegawai yang cakap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara dan menguruskan hal-hal
Negara.
Menjalankan pengaulan dan pemeriksaan yang rapi, amam demi untuk memimpin negara dan melindungi al Din.

Musyawarah
Dalam prinsip perundang-undangan Islam, musyawarah dinilai sebagai lembaga yang amat
penting artinya. Penentuan kebijaksanaan pemerintah dalam sistem pemerintahan Islam haruslah
didasarkan atas kesepakatan musyawarah. Karena itu musyawarah merupakan prinsip penting
dalam politik Islam.
Prinsip musyawarah ini sesuai dengan ayat al-Quran Surah Ali Imran ayat 159
Prinsip Keadilan
Agama Islam menempatkan aspek keadilan pada posisi yang amat tinggi dalam sistem
perundang-undangannya. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan berbuat adil
dalam segala aspek kehidupan manusia, seperti yang terkandung dalam surat An-Nahl ayat 90:
Ayat tersebut diatas memerintahkan kepada umat Islam untuk berlaku adil, sebaliknya melarang
dan mengancam dengan sanksi hukum bagi orang yang berbuat sewenang-wenang. Kewajiban
berlaku adil dan menjauhi perbuatan zalim mempunyai tingkatan yang amat tinggi dalam
struktur kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
Keadilan merupakan tujuan umum atau tujuan akhir dalam pemerintahan Islam. Dari segi realitas
sejarah, sejarah para Khulafaur Rashidin yang nota bene mencontohkan teladan nabi adalah
prototipe yang lengkap dan sangat hidup dalam memahami makna keadilan dan memegang
prinsipnya dalam kehidupan.
Prinsip Kebebasan
Yang dimaksud dengan kebebasan di sini bukanlah kebebasan bagi warganya untuk dapat
melaksanakan kewajibanya sebagai warga negara, tetapi kebebasan di sini mengandung makna
yang lebih positif, yaitu kebebasan bagi warga negara untuk memilih suatu yang lebih baik, atau
kebebasan berfikir yang lebih baik dan mana yang lebih buruk, sehingga proses berfikir ini dapat
melakukan perbuatan yang baik sesuai dengan pemikiranya.
Kebebasan berfikir dan berbuat ini pernah diberikan oleh Allah kepada nabi Adam dan Hawa
untuk mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Allah. Sebagai mana Firman Allah Surat Taha
ayat 123:
Islam mengakui adanya kebebasan berfikir. Bahkan menjamin sepenuhnya dan dinilai sebagai
ahlak dasar setiap manusia. Dalam sistem perundang-undanganya Islam juga sangat menghargai
nilai-nilai kebebasan itu. Penghargaan sistem perundang-undangan Islam terhadap kebebasan itu
tidak dapat dibandingkan dengan sistem lainya yang diciptakan manusia.
Prinsip Persamaan
Prinsip persamaan berarti bahwa setiap individu dalam masyarakat mempunyai hak yang sama,
juga mempunyai persamaan mendapatkan kebebasan dalam berpendapat, kebebasan, tanggung
jawab, dan tugas-tugas kemasyarakatan tanpa diskriminasi rasial, asal usul, bahasa dan
keyakinan.
Berdasarkan prinsip persamaan ini sebenarnya tidak ada rakyat yang diperintah secara
sewenang-wenang dan tidak ada penguasa yang memperbudak rakyatnya. Allah menciptakan
laki-laki dan perempuan dengan berbagai bangsa dan suku bukanlah untuk membuat jarak antara
mereka. Bahkan diantara mereka agar dapat saling tukar pengalaman. Al-Quran menegaskan
yang membedakan diantara manusia adalah hanya karena taqwanya. Sebagaimana firman Allah
Surat al-Hujurat ayat 13:

Anda mungkin juga menyukai