Anda di halaman 1dari 4

Ir.

Bondan membeli 1 kantong plastik (5kg) benih jagung Hybrida dengan merek
cap kapal Terbang. Benih tersebut di tanam di persawahan Andi, 5 bulan
kemudian Ir. Bondan memanen jagung tersebut yang menghasilkan 5 kwintal
jagung, yang kemudian jagung tersebut dirontokkan menjadi benih. Hasil
rontokan jagung tersebut dimasukkan dalam kantong plastik dengan ukuran 2 kg
dan menghasilkan 200 kantong plastik tanpa merek, hasil tersebut di jual ke petani
seharga Rp.20.000,-/kantong di sekitar rumah Ir. Bondan.
PT. Morat Marit yang mempunyai merek jagung cap kapal Terbang menuduh dan
menuntut Ir. Bondan atas penjualan benih jagung tersebut.
Pertanyaan :
1. Bagaimanakah tindakan Ir. Bondan ?bila dikaitkan dengan UU No.29
tahun 2000?
2. Bagaimanakah tindakan PT. Morat Marit menuntut Ir. Bondan atas
penjualan benih tersebut?
Jawaban :
1. Tindakan Ir.bondan tidak tepat, sebab Ir. Bondan telah melanggar pasal 6, dan
pasal 10 ayat 1 huruf a Undang-undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Varietas Tanaman menyatakan bahwa :
Pasal 6
(1) Pemegang hak PVT memiliki hak untuk menggunakan dan memberikan
persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakan
varietas berupa benih hasil panen yang digunakan untuk propagasi.
(3) Hak untuk menggunakan varietas sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) meliputi kegiatan :
a. memproduksi atau memperbanyak benih;
b. menyiapkan untuk tujuan propagasi;
c. mengiklankan;
d. menawarkan;
e. menjual atau memperdagangkan;
f. mengekspor;
g. mengimpor;
h. mencadangkan untuk keperluan sebagaimana dimaksud dalam butir a, b,
c, d, e, f, dan g.
(4) Penggunaan hasil panen yang digerakan untuk propogasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), yang berasal dari varietas yang dilindungi,
harus mendapat persetujuan dari pemegang hak PVT.
Berdasarkan kasus Ir. Bondan, maka melanggar pasal 6 ayat 3 huruf a dan
ayat 4, sebab Ir. Bondan mempergunakan hasil panen jagung hybrida dengan
merek jagung cap kapal terbang milik PT. Morat Marit tanpa persetujuan PT.
Morat Marit yang memegang hak PVT untuk diperbanyak dan diperjualkan
dalam kegiatan komersiil. Sehingga Ir. Bondan dikenakan sanksi pidana
sesuai dengan pasal 71 menyatakan bahwa :
Pasal 71
“Barangsiapa dengan sengaja melakukan salah satu kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) tanpa persetujuan pemegang hak PVT,
dipidana dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun dan denda paling
banyak Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).”
Pasal 10 ayat 1
“(1) Tidak dianggap sebagai pelanggaran hak PVT, apabila :
a. penggunaan sebagian hasil panen dari varietas yang dilindungi,
sepanjang tidak untuk tujuan komersial;
b. penggunaan varietas yang dilindungi untuk kegiatan peneliatan,
pemuliaan tanaman, dan perakitan varietas baru;
c. penggunaan oleh Pemerintah atas varietas yang dilindungi dalam rangka
kebijakan pengadaan pangan dan obat-obatan dengan memperhatikan
hak-hak ekonomi dari pemegang hak PVT.
Berdasarkan dalam kasus tersebut, Ir. Bondan melanggar pasal 10 ayat 1
huruf a yang mempergunakan hasil panen dari varietas tanaman benih jagung
hybrida yang dilindungi untuk transaksi perdagangan di jual kepada petani di
sekitar rumah Ir. Bondan tanpa ada merek yang dicantumkan dalam
pengemasan benihnya, sehingga Ir. Bondan dianggap sebagai telah melanggar
hak perlindungan varietas tanaman, sehingga mendapat sanksi pidana sesuai
pasal 73, yang menyatakan bahwa :
“Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 10 ayat (1) untuk
tujuan komersial, dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun
dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
Apabila Ir. Bondan menginginkan tetap untuk mempergunakan hasil panen
benih jagung tersebut untuk di jual maka harus mendapat persetujuan dari
pemegang hak PVT sesuai pasal 6 ayat 1 Undang-undang Nomor 29 Tahun
2000 tentang perlindungan Varetas Tanaman yang menyatakan bahwa :
(1) Pemegang hak PVT memiliki hak untuk menggunakan dan memberikan
persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakan
varietas berupa benih hasil panen yang digunakan untuk propagasi.”
2. tindakan PT. Morat Marit menuntut Ir. Bondan atas penjualan benih dapat
dibenarkan sebab sesuai dengan pasal 5 subyek Perlindungan Varietas
Tanaman yaitu :
(1) Pemegang hak PVT adalah pemulia atau orang atau badan hukum, atau
pihak lain yang menerima lebih lanjut hak PVT dari pemegang hak PVT
sebelumnya.
(2) Jika suatu varietas dihasilkan berdasarkan kerja, maka pihak yang
memberi pekerjaan itu adalah pemegang hak PVT, kecuali diperjanjikan
lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pemulia.
(3) Jika suatu varietas dihasilkan berdasarkan pesanan, maka pihak yang
memberi pesanan itu menjadi pemegang hak PVT, kecuali diperjanjikan
lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pemulia.
Berdasarkan kasus di atas, maka Ir. Bondan bukan sebagai pemulia atau
pemegang hak PVT atas varietas benih jagung yang dihasilkannya, sebab
meskipun sudah ditanam sendiri tidak menutup kemungkinan benih tersebut
milik Ir. Bondan sebab sifat yang dihasilkan sama dengan varietas aslinya
milik PT. Morat Marit merek jagung cap kapal Terbang yang sebelumnya
merupakan pemegang hak PVT. Oleh karena itu, PT. Morat Marit berhak untuk
menuntut dan meminta ganti rugi melalui Pengadilan Negeri sesuai dengan
pasal 66 ayat 1 dan pasal 67 ayat 1 dan ayat 2 serta meminta untuk
menghentikan kegiatan kepada hakim Pengadilan Negeri sesuai pasal 68 ayat 1
, menyatakan bahwa :
Pasal 66 ayat 1
(1) Jika suatu hak PVT diberikan kepada orang atau badan hukum selain
orang atau badan hukum yang seharusnya berhak atas hak PVT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, maka orang atau badan hukum
berhak tersebut dapat menuntut ke Pengadilan Negeri.
Pasal 67 ayat 1 dan ayat 2
(1) Pemegang hak PVT atau pemegang lisensi atau pemegang Lisensi Wajib
berhak menuntut ganti rugi melalui Pengadilan Negeri kepada siapapun
yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6.
(2) Tuntutan ganti rugi yang diajukan terhadap perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) hanya dapat diterima terbukti varietas
yang digunakan sama dengan varietas yang telah diberi hak PVT.
Pasal 68 ayat 1
(1) Untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya
dilanggar, maka Hakim dapat memerintahkan pelanggar hak PVT
tersebut, selama masih dalam pemeriksaan Pengadilan Negeri, untuk
menghentikan sementara kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (3).

Anda mungkin juga menyukai