Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menentukan diagnose suatu penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorium
yaitu pemeriksaan specimen yang diambil dari specimen. Pemeriksaan laboratorium
adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau
sample dari penderita. Sample yang diambil dapat berupa dahak, urin, feses. Dan
sebagainya untuk menentukan diagnose disertai dengan uji lainnya sebagai penunjang.
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan tujuan tertentu misalnya untuk
mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau
perkembangan pengobatan, dan lain-lain.
Urine atau air kencing merupakan sisa yang diekresikan ginjal kemudian dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Proses terbentuknya urine ada 3 yaitu filtrasi,
reabsorpsi, dan augmentasi. Pemeriksaan feses adalah suatu pemeriksaan laboratorium
yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnose suatu penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pemeriksaan hematologi urine dan feses?
1.2.2 Bagaimana pemeriksaan sputum atau dahak?
1.2.3 Bagaimana pemeriksaan serologi?
1.2.4 Bagaiamana pemeriksaan dengan EKG?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui pemeriksaan hematologi urine dan feses.
1.3.2 Untuk Mengetahui pemeriksaan sputum atau dahak.
1.3.3 Untuk Mengetahui pemeriksaan serologi.
1.3.4 Untuk Mengetahui pemeriksaan dengan EKG.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Hematologi Urine dan Feses


2.1.1 Deskripsi Data Klinis Urine
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi
1
urin diperlukan unutk membuanga molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh (Ismail, 2012 : 103).
Di dalam urin terkandung bermacam – macam zat, antara lain (1) zat sisa
pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat warna empedu
yang memberikan warna kuning pada urin, (3) garam, terutama NaCl, dan (4) zat –
zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat – obatan serta juga
kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormon (Sloane,
2003).
Pemeriksaan ini meliputi uji : (Purnomo.2009)
1. Makroskopik dengan menilai warna, bau dan berat jenis urin
2. Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasamaan/pH , protein dan gula dalam
urin.
3. Mikroskopik mecari kemungkinan adanya sel-sel, cast (slinder) atau bentukan
lain di dalam urine.
Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan
saluran urin, tetapi juga mengenai faal berbagai organ dalam tubuh, maka sangat
penting sekali untuk memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan
(Gandasoebrata, 2004) :
1. Urin sewaktu
Untuk bermacam-macam pemeriksaan dapat digunakan urin sewaktu, yaitu
urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urin
sewaktu ini biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang menyertai
pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus.

2. Urin Pagi
Yang dimaksudkan dengan urin pagi ialah urin yang pertama-tama
dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur.
3. Urin Postprandial
Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria ; ia
merupakan urin yang pertama kali dilepaskan 1½ - 3 jam sehabis makan.
4. Urin 24 Jam
Cara pengumpulkan umpamanya sebagai berikut ; jam 7 pagi penderita
mengeluarkan urinnya ; urin dibuang . semua Urin yang dikeluarkan kemudian,

2
termasuk juga urin jam 7 pagi esok harinya, harus ditampung dalam botol urin
yang tersedia dan isinya dicampur.

2.1.2 Nilai Rujukan Urine


1. Pemeriksaan Bobot Jenis Urin
Dewasa : 1,005 - 1,030 gram/ml
Bayi baru lahir : 1,001 – 1,020 gram/ml
Anak : 1,005 – 1,030 gram/ml
2. Pemeriksaan pH
Dewasa : 4,5 – 8,0
Bayi baru lahir : 5,0 – 7,0
Anak : 4,5 – 8,0
3. Pemeriksaan Glukosa pada Urin
Negatif (-) : tidak ada perubahan warna, tetap biru sedikit kehijauan (tidak
ada glukosa).
Positif 1 (+) :warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5 – 1%
glukosa).
Positif 2 (++) : warna kuning keruh (terdapat 1 – 1,5% glukosa).
Positif 3 (+++) : warna jingga, seperti lumpur keruh (2 -3,5% glukosa).
Positif 4 (++++): merah keruh (> 3,5% glukosa).
4. Pemeriksaan Mikroskopik (Eritrosit, Leukosit, dan Kristal Asam urat)
Eritrosit : 0 – 1 / pb
Leukosit : 0 – 4 / pb
Epitel : 5 – 15 / Ipk
Silinder : negatif
Kristal : negatif
5. Pemeriksaan Organoleptik
Warna : kuning muda dan kuning tua
Bau : menyengat, bau amoniak
6. Pemeriksaan Organoleptik
- Warna
a. Tidak Berwarna atau pucat : banyak minum, diabetes insipidus, GGK,
minum alcohol.
b. Merah atau merah kecoklatan : hemoglobinuria, porfirin, kontaminasi
dengan menstruasi.
c. Jingga tua : pembatasan masukan cairan, urin pekat, urobilin,panas.
d. Biru atau hijau : toksemia Pseudomonas
e. Coklat atau hitam : keracunan lisol, melanin, bilirubin, metemoglobin,
porfirin.
3
- Bau
a. Amonia : pecahan urea oleh bakteri
b. Busuk atau tengik : Bakteria (infeksi saluran kencing)
c. Mousey : fenilketonuria
d. Manis atau berbau buah : asidosis diabetic, kelaparan.

2.1.3 Cara Pemeriksaan Urine


a) Pemeriksaan Bobot Jenis Urin
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, ditimbang piknometer
kosong. Dipipet urin ke dalam piknometer hingga mencapai mulut piknometer.
Diukur suhu dari urin, jika suhu sudah mencapai 255̊C maka piknometer yang
berisi urin langsung ditimbang. Jika belum mencapai suhu 255̊C, didinginkan
dalam wadah yang berisi es batu dan dipantau suhu dengan menggunakan
termometer. Kemudian ditimbang piknometer yang berisi urin, dan dicatat
masing-masing bobotnya. Dihitung bobot jenis dari urin tersebut.
b) Pemeriksaan Warna Urin
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dipipet 5 mL urin dan
diamati warna dari urin dalam sikap serong pada cahaya tembus. Dicatat hasil
pengamatan, dapat dinyatakan tidak berwarna, kuning, kuning muda, kuning tua,
kuning bercampur merah, merah bercampur kuning, merah, coklat, kuning
bercampur hijau, putih serupa susu, dan lain-lain.
c) Pemeriksaan Bau Urin
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dipipet 5 mL urin dan dicium
bau yang ditimbulkan. Dicatat hasil pengamatan, dapat dinyatakan dengan bau
makanan, obat-obatan, bau amoniak, bau ketonuria, atau bau busuk.
d) Pemeriksaan pH Urin
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dipipet urin lebih kurang
setengah dari tabung reaksi. Dicelup kertas pH universal ke dalam tabung yang
berisi urin. Diamati perubahan warna dan dicatat pHnya.

2.1.4 Pengertian Pemeriksaan Feses


- Makroskopis

Pemeriksaan tinja dengan melihat bentuk, konsistensi, warna, bau ada tidaknya

darah samar, lendir, nanah, sisa sisa jaringan makanan atau parasit.

- Mikroskopis

4
Pemeriksaan tinja yang lebih dalam dan lebih valid dari makroskopis dengan

menggunakan bantuan alat dan metode yang mendetail dalam pemeriksaanya.

- Manfaat

1. Mengetahui ada tidaknya masalah pada pencernaan

2. Mengetahui apa saja kandungan yang terdapat pada feses

- Indikasi

1. Adanya diare dan konstipasi

2. Adanya darah dalam tinja

3. Adanya lendir dalam tinja

4. Adanya ikterus

5. Adanya gangguan pencernaan

6. Kecurigaan penyakit gastrointestinal

- Feses normal
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut
70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa
kuman.
Maskroskopi Penyebab Catatan
Butir, kecil, keras, Konstipasi Pada keadaan usus besar yang

warna tua sensitive keadaan dapat diselingi diare

yang cair atau berlendir

Volume besar, berbau Malabsorpsi zat lemak atauEkskresi lemak 6 g/hari merupakan

dan mengambang protein hal yang abnormal; mungkin terdapat

pada penyakit usus halus primer,

fibrosis kistik, pankreastitis, sindroma

post-gastrektomi, penyumbatan

saluran empedu
5
Dengan tinja yang agak terbentuk,

sering diawali kelainan fungsi

Rapuh dengan lender Sindrom usus besar yangDarah tanpak lebih nyata dari pada

tanpa darah mudah terangsang inflamasilender

dangkal dan difus, adenoma

dengan jonjot-jonjot

Inflamasi usus besar; tifoid,

shigella, amebeasis,tumor

ganas

Rapuh dengan darah Infeksi non-invasif (cholera,Dehidrasi, gangguan keseimbangan

dan lender e.coli keadaan toksik,elektrolit

keracunan makanan oleh

stafilikok, radang selaput

osmotic (defisiensi

disakharida, makan

berlebihan)

Volume besar, cair, Devertikulitis atau abses lain,Untuk parasit perik salah tinja selagi

sisa padat sedikit tumor nekrotik, parasit masih panas

Rapuh, mengandung obtruksi saluran makanBilirubin serum biasanya abnormal

nanah atau jaringan barium

nekrotik

6
Pemeriksaan Warna

 Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan

terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh

berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang

dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan

obat santonin.

 Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung

khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin

dalam mekonium.

 Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran

pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis.

Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada

steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak

dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan

radiologik.

 Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar

dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

 Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran

pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat

tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik.

Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi,

arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

Pemeriksaan Bau

7
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk

didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan

dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.

Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak

dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi

makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna

menambah bau tinja.

Pemeriksaan Konsistensi

Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare

konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau

skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan

tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada

penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi

usus

Pemeriksaan Darah.

Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah

itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.

1. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan

tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung

atau varices dalam oesophagus.

2. Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar

tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma

rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.

2.2 Pemeriksaan Sputum atau Dahak


8
2.2.1 Definisi Sputum
Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan dan berasal dari
tenggorokan, hidung atau mulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada
pasien yang dahaknya akan diperiksa.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume, dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan
sputum itu sendiri.
Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru.
Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan
meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit.

2.2.3 Jenis Sputum


a. Pewarna gram
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis
mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
b. Kultur Sputum :
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik
guna menegakkan diagnosis definitif.
c. Sensitivitas :
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat
dalam sputum.
d. Basil tahan asam (BTA) :
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium
tuberculosa, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami
perubahan warna oleh alkohol asam
e. Sitologi :
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan
(karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan
trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel

9
malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti
tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan sel.
f. Tes Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus
sering dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus,
atau bukan. Jika bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya
menandakan infeksi parenkim paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif,
klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sekret. Wadah ini ditimbang
pada akhir 24 jam. Jumlah serta karakter isinya dicatat dan diuraikan.

2.2.3 Cara Pemeriksaan


1) Perlengkapan
a. Wadah specimen steril dengan penutup
b. Sarung tangan disposable (bila membantu klien),
c. Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air,
d. Handuk kertas,
e. Label yang berisi lengkap,
f. Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap,
g. Obat kumur.
2) Persiapan
Tentukan metode pengumpulan dan kumpulkan peralatan yang sesuai.
3) Pelaksanaan
Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu
dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana
hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan
informasi dan instruksi berikut pada klien:
a. Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara
mendapatkan spesimen sputum,
b. Jangan menyentuh bagaian dalam wadah specimen,
c. Untuk mengeluarkan sputumlangsung ke dalam wadah sputum,

10
d. Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
e. Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri
saat batuk,
f. Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum
cukup analisis),
g. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.
4) Berikan privasi klien.
5) Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan specimen.
a. Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi Fowler-tinggi
atau- semi atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan
ventilasi dan ekspansi paru yang maksimum.
b. Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien
yang tidak dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar
wadah tersebut untuk klien.
c. Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi
yang dalam memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar
dari jalan udara ke dalam faring.
d. Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke
dalamnya, pastikan sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah.
Memasukan sputum ke dalam wadah akan mencegah penyebaran
mikroorganisme ke tempat lain.
e. Bantu klien untuk mengulang batuksampai terkumpul jumlah sputum yang
cukup.
f. Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah
akan mencegah penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat
lain.
g. Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan
disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh
bagian luar wadah dengan sabun cair dan air dan kemudian mengeringkannya
dengan handuk kertas.
h. Lepas dan buang sraung tangan.
6) Pastikan klien merasa nyaman.
7) Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.

11
a. Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru
secara maksimal, bila diperlukan.
8) Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.
a. Patikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan
laboratorium. Tempelkan label dan lampirkan perimintaan laboratorium pada
wadah spesimen. Identifikasi dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah
spesimen dapat membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
b. Atur agar specimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan. Kultur
bakteri harus segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh
dan berkembang baik sehingga memberikan hasil positif palsu.
9) Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
a. Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan klien.
Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau
encer), adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau sputum, tibdakan yang
perlu dilakukan untuk mendapatkan sputum (mis., drainase postural), jumlah
sputum yang dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami
klien.

2.3.4 Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :


a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan
berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian
bawah.
b. Sputum banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
c. Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat → tanda bronkhitis/
bronkhiektasis
d. Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
e. Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya
verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dalam sputum. Sputum hijau ini sering
ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam
bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f. Sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.
g. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
h. Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.

12
2.3 Pemeriksaan Serologi
2.3.1 Definisi Serologi
Pemeriksaan serologi mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung pada
respon imun saat pemeriksaan laboratorium dilakukan dan lamanya kelainan yang
dialami penderita.
Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan serum seperti
pemeriksaan pada dugaan demam dengue. Demam dengue dapat merupakan infeksi
pertama kali yang disebut infeksi primer dan dikenal sebagai demam dengue, serta
infeksi kedua kali yang disebut infeksi sekunder yang dapat menimbulkan penyakit
demam berdarah yang dikenal sebagai Dengue Haemorragic Fever (DHF). Penyakit
ini dapat berlanjut dengan renjatan dan berakhir dengan kematian. Pada demam
dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia adalah pemeriksaan antigen NS-1,
antibodi dengue IgG dan IgM.
Pemeriksaan antigen NS-1 dengue dapat dilakukan pada hari pertama sampai
hari kesembilan dari demam baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder,
sehingga antigen NS-1 ini merupakan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya
infeksi dengan virus dengue.
Pada infeksi primer didapatkan kadar antibodi IgM setelah hari ke 4 - 5 demam
dan antibodi IgG akan timbul setelah hari ke 14 demam dan bertahan dalam jangka
waktu yang lama. Pada infeksi sekunder, antibodi IgG akan timbul lebih dahulu yaitu
1 – 2 hari setelah gejala demam timbul dan antibodi IgM akan timbul pada setelah
hari ke 5 – 10 demam.

2.4 Pemeriksaan EKG


2.4.1 Definisi EKG
Electrocardiogram (ECG) atau elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan
sederhana untuk mengukur irama dan aktivitas listrik jantung. Karena itu, prosedur ini
juga sering disebut rekam jantung. Tiap kali jantung berdetak, aliran listrik akan
mengalir dan memicu kontraksi otot jantung. Kontraksi otot ini menyebabkan jantung
mampu memompa darah ke seluruh tubuh.
Pada pemeriksaan EKG, aliran listrik jantung direkam oleh mesin dan hasilnya
akan diperiksa untuk melihat ada tidaknya gangguan atau kerusakan jantung.
13
Pemeriksaan elektrokardiogram direkomendasikan bagi pasien yang memiliki gejala
gangguan jantung. Gejala tersebut bisa berupa:
a. Nyeri dada
b. Jantung berdebar
c. Gangguan irama jantung (aritmia)
d.Sesak napas
e. Pusing
f. Badan lemas
g. Cepat lelah
Selain itu, rekam jantung juga direkomendasikan bagi pasien dengan kondisi tertentu
berikut:
a. Pernah mengalami serangan jantung atau masalah jantung lainnya
b. Memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga
c. Sudah direncanakan akan menjalani operasi karena kondisi jantung perlu dinilai
sebelum prosedur
d. Pengguna alat pacu jantung karena EKG dapat mengevaluasi efektivitas dari alat
pacu jantung
e. Sedang mengonsumsi obat untuk menangani penyakit jantung karena evaluasi
efektivitas obat dapat dinilai melalui elektrokardiogram
f. Mengalami gangguan keseimbangan elektrolit

2.4.2 Cara kerja


 Sebelum Elektrokardiogram
Secara umum, tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG), terkadang EKG dilakukan pada keadaan gawat darurat
untuk mendeteksi serangan jantung dan mengetahui kondisi kerja jantung yang
mungkin menyertai penyakit lainnya. Namun bila pasien direncanakan untuk
melakukan pemeriksaan EKG, sebaiknya hindari pemakaian losion, minyak, atau
bedak pada tubuh, terutama dada. Bila terdapat bulu pada dada, sebaiknya juga
dicukur. Hal tersebut terkadang dapat membuat elektrode sulit menempel pada
tubuh. Informasikan kepada dokter mengenai obat-obatan, suplemen, dan herba
yang sedang dikonsumsi.

14
Pemeriksaan elektrokardiogram dapat dilakukan di klinik ataupun rumah sakit.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
a. Pasien diminta berbaring di meja pemeriksaan.
b. Pasien akan diminta membuka pakaian atas.
c. Melepas aksesoris seperti kalung, gelang, ikat pinggang, handphone yang
mungkin dapat mempengaruhi hasil.
d. Petugas medis akan meletakkan beberapa elektroda pada lengan, kaki, dan dada
pasien.
e. Elektroda yang terhubung ke komputer tersebut akan merekam aktivitas listrik
jantung
f. Aktivitas listrik jantung akan ditampilkan di layar komputer dan hasilnya
dicetak pada lembaran kertas.
Prosedur rekam jantung biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit.
Selama proses ini, jangan menggerakan anggota tubuh dan jangan berbicara.

 Prosedur Elektrokardiogram
Elektrokardiogram (EKG) umumnya berlangsung 5-8 menit. Tes ini bisa
dilakukan di rumah sakit atau klinik yang memiliki fasilitas pemeriksaan EKG, dan
pengerjaannya biasa dilakukan oleh perawat. Sebelum berbaring di tempat tidur
pasien akan diminta untuk melepaskan pakaian atas, serta melepas aksesoris atau
benda yang terdapat dalam kantong pakaian yang mungkin dapat mempengaruhi
hasil pemeriksan.
Setelah berbaring di tempat tidur, elektrode-elektrode akan ditempelkan di
dada, lengan, dan tungkai pasien. Hindari berbicara dan menggerakkan anggota
tubuh karena dapat mengacaukan hasil tes.
Tiap kabel elektrode tersambung ke mesin EKG dan akan merekam aktivitas
kelistrikan jantung. Dokter akan menginterpretasi aktivitas kelistrikan jantung
berdasarkan gelombang yang ditampilkan di layar pemantau dan akan dicetak pada
kertas.

 Setelah Elektrokardiogram
Setelah pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), pasien diperkenankan untuk
melakukan aktivitas seperti biasa. Aktivitas yang dibatasi biasanya akan

15
disesuaikan dengan penyakit yang diderita oleh pasien. Hasil dari rekaman EKG
dapat langsung didiskusikan oleh dokter atau dapat dibuatkan janji kembali untuk
bertemu dengan dokter di lain waktu. Setelah itu, pasien mungkin akan menjalani
pemeriksaan lanjutan sesuai dengan hasil dari EKG atau penyakit yang dicurigai
oleh dokter
Dokter akan memeriksa adanya irama dan denyut jantung yang tidak normal.
Kondisi-kondisi ini dapat menjadi pertanda adanya masalah pada jantung Anda.
Berikut penjelasannya:

a. Denyut jantung
Denyut jantung normal berkisar antara 60-100 denyut per menit. Biasanya,
denyut ini dapat diukur dari nadi.
b. Pemeriksaan elektrokardiogram dibutuhkan apabila jantung Anda berdetak
terlalu cepat, terlau lambat, tidak teratur, atau detaknya sulit dihitung.
c. Irama jantung
Rekam jantung bisa menunjukkan adanya gangguan irama jantung (aritmia).
Aritmia terjadi ketika terdapat gangguan pada sistem aliran listrik jantung.
Konsumsi obat-obatan tertentu seperti beta-blocker juga dapat menyebabkan
masalah ini.
d. Serangan jantung
Serangan jantung, baik yang sedang atau yang pernah terjadi dapat terdeteksi
dari pemeriksaan elektrokardiogram. EKG juga bisa menunjukkan bagian
jantung mana yang mengalami kerusakan akibat serangan jantung.
e. Kurangnya suplai oksigen dan darah ke jantung
Pemeriksaan EKG dapat mendeteksi apakah nyeri dada disebabkan oleh
kurangnya aliran darah dan oksigen ke otot jantung.
f. Kelainan struktur jantung
Adanya kelainan struktur jantung seperti pembesaran pada ruang-ruang
jantung, juga dapat dideteksi dari pemeriksaan ini.

2.4.3 Elektrokardiogram (EKG) dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi-


kondisi seperti:

16
1. Serangan jantung.
2. Penyakit jantung koroner.
3. Gagguan elektrolit.
4. Keracunan dan efek samping obat.
5. Evaluasi efektivitas dari alat pacu jantung.
6. Tidak ditemukan kontraindikasi pada elektrokardiogram, kecuali pasien menolak
dilakukan pemeriksaan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan urine sisa yang diekskresi ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh
cara pengambilan, pengumpulan urine haruslah sesuai prosedur agar tidak terjadi
kontaminasi terhadap sample. Pemeriksaan feses melalui 2 tahapan yaitu : (a)
pemeriksaan makroskopis terdiri dari pemeriksaan warna dan bau. (b) pemeriksaan
mikroskopis terdiri dari leukosit dan telur cacing. Pemeriksaan sputum sebaiknya
dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam
lebih besar.

3.2 Saran
Pemeriksaan laboratorium berupa urine, feses, dan sputum berguna dalam penentuan
diagnose. Sehingga apabila terdapat rasa kurang baik pada tubuh hendaknya segera
melakukan pengecekan untuk mengetahui apakah ada gangguan atau penyakit dalam
tubuh kita.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/elektrokardiografi-ini-yang-harus-anda-ketahui

http://armiasaputri.blogspot.com/2015/05/pemeriksaan-sputum.html?m=1

https://www.biomedika.co.id/services/laboratorium/34/pemeriksaan-serologi.html

http://awalbros.com/technology/pemeriksaan-jantung-ekg/

https://www-sehatq-com.

18

Anda mungkin juga menyukai