Anda di halaman 1dari 8

UNESA Journal of Chemical Education

Vol. 2, No. 1, pp. 51-58 Januari 2013 ISSN: 2252-9454

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES MATERI


ZAT ADITIF MAKANAN UNTUK SISWA TUNARUNGU SMALB-B

STUDENT WORKSHEET SKILLS PROCESS ORIENTED FOOD ADDITIVES


MATERIALS FOR DEAF STUDENTS SMALB-B

Mei Rachma Erryanti dan Sri Poedjiastoeti


Jurusan Kimia FMIPA UNESA
e-mail: meirachma.permadi@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS berorientasi keterampilan proses yang layak
untuk siswa tunarungu. Subjek penelitian ini adalah siswa SMALB-B Pertiwi Mojokerto. Desain
penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development, R & D).
Instrumen penelitian terdiri atas lembar telaah, lembar validasi,dan lembar angket respon siswa.
Materi pembelajaran adalah zat aditif makanan (bahan tambahan makanan). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa prosentase kelayakan ditinjau dari kriteria komponen LKS, kecermatan isi,
penyajian, kebahasaan, keterbacaan, ilustrasi, kesesuaian LKS dengan keterampilan proses, dan
respon siswa berturut-turut sebesar 89,14%; 93,99%; 89,06%; 83,74%; 92,71%; 84,72%; 92,17%;
dan 89%. Berdasarkan hasil prosentase tersebut, maka hal ini menunjukkan bahwa LKS sudah
layak untuk digunakan dalam pembelajaran siswa tunarungu.

Kata Kunci: Tunarungu, LKS, Keterampilan Proses, Zat Aditif Makanan.

Abctract
The aims of this research to develope student worksheets skills process oriented for students with
hearing impairment. The subjects were students SMALB-B Pertiwi Mojokerto. Research design is
a research and development (Research and Development, R & D). Research instrument consisting
of sheets of the study, validation sheet, and student questionnaire responses sheet. Learning
materials are food additives. The results showed that the percentage of feasibility criteria in terms
of the components of the content, accuracy of content, presentation, language, readability,
illustrations, worksheets compliance with process skills, and student responses were respectively
89,14%; 93,99%; 89,06%; 83,74%; 92,71%; 84,72%; 92,17%; and 89%. Process skill the
students in terms of student worksheet is good. Students were very positive response to the
worksheets that were developed, this means that the student worsheet feasible to use in teaching
students with hearing impairment.

Key Words: Deaf, Student Worksheets, Process Skills, Food Additive.

PENDAHULUAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Pendidikan di Indonesia memiliki (KTSP), merupakan kurikulum operasional
standar tertentu yang sudah diatur oleh yang disusun dan dilaksanakan di masing-
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) masing satuan pendidikan [1].
yaitu Standar Nasional Pendidikan yang Undang-Undang RI No. 20 tahun
memiliki kriteria minimal tentang sistem 2003 pasal 32 tentang Sistem Pendidikan
pendidikan di seluruh wilayah hukum Nasional menjelaskan bahwa warga yang
Negara Kesatuan Republik Indonesia. memiliki kelainan fisik, emosional, mental
Kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah dan/atau sosial berhak memperoleh

51
UNESA Journal of Chemical Education
Vol. 2, No. 1, pp. 51-58 Januari 2013 ISSN: 2252-9454

pendidikan khusus. Adanya UU, standar isi, dikarenakan siswa belum mengenal lebih
standar proses yang jelas mengatur SLB. jauh tentang IPA, bahkan beberapa siswa
Berdasarkan Peraturan Pemerintah tidak tahu materi Kimia,terutama zat aditif
Nomor 19 Tahun 2005, dalam standar isi, makanan. Oleh sebab itu, zat aditif makanan
peserta didik yang berkelainan dapat sangat perlu untuk dipelajari karena sangat
diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu erat hubungannya dengan kehidupan sehari-
(1) berkelainan dengan disertai kemampuan hari melalui keterampilan proses. Sebagai
intelektual yang dibawah rata-rata dan (2) suatu pengetahuan dalam kehidupan, dapat
berkelainan dengan tidak disertai juga bisa sebagai bekal untuk diterapkan
kemampuan intelektual yang dibawah rata- dalam dunia usaha.
rata [2]. Berdasarkan hasil studi lapangan,
Standar proses untuk pendidikan dalam pembelajaran IPA ternyata masih
khusus tunanetra, tunarungu, tunagrahita, kurang fasilitas pendukung antara lain buku,
tunadaksa dan tunalaras sudah diatur dalam LKS dan media pembelajaran. LKS selain
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, sebagai media pembelajaran yang dapat
Permen Diknas No. 1 Tahun 2008, yakni mempermudah peserta didik dalam kegiatan
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran belajar mengajar juga dapat digunakan
pada satuan pendidikan untuk mencapai sebagai sarana komunikasi antar guru dan
kompetensi lulusan. Pendidikan khusus siswa. Berdasarkan hasil angket di lapangan,
adalah pendidikan bagi peserta didik yang sebanyak enam peserta didik tunarungu
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti sangat menginginkan adanya suatu LKS
proses pembelajaran karena kelainan fisik, untuk mempermudah mereka dalam belajar.
emosional, intelektual, sosial, dan/atau Mengajar siswa tunarungu perlu untuk
memiliki potensi kecerdasan dan bakat mencoba menerapkan pembelajaran melalui
istimewa. Pendidikan khusus meliputi suatu media pembelajaran yakni LKS
peserta didik berkelainan dan peserta didik dengan berorientasi keterampilan proses.
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat Keterampilan proses digunakan
istimewa. dalam pengembangan LKS ini untuk
Semiawan (1990) menyatakan memenuhi tuntutan KTSP, siswa juga
bahwa keterampilan proses adalah diharapkan memiliki kemampuan berpikir,
keterampilan fisik dan mental terkait dengan bekerja, dan bersikap ilmiah serta
kemampuan- kemampuan yang mendasar berkomunikasi dalam membentuk
yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan kecakapan hidup. Adanya alasan tersebut,
dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para maka perlu adanya media pembelajaran
ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang untuk anak tunarungu yang dapat mengatasi
baru [3]. Menurut Funk (1985), hal-hal tersebut dan mempermudah dalam
keterampilan proses dapat diklasifikasikan hal berkomunikasi. Maka dikembangkannya
menjadi dua yaituketerampilan proses (Basic suatu media, yakni media LKS berorientasi
Skill) dan keterampilan terintegrasi pada keterampilan proses. Pendekatan
(Integarted Skill) [4]. Pendekatan keterampilan proses adalah perlakuan yang
keterampilan proses bertujuan diterapkan dalam pembelajaran yang
menumbuhkan kemampuan berpikir, menekankan pada pembentukan
bekerja, dan bersikap ilmiah serta keterampilan memperoleh pengetahuan,
berkomunikasi sebagai salah satu aspek kemudian mengkomunikasikan
penting dalam kecakapan hidup. perolehannya.
Berdasarkan hasil angket kepada Pada penelitian pengembangan ini,
peserta didik sebanyak tujuh orang siswa, keterampilan dalam mengkomunikasikannya
sebanyak empat orang menyatakan IPA itu melalui writing to learn. Hal ini dikarenakan
sulit dan tiga orang menyatakan tidak sulit siswa tunarungu sulit untuk berkomunikasi
untuk mempelajari IPA. Hal ini terjadi melalui oral yakni dengan presentasi di
UNESA Journal of Chemical Education
Vol. 2, No. 1, pp. 51-58 Januari 2013 ISSN: 2252-9454

depan kelas. Selain itu, tujuan dari writing to guru dalam pengajaran dan dapat sebagai
learn adalah dapat membantu siswa alternatif media pembelajaran.
tunarungu untuk memahami suatu konsep
materi melalui membaca ringkasan materi METODE PENELITIAN
kemudian latihan soal. Jenis penelitian ini merupakan jenis
Berdasarkan latar belakang penelitian pengembangan yaitu
tersebut, maka dikembangkan suatu LKS pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
dengan beberapa komponen keterampilan yang berorientasi keterampilan proses siswa
proses yang dilatih mencakup keterampilan untuk siswa SMALB-B tunarungu pada
proses dasar meliputi mengamati, materi pokok zat aditif makanan. Desain
mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan; penelitian mengacu pada penelitian dan
dan keterampilan terintegrasi meliputi pengembangan (Research and Development,
merumuskan masalah, membuat hipotesis, R & D) yang terdiri dari tahap studi
pengontrolan variabel, menganalisis, dan pendahuluan, tahap studi pengembangan,
menyimpulkan. Sehingga dapat dirumuskan dan tahap evaluasi [5] dan [6]. Namun,
suatu permasalahan berikut, yaitu: penelitian ini hanya sebatas tahap studi
“Bagaimana kelayakan LKS berorientasi pengembangan, tepatnya pada tahap hasil
keterampilan proses pada zat aditif makanan validasi dan uji coba terbatas. Langkah-
untuk siswa tunarungu di SMALB-B langkah penelitian dan pengembangan dapat
ditinjau dari komponen LKS, kecermatan isi, ditunjukkan Gambar 1.
penyajian, kebahasaan, keterbacaan, Hasil rancangan LKS ditelaah oleh
ilustrasi, kesesuaian LKS dengan satu Dosen Kimia dan satu Dosen
keterampilan proses, serta respon siswa Pendidikan Luar Biasa. Kemudian hasil
terhadap LKS?”. telaah yang berupa saran dan komentar
Sesuai rumusan masalah tersebut, digunakan untuk memperbaiki LKS yang
tujuan penelitian ini adalah untuk dikembangkan. Selanjutnya divalidasi atau
menghasilkan LKS berorientasi dinilai oleh satu dosen Kimia, satu dosen
keterampilan proses pada zat aditif makanan Pendidikan Luar Biasa, dan satu guru mata
untuk siswa tunarungu di SMALB-B yang pelajaran IPA. Selain memvalidasi, respon
layak ditinjau dari komponen LKS, siswa juga dilihat. Analisis dilakukan pada
kecermatan isi, penyajian, kebahasaan, data yang diperoleh berupa prosentase.
keterbacaan, ilustrasi, kesesuaian LKS Prosentase diperoleh berdasarkan
dengan keterampilan proses, serta respon perhitungan skala Likert seperti Tabel 1.
siswa terhadap LKS. Tabel 1.Skala Likert
Manfaat yang diharapkan yakni Penilaian Nilai Skala
dapat menarik minat siswa untuk membantu Buruk Sekali 0
siswa tunarungu dalam pemahaman mata Buruk 1
pelajaran IPA khususnya Kimia, Cukup 2
Baik 3
memperoleh pengalaman baru untuk mlatih
Sangat Baik 4
keterampilan proses siswa, serta membantu Sumber: Modifikasi Riduwan [7]

53
UNESA Journal of Chemical Education
Vol. 2, No. 1, pp. 51-58 Januari 2013 ISSN: 2252-9454

1. TAHAP STUDI PENDAHULUAN

Deskripsi dan
Studi Studi Lapangan tentang
pembelajaran di Analisis
Literatur
SMALB-B Temuan

2. TAHAP STUDI PENGEMBANGAN

Telaah Desain Desain Produk Temuan Draft Desain


Produk LKS Berorientasi
(LKS draft 1)
(LKS draft 1) Keterampilan Proses

Penyusunan LKS
Berorientasi
Revisi Desain Produk Keterampilan Proses
(LKS draft 1)

Validasi Desain Produk (LKS draft 2)

LKS
Uji Coba
Draft 2
Terbatas Hasil Validasi dan Uji Coba Terbatas

3. TAHAP EVALUASI

LKS Produksi Massal

Gambar 1. Tahap-Tahap Penelitian dan Pengembangan (Research And Development, R & D),
Diadopsi dari Sugiyono [5].

Angket respon siswa ini dibuat Tabel 3. Interpretasi Skor Kelayakan


dengan pilihan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Persentase
Kategori
Prosentase data angket yang diperoleh dapat (%)
dihitung berdasarkan skala Guttman, dapat 0 - 20 Sangat kurang layak
dilihat pada Tabel 2. 21 – 40 Kurang layak
41 – 60 Cukup layak
Tabel 2. Skala Guttman
61 – 80 Baik/layak
Jawaban Nilai / Skor
Sangat baik/sangat
Ya (Y) 1 81 - 100
layak
Tidak (T) 0 Sumber: Riduwan [7]
Sumber: Riduwan [7]
Berdasarkan kriteria tersebut, LKS
Untuk menghitung persentase yang berorientasi pada keterampilan proses
tersebut menggunakan rumus: dalam penelitian ini dikatakan layak apabila
memenuhi kriteria penilaian apabila
persentase ≥ 61% [7].

HASIL DAN PEMBAHASAN


Skor Kriteria = Skor Tertinggi x Jumlah
Hasil penelitian berupa data hasil
Aspek x Jumlah Reviewer
validasi dan respon siswa. Data ini
kemudian dianalisis. Data hasil validasi
Hasil analisis digunakan untuk
dapat dilihat pada Tabel 4.
mengetahui kelayakan LKS yang
Hasil validasi dikatakan layak
berorientasi pada keterampilan proses yang
apabila prosentase penilaian total sebesar ≥
dikembangkan, yang dapat dilihat pada
61% [7].
Tabel 3.
UNESA Journal of Chemical Education
Vol. 2, No. 1, pp. 51-58 Januari 2013 ISSN: 2252-9454

Tabel 4. Hasil Validasi LKS Berorientasi Keterampilan Proses


Prosentase Kelayakan LKS (%)
Rata-rata
No. Aspek yang Dinilai Pengan- Kategori
1 2 3 4 (%)
tar
1. Komponen LKS 89,14 SL
2. Kecermatan Isi - 93,99 SL
3. Penyajian - 89,06 SL
4. Kebahasaan - 83,74 SL
5. Keterbacaan LKS - 92,71 SL
6. Ilustrasi - 84,72 SL
Kesesuaian LKS
7. - 92,17 SL
Dengan KPS
Prosentase Per LKS 89,62 90,57 88,13 88,53 - -
Kategori Per LKS SL SL SL SL SL - -
Keterangan:
SL : Sangat Layak
KPS : Keterampilan Proses
pengawet, dan penyedap),
Komponen LKS yang disajikan mengkomunikasikan kegunaan dan efek
pada LKS tersebut sudah tercantum dalam samping bahan kimia terhadap lingkungan
LKS ini, sehingga memudahkan guru atau sekitar.
siswa (pengguna) dalam menggunakan LKS Dampak ketunarunguan bagi
ini. Sesuai dengan sistematika penyusunan individu (anak tunarungu itu sendiri) yang
LKS yang umumnya berisi judul, pengantar, memiliki kosa kata yang sedikit sulit,
tujuan, alat dan bahan, langkah kerja, kolom sehingga perlu dimaksimalkan pada indera
pengamatan, serta adanya pertanyaan [8]. penglihatannya dalam pembelajaran [10].
LKS ini juga memuat LKS pengantar, yakni Materi yang berkaitan dengan KD ini yakni
berupa informasi pendukung dalam zat aditif makanan alami dan buatan saja,
mengerjakan soal-soal. Tiap LKS memiliki yaitu pewarna, pengawet, pemanis, dan
judul yang berbeda-beda, adanya penyedap, yang sangat berkaitan di
kompetensi yang akan dicapai yang dapat kehidupan sehari-hari sebab dalam tuntutan
dilihat di halaman standar isi, struktur dunia kerja, apabila menjadi suatu produsen
tersebut juga sudah sesuai dengan makanan, diharapkan menjadi suatu
sistematika/struktur LKS yang telah pengusaha yang jujur dalam produsen
ditetapkan [9]. makanan/minuman [11] dan [12]. Hal ini
Kecermatan isi LKS ini telah sebagai salah satu acuan dalam KTSP [1].
memenuhi kriteria kuriulum KTSP bahwa isi Selain itu, tiap-tiap LKS disusun secara
materi dalam LKS sesuai dengan SK sistematis sehingga pengguna LKS
(Standar Kompetensi) point 3 dan KD dimudahkan dalam pengguanannya dan juga
(Kompetensi Dasar) yang berlaku untuk materi yangdipakai berkaitan dengan
kelas X semester 1 SMALB-B. SK yang kehidupan sehari-hari [10].
berlaku di SLB yaitu mengidentifikasi, Penyajian LKS ini disusun sesuai
mengumpulkan data, dan menyimpulkan dengan karakter dan taraf berpikir siswa
kegunaan dan efek samping bahan kimia di tunarungu dimana alur pemikirannya dari
sekitar, serta mengkomunikasikannya. sederhana ke rumit yang sesuai dengan
Sedangkan KD yang berlaku yaitu perkembangan anak serta menunjang
mengumpulkan data bahan kimia di keterlibatan dan kemauan siswa untuk
rumahtangga, mengidentifikasi kegunaan terlibat aktif [8]. Manfaat LKS yakni untuk
dan efek samping penggunaan bahan kimia membantu menuntun peserta didik dalam
di sekitar, menyimpulkan bahan kimia alami berbagai kegiatan pembelajaran yang perlu
dan buatan (dalam kemasan) yang terdapat dilakukan sebagai pengalaman belajar
dalam bahan makanan (pewarna, pemanis, mandiri serta belajar untuk memahami tugas

55
UNESA Journal of Chemical Education
Vol. 2, No. 1, pp. 51-58 Januari 2013 ISSN: 2252-9454

tertulis yang tertuang dalam LKS dan untuk kompleks dibandingkan hanya menerima
guru sebagai bahan ajar yang siap digunakan informasi saja [13].
[9]. Adanya LKS, siswa dapat lebih mudah Strategi writing to learn dalam
dalam memahami konsep-konsep yang pembelajaran siswa untuk tunarungu untuk
bersifat kurang nyata sehingga dapat meningkatkan literasi di dalam kelas [13].
meningkatkan hasil belajar siswa dan juga Strategi ini lebih memfokuskan pada diskusi
lebih tertarik dalam mempelajari IPA, tentang kontent daripada mengoreksi tentang
khususnya Kimia karena adanya beberapa tata bahasa atau ejaan dan dapat
ilustrasi dalam penggambaran di kehidupan mengembangkan kosa kata. Dengan
sehari-hari, terlihat materi zat aditif makanan demikian, strategi pengajaran ini dapat
yang ada di LKS. digunakan di SMALB-B tunarungu karena
Penyajian materi yang menarik dan dapat mempermudah siswa tunarungu dalam
menyenangkan juga membuat siswa atau memahami suatu materi pembelajaran yang
guru tidak mudah bosan. Selain itu, dengan akibat dari keterbatasan dalam
adanya LKS yang telah divalidasi ini akan berkomunikasi secara oral, maka dengan
lebih memudahkan guru mengajar siswa adanya kegiatan menulis dapat
tunarungu dalam belajar IPA, khususnya mempermudah komunikasinya dengan orang
Kimia. Banyak gambar yang disajikan dalam lain selain dengan bahasa isyarat. Sebab
LKS ini, sebab siswa tunarungu memiliki menurut Moores (2001) (dalam
keterbatasan dalam pendengaran. Oleh sebab Poedjiastoeti), mengatakan bahwa ada dua
itu, dengan adanya visualisasi gambar untuk metode komunikasi dasar yang digunakan
terlihat lebih nyata yang bertujuan agar Amerika, yaitu metode oral/oral-aural dan
dapat membantu siswa tunarungu dengan komunikasi total (kombinasi metode oral
memaksimalkan penglihatannya dalam ditambah isyarat dan ejaan jari), sedang
memahami konsep materi. yang ketiga metode Bi-Bi yang masih
Kebahasaan pada LKS ini, terbatas penggunaanya [15].
menggunakan Bahasa Indonesia pada LKS Keterbacaan LKS mempengaruhi
sudah baik dan benar sebab mudah ketepatan pembuatan LKS, sebab jika terlalu
dimengerti. Selain itu, ejaan dan bahasanya rumit siswa akan bingung dalam
atau kosa kata yang digunakan mudah mengerjakannya, dimana tingkat
dimengerti oleh siapa saja terutama siswa kemampuan berfikirnya berbeda dengan
tunarungu yang hanya memiliki keterbatasan siswa normal [8]. Meskipun aspek tersebut
kosa kata [10]. Hal ini dikarenakan siswa sudah terpenuhi, akibat faktor dampak
tunarungu sulit untuk memahami kata-kata ketunarunguan, dalam proses pembelajaran
abstrak dan yang mengandung kiasan, maka siswa tunarungu dibantu oleh guru dalam
ketepatan penggunaan bahasa dengan memahami materi dan maksud dari soal
menggambarkan contoh-contoh konkret LKS dan soal tes menggunakan komunikasi
yang dapat mempermudah siswa tunarungu total. Menurut Bunawan (1997) (dalam
[10]. Selain itu, kalimatnya juga cukup Poedjiastoeti), komunikasi total ditinjau dari
sederhana untuk siswa tunarungu, sebab jika media komunikasi yang terdiri dari oral
kalimat yang panjang dan kompleks siswa (bicara dan membaca), aural yang
ini sulit untuk memahaminya. Adanya memfungsikan pendengaran dan vibrasi, dan
menulis untuk belajar (writing to learn) manual seperti gesti, ejaan jari, isyarat
memiliki banyak tujuan dengan adanya alami, dan isyarat formal [15].
kontribusi dari menulis untuk belajar adalah Ilustrasi yang disajikan di LKS ini
a) aktivitas menulis lebih baik daripada sangat baik untuk mendukung dalam
hanya belajar atau membaca saja; b) penyampaian materi, sehingga
aktivitas menulis pada siswa lebih fokus mempermudah siswa dalam memahami
dibandingkan dengan hanya menerima konsep materi yang pada hakikatnya siswa
informasi saja; dan c) kegiatan menulis lebih sendirilah yang membangun konsep materi
UNESA Journal of Chemical Education
Vol. 2, No. 1, pp. 51-58 Januari 2013 ISSN: 2252-9454

tersebut. Penyampaian materi melalui [2]. Hal ini merupakan salah satu penyebab
ilustrasi yang jelas, dapat memberi mengapa dikembangkannya LKS
kontribusi baik dalam pemahaman konsep, berorientasi keterampilan proses selain
sebab dengan adanya visualisai ilustrasi, untuk membantu siswa tunarungu dalam
dapat mengingat 30 % dalam memori otak. proses pembelajaran. Selain itu, hakikat IPA
Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai suatu proses/metode ilmiah yang
dalam menyusun LKS yakni menunjang melibatkan berbagai keterampilan proses
keterlibatan siswa untuk aktif, [9]. Penilaian keterampilan proses pada LKS
mengembangkan minat serta ilustrasi berupa sebagai data pendukung kelayakan LKS ini
gambar sesuai dengan konsep untuk menggunakan rubrik penilaian yang
memperjelas konsep [8]. dimodifikasi dari Kheng [16].
Muatan isi kurikulum SMALB-B Adapun hasil respon siswa terhadap
terdiri atas 40%-50% aspek akademik dan LKS yang dikembangkan disajikan pada
60%-50% aspek keterampilan vokasional Tabel 5.

Tabel 5. Data Hasil Respon Siswa Terhadap LKS


No. Pernyataan Prosentase (%) Kategori
1. Siswa senang belajar IPA (Kimia). 100 Sangat Layak
Siswa senang belajar materi zat aditif
2. 100 Sangat Layak
makanan (bahan tambahan makanan).
3. Siswa menyukai LKSnya. 100 Sangat Layak
4. Siswa menyukai tampilan LKS. 100 Sangat Layak
LKS ini mempermudah siswa dalam
5. 80 Layak
belajar IPA (Kimia).
6. Percobaan di LKS ini mudah. 80 Layak
7. Soal/pertanyaan di LKS mudah. 80 Layak
8. Kosa kata LKS mudah. 80 Layak
Siswa mudah dalam mengisi titik-titik
9. 80 Layak
pada LKS ini.

Prosentase total hasil respon siswa senang belajar IPA (Kimia), khususnya
adalah sebesar 89 %, sehingga dapat materi zat aditif makanan (bahan tambahan
dikategorikan sangat layak. Saat di makanan).
lapangan, terlihat para siswa sangat antusias
dalam pembelajaran menggunakan LKS PENUTUP
yang dikembangkan pada materi zat aditif Simpulan ini merupakan hasil
makanan (bahan tambahan makanan). Fakta penelitian untuk menjawab rumusan masalah
ini menjadi langkah awal yang sangat baik dari penelitian ini. Sedangkan saran
karena dengan adanya respon positif dan merupakan suatu pendapat untuk
minat siswa dalam belajar IPA (Kimia) yang memperbaiki penelitian ini akibat dari
baik, diharapkan siswa lebih untuk ketidaksempurnaan dari penelitian ini.
termotivasi dalam pembelajaran Berdasarkan hasil analisis, dapat
menggunakan IPA (Kimia) saat dilakukan disimpulkan bahwa LKS berorientasi
ataupun setelahnya. Siswa tunarungu keterampilan proses untuk siswa tunarungu
SMALB-B merespon sangat baik dan positif SMALB-B yang dikembangkan telah layak
pada LKS yang dikembangkan. Siswa untuk digunakan sebab prosentase kelayakan
menyukai LKS ini dikarenakan banyak ≥ 61%, yang meliputi: kriteria komponen
gambar atau foto yang membantu LKS prosentase kelayakan sebesar 89,14%
memahami materi, dimana visualisai lebih (Sangat layak); kriteria kecermatan isi LKS
ditonjolkan daripada mendengarkan prosentase kelayakan sebesar 93,99%
penjelasan saja. Siswa juga lebih mudah (sangat layak); kriteria penyajian prosentase
dalam kegiatan belajar mengajar serta lebih kelayakan sebesar 89,06%; kriteria

57
UNESA Journal of Chemical Education
Vol. 2, No. 1, pp. 51-58 Januari 2013 ISSN: 2252-9454

kebahasaan prosentase kelayakan sebesar 7. Riduwan. 2010. Skala Pengukuran


83,74% (sangat layak); kriteria keterbacaan Variabel-Variabel Penelitian.
prosentase kelayakan sebesar 92,71% Bandung: Alfabeta.
(sangat layak); kriteria ilustrasi prosentase 8. Devi, Kamalia Poppy. 2009.
kelayakan sebesar 89,72% (sangat layak); Pengembangan Perangkat
kriteria kesesuaian LKS dengan Pembelajaran Untuk guru SMP.
keterampilan proses prosentase kelayakan Jakarta: Pusat Pengembangan dan
sebesar 92,17% (sangat layak). Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Berdasarkan hasil uji coba terbatas, Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam
hasil respon siswa yang diperoleh untuk (PPPPTK IPA).
LKS yang telah dikembangkan telah 9. Anonim. 2004. Pedoman Penyusunan
mendapatkan prosentase sebesar 89 %, yang Lembar Kegiatan Siswa dan Skenario
dapat dikategorikan bahwa LKS ini sangat Pembelajaran Sekolah Menengah Atas.
layak untuk digunakan karena telah Jakarta: Departemen Pendidikan
mendapatkan respon yang sangat positif dari Nasional.
siswa-siswi tunarungu SMALB-B. 10. Somantri, Sutjihati. 2006. Psikologi
Adapun saran yang diberikan guna Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika
memperbaiki penelitian selanjutnya, yaitu Aditama.
dalam menyusun LKS untuk siswa 11. Karim, Saeful, Kaniawati, Ida, dkk.
tunarungu SMALB-B, sebaiknya 2008. Belajar IPA: Membuka
menggunakan kalimat yang sangat Cakrawala Alam Sekitar. Jakarta: Pusat
sederhana, kalimatnya pendek, dan mudah Perbukuan, Departemen pendidikan
dipahami. Serta LKS yang dikembangkan Nasional.
sebaiknya dapat memberikan siswa 12. Puspita, Diana, Rohima, Iip. 2009.
tunarungu untuk pengetahuan lingkungan Alam Sekitar IPA Terpadu: Untuk
sekitar sehingga dapat diimplementasikan di SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat
kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga Perbukuan, Departemen Pendidikan
sebaiknya diberikan contoh langsung dalam Nasional.
mengerjakan LKS. 13. Anonim. Tanpa Tahun. Writing To
Learn - Origins of the Writing to Learn
DAFTAR PUSTAKA Approach. [online]. Tersedia:
1. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan http://wac.colostate.edu/Books/bazerm
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan an_wac/chapter5.pdf. Diakses Tanggal
Jenjang Pendidikan Dasar dan 24 November 2011.
Menengah. Jakarta: BSNP. 14. Lang, Harry G., Lewis, Rachel C.
2. BSNP. 2006. Standar Nasional 2000. Promoting Literacy In The
Pendidikan. Jakarta: BSNP. Classroom Through Writing-to-Learn
3. Semiawan, Conny, dkk. 1990. Strategi. [online]. Tersedia:
Pendekatan Keterampilan Proses. http://www.deafed.net/contentResourch
Jakarta: PT. Gramedia. es/Science/WTLGuidedFree.ppt.
4. Dimyati dan Moedjiono. 2009. Belajar Diakses Tanggal 24 Juli 2012.
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka 15. Poedjiastoeti. 2010. Pembelajaran
Cipta. Kimia Untuk Siswa Tunarungu. Prod.
5. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Prosiding xv. A1-A15.
Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. 16. Kheng, Yeap Tok. 2008. Science
Bandung: Alfabeta. Process Skills. Malaysia: Pearson.
6. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009.
Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai