Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus

DM tipe II + CKD stage V + Hipertensi grade II + Hiperuresemia

+ Anemia Sedang

Disusun Oleh :
Hefrida Asmaul Husna, S.Ked

Preseptor :
dr. Juspeni Kartika, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan tugas laporan kasus yang berjudul:

Hipoglikemi e.c DM tipe II + CKD stage III + Anemia sedang

Dipresentasikan pada hari , tanggal Januari 2019

Bandar Lampung, Januari 2019

Pembimbing Penyaji

dr. Juspeni Kartika, Sp.PD Ahmad Sofyan Wibbisana, S.Ked


BAB I

PENDAHULUAN

Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar glukosa plasma

lebih rendah dari 45 mg/dl– 50 mg/dl. Bauduceau, dkk mendefinisikan

hipoglikemia sebagai keadaan di mana kadar gula darah di bawah 60 mg/dl

disertai adanya gelaja klinis pada penderita.

Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis yang ditandai

dengan kelainan struktural maupun fungsional yang berlangsung lebih dari tiga

bulan serta terjadinya kerusakan ginjal dan penurunan fungsi ginjal dengan

Glomerular Filtrate Rate (GFR) kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 . Pada PGK

didapatkan kelainan komposisi darah, urin maupun kelainan tes pencitraan

(imaging). Kerusakan ginjal akan menurunkan produksi eritropoetin sehingga

tidak terbentuknya eritrosit yang menimbulkan anemia dengan gejala pucat,

kelelahan dan aktivitas fisik bekurang. Proteinuria merupakan tanda terjadinya

kerusakan ginjal.
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama Lengkap : Ny. R

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir: 01 februari 1961

Umur : 58 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Alamat :

MR : 12.13.66

Masuk Poli RSPBA : 31 Januari , Pukul : 15.31 WIB

2.2 Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal

21 Desember 2018

A. Keluhan Utama

Badan Lemas tidak berdaya sejak 2 jam SMRS

B. Keluhan Tambahan
Sesak sejak 1 minggu SMRS dan mual (+).

C. Riwayat Perjalanan Penyakit

Sekitar  6 bulan yang lalu, Os sempat dirawat di RSPBA dengan

keluhan lemas tidak berdaya disertai pusing dan sempoyongan. Os

diperiksa oleh dokter dan didiagnosa Hipoglikemi. Os bercerita

mempunyai penyakit kencing manis dan darah tinggi sejak 1 tahun yang

lalu dan os tidak pernah mengontrolnya dan tidak rutin minum obat,

Sekitar 1 bulan yang lalu, Os merasakan perut dan kakinya

membengkak teraba kenyal, tidak disertai nyeri dan tidak hilang dengan

perubahan posisi. Os juga mengeluh pipisnya semakin sedikit padahal

banyak minum, os juga merasakan sering mual tapi tidak muntah

sehingga os tidak nafsu untuk makan

Sejak 1 minggu yang lalu, Os merasakan sering lemas, lemas

dirasakan seluruh tubuh seperti kehilangan tenaga, namun membaik

setelah os minum teh manis. Os juga merasakan sekarang ini bagian

mukanya ikut membengkak juga, Os juga merasakan sesak, sesak

dirasakan seperti tertekan, namun os masih bisa tidur dengan 1 bantal,

mual (+), muntah sesekali, batuk (-), nafsu makan menurun.

+ 2 jam SMRS os mengeluhkan lemas seluruh badan, lemas

dirasakan seperti kehilangan tenaga mendadak sampai os tidak bisa

bangun dari tempat tidur, lemas tidak membaik dengan istirahat, os

bercerita bahwa pada hari ini os mencoba untuk berpuasa dan saat sahur

minum obat penurun gula darah yaitu metformin. Os juga mengeluhkan


mual, pusing, mata berkunang-kunang, sehingga os akhirnya dibawa ke

IGD RSPBA untuk diperiksa oleh dokter jaga IGD, Os di sarankan

untuk rawat inap agar mendapatkan terapi lebih lanjut.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

 Diabetes mellitus tipe 2 (diketahui 1 tahun yang lalu) dan saat ini

tidak rutin kontrol dan tidak rutin minum obat

 Hipertensi (diketahui 1 tahun yang lalu) dan saat ini tidak rutin

kontrol dan tidak rutin minum obat

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Keadaan Penyebab
Hubungan Diagnosa
Kesehatan Meninggal

Kakek – – –

Nenek – – –

Ayah – – –

Ibu – – –

Saudara – – –

Anak-anak – – –

F. Anamnesis Sistem

Kepala – Tidak ada keluhan


Mata ✓ Cekung
Telinga – Tidak ada keluhan
Hidung – Tidak ada keluhan
Mulut ✓ Bibir kering
Tenggorok – Tidak ada keluhan
Leher – Tidak ada keluhan
Jantung ✓ Terasa sesak
Paru-Paru – Tidak ada keluhan
✓ Nafsu makan menurun
✓ Mual
✓ Muntah
– Kembung
Gastrointestinal
– Nyeri perut
✓ Perut membesar
– Perut terasa keras
– Tidak BAB
Saluran Kemih ✓ BAK berkurang
Alat Kelamin – Tidak ada keluhan
Neurologis – Tidak ada keluhan
Psikologis – Tidak ada keluhan
Kulit – Tidak ada keluhan
Endokrin – Tidak ada keluhan
Muskuloskeletal – Tidak ada keluhan

G. Riwayat Kebiasaan

H. Riwayat Makanan & Minuman

Frekuensi/hari : 3 x/ hari

Jumlah/hari : Setengah porsi

Variasi/hari : Bervariasi

Nafsu makan : Menurun

2.3 Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 98 x/menit, regular
Suhu : 36,5 ⁰C
Pernapasan : 30 x/menit
GDS : 54
Sianosis : Tidak sianosis
Berat Badan : 68 kg
Tinggi badan (cm) : 152 cm
IMT : BB/TB(m)2= 68/2,31 = 29,4

B. Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : Wajar/Gelisah/Tenang/Hipoaktif/Hiperaktif

Alam perasaan : Biasa/Sedih/Gembira/Cemas/Takut/Marah

Proses pikir : Wajar/Cepat/Gangguan Waham/Fobia/Obsesi

C. Status Generalisata

 Kulit

Warna : Sawo matang Efloresensi : Tidak ada

Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada

Pertumbuhan rambut : Normal Pembuluh darah : Normal

Suhu raba : Normal Lembab/kering : Kering

Keringat, umum : Normal Turgor : Menurun

 Kepala

Ekspresi wajah : Normal Simetris muka : Simetris

Rambut : Normal

 Mata

Eksolftalmus : Tidak ada Endoftalmus : Tidak ada

Kelopak : Cekung Lensa : Normal


Konjungtiva : Anemis Visus : Normal

Sklera : Normal Gerakan mata : Normal

Lap.penglihatan : Normal Tek. bola mata : Normal

Deviatio konjungtiva : Tidak ada Nistagmus : Tidak ada

 Telinga

Tuli : Tidak tuli Selaput pendengaran : Tidak diperiksa

Lubang : Normal Penyumbatan : Tidak ada

Serumen : Tidak diperiksa Perdarahan : Tidak ada

 Hidung

Trauma : Tidak ada Nyeri : Tidak ada

Sekret : Tidak ada Pernafasan cuping hidung : Tidak ada

 Mulut

Bibir : Kering Tonsil : Normal

Langit-langit : Hiperemis Bau nafas : Tidak berbau

Trismus : Normal Lidah : Normal

Faring : Normal

 Leher

Tekanan vena jugularis : JVP 5+2 cm H2O

Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran

Kelenjar limfe : Tidak teraba

 Kelenjar getah bening

Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak teraba

Supraklavikula : Tidak teraba Ketiak : Tidak teraba


Lipat paha : Tidak teraba

 Thorak

Bentuk : Simetris kiri = kanan

Sela iga : Normal

 Paru Depan Belakang

Inspeksi : Bentuk normal, statis, dinamis dan simetris

Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri normal, massa (-),


krepitasi (-)
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Kanan : vesikuler meningkat


Kiri : vesikuler meningkat

 Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

Palpasi : Iktus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung atas : ICS II linea parasternalis sinistra


Batas jantung kiri : ICS IV linea midclavicula sinistra
Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternalis dextra

Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 normal; Murmur (-); Gallop (-)


 Abdomen

Inspeksi : dinding perut cembung, ascites (+), striae (+), caput

medusa (-), ikterik (-)

Palpasi : Defence muscular (-); Rabaan seperti papan (-); Hati


dan limpa tidak teraba; Shifting dullness (-);
Nyeri ketok CVA (-) Kiri/Kanan; Ballotement ginjal (-)
Perkusi : Pekak (+)
Auskultasi : Bising usus normal

 Ekstremitas

 Ekstremitas superior dextra dan sinistra :


Edema (+), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-),
eritem palmar (-), akral dingin (-), krepitasi (-)

 Ekstremitas inferior dextra dan sinistra :


Edema (+), deformitas (-), sianosis (-), nyeri sendi (-), ptekie (-),
eritem palmar (-), akral dingin (-), krepitasi (-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang

A. Laboratorium Patologi Klinik


HEMATOLOGI (10 Agustus 2018)
No. Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
1. Hemoglobin 8,8 LK 14–18 Wn 12–16 gr/dl
2. Leukosit 7.600 4.500–10.700 Ul
3. Hit. Jenis Leukosit Basofil 0 0–1 %
4. Hit. Jenis Leukosit Eosinofil 0 0–3 %
5. Hit. Jenis Leukosit Batang 1 2–6 %
6. Hit. Jenis Leukosit Segmen 59 50–70 %
7. Hit. Jenis Leukosit Limfosit 29 20–40 %
8. Hit. Jenis Leukosit Monosit 11 2–8 %
9. Eritrosit 3,1 Lk 4,6–6,2 Wn 4,2–6,4 Ul
10. Hematokrit 27 Lk 40–54 Wn 38–47 %
11. Trombosit 255.000 159.000–400.000 Ul
12. MCV 89 80–96 Fl
13. MCH 28 27–31 Pg
14. MCHC 31 32–36 gr/dl

KIMIA DARAH
No. Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
1 Urea 56 10 – 50 mg/dl
2 Creatinin 2,0 Lk 0,6–1,1 Wn 0,5–0,9 mg/dl

B. Pemeriksaan Rontgen
Tidak diperiksa

2.5 Resume

Os datang ke IGD Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin dengan

lemas seluruh badan, lemas dirasakan seperti kehilangan tenaga mendadak

sampai os tidak bisa bangun dari tempat tidur, lemas tidak membaik dengan

istirahat, os sedang berpuasa dan sahur minum metformin. Os juga

mengeluhkan sesak (+), mual (+), pusing (+), mata berkunang-kunang, os

masih bisa tidur 1 bantal, BAK sedikit, BAB normal

Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelopak mata tampak cekung, bibir

kering, turgor kulit menurun, tekanan darah 140/90 mmHg, GDS 54,

peningkatan JVP 5+2 cm H2O ,sonor pada kedua lapang paru, vesikuler

meningkat (+/+). Pada abdomen cembung, ascites, pekak (+). Pada

ekstrimatas atas dan bawah Edema

2.6 Daftar Malasah

Anamnesis : – Lemas
– Sesak
– Mual
– edema seluruh tubuh
– BAK sedikit
 Pemeriksaan fisik
- Tekanan Darah : 140/90 mmHg

- Mata : kelopak cekung

- Mulut : bibir kering

- Leher : JVP 5+2 cm H2O

- Kulit : Turgor kulit menurun


- Paru-paru
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler meningkat (+/+)
- Abdomen
Inspeksi : Bentuk cembung
Palpasi : Defence muscular (-); Rabaan seperti papan (-); Hati
dan limpa tidak teraba.
Perkusi : Pekak (+).
Auskultasi : Bising usus normal
- Ekstremitas atas dan bawah : Edema

 Pemeriksaan penunjang : – Creatinin 2,0 mg/dl


– Urea 56 mg/dl
– GDS 54
– Hemoglobin 8,8 ul
– Hematokrit 27%
– Eritrosit 3,1 uL

2.7 Diagnosis Kerja

Hipoglikemi e.c DM tipe II + CKD stage III + Anemia sedang

Diagnosis Differensial

Hipoglikemi e.c DM Tipe II + CHF stage III + Anemia sedang

2.8 Penatalaksanaan

A. Non Farmakologi

1. Oksigenasi O2 2 – 6 L/menit
2. Tirah baring
B. Farmakologi

IGD
 IVFD RL Blood set  asnet
 D40% Flash
 Furosemide 1 amp IV
 Asam Folat 1 tab
 Bicnat 1 tab

2.9 RENCANA PEMERIKSAAN

A. EKG

2.10 Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

FOLLOW UP
21 Desember 2018
S Lemas berkurang, masih terasa sesak, mual, seluruh tubuh Edema, BAK sedikit,
BAB (-).
O Tanda-Tanda Vital
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,7 o C
Pernapasan : 24 x/menit
GDS : 233
Kepala:
Konjungtiva anemis, sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP 5+2 cm H2O
Paru:
I : Bentuk normal, pergerakan dada simetris
P : Vokal fremitus kanan dan kiri normal
P : sonor
A : vesikuler meningkat (+/+)
Jantung:
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : –batas jantung atas ICS III linea parasternalis sinistra
–batas jantung kiri ICS VII linea midclavicula sinistra
–batas jantung kanan ICS VI linea parasternalis dextra
A : bunyi jantung S1 dan S2 normal
Abdomen:
I : Dinding perut cembung
P : defence muscular (-), rabaan seperti papan (-)
P : pekak
A : Bising usus normal
Extremitas:
Edema
A Hipoglikemi e.c DM tipe II + CKD stage III + Anemia sedang
P  RL 18 tpm
 Asam folat 3x1 tab
 Bicnat 3x1 tab
 furosemide 3x1 amp
 Pepzole 1 vial

22 Desember 2018
S Tidak lemas dan tidak sesak, seluruh tubuh masih edema, mual, BAK sedikit
O Tanda-Tanda Vital
KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 170/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,4 o C
Pernapasan : 20 x/menit
GDS : 301
Kepala:
Konjungtiva anemis, sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP 5+2 cm H2O
Paru:
I : Bentuk normal, pergerakan dada simetris
P : Vokal fremitus kanan dan kiri normal
P : sonor
A : vesikuler (+/+)
Jantung:
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : –batas jantung atas ICS III linea parasternalis sinistra
–batas jantung kiri ICS VII linea midclavicula sinistra
–batas jantung kanan ICS VI linea parasternalis dextra
A : bunyi jantung S1 dan S2 normal
Abdomen:
I : Dinding perut cembung
P : Nyeri tekan (-)
P : Pekak
A : Bising usus normal
Extremitas:
Edema
A Hipoglikemi e.c DM tipe II + CKD stage III + Anemia sedang
P  RL 18 tpm
 lansoprazol 2x1 tab
 furosemide 3x1 amp
 Asam folat 3x1 tab
 Bicnat 3x1 tab
 HCT 25 mg 1-0-0
 Ulsafat syrup 3x1

23 Desember 2018
S Tidak ada keluhan
O Tanda-Tanda Vital
KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,4 o C
Pernapasan : 20 x/menit
GDS : 229

Kepala:
Konjungtiva anemis, sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Leher:
JVP 5+2 cm H2O
Paru:
I : Bentuk normal, pergerakan dada simetris
P : Vokal fremitus kanan dan kiri normal
P : sonor
A : vesikuler (+/+)
Jantung:
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : –batas jantung atas ICS III linea parasternalis sinistra
–batas jantung kiri ICS VII linea midclavicula sinistra
–batas jantung kanan ICS VI linea parasternalis dextra
A : bunyi jantung S1 dan S2 normal
Abdomen:
I : Dinding perut cembung
P : Nyeri tekan (-)
P : Pekak
A : Bising usus normal
Extremitas:
Edema
A Hipoglikemi e.c DM tipe II + CKD stage III + Anemia sedang
P BLPL
 Furosemide 1-1-0
 lansoprazol 2x1 tab
 Asam folat 3x1 tab
 Bicnat 3x1 tab
 Ulsafat syrup 3x1

BAB III

ANALISIS KASUS
1. Diagnosis Hipoglikemi e.c DM tipe II

Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar glukosa

plasma lebih rendah dari 45 mg/dl– 50 mg/dl. Bauduceau, dkk

mendefinisikan hipoglikemia sebagai keadaan di mana kadar gula darah di

bawah 60 mg/dl disertai adanya gelaja klinis pada penderita.

Pasien diabetes yang tidak terkontrol dapat mengalami gejala

hipoglikemia pada kadar gula darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan

orang normal, sedangkan pada pasien diabetes dengan pengendalian gula

darah yang ketat (sering mengalami hipoglikemia) dapat mentoleransi kadar

gula darah yang rendah tanpa mengalami gejala hipoglikemia.

Pendekatan diagnosis kejadian hipoglikemia juga dilakukan dengan

bantuan Whipple’s Triad yang meliputi: keluhan yang berhubungan dengan

hipoglikemia, kadar glukosa plasma yang rendah, dan perbaikan kondisi

setelah perbaikan kadar gula darah.

American Diabetes Association Workgroup on Hypoglycemia

mengklasifikasikan kejadian hipoglikemia menjadi 5 kategori sebagai

berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Hipoglikemia menurut American Diabetes


Association Workgroup on Hypoglycemia.
Manajemen hipoglikemi

Stadium permulaan (sadar)

1. Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop atau permen gula
murni (bukan pemanis pengganti gula) atau gula diet atau gula diabetes) dan
makanan yang mengandung karbohidrat
2. Hentikan obat hipoglikemik sementara
3. Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
4. Pertahankan glukosa darah sekitar 200 mg/dl (bila sebelumnya tidak sadar)
5. Cari penyebab

Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga


hipoglikemia)

1. Diberikan larutan Dextrose 40% sebanyak 2 flakon (=50 ml) bolus intravena
2. Diberikan cairan Dextrose 10% per infus, 6 jam per kolf
3. Periksa glukosa darah sewaktu (GDs), kalau memungkinkan dengan
glukometer:
1. Bila GDs < 50 mg/dl ditambah bolus Dextrose 40% 50ml IV
2. Bila GDs < 100 mg/dl ditambah bolus Dextrose 40% 25ml IV
4. Periksa GDs setiap 1 jam setelah pemberian Dextrose 40%
1. Bila GDs < 50 mg/dl ditambah bolus Dextrose 40% 50ml IV
2. Bila GDs < 100 mg/dl ditambah bolus Dextrose 40% 25ml IV
3. Bila GDs 100-200 mg/dl, tanpa bolus Dextrose 40%
4. Bila GDs > 200 mg/dl, pertimbangkan menurunkan kecepatan drip
Dextrose 10%
5. Bila GDs > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDs setiap
2 jam, dengan protocol sesuai diatas. Bila GDs > 200 mg/dl, pertimbangkan
mengganti infuse dengan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%
6. Bila GDs > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDs setiap
4 jam, dengan protocol sesuai diatas. Bila GDs > 200 mg/dl, pertimbangkan
mengganti infuse dengan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%14
7. Bila GDs > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, sliding scale setiap 6
jam :

8. Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis


insulin seperti adrenalin, kortison dosis tinggi, atau glucagon 0,5-1 mg IV/IM
(bila penyebabnya insulin).
9. Bila pasien belum sadar, GDs sekitar 200 mg/dl : Hidrokortison 100 mg per 4
jam selama 12 jam atau Deksametason 10 mg IV bolus dilanjutkan 2 mg tiap
6 jam dan Manitol 1,5-2 g/kgBB IV setiap 6-8 jam. Cari penyebab lain
kesadaran menurun.

2. Diagnosis Chronic Kidney Disease ?


Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis yang

ditandai dengan kelainan struktural maupun fungsional yang berlangsung

lebih dari tiga bulan serta terjadinya kerusakan ginjal dan penurunan fungsi

ginjal dengan Glomerular Filtrate Rate (GFR) kurang dari 60

ml/menit/1,73 m2 . Pada PGK didapatkan kelainan komposisi darah, urin

maupun kelainan tes pencitraan (imaging).

Keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal secara bertahap dan

bersifat ireversibel disebut sebagai penyakit ginjal kronik, dimana akan

terjadi kerusakan total fungsi ekskresi yang dapat mengancam jiwa.

Penyakit ginjal dikategorikan sebagai PGK bila memenuhi kriteria berikut :

1) Kerusakan ginjal berlangsung lebih dari tiga bulan.

2) GFR < 60 ml/menit/1,73 m2 . GFR merupakan indeks pengukuran

fungsi ginjal dimana nilai normal pada dewasa sekitar 125

mL/min per 1,73 m²

3) Kelainan struktural atau fungsional dengan manifestasi berupa:

kelainan patologis, albuminuria, abnormalitas sedimen urin,

riwayat transplantasi ginjal, dan kelainan imaging

Menurut Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO)

2012 yang mengacu pada National Kidney Foundation-KDQOL (NKF-

KDQOL) tahun 2002, PGK diklasifikasikan menjadi lima stadium atau

kategori berdasarkan penurunan GFR, yaitu :

Tabel 2. Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan GFR


3. Anemia pada CKD ?

Kerusakan ginjal akan menurunkan produksi eritropoetin sehingga

tidak terbentuknya eritrosit yang menimbulkan anemia dengan gejala

pucat, kelelahan dan aktivitas fisik bekurang. Proteinuria merupakan tanda

terjadinya kerusakan ginjal. Penurunan fungsi ginjal akan menyebabkan

permeabilitas glomerulus meningkat sehingga molekul protein seperti

albumin akan bebas melewati membran filtrasi. Selain itu, fungsi filtrasi

yang terganggu akan menyebabkan akumulasi urea dalam darah (uremia)


DAFTAR PUSTAKA

Rani AA, Soegondo S, Nasir AU, dkk, editor. Hipoglikemia. Dalam : Panduan

Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.

Jakarta : InternaPublishing.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit

dalam jilid II. Ed VI. Jakarta: InternaPublishing

Huang, Ian. Patofisiologi dan Diagnosis Penurunan Kesadaran pada Penderita

Diabetes Mellitus. Tangerang : UPH

American Diabetes Association: Diagnosis and classification of diabetes mellitus.

Diabetes Care 2007; 30 (Suppl. 1):S42–S47

PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melits tipe 2 di

Indonesia. Perkeni

Price, S. A. & Wilson, L. M., 2013. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit. Edisi keenam. Vol. 2. EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai