Anda di halaman 1dari 1

Charmelia Asma Sukmastuty (H031171307)

(Maslahat, M., Agus, T. dan Prima, W.S., 2015, Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur Sebagai Biosorben Untuk
Adsorpsi Logam Pb dan Cd, Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa, 5(1), 92-100)
Latar Belakang
Cangkang telur merupakan sesuatu yang kerap kali dianggap sebagai sampah oleh masyarakat. Cangkang telur saat
ini hanya banyak dimanfaatkan sebagai pakan unggas, pupuk organik, dan beberapa orang menjadikan cangkang
telur ini sebagai sumber kerajinan tangan. Namun belum banyak masyarakat yang mengetahui dan memanfaatkan
kelebihan cangkang telur sebagai biosorben atau kemampuan cangkang telur sebagai bahan organik yang memiliki
potensi untuk menjadi penyerap atau sorben. Cangkang telur memiliki pori yang membuatnya dapat menjadi bahan
penyerap karena mengandung asam mukopolisakarida. Asam mukopolisakarida sendiri mengandung gugus
karboksil, amina, dan sulfat yang memungkinkan senyawa ini dapat mengikat ion logam melalui pembentukan ikatan
ionik. 90% kandungan cangkang telur adalah lapisan-lapisan yang membentuk matriks yang terbentuk dari serat
protein yang berikatan dengan CaCO 3 (kalsium karbonat). Karena itu, cangkang telur ini dimanfaatkan sebagai
adsorben bagi logam yang mencemari perairan. Logam Pb (timbal) dan Cd (kadmium) merupakan dua logam yang
banyak ditemukan sebagai logam pencemar air. Untuk itu perlu dilakukan cara untuk mengurangi kandungan logam
tersebut di dalam perairan karena dapat mencemari perairan dan berdampak pada aktifitas dan kesehatan manusia.
Biosorben ini diharapkan mampu dioptimalkan dalam hal potensinya dalam mengadsopsi logam berat pada perairan.
Metode Penelitian
Limbah cangkang telur dicuci dengan air mengalir sampai bersih, dan dibilas dengan aquades, kemudian dikeringkan
dalam oven suhu 40 oC selama 8 jam, dan ditumbuk sampai halus, kemudian disaring dengan saringan 200 mesh.
Selanjutnya dikeringkan pada suhu 105 oC hingga bebas air. Kemudian, dilakukan pengujian terhadap sorpsi oleh
biosorben. Dilakukan pengujian terhadap waktu kontak biosorben dengan melihat kapasitas optimum biosorben
dalam mengadsopsi larutan yang mengandung logam Pb dan Cd dengan massa biosorben sebesar 0,25 gram. Variasi
waktu adsorpsi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 5, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 menit. Setelah itu campuran
disaring dan ditentukan kadar Pb dan Cd yang tersisa dengan menggunakan instrumen. Untuk mengetahui adsorpsi
maksimum digunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dengan melihat kandungan logam berat setelah
dilakukan proses adsorpsi oleh biosorben yang telah dilakukan sebelumnya. Kemudian dilakukan juga pengujian
terhadap bobot optimum biosorben. Variasi bobot biosorben yang digunakan yaitu, 0,05; 0,10; 0,15; 0,25; 0,50; 1,00;
dan 2,00 gram yang masing-masing dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung logam berat. Kemudian di
stirrer dan dibaca kadar logam berat yang terdapat dalam campuran dengan menggunakan SSA. Selanjutnya
dilakukan penentuan konsentrasi logam berat sebagai adsorbat. Kemudian dilakukan pula karakterisasi terhadap
biosorben dengan menggunakan instrumen Fourier Transfom Infrared Spectroscopy (FTIR).
Hasil dan Pembahasan
Cangkang telur memiliki 7000-17000 mikropori yang memungkinan material ini sebagai adsorben. Ukuran pori dan
luas permukaan adsorben merupakan hal yang sangat penting dalam adsorpsi. Luas permukaan adsorben dapat
diperbesar dengan cara pengecilan ukuran partikelnya. Semakin kecil ukuran partikel akan memperluas permukaan
biosorben sehingga ketersediaan sisi aktif biosorben akan meningkat. Bertambahnya sisi-sisi aktif dari permukaan
biosorben dapat memungkinkan adsorpsi terjadi di lebih banyak tempat pada permukaan biosorben. Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan terhadap gugus fungsi pada biosorben, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa
terdapat karbonil dan kalsium karbonat pada membran cangkang telur. Selain itu, banyak material organik yang
menyusun membran cangkang telur. Karena keberadaan struktur poros alami dan luas permukaan berporinya yang
luas serta kandungan kalsium yang tinggi menyebabkan cangkang telur memungkinkan biosorben ini sebagai porous
adsorbent. Dalam penentuan waktu optimum adsorpsi yang dilakukan didapatkan hasil 20 menit dan 40 menit
berturut-turut untuk adsorpsi logam Pb dan Cd dengan massa biosorben masing-masing sebesar 0,25 gram.
Peningkatan kapasitas adsorpsi ini terjadi karena adanya pembukaan tapak aktif yang lebih besar sehingga adsorben
lebih banyak menyerap adsorbat. Sementara itu, kapasitas adsorpsi optimum sebesar 65,9859% pada konsentrasi
logam Pb 160 ppm, kemudian sebesar 93,1616% pada konsentrasi logam Cd 20 ppm. Kecepatan adsorpsi dan
kapasitas adsorben dipengaruhi oleh konsentrasi ion logam dalam limbah cair. Semakin semakin besar konsentrasi
menyebabkan penurunan kapasitas adsorpsi pada adsorben. Logam Pb dan Cd dipilih sebagai logam yang diadsopsi
karena kedua logam ini memiliki muatan yang sama dan sama-sama termasuk logam berat yang berbahaya.
Biosorben lebih banyak menyerap ion logam Pb 2+ dibanding Cd2+ karena massa molekul Pb2+ yang lebih besar
dibandingkan dengan massa molekul Cd 2+. Hal ini menyebabkan ion Pb 2+ lebih cepat jatuh ke permukaan dan
terserap oleh biosorben dibanding ion Cd 2+. Selain itu ion Pb2+ merupakan ion yang lemah dalam menarik air
sehingga lebih mudah sampai ke permukaan adsorben. Ion Pb 2+ juga lebih mudah dalam menginduksi biosorben.

Anda mungkin juga menyukai