Anda di halaman 1dari 12

BAYI BERAT LAHIR RENDAH

A.             Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
1.            Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada saat
kelahirannya. (Indrasanto, dkk, 2008). Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi (neonatus) yang lahir
dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau 2499 gram (Hidayat, 2005).

2.            Klasifikasi
Klasifikasi BBLR terdiri dari 2 kelompok, yaitu:
a.         Klasifikasi Berdasarkan Berat Badan yaitu:
1)         Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir 1500-2500 gram
2)         Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 1500
gram.
3)         Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram.   
(Indrasanto, dkk, 2008)

b.         Klasifikasi Berdasarkan Usia


1)         Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan sesuai dengan masa kehamilan atau biasa disebut Neonatus
Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilannya (NKB-SMK) dengan gambaran klinis
(karakteristik) yang dijumpai:
a)      Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran dada < 30 cm, lingkaran kepala <
33 cm.
b)      Masa gestasi, 37 minggu.
c)      Kepala relatif besar dari badannya.
d)     Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin.
e)      Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan lengan.
f)       Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah menjadi hipotermi.
g)      Ubun-ubun dan sutura lebar.
h)      Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi labio minora (pada perempuan),
dan pada laki-laki testis belum turun.
i)        Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic usus dapat terlihat.
j)        Rambut tipis, halus dan teranyam
k)      Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun telinga masih kurang sempurna).
l)        Puting susu belum terbentuk dengan baik.
m)    Pergerakan kurang dan lemah.
n)      Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering timbul apneu.
o)      Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha abduksi, sendi
lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan fleksi atau lurus dan kepala mengarah ke satu sisi.
p)      Refleks tonick neck lemah.
q)      Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum sempurna.
(Saifuddin, 2002)

2)         Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). Dismaturitas
dapat terjadi dalam preterm, aterm, dan posterm dengan gambaran klinik/ karakteristik yang
dijumpai:
a)      Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni.
b)      Aterm dan Post aterm:
        Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada.
        Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis.
        Jaringan lemak di bawah kulit tipis.
        Bayi tampak gesit, aktif dan kuat.
        Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
(DEPKES, 2002)

4.            Diagnosis dan Gejala Klinik


a.      Sebelum Bayi Lahir
         Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati.
         Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
         Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat,
walaupun kehamilan sudah agak lanjut.
         Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya.
         Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan polihidramnion;
hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan
ante partum.
(Mochtar, 1998)

b.      Setelah Bayi Lahir


        Bayi dengan Retardasi Pertumbuhan Intrauterine
Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah
tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit
tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan lemak
bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.

        Bayi Prematur yang Lahir Sebelum Kehamilan 37 Minggu


Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak
mudah bergerak, muka seperti boneka      ( doll-like), abdomen buncit, talipusat tebal dan
segar, menangis lemah, tonus otot hipotonik dan kulit tipis, merah dan transparan.
        Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine.
        Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, karena itu sangat
peka terhadap gangguan pernapasan,infeksi, trauma kelahiran, hipotermia,dan sebagainya.
Pada bayi kecil untuk masa kehamilan (small for date)alat-alat tubuh lebih berkembang
dibandingkan dengan bayi premature berat badan sama, karena itu akan lebih mudah hidup di
luar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermia dibandingkan bayi matur
dengan berat badan normal.
(Mochtar, 1998)

5.            Komplikasi-Komplikasi pada BBLR


Komplikasi-komplikasi yang dapat secara langsung terjadi pada BBLR antara lain:
a.         Hipotermia
Salah satu ciri dari BBLR adalah mempunyai suhu yang tidak stabil dan cenderung
hipotermia. Hipotermia adalah suhu tubuh bayi baru lahir kurang dari 36,5C pada
pengukuran suhu aksiler. (Winkjosastro, dkk, 2008). Stres dingin dapat meningkatkan angka
kematian dan menghambat pertumbuhan, sedangkan hipertermia dan suhu yang berfluktuasi
dapat menimbulkan apneu (Monintja, 1997). Suhu yang cenderung hipotermia disebabkan
oleh produksi panas kurang dan kehilangan panas yang tinggi. Panas kurang diproduksi
karena sirkulasi yang masih belum sempurna, respirasi masih lemah, konsumsi oksigen yang
rendah, otot yang belum aktif serta asupan makanan yang kurang. Kehilangan panas terjadi
akibat dari permukaan tubuh yang relatif lebih luas dan lemak subkutan yang kurang,
terutama lemak coklat (brown fat). (WHO, 1993). Mekanisme kehilangan panas pada bayi
dapat terjadi melalui beberapa cara, antara lain:
1)         Konduksi adalah perpindahan panas tubuh ke material yang kontak langsung dengan bayi.
2)         Konveksi adalah penurunan temperature tubuh akibat terpapar udara yang mengaliri bayi.
3)         Radiasi adalah lepasnya panas tubuh bayi ke lingkungan sekitar (terdekat) bayi.
4)         Evaporasi adalah penguapan cairan (oleh panas tubuh bayi) pada permukaan tubuhnya.
(Winkjosastro, dkk, 2008)
Hipotermia dapat mengakibatkan komplikasi jangka pendek berupa asidosis,
hipoglikemia dan gangguan pembekuan darah serta peningkatan resiko untuk distress
pernapasan. Apabila berkepanjangan hipotermia dapat menyebabkan edema, sklerema,
pernapasan hebat (terutama perdarahan paru), dan ikterus. (WHO, 1993)

b.         Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah naiknya kadar bilirubin serum melebihi normal ( ≥ 5
mg/dl ) (Indrasanto, 2008). Kadar bilirubin yang tinggi disebabkan karena fungsi hati yang
belum matang. BBLR menjadi kuning/ikterus lebih awal dan lebih lama dari pada bayi yang
cukup beratnya. (Winkjosastro, 2008)

c.          Rendahnya Daya Tahan Terhadap Infeksi


BBLR sangat rentan terhadap infeksi terutama infeksi nosokomial (Kosim, 1999). Hal
ini disebabkan oleh kadar imunoglobulin serum yang rendah, aktifitas bakterisidal neutrofil
dan efek sitotoksik limfosit juga masih rendah (Monintja, 1997). Resiko untuk mendapat
infeksi nosokomial meningkat apabila beberapa bayi dirawat bersamaan dalam satu
inkubator-suatu hal yang masih terjadi di negara berkembang, bayi terlalu lama di rawat di
rumah sakit, serta rasio perawat-pasien tidak seimbang. (Whitelaw, dkk, 1985)  

d.         Apneu pada Bayi Kurang Bulan


Kelainan ini terjadi akibat ketidakmatangan paru dan susunan saraf pusat. Apneu
didefinisikan sebagai periode tak bernapas selama lebih dari 20 detik dan disertai bradikardia.
Kelainan ini dapat ditemukan pada pemantauan yang teliti dan terus-menerus. Semua bayi
dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu harus secara rutin dan terus menerus dipantau
sampai apneu itu hilang selama satu minggu. Pemberian teofilin dapat mengurangi kejadian
apneu sekitar 60-90%. (Monintja, 1997)
e.          Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan salah satu indikator penting stress dan penyakit pada bayi.
Hipoglikemia jika tidak ditangani dapat mengakibatkan kerusakan saraf permanen atau
kematian. (Indrasanto, dkk, 2008). Hipoglikemia terjadi karena sedikitnya simpanan energy
pada bayi baru lahir dengan BBLR. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah
lahir  dan minum sangat sering ( setiap 2 jam) pada minggu pertama. (Winkjosastro, dkk,
2008)   

f.       Masalah Pemberian ASI


Masalah pemberian ASI terjadi karena ukuran tubuh BBLR kecil, kurang energy,
lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap. BBLR membutuhkan pemberian ASI
dalam jumlah yanglebih sedikit tetapi sering. BBLR dengan kehamilan ≥ 35 minggu dan
berat lahir ≥ 2000 gram umumnya bisa langsung menetek. (Winkjosastro, dkk, 2008)

g.      Masalah Perdarahan
Masalah perdarahan terjadi berhubungan dengan belum matangnya system
pembekuan darah saat lahir. Pemberian suntikan vitamin K1 dengan dosis 1 mg segera
setelah lahir ( dalam 6 jam pertama) untuk semua bayi baru lahir dapat mencegah kejadian
perdarahan ini. (Winkjosastro, dkk, 2008)
              
6.            Perawatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Hal yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan,
dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi premature makin pendek masa kehamilan,
makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi, dan makin tinggi angka kematian
perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernapasan, infeksi, cacat bawaan,
dan trauma pada otak.
a.      Pengaturan Suhu Lingkungan
Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang telah diatur sesuai berat badan:
        Bayi berat badan di bawah 2000 gr : 35 C
        Bayi berat badan 2000 gr – 2500 gr : 34 C
Suhu incubator diturunkan 1C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu
lingkungan sekitar 24 -27 C.(Mochtar, 1998)

b.      Makanan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Umumnya bayi prematur  belum sempurna refleks menghisap dan batuknya, kapasitas
lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang. Maka
makanan diberikan dengan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering. Sedangkan pada
bayi small for date sebaliknya kelihatan seperti orang kelaparan, rakus minum dan makan.
Yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi.
(Mochtar, 1998)

c.       Perawatan Metode Kangguru (PMK) pada BBLR

1)            Pengertian
Perawatan metode kangguru adalah cara merawat bayi dalam keadaan telanjang
(hanya memakai popok dan topi) diletakkan secara tegak/vertikal di dada antara kedua
payudara ibunya (ibu telanjang dada) dan kemudian diselimuti. Dengan demikian, terjadi
kontak kulit bayi dengan kulit ibu secara kontinyu dan bayi memperoleh panas (sesuai suhu
ibunya) melalui proses konduksi.  Dalam penerapan PMK, ibu dapat diganti oleh pengganti
ibu misalnya suami,nenek, kakek bayi atau anggota keluarga lainnya yang dipersiapkan untuk
itu. (IDAI, 2003)

2)         Manfaat Perawatan Metode Kangguru (PMK)


a)         Manfaat PMK Bagi Bayi
Manfaat “kontak kulit bayi ke ibu” (skin to skin contact) adalah stabilisasi suhu (suhu
tubuh bayi lebih  stabil daripada yang dirawat di incubator), pola pernapasan bayi menjadi
lebih teratur (mengurangi kejadian apnea periodik), denyut jantung bayi lebih stabil,
pengaturan perilaku bayi lebih baik misalnya frekuensi menangis bayi berkurang dan sewaktu
bangun bayi lebih waspada, lebih sering minum ASI dan lama menetek lebih panjang. Selain
itu, juga dilaporkan bahwa pemakaian kalori berkurang, kenaikan berat badan lebih baik,
waktu tidur bayi lebih lama, hubungan lekat bayi-ibu lebih baik serta berkurangnya kejadian
infeksi. (Suradi dan Yanuarso, 2000)

b)        Manfaat PMK Bagi Ibu


PMK mempermudah pemberian ASI, ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi,
hubungan lekat ibu-bayi lebih baik, ibu lebih sayang kepada bayinya, pengaruh psikologis
ketenangan bagi ibu dan keluarga (ibu lebih puas,kurang merasa stress), adanya peningkatan
produksi ASI, dan mempermudah proses rujukan.
(Cattaneo, Davanco, Bergman, dkk, 1998)

c)         Manfaat PMK Bagi Petugas Kesehatan


Bagi petugas kesehatan paling sedikit akan bermanfaat dari segi efisien tenaga karena
ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri. Dengan demikian kebutuhan petugas akan
berkurang. Selain itu, petugas dapat melakukan kegiatan pelayanan lainnya yang bermanfaat.
(Nizmawardini, 1997)

d)        Manfaat PMK Bagi Institusi Kesehatan, Klinik, RS


Dengan menerapkan PMK maka akan memberikan manfaat bagi fasilitas pelayanan
seperti masa perawatan lebih pendek (ibu cepat pulih). Dengan demikian, fasilitas dapat
digunakan untuk klien lain yang memerlukan (turn over meningkat), berkurangnya
penggunaan fasilitas (listrik, inkubator, alat canggih lain) yang dapat membantu efisensi
anggaran sehingga meningkatkan revenue (penghasilan). (IDAI, 2003)

e)         Manfaat PMK Bagi Negara


PMK mendukung tercapainya penggunaan ASI secara maksimal, dengan
meningkatnya penggunaan ASI, maka dalam skala makro maka dapat menghemat devisa
(impor susu formula). Demikian pula, dengan peningkatan pemanfaatan ASI kemungkinan
bayi sakit lebih kecil dan ini tentunya menghemat biaya perawatan kesehatan yang dilakukan
difasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta. (IDAI, 2003)

B.              Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR


Menurut Winkjosastro, dkk (2008), BBLR dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu: 1)
Faktor Ibu, seperti usia ibu, jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi kurang atau malnutrisi,
trauma, kelelahan, merokok,kehamilan yang tidak diinginkan. 2) Faktor Plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan ganda. 3) Faktor Janin, seperti kelainan bawaan dan infeksi.
Sedangkan menurut Manuaba (1998), selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, faktor usia
kehamilan, jarak kehamilan dan perdarahan antepartum juga memicu terjadinya BBLR.
Pada penelitian ini, faktor predisposisi yang akan diteliti adalah usia ibu, jarak
kehamilan, paritas, kehamilan ganda dan perdarahan antepartum, sebagaimana penjabaran di
bawah ini:
1.            Faktor Usia
a.         Pengertian
Usia menurut Lukman (1998) adalah lamanya waktu hidup sejak dilahirkan atau
diadakan lahir sampai dengan ulang tahun terakhir yang dihitung dalam tahun. Sedangkan
menurut Ali (1996), usia adalah umur atau lama waktu hidup sejak dilahirkan atau diadakan.

b.         Klasifikasi
Menurut Manuaba (1998), klasifikasi usia yaitu:
1)         Usia kurang dari 20 tahun
Usia wanita saat perkawinan dapat mempengaruhi resiko kelahiran, semakin muda
usia ibu dalam perkawinan semakin besar risiko yang di hadapi bagi keselamatan ibu maupun
anak disebabkan belum matangnya rahim wanita usia muda untuk memproduksi anak. Ibu
cenderung menganggap bahwa ia menjadi jelek setelah hamil dan tidak menarik lagi,
sehingga ibu merasa takut. Ketakutan/kecemasan yang berlebihan akan berakibat terhadap
perkembangan janin yang sedang dikandung. Maka, kesiapan dari segi fisik dan psikologis
sangat perlu disiapkan.

2)         Usia antara 20-35 tahun


Usia dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal dengan usia yang paling aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-35 tahun karena pada saat ini dilihat secara
fisik, keadaan alat reproduksi  baik dan paling siap  untuk kehamilan dan persalinan. Status
emosional pada usia ini juga lebih stabil untuk menerima kehamilan. (Winkjosastro, 1999)

3)         Usia diatas 35 tahun


Usia diatas 35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah jantung yang disebabkan
oleh kurangnya kontraksi miokardium. Sehingga, sirkulasi darah dan pengambilan oksigen
dari darah di paru-paru yang mengalami penurunan curah jantung ditambah lagi dengan
tekanan darah yang tinggi dan penyakit ibu yang lain yang akan melemahkan kondisi ibu
sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah ibu ke janin akibatnya yang dapat mengakibatkan
BBLR. (Lukman, 1996)

2.            Faktor Jarak Kehamilan


a.         Pengertian
Jarak adalah selang waktu antara dua peristiwa, ruang antara dua objek atau bagian
(Ramli, 1997). Jarak kehamilan adalah antara dua anak yang dilahirkan terakhir dengan anak
sekarang.(Lukman, 1996).

b.         Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR


Jarak terlalu dekat atau kurang dari duatahun membuat kondisi ibu belum pulih betul
dari masalah gizi, kehilangan darah serta kerusakan system reproduksi akibat kelahiran yang
sebelumnya, sehingga calon bayi mungkin tidak akan mendapatkan makan yang
dibutuhkannya dan berat badan ketika lahir rendah dan sistem tubuhnya sangat rendah.
(Depkes RI, 2000)
Jarak yang dianjurkan untuk melahirkan berikutnya adalah berkisar 2-3 tahun karena
alat reproduksi sudah siap dan juga rahim serta kondisi ibu sudah pulih dengan baik. (Depkes
RI, 2000)

3.            Faktor Paritas
a.         Pengertian
Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan
(Lukman, 1996). Sedangkan menurut Hendra (2000), paritas adalah keadaan wanita yang
berkaitan dengan anak yang diinginkan.

b.         Klasifikasi
1)      Primipara
Primipara adalah seorang wanita yang pertama kali hamil (Sastrawinata, 1984).
Menurut Winkjosastro (1999), seorang primipara beresiko mengalami BBLR lebih
tinggi.Secara psikologis ibu belum mampu beradaptasi dalam menghadapi kehamilannya.
Kondisi fisik emosinal (psikologis) yang kompleks baru pertama kali dialami ibu hamil,
menyebabkan ibu lebih peka terhadap kecemasan dan ketakutan yang pada akhirnya dapat
mengganggu dalam proses kehamilan.

2)      Multipara
Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan dua kali atau lebih (Ferre,
2000). Menurut Dorlan (1996), multipara adalah seorang wanita yang mempunyai lebih dari
seorang anak.

3)      Grande multipara
Grandemultipara adalah eorang wanita dengan paritas tinggi/wanita yang pernah
melahirkan yang pernah melahirkan 5 orang anak atau lebih. Pada seorang grande multipara
biasanya lebih banyak penyulit dalam kehamilan dan persalinan. (Sastrawinata, 1984)
Menurut BKKBN (2004), hamil dengan paritas tinggi atau lebih dari 3 dapat
menyebabkan kondisi kesehatan ibu menurun, keguguran, anemia, penyakit jantung, partus
premature, BBLR, dan cacat bawaan pada janin. Pada grande multipara keadaan
endometrium dan korpus uterisudah mengalami kemunduran fungsi dan kurangnya
vaskulerisasi, hal ini terjadi karena degenerasi dan nekrosis pada bekas luka implantasi
plasenta pada kehamilan sebelumnya. Sehingga menyebabkan daerah tersebut tidak subur
lagi dan tidak mungkin lagi untuk menerima konsepsi, sehingga pemberian nutrisi dan
oksigenisasi pada hasil konsepsi kurang maksimal. Akibatnya pertumbuhan dan
perkembangan janin akan terganggu sehingga terjadi BBLR.    

4.            Kehamilan Ganda
a.      Pengertian
Menurut Winkjosastro (2002),kehamilan kembar ialah satu kehamilan dengan dua
janin atau lebih.

b.      Hubungan kehamilan ganda dengan kejadian BBLR


Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gannguan dibandingkan janin
tunggal yang tampak pada ukuran sonografi dan berat lahir. Semakin banyak jumlah bayi
semakin besar derajat retardasi pertumbuhan (Klaus, 1998). Pengaruh kehamilan kembar
pada janin dapat menyebabkan berat badan anak yang lebih  kecil dari rata-rata dan
malpresentasi. Mortalitas janin meningkat hingga 4 kali dari pada kehamilan tunggal. Hal ini
disebabkan oleh prematuritas, berat lahir rendah, malpresentasi dan anomali kongenital.
Kehamilan kembar juga berpengaru terhadap peregangan uteerusyang berlebihan yang
mengakibatkan terjadinya partus prematurus.(Oxorn, 2003)
Selain itu, kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga
terjadi defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin seperti
BBLR. (Manuaba, 1998)

5.            Perdarahan Ante Partum


a.      Pengertian
Perdarahan ante partum adalah perdarahan pervaginam setelah kehamilan 22 minggu.
Ada 3 jenis perdarahan antepartum:
1)      Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Ada 4 jenis plasenta previa,
yaitu:
        Plasenta previa totalis,apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
        Plasenta previa parsialis, apabila hanya sebagian pembukaan tertutup jaringan plasenta.
        Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pinggir
pembukaan.
        Plasenta previa letak rendah, apabila letak plasenta abnormal padasegmen bawah uterus,
akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggir plasenta kira-kira 2-3 cm
di atas pinggir pembukaan.
(Winkjosastro, dkk, 2008)

2)      Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta pada inplantasi
normal sebelum janin lahir. (Winkjosastro, dkk, 2008)

3)      Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan


Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan tidak akan
membahayakan janin dalam rahim, tetapi lebih memberatkan ibu. Perdarahan yang terjadi
dapat berlangsung sebelum hamil trimester tiga. Untuk dapat menegakkan asal perdarahan,
dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan inspikulo. Dengan
pemeriksaan tersebut dapat ditetapkan asal dari perdarahan:
        Varises yang pecah
        Polipus serviks atau endometrium
        Perlukaan serviks
        Keganasan pada serviks
(Manuaba,1998)

b.      Hubungan perdarahan antepartum dengan kejadian BBLR


Perdarahan ante partum dapat menyebabkan ibu kehilangan Fe dan O2 sehingga dapat
menyebabkan ibu menderita anemia, yang akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh
sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Fungsi darah
adalah membawa makanan dan oksigen ke janin. Jika suplai berkurang, akibatnya
pertumbuhan organ janin pun akan terhambat dan menyebabkan BBLR. (Winkjosastro, 2006)

Anda mungkin juga menyukai