DISUSUN OLEH :
NAMA : KHUSNUL MAESARAH
NIM : 17 3145 353 068
KELOMPOK : V (LIMA)
KELAS : 17B
4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pre
parat Sel Sampel Urin
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan preparat pemeriksaan sitologi (sel) dilakukan di
laboratorium kimia Lantai 1 Gedung D DIV TLM Universitas Mega Rezky
Makassar. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik pembuatan
preparat sel menggunakan sampel sel dari darah, urin, dan dahak.
Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah urin, darah dan dahak.
Karena sampel tersebut yang mengandung mengandung sel yang berupa cairan
yang keluar lepas dari organ tubuh dan sewaktu-waktu bisa kita siapkan dengan
mudah disebut eksfoliasi sel. Jadi spesimen tersebut mudah digunakan.
Sebelum memulai pemeriskaan preparat sel, dilakukan persiapan sampel.
Sampel darah yang telah diambil pada pasien, disimpan dalam tabung EDTA
lalu disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit sampai terpisah
antara serum dan sel darah eritrosit. Kemudian dipipet eritrosit sebanyak 1 tetes
lalu diletakkan di atas preparat dibuatkan apusan dengan menggunakan metode
sliding smear atau metode apus. Pada sampel urin juga di sentrifus dengan
kecepatan 3000 rpm selama 10 menit, lalu dipipet bagian peletnya 1 tetes
kemudian diletakkan di atas preparat dan dibuat apusan dengan menggunakan
metode tarik dan dorong (pull apart). Sedangkan pada sampel dahak, diletakkan
dahak ke atas preparat lalu dibuat apusan menggunakan metode tekan hingga
sampel menyebar.
Tahapan pertama dalam melakukan pemeriksaan preparat sel adalah
fiksasi. Fiksasi adalah usaha manusia untuk mempertahankan elemen-elemen sel
atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun ukuran. Fiksasi ada 2 macam, ada yang langsung dan ada yang tidak
langsung. Namun pada pemeriksaan ini kita menggunakan pemeriksaan langsung
yakni fiksasi pada apusan. Pada sampel urin dan darah menggunakan fiksasi
kering dimana fiksasi tersebut hanya dengan mengeringkan apusan di udara
minimal 5 menit. Sedangkan pada sampel dahak menggunakan fiksasi basah
yakni mencelupkan preparat ke dalam alkohol 96% selama 15 menit. Fiksasi
kering digunakan ketika ingin melakukan pewarnaan giemsa sedangkan fiksasi
menggunakan alkohol 96% itu digunakan ketika ingin melakukan pewarnaan
papanicolau atau pap smear.
Selanjutnya pewarnaan preparat sel. Pada sampel urin dan dahak dilakukan
pewarnaan giemsa. Apusan yang telah kering, digenangi dengan larutan giemsa
yang telah diencerkan dan didiamkan selama 15 menit lalu di cuci air mengalir
kemudian dikeringkan dan di teteskan entelan lalu tutup deck glass. Sedangkan
pada sampel dahak menggunakan pewarnaan papanicolau. Pada pemeriksaan
tersebut akan terjadi pewarnaan inti sel dan pewarnaan sitoplasma. Zat warna
orange G akan mewarnai sitoplasma menjadi kuning atau orange jika ada
keratin. Sel yang mengandung keratin dapat bersifat jinak atau ganas biasanya
sel-sel banyak mengandung keratin sehingga sitoplasmanya akan tampak
bercorak, warna orange berkilat kontras dengan warna inti yang gelap. Sel-sel
tersebut akan tampak nyata dibandingkan sel-sel lainnya pada sediaan. Zat warna
hematoxylin harris akan mewarnai inti sel dan zat warna papanicolau yang akan
memberikan warna pada sel sehingga mudah untuk pengamatan. Pada pewarnaan
papanicolau ini juga dilakukan pembeningan (clearing) yang merupakan proses
pengeluaran kandungan alkohol pada sel menggunakan xylol. Selanjutnya
preparat diteteskan entelan lalu ditutup dengan deck glass.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
teknik pengamatan sel pada sampel darah, urin dan dahak terdiri dari tahap
persiapan sampel, fiksasi, pewarnaan dan mounting.
B. SARAN
Dalam melakukan percobaan hendaknya praktikan dapat menguasai
materi dan prosedur kerja sebelum melakukan praktikum agar tujuan dan maksud
praktikum dapat berjalan lancar. Selain itu, praktikan juga menggunakan APD
yang lengkap agar terhindar dari bahaya dalam laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Azril Okta. 2017. Dasar-dasar Onkologi. Surabaya : Airlangga
Unversity Press
Kemenkes. 2017. Sitohistoteknologi. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Rahmah, Annisa, dkk. 2017. New Edition Big Book Biologi. Jakarta : Cmedia Imprint
Kawan Pustaka
Rahmawati, Athika, dkk. 2018. Gambaran Sitologi Eksfoliatif Pada Apusan Mukosa
Mulut Murid SD Negeri 13 Sungai Buluh Batang Anai Padang Pariaman.
Padang : Universitas Andalas. Vol. 7, No. 2
Sudiono, Janti. 2008. Pemeriksaan Patologi Untuk Diagnosis Neoplasma Mulut.
Jakarta : EGC
Triase. 2018. Desain Aplikasi Pencocokan String Pada Kamus Istilah Sel (Biologi)
Menggunakan Metode Boyer Moore. Sumatera Utara : Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara. Vol. 1, No. 2
Utama, Iwan Harjoni, dkk. 2016. Gambaran Sitologi Cairan Peritoneal Dan Sinovial
Itik Bali. Denpasar : Universitas Udayana. Vol. 17, No. 3
Yuwono, Triwibowo. 2005. Biologi Molekuler. Yogyakarta : Erlangga