Anda di halaman 1dari 18

PENGEJAAN EYD BAHASA INDONESIA

Makalah diajukan untuk melengkapi persyaratan mata kuliah

Bahasa Indonesia

Dosen : Elly Sulistriana, M.Pd.

NAMA : RUTH AE

NIM : 19010208

KELAS : 305

JURUSAN MANAJEMEN

STIE MANAJEMEN BISNIS INDONESIA DEPOK

2020
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia?


2. Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan Bahasa
Indonesia?
3. Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia?
4. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa?
5. Apa saja jenis - jenis ragam bahasa?
6. Apa yang dimaksud dengan bahasa yang baik dan benar?

TUJUAN PENELITIAN

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia.


2. Untuk mengetahui apa saja peristiwa – peristiwa yang mempengaruhi
perkembangan Bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam bahasa.
5. Untuk mengetahui jenis – jenis ragam bahasa.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa yang baik dan
benar.

PEMBAHASAN

1. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang dalam
perkembangannya mulai digunakan sebagai bahasa resmi dari Bangsa
Indonesia dan juga dikenal sebagai bentuk bahasa pemersatu bangsa.
Penamaan “Bahasa Indonesia” itu sendiri bermula sejak adanya Sumpah
Pemuda yang terjadi pada tanggal 28 Oktober tahun 1928 lalu. Dan Bahasa
Indonesia diresmikan setelah proses proklamasi dari kemerdekaan Republik
Indonesia. Dalam hal ini satu hari setelahnya, hal ini juga dilakukan secara
bersamaan dengan dimulainya konstitusi . sedangkan di kawasan Timor Leste,
Bahasa Indonesia sendiri dikenal sebagai bahasa kerja.
Sebagai bahasa pemersatu bangsa, tentunya bahasa Indonesia menjadi
bahasa yang digunakan dalam aktivitas harian dari masyarakat Indonesia yang
juga menyatukan perbedaan dalam satu bahasa yang sama dan dimengerti oleh
semua penduduknya.
Hingga saat ini Bahasa Indonesia sendiri dikenal sebagai kata-kata yang
hidup dan tentunya banyak menghasilkan beragam kata baru, baik itu
berkaitan dengan proses penciptaan atau bahkan melalui sistem penyerapan
dari bahasa asing serta bahasa daerah yang ada di sekitarnya.
Bahasa Indonesia itu sendiri dituturkan serta dipahami oleh masyarakat
Indonesia. Meskipun tidak termasuk dalam bahasa ibu namun bahasa
indonesia menjadi bahasa yang memiliki jumlah penutur terbanyak. Bahkan
sebagian besar dari warga negara Indonesia sendiri menggunakan bahasa
tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
Berkaitan dengan keberadaan bahasa melayu yang menjadi dasar dari
munculnya bahasa Indonesia, pada dasarnya terdapat 4 faktor yang
menjadikan bahasa tersebut kemudian diangkat sebagai bahas Indonesia,
diantaranya:
 Bahasa melayu dikenal sebagai lingua franca untuk bangsa Indonesia,
termasuk dalam bahasa perdagangan serta bahasa dalam sistem
perhubungan
 Sistem dalam bahasa melayu itu sendiri terbilang sederhana, karena itulah
sangat mudah bagi masyarakat Indonesia untuk mengerti dan
mempelajarinya. Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahasa melayu
yang tidak menggunakan tingkatan dalam bahasa yang dimilikinya.
 Beragam suku atau etnis besar yang ada di Indonesia seperti halnya suku
jawa, suku sunda, dan juga beragam suku lainnya juga dapat dengan
mudah dan secara sukarela menerima bahasa melayu tersebut sebagai
bahasa Indonesia yang kemudian digunakan sebagai satu jenis bahasa
nasional.
 Bahasa melayu dinilai memiliki kesanggupan yang dapat digunakan
sebagai bahasa budaya. Dalam hal ini bahasa tersebut memiliki arti yang
lebih luas.

2. Peristiwa-peristiwa yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa


Indonesia

2.1. Budi Otomo


Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang
bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum
terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat
untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan permulaan
abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan
penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat
utama untuk melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.
2.2. Sarikat Islam
Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya
bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan
politik juga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat non kooperatif
dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak pernah mempergunakan
bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.
2.3. Balai Pustaka
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaka ini
didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur,
pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain
menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.
Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap
perkembangan bahasa melau menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan
sebagai berikut :
 Memberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa
Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
 Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca
hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
 Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab
melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh
bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
 Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu
sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang
akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu
yang bersusun baik dan terpelihara.
 Sumpah Pemuda.

Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang


diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu
tahun 1926, telah pula diadakan kongres pemuda yang tepat
penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak
semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi
perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa
dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan
nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon
Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah
untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.

Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung


dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober
1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang
menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih dikenal
sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar
atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah
pemuda.

Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang


sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol
kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak
yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-
cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi
media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra
indonesia baru.

3. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti


tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami
Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Tinggi Bahasa Persatuan, Bahasa
Indonesia”. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional, kedudukannya berada di atas bahasa - bahasa daerah. Selain
itu, didalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV,
pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa
bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada dua macam
kedudukan bahasa Indonesia, pertama bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa nasional sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, kedua,
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945.

3.1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Kedudukan sebagai bahasa nasional tersebut dimiliki oleh bahasa
Indonesia sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928. kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu,
yang mendasari bahasa Indonesia, telah dipakai sebagai lingua franca
selama berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita. Dan
ternyata di dalam masyarakat kita tidak terjadi persaingan bahasa, yaitu
persaingan di antara bahasa daerah yang satu dan bahasa daerah yang lain
untuk mencapai kedudukan sebagai bahasa nasional. Di dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai berikut :
a. Sebagai Lambang Kebanggaan Nasional
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang
mendasari rasa kebanggaan kita. Melalui bahasa nasional, bangsa
Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang
dijadikannya pegangan hidup. Atas dasar itulah, bahasa Indonesia kita
pelihara dan kita kembangkan. Begitu pula rasa bangga dalam
memakai bahasa Indonesia wajib kita bina terus. Rasa bangga
merupakan wujud sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap
positif itu terungkap jika lebih suka menggunakan bahasa Indonesia
dari pada bahasa atau kata-kata asing.
b. Sebagai Lambang Identitas Nasional
Bahasa Indonesia dapat menimbulkan wibawa, harga diri, dan
teladan bagi bangsa lain. Hal ini dapat terjadi jika bangsa Indonesia
selalu berusaha membina dan mengembangkan bahasa Indonesia
secara baik sehingga tidak tercampuri oleh unsur-unsur bahasa asing
(terutama bahasa Inggris). Untuk itu kesadaran akan kaidah pemakaian
bahasa Indonesia harus selalu ditingkatkan.
c. Sebagai Alat Pemersatu
Bahasa Indonesia sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya
penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial
budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan
kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia
memungkinkan berbagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup
sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan
identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta
latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu,
dengan bahasa nasional itu kita meletakkan kepentingan nasional jauh
di atas kepentingan daerah atau golongan.
d. Sebagai Alat Perhungan
Bahasa Indonesia sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah. Di dalam
hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja
sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan
masayarakat luas, dan bukan sebagai alat perhubungan antardaerah dan
antarsuku, melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam
masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.

3.2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Selain kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga
berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan ketentuan yang tertera
di dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36. Di dalam
kedudukan sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
berikut :
a. Sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan
Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai di
dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik secara
lisan maupun dalam bentuk tulisan.
b. Sebagai Bahasa Pengantar di Dunia Pendidikan
Bahasa Indonsia berfungsi sebagai Bahasa pengantar di lembaga-
lembaga Pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan
perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali di daerah-daerah bahasa
seperti daerah bahasa Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan
Makasar. Di daerah-daerah bahasa ini bahasa daerah yang
bersangkutan dipakai sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun
ketiga pendidikan dasar.
c. Sebagai Alat Perhubungan Tingkat Nasional
Bahasa Indonesia dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik
antara pemerintah dan masyarakat luas, alat perhubungan antardaerah
dan antarsuku, dan juga sebagai alat perhubungan dalam masyarakat
yang latar belakang sosial budaya dan bahasa yang sama. Dewasa ini
orang sudah banyak menggunakan bahasa Indonesia apapun masalah
yang dibicarakan, apakah itu masalah yang bersifat nasional maupun
kedaerahan.
d. Sebagai Alat Pengembang Kebudayaan Nasional, Ilmu
Pengetahuan, dan Teknologi
Bahasa Indonesia adalah satu-satunya bahasa yang digunakan
untuk membina dan mengembangkan kebudayaan nasional yang
memiliki ciri-ciri dan identitas sendiri. Di samping itu, bahasa
Indonesia juga dipakai untuk memperluas ilmu pengetahuan dan
teknologi modern baik melalui penulisan buku-buku teks,
penerjemahan, penyajian pelajaran di lembagalembaga pendidikan
umum maupun melalui sarana-sarana lain di luar lembaga pendidikan.

4. Pengertian Ragam Bahasa


Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
Pengertian ragam bahasa menurut para ahli adalah:
4.1. Bachman
Menurut Bachman (1990), “ragam Bahasa adalah variasi bahasa
menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,
menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara.”
4.2. Dendy Sugono
Menurut Dendy Sugono (1999), “bahwa sehubungan dengan pemakaian
bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan
bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor,
atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam
situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.”
4.3. Fishman ed
Menurut Fishman ed (1968), suatu ragam bahasa, terutama ragam
bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk
menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi panutan
bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu
diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan
latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik
pembicaraan.

5. Macam – Macam Ragam Bahasa

5.1. Ragam Lisan dan Ragam Tulisan


a. Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu
tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan
dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di
dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak
menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan
kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna
gagasan yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam
situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam
bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai
ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja
diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat
dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun
direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat
dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam
tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
 Memerlukan orang kedua/teman bicara
 Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu
 Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi
serta bahasa tubuh
 Berlangsung cepat
 Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu
 Kesalahan dapat langsung dikoreksi
 Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi
 Di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara

b. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang
diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan
ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya
ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam
bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam
pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan
struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat. Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan
dengan memanfaatkan media tulis seperti kertas dengan huruf sebagai
unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara
penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis,
kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata
atau pun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran
penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca daam mengungkapkan
ide. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran,
teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan
ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
Ciri-ciri ragam tulis :
 Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara
 Bersifat objektif
 Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu
 Mengemban konsep makna yang jelas
 Harus memperhatikan unsur gramatikal
 Berlangsung lambat
 Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jeas, dan runtut
 Selalu memakai alat bantu
 Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi
 Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya
terbantu dengan tanda baca

5.2. Ragam Baku dan Tidak Baku


Berdasarkan perbedaan situasi lingkungan tempat berlangsungnya
peristiwa pemakaian bahasa, bahasa indonesia pada garis besarnya dapat
dibagi menjadi dua, yakni bahasa resmi dan bahasa tidak resmi( akrab atau
santai). Dilihat dari standarisasi / pembakuan bahasa, bahasa resmi disebut
bahasa baku dan bahasa tidak resmi disebut bahasa tidak baku. Dalam
bahasa inggris, misalnya, ragam baku standar disebut standard language,
sedangkan ragam takbaku disebut colloguial speech. Sementara dalam
bahasa rusia kedua ragam bahasa itu masing-masing disebut knidzhnaya
rech ‘bahasa baku’ dan razgovornaya rech ‘bahasa percakapan’.
Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi
dimana pembicara/penulis dituntut untuk bersikap sopan/hormat terhadap
mitra bicara (pendengar/pembaca), seperti dalam ceramah, pidato,
seminar, atau diskusi. Dalam bentuk tulisan, bahasa baku digunakan
terutama dalam buku-buku pembelajaran/ buku teks di berbagai lembaga
pendidikan, buku-buku tentang berbagai ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, jurnal-jurnal ilmiah/semiilmiah, surat-surat resmi, perundang-
undangan, berbagai peraturan pemerintah.
Sedangkan bahasa takbaku adalah bahasa yang digunakan dalam
komunikasi tidak resmi, umumnya dalam oercakapan diantara sesama
teman yang hubungannya santai, akrab, tanpa terikat oleh tatakrama
berbahasa.
Berikut ini adalah sifat-sifat Ragam Baku:
a. Kemantapan Dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa
dibubuhi awalan pe- akan terbentuk kata perasa. Oleh karena itu,
menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi
perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata
pengrajin tidak dapat kita terima. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas
pantai, dan lepas landas merupakan contoh kemantapan kaidah
bahasa baku. Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa buku
tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai
makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat
berlangganan. Dalam hal ini, tokonya langganan dan orang yang
berlangganan itu disebut pelanggan.
b. Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada
tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang
yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan
pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan
formal (sekolah). Disamping itu, ragam baku dapat dengan tepat
memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau
penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang
jelas dalam otak pendengar atau pembaca. Contoh kalimat yang tidak
cendekia adalah sebagai berikut.
“Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual”
Frasa rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu
rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh. Dengan demikian,
kalimat itu tidak memberikan informasi yang jelas. Agar menjadi
cendekia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut:
“Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual”
“Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual”
c. Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya proses pembakuan
bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain,
pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keragaman. Pelayan
kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan
pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan
kapal terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu
seragam, maka steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak
disepakati untuk dipakai. Hingga yang timbul dalam masayarakat
ialah pramugara atau pramugari.

Ragam tidak baku mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:


 Terlalu Dinamis.
 Tidak Cendekia.
 Tidak Seragam.

5.3. Ragam Sosial dan Fungsional


a. Ragam Sosial
Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya di
dasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih
kecil dalam masyarakat. Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga
atau persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial
tersendiri.
b. Ragam Fungsional
Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam profesional,
adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan
kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan
dengan keresmian keadaan penggunaannya.

6. Bahasa yang Baik dan Benar


Sesungguhnya dalam ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar
terkandung dua pengertian yang berkaitan satu sama lain. Pengertian pertama
berkaitan dengan ungkapan “bahasa Indonesia yang baik”. Sebutan baik disini
berkaitan dengan soal keserasian atau kesesuaian yaitu serasi atau sesuai
dengan situasi pemakai. Pengertian kedua berkaitan dengan istilah “bahasa
Indonesia yang benar”. Sebutan benar atau betul di sini berhubungan dengan
soal keserasian dengan kaidah. Penggunaan bahasa Indonesia yang benar
adalah penggunaan bahasa indonesia yang menaati kaidah tata bahasa. Sedang
maksud kaidah di sini adalah kaidah bahasa Indonesia baku atau yang
dianggap baku. Maksudnya adalah bahasa yang telah distandardisasikan
berdasarkan hukum berupa keputusan pejabat pemerintah atau sudah diterima
berdasarkan kesepakatan umum yang wujudnya ada pada praktik pelajaran
bahasa pada khayalak.
Dengan penjelasan ini tampak bahwa bahasa yang kita gunakan, agar
mengenai sasarannya, tidak selalu beragam baku. Dalam tawar-menawar di
pasar dan di warung, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan
kegelian, keanehan, keheranan, bahkan kecurigaan. Jadi pada asasnya, kita
menggunakan bahasa yang baik, artinya yang tepat tetapi tidak termasuk
bahasa yang benar. Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang benar tetapi
tidak baik penerapannya karena suasanya mensyaratkan ragam bahasa yang
lain. Di bawah ini akan dipaparkan sebuah contoh:
Kuda makan rumput
Kalimat itu benar karena memenuhi kaidah sebuah kalimat secara struktur,
yaitu: subjek (kuda), ada predikat (makan), dan ada objek (rumput). Kalimat
ini juga memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makan, yaitu mendukung
sebuah informasi yang dapat dimengerti oleh pembaca. Lain halnya dengan
kalimat di bawah ini:
Rumput makan kuda
Kalimat ini benar menurut struktur karena ada subjek (rumput), ada
predikat (makan) dan ada objek (kuda). Akan tetapi, dari segi makan,
kalimat ini tidak benar karena tidak mendukung makan yang baik.
Sebuah bentuk kata dikatakan benar kalau memperlihatkan proses
pembentukan yang benar menurut kaidah yang berlaku. Kata aktifitas tidak
benar penulisannya karena pemunculan kata itu tidak mengikuti kaidah
penyerapan yang telah ditentukan. Pembentukan penyeraan yang benar ialah
efektivitas karena diserap dari kata activity. Karena persuratan kabar dan
pertanggungan jawab tidak benar karena tidak mengikuti kaidah yang
berlaku. Yang benar menurut kaidah ialah kata persuratkabaran dan
pertanggungjawaban.
Pengertian “baik” pada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah
pandangan yang diarahkan dari pilihan kata (diksi). Dalam suatu pembentukan
kita dapat memakai kata yang sesuai dengan pertemuan itu sehingga kata-kata
yang keluar atau dituliskan itu tidak akan menimbulkan nilai rasa yang tidak
pada tempatnya. Pemilihan kata yang akan dipergunakan dalam suatu
untaian kalimat sangat berpengaruh terhadap makan kalimat yang dipaparkan
itu. Pada suatu ketika kita menggunakan kata memerintahkan, meminta
bantuan, mempercayakan dan sebagainya.
Sebagai simpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah
bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten, sedangkan yang dimaksud
dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang
tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.
HASIL / SIMPULAN

Dengan demikian, dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai


berikut :

1. Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu, yangmana penamaan “Bahasa


Indonesia” itu sendiri bermula sejak adanya Sumpah Pemuda yang terjadi
pada tanggal 28 Oktober tahun 1928 dan diresmikan setelah proses proklamasi
dari kemerdekaan Republik Indonesia.
2. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai
bahasa nasional yang didasarkan pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang
berbunyi “Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Tinggi Bahasa
Persatuan, Bahasa Indonesia”. Dan Bahasa Indonesia juga memiliki
kedudukan sebagai bahasa Negara yang didasarkan pada ketentuan yang
tertera di dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36.
3. Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, orang yang dibicarakan, serta menurut media
pembicaraan. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan
tulisan.
4. Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI), sedangkan ragam bahasa lisan diharapkan para warga
Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa dengan baik serta
bertutur kata sopan sebagai pedoman yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia


untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:Akademika Pressindo.
2. https://pendisetiyo.blogspot.com/2016/06/makalah-sejarah-dan-
perkembangan-bahasa.html
3. http://makalah-laporan.blogspot.com/2017/05/makalah-ragam-bahasa-
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai