Anda di halaman 1dari 3

PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI

INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP)

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RSD GUNUNG JATI 1/4
KOTA CIREBON

Tanggal Terbit : Ditetapkan:


DIREKTUR RSD GUNUNG JATI
KOTA CIREBON
PROSEDUR
TETAP
dr. H. BUNADI , MKM
Pembina Tk I
NIP. 19601116 198902 1 001
PENGERTIAN Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) merupakan jenis infeksi yang terjadi
akibat masuknya mikroba melalui peralatan yang kita masukan langsung ke
pembuluh darah. Akses langsung ke peredaran darah ini dapat berupa
kateter vena maupun arteri yang kita lakukan terhadap pasien, baik dalam
rangka perawatan maupun diagnostik yang secara umum disebut sebagai
kateter intravaskuler (Intravascular Catheter).

TUJUAN 1. Sebagai pedoman untuk petugas kesehatan dalam melaksanakan


prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi.
2. Meningkatkan mutu layanan rumah sakit melalui pencegahan dan
pengendalian infeksi.
3. Menurunkan angka kejadian infeksi IADP di rumah sakit
4.
KEBIJAKAN Keputusan Walikota Cirebon Nomor : 440.05 / KEP.37.9 – RSD.GJ / 2018
Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSD Gunung
Jati

1. Tersedianya Central line bundle elements untuk memastikan semua


PROSEDUR proses yang terkait dengan pemasangan central vena dikerjakan dengan
benar, meliputi:
a. Kebersihan tangan
b. Maksimal Barrier Precaution
c. Chlorhexidin skin antisepsis
d. Pemilihan catheter site secara optimal, menghindaripenggunaan
vena femoralis untuk akses vena sentral pada pasien dewasa.
e. Review harian sebagai bagian kebutuhan dari multidisiplin anda,
termasuk mengkaji untuk melepas kateter
f. Catatan waktu dan tanggal pemasangan kateter untuk tujuan evaluasi
staf dalam membantu pengambilan keputusan
2. Memperhatikan kebersihan tangan, penggunaan APD dan teknik aseptik
a. Lakukan prosedur kebersihan tangan, baik mencuci tangan dengan
sabun dan air atau dengan antiseptik berbasis alkohol (ABHR).
Kebersihan tangan harus dilakukan sebelum dan setelah meraba
daerah pemasangan kateter, mengganti, mengakses, memperbaiki,
atau kateter merawat intravaskular. Palpasi di daerah pemasangan
tidak dilakukan setelah memakai antiseptik, kecuali teknik aseptik
dipertahankan.
b. Pakailah sarung tangan steril dalam melakukan pemasangan dan
perawatan kateter intravaskular.
c. Pertahankan teknik aseptik untuk pemasangan dan perawatan
kateter intravaskular.
3. Seleksi tempat penusukan (insersi) dan balutan
a Central Venous Catheters
 Pertimbangkan risiko dan manfaat dari pemasangan vena sentral
di daerah yang direkomendasikan untuk mengurangi komplikasi
infeksi terhadap risiko komplikasi mekanik (misalnya,
pneumotoraks, tusukan arteri subklavia, vena subklavia laserasi,
subklavia vena stenosis, hemothorax, trombosis, emboli udara,
dan salah penempatan kateter)
 Hindari pemasangan vena femoralis pada pasien dewasa.
 Gunakan vena subklavia, bukan yugolar atau femoralis, pada
pasien dewasa untuk meminimalkan risiko infeksi pada
nontunneled CVC.
 Hindari vena subklavia pada pasien hemodialisis dan pasien
dengan penyakit ginjal lanjut, untuk menghindari stenosis vena
subklavia.
 Gunakan fistula atau cangkok pada pasien dengan gagal ginjal
kronis bukannya CVC untuk permanen dialisis.
 Gunakan CVC dengan jumlah minimum port atau lumen penting
untuk pengelolaan pasien.
 Tidak ada rekomendasi mengenai penggunaan lumen ditujukan
untuk nutrisi parenteral. masalah yang belum teratasi, segera lepas
kateter intravaskular yang tidak lagi penting.
 Ganti kateter sesegera mungkin, ketika kepatuhan terhadap teknik
aseptik tidak dapat dipastikan ( kateter dipasang selama keadaan
darurat medis), yaitu dalam waktu 48 jam.
b Peripheral Catheters and Midline Catheters
 Pada orang dewasa, gunakan daerah ekstremitas atas untuk
pemasangan kateter. Pindahkan pemasangan kateter sesegera
mungkin jika terpasang di ekstremitas bawah.
 Pada pasien anak, ekstremitas atas atau bawah atau kulit kepala
(pada neonatus atau bayi muda) dapat digunakan sebagai
pemasangan kateter.
 Pilih kateter yang sesuai , durasi penggunaan, lihat adanya
komplikasi infeksi dan non infeksi (misalnya, flebitis dan
infiltrasi).
 Hindari penggunaan jarum baja untuk pemberian cairan dan
obat-obatan yang dapat menyebabkan nekrosis jaringan jika
terjadi ekstravasasi.
 Gunakan midline kateter atau peripherally inserted central
catheter (PICC), ketika pemberian terapi IV kemungkinan akan
melebihi enam hari.
 Gunakan kasa steril atau perban transparan untuk menutup lokasi
pemasangan.
 Pada pasien yang memakai perban tebal sehingga susah diraba
atau dilihat, lepas perban terlebih dahulu ,periksa secara visual
setiap hari dan pasang perban baru .
 Inspeksi lokasi pemasangan dari transparan dressing terlihat ada
perubahan.
 Lepas vena kateter perifer jika pasien terlihat tanda-tanda flebitis
(kehangatan, kelembutan, eritema atau kabel vena teraba),
infeksi, atau kateter rusak .
4. Pemilihan dan Penggantian Alat Intravaskuler
a. Pilih alat yang resiko komplikasinya relatif rendah dan harganya
paling murah yang dapat digunakan untuk terapi IV dengan jenis
dan jangka waktu yang sesuai, saat ini bahan vialon lebih baik
dibanding teflon
b. Lepas semua jenis peralatan intravaskuler bila sudah tidak ada
indikasi klinis
c. Ganti selang penghubung tersebut bila alat vaskuler diganti
d. Ganti selang IV, termasuk selang piggyback danstopcock, dengan
interval yang tidak kurang dari 96 jam, kecuali bila ada indikasi
klinis
e. Ganti selang yang dipakai untuk memasukkan emulsi lemak dan
protein produk darah dan dalam 24 jam.
5. Cara menggunakan Port Injeksi Intravena
a. Bersihkan port injeksi dengan alkohol 70% sebelum mengakses
sistem .
b. Campurkan seluruh cairan parentral di bagian farmasi dalam
Laminar air flow hood menggunakan tehnik aseptik
6. Cara menggunakan vial multi dosis
a. Dinginkan dalam kulkas vial multi dosis yang dibuka, bila
direkomendasikan oleh pabrik.
b. Bersihkan karet penutup vial multi dosis dengan alkohol sebelum
menusukkan alat ke vial.
c. Gunakan alat steril setiap kali akan mengambil cairan dari vial multi
dosis , dan hindari kontaminasi alat sebelum menembus karet vial.
d. Buang vial multi dosis bila sudah kosong, bila dicurigai atau terlihat
adanya kontaminasi, atau bila telah mencapai tanggal kadaluarsa.

UNIT TERKAIT Seluruh Instalasi Rawat Inap


Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Bedah Sentral
Instalasi Poliklinik Khusus dan ODC
Instalasi Rawat Jalan

Anda mungkin juga menyukai