Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berat badan lahir merupakan salah satu indikator dalam tumbuh kembang
anak hingga masa dewasanya dan menggambarkan status gizi yang diperoleh
janin selama dalam kandungan. Pada negara berkembang, berat badan lahir
rendah (BBLR) masih menjadi salah satu permasalahan defesiensi zat gizi.
BBLR ialah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram,
tanpa memandang masa gestasi (Kosim, 2012). WHO dan UNICEF (2013)
menyatakan bahwa terjadi peningkatan kejadian BBLR (periode 2009-2013
dari 15,5% menjadi 16% dan sebesar 95,6% dari jumlah tersebut berada di
negara berkembang.
Berdasarkan data dari World Health Rangkings tahun 2014 dari 172
negara di dunia, Indonesia menepati urutan ke 70 yang memiliki presentasi
kematian akibat BBLR tertinggi yaitu sebesar 10,69%. Tingkat kelahiran di
Indonesia pada tahun 2010 sebesar 4.371.800 dengan kejadian BBLR sebesar
15,5 per 100 kelahiran hidup atau 675. 700 kasus prematur dalam 1 tahun
(WHO, 2013). Pada tahun 2010 kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11,1%.
BBLR dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu kelahiran prematur atau kelahiran
saat usia kehamilan <37 minggu dan IUGR yang biasa disebut terganggunya
pertumbuhan janin. BBLR dapat menyebabkan kesakitan bahkan kematian.
Dalam penelitian menyatakan bahwa BBLR dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti faktor ibu (status gizi, umur, paritas, status ekonomi),
riwayat kehamilan buruk (pernah melahirkan BBLR, aborsi) asuhan antenatal
care yang buruk, keadaan janin. Wanita dengan status ekonomi rendah
cendrung memiliki asupan makanan yang tidak memadai, sanitasi tempat
tinggal yang buruk, dan kemampuan untuk mencari perawatan selama
kehamilan yang kurang sehingga dapat mempengaruhi berat badan bayi
mereka (Perera & Manzur, 2014).
Kejadian bayi lahir rendah semakin berisiko terjadi pada kehamilan
pertama/primigravida. Primigravida pada masa (<20 tahun) berisiko
terkjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan. Komplikasi tersebut
meliputi terjadinya BBLR, asfiksia, lahir mati dan persalinan Preterm (<37
minggu (Mutihir & Maduka, 2006).
Setiap menemukan BBLR perlunya dilakukan manajemen berikut:
stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat, jaga patensi jalan napas, nilai segara
kondisi bayi tentang tanda vital, meliputi penafasan, denyut jantung, warna
kulit, aktifitas, bila bayi mengalami gangguan napas, kelola gangguan napas,
bila bayi mengalami kejang, berikan anti konvulsan, ila bayi dehidrasi,
berikan cairan rehidrasi secara IV dan kelola bayi sesuai dengan kondisi
spesifik atau komplikasinya. (Depkes RI, 2005).
Asuhan pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR) sangat penting seperti
mempertahankan suhu tubuh dengan ketat agar bayi tetap dalam kondisi suhu
yang stabil untuk mencegah hipotermi, mencegah infeksi dengan ketat,
pengawasan Nutrisi / ASI, penimbangan berat badan yang ketat, dan menjaga
tali pusat agar tetap dalam keadaan bersih. (Prawirohardjo, 2010).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada Bayi Baru
Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah sesuai dengan pendokumentasian
SOAP.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian secara subjektif pada By Ny “H” dengan Berat
Badan Lahir Rendah di ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.
b. Melakukan pengkajian secara objektif pada By Ny “H” dengan Berat
Badan Lahir Rendah di ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.
c. Menetapkan Analisa kepada By Ny “H” dengan Berat Badan Lahir
Rendah di ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin.
d. Melakukan penatalaksanaan By Ny “H” dengan Berat Badan Lahir
Rendah di ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin.
e. Melakukan Analisis terhadap By Ny “H” dengan Berat Badan Lahir
Rendah di ruang VK Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin.

C. Waktu Pengkajian dan Tempat Penatalaksanaan


1. Waktu
Hari/tanggal : Jum’at, 25 Oktober 2019
Pukul : 10.00 WITA
2. Tempat penatalaksanaan
Ruang Vk Bersalin RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Menurut Manuaba (2007), BBLR merupakan bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram terjadi karena umur kehamilan kurang dari 37 minggu,
berat badan lebih rendah dengan semestinya sekalipun umur kehamilan cukup
atau karena kombinasi keduanya.
Menurut Atika (2010). Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa
kehamilan.

B. Klasifikasi BBLR
Menurut Atika (2010) ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR
sebagai berikut:
1. Menurut harapan hidupnya:
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram.
2. Menurut masa gestasinya:
a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).
b. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).
C. Tanda-Tanda BBLR
Menurut Atika (2010) Bayi yang lahir dengan berat badan rendah
mempunyai ciri-ciri:
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari
30 cm
4. Rambut lanugo masih banyak
5. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
7. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
8. Genetalia belum sempurna, labia minora tertutup oleh labia mayora,
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam
skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)
9. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
10. Tangisan lemah
11. Jaringan kelenjer mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang
12. Verniks kaseosa tidak ada sedikit bila ada

D. Etiologi
Menurut Idai (2004) Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah
kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas dan lain-lain.
Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta
faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
Menurut Sukarni (2014), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
BBLR adalah:
1. Faktor ibu
Umur, paritas (primigravida dan grandemultipara), ras (kebanyakan
berkulit hitam), infertilitas, riwayat kehamilan tidak baik ( 2 kali abortus
atau lebih 2 kali partus prematurus atau lebih kematian perinatal), lahir
abnormal jarak kehamilan terlalu dekat, BBLR pada anak sebelumnya,
penyakit akut dan kronik, kebiasaan.
2. Faktor plasenta
Berat plasenta berkurang atau berongga atau (hidramnion), luas
permukaan berkurang, plasentitis vilus (bakteri, virus, dan parasit), infark,
tumor (korjoangioma), plasenta yang lepas, sindrom transfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik).
3. Faktor Janin
Kelainan kromoson (trisom autosomal), infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), disautonomia familial, radiasi, kehamilan
ganda/kembar (gameli), dan aplasia prankreas.

E. Patofisiologi
Menurut Sukarni (2014), termperatur dalam kandungan yaitu 37,0 oC
sehingga bayi setelah lahir dalam suhu ruang 28-32oC, perubahan temperatur
ini perlu diperhitungkan pada BBLR karena belum bisa mempertahankan suhu
normal yang disebabkan:
1. Pusat pengatur suhu badan masih dalam perkembangan
2. Intake cairan dan kalori kurang dari kebutuhan
3. Cadangan energi sangat kurang
4. Luas permukaan tubuh relatif luas sehigga risiko kehilangan panas lebih
besar
5. Jaringan lemak subkutan lebih tipis sehingga kehilangan panas lebih besar.
6. Bayi BBLR sering terjaadi penurunan berat badan yang disebabkan malas
minum, pencernaan masih lemah.

F. Penatalaksanaan BBL dengan BBLR


Menurut Depkes RI (2005), setiap menemukan BBLR dilakukan
manajemen umum sebagai berikut:
1. Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
2. Jaga patensi jalan napas
3. Nilai segara kondisi bayi tentang tanda vital, meliputi penafasan, denyut
jantung, warna kulit, aktifitas.
4. Bila bayi mengalami gangguan napas, kelola gangguan napas.
5. Bila bayi mengalami kejang, berikan anti konvulsan.
6. Bila bayi dehidrasi, berikan cairan rehidrasi secara IV
7. Kelola bayi sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya
Menurut Syaifuddin (2002), perawatan pada bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) yaitu:
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya
harus dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan dengan infeksi, hal ini disebabkan karena daya
tahan tubuh bayi terhadap infeksi kurang antibody belum terbentuk dan
reaksi terhadap peradangan belum baik. Berikut prosedur pencegahan
infeksi adalah sebagai berikut :
a. Mencuci tangan sampai siku dengan sabun dan air mengalir selama 2
menit sebelum masuk ke ruang rawat bayi.
b. Mencuci tangan dengan zat antiseprtic sebelum atau sesudah
memegang bayi
c. Mengurangi kontaminasi dan semua benda yang berhubungan dengan
bayi.
d. Melarang petugas yang menderita infeksi masuk keruangan rawat bayi
3. Pengawasan Nutrisi / ASI
Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Pemberian makanan dini berupa
glukosa, ASI atau PASI mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau
hiperbillirubin. Bayi lahir dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu
(berat badan 1250-1500), bayi belum memiliki reflek hisap dan menelan
yang baik, maka ASI pernah diberikan dengan menggunakan pipa
lambung/oorgastik (sonde).
Bayi yang usia kehamilan 32 minggu hingga 34 minggu (berat badan
1500-1800 gram) seringkali reflek menelannya cukup baik, namun reflek
menghisapnya masih cukup baik, oleh karena itu, ibu dapat memerah ASI
dan dapat diberikan dengan menggunakan sendok, atau pipet. Sejalan
dengan proses pematangan, maka mekanisme yang lebih teratur akan
didapatkan pada usia kehamilan 32-36 minggu.
4. Penimbangan berat badan yang ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat.
Biasanya untuk usia 0-3 bulan, berat badan akan bertambah kira-kiraa
sebanyak 30 gram per-hari. Jika dalam sebulan bayi akan mengalami
kenaikan berat badan 900 gram.
5. Menjaga tali pusat agar tetap dalam keadaan bersih

G. Permasalahan pada BBLR


BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan
yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang
belum stabil (Surasmi, dkk, 2005).
Menurut Prawirohardjo (2010), masalah yang terjadi pada BBLR yaitu:
1. Suhu tubuh
a. Pusat pengatur napas tubuh masih belum sempurna
b. Otot bayi masih lemah
c. Kemampuan metabolisme panas masih rendah sehingga bayi dengan
BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas
badan dan dapat dipertahankan sekitar 36,50C-37,50C.
d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas
tubuh.
2. Pernafasan
a. Pusat pengatur pernafasan belum sempurna
b. Otot pernafasan dan tulang iga lemah
c. Surfaktan paru-paru masih kurang sehingga perkembangannya tidak
sempurna
d. Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi
paru-paru, gagal pernafasan
3. Alat pencernaan makanan
a. Penyerapan makanan masih lemah atau kurang baik karena fungsi
pencernaannya belum berfungsi sempurna
b. Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi
pneumonia
c. Aktivasi otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga
pengosongan lambung berkurang
4. Hepar yang belum matang
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan hiperbilirubin sehingga mudah
terjadi hiperbilirubinemi (kuning) sampai menyebabkan ikterus.
5. Ginjal yang belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum
sempurna sehingga mudah terjadi oedema.
6. Perdarahan dalam otak
a. Karena mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan
terjadinya perdarahan dalam otak
b. Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah
c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan
kematian bayi.
d. Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga mempermudah
terjadi perdarahan dan nekrosis.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS


PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUANG VK
BERSALIN RSUD.Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TAHUN 2019

Pengkajian
Hari/tanggal : Jum’at, 25 Oktober 2019
Pukul : 14.15 WITA

Identitas
a. Identitas Bayi
Nama : By Ny H
Tanggal/pukul lahir : Jum’at, 25 Oktober 2019, 14.15 WITA
Jenis kelamin : laki-laki
Anakke :3
b. Identitas Orang Tua
Ibu Ayah
Nama Ny. H Tn. A
Umur 37 tahun 29 tahun
Agama Kristen Kristen
Suku/bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMK
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat Jl. Kapuas seberang Rt. 006 Kel. Barimba Kec Kapuas

Prolog
Ibu G3P1A datang ke IGD Ponek RSUD DR. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
kamis 24 Oktober 2019 pukul 13.00 WITA dengan keluhan mules-mules dan
keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, hasil pemeriksaan dari IGD Ponek
keadaan umum baik, TD: 120/80 mmHg, RR: 20x/menit, N: 82x/menit, T:
36,6OC, TFU: 24 cm, pu-ka, pres-kep, DJJ: 139x/menit, VT: portio lunak,
pembukaan 3 cm, ketuban (+), ibu mengeluh mules-mules, dan keluar lendir
bercampur darah sejak tanggal 24 oktober 2019, pukul 07.00 WITA, riwayat
sebelumnya ibu pernah mengalami melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah anak ke-2 dengan berat badan 1800 gram,jenis kelamin perempuan,
spontan belakang kepala, ditolong bidan pada tahun 2015, jarak anak yang
terakhir ± 4 tahun, di rujuk ke ruang Vk Bersalin pada tanggal 24 Oktober 2019
pukul 15.00 WITA, dilakukan pemeriksaan TD: 120/90 mmHg, N: 84x/menit, R:
20x/menit, S: 36,5OC, TFU: 24 cm, pu-ka, pres-kep, DJJ: 128x/menit, VT portio
lunak, pembukaan 3 cm, ketuban (+). Tanggal 25 Oktober 2019 pukul 14.15 Ny
“S” melahirkan anak ketiganya dengan usia kehamilan 29 minggu.

Subjektif
-

Objektif
Keadaan umum lemah, bayi lahir tidak segera menangis, warna kulit kebiruan
pada ekstrimitas, pola napas tidak teratur, denyut jantung <100/x/menit, tidak ada
respon gerakan setelah diberikan rangsangan, Apgar Score menit pertama 5, jenis
kelamin laki-laki, testis sudah turun, anus berlubang, dan tidak ada kelainan
kongenital.

Analisa
Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah dan Asfiksia Sedang

Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tua bayi, bahwa bayinya
berjenis kelamin laki-laki, berat badan lahir rendah, tidak segera menangis,
Ibu mengerti.
2. Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya. Bayi
sudah dikeringkan.
3. Mengklem tali pusat ± 3 cm dari umbilikal kemudian melakukan pengurutan
ke arah maternal dan menjepit tali pusat ± 2 cm dari klem partama, kemudian
memotong tali pusat di antara 2 klem dengan melindungi perut bayi dengan
tangan kiri. Tali pusat sudah terpotong.
4. Mengganti handuk yang kotor dengan kain bersih dan kering untuk mencegah
hipotermi. Bayi sudah dipakai kan kain bersih dan kering.
5. Melakukan pemeriksaan Apgar score pada menit ke-5 dan menit ke-10. Pada 5
menit pertama : Apgar score 5, bayi menangis merintih, warna kulit kebiruan
pada ekstrimitas, pola napas tidak teratur, tonus otot sedikit gerakan, denyut
jantung <100/x/menit. Pada 10 menit pertama: Apgar score 7, bayi menangis
seperti merintih, warna kulit ekstrimitas kebiruan, denyut jantung
>100/x/menit ,gerakan tonus otot lemah, napas lemah dan tidak teratur.
Jumlah Apgar score keseluruhan 4,5,6
6. Meletakkan bayi di infant warmer agar tubuh bayi hangat. Bayi sudah
diletakkan di infant warmer.
7. Memposisikan tubuh bayi dengan posisi telentang dan sedikit ekstensi untuk
membuka jalan nafas. Bayi telah diposisikan posisi ekstensi.
8. Membersihkan jalan nafas dengan penghisap lendir (suction) mulai dari mulut
kemudian kehidung bayi. Lendir pada mulut dan hidung bayi telah
dibersihkan serta bayi mulai merintih.
9. Memberikan nasal oksigen (O2) 2 liter per menit. Oksigen terpasang pukul
14.25 WITA
10. Melakukan pemeriksaan antropometri. BB: 1355 gram, PB: 40 cm, LK: 26
cm, jari-jari tangan lengkap, testis sudah turun, anus berlubang, tumit
mengkilap, telapak kaki halus. Tidak ada kecacatan pada tubuh bayi.
11. Mengatur kembali posisi bayi. Bayi sudah diposisikan kembali
12. Melakukan informed consent bahwa bayi nya akan diberikan injeksi vitamin
K untuk mencegah perdarahan pada otak dan obat tetes mata untuk mencegah
infeksi pada mata bayi. Ibu menyetujui.
13. Memberikan suntikan vitamin K (Phytomenodione) kepada bayi nya sebanyak
0,5 ml secara IM di bagian 1/3 bagian atas paha kiri. Sudah diberikan.
14. Memberikan obat tetes mata sebanyak satu tetes pada mata kanan dan kiri
untuk pencegahan infeksi pada mata bayi. Sudah diberikan.
15. Memasang identitas pada bayi (gelang bayi dan etiket pada bayi) telah
dilakukan
16. Memasang pakaian bayi, menyelimuti bayi dengan kain bersih dan kering.
Bayi sudah terbungkus.
17. Memindahkan bayi ke Ruang Bayi lantai 2 pukul 14.25 WITA untuk
dilakukan perawatan lanjutan pada bayi baru lahir dengan BBLR dan Asfiksia
Sedang. Bayi telah dipindahkan.
Catatan Perkembangan
No Hari/tanggal/waktu Tindakan
1 Sabtu, 26 Oktober 2019, Subjektif
pukul 10.30 WITA -

Objektif
Keadaan umum lemah, menangis
lemah/merintih, sesak, retraksi, residu kosong,
N: 135x/menit, R:77x/menit, T: 36,5oC, SpO2:
99%, O2 terpasang infus D10% 8 tpm, bolus
D10%, amphicilin 2x3 mg, gentamycin 1x5
mg, dexsametasone 2x0,5 mg, bayi dipuasakan
sementara, BAK (+), BAB (+).

Analisa
Bayi 1 hari dengan BBLR

Penatalaksanaan
1. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-
tanda vital. K/U lemah, N: 135x/menit,
R:77x/menit, T: 36,5oC, SpO2: 99%.
2. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi
dengan meletakkan bayi di inkubator. Bayi
di dalam inkubator
3. Melanjutkan terapi yang dianjurkan dokter
Sp. A. Terapi dilanjutkan
4. Menjaga personal hygine bayi dengan
mengganti popok 2-3 kali sehari atau bila
bayi BAK dan BAB serta pakaian bayi bila
kotor dan basah. Popok bayi belum diganti.
5. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.
Pencatatan telah dilakukan
2 Minggu, 27 Oktober Subjektif
2019, pukul 08.00 WITA -

Objektif
Keadaan umum lemah, merintih, sesak,
retraksi, N: 155x/menit, R: 66x/menit, T:
36,2oC, SpO2: 100%, O2 terpasang, infus D10%
8 tpm, bolus D10%, amphicilin 2x3 mg,
gentamycin 1x5 mg, dexsametasone 2x0,5 mg
,bayi dipuasakan sementara, BAK (+), BAB
(+).

Analisa
Bayi 2 hari dengan BBLR

Penatalaksanaan
1. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-
tanda vital. K/U lemah, N: 155x/menit, R:
66x/menit, T: 36,2oC, SpO2: 100%.
2. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi
dengan meletakkan bayi di inkubator. Bayi
di dalam inkubator.
3. Melanjutkan terapi yang dianjurkan Dokter
Sp. A. Terapi dilanjutkan
4. Menjaga personal hygine bayi dengan
mengganti popok 2-3 kali sehari atau bila
bayi BAK dan BAB serta pakaian bayi bila
kotor dan basah. Popok bayi belum diganti.
5. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.
Pencatatan telah dilakukan.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Data Objektif
Menurut Atika (2010) ciri-ciri BBLR adalah kehamilan kurang dari 37
minggu, BB kurang dari 2.500 gr, PB kurang dari 46 cm, LK kurang dari 33
cm, LK kurang dari 30 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak
subkutan tipis atau kurang, tulang rawan daun telinga belum sempurna
pertumbuhannya, tumit mengkilap, telapak kaki halus, tonus otot lemah
sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, tangisan lemah, dan
jaringan lemak masih kurang.
Menurut JNPK-KR (2012) tanda gejala asfiksia tidak bernapas atau nafas
megap-megap atau pernafasan lambat, pernafasan tidak teratur, tangisan
lemah, warna kulit pucat atau biru, tonus otot lemah, denyut jantunf
<100x/menit.
Hal ini juga ditemukan pada By Ny “H” dengan ciri-ciri keadaan umum
lemah, bayi lahir tidak segera menangis, warna kulit kebiruan pada
ekstrimitas, pola napas tidak teratur, denyut jantung <100/x/menit, tidak ada
respon gerakan setelah diberikan rangsangan, apgar score 4 pada menit
pertama testis sudah turun, anus berlubang, jari-jari tangan lengkap, testis
sudah turun, anus berlubang, tumit mengkilap, telapak kaki halus. BB: 1355
gram, PB: 40 cm, LK: 26 cm Hal ini sesuai dengan teorinya menurut Atika
(2010) dan menurut JNPK-KR (2012).

B. Analisa
Berdasarkan data objektif yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa By
Ny “H” di Analisa dengan BBLR serta Asfiksia Sedang
Berdasarkan data objektif yang ditetapkan analisa By Ny “H” dengan
BBLR serta Asfiksia Sedang sudah tepat untuk ditegakkan pada kasus di atas
karena sesuai dengan pengertian, tanda dan gejala dari teori yang ditemukan
oleh para ahli.

C. Penatalaksanaan
Menurut Depkes RI (2005) Setiap menemukan BBLR dilakukan
manajemen umum yaitu: stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat, jaga patensi
jalan napas, nilai segara kondisi bayi tentang tanda vital, meliputi penafasan,
denyut jantung, warna kulit, aktifitas., bila bayi mengalami gangguan napas,
kelola gangguan napas., bila bayi mengalami kejang, berikan anti konvulsan.,
bila bayi dehidrasi, berikan cairan rehidrasi secara IV, kelola bayi sesuai
dengan kondisi spesifik atau komplikasinya.
Hal ini juga terdapat penatalaksanaan yang dilakukan pada By Ny “H”
menstabilkan suhu dengan cara mengganti handuk yang kotor dengan kain
bersih dan kering untuk menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain
kering untuk mencegah hipotermi serta meletakkan bayi di infant warmer agar
tubuh bayi hangat, memposisikan tubuh bayi dengan posisi telentang dan
sedikit ekstensi untuk membuka jalan nafas, membersihkan jalan nafas dengan
penghisap lendir (suction), memberikan nasal oksigen (O2), melakukan
pemeriksaan Apgar score pada menit ke 5 dan 10, mengatur kembali posisi
bayi. memasang pakaian bayi, menyelimuti bayi dengan kain bersih dan
kering agar kehangatan bayi terjaga.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Depkes RI (2005) walaupun ada
sedikit ketidaksamaan yang dilakukan dari kasus diatas dengan teori,
ketidaksamaan itu meliputi penatalaksanaan kejang, dehidrasi yang ada diteori
tapi tidak dilakukan didalam penatalaksanaan kasus By Ny “H” dikarenakan
tidak mengalami kejang dan dehidrasi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian pada hari Jum’at, 25 Oktober 2019 pukul 10.00 WITA
diperoleh data objektif keadaan umum lemah, bayi lahir tidak segera
menangis, warna kulit kebiruan pada ekstrimitas, pola napas tidak teratur,
tonus otot sedikit gerakan, denyut jantung <100/x/menit, Apgar Score menit
pertama 4, jenis kelamin laki-laki, testis sudah turun, anus berlubang, dan
tidak ada kelainan kongenital. Analisa ditegakkan By Ny “H” dengan Berat
Badan Lahir Rendah serta Asfiksia Sedang. Hal ini didasarkan pada data
subjektif dan teori yang diperoleh. Penatalaksanaan dengan menstabilkan suhu
dengan cara mengganti handuk yang kotor dengan kain bersih dan kering
untuk menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain kering untuk
mencegah hipotermi serta meletakkan bayi di infant warmer agar tubuh bayi
hangat, memposisikan tubuh bayi dengan posisi telentang dan sedikit ekstensi
untuk membuka jalan nafas, membersihkan jalan nafas dengan penghisap
lendir (suction), memberikan nasal oksigen (O2), melakukan pemeriksaan
Apgar score pada menit ke 5 dan 10, mengatur kembali posisi bayi. memasang
pakaian bayi, menyelimuti bayi dengan kain bersih dan kering agar
kehangatan bayi terjaga. Analisis Semua meliputi pengkajian tindakan yang
dilakukan sesuai dengan Standar pelayanan.

B. Saran
Saran untuk ibu yang bayinya dengan BBLR setelah keluar dari rumah
sakit harus rutin melakukan pemeriksaan atau perawatan ke pelayanan
kesehatan sehingga kesehatan bayi tetap dipantau.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pedoman Penatalaksanaan


Stimulas, Deteksi dan Intervensi Dini Bayi Baru Lahir. Jakarta: Depkes RI

Proverawati Atika & Cahyo Ismawati. 2010. BBLR. Berat Badan Lahir Rendah
Dilengkapi dengan Asuhan pada BBLR dan Pijat Bayi. Yogyakarta : Nuha
Medika

Sukarni dan Sudarti,2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus


Resiko Tinggi. Yogyakarta : Medical Book

Syaifuddin, Abdul Bari. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Nonatal.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai