MAKALAH Kelainan Tulang
MAKALAH Kelainan Tulang
Disusun oleh :
TANJUNGPINANG
2020
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini . Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Makalah ini takkan
terwujud tanpa adanya bantuan berbagai pihak baik bantuan secara langsung maupun tidak
langsung. Atas segala bantuan yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih dan penulis
memohon maaf atas banyaknya kekurangan yang dimiliki dalam makalah ini sehingga
dengan adanya makalah ini dapat menjadi ilmu bagi yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1 1.3 Tujuan
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tulang juga melindungi otak, yang terletak didalam tengkorak, bisa dibayangkan
ketika terjadi kecelakaan yang membentur kepala seseorang jika tanpa tulang tengkorak,
maka organ penting didalamnya seperti otak dan semua susunan sarafnya dengan mudah
menjadi hancur. Tulang melindungi jantung dan paru didalam rongga dada, dan organ
seksual dan urinaria terlindungi oleh tulang yang disebut tulang pelvis. Selain itu tulang
juga berfungsi dalam hemopoiesis (pembentukan sel darah), dan sebagai reservoir
(tempat penyimpanan) kalsium, fosfat, dan banyak mineral lainnya. Hampir seluruh
kalsium (99%) pada tubuh tersimpan di dalam tulang, dan ketika tubuh butuh terhadap
kalsium, maka kalsium tersebut akan berasal dari tulang. Sedangkan tulang rawan
berfungsi sebagai shock absorber (peredam tekanan).
Yang mana ketika seseorang mendarat setelah melompat, maka tubuh akan
menerima tekanan yang besar, disinilah salah satu fungsi tulang rawan berperan, yaitu
mengurangi tekanan yang ada. Tulang rawan ini bersifat avaskular atau tidak terhubung
dengan pembuluh darah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pengumpil atau alat
penunjang
tubuh
3
Daya tahan yang besar terhadap
tenaga tekan
Gambar 1 Jenis tulang: (a) tulang panjang (os humerus), (b)tulang pendek (os tarsus), (c)
tulang pipih (tulang rusuk), (d) tulang irregular (lumbal vetebrae)
4
2.1.2. Struktur tulang
A. Rangka Aksial
Rangka aksial merupakan kelompok tulang yang terletak di sumbu tubuh.
5
Rangka aksial berjumlah 80 tulang. Rangka aksial terdiri atas:
1. Tulang tengkorak (skull)
6
Tulang pelipis (temporal) ulang pelipis terletak di bagian kepala samping belakang.
Tulang ini berjumlah 2 buah.
Tulang baji (sphenoid) terletak di bagian kepala samping depang. Tulang ini
berjumlah 1 buah.
Tulang tapis (ethmoid) terletak di bagian dalam rongga kepala. Tulang ini berjumlah
1 buah.
Tengkorak manusia jika dilihat dari bagian bawah akan terlihat tonjolan
mastoid dan foramen magnum (suatu rongga tempat sumsum tulang belakang
berhubungan dengan otak). Tulang bagian kepala (kranial) tidak dapat digerakkan
karena merupakan sendi mati (tidak dapat bergeser). Pada bayi, tulang tengkorak
belum bersatu sepenuhnya dan memiliki daerah lunak (soft spot) atau fontanela.
Daerah lunak ini tersusun atas jaringan penghubung fibrosa. Pada kelahiran normal,
tengkorak bayi dapat saling tumpang tindih sehingga dapat menelusup keluar dari
lubang sempit. Seiring dengan pertumbuhannya, tengkorak bayi akan bersatu dan
fontanela akan hilang perlahan seiring dengan mengerasnya jaringan penghubung
fibrosa.
7
Tulang bagian wajah terdiri atas :
Tulang rahang atas (maksila) merupakan tempat terdapatnya gusi dan gigi
bagian atas. Tulang ini berjumlah 2 buah.
Tulang rahang bawah (mandibula) berjumlah 1 buah. Dengan adanya otot
rahang, tulang ini dapat bergerak sehingga mulut kita dapat terbuka dan
tertutup.
Tulang hidung (nasal) terdapat di rongga hidung dan berjumlah 2 buah.
Tulang pipi (zigomatik) membentuk pipi seseorang. Tulang ini berjumlah 2
buah.
Tulang air mata (lakrimal) terdapat di dalam rongga mata. Tulang ini
berjumlah 2 buah.
Tulang (vomer) berjumlah 1 buah.
Tulang langit-langit rongga mulut (palatin) berjumlah 2 buah.
Tulang konka inferior (inferior nasal cocha) terletak di dalam rongga hidung.
Tulang ini berjumlah 2 buah.
Tulang bagian wajah yang dapat digerakkan hanya tulang rahang bawah
terhadap tulang rahang atas, misalnya ketika kita berbicara atau makan. Beberapa 10
tulang yang terdapat di tengkorak bagian dalam dan berhubungan dengan indera
pendengaran yaitu:
8
Tulang martil (maleus) berlekatan dengan gendang telinga dan tulang landasan.
Dalam setiap telinga terdapat 1 tulang martil
Tulang landasan (inkus) terletak diantara tulang martil dan tulang
sanggurdi.terdapat 1 tulang landasan di setiap telinga.
Tulang sanggurdi (stapes) berbentuk seperti garputala dan berfungsi
menghubungkan telinga tengah dengan telinga dalam (koklea). Terdapat 1 tulang
sanggurdi pada setiap telinga
9
Peran tulang belakang sangat vital karena selain sebagai penopang tubuh, tulang ini
juga merupakan tempat terdapatnya saraf utama tubuh. Tulang belakang terdiri atas 33
ruas tulang dan terbagi menjadi 5 bagian, antara lain:
10
3. Tulang rusuk (ribs)
Tulang rusuk berbentuk pipih dan panjang melengkung. Bagian belakang tulang
rusuk berhubungan langsung dengan ruas tulang punggung (vertebra torak). Tulang
rusuk berjumlah 12 pasang tulang, terdiri atas 7 pasang rusuk sejati, 3 pasang rusuk
palsu, dan 2 pasang rusuk melayang. Bagian depan tulang rusuk sejati melekat pada
tulang dada (sternum). Tulang rusuk palsu pada bagian belakang melekat pada tulang
punggung (vertebra torak), sedangkan di bagian depan melekat pada tulang rusuk
diatasnya. Tulang rusuk yang paling melengkung adalah tulang rusuk kesembilan.
11
4. Tulang dada (sternum)
Tulang dada terletak di bagian depan tubuh dan berjumlah 1 ruas tulang. Tulang dada
terdiri atas bagian hulu, badan dan taju pedang. Tulang ini merupakan perlekatan
bagian depan dari 7 pasang tulang rusuk sejati. Tulang dada, tulang punggung dan
tulang rusuk membentuk rongga dada (ribs cage) dan berfungsi melindungi organ-
organ didalamnya serta membantu dalam pernafasan.
B. Rangka Apendikular
Rangka apendikuler merupakan rangka yang menyusun alat gerak, terdiri atas
tungkai atas, tungkai bawah, tulang bahu, dan tulang pinggul. Tungkai atas terdiri atas
tulang lengan, tulang hasta, tulang pengumpil, tulang pergelangan tangan, tulang
telapak tangan, dan tulang jari tangan. Pangkal lengan berhubungan dengan tulang
bahu. Tulang bahu terdiri atas tulang selangka dan tulang belikat. Tungkai bawah
tulang paha berhubungan dengan tulang gelang panggul. Tulang panggul terdiri atas
tulang duduk, tulang usus, dan tulang kemaluan. Rangka apendikuler terdiri atas 126
ruas tulang.
12
Tulang-tulang rangka Apendikular
Tulang Nama tulang penyusun Jumlah
Bagian atas Tulang selangka (Klavikula) 2
Tulang belikat (Skapula) 2
Tulang pangkal lengan (Humerus) 2
Tulang hasta (Ulna) 2
Tulang pengumpil (Radius) 2
Tulang pergelangan tangan 16
(Karpal): 2
Skafoid 2
Lunate 2
Triquetrum 2
Pisiform 2
Trapesium 2
Trapesoid 2
Kapitatum 2
13
Hamate 10
Tulang telapak tangan 28
(Metakarpal)
Jari tangan (Falanges)
Bagian bawah Tulang koksa atau inomiat 2
Ileum 1
Ischium 1
Pubis 1
Tulang paha (Femur) 2
Tulang lutut (Patella) 2
Tulang betis (Fibula) 2
Tulang kering (Tibia) 2
Tulang pergelangan kaki (Tarsal): 14 (7 pada tiap
Kalkaneus kaki)
Talus 2
Kuboid 2
Navikular 2
Kuneformis 2
Tulang telapak kaki (Metatarsal) 6
Jari kaki (Falanges) 10
28
14
Berbentuk seperti pipa dengan bonggol di setiap ujungnya. Pada bagian bawah
memiliki dua bonggol yang bersendian dengan tulang lengan bawah (hasta dan ulna).
Pada bagian atas bersendian dengan tulang belikat (skapula). Terdapat 2 tulang lengan
atas pada tubuh manusia.
15
pubis lebih lebar dan dalam dibandingkan dengan laki-laki. Hal itu berperan ketika
mengandung bayi dan melahirkan.
16
Tulang dewasa/tulang sekunder
Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai
serabut-serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun
secara teratur.
17
2.2.1. Matriks Tulang
Matriks merupakan gabungan protein dan karbohidrat yang mengikat sel
bersama-sama atau membagi satu jaringan dari yang lain. Matriks tersusun atas
serabu-serabut dan bahan dasar. Matriks merupakan salah satu jaringan pengikat yang
bekerja sinergis dengan sel-sel tulang dalam pembentukan dan pelekatan antar
jaringan tulang. Matriks tersusun atas air 25 %, mengandung senyawa anorganik
(67%) berupa kalsium, fosfat, Na,Mg, bikarbonat dan sitrat, serta senyawa organik
berupa serabut kolagen (protein) tipe 1, serabut elastin, serabut retikuler (bakal
fibroblast yang juga disebut sel retikuler), dan mengandung glikosaminoglikan.
2. Osteoblas
Osteoblas berasal dari sel osteoprogenitor dan berkembang dibawah pengaruh
Bone Morphogenic protein (BMP) . Osteoblas memiliki diameter antara 20-30 μm
dan terlihat sangat jelas pada sekitar lapisan osteoid dimana tulang baru terbentuk.
Membran plasma osteoblas memiliki sifat khas yakni kaya akan enzim alkali
fostatase, yang konsentrasinya dalam serum digunakan sebagai indeks dari adanya
pembentukan tulang. Sel osteoblas yang telah matang memiliki banyak aparatus golgi
yang berkembang dengan baik yang berfungsi sebagai sel sekretori, sitoplasmayang
basofilik (tidak mengandung granula), dan banyak sekali retikulum endoplasma.
18
Osteoblas bertanggung jawab mensintesis komponen protein organik dari matriks
tulang, termasuk kolagen tipe I, proteoglikans, dan glikoprotein, osteocalcin (untuk
mineralisasi tulang), protein yang bukan kolagen diantaranya osteonectin (terkait
dengan mineralisasi tulang), osteopontin , sialoprotein tulang, faktor pertumbuhan
tulang, sitokin, dan tentunya reseptor dari hormon-hormon. Osteoblas memiliki
jaluran sitoplasma yang bersentuhan dengan osteoblas berdekatan. Juluran ini lebih
jelas bila sel itu mulai dikelilingi oleh matriksnya. Begitu terkurung seluruhnya oleh
matriks yang baru dibentuk ini maka osteoblas itu disebut sebagai osteosit.Lakunan
dan kenalikuli tampak, karena matriks telah dibentuk di sekitar sel dan juluran
sitoplasmanya.
3. Osteosit
Osteosit merupakan sel tulang yang telah dewasa dan sel utama pada tulang yang
berperan dalam mengatur metabolisme seperti pertukaran nutrisi dan kotoran dengan
darah. Osteosit berasal dari osteoblas yang berdeferensiasi dan terdapat di dalam
lacuna yang terletak diantara lamela-lamela matriks pada saat pembentukan lapisan
permukaan tulang berlangsung. Jumlahnya 20.000 – 30.000 per mm3 dan selsel ini
secara aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang dan kematiannya diikuti
oleh resorpsi matriks tersebut sehingga osteosit lebih penting saat perbaikan tulang
daripada pembentukan tulang baru. Kanalikuli merupakan suatu kanal dimana
terdapat pembuluh darah yang berfungsi sebagai penyalur nutrisi dan pertukaran gas
yang akan digunakan oleh osteosit.
Osteosit lebih kecil dari osteoblas dan osteosit telah kehilangan banyak organel
pada sitoplasmanya. Osteosit muda lebih menyerupai osteoblas tetapi merupakan sel
dewasa yang memiliki aparatus golgi dan reticulum endoplasma kasar yang sedikit
lebih jelas tetapi memiliki jumlah lisosom yang lebih banyak.
4. Osteoklas
Osteoklas adalah sel raksasa hasil peleburan monosit (jenis sel darah putih) yang
terkonsentrasi di endosteum dan melepaskan enzim lisosom untuk memecah protein
dan mineral di matriks ekstraseluler. Osteoklas memiliki progenitor yang berbeda dari
sel tulang lainnya karena tidak berasal dari sel mesenkim, melainkan dari jaringan
mieloid yaitu monosit atau makrofag pada sumsum tulang. Osteoklas bersifat mirip
dengan sel fagositik lainnya dan berperan aktif dalam proses resorbsi tulang.
19
Osteoklas merupakan sel fusi dari beberapa monosit sehingga bersifat multinukleus
(10-20 nuklei) dengan ukuran besar dan berada di tulang kortikal atautulang
trabekular Osteoklas berfungsi dalam mekanisme osteoklastogenesis, aktivasi resorpsi
kalsium tulang, dan kartilago, dan merespon hormonal yang dapat menurunkan
struktur dan fungsi tulang. Osteoklas dalam proses resorpsi tulang mensekresi enzim
kolagenase dan proteinase lainnya, asam laktat, serta asam sitrat yang dapat
melarutkan matriks tulang. Enzim-enzim ini memecah atau melarutkan matriks
organik tulang sedangkan asam akan melarutkan garam-garam tulang.
20
1. Tulang Rawan (Berongga / Sponge / trabekular / cancelous / kartilago)
Tulang spons adalah bagian tengah tulang yang berongga serta terdapat umsung
tulang merah dan sumsum tulang kuning. Sumsun tulang merah memproduksi sel
darah merah, sedangkan sumsum tulang kuning menyimpan lemak. Dalam bahasa
Inggris, tulang spons (spongiosa) disebut cancellous bone. Tulang spons merupakan
salah satu dari dua jenis jaringan tulang yang membentuk tulang. Tulang rawan terdiri
atas sel-sel tulang rawan (kondrosit), serabut kolagen, dan matriks. Sel-sel tulang
rawan dibentuk oleh bakal sel-sel tulang rawan, yaitu kondroblas. Sedangkan sel-sel
tulang rawan di sebut kondrosit.
Kondrosit mempunyai inti yang khas berbentuk bundar dengan sebuah nucleus
atau dua buah nucleoli. Kondrosit terletak di dalam lacuna ( celah ) berbentuk bulat.
Ia disebut juga sel kartilago ( yang kalau berkelompok disebut sel isogen ). Letak
chondrocyt di dalam jaringan tulang rawan lebih ke dalam daripada letak
chondroblast. Tulang rawan selalu terbungkus oleh membran perikondrium karena
masih bersifat lunak. Jaringan tulang rawan pada anak berasal dari jaringan ikat
embrional (mesenkim), sedangkan pada orang dewasa dibentuk oleh selaput rawan
atau fibrosa tipis yang dinamakan perikondrium. Pada stadium embrio, rangka hewan
mamalia terdiri atas kartilago (tulang rawan). Pada perkembangan selanjutnya,
sebagian mengalami osifikasi (mengeras) menjadi tulang keras dan hanya sebagian
kecil yang tersisa pada stadium dewasa. Misalnya pada daun telinga, hidung, serta
antarruas tulang belakang dan tulang dada. Dibandingkan dengan tulang kompak,
tulang spons memiliki luas permukaan yang lebih luas dan massa jenis yang kurang
karena kurang padat. Struktur seperti itu membuat tulang spons menjadi lebih lembut,
lemah, dan lebih fleksibel. Luas permukaan yang lebih besar dibandingkan tulang
kompak membuat tulang spons cocok untuk dijadikan tempat metabolisme kalsium.
21
belakang. Fungsi tulang spons adalah sebagai peredam kejut seperti saat melompat,
sebagai tempat memproduksi sel darah merah, dan sebagai tempat terjadinya
metabolisme kalsium, dan berfungsi untuk mengurangi berat tulang agar menjadi
lebih ringan. Tulang rawan juga berfungsi sebagai rangka tubuh pada awal embrio,
menunjang jaringan lunak dan organ dalam, serta melicinkan permukaan tulang dan
sendi. Tulang rawan tidak mempunyai saraf dan pembuluh darah. Tulang rawan tidak
mengandung system haversian.Jaringan tulang diatur dalam piringan yang disebut
trabekula (dipisahkan oleh ruang irregular, atau lubang) dan membuat penampakan
tulang berongga seperti “keju Swiss”.
22
Tulang terbentuk dari tulang rawan yang mengalami penulangan (osifikasi). Ketika
tulang rawan (kartilago) terbentuk, rongga-rongga matriksnya terisi oleh sel osteoblas.
Osteoblas merupakan lapisan sel tulang muda. Osteoblas akan menyekresikan zat
interseluler seperti kolagen yang akan mengikat zat kapur. Osteoblas yang telah
dikelilingi zat kapur akan mengeras dan menjadi osteosit (sel tulang keras). Osteosit
terletak di dalam lakuna. Antara satu osteosit dengan osteosit lainnya di dalam lakuna
terhubungkan oleh saluran halus yang disebut kanalikuli. Lakuna dan osteositnya
tersusun secara konsentris (melingkar) disebut lamela.
Di tengah lamela terdapat saluran sentral mikroskopis disebut Saluran Havers
yang mengandung pembuluh darah (vena, arteri, kapiler), saraf, dan pembuluh getah
bening (limfe). Antara saluran Havers saling terhubungkan oleh Saluran Volkman
Saluran Volkman adalah saluran yang menghubungkan dua saluran havers. Tulang
kompak tersusun atas periosteum (Luar) dan endosteum (Dalam) yang berbatasan
dengan sumsum tulang. Periosteum berupa jaringan ikat padat tidak teratur.
Endosteum mempunyai komponen-komponen yang sama dengan periosteum hanya
lebih tipis. Berbatasan dengan periosteum terdapat lamela tulang sirkumferensial luar
(lamela periosteum) yang terdiri atas lamela tulang yang tersusun sejajar dengan
permukaan luar tulang, sedangkan berbatasan dengan endosteum terdapat lamela
tulang sirkumferensial dalam (lamela endosteum) yang terdiri atas lamela tulang yang
sejajar dengan permukaan dalam tulang.
Diantara Sistem Havers tedapat lamela tulang yang susunannya tidak teratur
disebut lamela intersisial. Lakuna juga terdapat diantara lamela intersisial, lamela
tulang sirkumferensial luar dan lamela sirkumferensial dalam. Tulang kompak
memiliki matriks yang padat dan rapat, sedangkan tulang spons memiliki matriks
yang berongga-rongga. Sebenarnya, kedua jenis tulang tersebut terdapat di suatu
tempat yang sama. Penamaan diambil hanya dengan melihat bagian mana yang paling
dominan.
1. Ossifikasi Intramembranousa
Merupakan proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi jaringan
tulang, contohnya pada proses pembentukan tulang pipih.Jaringan mesenkim
berdiferensiasi menjadi osteoblas, lalu osteoblas mensekresi matriks organik
membentuk osteoid dan terkalsifikasi. Osteoid membentuk tulang spongeus dan
berkondensasi menjadi periosteum. Mesenkim merupakan bagian dari lapisan
mesoderm, yang kemudian berkembang menjadi jaringan ikat dan darah. Tulang
tengkorak berasal langsung dari sel-sel mesenkim melalui proses osifikasi
intrammebrane.
24
Osifikasi intramembranosa, sumber sebagian terbesar tulang pipih.Osifikasi
intramembranosa juga membantu pertumbuhan tulang pendek dan penebalan tulang
panjang. Di dalam lapisan lapisan jatringan penyambung tersebut, titik permulaan
osifikasi disebut sebagai pusat osifikasi primer. Proses ini mulai ketika
kelompokkelompok sel yan menyerupai fibroblast muda berdifferensiasi menjadi
osteoblas. Kemudian terjadi sintesa osteoid dan kalsifikasi, yang menyebabkan
penyelubungan beberapa osteoblas yang kemudian menjadi osteosit. Bagian lapisan
jaringan penyambung yang tidak mengalami osifikasi menghasilkan endosteum dan
periosteum tulang intramembranosa. Osifikasi intramembranosa banyak terjadi pada
tulang tengkorak.
Proses yang hanya terjadi pada tulang pipih tertentu, diringkas dalam dua
langkah dasar:
Tulang spons mulai berkembang di tempat-tempat di dalam membran yang
disebut pusat osifikasi.
Sumsum tulang merah terbentuk di dalam jaringan tulang spons, diikuti oleh
pembentukan tulang padat di luarnya.
25
selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini tertanam dengan kuat
pada mtariks tulang.
Osifikasi endokondral terjadi di dalam suatu potongan tulang rawan hialin yang
bentuknya mirip ukuran kecil tulang yang akan dibentuk. Jenis osifikasi ini terutama
bertanggung jawab untuk pembentukan tulang pendek dan tulang panjang. Tulang
panjang dibentuk dari model tulang rawan dengan pelebaran ujungujung (epifisis)
suatu batang silindris (diafisis). Dalam pertumbuhan jenis ini, urutan
kejadian yang dapat diperhatikan adalah:
(1). Kondrosit yang terdapat pada bagian tulang rawan hialin mengalami hipertropik
dan memulai sintesa kolagen X dan vascular endothelial cell growth factor (VEGF);
(2). Pembuluh darah pada perikondrium memasuki bagian tengah dari tulang rawan,
dimana matriks akan mengalami kalsifikasi, osifikasi primer terbentuk;
(3). Sel-sel perikondrium bagian dalam membentuk bagian periosteal yang tipis pada
titik tengah poros tulang atau diafisis, periosteal (periosteum yang membentuk
dinding dari luar) akan membentuk tulang woven, dengan pertumbuhan tulang
intramembranosa yang nantinya akan menjadi periosteum;
(4). Pembuluh darah menginvasi rongga yang sebelumnya dibentuk oleh kondrosit
yang hipertropik dan sel-sel osteoprogenitor, dan sel-sel hematopoetik yang
menembus jaringan perivaskular; dan
(5). Sel-sel osteoprogenitor yang berdifferensiasi menjadi osteoblas yang tumbuh
sejajar dengan kalsifikasi tulang rawan dan akan menempati osteoid
27
2.3.4 Suplai Darah dan Persyarafan
A. Suplai Darah
Tulang-tulang panjang
Arteri nutrisia : arteri tunggal yang berbelok-belok masuk foramen nutrisia
oblik ke atas atau ke bawah menuju ke arah yang berlawwanan untuk
pertumbuhan tulang, satu arteri disertai dengan 1-2 buah vena selama dalam
korteks arteri memberikan cabang-cabang menuju kanalis havers.
Arteri periosteale : arteri kecil yang menyuplai perousteum berjalan
sepanjang perlengketan otot.
Arteri metapisiale : rangkaian yang membentuk anastomosis di sekeliling
sendi yang di sebut sirkulus vaskulosus, cabangnya masuk melalui foramina
vaskularis tempat keluarnya vena-vena epifise.
Tulang-tulang gepeng. Arteri epifisiale sebuah arteri nutrisia tunggal dan
bercabang-cabang, sejumlah cabang menyuplai substansia spongeosa dalam
substansia kompakta tulang.
Tulang-tulang iga. Arteri nutrisia memasuki tulang distalis dari tuberkulum
kosta dan membagi diri menjadi cabang-cabang anterior longus dan
posterior brevis yang menyuplai seluruh bagian tulang iga.
Tulang-tulang vertebrae. Terdapat 2 arteri yang besar memasuki permukaan
posterior korpus vertebrae. Arkus neuralis disuplai oleh pembuluh darah
yang memasuki prosesus transversus, bercabang menuju prosesus spinosus
foramina ke vena vertebralis pada permukaan posterior korpus vertebrata.
28
B. Aliran getah bening
Pada sum-sum tulang tidak terdapat aliran getah bening, tetapi periosteum dan
sistem havers mempunyai pembuluh getah bening yang berjalan sepanjang
pembuluh darah dan menyalurkan isinya menuju kelenjar getah bening regional
(daerah tertentu).
2.3.5 Persyararfan
Pada Manusia, khusus pada sum-sum tulang belakang merupakan penghubung
antara otak dan tubuh. Pada sum-sum tulang belakang terdapat 31 saraf yang di
namakan saraf spinal. Selain pada sum-sum tulang belakang, saraf juga terdapat di :
A. Persarafan pada tulang wajah
Foramen Supraorbital disarafi oleh nervus Supraorbitalis
Foramen Infraorbital disarafi oleh nervus Infraorbitalis
Os Mentalis disarafi oleh nervus Mentalis
Foramina fosa insisivus disarafi oleh nervus Nasopalatimus
Os maxilla disarafi oleh nervus maxilaris
Foramen mandibularis disarafi oleh nervus alveolaris inferior
Os zygomatikum disarafi oleh nervus infraorbitalis
Meatus auditori eksterna disarafi oleh nervus vestibulokoklearis
29
Toraks disarafi oleh nervus Torakikus longus,nervus Pektoralis medialis, nervus
Torakodorsalis dan nervus Pektoralis lateralis
Kavikula disarafi oleh nervus supraclavicularis
Humerus disarafi oleh nervus Aksilaris dan nervus Muskulokutaneus
Radius disarafi oleh nervus Radialis
Ulna disarafi oleh nervus ulnaris
Karpal disarafi oleh nervus interoseus posterior
c. Persarafan pada tulang ekstermitas bawah
illium disarafi oleh nervus ilioinguinalis.
Foramen obturatorium disarafi oleh nervus obturatorius
Femur disarafi oleh nervus nervus femoralis dan nervus iskiadikus
Tibia disarafi oleh nervus tibialis
Fibula disarafi oleh nervus fibularis
Tarsal disarafi oleh nervus fibularis profunda dan nervus fibularis superfisialis
Phalanges disarafi oleh nervus plantaris medialis dan nervus plantaris lateralis
30
dari massa tulang tercapai pada akhir masa remaja. Oleh karena itu, ini merupakan
windows of opportunity untuk meningkatkan massa tulang. Studi menunjukkan
bahwa latihan dengan intensitas tinggi, olahraga ketahanan dan aktivitas olahraga
sebelum dan selama masa pubertas adalah masa paling efektif untuk membentuk
tulang yang kuat. Kegiatan yang melibatkan melompat akan sangat berguna. Dengan
demikian, kunci penting untuk membantu memastikan adanya tulang yang kuat
seumur hidup, adalah dengan memaksimalkan kepadatanmineral tulang selama masa
pubertas saat remaja dan masa dewasa awal. Caranya, dengan mendorong partisipasi
remaja untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas fisik dan olahraga secara reguler.
Puncak massa tulang, biasanya terjadi pada dekade ketiga kehidupan. Setalah masa
itu, laju resorpsi dan pembentukan tulang relatif stabil. Namun ketika berusia 40-an
tahun, resorpsi mulai melampaui laju pembentukan dan mulai mengalami penurunan
massa tulang. Rata-rata usia menopause adalah sekitar 50 tahun, dan ini menandai
saat ketika wanita kehilangan massa tulang dengan sangat cepat. Tingkat kecepatan
kehilangan massa tulang terkait dengan penurunan hormon estrogen yang bersirkulasi.
Estrogen menghambat aktivitas sel-sel yang memecah/ resorpsi tulang. Namun,
dengan menurunnya kadar estrogen saat masa menopause, aktivitas sel-sel yang
memecah tulang tidak terhambat. Akibatnya, tingkat resorpsi tulang meningkat
sedangkan tingkat pembentukan tulang tidak bisa mengikuti kecepatan resorpsi
tulang. Hal tersebut sering berakhir dengan penurunan tajam dalam massa tulang
selama masa menopause. Untungnya, olahraga tampaknya memiliki efek positif pada
massa tulang selama masa dewasa. Sebagian besar penelitian tentang hubungan antara
olahraga dan kepadatan mineral tulang, dilakukan pada wanita karena wanita
memiliki risiko lebih besar untuk menderita patah tulang seiring dengan pertambahan
usia, dibanding laki-laki. Studi menunjukkan bahwa latihan ketahanan yang Anda
lakukan, apakah berjalan, jogging, atau berlari, cenderung berdampak positif pada
massa tulang. Dan ini tampaknya benar bagi wanita sebelum maupun sesudah
menopause.
Rekomendasi harian untuk protein demi mendukung tulang yang kuat adalah 0,5-
0,7 gram per lb (1,2-1,6 gram per kg) berat badan. Ini setara dengan sekitar 63-88
gram protein setiap hari untuk atlet dengan berat badan 125 - pound (57 kg). Asupan
protein sebagian besar atlet adalah sekitar jumlah tersebut, meskipun atlet vegetarian
mungkin harus ekstra perhatian dalam memastikan kecukupan asupan protein.
mereka. Akhirnya, nutrisi lain yang penting dalam proses remodeling tulang adalah
vitamin C, vitamin K, seng, tembaga, dan mangan. Dengan demikian,
mengkonsumsimberbagai macam makanan akan membantu memastikan kecukupan
berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan tulang. Berikut Penjabaran
Faktor Genetik dan Hormon yang mempengaruhi Pertumbuhan Tulang :
a. Herediter (genetic)
Tinggi badan anak secara umum bergantung pada orang tua, anak-anak dari orang
tua yang tinggi biasanya mempunyai badan yang tinggi juga.
33
b. Factor endokrin
Hormone paratiroid (PTH) satu sama lain saling berlawanan dalam memelihara
kadar kalsium darah. Sekresi PTH terjadi dengan cara:
Merangsang osteoklas, reapsobsi tulang dan melepas kalsium ke dalam darah.
Merangsang absorbsi kalsium dan fosfat dari usus.
Tirokalsitonin, hormone yang dihasilkan dari sel-sel parafolikuler dari kelenjar
tiroid, cara kerjanya menghambat resorbsi tulang.
Hormone pertumbuhan yang di hasilkan hipofise anterior penting untuk proliferasi
(bertambah banyak) secara normal dari rawan epifisealis untuk memelihara tinggi
badan yang normal dari seseorang.
Tiroksi bertanggung jawab untuk pertumbuhan tulang yang layak, remodeling
tulang dan kematangan tulang.
HGH (Human Growth Hormone), yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Semakin
dewasa jumlah hormone ini semakin berkurang
Estrogen : mencegah proses perombakan tulang oleh osteoklas.
34
Penyembuhan Fraktur secara garis besar terdiri atas 2 kombinasi proses yaitu
intermembranous dan endochondral. Proses endochondral dimulai ketika periosteum
robek ketika terjadi fraktur, sedangkan pada proses intramembranous dimulai
terbentuk soft callus hingga hard callus.
Berikut ini Proses Penyembuhan Fraktur / Patah tulang, berdasarkan Apley &
Solomon (1995: 240), adalah sebagai berikut :
Pembentukan Hematom
Tahap ini dimulai setelah fraktur sampai hari ke 5 terjadi perdarahan, dalam 24 jam
pertama terbentuk darah dan fibrin yang masuk ke daerah fraktur, setelah 24 jam
pertama, suplai darah meningkat ke daerah fraktur dan terbentuk hematom. Hematom
berkembang menjadi jaringan granulasi.
Proliferasi Seluler
Tahap / proses ini terjadi sampai hari ke 12. Pada area fraktur, periosteum endosteum
dan sum-sum tulang yang mensuplai sel, berubah menjadi fibro kartilago, kartilago
hialan dan jaringan penunjang, fibrosa terjadinya osteogenesis dengan cepat.
Tahap Pembentukan Kalus
Enam sampai sepuluh hari setelah fraktur / cidera, jaringan granulasi berubah menjadi
bentuk prakalus, prakalus menjadi puncak ukuran maksimal pada 14 – 21 hari setelah
cidera.
Tahap Osifikasi Kalus
Tahap osifikasi kalus ini terjadi sampai minggu ke dua belas. Membentuk osifikasi da
kalus intermediate pada minggu ke 3 sampai 10 kalus menutupi tulang.
Tahap Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklast, kalus mengalami pembentukan tulang
sesuai dengan bentuk aslinya
Tahap Remodelling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bagian yang
meyerupai bulbus yang meliputi tulang. Pada fase remodeling ini perlahan – lahan
terjadi resorpsi. Kalus intermediet berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi
system haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membentuk susmsum. Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan
berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
35
2.4.5 Penuaan Sistem Tulang
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses
menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup
manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Proses menua dapat
menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadap rangsangan dari
dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Sebenarnya tidak ada
batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap
orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain
puncak maupun menurunnya Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi
tua melalui proses penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal
adalah radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, sistem kekebalan tubuh yang
menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang
tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi
lingkungan dan sinar ultraviolet, stress dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan.
Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab
proses penuaan.
Pada tulang cirri-ciri perubahan fisik adalah perubahan struktur dan fungsi
bervariasi diantara individu selama proses penuaan. Perubahan yang bermakna terjadi
mulai usia pertengahan. Secara umum perubahan sacara fisiologis adalah :
36
- Lebar bahu menurun.
- Kekuatan berkurang.
37
dengan menghambat terjadinya resorpsi tulang. Oleh karena itu pada wanitayang telah
mengalami menopause dimana kadar hormon tersebut berkurang pesat produksinya,
degradasitulang akan cepat terjadi sehingga menimbulkan keropos pada tulang yang
biasanya disebut osteoporosis.Dilihat dari penyebab penyakit ini, kita tak dapat
berasumsi dengan meningkatkan kadar asupan kalsium yang merupakan struktur
pembentuk tulang dapat mengobati penyakit ini. Masalah dari penyakit ini
adalahmeningkatnya aktivitas osteoklas dalam tulang bukan kurangnya kadar kalsium
dalam diri Osteoporosis dapat menyebabkan tulang mudah patah, biasanya terjadi
pada tulang belakang yangmenyebabkan terjadinya pembungkukkan tubuh serta nyeri
punggung akibat tertekannya saraf, dan tulang panggul yang menyebabkan kelainan
dalam pengaturan berat tubuh sehingga terjadi kesulitan dalam berjalan. Selain itu,
menurunnya kadar HGH, juga mempengaruhi. Karena hanya tersisa 25% hormone
HGH yang tersisa pada seseorang yang berumur 65 tahun. Sedangkan tulang
membutuhkan hormone tersebut untuk proses fisiologis sepanjang hidup.
a. Skoliosis
Skoliosis,yaitu kondisi di mana tulang belakang bagian punggung membengkok ke kiri
atau ke kanan. Penyebabnya adalah posisi duduk yang salah. Skoliosis juga dapat terjadi
38
jika seseorang sering membebani salah satu sisi tulang belakang dan kebiasaan ini
dilakukan selama bertahun-tahun.
b. Lordosis
Lordosis,yaitu kondisi di mana tulang belakang bagian punggung membengkok ke
belakang. Hal itu dapat terjadi, jika kita sering duduk di kursi dengan meja yang terlalu
tinggi.
c. Kifosis
Kifosis merupakan kondisi yang berkebalikan dengan lordosis. Kifosis, yaitu tulang
belakang bagian dorsal perut membengkok ke depan. Hal itu dapat terjadi karena
kebiasaan menulis yang terlalu membungkuk.
b. Layuh Semu
Layuh semu terjadi akibat terinfeksi penyakit sifilis pada anak semasa dalam kandungan
akibat tertular oleh ibu yang mengidap penyakit sifilis, akibat tulang tulang anggora
gerak pada bayi atau anak menjadi layuh atau tidak bertenaga.
c. Rakhitis
Rakitis merupakan suatu penyakit yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan
tulang. Penyakit ini timbul karena penderita kekurangan vitamin D dan sinar matahari
pagi. Orang yang menderita penyakit rakhitis memiliki tulang yang lemah dan biasanya
berbentuk X atau O karena tidak dapat menahan berat tubuh.
d. Kaku Sendi
Kaku sendi merupakan cacat pada persendian dimana sendi tidak dapat digerakkan.
Penyakit ini disebabkan karena persendian terinfeksi penyakit sifilis atau gonorhoe
39
sehingga minyak sendi menjadi kering dan tidak dapat digerakkan, misalnya pada lutut
yang tidak dapat dibengkokkan. Kaku sendi biasanya ini terjadi pada orang dewasa.
e. Kanker Tulang
Virus juga dapat merusakkan pertumbuhan sel sel tulang yang tidak terkendali, sehingga
di beberapa tempat pada tulang dapat tumbuh benjolan benjolan yang dapat berpindah
pindah dan timbul rasa sakit. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
f. TBC Tulang
TBC tulang adalah penyakit pada tulang akibat infeksi oleh Tuberculosis yang sehingga
membuat tulang menjadi rusak.
g. Osteoporosis
Osteoporosis atau tulang keropos merupakan penyakit yang menyebabkan tulang mudah
retak atau patah. Penyakit ini biasanya menyerang orang lanjut usia, terutama
perempuan. Penyebab osteoporosis adalah tubuh kekurangan zat kapur (kalsium).
h. Rikets
Rikets merupakan kelainan tulang pada anak yang disebabkan defisiensi vitamin D.
Tulang ini biasanya lunak dan jika berjalan maka tulang akan melengkung.
i. Osteomalasia
Osteomalasia adalah kelainan tulang kerena defisiensi vitamin D pada orang dewasa.
Tulang yang kekurangan fosfor dan kalsium sehingga menjadi lunak. Osteomalasia
kebanyakan diderita oleh wanita yang kurang makan padi-padian, susu, jarang terkena
sinar matahari, dan sering melahirkan.
k. Artritis
40
Artritis merupakan gangguan tulang yang berupa peradangan pada sendi yang
disebabkan keseleo, infeksi, dan luka sendi.
l. Mikrosefalus
Mikrosefalus merupakan kelainan akibat pertumbuhan tulang-tulang tengkorak yang
terhambat karena kekurangan zat kapur saat pembentukan tulang tengkorak pada waktu
bayi, sehingga ukuran kepala kecil (ukurannya tidak proporsional). Akibat lebih lanjut
biasanya berpengaruh pada perkembangan mental.
c. Urai Sendi, jika terjadi pergeseram sendi karena selaput sendi sobek.
d. Kalus, jika tulang yang patah akibat kecelakaan, kemudian timbul gelembung pada
bagian sambungan tulang, tempat sambungan tulang yang menggelembung setelah
sembuh.
e. Patah tulang tertutup, jika tulang yang patah tidak sampai merobek kulit.
f. Patah tulang terbuka, jika tulang yang patah merobek kulit dan tulang mencuat ke luar.
41
Untuk memelihara kesehatan tulang, banyak hal yang dapat kamu lakukan, misalnya
sebagai berikut.
a. Menghindarkan cidera tulang dari kegiatan-kegiatan sehari-hari
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari harus hati-hati agar tidak terjadi kecelakaan yang
dapat menyebabkan cidera tulang.
b. Makan makanan yang banyak mengandung kalsium dan fosfor
Makanan yang mengandung kalsium dan fosfor, banyak terdapat pada ikan laut, udang,
dan kacang-kacangan. Kalsium dan fosfor dapat meningkatkan ketahanan tulang.
c. Minum susu
Pada umumnya susu mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tubuh, misalnya
kalsium dan fosfor. Dengan minum susu secara teratur diharapkan dapat menghindarkan
tulang dari kelainan yang disebut osteoporosis.
42
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks ekstraselular.
Fungsi utama tulang sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan memberikan tempat
perlekatan pada otot dan organ yang terdapat pada tubuh seseorang. Ada lima jenis
ukuran tulang dalam tubuh manusia: panjang, pendek, datar, tidak teratur, dan sesamoid.
Struktur tulang dibagi menjadi dua, yaitu rangka aksial (sumbu tubuh) dan rangka
apendikuler (anggota tubuh). Matrik tulang pada manusia terdiri dari tulang keras dan
tulang rawan
3.2 Saran
Isi makalah dan beberapa pembahasan di atas tiadak sepenunya sempurna, untuk itu
penulis mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang baik.
Harap maklum jika terdapat adanya beberapa kejanggalan dan ketidaksempurnaan
makalah. Atas perhatian para pembaca, penulis mengucapkan terima kasih.
43
DAFTAR PUSTAKA
Dorland. 1994. Kamus Kedokteran. Edis 26. EGC: Jakarta.
Syaifuddin. 2002. Struktur & Komponen Tubuh Manusia. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.
Jakarta.
Sutarmo Setiaji. 1990. Buku kuliah anatomi fisiologi. Fakultas Kedokteran UI:
Jakarta.
44