Anda di halaman 1dari 6

PLASENTA AKRETA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

0 6

DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA


TANGGAL TERBIT
PANDUAN
PRAKTEK KLINIK
Dr. dr. H. Yusirwan, Sp.B, Sp.BA, MARS
NIP 196211221989031001

1. Pengertian Plasentasi abnormal dengan karakteristik abnormalitas penanaman, invasi


(definisi) dan perlekatan plasenta (Cunningham, 2018).

Faktor resiko (ACOG, 2012) :


Plasenta previa + bekas SC 1x (3%)
Plasenta previa + bekas SC 2x (11%)
Plasenta previa + bekas SC 3x (40%)
Plasenta previa + bekas SC 4x (61%)
Plasenta previa + bekas SC 5x (67%)

2. Anamnesis 1. Riwayat pembedahan pada uterus sebelumnya.


2. Perdarahan tanpa rasa nyeri dengan usia gestasi diatas 22 minggu.
(menyertai gejala yang biasa dijumpai pada plasenta previa)

3. Pemeriksaan 1. Dapat terjadi anemia


Fisik 2. Dapat terjadi kelainan letak / kepala tidak masuk pintu atas panggul
3. Perut tidak tegang / His (-)
4. Denyut jantung janin biasanya baik
5. Perdarahan pervaginam dari kanalis servikalis

4. Pemeriksaan 1. USG
Penunjang 2. USG - Color Doppler bila diperlukan
3. Pemeriksaan darah (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, PT, APTT)
4. MRI bila diperlukan
5. Pemeriksaan patologi anatomi plasenta bila diperlukan (post operatif)
5. Kriteria 1. Anamnesis :
Diagnosis Perdarahan vaginal merah terang tanpa disertai nyeri pada kehamilan
trimester II-III
2. Pemeriksaan fisik obstetri :
Dapat terjadi kelainan letak / kepala tidak masuk pintu atas panggul
3. USG :
Terdapat absen dari zona hipoekogenik retroplasenta pada desidua /
miometrium (halo zone) (Kurjak & Chervenak, 2003)

Color Doppler : Tornado flow.


Indeks Plasenta Akreta (Rac, et al., 2014)
Parameter Nilai
Riwayat SC ≥ 2 3
Lakuna :
Grade 3 3,5
Grade 2 1
Ketebalan myometrium terkecil
pada potongan sagital :
≤ 1 mm 1
>1 dan ≤ 3 mm 0,5
> 3 dan ≤ 5 mm 0,25
Plasenta previa anterior 1
Pembuluh darah “bridging” 0,5

Interprestasi : Persentase kemungkinan plasenta akreta


>0 : 5% >1 : 10%
>2 : 19% >3 : 33%
>4 : 51% >5 : 69%
>6 : 83% >7 : 91%
>8 : 96%

4. MRI : Untuk melihat anatomi, derajat invasi, kemungkinan keterlibatan


ureter dan kandung kemih.
Gambaran yang dapat terlihat (Cunningham, et al., 2014):
 Bulging uterus.
 Intensitas heterogen didalam plasenta.
 Intraplasenta band yang gelap.
5. Pemeriksaan patologi anatomi :
Perlengketan plasenta dengan abnormalitas perlengketan pada
miometrium dikarenakan hilangnya decidua basalis baik sebagian atau
total ataupun akibat perkembangan tidak sempurna fibrinoid atau
lapisan Nitabuch (Hull & Resnik, 2009).

Dapat diklasifikasikan menjadi (Blueprint, 2018) :


1. Plasenta akreta (plasenta melekat erat pada dinding uterus)
2. Plasenta inkreta (plasenta menginvasi myometrium)
3. Plasenta perkreta (plasenta menginvasi serosa atau organ sekitar)

6. Diagnosis 1. Solusio plasenta


Banding 2. Ruptur uteri
3. Vasa previa
4. Varises dinding vagina
5. Gangguan pembekuan darah

7. Terapi Manajemen Ekspektatif


1. Jika usia kehamilan <34 minggu dengan perdarahan pervaginam
2. Kondisi ibu dan janin baik
3. Lakukan perbaikan KU. Transfusi hingga Hb 10 g/dL
4. Berikan pematangan paru
5. Evaluasi ulang kehamilan. Jika memungkinkan, pertahankan kehamilan
hingga minimal 34 minggu untuk terminasi SC elektif.

Terminasi Kehamilan
1. Pada kasus stabil, terminasi dilakukan pada usia kehamilan 34-35+6
minggu tanpa dilakukan pematangan paru.
2. Jika didapatkan kasus baru curiga akreta dengan usia kehamilan >34
minggu, lakukan terminasi segera.
3. Persiapan darah 4 unit PRC. FFP bila dibutuhkan.
4. Pasien dikonsultasikan kepada anggota tim plasenta akreta yang
dibutuhkan (dokter kebidanan dan kandungan / dokter ginekologi
onkologi / dokter uroginekologi / dokter bedah / dokter anastesi
(intensive care) / dokter bedah urologi / dokter neonatologi). Anggota
tim harus hadir dalam ruang operasi.
5. Operator operasi adalah dokter ginekologi onkologi.
6. The American College of Obstetricians and Gynecologists (2012) dan
The Society for Maternal-Fetal Medicine (2010) merekomendasikan
persalinan elektif pada fasilitas tersier.
7. Menentukan apakah akan dilakukan tindakan definitif (histerektomi)
atau konservatif.
8. Perawatan post operasi dilakukan di HCU / ICU bergantung kondisi
pasien dan penilaian dokter DPJP.

Teknis Operasi
1. Insisi kulit dilakukan linea mediana. Alternatif lain bisa menggunakan
insisi Mylard atau Cherney.
2. Insisi uterus dengan prinsip menghindari tempat implantasi plasenta.
Dapat dipilih Seksio Caessarean Klasik (SCK), insisi transversal pada
fundus uteri (1 cm dari tepi plasenta) dan insisi posterior uterus.
3. Jika rencana awal adalah melakukan histerektomi, maka setelah bayi
lahir, tidak dilakukan pelepasan plasenta. Tali pusat dipotong, diikat
dan dimasukkan kembali dalam uterus. Lokasi insisi dijahit, kemudian
dilanjutkan histerektomi.
4. Sebelum dilakukan histerektomi, dapat dilakukan ligasi arteri iliaka
interna (hipogastrika anterior) atau arteri uterina untuk meminimalkan
perdarahan.
5. Jika terjadi perdarahan karena plasenta terinsisi atau dari plasenta
batch dapat dilakukan ligasi arteri iliaka interna (hipogastrika anterior)
atau arteri uterina untuk meminimalkan perdarahan. Kemudian
dilanjutkan histerektomi.

Manajemen Konservatif
1. Hindari melakukan manual plasenta atau segala bentuk upaya
melepaskan plasenta.
2. Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong, diikat (dengan benang chromic)
dan dimasukkan kembali dalam uterus kemudian uterus dijahit.
Plasenta ditinggalkan didalam kavum uteri dan diharapkan dapat
terserap. Plasenta dapat terserap dalam 4-12 bulan (rata-rata 6 bulan).
3. Dilakukan reseksi seluruh plasental bed dan dilanjutkan rekonstruksi
uterus.

8. Edukasi 1. Informed consent (dapat terjadi kematian ibu dan anak selama
tindakan, perdarahan hebat, trauma pada saluran kemih, trauma
saluran pencernaan, angkat rahim, resiko transfusi darah, resiko
Disseminated Intravascular Coagulation, resiko infeksi, emboli)
2. Informasi paska tindakan (peningkatan lama rawat dan kemungkinan
rawat ulang, perawatan ICU, tindakan bedah sekunder (re-operasi),
timbulnya infeksi dan menopause dini (Sheehan syndrome)

9. Prognosis 1. Morbiditas dan mortalitas ibu yang disebabkan oleh perdarahan,


infeksi.
2. Morbiditas dan mortalitas ibu paska operasi histerektomi (resiko
operasi, resiko penyakit, resiko pengobatan, resiko anestesi).

10. Tingkat I
Evidens
11. Tingkat A
Rekomendasi
12. Tingkat III
Severitas
13. Kualifikasi DPJP Sp.OG-K /sesuai dengan Tim Plasenta Previa Akreta (SK Direktur Utama
Utama RSUP DR.M.Djamil Padang)
14. Penelaah Dikonsultasikan dengan bidang pelayanan
Kritis
15. Indikator Temuan klinis dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium
Medis darah, USG, Doppler, MRI, Patologi Anatomi)
16. Kepustakaan Cunningham, F. et al., 2018. Obstetrical Hemorrhage. In: Williams
Obstetrics 25edition. New York: The McGraw-Hill Companies, p. Chapter
41.

Hull, A. D. & Resnik, R., 2009. Placenta Previa, Placenta Accreta, Abruptio
Placentae and Vasa Previa. In: Creasy and Resnik's : Maternal-Fetal
Medicine Principles and Practice. Philadelphia: Saunders-Elsevier Inc, pp.
728-729.

Kurjak, A. & Chervenak, F., 2003. The Placenta. In: Donald School :
Textbook of Ultrasound in Obstetric and Gynecology. New Delhi: Jaypee
Brothers, p. 335.

Rac, M. et al., 2014. Ultrasound predictors of placental invasion : The


Placenta Accreta Index. American Journal of Obstetrics and Gynecology,
pp. 1.e1-e7.

Silver R. 2017. Placenta accrete syndrome. London : Taylor and Francis


group

DIBUAT OLEH DITINJAU OLEH DISAHKAN OLEH

NAMA dr. H. Syahredi, Sp.OG (K) dr. Yan Edwar, Sp.THT- dr. Akmal Mufriady Hanif,
KL(K) Sp.PD-KKV, MARS

JABATAN Ka. KSM Kebidanan & Ketua Komite Medik Direktur Medik dan
Peny. Kandungan Keperawatan

TANDA
TANGAN

BAGIAN / UNIT JUMLAH PERSONEL TANDA TANGGAL


TANGAN

SMF Kebidanan &


Peny.Kandungan

Anda mungkin juga menyukai