Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR

DI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN

TANGERANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kenaikan Pangkat/Golongan PNS

DISUSUN OLEH :

Endang Kristianawati AMK.

NIP : 197609302014062001

RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN

TANGERANG

2020
124
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN FRAKTUR DI RSU KABUPATEN TANGERANG”

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses asuhan keperawatan pada pasien
apendisitis di RSU KABUPATEN TANGERANG dan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan,
dukungan dan doanya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien apendisitis. Untuk Kesempurnaan Makalah ini Penulis mengharapkan kritik dan saran
agar Makalah ini lebih sempurna. Terima Kasih

Tangerang, Maret 2020

Endang Kristianawati AMK

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang.................................................................………………1
1.2. Rumusan Masalah............................................................………………2
1.3. Tujuan Masalah...............................................................………………2

BAB II Landasan Teori

2.1. Pengertian........................................................................………………3
2.2. Etiologi............................................................................………………3
2.3. Patofisiologi.....................................................................………………4
2.4. Pathway............................................................................………………5
2.5. Pengobatan.......................................................................………………6
2.6. Klasifikasi........................................................................………………6
2.7. Manifektasi Klinik...........................................................………………6
2.8. Pemeriksaan Penunjang...................................................………………7
2.9. Komplikasi.......................................................................………………7
2.10. Penatalaksanaan...............................................................………………8
BAB III Konsep Asuhan Keperawatan..............................................………………10
BAB IV PENUTUP...........................................................................………………17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................………………18

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan  yang disebabkan oleh
rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka
yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik
maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation).
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan.
Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun
kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang,
sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-
struktur ini.
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas
hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang
lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan
orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus
kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di
Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia Tahun
2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai 9.865
orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data itu, rata-
rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal dunia.
Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan juga cenderung meningkat di mana pada tahun 2001
jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak 2.672 orang.
Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari sampai September,
jumlah korban mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan
oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu
menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen
tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui dengan

1
melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur
tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat
kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam kenyataan
sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur
ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas, tungkai
bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut fraktur femur
(tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang
femur 1/3 tengah.
.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu fraktur?
2. Apa saja etiologi dari fraktur ?
3. Bagaimana patofisiologi dari fraktur ?
4. Apa saja manifestasi klinik dari fraktur ?
5. Apa saja komplikasi fraktur ?
6. Bagaimana penanganan fraktur ?
7. Bagaimana konsep askep dari fraktur ?
.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Apa itu fraktur
2. Untuk mengetahui Apa saja etiologi dari fraktur
3. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi dari fraktur
4. Untuk mengetahui Apa saja manifestasi klinik dari fraktur
5. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi fraktur
6. Untuk mengetahui Bagaimana penanganan fraktur
7. Untuk mengetahui Bagaimana konsep askep dari fraktur

2
BAB II
LANDASAN TEORI

.1 Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004: 840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
(Brunner & Suddarth. 2001 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 :
1183).
Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang
disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 : 144)
.2 Etiologi
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak,
kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Penyebab Fraktur adalah :
a. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
b. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan.

3
.3 Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma Baik itu karena
trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung misalnya:
seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan otot
misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi.
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel
mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala
untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur
yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan
kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya
serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner &
suddarth, 2002: 2287).

4
.4 Pathway

Etiologi

Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi


Fraktur (terbuka atau tertutup)

Perubahan
Kehilangan integritas Fraktur
tulangfragmen tulang kerusakan pada jaringan dan terbuka ujung
pembuluh tulang menembus otot dan kulit
darah

Perdarahan lokal Luka


akstabilan posisi fraktur, apabila organ fraktur digerakkan
Hematoma pada daerah fraktur
Fragmen tulang yang patah menusuk organ sekitar

Kuman mudah
Aliran darah ke daerah distal berkurang atau terhambatGangguan masuk
integritas kulit

(warna jaringan pucat, nadi lemas, cianosis, kesemutan)


Sindroma kompartemen keterbatasan aktifitas
Kerusakan neuromuskuler
Defisit perawatan diri
Gangguan rasa nyaman nyeri Gangguan fungsi organ distal
Resiko tinggi infeksi

Gangguan mobilitas fisik

.5 Pengobatan
5
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif
meliputi proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka,
fiksasi internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna
Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian yang patah.
Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang agak cepat. Pasien
yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi dari imobilisasi antara lain:
adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya kekuatan otot.
Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan mengakibatkan
berkurangnya kemampuan perawatan diri
Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin,
sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu sendiri
merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak mengalami cidera
mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi.
Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang
hebat.
.6 Klasifikasi
1. Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak
menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar
2. Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from
within (dari dalam), atau from without (dari luar).
3. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture). Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur
yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union, delayed union, non-union, dan infeksi
tulang
.7 Manifestasi Klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot
yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan
gerakan antar fragmen tulang.

6
2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui
dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.
Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur
fraktur yang kompleks.
2. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat
perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada
masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah
.9 Komplikasi
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak
pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang
lebih lambat dari keadaan normal
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam
satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai
80 fraktur tahun.

7
7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil
dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada
perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah
ortopedil
8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik
abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan
vasomotor instability.
.10 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi
pada patah tulang dapat terpenuhi.
a. Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma
lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat
pada anggota gerak bawah.
b. Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris
(gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan
pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.
c. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips.
Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local.
Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk
imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.
d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua
tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
2. Penatalaksanaan pembedahan.
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat
kirschner), misalnya pada fraktur jari.

8
b. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation).
Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian
melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah

9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPARAWATAN

.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pada daerah Fraktur, Kondisi fisik yang lemah, tidak bisa melakukan banyak aktivitas,
mual, muntah, dan nafsu makan menurun, (Brunner & suddarth, 2002)
b. Riwayat Penyakit dahulu
Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses perawatan post
operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Fraktur bukan merupakan penyakit keturunan akan tetapi adanya riwayat keluarga dengan
DM perlu di perhatikan karena dapat mempengaruhi perawatan post operasi
2. Pola Kebiasan
a. Pola Nutrisi : Tidak mengalami perubahan, namun beberapa kondisi dapat menyebabkan pola
nutrisi berubah, seperti nyeri yang hebat, dampak hospitalisasi
b. Pola Eliminasi : Pasien dapat mengalami gangguan eliminasi BAB seperti konstipasi dan
gangguan eliminasi urine akibat adanya program eliminasi
c. Pola Istirahat : Kebutuhan istirahat atau tidur pasien tidak mengalami perubahan yang berarti,
namun ada beberapa kondisi dapat menyebabkan pola istirahat terganggu atau berubah
seperti timbulnya rasa nyeri yang hebat dan dampak hospitali
d. Pola Aktivitas : Hampir seluruh aktivitas dilakukan ditempat tidur sehingga aktivitas pasien
harus dibantu oleh orang lain, namun untuk aktivitas yang sifatnya ringan pasien masih dapat
melakukannya sendiri,
e. Personal Hygiene : Pasien masih mampu melakukan personal hygienenya, namun harus ada
bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering dilakukan pasien ditempat tidur.
f. Riwayat Psikologis : Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas, selain itu dapat juga terjadi
ganggguan konsep diri body image, psikologis ini dapat muncul pada pasien yang masih
dalam perawatan dirumah sakit.

10
g. Riwayat Spiritual : Pada pasien post operasi fraktur tibia riwayat spiritualnya tidak
mengalami gangguan yang berarti
h. Riwayat Sosial : Adanya ketergantungan pada orang lain dan sebaliknya pasien dapat juga
menarik diri dari lingkungannya karena merasa dirinya tidak berguna
i. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat kesehatan
dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara berurutan dari kepala
sampai kejari kaki.
3. Inspeksi : Pengamatan lokasi pembengkakan, kulit pucat, laserasi, kemerahan mungkin timbul
pada area terjadinya faktur adanya spasme otot dan keadaan kulit.
4. Palpasi : Pemeriksaan dengan perabaan, penolakan otot oleh sentuhan kita adalah nyeri tekan,
lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit biasanya terdapat nyeri tekan pada area fraktur
dan di daerah luka insisi.
5. Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasus fraktur.
6. Auskultasi ; Pemeriksaan dengan cara mendengarkan gerakan udara melalui struktur berongga
atau cairan yang mengakibatkan struktur solit bergerak. Pada pasien fraktur pemeriksaan ini pada
areal yang sakit jarang dilakukan, (Brunner & Suddarth, 2002)
.2 Diagnosa
1. Nyeri akut
2. Kerusakan integritas jaringan  b.d fraktur
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitar fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
4. Resiko infeksi b/d tindakan invasif
.3 Intervensi

Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Nyeri akut NOC : Managemen Nyeri
v  Pain Level
-      Kaji nyeri secara komprehensif
v  Pain control
termasuk lokasi, karakteristik,
v  Comfort level
durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Kriteria Hasil :
-      Observasi reaksi nonverbal dari
·   Mampu mengontrol
ketidaknyamanan
11
nyeri (tahu penyebab -      Ajarkan tentang teknik non
nyeri. farmakologi, tehnik relaksasi
·   Mampu -      Berikan analgetik untuk
menggunakan tehnik mengurangi nyeri
nonfarmakologi -      Kolaborasikan dengan dokter
untuk mengurangi jika ada keluhan dan tindakan nyeri
nyeri, mencari tidak berhasil
bantuan) -      Atur posisi pasien yang nyaman  
·   Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen  nyeri
·   Wajah rileks
·   Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
·   Tanda vital dalam
rentang normal

Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Kerusakan integritas NOC : NIC :
jaringan  b.d fraktur Tujuan: kerusakan -     Kaji ulang integritas luka dan
integritas jaringan dapat observasi terhadap tanda infeksi
diatasi setelah tindakan atau drainage
perawatan. -          Monitor suhu tubuh
·         Kriteria hasil: -    Lakukan perawatan kulit, dengan
 Penyembuhan sering pada patah tulang yang
luka sesuai waktu menonjol
·          Tidak ada -          Lakukan alih posisi,
laserasi, integritas pertahankan kesejajaran tubuh
12
kulit baik -          Kolaborasi pemberian
antibiotic

Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Kerusakan mobilitas NOC : NIC :
fisik b.d cedera Tujuan : kerusakan -          Pertahankan tirah baring
jaringan sekitar mobilitas fisik dapat dalam posisi yang diprogramkan
fraktur, kerusakan berkurang setelah -          Tinggikan ekstrimitas yang
rangka neuromuskuler dilakukan tindakan sakit
keperaawatan -          Instruksikan klien/bantu dalam
Kriteria hasil latihan rentang gerak pada
NOC : ekstrimitas yang sakit dan tak
·         Meningkatkan sakit
mobilitas pada -          Beri penyangga pada ekstrimit
tingkat paling yang sakit diatas dan dibawah
tinggi yang fraktur ketika bergerak
mungkin -          Jelaskan pandangan dan
·         keterbatasan dalam aktivitas
Mempertahankan
posisi fungsinal
·         Meningkaatkan
kekuatan /fungsi
yang sakit
·         Menunjukkan
13
tehnik mampu
melakukan
aktivitas

Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Resiko infeksi b/d NOC : Infection Control (Kontrol
tindakan invasif v  Immune Status infeksi)
v  Risk control -      Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : -      Gunakan sabun antimikrobia
v  Klien bebas dari tanda untuk cuci tangan
dan gejala infeksi -      Cuci tangan setiap sebelum
v  Menunjukkan dan sesudah tindakan
kemampuan untuk keperawatan
mencegah timbulnya -      Gunakan sarung tangan
infeksi sebagai alat pelindung
v  Jumlah leukosit dalam -      Pertahankan lingkungan
batas normal aseptik selama pemasangan alat
-      Tingkatkan intake nutrisi
-      Berikan terapi antibiotik bila
perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)
-      Monitor tanda dan gejala infeksi

14
sistemik dan lokal
-      Monitor hitung granulosit, WBC
-      Monitor kerentanan terhadap
infeksi
-      Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
-      Berikan perawatan kulit  pada
area epidema
-      Inspeksi kulit dan membran 
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
-      Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
-      Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
-      Dorong masukan cairan
-      Dorong istirahat
-      Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
-      Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
-      Ajarkan cara menghindari infeksi
-      Laporkan  kecurigaan infeksi
-      Laporkan  kultur positif

.4 Implementasi

Implementasi merupakan salah satu unsur pertahapan dari keseluruhan pembangunan sistem
komputerisasi, dan unsur yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan sistem komputerisasi

15
yaitu masalah perangkat lunak (software), karena perangkat lunak yang digunakan haruslah sesuai
dengan masalah yang akan diselesaikan, disamping masalah perangkat keras (hardware) itu sendiri.

.5 Evaluasi

TGL/jam dx EVALUASI (SOAP)


14/05/2010 1 S: klien mengatakan nyeri berkurang
21.50 O: Ekspresi wajah tenang
A:  Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
22.50 2. S: Klien mengatakan pemenuhan kebutuhan sehari
hari masih sdikit dibantu.
O: Pemenuhan kebutuhan  klien sebagian dibantu.
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
00.00 3. S: Klien mengatakan cukup nyaman pada posisinya
O: keadaan klien membaik
A: Masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan

BAB IV

PENUTUP

.1 Kesimpulan

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.

Etiologi

1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak,
kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.

16
.2 Saran
1. Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas pasca operasi.
2. Sebaiknya pasien mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan luka

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal BedahEdisi8 Volume2. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J.(2000). Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Syamsuhidayat. (2004). Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Price, A. dan Wilson, L. (1995). Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4 EGC. Jakarta, hal :1117-1119
http://putririzkadewi.blogspot.co.id/2011/09/fraktur.html
http://maemunah-machy.blogspot.co.id/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-pasien-fraktur.html
https://id.scribd.com/doc/244576755/Pathway-Fraktur#scribd

17
18

Anda mungkin juga menyukai