BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
fikir, bahasa, dan perilaku sosial. Sedangkan periode skizoprenia akut adalah
gangguan halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berfikir
semua itu terjadi secara singkat dan kuat (Yosep,2010). Gejala skizopreni
meliputi gejala positif dan negatif, gejala positif antara lain halusinasi, delusi,
klien tidak mampu mengatur pikiran dan tidak mampu memahami siapa
dirinya. Sedangkan gejala negatif meliputi kehilangan motivasi atau apatis,
depresi yang tidak ingin ditolong (Yosep, 2010).
Halusinasi adalah terjadinya pesepsi ketika seseorang dalam kondisi sadar
tanpa adanya suatu rangsangan nyata terhadap indra (penglihatan,
pendengaran, dll). Persepsi sendiri adalah tindakan mengenali dan
menafsirkan informasi sensoris guna memberi gambaran dan pemahaman
mengenai lingkungan. Kualitas persepsi tersebut berasal dari luar ruang nyata.
Dengan begitu definisi halusinasi berbeda dengan mimpi, berkhayal, ilusi dan
pseudihalusinasi dan halusinasi ini dapat disebabkan oleh gangguan mental
gangguan pada pendengaran, gangguan tidur, mengonsumsi Alkohol dan Obat
Terlarang, migrain, menderita penyakit Alzheimer, Demensia dan Parkonsin
epilepsi dan penyebab halusinasi yang lainnya seperti demam tinggi yang
menyebabkan delirium, yakni kondisi menurunnya kemampuan untuk
memusatkan perhatian sehingga Anda menjadi linglung, mengalami
disorientasi dan tak mampu berpikir jernih, cacat indera pendengaran sejak
lahir juga isolasi sosial pada lansia. ( Stuart & Sundeen 2006 )
Di Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi khususnya di Ruang Arimbi, periode
Januari-Agustus 2018 kasus terbanyak adalah halusinasi dengan persentase
rata-rata 28,68%, kasus kedua terbanyak adalah isolasi sosial sebanyak
28,48% dan yang ketiga adalah defisit perawatan diri sebanyak 9,9%. Di
Rumah Sakit Jiwa Bogor khususnya di ruang rawat Gatot kaca 2 didapatkan
bahwa pada bulan Maret 2019 mayoritas pasien mengalami halusinasi yakni
sebesar (37%), HDR (24%), isolasi sosial (18%), DPD (14%) dan PK (6%).
Pada bulan April 2019 pasien mengalami halusinasi (37%), HDR (27%)
isolasi sosial (22%), DPD (1%) dan PK (4%). Pada Mei 2019 pasien
mengalami halusiasi (38%), HDR (9%), isolasi sosial (26%), DPD (10%)
dan PK (7%).
4
Dari data diatas dapat dilihat dalam 3 bulan terdapat kenaikan jumlah
penderita halusinasi sebanyak 1 persen ,sehingga sangat diperlukan peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa
khususnya halusinasi .Dampak yang ditimbulkan dari halusinasi dapat berupa
perilaku kekerasan, resiko bunuh diri dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
klien tentunya. Mengingat begitu berbahayanya dampak dari halusinasi
dibutuhkan peran perawat dalam perawatan klien, diantaranya dalam
pencegahan terjadinya cedera.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dapat dilakukan
dengan 4 cara yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dari segi
promotif perawat dapat melakukan sosialisasi tentang gangguan jiwa ,dari
segi preventif perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada
individu,keluarga dan masyarakat untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa
dengan cara mengurangi faktor resiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat
dan mencegah timbulnya dampak masalah psikososial. Dari segi kuratif
ditujukan untuk penyembuhan atau pemulihan. pengurangan penderitaan,
pengendalian dissabilitas,dan pengendalian gejala penyakit. Sedangkan dari
segi rehabilitative ditujukan untuk mencegah atau mengendalikan disabilitas,
memulihkan fungsi sosial, memulihkan fngsi okupasional, mempersiapkan
dan memberi kemampuan orang dengan gangguan jiwa agar mandiri di
masyarakat. Berdasarkan penjabaran diatas maka penulis tertarik untuk
membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sensori
persepsi: halusinasi Pendengaran
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi di Rumah Sakit Jiwa
H. Marzuki Mahdi Bogor.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian pada Tn. I dan Tn. S dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran
b. Menganalisa data dan menegakkan diagnosa pada Tn. I dan Tn. S
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
5
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup tulisan ini adalah asuhan keperawatan pada Tn. I dan Tn. S
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran halusinasi pada
tanggal 18 Juni 2019- 22 Juni 2019 di Ruang Arimbi Rumah Sakit
Dr.H.Marzoeki Mahdi, Bogor.
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan dalam makalah ini yaitu dengan studi kepustakaan,
observasi langsung dan wawancara langsung ke pada Tn. I dan Tn. S dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Karya tulis ini terdiri dari ini terdiri dari 5 bab, yaitu :
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari : latar belakang, tujuan, sistematika, dan
manfaat penulisan
BAB II : Konsep Teori, terdiri dari Konsep Dasar (pengertian dan
psikodinamika) dan konsep asuhan keperawatan halusinasi
BAB III : Tinjauan Kasus
BAB IV : Pembahasan Kasus
BAB V : Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran
1
2
6
4
5 BAB II
6 TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Halusinasi adalah presepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia, 2009).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin,
7
B. Psikodinamika
1. Penyebab
Menurut Sunaryo, 2004 penyebab halusinasi adalah sebagai berikut:
Terjadinya perubahan sensori persepsi: halusinasi dipengaruhi oleh
multifaktor baik eksternal maupun internal diantaranya adalah
Koping individu tidak adekuat, Individu mengisolasi dari lingkungannya,
Ada trauma yang menyababkan rasa rendah diri, Koping keluarga tidak
efektif, Permasalahan yang kronik dan tidak terselesaikan, proses
terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor predisposisi dan faktor
presipitasi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2011) adalah :
1) Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya
mengontrol emosi dan keharmonisan keluarga menyebabkan klien
tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi hilang percaya
diri.
2) Faktor sosiokultural
8
3) Faktor biokimia
4) Faktor psikologis
b. Faktor presipitasi
Penyebab halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi (Yosep, 2011), adalah
1) Dimensi fisik
2) Dimensi emosional
9
3) Dimensi intelektual
4) Dimensi sosial
5) Dimensi spiritual
2. Komplikasi
Menurut Sunaryo, 2004 dampak dari gangguan sensori persepsi: halusinasi
adalah:
a. Resiko perilaku kekerasan
Hal ini terjadi bahwa klien dengan halusinasi kronik cenderung marah
dan menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
b. Kerusakan interaksi sosial
resiko menciderai lingkungan, maka lingkungan akan menjauh dan
mengisolasinya.
3. Dampak gangguan sensori persepsi terhadap kebutuhan dasar manusia
(menurut Yosep, 2010)
a. Kebutuhan nutrisi
Individu dengan halusinasi pendengaran, biasanya merasa asyik
dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga waktu untuk makan
tidak ada. Disamping itu juga bila halusinasinya mengancam dirinya
makan ia akan cenderung menolak ddan menghindari makan. Sehingga
dampak yang terjadi adalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, bahkan
mungkin datang dari tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa
menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa
ancaman, mengejek, memaki atau bahkan yang menakutkan dan
kadang-kadang mendesak/ memerintah untuk berbuat sesuatu
seperti membunuh dan merusak.
7. Halusinasi kinestetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau
anggota badannya yang bergerak-gerak, misalnya “phantom
phenomenon” atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak
(phantom limb). Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik
tertentu akibat pemakaian obat tertentu.
8. Halusinasi visceral;
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
D. Pathofisiologi
Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang
menderita halusinasi akan menganggap sumber dari halusinasinya
berasal dari lingkungannya atau stimulus eksternal (Yosep, 2011). Pada
fase awal masalah itu menimbulkan peningkatkan kecemasan yang
terus dan sistem pendukung yang kurang akan menghambat atau
membuat persepsi untuk membedakan antara apa yang dipikirkan
dengan perasaan sendiri menurun. Meningkatnya pada fase comforting,
klien mengalami emosi yang berlanjut seperti cemas, kesepian,
perasaan berdosa dan sensorinya dapat dikontrol bila kecemasan dapat
diatur. Pada fase ini klien cenderung merasa nyaman dengan
halusinasinya. Pada fase condermning klien mulai menarik diri. Pada
fase controlling klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya
berhenti. Pada fase conquering klien lama kelamaan sensorinya
14
A. Tahapan Halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia
(2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
1. Fase I: Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian,
rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
2. Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda
sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital
(denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman
sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan
realita.
3. Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan
dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah
dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
15
Bagan 2.1
Rentang respon Halusinasi
i
ADAPTIF MALADAPTIF
1. Pikiran logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat, yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra
yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang
sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
16
C. Sumber Koping
Sumber koping berupa pilihan atau strategi yang membantu untuk
menetapkan apa yang dapat dilakukan sebagaimana yang telah ditetapkan
Lazarus (1985) dalam Rasmun (2004), mengidentifikasi lima sumber
koping yang dapat membantu individu beradaptasi dengan stressor yaitu,
ekonomi, ketrampilan dan kemampuan, tehnik pertahanan, dukungan sosial
dan motivasi.
17
D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping klien Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
menurut Stuart (2007), perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien
dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurologis
maladaptive yaitu :
1. Regresi
Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisahkan sedikit energi untuk aktifitas
hidup sehari-hari.
2. Proyeksi
Sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
3. Menarik diri
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Psikofarmatika adalah obat-obatan kimia yaitu obat-obatan psikotropika
yang dapat mempengaruhi bagian-bagian otak tertentudan menekan atau
mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala tertentu pada penderita.
Gejala tersebut meliputi yang berhubungan dengan proses pikir,
berhubungan dengan alam perasaan dan emosi dan perilaku penghayatan
pribadi manusia.
Therapi psikofarmaka menurut Towsend, (2009) untuk pasien dengan
halusinasi:
19
a. Chlorpormazine (CPZ)
1) Mekanisme kerja: anti psikotik dapat menyekat reseptor dopamine
post sinaps pada ganglia basal, hipotalamus, system limbic, batang
otak dan medula.
2) Indikasi: cegukan yang sulit diatasi, mual, muntah berat.
3) Kontraindikasi: depresi sumsum tulang , kerusakan otak
subkortikal, penyakit parkinson, hipertensi berat atau hipotensi,
glaukoma, diabetes.
4) Efek samping: sakit kepala, pusing, penglihatan kabur dan ruam
kulit
b. Haloperidol (HP)
1) Mekanisme kerja: tampaknya menekan susunan syaraf pusat pada
tingkat subkorpikal formasi reticular otak. Diperkirakan
menghambat sistem aktivasi reticular asenden batang otak.
2) Indikasi: penanganan gejala demensia pada lansia, pengendalian
TIK dan pengucapan vokal
3) Kontraindikasi: depresi sumsum tulang, kerusakan otak
subkortikal, penyakit parkinson hipotensi atau hipertensi berat
4) Efek samping: sakit kepala, pusing, penglihatan kabur, mulut
kering, mual, muntah, dan ruam kulit
c. Hexymer
1) Mekanisme kerja: bekerja memeriksa ketidakseimbangan defisiensi
dopamine dan kelebihan asetilkolin dalam corpus striatum,
reseptor, asetilkolin disekat sinaps untuk mengurangi efek
kolinergik berlebih
2) Indikasi: semua bentuk parkinson
3) Kontraindikasi: hipersensitifitas terhadap obat ini, glaukoma sudut
tertutup, hipertropi prostat.
4) Efek samping: mengantuk, pusing, penglihatan kabur, kegugupan,
ruam kulit, takikardia, mulut kering, mual, muntah, konstipasi dan
retensi urine.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor, sumber koping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengkajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi:
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan
alamat klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari,
dependen.
c. Faktor Predisposisi
Meliputi Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua,harapan orang
tua yang tidak realistis,kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba
tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban
perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain
yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri
yang berlangsung lama.
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,
persepsi negatip tentang tubuh.Preokupasi dengan bagia tubuh
yang hilang, mengungkapkan keputu asaan, mengungkapkan
ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri. Klien
mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
sosialdengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok
yang diikuti dalam masyarakat.
f) Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka
menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan perawat.
g) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain (lebih sering
menggunakan koping menarik diri).
h) Aspek Medik
22
2. Pohon masalah
Bagan 2.2 Pohon Masalah
Isolasi Sosial
3. Analisa data
Data yang didapatkan sesuai masalah yang ditemukan pada pasien sesuai
pohon masalah yang dimiliki.
4. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan dari pengkajian untuk memenuhi
kebutuhan klien yang tidak diketahui. Rencana keperawatan merupakan
mata rantai antara penetapan kebutuhan klien dan pelaksanaan tindakan.
Perencanaan terdiri dari penetapan tujuan, intervensi atau rencana
tindakan, dan rasional. (Keliat, 2009).
I. Intervensi Keperawatan
1.1 Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Tujuan Khusus :
klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Hasil :
klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa
senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama,
mau menjawab nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan
dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.
Rencana Tindakan adalah bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan
ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan
& tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap
jujur dan menepati janji setiap kali interaksi,tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya, beri perhatian kepada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang
24
5. Implementasi
27
BAB III
TINJAUAN KASUS 1
B. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Sdr. I
JenisKelamin : Laki-laki
TanggalPengkajian : Selasa, 18 Juni 2019
Umur : 30 tahun
Alamat : Citeureup ,Bogor
Pendidikan terakhir : SLTP
Informan : Klien, orang tua , Ketua RT ,RM, petugas dan
pemeriksaan fisik.
No RM : 180365
2. Alasan Masuk
Klien mengatakan dibawa ke RS.MM oleh bapaknya , tetangga dan ketua
RT, karena pasien sering teriak teriak dan marah marah di rumah sehingga
mengganggu warga . klien mendengar bisikan-bisikan sejak SMP yang
mengatakan dirinya banyak salah dan melihat bayangan berupa kepala
manusia laki laki dan memandang pasien dengan tersenyum
31
3. Faktor Predisposisi
a. Riwayat gangguan jiwa
Klien pernah di rawat di RS.MM 1 kali di tahun 2016 dan 3 x di tahun
2017 ,
b. Riwayat pengobatan
Klien mengatakan sering kontrol ketika obatnya habis, dan kambuh
kembali karena bebrapa kali Kontrol ke puskesmas beberapa jenis
obat obat tidak tersedia ,dan untuk kontrol ke RSMM keluarga tidak
ada Biaya , sehingga klien sempat putus obat
c. Riwayat Penganiayaan dan tindakan kriminal
Klien mengatakan tidak pernah memukul atau melukai orang lain ,
hanya teriak teriak dan marah marah sendiri
Masalah keperawatan : Regimen Therapy in effektif, RPK
4. Faktor Presipitasi
Pasien putus obat , karena beberapa kali control ke puskesmas tidak
mendapatkan obat yang biasa di konsumsi
Masalah keperawatan : Regimen Therapi Ineffektif
32
5. Fisik
Tindakan vital TD : 120/70 mmHg, Sh 37 C , HR 92 x /M , RR 28x /m
Berat dan Tinggi Badan : 152 Cm BB : 45 Kg
Keluhan fisik
Klien mengatakan pusing secara tiba tiba tetapi hilang begitu saja dengan
tiba tiba juga
Riwayat Therapi OAT sampai selesai
Masalah keperawatan : tidak di temukan
6. Psikososial
Genogram
Klien anak pertama dari 5 bersaudara , 4 laki dan bungsu wanita , kedua
orangtua masih hidup dan semua tinggal serumah .
Sebagai anak pertama klien merasa tidak di hargai dan tidak pernah
didengarkan oleh adik adik nya , klien merasa disebabkan karena klien
tidak punya penghasilan ,
Klien di asuh oleh kedua orang tua cenderung bebas atau tidak memiliki
aturan aturan khusus dan tinggal bersama keempat adiknya Klien
mengatakansemua adik adik nya kurang menghormati dirinya, sering di
ejek dengan kata-kata seperti : payah , cemen ,
Masalah keperawatan Harga Diri Rendah
Keterangan:
= perempuan
33
= laki-laki
= klien
= garis pernikahan
= garis keturunan
= keluarga yang tinggal serumah
= meninggal
7. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan namanya adalah I. Klien
mengatakan dirinya adalah laki laki dan merasa menyukai seluruh
anggota tubuh dan fungsi nya
b. Identitas : Klien mengatakan dirinya sebagai seorang laki-laki,
berpakaian seperti laki-laki.
c. Peran:Klien berperan sebagai pria dewasa , pernah bekerja menjadi
cleaning service dan sudah 5 kali pindah karena gajinya kecil
d. Ideal diri : Klien berharap dapat cepat sembuh ,pulang dari RSMM ,
dapat kembali bekerja dan memiliki pasangan hidup dan berkeluarga
e. Harga diri : Klien mengatakan sering tidak dihargai oleh adik adik nya
sering diejek karena tidak bekerja , dan mengatakan jika dirinya
mungkin akan lebih dihargai jika bekerja , memiliki uang dan bisa
membantu orang tua ( secara Ekonomi )
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
8. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup klien adalah
orang tuanya.
b. Peran serta dalam masyarakat
Klien mengatakan sebagai warga di desanya sering mengikuti
kegiatan di desanya seperti kerja bakti dan ronda, namun semenjak
34
9. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dirinya beragama Islam.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan saat ini berusaha menjaga sholat lima waktunya.
Masalah Keperawatan : Tidak di temukan masalah keperawatan
e. Afek
Dari hasil observasi, afek klien sesuai. Klien tertawa bila ada yang
melucu dan saat keadaan serius klien juga menampilkan ekspresi
serius.tampak sedih dan tampak murung saat membicarakan tentang
pacarnya
Masalah keperawatan :Harga Diri Rendah
f. Interaksi selama wawancara
Selama pembicaraan klien kooperatif dan dapat menjawab sesuai
pertanyaan petugas , Kontak mata kurang, Hanya mau bicara/interaksi
dengan teman sekamar dan perawat, suara lemah dalam menjawab
pertanyaan perawat , kurang aktif saat dilakukan tindakan TAK
Masalah keperawatan : Harga Diri rendah , Isolasi Sosial
g. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan
dirinya banyak salah dan sering melihat bayangan kepala laki laki yang
melihat ke dirinya sambil tersenyum , bayangan sering muncul di
malam hari setelah maghrib
Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran dan Penglihatan
h. Proses Pikir
Klien dapat menghitung dengan baik , mampu mengingat nama2
keluarga dan beberapa perawat
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan
i. Isi pikir
Klien tidak mengalami gangguan Isi pikir
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan
j. Tingkat kesadaran
36
k. Memori
Klien tidak memiliki masalah dengan memorinya.,klien dapat
mengingat nama orang tua , nama adik adik nya , dan nama2 perawat
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, klien berkonsentrasi dan tidak mudah terdistraksi
oleh keadaan di sekitar klien. Kemampuan berhitung baik.
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan
m. Kemampuan penilaian
Tidak ditemukan gangguan kemampuan penilaian klien
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan
n. Daya tilik diri
Daya tilik diri klien baik. Klien menyadari bahwa dirinya sakit karena
mendengar suara suara dan melihat bayangan kepala manuasia yang di
sebut halusinasi . Dan ingin segera sembuh
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan
C. DAFTAR MASALAH
1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran dan Penglihatan
2. Risiko perilaku kekerasan
3. Penatalaksanaan Regimen Terapeutik Inefektif
4. Isolasi Sosial
5. Harga Diri Rendah
D. ANALISIS DATA
Data Masalah
DS :
Klien mengatakan dibawa ke RS.MM oleh Risiko perilaku kekerasan
bapaknya , Ketua RT karena marah marah dan
teriak teriak yang meresahkan warga dan
keluarga di Rumah
DO :
Klien tampak sesekali melotot dan mengatakan
pusing ,nafas cepat dan tampak tegang , klien
mampu beristighfar , klien mampu menarik
nafas dalam
DS :
Klien mengatakan melihat bayangan kepala laki Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
laki yang melihat dirinya sambil tersenyum Pendengaran dan penglihatan
Klien melihat bayangan sering pada sekitar jam
19 .00 malam sd dini hari , kadang muncul
disiang dan sore hari
Respon klien beristighfar dan membiarkan saja,
kadang ketakutan
- Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang
menyalahkannya pada pagi , siang dan sore
DO : -Klien tampak gelisah , klien tampak mondar
mandir .klien tampak menunjuk ke suatu tempat
sambil berbicara sendiri
40
DS :
Klien mengatakan kontrol ketika obatnya habis Penatalaksanaan regimen terapeutik
tetapi dari puskesmas sering tidak inefektif
mendapapatkan obat secara lengkap dan karena
kondisi ekonomi klien tidak bisa membeli obat
kemudian klien tidak kontrol ke RSMM
Pasien mengatakan sudah 5 kali dirawat di
RSMM
DO : -
DS : Klien mengatakan malas berinteraksi karena Isolasi Sosial
sering di ejek dan di cemooh
DS :
Klien mengatakan pernah putus cinta dan selalu Harga Diri rendah
ditolak cinta oleh wanita , klien merasa sedih
dan sakit hati.
Klien mengatakan sering tidak dihargai karena
tidak bekerja
DO:
Klien tampak sangat murung jika
membicarakan hal tersebut
Kontak mata kurang
41
POHON MASALAH
Halusinasi Pendengaran
Dan penglihatan
Isolasi Sosial
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tujuan Umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.Tujuan Khusus : setelah dilakuakn 1 kali pertemuan klien
dapat membina hubungan saling percaya.Kriteria Hasil : klien dapat
menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
42
2. Tujuan Umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.Tujuan Khusus : setelah dilakukan 2 kali pertemuan klien
dapat mengenal halusinasinya. Kriteria Evaluasi : klien dapat
menyebutkan isi, waktu, frekuensi timbulnya halusinasi, klien dapat
mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
Rencana tindakan adalah adakan kontak sering dan singkat secara
bertahap, observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, yaitu
dengan tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika klien menjawab iya lanjut apa
yang dikatakan, katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal itu
namun perawat sendiri tidak mengalaminya dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi, katakan ada klien lain yang mengalami hal
yang sama dan katakan bahwa perawat akan membantu klien, diskusikan
dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi dan waktu serta
frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, dan malam atau sering
dan kadang-kadang), diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah,sedih,senang,cemas dan jengkel) dan diskusikan
43
dengan klien apa yang harus dilakukan dengan klien untuk mengatasi
perasaan tersebut.
Rasional : kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan
saling percaya, juga dapat memutuskan halusinasi, mengenal perilaku pada
saat halusinasi timbul, memudahkan perawat saat melakukan intervensi,
mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindarkan faktor
pencetus timbulnya halusinasi. Dengan mengetahui waktu, isi dan
frekuensi munculnya halusinasi mempermudah tindakan keperawatan
yang akan dilakukan perawat untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi
pasienm untuk mengetahui koping yang digunakan oleh klien dan agar
klien mengetahui akibat dari menikmati halusinasi sehingga klien
meminimalisir halusinasinya.
3. Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Tujuan
Khusus : setelah dilakukan 3 kali pertemuan klien dapat mengontrol
halusinasinya. Kriteria Evaluasi : klien dapat menyebutkan tindakan yang
biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, klien dapat
menyebutkan cara baru untuk mengontrol halusinasi, klien dapat memilih
cara mengatasi halusinasi, melaksanakan cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan halusinanasinya dan mengikuti terapi aktivitas kelompo.
Rencana Tindakan adalah identifikasi bersama klien cara tindakan yang
dilakukan jika terjadi halusinasi (seperti tidur, marah, menyibukan diri,
dll), diskusikan cara yang digunakan klien jika cara yang digunakan
adaptif beri pujian, berikan cara baru untuk memutus/mengontrol
timbulnya halusinasi seperti katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak
nyata (saya tidak mau dengar/lihat/menghidu/raba/kecap saat halusinasi
terjadi), menemui orang lain ( perawat, teman, anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya, membuat dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang telah disusun, meminta keluarga/teman/perawat
jika sedang berhalusinasi, bantu memilih cara yang sudah dianjurkan dan
dilatih, beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih, evaluasi
44
hasilnya dan beri pujian jika berhasil dan anjurkan klien untuk mengikuti
aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi presepsi.
Rasional : upaya untuk memutuskan siklus halusinasi sehingga halusinasi
tidak berlanjut, peinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
dan memberikan alternatif pilihan bagi klien untuk mengontrol
lingkungannya.
4. Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, tujuan
Khusus Keempat : setelah dilakukan 4 kali pertemuan klien dapat
dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya. Kriteria Evaluasi
: keluarga mau untuk mengikuti pertemuan dengan perawat, dan keluarga
dapat menyebutkan pengertian, tanda & gejala, proses terjadinya
halusinasi serta tindakan untuk mengendalikan halusinasi.
Rencana Tindakan adalah buat kontrak dengan keluarga untuk
pertemuanyang membahas tentang pengertian halusinasi, tanda & gejala,
proses terjadinya halusinasi, cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga
untuk memutus halusinasi, cara merawat anggota keluarga yang halusinasi
dirumah (seperti beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama) dan beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan
bagaimana mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi dirumah.
Rasional : untuk mendapatkan bantuan keluarga mengontrol halusinasi,
untuk mengetahui pengetahuan keluarga dan meningkatkan kemampuan
pengetahuan dengan keluarga, agar keluarga dapat merawat klien atau
anggota keluarga lain yang berhalusinasi di rumah dan keluarga klien
menjadi tahu cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di
rumah.
5. Tujuan umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan Tujuan Khusus : setelah dilakukan 5 kali pertemuan klien
dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kriteria Evaluasi : klien dapat
menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak meminum obat, nama,
warna, dosis dan efek samping obat, klien dapat mendemonstrasikan
penggunaan obat dengan benar, klien dapat menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
45
Implementasi. Tanggal : 20 Juni 2019. Hari : Kamis. Jam : 17.00 WIB. Dex
Kep : Halusinasi. Data Subyektif : Klien mengatan melihat kepala pria. Data
Obyektif : Klien mau berinteraksi, Kontak mata +, Klien tersenyum sesekali,
Klien kadang menunduk, Klien murung tanpa ekspresi. Tindakan keperawatan
: Mengevaluasi sp 1. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian. Melakukan SP II pertemuan ke III yaitu BHSP,
melakukan evaluasi validasi tentang identifikasi halusinasi, Mengajarkan cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. RTL : Evaluasi SP II
Lanjutkan SP III Pada pertemuan berikutnya : mengevaluasi jadwal kegiatan
harian ,mengajarkan kegiatan harian
47
Data Obyektif : Klien tampak minum obat setelah makan sore. Tindakan
Keperawatan: Mengevaluasi Sp I, Sp II , Sp III dan Sp IV, Memberikan
pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
RTL meminta obat kepada perawat setelah makan dan minum obat secara
teratur
Evaluasi S : Klien mengatakan tahu tentang penggunaan, dan manfaat obat.
Klien mengatakan sudah minum obat secara teratur di RS, O : Klien terlihat
minum obat setelah makan sore. Analisa : Gangguan perseps sensori
halusinasi pendengaran dan penglihatan (memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur ) Planning . melakukan evaluasi SP 1
sd Sp 4 ,Mengenal halusinasi ,mengontrol halusinasinya,mebuat kegiatan
harian dan memanfaatkan obat dengan baik .
TINJAUAN KASUS 2
1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Pengkajian : 23 Juni 2019
Umur : 46 tahun
Alamat : Cibinong ,Bogor
Pendidikan terakhir : SLTA
Informan : Klien
No RM : 367473
2. Alasan Masuk
Klien masuk Karena marah-marah, gelisah, mengatakan sering melihat
bayangan hitam, riwayat percobaan bunuh diri dengan minum obat 6 tablet
sekaligus ( pasien tidak dapat menginformasikan jenis obat yang
diminum )
a. Faktor Predisposisi
1) Riwayat gangguan jiwa : ya, klien pernah mengalami gangguan
jiwa dan dirawat di RS Soeharto Herdjan Grogol tahun 2006 dan
2009
2) Riwayat pengobatan : kurang berhasil,
3) Riwayat Penganiayaan dan tindakan kriminal
Klien mengatakan tidak pernah memukul atau melukai orang lain ,
hanya teriak teriak dan marah marah sendiri
4) Riwayat Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki keluarga dengan riwayat
gangguan jiwa.
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
50
4. Psikososial
Genogram
Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
= klien
51
= garis pernikahan
= garis keturunan
= keluarga yang tinggal serumah
= meninggal
= cerai
Pola Asuh ,menurut kakak perempuan pasien , kedua orang tua dan
kedua kakak perempuan nya sangat over protektif kepada pasien
karena merupakan adik bungsu dan anak/ adik laki satu satunya ,
Klien tinggal serumah dengan ayah , kakak perempuan dan anak
perempuannya , pasien telah cerai dengan istrinya
Masalah Keperawatan : HDR
5. Konsep diri
a. Gambaran diri :
Klien mengatakan namanya adalah Klien mengatakan dirinya adalah
laki laki dan merasa tidak masalah dengan fisiknya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
b. Identitas :
Klien mengatakan dirinya sebagai seorang laki-laki yang telah
menikah dan memiliki anak , berpakaian seperti laki-laki dan
menyukai anggota tubuhnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
c. Peran :
Klien berperan sebagai kepala rumah tangga bekerja sebagai tukang
ojek,klien mengatakan tidak mampu berperan sebagai seorang suami
dan sebagai seorang ayah
Masalah Keperawatan : HDR
d. Ideal diri :
Klien berharap dapat cepat sembuh ,pulang dari RSMM , dapat
kembali bekerja bersama anaknya dan merawatnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada
52
e. Harga diri :
Klien merasa bersalah kepada mantan istrinya karena perbuatannya
yang buruk, mabuk menonton film porno, berbuat maksiat, klien
merasa stress setelah istrinya meminta cerai dan klien merasa tiada
berharga, putus asa dan sedih tak berguna
Masalah keperawatan : HDR
6. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup klien adalah
orang tuanya, keluarga dan anaknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Klien mengikuti kegiatan kelompok secara aktif dan baik tampak ada
toleransi dengan sesame pasien
c. Hambatan dalam hubungan sosial
Klien merasa bersalah kepada mantan istrinya karena perbuatannya
yang buruk, klien merasa malu bergaul dengan teman teman dan
lingkungan karena ditinggal isitri dan tidak punya pekerjaan tetap
Selama dalam perawatan klien tampak murung , sering berdiam diri di
tempat tidur hanya berinteraksi jika di panggil perawat untuk
berbincang bincang
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
7. Spiritual
Nilai dan keyakinan : klien menyadari prilakunya terdahulu tidak
baik , tidak sesuai dengan keyakinan agama
Klien mengatakan dirinya beragama Islam.
Kegiatan ibadah
Klien mengatakan saat ini berusaha menjaga sholat lima waktunya.
Masalah Keperawatan : Tidak di temukan masalah keperawatan
8. Status Mental
a. Penampilan
Klien memakai baju dan celana dengan benar dan rapi
Masalah Keperawatan : Tidak ada
53
b. Pembicaraan
Klien dapat berbicara dengan jelas dan dapat menjawab pertanyaan
dari petugas dengan tepat. Dari hasil observasi, klien dapat berbicara
dengan baik dengan teman-temannya tetapi kontak mata kurang dan
tampak murung jika membicarakan tentang keluarga nya
Masalah Keperawatan : HDR
c. Aktivitas Motorik
Pasien tampak malas beraktifitas, malas untuk memulai
komunikasi,lebih sering tiduran di tempat tidur
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
d. Alam perasaan
Sedih , merasa malu karena berpisah dengan istri dan tidak mampu
mencari nafkah
Masalah Keperawatan : HDR
e. Afek
Dari hasil observasi, afek klien adalah tumpul. Klien tertawa bila ada
yang melucu dan saat keadaan serius klien juga menampilkan ekspresi
serius.klien lebih sering tampak murung
Masalah keperawatan : HDR
f. Interaksi selama wawancara
Selama pembicaraan klien kooperatif dan dapat menjawab sesuai
pertanyaan praktikan.klien tampak murung jika membicarakan tentang
dirinya
Masalah Keperawatan HDR
g. Persepsi
Klien mengatakan sering sering melihat bayangan hitam yang
menunjuk ke dirinya yang muncul pada jam 10-15, jika bayangan
tersebut muncul klien beristigfar
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi ; Halusinasi
Penglihatan
h. Proses Pikir
54
b. B.A.B/B.A.K
Klien b.a.b/b.a.k secara mandiri di WC.
c. Mandi
Klien Tetap perlu di ingatkan waktu mandi dan berganti pakaian setiap
selesai mandi
d. Berpakaian/berhias
Klien dapat berpakaian secara mandiri.
e. Istirahat/Tidur
Klien di jadwalkan tidur siang 2 sd 3 jam per hari
Klien di jadwalkan tidur malam 6 sd 7 Jam perhari
f. Penggunaan obat
Perlunya penyuluhan kesehatan terhadap keluarga dan pasien tentang
prinsip minum obat
Selama dirawat, klien minum obat secara teratur. Selama di rumah,
klien mengatakan putus obat karena obatnya tidak tersedia di
Puskesmas
g. Pemeliharaan Kesehatan
Koordinasi dengan pihak Keluarga , pengurus RT , Kader Kesehatan
wilayah tempat tinggal untuk control ke Puskesmas dan RS MM
h. Kegiatan di rumah
Dibuatkan jadwal sehari-hari Klien
i. Kegiatan di luar rumah
Kegiatan klien di luar rumah sebaiknya di awasi dan di damping
Masalah keperawatan : regimen therapy ineffektif
10. Mekanisme Koping
a. Adaptif : Istigfar , tidur cerita ke kakak nya
b. Maladaptif: Minum alcohol, Mengamuk dan Marah marah
Masalah Keperawatan : Mekanisme koping maladaftif dan RPK
DS :
- Klien mengatakan terkadang marah marah RPK
jika halusinasinya datang
- Klien mengatakan waktu dirumah
tertkadang minum alcohol untuk mengatasi
stress nya
DO :
- Klien selama di rawat tidak pernah terlihat
marah marah
DS :
- Klien tampak sering berada di tempat tidur Isolasi Sosial
- klien sering terlihat murung
DO:
- Klien mengatakan malas berinteraksi
Penyebab
RBD Isolasi Sosial
Terapeutik Inefektif
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tujuan Umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.Tujuan Khusus : setelah dilakuakan 1 kali pertemuan klien
dapat membina hubungan saling percaya.Kriteria Hasil : klien dapat
menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau men
jawab nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.
60
3. Tujuan Umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan Tujuan Khusus : setelah dilakukan 3 kali pertemuan klien
dapat mengontrol halusinasinya. Kriteria Evaluasi : klien dapat
menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan
halusinasinya, klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengontrol
halusinasi, klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi, melaksanakan
cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinanasinya dan
mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Rencana Tindakan adalah identifikasi bersama klien cara tindakan yang
dilakukan jika terjadi halusinasi (seperti tidur, marah, menyibukan diri,
dll), diskusikan cara yang digunakan klien jika cara yang digunakan
adaptif beri pujian, berikan cara baru untuk memutus/mengontrol
timbulnya halusinasi seperti katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak
nyata (saya tidak mau dengar/lihat/menghidu/raba/kecap saat halusinasi
terjadi), menemui orang lain ( perawat, teman, anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya, membuat dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang telah disusun, meminta keluarga/teman/perawat
jika sedang berhalusinasi, bantu memilih cara yang sudah dianjurkan dan
dilatih, beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih, evaluasi
hasilnya dan beri pujian jika berhasil dan anjurkan klien untuk mengikuti
aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi presepsi.
62
4. Tujuan Umum klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan, tujuan Khusus Keempat : setelah dilakukan 4 kali pertemuan
klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
Kriteria Evaluasi : keluarga mau untuk mengikuti pertemuan dengan
perawat, dan keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda & gejala,
proses terjadinya halusinasi serta tindakan untuk mengendalikan
halusinasi.
Rencana Tindakan adalah buat kontrak dengan keluarga untuk
pertemuanyang membahas tentang pengertian halusinasi, tanda & gejala,
proses terjadinya halusinasi, cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga
untuk memutus halusinasi, cara merawat anggota keluarga yang halusinasi
dirumah (seperti beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama) dan beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan
bagaimana mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi dirumah.
Rasional : untuk mendapatkan bantuan keluarga mengontrol halusinasi,
untuk mengetahui pengetahuan keluarga dan meningkatkan kemampuan
pengetahuan dengan keluarga, agar keluarga dapat merawat klien atau
anggota keluarga lain yang berhalusinasi di rumah dan keluarga klien
menjadi tahu cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di
rumah.
5. Tujuan umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan Tujuan Khusus : setelah dilakukan 5 kali pertemuan klien
dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kriteria Evaluasi : klien dapat
menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak meminum obat, nama,
warna, dosis dan efek samping obat, klien dapat mendemonstrasikan
penggunaan obat dengan benar, klien dapat menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
63
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Halusinasi adalah presepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia, 2009).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin,
2005). Menurut Videback (2004) halusinasi pengihatan (visual-seeing persons
or things) memiliki tanda subyektif melihat seseorang yang sudah meninggal,
66
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan masalah kesehatan aktual atau potensial
yang mampu diatasi oleh perawat berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya. Dalam penyusunan diagnosa keperawatan akan lebih mudah
bila kita menggunakan pohon masalah. Dibawah ini adalah diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan sensori persepsi :
Halusinasi (Keliat, 2005) antara lain : Resiko perilaku kekerasan , gangguan
sensori presepsi : Halusinasi, dan isolasi sosial
yaitu harga diri rendah dan regimen terapi inefektif. Penulis menegakan
diagnosa RBD (rencana bunuh Diri) karena pasien riwayat meminum obat 6
tablet sekaligus dalam percobaan bunuh dirinya, penulis menegakkan diagnosa
harga diri rendah karena menemukan data ungkapan dari klien bahwa dirinya
tidak berharga, tidak berguna dan merasa bersalah tehadap mantan istrinya.
Dan pada diagnosa regimen terapi inefektif, penulis menemukan data bahwa
ini adalah jika tidak ada keluhan pasien tidak minum obat karena
ketidakpatuhan dalam minum obat (putus obat) serta disebabkan tidak
tersedianya obat di puskesmas.
Faktor pendukung tegaknya diagnosa keperawatan pada klien adalah sikap
klien yang terbuka saat pengkajian, cepat terbina hubungan saling percaya,
dan tentunya kemudahan untuk melihat status perjalanan penyakit dan
pengobatan klien dari RSMM, faktor Penghambat dalam menegakkan
diagnosa keperawatan jiwa tidak di temukan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan diambil dari Nursing Care Program (NCP)
yang sudah baku dan bersatandar. Sehingga tidak ada kesenjangan antara
konsep teori dan kasus pada intervensi keperawatan. NCP terdiri dari 5 TUK
dan setiap TUK memiliki kriteria hasil. TUK 1 klien dapat membina hubungan
saling percaya, kriteria hasilnya adalah klien menunjukkan ekspresi wajah
bersahabat, senang, adanya kontak mata, mau berjabat tangan, dan
menyebutkan nama. TUK 2 klien dapat mengenal halusinasinya, dengan
kriteria hasil klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya
halusinasi dan mengungkapkan perasaan terhadap halusinasi. TUK 3 klien
dapat mengontrol halusinasi, dengan kriteria hasil klien dapat meyebutkan
tindakan yang biasa dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, klien
dapat menyebutkan cara baru untuk mengendalikan halusinasinya, klien dapat
70
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Berdasarkan konsep teori, ada 4 strategi pelaksanaan (SP) klien dan 3 strategi
pelaksanaan (SP) keluarga pada diagnosa gangguan persepsi sensori :
halusinasi.Pada kasus I , SP1 dilakukan selama 2 hari karena klien mengalami
fase akut pada pertemuan hari ke2 sehingga SP1 kembali dilakukan atau di
ulang pada pertemuan berikutnya sehingga memerlukan waktu 6 hari untuk
mengimplementasikan SP 1 sd IV sedangkan pada kasus II klien cenderung
lebih stabil sehingga untuk melakukan SP 1 sd Sp 4 dapat dilaksanakan
selama 4 hari SP keluarga tidak dapat lakukan karena saat keluarga datang
waktunya sangat terbatas sehingga belum ada intervensi yang dilakukan.
Faktor pendukung selama implementasi adalah sikap klien yang tenang dan
kooperatif saat halusinasi tidak ada, komunikasi terapeutik perawat, dan
lingkungan yang tenang. faktor penghambat dalam implementasi adalah
71
E. EVALUASI
Menurut teori, setiap Strategi Pelaksanaan dilakukan setiap hari, sedangkan
pada kasus SP 1 dilakukan sebanyak 2x pertemuan karena tahap ini adalah
tahap awal untuk membina trust lebih dahulu, dan pada saat pertama kali
bertemu dengan klien kondisi klien masih labil, masih lompat-lompat saat
diajak komunikasi. Dalam melakukan SP 2,3,4,dan 5 dilakukan dengan 1 kali
pertemuan selama 4 hari karena kondisi klien stabil dan sudah terbina
hubungan saling percaya.
Evaluasi dilakukan setelah implementasi, dimana pasien dapat menunjukkan
kemampuannya dalam mengidentifikasi halusinasi, dapat mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan kegiatan,
namun tingkat kemandirian pasien dalam melakukan tujuan khusus masih
belum tercapai
Kedua klien bersedia mengikuti TAK (terapi aktivitas kelompok) dari sesi 1
sampai sesi 5 halusinasi. Klien paham tujuan dan akibat jika pengobatan tidak
teratur. Klien menunjukkan kepatuhan dalam minum obat selama perawatan.
Faktor Pendukung antara lain kedua klien telah beberapa kali di rawat , dan
telah beberapa kali berinteraksi dengan mahasiswa dari institusi lain dan
mendapatkan asuhan keperawatan dari perawat jaga sehingga klien telah
mengetahui langkah langkah rencana dalam asuhan keperawatan pasien dengan
halusinasi. Faktor penghambat pada evaluasi adalah penulis tidak dapat
melakukan observasi langsung selama 24 jam sehingga tidak mendapatkan
data sehari hari pasien ,solusi yang dapat dilakukan untuk faktor
penghambat ,penulis selalu mengikuti timbang terima antar shift untuk dapat
mendapatkan data tentang kondisi pasien pada shift malam dan shift pagi serta
penulis mengikuti catatan pendokumentasian perawat selama 24 jam .
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dan resiko perilaku kekerasan. Pada kasus diagnosa keperawatan yang muncul
ada 6 , yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi , resiko bunuh diri, harga
diri rendah , Isolasi Sosial dan regimen terapi inefektif , RPK
DAFTAR PUSTAKA
Stuart & Sunden. 2005. Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
75
Yudi Hartono & Farida Kusumawati. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: salemba Medika
Dienda febriani,Veny Elita,Sri utami 2018 . Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Masalah Mental Emosional remaja