Anda di halaman 1dari 75

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah


berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian.
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang
signifikan di dunia karena menimbulkan masalah gangguan kejiwaan.
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan salah satu masalah yang
baru-baru ini mulai mendapat perhatian yang lebih dari masyarakat , terutama
sejak munculnya kasus-kasus terkait kesehatan jiwa yang pada akhirnya
menyebabkan hal - hal yang berdampak negatif. Penyebab dari gangguan
kesehatan jiwa bersifat multifaktorial , dengan kata lain berbagai hal dapat
menyebabkan kesehatan jiwa baik faktor internal , maupun faktor eksternal.
Faktor internal yang diketahui dapat menyebabkan gangguan kesehatan jiwa
adalah faktor genetik.
Gangguan jiwa adalah gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit
yang memengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Sama halnya
dengan penyakit fisik, penyakit mental juga ada obatnya. Gangguan jiwa
menurut Depkes RI (2010) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial .
Menurut Keliat (2009) jenis-jenis gangguan jiwa yaitu Skizofrenia ,depresi
kecemasan, gangguan kepribadian (psikopatia) ,gangguan mental organic,
gangguan kepsikomatik, retardasi mental, dan gangguan perilaku masa anak
dan remaja
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
dimensia. Diseluruh dunia , diperkirakan sekitar 10-15% dari populasi anak -
anak dan dewasa muda mengalami gangguan mental (Kieling, Baker-
Henningham et al. 2011), Berdasarkan Hasil dari Riset Kesehatan Dasar
2

(RISKESDAS) prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7


per mil dan gangguan mental emosional di Indonesia 6% (KEMENKES
RI,2013), sedangkan menurut RISKESDAS 2018 prevalensi gangguan mental
emosional pada tahun 2018 terjadi peningkatan kasus gangguan jiwa
skizofrenia sebanyak 5,3/mil. Lebih mengejutkan lagi tidak kurang dari 4%
dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak terobati secara berkelanjutan
salah satu sebabnya adalah kurangnya layanan untuk penyakit gangguan jiwa.
Ekonomi dunia yang sedang mengalami krisis ekonomi juga sangat
mempengaruhi meningkatnya penderita gangguan jiwa di dunia, khususnya di
Indonesia yang diperkirakan terdapat setidaknya sejumlah 50 juta atau 25%
dari penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa, diantaranya adalah
skizofrenia (Rabba et al.2014).
Sebanyak 16.714 warga Jawa Barat tercatat mengalami gangguan kejiwaan
berat. Diprediksi, jumlah orang dengan gangguan jiwa (OGDJ) di provinsi
berpenduduk lebih dari 45 juta jiwa ini jauh lebih banyak dari yang terdeteksi
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar tersebut. Kepala seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) dan Kesehatan Jiwa (Keswa)
Dinkes Jabar Arief Sutedjo mengungkapkan, berdasarkan data yang dihimpun
dari kabupaten/kota 2017 lalu, sebanyak 11.360 warga Jawa Barat menderita
gangguan jiwa berat. Sementara di tahun 2018 ada 16.714 penderita.
Menurut data WHO 2016 penyakit jiwa urutan ke tiga terbesar adalah
Skizofren. Skizofrenia adalah salah satu jenis psikotik yang menunjukan
gelaja halusinasi dan waham (Townsend, 2011). Pasien dengan skizofrenia
mempunyai gejala salah satunya adalah halusinasi akibat cemas
berkepanjangan yang tidak mampu dihadapi pasien menggunakan mekanisme
koping dalam diri pasien. Pendapat lain menyebutkan bahwa halusinasi yang
terjadi pada pasien skizofrenia halusinasi gangguan alam perasaan yang tidak
menentu, isi kebesaran atau kejaran, sering bertengkar atau berdebat, dan
perilaku cemas yang tidak menentu dan kemarahan (Hawari, 2014).
Menurut Yoseph (2010) skizoprenia adalah suatu gangguan fungsi pada otak.
Sedangkan menurut Direja (2011) skizoprenia merupakan bentuk psikis atau
psiko fungsional yang didalamnya terdapat gangguan utama yaitu dibagian
proses fikir yang tidak harmoni atau tidak seimbang antara proses fikir, cara
3

fikir, bahasa, dan perilaku sosial. Sedangkan periode skizoprenia akut adalah
gangguan halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berfikir
semua itu terjadi secara singkat dan kuat (Yosep,2010). Gejala skizopreni
meliputi gejala positif dan negatif, gejala positif antara lain halusinasi, delusi,
klien tidak mampu mengatur pikiran dan tidak mampu memahami siapa
dirinya. Sedangkan gejala negatif meliputi kehilangan motivasi atau apatis,
depresi yang tidak ingin ditolong (Yosep, 2010).
Halusinasi adalah terjadinya pesepsi ketika seseorang dalam kondisi sadar
tanpa adanya suatu rangsangan nyata terhadap indra (penglihatan,
pendengaran, dll). Persepsi sendiri adalah tindakan mengenali dan
menafsirkan informasi sensoris guna memberi gambaran dan pemahaman
mengenai lingkungan. Kualitas persepsi tersebut berasal dari luar ruang nyata.
Dengan begitu definisi halusinasi berbeda dengan mimpi, berkhayal, ilusi dan
pseudihalusinasi dan halusinasi ini dapat disebabkan oleh gangguan mental
gangguan pada pendengaran, gangguan tidur, mengonsumsi Alkohol dan Obat
Terlarang, migrain, menderita penyakit Alzheimer, Demensia dan Parkonsin
epilepsi dan penyebab halusinasi yang lainnya seperti demam tinggi yang
menyebabkan delirium, yakni kondisi menurunnya kemampuan untuk
memusatkan perhatian sehingga Anda menjadi linglung, mengalami
disorientasi dan tak mampu berpikir jernih, cacat indera pendengaran sejak
lahir juga isolasi sosial pada lansia. ( Stuart & Sundeen 2006 )
Di Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi khususnya di Ruang Arimbi, periode
Januari-Agustus 2018 kasus terbanyak adalah halusinasi dengan persentase
rata-rata 28,68%, kasus kedua terbanyak adalah isolasi sosial sebanyak
28,48% dan yang ketiga adalah defisit perawatan diri sebanyak 9,9%. Di
Rumah Sakit Jiwa Bogor khususnya di ruang rawat Gatot kaca 2 didapatkan
bahwa pada bulan Maret 2019 mayoritas pasien mengalami halusinasi yakni
sebesar (37%), HDR (24%), isolasi sosial (18%), DPD (14%) dan PK (6%).
Pada bulan April 2019 pasien mengalami halusinasi (37%), HDR (27%)
isolasi sosial (22%), DPD (1%) dan PK (4%). Pada Mei 2019 pasien
mengalami halusiasi (38%), HDR (9%), isolasi sosial (26%), DPD (10%)
dan PK (7%).
4

Dari data diatas dapat dilihat dalam 3 bulan terdapat kenaikan jumlah
penderita halusinasi sebanyak 1 persen ,sehingga sangat diperlukan peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa
khususnya halusinasi .Dampak yang ditimbulkan dari halusinasi dapat berupa
perilaku kekerasan, resiko bunuh diri dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
klien tentunya. Mengingat begitu berbahayanya dampak dari halusinasi
dibutuhkan peran perawat dalam perawatan klien, diantaranya dalam
pencegahan terjadinya cedera.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dapat dilakukan
dengan 4 cara yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dari segi
promotif perawat dapat melakukan sosialisasi tentang gangguan jiwa ,dari
segi preventif perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada
individu,keluarga dan masyarakat untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa
dengan cara mengurangi faktor resiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat
dan mencegah timbulnya dampak masalah psikososial. Dari segi kuratif
ditujukan untuk penyembuhan atau pemulihan. pengurangan penderitaan,
pengendalian dissabilitas,dan pengendalian gejala penyakit. Sedangkan dari
segi rehabilitative ditujukan untuk mencegah atau mengendalikan disabilitas,
memulihkan fungsi sosial, memulihkan fngsi okupasional, mempersiapkan
dan memberi kemampuan orang dengan gangguan jiwa agar mandiri di
masyarakat. Berdasarkan penjabaran diatas maka penulis tertarik untuk
membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sensori
persepsi: halusinasi Pendengaran

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi di Rumah Sakit Jiwa
H. Marzuki Mahdi Bogor.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian pada Tn. I dan Tn. S dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran
b. Menganalisa data dan menegakkan diagnosa pada Tn. I dan Tn. S
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
5

c. Merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. I dan Tn. S dengan


gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
d. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada Tn. I dan
Tn. S dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada Tn. I dan Tn. S dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
f. Menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus.
g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn. I dan Tn. S dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup tulisan ini adalah asuhan keperawatan pada Tn. I dan Tn. S
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran halusinasi pada
tanggal 18 Juni 2019- 22 Juni 2019 di Ruang Arimbi Rumah Sakit
Dr.H.Marzoeki Mahdi, Bogor.

D. METODE PENULISAN
Metode penulisan dalam makalah ini yaitu dengan studi kepustakaan,
observasi langsung dan wawancara langsung ke pada Tn. I dan Tn. S dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Karya tulis ini terdiri dari ini terdiri dari 5 bab, yaitu :
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari : latar belakang, tujuan, sistematika, dan
manfaat penulisan
BAB II : Konsep Teori, terdiri dari Konsep Dasar (pengertian dan
psikodinamika) dan konsep asuhan keperawatan halusinasi
BAB III : Tinjauan Kasus
BAB IV : Pembahasan Kasus
BAB V : Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran
1
2
6

4
5 BAB II
6 TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Halusinasi adalah presepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia, 2009).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin,
7

2005). Halusinasi atau menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari


interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
keadaan ini mungkin timbul sebagai reaksi pada masa kritis yang berlangsung
sementara, dan dimanifestasikan dengan tingkah laku yang menandakan
adanya usaha pembatasan hubungan dengan dunia luar dan reaksi terbatas
terhadap rangsang luar. timbulnya reaksi ini berbeda-beda dari jarang hanya
sesekali atau menetap. (Jaya, 2013). Halusinasi merupakan gangguan presepsi
dimana pasien mempresepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

B. Psikodinamika
1. Penyebab
Menurut Sunaryo, 2004 penyebab halusinasi adalah sebagai berikut:
Terjadinya perubahan sensori persepsi: halusinasi dipengaruhi oleh
multifaktor baik eksternal maupun internal diantaranya adalah
Koping individu tidak adekuat, Individu mengisolasi dari lingkungannya,
Ada trauma yang menyababkan rasa rendah diri, Koping keluarga tidak
efektif, Permasalahan yang kronik dan tidak terselesaikan, proses
terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor predisposisi dan faktor
presipitasi

a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2011) adalah :

1) Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya
mengontrol emosi dan keharmonisan keluarga menyebabkan klien
tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi hilang percaya
diri.

2) Faktor sosiokultural
8

Seseorang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak bayi akan


membekas di ingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa di
singkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

3) Faktor biokimia

Adanya stress yang berlebih yang di alami oleh seseorang maka di


dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang bersifat
halusinogenik neurokimia buffofenon dan metytranferase sehingga
terjadi ketidakseimbangan asetil kolin dan dopamine.

4) Faktor psikologis

Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab akan


mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat aditif. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam
nyata.

5) Faktor genetik dan pola asuh

Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan


hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor presipitasi

Penyebab halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi (Yosep, 2011), adalah

1) Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti


kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam
waktu yang lama.

2) Dimensi emosional
9

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak


dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

3) Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu


dengan halusinasi akan memperhatikan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan implus yang menekan, namun merupakan suatu hal
yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku
klien.

4) Dimensi sosial

Klien mengalami gangguan interaksi dalam fase awal dan


comforting, klien menggangap bahawa hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial,kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi di jadikan system kontrol oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa
ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk
mengikuti isi halusinasi itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam
melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan
suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungan
dan halusinasi tidak berlangsung.

5) Dimensi spiritual

Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,


rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
10

berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama


sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan
bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas
tujuan hidupnya

2. Komplikasi
Menurut Sunaryo, 2004 dampak dari gangguan sensori persepsi: halusinasi
adalah:
a. Resiko perilaku kekerasan
Hal ini terjadi bahwa klien dengan halusinasi kronik cenderung marah
dan menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
b. Kerusakan interaksi sosial
resiko menciderai lingkungan, maka lingkungan akan menjauh dan
mengisolasinya.
3. Dampak gangguan sensori persepsi terhadap kebutuhan dasar manusia
(menurut Yosep, 2010)
a. Kebutuhan nutrisi
Individu dengan halusinasi pendengaran, biasanya merasa asyik
dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga waktu untuk makan
tidak ada. Disamping itu juga bila halusinasinya mengancam dirinya
makan ia akan cenderung menolak ddan menghindari makan. Sehingga
dampak yang terjadi adalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

b. Kebutuhan istirahat dan tidur


Suara halusinasi didengar secara terus menerus dapat menyebabkan
individu merasa tidak aman, takut ataupun gelisah sehingga individu
tersebut merasa tidak mampu mengontrol halusinasinya, hal ini dapat
mengakibatkan kebutuhan istirahat dan tidur terganggu
c. Perawatan diri atau personal hygiene
Individu dengan halusinasi pendengaran kadang-kadang merasa cemas,
takut, gelisah ataupun curiga sehingga hal ini menyebabkan
menurunnya minat individu untuk mengurus dirinya. Selain itu juga
halusinasi dengar membuat individu menjadi asyik dengan pikiran dan
dunianya sendiri, sehingga individu menjadi kurang perhatian dan
kurang memotivasi terhadap kebersihan dirinya.
d. Eliminasi
Individu dengan halusinasi pendengaran cenderung menarik diri,
menyendiri dengan duduk terpaku dengan pandangan kearah tertentu
11

sehingga aktivitas berkurang. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya


metabolisme tubuh dan peristaltik usus, sehhingga dapat menimbulkan
konstipasi dan terjadinya gangguan eliminasi.
e. Intoleran aktivitas
Adanya rasa rendah diri menyebabkan individu menarik diri dan selalu
menyendiri dan tidak mau bergaul dan melakukan aktivitas bersama-
sama dengan temannya. Disamping itu, karena asyik dengan dunianya
sendirisehingga akan menyebabkan kurang motivasi dalam
beraktivitas.
f. Kebutuhan rasa aman
Jika halusinasinya mengancam individu maka ia cenderung gelisah,
takut ataupun bingung. Hal ini menimbulkan rasa tidak aman pada
individu
g. Kebutuhan dicintai dan mencintai
Pada klien yang mengalami halusinasi pendengaran cenderung akan
manrik diri karena akan beranggapan bahwa penyebab halusinasi
berasal dari proses mempelajari tingkah laku orang lain, hubungan
orang lain atau pendapat orang lain tentang dirinya, maka kebutuhan
akan mencintai dan dicintai akan terganggu.
h. Komunikasi
Pada klien dengan halusinasi pendengaran cederung akan
menunjukkan perilaku inkoheren, kadang sulit untuk memulai
pembicaraan, hal ini akan berdampak terganggunya komunikasi verbal.
i. Sosialisasi
Klien dengan halusinasi pendengaran cenderung bersikap masa bodoh
(apatis) terhadap lingkungan maupun terhadap dirinya, kadang-kadang
pembicaraannya tidak wajar. Hal ini akan menyebabkan klien menarik
diri dari pergaulan sosial, dampaknya gangguan interaksi sosial
j. Kebutuhan spiritual
Halusinasi sering dirasakan sebagai suara bisikan tuhan, setan
sehingga klien ketakutan dan tidak menyadari keberadaan dirinya
sehari-hari. Akibatnya individu terputus hubungan dari tuhan yang
merupakan sumber dari kekuatan dan kepercayaan. Dampaknya
pemenuhan spiritual terganggu
k. Kebutuhan aktualisasi diri
Pada klien yang mengalami halusinasi pendengaran cenderung masa
bodoh dengan lingkungan dan dirinya serta tidak mampu mengambil
12

keputusan secara biologis. Hal ini akan berpengaruh terhadap


pencapaian aktualisasi diri. Dampaknya aktualisasi diri terganggu.

C. Jenis - jenis Halusinasi


Menurut Yosep (2007: 79), jenis halusinasi di bagi menjadi 8 yaitu :

1. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)


Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara
bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar
sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara
tersebut di tujukan pada penderita sehingga tidak jarang penderita
bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.

Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, bahkan
mungkin datang dari tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa
menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa
ancaman, mengejek, memaki atau bahkan yang menakutkan dan
kadang-kadang mendesak/ memerintah untuk berbuat sesuatu
seperti membunuh dan merusak.

2. Halusinasi penglihatan (visual, optik)


Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).
Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang
mengerikan.

3. Halusinasi penciuman (olfaktorik)


Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambungkan rasa bersalah pada penderita.

Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita


sebagai suatu kombinasi moral.

4. Halusinasi pengecapan (gustatorik)


Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi
gastorik lebih jarang dari halusinasi gustatorik.
13

5. Halusinasi raba (taktil)


Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat, yang bergerak
di bawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan
skizofrenia.

6. Halusinasi seksual/ halusinasi raba


Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizofrenia
dengan waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.

7. Halusinasi kinestetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau
anggota badannya yang bergerak-gerak, misalnya “phantom
phenomenon” atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak
(phantom limb). Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik
tertentu akibat pemakaian obat tertentu.

8. Halusinasi visceral;
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.

D. Pathofisiologi
Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang
menderita halusinasi akan menganggap sumber dari halusinasinya
berasal dari lingkungannya atau stimulus eksternal (Yosep, 2011). Pada
fase awal masalah itu menimbulkan peningkatkan kecemasan yang
terus dan sistem pendukung yang kurang akan menghambat atau
membuat persepsi untuk membedakan antara apa yang dipikirkan
dengan perasaan sendiri menurun. Meningkatnya pada fase comforting,
klien mengalami emosi yang berlanjut seperti cemas, kesepian,
perasaan berdosa dan sensorinya dapat dikontrol bila kecemasan dapat
diatur. Pada fase ini klien cenderung merasa nyaman dengan
halusinasinya. Pada fase condermning klien mulai menarik diri. Pada
fase controlling klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya
berhenti. Pada fase conquering klien lama kelamaan sensorinya
14

terganggu, klien merasa terancam dengan halusinasinya terutama bila


tidak menuruti perintahnya.

A. Tahapan Halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia
(2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
1. Fase I: Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian,
rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
2. Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda
sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital
(denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman
sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan
realita.
3. Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan
dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah
dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
15

B. Rentang Respon Halusinasi

Bagan 2.1
Rentang respon Halusinasi

i
ADAPTIF MALADAPTIF

Pikiran Logis Gangguan


pikir/delusi
Persepsi Akurat
Distorsi pikiran Halusinasi
Emosi ilusi
Konsistensi Reaksi emosi
Reaksi emosi berlebihan
dengan
berlebihan
Pengalaman
Perilaku
Perilaku aneh disorganisasi
Perilaku sesuai
Menarik diri Isolasi Sosial
Berhubungan
Sosial

1. Pikiran logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat, yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra
yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang
sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
16

3. Emosi konsisten, yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek


keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung
tidak lama.
4. Perilaku sesuai, yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosialdan
budaya umum yang berlaku.
5. Hubungan sosial harmonis, yaitu hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam
bentuk kerjasama.
6. Proses pikir kadang terganggu (ilusi), yaitu menifestasi dari persepsi
impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran
sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan
kejadian yang telah dialami sebelumnya.
7. Halusinasi ,yaitu persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada
8. Emosi berlebihan atau kurang, yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
9. Perilaku tidak sesuai atau biasa, yaitu perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma
sosial atau budaya umum yang berlaku.
10. Perilaku aneh atau tidak biasa, yaitu perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma
sosial atau budaya umum yang berlaku.
11. Menarik diri, yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
12. Isolasi sosial, yaitu menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial
dalam berinteraksi.
(Yudi Hartono, 2012)

C. Sumber Koping
Sumber koping berupa pilihan atau strategi yang membantu untuk
menetapkan apa yang dapat dilakukan sebagaimana yang telah ditetapkan
Lazarus (1985) dalam Rasmun (2004), mengidentifikasi lima sumber
koping yang dapat membantu individu beradaptasi dengan stressor yaitu,
ekonomi, ketrampilan dan kemampuan, tehnik pertahanan, dukungan sosial
dan motivasi.
17

Kemampuan menyelesaikan masalah termasuk kemampuan untuk mencari


informasi, identifikasi masalah, mempertimbangkan alternative dan
melaksanakan rencana. Sosial skill memudahkan penyelesaian masalah. Aset
materi mengacu pada keuangan, pada kenyataannya sumber keuangan
meningkatkan pilihan koping sesorang dalam banyak situasi stress.
Pengetahuan dan intelegensia adalah sumber koping lainnya yang dimiliki
individu uantuk mengatasi stress. Di samping itu, sumber yang lain dapat
berupa ; kekuatan identitas ego, komitmen untuk jaringan sosial, stabilitas
kultural, suatu sistem yang stabil dari nilai dan keyakinan, orientasi
pencegahan kesehatan dan genetik atau kekuatan konstitusional (Stuart &
Laraisa, 2001).

D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping klien Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
menurut Stuart (2007), perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien
dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurologis
maladaptive yaitu :

1. Regresi
Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisahkan sedikit energi untuk aktifitas
hidup sehari-hari.

2. Proyeksi
Sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi

3. Menarik diri

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah:
1. Data Subyektif: pasien mengatakan :
a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
18

b. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.


c. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
d. Melihat bayangan, bentuk geometris bentuk kartun, melihat hantu atau
monster.
e. Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
f. Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses.
g. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
2. Data obyektif
a. Bicara atau tertawa sendiri.
b. Marah-marah tanpa sebab.
c. Mengarahkan telinga ke arah tertentu.
d. Menutup telinga.
e. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
f. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
g. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
h. Menutup hidung.
i. Sering meludah.
j. Muntah.
k. Menggaruk-garuk permukaan kulit.
( Yosep 2010 )

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Psikofarmatika adalah obat-obatan kimia yaitu obat-obatan psikotropika
yang dapat mempengaruhi bagian-bagian otak tertentudan menekan atau
mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala tertentu pada penderita.
Gejala tersebut meliputi yang berhubungan dengan proses pikir,
berhubungan dengan alam perasaan dan emosi dan perilaku penghayatan
pribadi manusia.
Therapi psikofarmaka menurut Towsend, (2009) untuk pasien dengan
halusinasi:
19

a. Chlorpormazine (CPZ)
1) Mekanisme kerja: anti psikotik dapat menyekat reseptor dopamine
post sinaps pada ganglia basal, hipotalamus, system limbic, batang
otak dan medula.
2) Indikasi: cegukan yang sulit diatasi, mual, muntah berat.
3) Kontraindikasi: depresi sumsum tulang , kerusakan otak
subkortikal, penyakit parkinson, hipertensi berat atau hipotensi,
glaukoma, diabetes.
4) Efek samping: sakit kepala, pusing, penglihatan kabur dan ruam
kulit
b. Haloperidol (HP)
1) Mekanisme kerja: tampaknya menekan susunan syaraf pusat pada
tingkat subkorpikal formasi reticular otak. Diperkirakan
menghambat sistem aktivasi reticular asenden batang otak.
2) Indikasi: penanganan gejala demensia pada lansia, pengendalian
TIK dan pengucapan vokal
3) Kontraindikasi: depresi sumsum tulang, kerusakan otak
subkortikal, penyakit parkinson hipotensi atau hipertensi berat
4) Efek samping: sakit kepala, pusing, penglihatan kabur, mulut
kering, mual, muntah, dan ruam kulit
c. Hexymer
1) Mekanisme kerja: bekerja memeriksa ketidakseimbangan defisiensi
dopamine dan kelebihan asetilkolin dalam corpus striatum,
reseptor, asetilkolin disekat sinaps untuk mengurangi efek
kolinergik berlebih
2) Indikasi: semua bentuk parkinson
3) Kontraindikasi: hipersensitifitas terhadap obat ini, glaukoma sudut
tertutup, hipertropi prostat.
4) Efek samping: mengantuk, pusing, penglihatan kabur, kegugupan,
ruam kulit, takikardia, mulut kering, mual, muntah, konstipasi dan
retensi urine.

2. Penatalaksanaan non farmakologi


Untuk penatalaksanaan non farmakologi dapat dilakukan kegiatan Terapi
Aktivitas kelompok ( TAK ) untuk merangsang stimulasi sensorik dan
stimulasi persepsi
20

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor, sumber koping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengkajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi:
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan
alamat klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari,
dependen.
c. Faktor Predisposisi
Meliputi Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua,harapan orang
tua yang tidak realistis,kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba
tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban
perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain
yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri
yang berlangsung lama.

d. Aspek Fisik / Biologis


Meliputi hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan ,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial meliputi :
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2) Konsep diri :
21

a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,
persepsi negatip tentang tubuh.Preokupasi dengan bagia tubuh
yang hilang, mengungkapkan keputu asaan, mengungkapkan
ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri. Klien
mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
sosialdengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok
yang diikuti dalam masyarakat.
f) Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka
menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan perawat.
g) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain (lebih sering
menggunakan koping menarik diri).
h) Aspek Medik
22

Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi


ECT, Psikomotor, therapy okupasional, TAK , dan rehabilitas
1. Masalah keperawatan
Dari hasil pengkajian yang ada dapat disimpulakan beberapa masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada klien gangguan orientasi realitas /
GOR khususnya dengan klien gangguan sensori persepsi, yaitu:
a. Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.
b. Isolasi sosial.
c. Resiko tinggi mecenderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan masalah kesehatan aktual atau potensial
yang mampu diatasi oleh perawat berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya. Dalam penyusunan diagnosa keperawatan akan lebih
mudah bila kita menggunakan pohon masalah. Dibawah ini adalah
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan sensori
presepsi : Halusinasi (Keliat, 2005) antara lain :
1. gangguan sensori presepsi : Halusinasi
2. isolasi sosial
3. Risiko perilaku kekerasan

2. Pohon masalah
Bagan 2.2 Pohon Masalah

Risiko Perilaku kekerasan

Gangguan Sensori Presepsi :Halusinasi


Core Problem
23

Isolasi Sosial

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada perubahan sensori


presepsi : Halusinasi (Keliat, 1998) antara lain :
a. Gangguan Sensori Presepsi : Halusinasi
b. Isolasi Sosial
c. Risiko Perilaku Kekerasan

3. Analisa data
Data yang didapatkan sesuai masalah yang ditemukan pada pasien sesuai
pohon masalah yang dimiliki.
4. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan dari pengkajian untuk memenuhi
kebutuhan klien yang tidak diketahui. Rencana keperawatan merupakan
mata rantai antara penetapan kebutuhan klien dan pelaksanaan tindakan.
Perencanaan terdiri dari penetapan tujuan, intervensi atau rencana
tindakan, dan rasional. (Keliat, 2009).

I. Intervensi Keperawatan
1.1 Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Tujuan Khusus :
klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Hasil :
klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa
senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama,
mau menjawab nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan
dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.
Rencana Tindakan adalah bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan
ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan
& tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap
jujur dan menepati janji setiap kali interaksi,tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya, beri perhatian kepada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang
24

dihadapai klien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan


klien.
Rasional : bila sudah terbina hubungan saling percaya diharapkan klien
dapat kooperatif, sehingga pelaksanaan asuha keperawatan dapat berjalan
dengan baik.
1.2 Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Tujuan Khusus :
klien dapat mengenal halusinasinya.
Kriteria Evaluasi :
klien dapat menyebutkan isi, waktu, frekuensi timbulnya halusinasi, klien
dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
RencanaTindakan adalah adakan kontak sering dan singkat secara
bertahap, observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, yaitu
dengan tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika klien menjawab iya lanjut apa
yang dikatakan, katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal itu
namun perawat sendiri tidak mengalaminya dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi, katakan ada klien lain yang mengalami hal
yang sama dan katakan bahwa perawat akan membantu klien, diskusikan
dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi dan waktu serta
frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, dan malam atau sering
dan kadang-kadang), diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah,sedih,senang,cemas dan jengkel) dan diskusikan
dengan klien apa yang harus dilakukan dengan klien untuk mengatasi
perasaan tersebut.
Rasional : kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan
saling percaya, juga dapat memutuskan halusinasi, mengenal perilaku pada
saat halusinasi timbul, memudahkan perawat saat melakukan intervensi,
mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindarkan faktor
pencetus timbulnya halusinasi. Dengan mengetahui waktu, isi dan
frekuensi munculnya halusinasi mempermudah tindakan keperawatan
yang akan dilakukan perawat untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi
pasienm untuk mengetahui koping yang digunakan oleh klien dan agar
25

klien mengetahui akibat dari menikmati halusinasi sehingga klien


meminimalisir halusinasinya.

1.3 Tujuan Umum


Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Tujuan Khusus : klien dapat mengontrol halusinasinya.
Kriteria Evaluasi : klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya
dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, klien dapat menyebutkan
cara baru untuk mengontrol halusinasi, klien dapat memilih cara mengatasi
halusinasi, melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan
halusinanasinya dan mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Rencana Tindakan adalah identifikasi bersama klien cara tindakan yang
dilakukan jika terjadi halusinasi (seperti tidur, marah, menyibukan diri,
dll), diskusikan cara yang digunakan klien jika cara yang digunakan
adaptif beri pujian, berikan cara baru untuk memutus/mengontrol
timbulnya halusinasi seperti katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak
nyata (saya tidak mau dengar/lihat/menghidu/raba/kecap saat halusinasi
terjadi), menemui orang lain ( perawat, teman, anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya, membuat dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang telah disusun, meminta keluarga/teman/perawat
jika sedang berhalusinasi, bantu memilih cara yang sudah dianjurkan dan
dilatih, beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih, evaluasi
hasilnya dan beri pujian jika berhasil dan anjurkan klien untuk mengikuti
aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi presepsi.
Rasional : upaya untuk memutuskan siklus halusinasi sehingga halusinasi
tidak berlanjut, peinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
dan memberikan alternatif pilihan bagi klien untuk mengontrol
lingkungannya.

1.4 Tujuan Umum


Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Tujuan Khusus Keempat :
klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusnasinya.
Kriteria Evaluasi : keluarga mau untuk mengikuti pertemuan dengan
perawat, dan keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda & gejala,
proses terjadinya halusinasi serta tindakan untuk mengendalikan
halusinasi.
26

Rencana Tindakan adalah buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan


yang membahas tentang pengertian halusinasi, tanda & gejala, proses
terjadinya halusinasi, cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi, cara merawat anggota keluarga yang halusinasi
dirumah (seperti beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama) dan beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan
bagaimana mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi dirumah.
Rasional : untuk mendapatkan bantuan keluarga mengontrol halusinasi,
untuk mengetahui pengetahuan keluarga dan meningkatkan kemampuan
pengetahuan dengan keluarga, agar keluarga dapat merawat klien atau
anggota keluarga lain yang berhalusinasi di rumah dan keluarga klien
menjadi tahu cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di
rumah.

1.5 Tujuan umum


Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Tujuan Khusus :
klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria Evaluasi : klien dapat menyebutkan manfaat minum obat,
kerugian tidak meminum obat, nama, warna, dosis dan efek samping obat,
klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar, klien
dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter.
Rencana Tindakan adalah diskusikan dengan klien tentang manfaat dan
kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek
samping penggunaan obat, pantau klien saat penggunaan obat, beri pujian
jika klien menggunakan obat dengan benar, diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi dengan dokter dan konsultasi kepada
dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Rasional : dengan menyebutkan dosis, frekuensi, dan manfaat obat,
diharapkan klien melaksanakan program pengobatan, menilai kemampuan
klien dalam pengobatannya sendiri, program pengobatan dapat berjalan
sesuai rencana dan dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka
kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

5. Implementasi
27

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan


keperawatan. Bertujuan agar pasien memiliki kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotorik. Strategi implementasi tindakan keperawatan
menggunakan Strategi Tindakan Keperwatan (SP) yang berprinsip bahwa
setiap kali interaksi dengan pasien output interaksi haruslah sampai kepada
kemampuan koping pasien walaupun pertemua –pertemuan tersebut
merupakan pertemuan pertama oleh karenanya tindakan keperawatan
tidaklah terpaku pada tujuan khusus. Pada satu kesempatan interaksi dapat
mengimplementasikan beberapa tindakan keperawatan untuk mencapai
beberapa tujuan khusus. Walaupun implementasi tindakan keperawatan
berurutan secara prioritas, namun tidak berarti bahwa sebelum masalah
keperawatan utama terselesaikan, masalah lain tidak perlu ditangani.

Penerapan Strategi Pelaksanaan Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan


yang dilakukan :
a. Melatih klien mengontrol halusinasi :
1) Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi
2) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
3) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
4) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal
b. Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya
ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga ,
sehingga keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol
halusinasi.
1) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam
merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi
klien dengan menghardik
2) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien
halusinasi dengan enam benar minum obat
3) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien
halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
28

4) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag memnafaatkan


fasilitas kesehatan untuk follow up klien halusinasi
c. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
karena klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat
baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain,
perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan
diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi
modalitas yaitu terapi aktivitas yang meliputi : terapi musik, terapi
seni, terapi menari, terapi relaksasi, terapi sosial, terapi kelompok ,
terapi lingkungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu menvalidasi dengan
singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien
sesuai dengan kondisinya saat ini (here and now). Perawat juga
menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelektual, teknikel, sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan.
Dinilai kembali apakah aman bagi klien. Lakukan kontrak dengan
klien yang diharapkan. Dokumentasikan semua tindakan yang
dikerjakan dan respon klien.

6. Evaluasi Tindakan Keperawatan


Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi
dibagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta
umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai
pola pikir (Keliat, 2005).
29

S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah


dilaksanakan.
O : respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : analisa ulang atas data subyektif untuk menyimpulkan apakan masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi
dengan masalah yang ada.
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien.

Hasil akhir yang diharapkan setelah dilakukan implementasi atau tindakan


keperawatan pada klien dengan gangguan sensori presepsi : halusinasi
pendengaran adalah klien mampu mejelaskan pengertian, tanda & gejala,
waktu dan lamanya halusinasi, klien mampu mengontrol halusinasinya,
keluarga dapat mengenal masalah yang ditemukan dalam merawat klien
dirumah.
30

BAB III
TINJAUAN KASUS 1

RUANGAN RAWAT : Bangsal Arimbi RS .DR .H Marzoeki mahdi


TANGGAL DIRAWAT : 13 juni 2019

B. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Sdr. I
JenisKelamin : Laki-laki
TanggalPengkajian : Selasa, 18 Juni 2019
Umur : 30 tahun
Alamat : Citeureup ,Bogor
Pendidikan terakhir : SLTP
Informan : Klien, orang tua , Ketua RT ,RM, petugas dan
pemeriksaan fisik.
No RM : 180365

2. Alasan Masuk
Klien mengatakan dibawa ke RS.MM oleh bapaknya , tetangga dan ketua
RT, karena pasien sering teriak teriak dan marah marah di rumah sehingga
mengganggu warga . klien mendengar bisikan-bisikan sejak SMP yang
mengatakan dirinya banyak salah dan melihat bayangan berupa kepala
manusia laki laki dan memandang pasien dengan tersenyum
31

3. Faktor Predisposisi
a. Riwayat gangguan jiwa
Klien pernah di rawat di RS.MM 1 kali di tahun 2016 dan 3 x di tahun
2017 ,
b. Riwayat pengobatan
Klien mengatakan sering kontrol ketika obatnya habis, dan kambuh
kembali karena bebrapa kali Kontrol ke puskesmas beberapa jenis
obat obat tidak tersedia ,dan untuk kontrol ke RSMM keluarga tidak
ada Biaya , sehingga klien sempat putus obat
c. Riwayat Penganiayaan dan tindakan kriminal
Klien mengatakan tidak pernah memukul atau melukai orang lain ,
hanya teriak teriak dan marah marah sendiri
Masalah keperawatan : Regimen Therapy in effektif, RPK

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak memiliki keluarga dengan riwayat gangguan
jiwa.
Masalah Keperawatan tidak ada

e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakan pengalaman yang tidak menyenangkan adalah
pernah di putuskan hubungan sepihak oleh pacarnya dan sejak itu
selalu ditolak oleh wanita yang di sukai nya. klien mengatakan
perasaan nya sangat sedih dan klien mengatakan sakit hati dan merasa
tidak berharga
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

4. Faktor Presipitasi
Pasien putus obat , karena beberapa kali control ke puskesmas tidak
mendapatkan obat yang biasa di konsumsi
Masalah keperawatan : Regimen Therapi Ineffektif
32

5. Fisik
Tindakan vital TD : 120/70 mmHg, Sh 37 C , HR 92 x /M , RR 28x /m
Berat dan Tinggi Badan : 152 Cm BB : 45 Kg
Keluhan fisik
Klien mengatakan pusing secara tiba tiba tetapi hilang begitu saja dengan
tiba tiba juga
Riwayat Therapi OAT sampai selesai
Masalah keperawatan : tidak di temukan

6. Psikososial
Genogram

Klien anak pertama dari 5 bersaudara , 4 laki dan bungsu wanita , kedua
orangtua masih hidup dan semua tinggal serumah .
Sebagai anak pertama klien merasa tidak di hargai dan tidak pernah
didengarkan oleh adik adik nya , klien merasa disebabkan karena klien
tidak punya penghasilan ,
Klien di asuh oleh kedua orang tua cenderung bebas atau tidak memiliki
aturan aturan khusus dan tinggal bersama keempat adiknya Klien
mengatakansemua adik adik nya kurang menghormati dirinya, sering di
ejek dengan kata-kata seperti : payah , cemen ,
Masalah keperawatan Harga Diri Rendah

Keterangan:
= perempuan
33

= laki-laki
= klien
= garis pernikahan
= garis keturunan
= keluarga yang tinggal serumah
= meninggal

7. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan namanya adalah I. Klien
mengatakan dirinya adalah laki laki dan merasa menyukai seluruh
anggota tubuh dan fungsi nya
b. Identitas : Klien mengatakan dirinya sebagai seorang laki-laki,
berpakaian seperti laki-laki.
c. Peran:Klien berperan sebagai pria dewasa , pernah bekerja menjadi
cleaning service dan sudah 5 kali pindah karena gajinya kecil
d. Ideal diri : Klien berharap dapat cepat sembuh ,pulang dari RSMM ,
dapat kembali bekerja dan memiliki pasangan hidup dan berkeluarga
e. Harga diri : Klien mengatakan sering tidak dihargai oleh adik adik nya
sering diejek karena tidak bekerja , dan mengatakan jika dirinya
mungkin akan lebih dihargai jika bekerja , memiliki uang dan bisa
membantu orang tua ( secara Ekonomi )
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

8. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup klien adalah
orang tuanya.
b. Peran serta dalam masyarakat
Klien mengatakan sebagai warga di desanya sering mengikuti
kegiatan di desanya seperti kerja bakti dan ronda, namun semenjak
34

menderita halusinasi tidak lagi mengikuti kegiatan tersebut , hanya


mengikuti kegiatan sholat berjamaah di masjid.
c. Hambatan dalam hubungan sosial
Klien mengatakan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan
teman , beliau mengatakan sering disuruh suruh oleh orang – orang
disekitarnya dan di Ejek dan di suruh suruh ,sehingga klien merasa
malas dan takut berinteraksi dan menjadi lebih sering dalam kamar.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

9. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dirinya beragama Islam.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan saat ini berusaha menjaga sholat lima waktunya.
Masalah Keperawatan : Tidak di temukan masalah keperawatan

10. Status Mental


a. Penampilan
Klien memakai baju dan celana dengan benar,penampilan bersih ,
mandi 2 s/d 3 kali sehari , tidak bau badan , rambut bersih
Masalah Keperawatan : Tidak di temukan masalah Keperawatan
b. Pembicaraan
Klien dapat berbicara dengan jelas dan dapat menjawab pertanyaan
dari praktikan dengan tepat. Dari hasil observasi, klien dapat berbicara
dengan baik dengan teman-temannya.
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan
c. Aktivitas Motorik
Klien tampak mondar mandir , menunjuk ke satu tempat , muka
tampak tegang , mata melotot dan nafas tampak cepat, tampak sering
tiduran,berinteraksi hanya dengan teman sekamar
Masalah keperawatan : RPK , Halusinasi, Isolasi Sosial
d. Alam perasaan
35

Klien mengatakan saat ini perasaannya baik-baik saja., hanya ingin


pulang dan ingin merokok dan minum kopi
Keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan

e. Afek
Dari hasil observasi, afek klien sesuai. Klien tertawa bila ada yang
melucu dan saat keadaan serius klien juga menampilkan ekspresi
serius.tampak sedih dan tampak murung saat membicarakan tentang
pacarnya
Masalah keperawatan :Harga Diri Rendah
f. Interaksi selama wawancara
Selama pembicaraan klien kooperatif dan dapat menjawab sesuai
pertanyaan petugas , Kontak mata kurang, Hanya mau bicara/interaksi
dengan teman sekamar dan perawat, suara lemah dalam menjawab
pertanyaan perawat , kurang aktif saat dilakukan tindakan TAK
Masalah keperawatan : Harga Diri rendah , Isolasi Sosial
g. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan
dirinya banyak salah dan sering melihat bayangan kepala laki laki yang
melihat ke dirinya sambil tersenyum , bayangan sering muncul di
malam hari setelah maghrib
Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran dan Penglihatan
h. Proses Pikir
Klien dapat menghitung dengan baik , mampu mengingat nama2
keluarga dan beberapa perawat
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan
i. Isi pikir
Klien tidak mengalami gangguan Isi pikir
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan
j. Tingkat kesadaran
36

Kesadaran klien baik, composmentis. Ketika ditanya tentang waktu,


tempat dan hari, klien dapat menjawab dengan benar yaitu hari Selasa
pukul 15.00 di RS.MM
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan

k. Memori
Klien tidak memiliki masalah dengan memorinya.,klien dapat
mengingat nama orang tua , nama adik adik nya , dan nama2 perawat
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, klien berkonsentrasi dan tidak mudah terdistraksi
oleh keadaan di sekitar klien. Kemampuan berhitung baik.
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan
m. Kemampuan penilaian
Tidak ditemukan gangguan kemampuan penilaian klien
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan
n. Daya tilik diri
Daya tilik diri klien baik. Klien menyadari bahwa dirinya sakit karena
mendengar suara suara dan melihat bayangan kepala manuasia yang di
sebut halusinasi . Dan ingin segera sembuh
Masalah keperawatan :Tidak di temukan masalah keperawatan

11. Kebutuhan Persiapan Pulang


a. Makan
Klien harus disiapkan makan dan dapat makan secara mandiri
b. B.A.B/B.A.K
Klien b.a.b/b.a.k secara mandiri di WC.
c. Mandi
Klien Tetap perlu di ingatkan waktu mandi dan berganti pakaian setiap
selesai mandi
d. erpakaian/berhias
37

Klien dapat berpakaian secara mandiri.


e. Istirahat/Tidur
Klien di jadwalkan tidur siang 2 sd 3 jam per hari
Klien di jadwalkan tidur malam 6 sd 7 Jam perhari
f. Penggunaan obat
Perlunya penyuluhan kesehatan terhadap keluarga dan pasien tentang
prinsip minum obat
Selama dirawat, klien minum obat secara teratur. Selama di rumah,
klien mengatakan putus obat karena obatnya tidak tersedia di
Puskesmas
g. Pemeliharaan Kesehatan
Koordinasi dengan pihak Keluarga , pengurus RT , Kader Kesehatan
wilayah tempat tinggal untuk control ke Puskesmas dan RS MM
h. Kegiatan di rumah
Dibuatkan jadwal sehari hari Klien
i. Kegiatan di luar rumah
Kegiatan klien di luar rumah sebaiknya di awasi dan di damping

12. Mekanisme Koping


Maladaptif: Menghindari masalah, Mengamuk dan Marah marah
Masalah Keperawatan : Mekanisme koping inefektif, Resiko Prilaku
kekerasan

13. Masalah Psikososial Dan Lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Sering di ejek dan di
Suruh suruh ,malas berinteraksi dengan orang lain , lebih sering
dikamar
b. Masalah dengan dukungan lingkungan , spesifik : sering di Ejek ,
malas berinteraksi , sering di kamar
c. Masalah dengan pendidikan , spesifik : klien sekolah hanya sampai
SMP
38

d. Masalah dengan pekerjaan , spesifik : klien tidak mempunyai


pekerjaan tetap.
e. Masalah dengan perumahan ,spesifik : Tidak terkaji
f. Masalah dengan ekonomi spesifik : klien tidak bekerja dan tidak
mempunyai uang , klien hanya mendapat kan uang dari pemberian
adik2 nya atau dari orang lain
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan spesifik : Klien tidak memiliki
biaya untuk control ke RS MM dan hanya control ke puskesmas
namun sering di puskesmas tidak mendapatkan obat secara lengkap
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial , Regimen Therapy in
effektif , Harga Diri rendah.

14. Pengetahuan Kurang Tentang


Penyaki tjiwa Sistem pendukung
√ Faktor presiptasi Penyakit Fisik
√ Koping  Obat-obatan
Lainnya

15. Aspek Medis


Diagnosa Medis : Skizofren Paranoid
TerapiMedik (18 Juni 2019)
NO Nama Obat Dosis Indikasi Efek samping
1 Haloperidol 5mg / 8 jam Psikosis akut dan insomnia, eforia, agitasi,
/oral kronis. pusing, depresi, lelah, sakit
Halusinasi pada kepala, mengantuk, bingung,
skizofrenia vertigo, kejang.
2 Chlorpromazine Hcl 10mg /24 Antipsikotik, Mengantuk, berat badan naik,
jam /oral menenangkan air liur bertambah, pusing,
pikiran dan konstipasi, mual, sesak napas,
menghilangkan mengompol saat tidur
halusinasi
3 Trihexypenidyl 2mg /12 jam Kaku-kaku tubuh Mengantuk, pusing,
/oral dan mengurangi penglihatan kabur,
gemetar disorientasi, hipotensi, mual,
39

muntah, retensi urine


4. Triflurpromazine 5mg/ 8 jam Kecemasan Gatal gatal, sulit bernafas
/oral ,pembengkakan pada wajah
,bibir, lidah atau tenggorokan

C. DAFTAR MASALAH
1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran dan Penglihatan
2. Risiko perilaku kekerasan
3. Penatalaksanaan Regimen Terapeutik Inefektif
4. Isolasi Sosial
5. Harga Diri Rendah

D. ANALISIS DATA
Data Masalah
DS :
 Klien mengatakan dibawa ke RS.MM oleh Risiko perilaku kekerasan
bapaknya , Ketua RT karena marah marah dan
teriak teriak yang meresahkan warga dan
keluarga di Rumah
DO :
 Klien tampak sesekali melotot dan mengatakan
pusing ,nafas cepat dan tampak tegang , klien
mampu beristighfar , klien mampu menarik
nafas dalam
DS :
 Klien mengatakan melihat bayangan kepala laki Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
laki yang melihat dirinya sambil tersenyum Pendengaran dan penglihatan
 Klien melihat bayangan sering pada sekitar jam
19 .00 malam sd dini hari , kadang muncul
disiang dan sore hari
 Respon klien beristighfar dan membiarkan saja,
kadang ketakutan
- Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang
menyalahkannya pada pagi , siang dan sore
DO : -Klien tampak gelisah , klien tampak mondar
mandir .klien tampak menunjuk ke suatu tempat
sambil berbicara sendiri
40

DS :
 Klien mengatakan kontrol ketika obatnya habis Penatalaksanaan regimen terapeutik
tetapi dari puskesmas sering tidak inefektif
mendapapatkan obat secara lengkap dan karena
kondisi ekonomi klien tidak bisa membeli obat
kemudian klien tidak kontrol ke RSMM
 Pasien mengatakan sudah 5 kali dirawat di
RSMM
DO : -
DS : Klien mengatakan malas berinteraksi karena Isolasi Sosial
sering di ejek dan di cemooh

DO : klien tampak sering tidur


Klien hanya mau berinteraksi dgn teman
sekamar hanya jika di berikan tugas oleh
perawat, kontak mata kurang, suara lemah saat
menjawab pertanyaan perawat, kurang aktif
saat dilakukan tindakan TAK atau kegiatan di
ruangan

DS :
 Klien mengatakan pernah putus cinta dan selalu Harga Diri rendah
ditolak cinta oleh wanita , klien merasa sedih
dan sakit hati.
 Klien mengatakan sering tidak dihargai karena
tidak bekerja
DO:
 Klien tampak sangat murung jika
membicarakan hal tersebut
 Kontak mata kurang
41

POHON MASALAH

Risiko Perilaku Kekerasan

Halusinasi Pendengaran

Dan penglihatan

Isolasi Sosial

Harga Diri rendah Regimen Therapi In efektif

E. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Gangguan Persepsi sensori ; Halusinasi Pendengaran dan penglihatan
2. Isolasi Sosial
3. Harga Diri Rendah
4. Regimen Therapi In effektif
5. Resiko Prilaku kekerasan

F. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tujuan Umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.Tujuan Khusus : setelah dilakuakn 1 kali pertemuan klien
dapat membina hubungan saling percaya.Kriteria Hasil : klien dapat
menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
42

menjawab nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan


perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.
Rencana Tindakan adalah bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan
ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan
& tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap
jujur dan menepati janji setiap kali interaksi,tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya, beri perhatian kepada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang
dihadapai klien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan
klien.
Rasional : bila sudah terbina hubungan saling percaya diharapkan klien
dapat kooperatif, sehingga pelaksanaan asuha keperawatan dapat berjalan
dengan baik.

2. Tujuan Umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.Tujuan Khusus : setelah dilakukan 2 kali pertemuan klien
dapat mengenal halusinasinya. Kriteria Evaluasi : klien dapat
menyebutkan isi, waktu, frekuensi timbulnya halusinasi, klien dapat
mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
Rencana tindakan adalah adakan kontak sering dan singkat secara
bertahap, observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, yaitu
dengan tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika klien menjawab iya lanjut apa
yang dikatakan, katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal itu
namun perawat sendiri tidak mengalaminya dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi, katakan ada klien lain yang mengalami hal
yang sama dan katakan bahwa perawat akan membantu klien, diskusikan
dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi dan waktu serta
frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, dan malam atau sering
dan kadang-kadang), diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah,sedih,senang,cemas dan jengkel) dan diskusikan
43

dengan klien apa yang harus dilakukan dengan klien untuk mengatasi
perasaan tersebut.
Rasional : kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan
saling percaya, juga dapat memutuskan halusinasi, mengenal perilaku pada
saat halusinasi timbul, memudahkan perawat saat melakukan intervensi,
mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindarkan faktor
pencetus timbulnya halusinasi. Dengan mengetahui waktu, isi dan
frekuensi munculnya halusinasi mempermudah tindakan keperawatan
yang akan dilakukan perawat untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi
pasienm untuk mengetahui koping yang digunakan oleh klien dan agar
klien mengetahui akibat dari menikmati halusinasi sehingga klien
meminimalisir halusinasinya.

3. Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Tujuan
Khusus : setelah dilakukan 3 kali pertemuan klien dapat mengontrol
halusinasinya. Kriteria Evaluasi : klien dapat menyebutkan tindakan yang
biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, klien dapat
menyebutkan cara baru untuk mengontrol halusinasi, klien dapat memilih
cara mengatasi halusinasi, melaksanakan cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan halusinanasinya dan mengikuti terapi aktivitas kelompo.
Rencana Tindakan adalah identifikasi bersama klien cara tindakan yang
dilakukan jika terjadi halusinasi (seperti tidur, marah, menyibukan diri,
dll), diskusikan cara yang digunakan klien jika cara yang digunakan
adaptif beri pujian, berikan cara baru untuk memutus/mengontrol
timbulnya halusinasi seperti katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak
nyata (saya tidak mau dengar/lihat/menghidu/raba/kecap saat halusinasi
terjadi), menemui orang lain ( perawat, teman, anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya, membuat dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang telah disusun, meminta keluarga/teman/perawat
jika sedang berhalusinasi, bantu memilih cara yang sudah dianjurkan dan
dilatih, beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih, evaluasi
44

hasilnya dan beri pujian jika berhasil dan anjurkan klien untuk mengikuti
aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi presepsi.
Rasional : upaya untuk memutuskan siklus halusinasi sehingga halusinasi
tidak berlanjut, peinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
dan memberikan alternatif pilihan bagi klien untuk mengontrol
lingkungannya.
4. Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, tujuan
Khusus Keempat : setelah dilakukan 4 kali pertemuan klien dapat
dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya. Kriteria Evaluasi
: keluarga mau untuk mengikuti pertemuan dengan perawat, dan keluarga
dapat menyebutkan pengertian, tanda & gejala, proses terjadinya
halusinasi serta tindakan untuk mengendalikan halusinasi.
Rencana Tindakan adalah buat kontrak dengan keluarga untuk
pertemuanyang membahas tentang pengertian halusinasi, tanda & gejala,
proses terjadinya halusinasi, cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga
untuk memutus halusinasi, cara merawat anggota keluarga yang halusinasi
dirumah (seperti beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama) dan beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan
bagaimana mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi dirumah.
Rasional : untuk mendapatkan bantuan keluarga mengontrol halusinasi,
untuk mengetahui pengetahuan keluarga dan meningkatkan kemampuan
pengetahuan dengan keluarga, agar keluarga dapat merawat klien atau
anggota keluarga lain yang berhalusinasi di rumah dan keluarga klien
menjadi tahu cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di
rumah.

5. Tujuan umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan Tujuan Khusus : setelah dilakukan 5 kali pertemuan klien
dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kriteria Evaluasi : klien dapat
menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak meminum obat, nama,
warna, dosis dan efek samping obat, klien dapat mendemonstrasikan
penggunaan obat dengan benar, klien dapat menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
45

Rencana Tindakan adalah diskusikan dengan klien tentang manfaat dan


kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek
samping penggunaan obat, pantau klien saat penggunaan obat, beri pujian
jika klien menggunakan obat dengan benar, diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi dengan dokter dan konsultasi kepada
dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Rasional : dengan menyebutkan dosis, frekuensi, dan manfaat obat,
diharapkan klien melaksanakan program pengobatan, menilai kemampuan
klien dalam pengobatannya sendiri, program pengobatan dapat berjalan
sesuai rencana dan dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka
kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

G. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Implementasi Tanggal : 18 Juni 2019. Hari : Selasa. Jam : 16.30 WIB. Dx


Kep : Halusinasi. DS : Klien mengatakan masih mendengar suara suara. DO :
Klien terlihat berbicara sendirian, klien tampak berteriak teriak mengatakan
takut Allah. Klien tampak mondar mandir sendirian. Tindakan Keperawatan:
Melakukan SP I Pasien yaitu Membina hubungan saling percaya dan
Mengidentifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi halusinasi dan respon
klien. RTL : Evaluasi SP 1, Melanjutkan SP 1 halusinasi, pertemuan ke 2
1. Mengidentifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, dan situasi yang
menimbulkan halusinasi,
2. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi,
3. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
4. Mengajarkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
Evaluasi Tanggal 18 Juni 2019 jam 19.00 WIB
Data Subyektif : klien mengatakan merasa tegang melihat perawat, Klien
mengatakan pusing tiba-tiba dan minta ijin untuk minum , Klien mengatakan
takut dengan Allah dan banyak dosa.Data Obyektif : yang di dapatkan Klien
tampak melotot, nafas cepat dan dangkal, klien menutup mata, telinga dan
teriak takut Allah berkali-kali .Analisa :Hubungan salin percaya belum terjalin
46

,klien belum siap berinteraksi .Planning lakukan identifikasi halusinasi


meliputi isi,waktu,frekwensi ,situasi dan respon dirinya pada saat halusinasi

Implementasi. Tanggal : 19 Juni 2019. Hari : Rabu. Jam : 16.30 WIB. Dx


Kep : Halusinasi. DS : Klien mengatakan masih mendengar suara suara ,
klien mengatakan melihat kepala pria sambil tersenyum kepada dia. DO :
Klien terlihat mulai berinteraksi , klien terlihat sering berbicara sendiri.
Tindakan Keperawatan: Melakukan interaksi SP I pertemuan ke II
Membina hubungan saling percaya, Mengidentifikasi isi, waktu, frekuensi,
situasi dan respon terhadapat halusinasi RTL : Evaluasi SP 1, Lanjutkan
SP1I, pertemuan ke 3 :Mengevaluasi sp jadwal kegiatan harian ,mengajarkan
cara bercakap cakap ,memasukan jadwal kegiatan harian
Evaluasi Tanggal 19 juni , Rabu Jam 19:00 S :Klien menyebutkan nama
perawat klien mengatakan melihat kepala pria sambil tersenyum dikamar
rumahnya, pada pagi, siang, sore, malam, dan pada saat klien sendiri dikamar
respon klien beristigfar O klien mulai mau berinteraksi, kontak mata ada, klien
tersenyum sesekali menunduk,tampak murung dan sering tanpa ekspresi ,
Analisa : gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dan penglihatan
( klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik ) Planning :
berlatih menghardik pada jam 09.00, 17.00 dan jam 22.00 atau pada saat
halusinasi tersebut datang.

Implementasi. Tanggal : 20 Juni 2019. Hari : Kamis. Jam : 17.00 WIB. Dex
Kep : Halusinasi. Data Subyektif : Klien mengatan melihat kepala pria. Data
Obyektif : Klien mau berinteraksi, Kontak mata +, Klien tersenyum sesekali,
Klien kadang menunduk, Klien murung tanpa ekspresi. Tindakan keperawatan
: Mengevaluasi sp 1. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian. Melakukan SP II pertemuan ke III yaitu BHSP,
melakukan evaluasi validasi tentang identifikasi halusinasi, Mengajarkan cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. RTL : Evaluasi SP II
Lanjutkan SP III Pada pertemuan berikutnya : mengevaluasi jadwal kegiatan
harian ,mengajarkan kegiatan harian
47

Evaluasi S : 20-06-2019 Kamis, Jam 19.30 S: Klien mengatakan sudah tahu


cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, klien menyebutkan
nama perawat dengan benar O : klien menyebut nama perawat,kontak mata
dengan perawat saat berinteraksi kemudian kembali menunduk ,klien tampak
tersenyum , klien mendemondtrasikan cara bercakap cakap dengan orang lain
Analisa : Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran dan penglihatan
( klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap. Planning :
lakukan interaksi dengan rekan sekamar , bercakap cakap dengan teman
sekamar dan perawat jaga

Implementasi. Tanggal : 21-06- 2019. Hari : Jumat. Jam : 15.00. Dx,Kep :


Halusinasi. Data Subyektif : Klien mengatakan masih mendengar suara suara.
Data Obyektif : klien terlihat masih mondar mandir dan lebih banyak diam di
kamar, klien tidak berinteraksi dengan teman 1 kamar nya. Tindakan
keperawatan : Melakukan SP III pertemuan IV, Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien, Melatih klien mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan-
kegiatan yang biasa dilakukan, Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal
kegiatan harian. RTL : lanjutkan SP 4 mengenal nama obat , warna obat,
manfaat ,waktu minum obat dan resiko putus obat
Evaluasi tanggal 21-06-2019 Jumat , jam 18:00 S : klien mengatakan sudah
tahu cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, klien menyebutkan
nama perawat ,O : Klien masih ingat dengan nama perawat, ada kontak mata ,
klien tampak tersenyum, klien sesekali menunduk, klien mendemontrasikan
cara bercakap-cakap dengan orang lain Analisa : Gangguan sensori persepsi
halusinasi pendengaran dan penglihatan ( klien mampu mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap Planning : buat jadwal kegiatan dari bangun
tidur pagi hingga malam , lakukan jadwal kegiatan yang telah di buat.

Implementasi. Tanggal : 22 juni 2019. Hari : Sabtu Jam : 16.00 Dx


Keperawatan : Halusinasi. Data Subyektif : Klien mengatakan tidak tahu
tentang terapi pemberian obat , klien mengatakan minum obat pagi dan sore.
48

Data Obyektif : Klien tampak minum obat setelah makan sore. Tindakan
Keperawatan: Mengevaluasi Sp I, Sp II , Sp III dan Sp IV, Memberikan
pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
RTL meminta obat kepada perawat setelah makan dan minum obat secara
teratur
Evaluasi S : Klien mengatakan tahu tentang penggunaan, dan manfaat obat.
Klien mengatakan sudah minum obat secara teratur di RS, O : Klien terlihat
minum obat setelah makan sore. Analisa : Gangguan perseps sensori
halusinasi pendengaran dan penglihatan (memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur ) Planning . melakukan evaluasi SP 1
sd Sp 4 ,Mengenal halusinasi ,mengontrol halusinasinya,mebuat kegiatan
harian dan memanfaatkan obat dengan baik .

TINJAUAN KASUS 2

RUANGAN RAWA T: Bangsal Arimbi RS .DR .H Marzoeki mahdi


49

TANGGAL DIRAWAT : 12 Juni 2019

1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Pengkajian : 23 Juni 2019
Umur : 46 tahun
Alamat : Cibinong ,Bogor
Pendidikan terakhir : SLTA
Informan : Klien
No RM : 367473

2. Alasan Masuk
Klien masuk Karena marah-marah, gelisah, mengatakan sering melihat
bayangan hitam, riwayat percobaan bunuh diri dengan minum obat 6 tablet
sekaligus ( pasien tidak dapat menginformasikan jenis obat yang
diminum )
a. Faktor Predisposisi
1) Riwayat gangguan jiwa : ya, klien pernah mengalami gangguan
jiwa dan dirawat di RS Soeharto Herdjan Grogol tahun 2006 dan
2009
2) Riwayat pengobatan : kurang berhasil,
3) Riwayat Penganiayaan dan tindakan kriminal
Klien mengatakan tidak pernah memukul atau melukai orang lain ,
hanya teriak teriak dan marah marah sendiri

4) Riwayat Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki keluarga dengan riwayat
gangguan jiwa.
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
50

Klien mengatakan pernah mabuk-mabukan, selingkuh, diceraikan


istri, merasa bersalah/berdosa dan merasa tidak berarti lagi.
Masalah Keperawatan : HDR ,Regimen Terapeutik Inefektif,
Resiko PK , RBD
b. Faktor Presipitasi
Pasien putus obat , karena beberapa kali kontrol ke RS tidak
mendapatkan obat yang biasa di konsumsi
Masalah keperawatan ; Regimen Therapi Ineffektif

3. Pemeriksaan Fisik Fisik


Tindakan vital TD : 130/80 mmHg
Ukur TB : 159 Cm BB : 71 Kg
Keluhan fisik : Klien mengatakan tidak ada keluhan
Masalah keperawatan : tidak di temukan

4. Psikososial

Genogram

Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
= klien
51

= garis pernikahan
= garis keturunan
= keluarga yang tinggal serumah
= meninggal
= cerai

Pola Asuh ,menurut kakak perempuan pasien , kedua orang tua dan
kedua kakak perempuan nya sangat over protektif kepada pasien
karena merupakan adik bungsu dan anak/ adik laki satu satunya ,
Klien tinggal serumah dengan ayah , kakak perempuan dan anak
perempuannya , pasien telah cerai dengan istrinya
Masalah Keperawatan : HDR

5. Konsep diri
a. Gambaran diri :
Klien mengatakan namanya adalah Klien mengatakan dirinya adalah
laki laki dan merasa tidak masalah dengan fisiknya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
b. Identitas :
Klien mengatakan dirinya sebagai seorang laki-laki yang telah
menikah dan memiliki anak , berpakaian seperti laki-laki dan
menyukai anggota tubuhnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
c. Peran :
Klien berperan sebagai kepala rumah tangga bekerja sebagai tukang
ojek,klien mengatakan tidak mampu berperan sebagai seorang suami
dan sebagai seorang ayah
Masalah Keperawatan : HDR
d. Ideal diri :
Klien berharap dapat cepat sembuh ,pulang dari RSMM , dapat
kembali bekerja bersama anaknya dan merawatnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada
52

e. Harga diri :
Klien merasa bersalah kepada mantan istrinya karena perbuatannya
yang buruk, mabuk menonton film porno, berbuat maksiat, klien
merasa stress setelah istrinya meminta cerai dan klien merasa tiada
berharga, putus asa dan sedih tak berguna
Masalah keperawatan : HDR
6. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup klien adalah
orang tuanya, keluarga dan anaknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Klien mengikuti kegiatan kelompok secara aktif dan baik tampak ada
toleransi dengan sesame pasien
c. Hambatan dalam hubungan sosial
Klien merasa bersalah kepada mantan istrinya karena perbuatannya
yang buruk, klien merasa malu bergaul dengan teman teman dan
lingkungan karena ditinggal isitri dan tidak punya pekerjaan tetap
Selama dalam perawatan klien tampak murung , sering berdiam diri di
tempat tidur hanya berinteraksi jika di panggil perawat untuk
berbincang bincang
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
7. Spiritual
Nilai dan keyakinan : klien menyadari prilakunya terdahulu tidak
baik , tidak sesuai dengan keyakinan agama
Klien mengatakan dirinya beragama Islam.
Kegiatan ibadah
Klien mengatakan saat ini berusaha menjaga sholat lima waktunya.
Masalah Keperawatan : Tidak di temukan masalah keperawatan
8. Status Mental
a. Penampilan
Klien memakai baju dan celana dengan benar dan rapi
Masalah Keperawatan : Tidak ada
53

b. Pembicaraan
Klien dapat berbicara dengan jelas dan dapat menjawab pertanyaan
dari petugas dengan tepat. Dari hasil observasi, klien dapat berbicara
dengan baik dengan teman-temannya tetapi kontak mata kurang dan
tampak murung jika membicarakan tentang keluarga nya
Masalah Keperawatan : HDR
c. Aktivitas Motorik
Pasien tampak malas beraktifitas, malas untuk memulai
komunikasi,lebih sering tiduran di tempat tidur
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
d. Alam perasaan
Sedih , merasa malu karena berpisah dengan istri dan tidak mampu
mencari nafkah
Masalah Keperawatan : HDR
e. Afek
Dari hasil observasi, afek klien adalah tumpul. Klien tertawa bila ada
yang melucu dan saat keadaan serius klien juga menampilkan ekspresi
serius.klien lebih sering tampak murung
Masalah keperawatan : HDR
f. Interaksi selama wawancara
Selama pembicaraan klien kooperatif dan dapat menjawab sesuai
pertanyaan praktikan.klien tampak murung jika membicarakan tentang
dirinya
Masalah Keperawatan HDR
g. Persepsi
Klien mengatakan sering sering melihat bayangan hitam yang
menunjuk ke dirinya yang muncul pada jam 10-15, jika bayangan
tersebut muncul klien beristigfar
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi ; Halusinasi
Penglihatan
h. Proses Pikir
54

Klien mampu menyebutkan fungsi dari pakaian,alat alat makan ,alat


mandi
Masalah Keperawatan : Tidak ada
i. Isi pikir
Isi pikir klien adalah obsesi ingin pulang , ingin bekerja , ingin
bersama anaknya
Masalah Keperawatan : Tidak ada
j. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien baik, composmentis. Ketika ditanya tentang waktu,
tempat dan hari, klien dapat menjawab dengan benar yaitu hari Selasa
pukul 15.00 di RS.MM
Masalah Keperawatan : Tidak ada
k. Memori
Klien mampu mengingat nama seluruh keluarga dan anak nya , klien
mampu mengingat nama nama perawat dan mahasiswa praktek
Masalah Keperawatan : Tidak ada
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, klien berkonsentrasi dan tidak mudah terdistraksi
oleh keadaan di sekitar klien. Kemampuan berhitung baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
m. Kemampuan penilaian
klien mampu menilai bahwa dirinya sedang sakit kejiwaan sehingga
harus dirawat agar tidak kambuh dan bias sembuh
Masalah Keperawatan : Tidak ada
n. Daya tilik diri
Daya tilik diri klien baik. Klien menyadari bahwa dirinya telah
memiliki seorang putri dan memiliki tanggung jawab untuk merawat
dan membesarkan anaknya
Masalah Keperawatan : Tidak ada
9. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
Klien harus disiapkan kebutuhan makan dan gizi seimbang 3 x sehari
55

b. B.A.B/B.A.K
Klien b.a.b/b.a.k secara mandiri di WC.
c. Mandi
Klien Tetap perlu di ingatkan waktu mandi dan berganti pakaian setiap
selesai mandi
d. Berpakaian/berhias
Klien dapat berpakaian secara mandiri.
e. Istirahat/Tidur
Klien di jadwalkan tidur siang 2 sd 3 jam per hari
Klien di jadwalkan tidur malam 6 sd 7 Jam perhari
f. Penggunaan obat
Perlunya penyuluhan kesehatan terhadap keluarga dan pasien tentang
prinsip minum obat
Selama dirawat, klien minum obat secara teratur. Selama di rumah,
klien mengatakan putus obat karena obatnya tidak tersedia di
Puskesmas
g. Pemeliharaan Kesehatan
Koordinasi dengan pihak Keluarga , pengurus RT , Kader Kesehatan
wilayah tempat tinggal untuk control ke Puskesmas dan RS MM
h. Kegiatan di rumah
Dibuatkan jadwal sehari-hari Klien
i. Kegiatan di luar rumah
Kegiatan klien di luar rumah sebaiknya di awasi dan di damping
Masalah keperawatan : regimen therapy ineffektif
10. Mekanisme Koping
a. Adaptif : Istigfar , tidur cerita ke kakak nya
b. Maladaptif: Minum alcohol, Mengamuk dan Marah marah
Masalah Keperawatan : Mekanisme koping maladaftif dan RPK

11. Masalah Psikososial Dan Lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : klien mengatakan
kadang bergaul dengan temannya sesama tukang ojek
56

Masalah dengan dukungan lingkungan , spesifik : klien jarang keluar


rumah
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
b. Masalah dengan pendidikan , spesifik : klien sekolah hanya sampai
SMA
c. Masalah dengan pekerjaan , spesifik : klien tidak mempunyai
pekerjaan tetap.
Masalah Keperawatan : HDR
d. Masalah dengan perumahan ,spesifik : Tidak terkaji
e. Masalah dengan ekonomi spesifik : klien tidak bekerja dan tidak
mempunyai penghasilan tetap klien merasa tidak berharga sebagai
seorang suami
Masalah Keperawatan : Tidak ada
f. Masalah dengan pelayanan kesehatan spesifik : Klien tidak rutin
kontrol
Masalah Keperawatan : regimen terapeutik inefektif

12. Pengetahuan Kurang Tentang


Penyaki jiwa  Sistem pendukung
√ Faktor presipitasi Penyakit Fisik
Koping  Obat-obatan

13. Aspek medis


Diagnosa Medis : Skizofrenia
TerapiMedik (23 Juni 2019)
57

NO Nama Obat Dosis Indikasi Efek samping


1 Chlorpromazine Hcl 100 mg /24 Antipsikotik, Mengantuk, berat badan
jam /oral menenangkan naik, air liur bertambah,
pikiran dan pusing, konstipasi, mual,
menghilangkan sesak napas, mengompol
halusinasi saat tidur
2 Trihexypenidyl 2 mg /8 jam /oral Kaku-kaku tubuh Mengantuk, pusing,
dan mengurangi penglihatan kabur,
gemetar disorientasi, hipotensi,
mual, muntah, retensi
urine

14. Analisa Data


Data Masalah
DS :
 Klien mengatakan putus asa dengan rumah RBD
tangganya dan putus asa karena sudahtidak
mampu mengurus anaknya
Riwayat percobaan bunuh diri dengan minum obat 6
tablet sekaligus
DO :
 -
DS : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
 Klien mengatakan melihat bayangan hitam, pada Penglihatan
sekitar pukul 10.00-15.00 WIB
 Klien mengatakan sangat ketakutan saat
bayangan itu melihat dia terus tanpa berkata
apapun
 Respon klien beristigfar
.
DO : -
DS : HDR
- Klien mengatakan dirinya tidak berguna dan
tidak berarti hingga ditinggal istrinya
- Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya,
diceraikan istri dan tidak mempunyai pekerjaan
DO :
- klien tampak murung jika membicarakan
tentang dirinya
58

- kontak mata kurang

DS : Regimen therapeutik inefektif


- Klien mengatakan tidak teratur minum obat saat
di rumah
- Klien mengatakan tidak minum obat jika tidak
ada keluhan
DO :
- Riwayat dirawat di RS Soeharto Herdjan Grogol
- Kien tidak mengetahui prinsip dan mnfaat terapi
pengobatan

DS :
- Klien mengatakan terkadang marah marah RPK
jika halusinasinya datang
- Klien mengatakan waktu dirumah
tertkadang minum alcohol untuk mengatasi
stress nya
DO :
- Klien selama di rawat tidak pernah terlihat
marah marah
DS :
- Klien tampak sering berada di tempat tidur Isolasi Sosial
- klien sering terlihat murung
DO:
- Klien mengatakan malas berinteraksi

15. Pohon masalah

Bagan 3.2 Pohon masalah

Resiko Prilaku Kekerasan Akibat


59

Gangguan sensori persepsi :


Halusinasi Core Problem

Penyebab
RBD Isolasi Sosial

HDR Penatalaksanaan Regimen

Terapeutik Inefektif

2. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi penglihatan
2. Isolasi Sosial
3. HDR
4. Regimen therapy Ineffektif
5. Risiko perilaku kekerasan
6. RBD

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tujuan Umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.Tujuan Khusus : setelah dilakuakan 1 kali pertemuan klien
dapat membina hubungan saling percaya.Kriteria Hasil : klien dapat
menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau men
jawab nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.
60

Rencana Tindakan adalah bina hubungan saling percaya dengan


menggunakan prinsip komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan
ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan
& tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap
jujur dan menepati janji setiap kali interaksi,tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya, beri perhatian kepada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang
dihadapai klien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan
klien.
Rasional : bila sudah terbina hubungan saling percaya diharapkan klien
dapat kooperatif, sehingga pelaksanaan asuha keperawatan dapat berjalan
dengan baik.
2. Tujuan Umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.Tujuan Khusus : setelah dilakukan 2 kali pertemuan klien
dapat mengenal halusinasinya. Kriteria Evaluasi : klien dapat
menyebutkan isi, waktu, frekuensi timbulnya halusinasi, klien dapat
mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
Rencana tindakan adalah adakan kontak sering dan singkat secara
bertahap, observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, yaitu
dengan tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika klien menjawab “iya”, lanjut apa
yang dikatakan, katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal itu
namun perawat sendiri tidak mengalaminya dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi, katakan ada klien lain yang mengalami hal
yang sama dan katakan bahwa perawat akan membantu klien, diskusikan
dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi dan waktu serta
frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, dan malam atau sering
dan kadang-kadang), diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah,sedih,senang,cemas dan jengkel) dan diskusikan
dengan klien apa yang harus dilakukan dengan klien untuk mengatasi
perasaan tersebut.
61

Rasional : kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan


saling percaya, juga dapat memutuskan halusinasi, mengenal perilaku pada
saat halusinasi timbul, memudahkan perawat saat melakukan intervensi,
mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindarkan faktor
pencetus timbulnya halusinasi. Dengan mengetahui waktu, isi dan
frekuensi munculnya halusinasi mempermudah tindakan keperawatan
yang akan dilakukan perawat untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi
pasienm untuk mengetahui koping yang digunakan oleh klien dan agar
klien mengetahui akibat dari menikmati halusinasi sehingga klien
meminimalisir halusinasinya.

3. Tujuan Umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan Tujuan Khusus : setelah dilakukan 3 kali pertemuan klien
dapat mengontrol halusinasinya. Kriteria Evaluasi : klien dapat
menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan
halusinasinya, klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengontrol
halusinasi, klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi, melaksanakan
cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinanasinya dan
mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Rencana Tindakan adalah identifikasi bersama klien cara tindakan yang
dilakukan jika terjadi halusinasi (seperti tidur, marah, menyibukan diri,
dll), diskusikan cara yang digunakan klien jika cara yang digunakan
adaptif beri pujian, berikan cara baru untuk memutus/mengontrol
timbulnya halusinasi seperti katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak
nyata (saya tidak mau dengar/lihat/menghidu/raba/kecap saat halusinasi
terjadi), menemui orang lain ( perawat, teman, anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya, membuat dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang telah disusun, meminta keluarga/teman/perawat
jika sedang berhalusinasi, bantu memilih cara yang sudah dianjurkan dan
dilatih, beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih, evaluasi
hasilnya dan beri pujian jika berhasil dan anjurkan klien untuk mengikuti
aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi presepsi.
62

Rasional : upaya untuk memutuskan siklus halusinasi sehingga halusinasi


tidak berlanjut, peinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
dan memberikan alternatif pilihan bagi klien untuk mengontrol
lingkungannya.

4. Tujuan Umum klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan, tujuan Khusus Keempat : setelah dilakukan 4 kali pertemuan
klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
Kriteria Evaluasi : keluarga mau untuk mengikuti pertemuan dengan
perawat, dan keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda & gejala,
proses terjadinya halusinasi serta tindakan untuk mengendalikan
halusinasi.
Rencana Tindakan adalah buat kontrak dengan keluarga untuk
pertemuanyang membahas tentang pengertian halusinasi, tanda & gejala,
proses terjadinya halusinasi, cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga
untuk memutus halusinasi, cara merawat anggota keluarga yang halusinasi
dirumah (seperti beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama) dan beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan
bagaimana mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi dirumah.
Rasional : untuk mendapatkan bantuan keluarga mengontrol halusinasi,
untuk mengetahui pengetahuan keluarga dan meningkatkan kemampuan
pengetahuan dengan keluarga, agar keluarga dapat merawat klien atau
anggota keluarga lain yang berhalusinasi di rumah dan keluarga klien
menjadi tahu cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di
rumah.

5. Tujuan umum Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan Tujuan Khusus : setelah dilakukan 5 kali pertemuan klien
dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kriteria Evaluasi : klien dapat
menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak meminum obat, nama,
warna, dosis dan efek samping obat, klien dapat mendemonstrasikan
penggunaan obat dengan benar, klien dapat menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
63

Rencana Tindakan adalah diskusikan dengan klien tentang manfaat dan


kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek
samping penggunaan obat, pantau klien saat penggunaan obat, beri pujian
jika klien menggunakan obat dengan benar, diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi dengan dokter dan konsultasi kepada
dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Rasional : dengan menyebutkan dosis, frekuensi, dan manfaat obat,
diharapkan klien melaksanakan program pengobatan, menilai kemampuan
klien dalam pengobatannya sendiri, program pengobatan dapat berjalan
sesuai rencana dan dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka
kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

4. IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN


Inisial Nama : Tn. S, Ruangan : Arimbi, No. RM: 367473
Implementasi, Tanggal : 24-06-2019, Jam 14.00 WIB dengan Dx
Keperawatan : Halusinasi penglihatan, Data Subyektif : Klien mengatakan
melihat bayangan hitam, pada sekitar pukul 10.00-15.00 WIB, Data Obyektif
: klien tampak sedih. Tindakan keperawatan : SP 1 Halusinasi BHSP,
Identifkasi halusinasi dan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
RTL : Evaluasi SP I Melanjutkan SP 2 mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap
Evaluasi, Tanggal 24-06-2019, jam 18:00S : Klien mengatakan bayangan
hitam itu sedang tidak muncul, Klien mengatakan hati klien lebih tenang. O :
Klien tampak tenang, kontak mata kurang, Klien kooperatif dan lien tampak
rilek. Analisa : Klien mampu mengidentifikasi halusinasinya dan Klien
mampu mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, Planning :
Mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik jika halusinasi datang dan
melakukan kolaborasi cara menghardik dengan jadwal jam 10.00, 12.00 dan
jam 15.00

Implementasi, Tanggal : 25-06-2019, Jam 15.00 WIB, Dx Keperawatan :


Halusinasi penglihatan, HDR, RBD. Data Subyektif : Klien mengatakan
sudah jarang melihat bayangan hitam, Klien mengatakan pikirannya lebih
tenang, Klien mengatakan tidak ingin mengingat masa lalunya dan Klien
64

mengatakan ingin membahagiakan anaknya. Data Obyektif : Klien


kooperatif, Klien tampak tenang, Kontak mata ada dan Klien tampak ngobrol
dengan pasien lain. Tindakan keperawatan : SP 2 Halusinasi (Bercakap-
cakap). SP 1 HDR mngidentifikasi potensi yang dimiliki klien dan membantu
menilai kemampuan yang dapat digunakan. SP 1 RBD mengidentifikasi tanda-
tanda yang dapat membahayakan klien, mengamankan benda-benda yang
dapat membahayakan klien. RTL : Evaluasi SP II , melanjutkan SP 3
mengontrol halusinasi dengan cara menjadwalkan kegiatan harian
Evaluasi,Tanggal 25-06-2019 jam 18:00 S : Klien mengatakan sudah
mengenal nama-nama teman sekamarnya dan Klien mengatakan dapat
mengendarai motor. O : Klien mempraktekkan cara berkenalan, Klien
mempraktekkan cara bercakap-cakap dengan orang lain dan klien dapat
mengidentifiksi benda-benda berbahaya disekitarnya. Analisa : Klien mampu
mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain,
Klien mampu memasukan nya kejadwal hariannya, Klien mampu
mengidentifikasi aspek positif dirinya dan Klien mampu mengidentifikasi
benda yang membahayakan dirinya. Planning : Mengontrol halusinasinya
dengan cara ke 2 dengan cara bercakap-cakap dengan teman sekamar dan
perawat pada jam 10.00, 15.00 dan jika halusinasi nya datang

Implementasi, tanggal : 26-06-2019, Jam 16.00 WIB, Dx perawatan :


Halusinasi penglihatan. Data Subyektif : Klien mengatakan sudah jarang
melihat bayangan hitam, Klien mengatakan tidak ingin mengingat masa
lalunya, Klien mengatakan ingin membahagiakan anaknya. Data Obyektif :
Klien kooperatif, Klien tampak menonton TV, Kontak mata ada dan Klien
tampak ngobrol dengan pasien lain. Tindakan keperawatan : SP III Halusinasi
(melatih cara membuat jadwal harian).. RTL : evaluasi Sp III , laksanakan SP
IV halusinasi mampu memanfaatkan obat dengan baik
Evaluasi. Tanggal 26-06-2019, jam 19:00 S : klien menyebutkan aktifitasnya
saat bangun tidur s.d malam hari dan Klien mengatakan dapat menyapu dll.
O :klien membuat daftar aktifitasnya selam 24 jamdan klien mampu
memperagakan menyapu dll. Analisa : Klien mampu mampu membuat dan
menjadwalkan kegiatannya, Klien mampu memasukan nya kejadwal
65

hariannya, Klien mampu mengidentifikasi aspek positif dirinya, Klien mampu


mengidentifikasi benda yang membahayakan dirinya. Planning : laksanakan
kan kegiatan yang sudah dibuat dan rutin melakukan kegiatan menyapu
kamar tidur

BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Halusinasi adalah presepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia, 2009).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin,
2005). Menurut Videback (2004) halusinasi pengihatan (visual-seeing persons
or things) memiliki tanda subyektif melihat seseorang yang sudah meninggal,
66

melihat makhluk tertentu, melihat bayangan, hantu atau sesuatu yang


menakutkan, cahaya. Monster yang memasuki perawat.dan tanda obyektif
tatapan mata pada tempat tertentu, menunjukkan kearah tertentu dan ketakutan
pada objek yang dilihat, teori ini sesuai dengan halusianasi yang dialami Tn I.

Berdasarkan tanda-gejala dan jenis halusinasi pada kasus I dan II terdapat


perbedaan ,pada kasus I mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan
sedangkan pada kasus II hanya mengalami halusinasi penglihatan.
Pada kasus Tn. I (kasus 1) ditemukan data bahwa pasien di bawa ke rumah
sakit karena pasien sering teriak teriak dan marah marah di rumah sehingga
mengganggu warga, klien mendengar bisikan-bisikan sejak SMP yang
mengatakan dirinya banyak salah dan melihat bayangan berupa kepala
manusia laki laki dan memandang pasien dengan tersenyum. Pada kasus Tn. S
(kasus 2) ditemukan data bahwa pasien di bawa ke rumah sakit karena marah-
marah, gelisah, mengatakan sering melihat bayangan hitam dan terdapat
riwayat percobaan bunuh diri dengan minum obat 6 tablet sekaligus. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa pada kasus II telah memasuki fase IV dimana
pengalaman sensori menjadi ancaman jika klien mengikuti perintah dari
halusinasi . Disini dapat terjadi prilaku kekerasan atau prilaku yang
membahayakan diri sendiri atau orang lain ,sedangkan pada kasus I klien
masih berada di fase III dimana klien sukar untuk berhubungan dengan orang
lain , berkeringat , tremor dan berada dalam kondisi yang menegangkan
terutama jika berhubungan dengan orang lain
Berdasarkan faktor predisposisi antara kedua kasus ada perbedaan dimana
pada kasus I faktor predisposisinya adalah faktor perkembangan dan sosio
cultural dan pada kasus II faktor predisposisinya adalah faktor perkembangan
dan faktor psikologis .Pada riwayat pola asuh yang alami kedua pasien
memiliki pola asuh yang berbeda ,pada kasus I pola asuh yang diterapkan
lebih cenderung menggunakan pola asuh permisif atau bebas ,hamper tidak
ada aturan dalam keluarga ,sedangkan pada kasus II mendapatkan pola asuh
protektif bahkan menurut kakak perempuan pasien cenderung over protektif.
Menurut jurnal Dienda Febriani yang berjudul “ Hubungan Pola Asuh Orang
67

Tua terhadap Masalah Mental Emosional Pada remaja “ 2018 mengatakan


bahwa pola asuh orangtua memberikan peranan penting dalam pembentukan
mental emosional remaja, pola asuh yang baik akan memberikan dampak
positif pada remaja dalam berinteraksi dengan keluarga , teman dan
lingkungan .
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Astrid Ghefani Lazuardi “ hubungan
Pola Asuh Orangtua Dengan kejadian gangguan Jiwa Pada keluarga Di desa
banaran Galur kulon Progo Yogyakarta “ 2015 berdasarkan penelitian
tersebut menunjukan bahwa gangguan jiwa lebih banyak terjadi pada
responden yang memiliki pola asuh negatif yaitu sebanyak ( 64,3%) , pola
asuh negatif terdiri dari pola asuh otoriter dan permisif ,dan dengan penelitian
Pebrianti (2008) yang menemukan responden dengan pola asuh negatif
dengan rincian pola asuh otoriter sebanyak 60 % dan permisif sebanyak 26,9%
di ruang Sakura RSUD Banyumas, Sehingga pola asuh yang di terapkan para
orangtua dan keluarga dari kedua pasien dapat menjadi salah satu faktor
predisposisi terjadinya gangguan jiwa pada kedua pasien , selain itu pada
kasus II , Pasien memiliki riwayat menggunakan NAPZA beberapa tahun
sebelum masuk ke Rumah Sakit sehingga dapat menjadi factor yang
memperberat kondisi.

Therapi Farmakologi menurut Towsend, (2009) untuk pasien dengan


halusinasi yaitu
1. Chlorpormazine (CPZ),
2. Haloperidol.
3. Hexymer.
Pengobatan yang didapat oleh klien pada kasus I dan kasus II diantaranya
Chlorpormazine (CPZ) dan Trihexipenidyl, Obat-obat tersebut merupakan
jenis obat antipsikotik yang umumnya diberikan pada pasien dengan
halusinasi. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara konsep
teori dan kasus dalam therapi halusinasi .tetapi ada perbedaan pemberian
therapi antara kasus I dan Kasus II. Pada kasus I mendapatkan therapy
trifulpromazine dan haloperidol yang memiliki indikasi mengatasi kecemasan
karena klien pada kasus I masih sering mengalami fase akut sedangkan pada
68

kasus II klien cenderung lebih stabil sehingga tidak mendapatka therapy


tersebut .
Faktor pendukung terlaksananya pengkajian pada klien adalah pasien
kooperatif saa pengkajian dan halusinasi klien tidak muncul, cepat terbina
hubungan saling percaya antara klien dan perawat. Sedangkan faktor
penghambat salah satunya adalah kondisi akut pada kasus I sehingga membuat
pasien gelisah dan sulit dikaji serta terbatasnya terbatasnya pengkajian ke
pihak keluarga
Solusi : sebaiknya dilakukan home visit atau pengkajian keluarga via telpon
dengan mengikuti peraturan atau prosedur yang berlaku di RSMM

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan masalah kesehatan aktual atau potensial
yang mampu diatasi oleh perawat berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya. Dalam penyusunan diagnosa keperawatan akan lebih mudah
bila kita menggunakan pohon masalah. Dibawah ini adalah diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan sensori persepsi :
Halusinasi (Keliat, 2005) antara lain : Resiko perilaku kekerasan , gangguan
sensori presepsi : Halusinasi, dan isolasi sosial

Menurut konsep teori, diagnosa keperawatan yang muncul pada gangguan


persepsi sensori : halusinasi ada 3, yaitu gangguan persepsi sensori :
halusinasi, isolasi sosial dan resiko perilaku kekerasan.sedangkan pada kasus
I diagnosa keperawatan yang muncul ada 5, yaitu gangguan persepsi sensori :
halusinasi penglihatan, isolasi sosial , harga diri rendah , regimen terapi
inefektif dan resiko prilaku kekerasan Sedangkan pada Kasus II diagnosa
yang muncul ada 6 . Diagnosa keperawatan yang muncul pada Kasus II salah
satunya adalah Resiko Bunuh Diri ,diagnosa ini muncul dapat disebabkan
pada kasus II klien telah menderita gangguan persepsi sensori: Halusinasi
penglihatan sejak usia remaja dan klien telah menikah serta memiliki anak
sehingga klien sering mengatakan tidak berarti dan tidak dapat
membahagiakan anak nya . Diagnosa yang juga tidak ada pada konsep teori
69

yaitu harga diri rendah dan regimen terapi inefektif. Penulis menegakan
diagnosa RBD (rencana bunuh Diri) karena pasien riwayat meminum obat 6
tablet sekaligus dalam percobaan bunuh dirinya, penulis menegakkan diagnosa
harga diri rendah karena menemukan data ungkapan dari klien bahwa dirinya
tidak berharga, tidak berguna dan merasa bersalah tehadap mantan istrinya.
Dan pada diagnosa regimen terapi inefektif, penulis menemukan data bahwa
ini adalah jika tidak ada keluhan pasien tidak minum obat karena
ketidakpatuhan dalam minum obat (putus obat) serta disebabkan tidak
tersedianya obat di puskesmas.
Faktor pendukung tegaknya diagnosa keperawatan pada klien adalah sikap
klien yang terbuka saat pengkajian, cepat terbina hubungan saling percaya,
dan tentunya kemudahan untuk melihat status perjalanan penyakit dan
pengobatan klien dari RSMM, faktor Penghambat dalam menegakkan
diagnosa keperawatan jiwa tidak di temukan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan diambil dari Nursing Care Program (NCP)
yang sudah baku dan bersatandar. Sehingga tidak ada kesenjangan antara
konsep teori dan kasus pada intervensi keperawatan. NCP terdiri dari 5 TUK
dan setiap TUK memiliki kriteria hasil. TUK 1 klien dapat membina hubungan
saling percaya, kriteria hasilnya adalah klien menunjukkan ekspresi wajah
bersahabat, senang, adanya kontak mata, mau berjabat tangan, dan
menyebutkan nama. TUK 2 klien dapat mengenal halusinasinya, dengan
kriteria hasil klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya
halusinasi dan mengungkapkan perasaan terhadap halusinasi. TUK 3 klien
dapat mengontrol halusinasi, dengan kriteria hasil klien dapat meyebutkan
tindakan yang biasa dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, klien
dapat menyebutkan cara baru untuk mengendalikan halusinasinya, klien dapat
70

memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dan


melaksanakannya, klien dapat mengikuti aktivitas kelompok. TUK 4 klien
dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya, Tuk 4 tidak dapat
di implementasikan karena kunjungan keluarga hanya terbatas dan hanya
mendapatkan kesempatan bertemu keluarga pasien 1 x untuk melakukan
pengkajian TUK 5 klien dapat memanfaatkan obat dengan baik, dengan
kriteria hasil klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek
samping obat yang benar, klie dapat mendemonstrasikan penggunaan obat
dengan benar, klien mendapat informasi tentang manfaat dan efek samping
obat, klien dapat memahami akibat berhentinya obat tanpa konsultasi, klien
dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
Faktor Pendukung dalam intervensi adalah penulis menggunakan standar
Asuhan Keperawatan yang baku sehingga sangat membantu dalam
menentukan rencana asuhan keperawatan yang akan di berikan . tidak
ditemukan faktor penghambat dalam membuat perencanaan tindakan .

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Berdasarkan konsep teori, ada 4 strategi pelaksanaan (SP) klien dan 3 strategi
pelaksanaan (SP) keluarga pada diagnosa gangguan persepsi sensori :
halusinasi.Pada kasus I , SP1 dilakukan selama 2 hari karena klien mengalami
fase akut pada pertemuan hari ke2 sehingga SP1 kembali dilakukan atau di
ulang pada pertemuan berikutnya sehingga memerlukan waktu 6 hari untuk
mengimplementasikan SP 1 sd IV sedangkan pada kasus II klien cenderung
lebih stabil sehingga untuk melakukan SP 1 sd Sp 4 dapat dilaksanakan
selama 4 hari SP keluarga tidak dapat lakukan karena saat keluarga datang
waktunya sangat terbatas sehingga belum ada intervensi yang dilakukan.
Faktor pendukung selama implementasi adalah sikap klien yang tenang dan
kooperatif saat halusinasi tidak ada, komunikasi terapeutik perawat, dan
lingkungan yang tenang. faktor penghambat dalam implementasi adalah
71

kondisi pasien yang labil saat halusinasi datang.dan SP keluarga tidak


dilaksanakan karena adanya keterbatasan waktu pada keluarga saat
berkunjung. Solusi yang dapat dilakukan untuk menggali informasi mengenai
klien diperlukan adanya kunjungan rumah (home visit).

E. EVALUASI
Menurut teori, setiap Strategi Pelaksanaan dilakukan setiap hari, sedangkan
pada kasus SP 1 dilakukan sebanyak 2x pertemuan karena tahap ini adalah
tahap awal untuk membina trust lebih dahulu, dan pada saat pertama kali
bertemu dengan klien kondisi klien masih labil, masih lompat-lompat saat
diajak komunikasi. Dalam melakukan SP 2,3,4,dan 5 dilakukan dengan 1 kali
pertemuan selama 4 hari karena kondisi klien stabil dan sudah terbina
hubungan saling percaya.
Evaluasi dilakukan setelah implementasi, dimana pasien dapat menunjukkan
kemampuannya dalam mengidentifikasi halusinasi, dapat mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan kegiatan,
namun tingkat kemandirian pasien dalam melakukan tujuan khusus masih
belum tercapai
Kedua klien bersedia mengikuti TAK (terapi aktivitas kelompok) dari sesi 1
sampai sesi 5 halusinasi. Klien paham tujuan dan akibat jika pengobatan tidak
teratur. Klien menunjukkan kepatuhan dalam minum obat selama perawatan.
Faktor Pendukung antara lain kedua klien telah beberapa kali di rawat , dan
telah beberapa kali berinteraksi dengan mahasiswa dari institusi lain dan
mendapatkan asuhan keperawatan dari perawat jaga sehingga klien telah
mengetahui langkah langkah rencana dalam asuhan keperawatan pasien dengan
halusinasi. Faktor penghambat pada evaluasi adalah penulis tidak dapat
melakukan observasi langsung selama 24 jam sehingga tidak mendapatkan
data sehari hari pasien ,solusi yang dapat dilakukan untuk faktor
penghambat ,penulis selalu mengikuti timbang terima antar shift untuk dapat
mendapatkan data tentang kondisi pasien pada shift malam dan shift pagi serta
penulis mengikuti catatan pendokumentasian perawat selama 24 jam .
72

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian yag didapat pada Tn.S mengalami halusinasi pendengaran .dan


pada Tn I mengalami Halusinasi pendengaran dan penglihatan berdasarkan
konsep teori, bahwa halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering
ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa, halusinasi juga memiliki 8 jenis
dan diantaranya adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada gangguan persepsi sensori :


halusinasi ada 3, yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi, isolasi sosial
73

dan resiko perilaku kekerasan. Pada kasus diagnosa keperawatan yang muncul
ada 6 , yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi , resiko bunuh diri, harga
diri rendah , Isolasi Sosial dan regimen terapi inefektif , RPK

3. Rencana tindakan keperawatan diambil dari Nursing Care Program (NCP)


yang sudah baku dan bersatandar. Sehingga tidak ada kesenjangan antara
konsep teori dan kasus pada intervensi keperawatan.

4. Implementasi konsep teori, ada 4 strategi pelaksanaan (SP) klien dan 3


strategi pelaksanaan (SP) keluarga pada diagnosa gangguan persepsi sensori :
halusinasi. SP klien dilakukan selama 5 hari yaitu mulai tanggal 23 Juni 2019-
26 Juni 2019. SP keluarga tidak di lakukan

5. Evaluasi dilakukan setelah implementasi, dimana pasien dapat menunjukkan


kemampuannya dalam mengidentifikasi halusinasi, dapat mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap, membuat daftar kegiatan
dan melakukan kegiatan sehari sehari sesuai jadwal yang telah di buat serta
mampu mengenal dampak dari putus obat
B. Saran

1. Bagi Institusi pendidikan


Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi
dan , sumber pustaka tentang asuhan keperawatan dengan gangguan
sensori persepsi:Halusinasi
2. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada
halusinasi, perlu melakukan pendekatan singkat namun sering dilakukan
sebagai upaya untuk membina hubungan saling percaya antara perawat
dengan klien. Perawat sangat diharapkan selalu memberikan semangat dan
dorongan kepada klien dalam menyelesaiakan masalah yang dihadapinya
Sehingga dapat mempercepat penyembuhan klien.
74

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan dan Strategi

Gail W, Stuart & Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric


Nursing Edition 8. Missouri : Mosby Years Book

Isaacs, A. 2001. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta : EGC

Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga

University Press.Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC

Stuart & Sunden. 2005. Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
75

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Yudi Hartono & Farida Kusumawati. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: salemba Medika

Astrid gheafani Lazuardi, Mamnu’ah 2015 .Hubungan pola Asuh Orangtua


dengan kejadian gangguan Jiwa pada keluarga Didesa banaran galur
Kulon progo Yogyakarta

Dienda febriani,Veny Elita,Sri utami 2018 . Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Masalah Mental Emosional remaja

Anda mungkin juga menyukai