Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGUASAAN DAN PENGURUSAN


KEUANGAN NEGARA

DOSEN
Ati Yuniati, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH
1. Saadatul Fadilah 1812011197
2. Anastasya Tessalonica 1812011195
3. Shafa Caerina 1812011174
4. Octa Frenda Ranis 1802011171
5. A Rahman Kh K 1812011156

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak
lupa juga shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada nabi besar kita
Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya yang setia
menemani hingga akhir zaman.

Tugas makalah yang diberi judul “Penguasaan dan Pengurus Keuangan


Negara” berisikan mengenai penguasaan keuangan negara, pengurusan keuangan
negara, perbendaharaan negara, pejabat perbendaharaan Negara dan
pertanggungjawaban perbendaharaan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu di harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi agama,


masyarakat, bangsa, dan negara serta bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Sehingga, segala saran dan kritik yang bersifat membangun, sangat diharapkan
untuk kemajuan dimasa mendatang. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Bandarlampung, 4 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penguasaan Keuangan Negara....................................................................2
2.2 Pengurusan Keuangan Negara....................................................................2
2.3 Perbendaharaan Negara..............................................................................6
2.4 Pejabat Perbendaharaan Negara................................................................10
2.5 Pertanggungjawaban Perbendaharaan Negara..........................................18

BAB III PENUTUP


1.4 Kesimpulan...............................................................................................19
1.5 Saran.........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelemahan perundang-undangan dalam bidang keuangan negara menjadi
salah satu penyebab terjadinya beberapa bentuk penyimpangan dalam pengelolaan
keuangan negara. Dalam upaya menghilangkan penyimpangan tersebut dan
mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang berkesinambungan (sustainable)
sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar
dan asas-asas umum yang berlaku secara universal dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara diperlukan suatu undang-undang yang mengatur pengelolaan
keuangan negara.
Upaya untuk menyusun undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan
negara telah dirintis sejak awal berdirinya negara Indonesia. Oleh karena itu,
penyelesaian Undang-undang tentang Keuangan Negara merupakan kelanjutan
dan hasil dari berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini dalam rangka
memenuhi kewajiban konstitusional yang diamanatkan oleh Undang-Undang
Dasar 1945.
Oleh karena hal-hal tersebut, melalui makalah ini, kami akan mencoba
menguraikan dengan judul makalah “Penguasaan dan Pengurus Keuangan
Negara”.
Dan berharap dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan pengetahuan
tentang Penguasaan dan Pengurusan Keuangan Negara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut yang telah diuraikan maka dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Penguasaan Keuangan Negara?
2. Bagaimana Pengurusan Keuangan Negara?
3. Apa yang dimaksud dengan Perbendaharaan Negara?
4. Siapa saja Pejabat Perbendaharaan Negara?
5. Bagaimana bentuk Pertanggungjawaban Perbendaharaan Negara?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian penguasaan keuangan negara
2. Untuk mengetahui bagaimana pengurusan keuangan negara
3. Untuk mengetahui mengenai perbendaharaan negara
4. Untuk mengetahui siapa saja yang menjadi pejabat perbendaharaan Negara
5. Untuk mengetahui pertanggungjawaban perbendaharaan negara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penguasaan Keuangan Negara


Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 menjelaskan bahwa
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan terhadap Pengelolaan
Keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasan pemeintahan. Untuk membanti
Presiden dalam menyelenggarakan keuangan Negara sebagian dari kekuasaan
tersebut dikuasakan kepada:

1. Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam


kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Menteri Keuangan
sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya
berperan sebagai Chief of Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik
Indonesia.

Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, menurut pasal 8


UU 17/2003 Menteri Keuangan mempunyai tugas diantaranya: menyusun
kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, menyusun rancangan APBN dan
rancangan Perubahan APBN, mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran,
melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan, melaksanakan
pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang,
melaksanakan fungsi bendahara umum negara, menyusun laporan keuangan yang
merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN, melaksanakan tugas-tugas
lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.
Selanjutnya sub bidang pengelolaan fiskal terdiri dari fungsi-fungsi pengelolaan
kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi
perpajakan, administrasi kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.

2. Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna


Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Setiap
menteri/pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief of Operational
Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu pemerintahan.

Menurut pasal 9 UU 17/2003 yang mempunyai tugas sebagai berikut:


menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya,
menyusun dokumen pelaksanaan anggaran, melaksanakan anggaran kementerian
negara /lembaga yang dipimpinnya, melaksanakan pemungutan penerimaan
negara bukan pajak dan menyetorkannya ke kas Negara, mengelola piutang dan
utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya, mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, menyusun dan
menyampaikan laporan keuangan kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya,
melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan
ketentuan undang-undang.

3. Gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk


mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara,


kekuasaan pengelolaan keuangan daerah diatur sebagai berikut:

a. Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku


pejabat pengelola APBD dengan tugas sebagai berikut: menyusun dan
melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD, menyusun rancangan APBD
dan rancangan Perubahan APBD, melaksanakan pemungutan pendapatan
daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, melaksanakan
fungsi bendahara umum daerah, menyusun laporan keuangan yang
merupakan per-tanggungjawaban pelaksanaan APBD.
b. Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah, dengan tugas sebagai berikut:
menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya,
menyusun dokumen pelaksanaan anggaran, melaksanakan anggaran satuan
kerja perangkat daerah yang dipimpinnya, melaksanakan pemungutan
penerimaan bukan pajak, mengelola utang piutang daerah yang
menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya, mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi
tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya,
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya.

Tidak termasuk dalam pembagian kekuasaan pengelolaan keuangan negara


seperti tersebut di atas tidak mencakup kewenangan di bidang moneter, yang
antara lain meliputi kewenangan untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang,
yang diatur dengan undang-undang. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar
1945 pasal 23 D bahwa negara memiliki suatu bank sentral yang susunan,
kedudukan, kewenangan, tanggung jawab dan independensinya diatur dengan
undang-undang. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara pasal 21, Pemerintah Pusat dan bank sentral berkoordinasi
dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter. Prinsip
pembagian kekuasaan perlu dilaksanakan secara konsisten agar terdapat kejelasan
dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlaksananya mekanisme
koordinasi (checks and balances) serta untuk mendorong upaya peningkatan
profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.

Presiden memegang kewenangan tertinggi pengelolaan keuangan Negara


sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan Negara, pada pasal 6 UU 17/2003
meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus.

Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum,


strategi, dan prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman
pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan
rencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta
pedoman pengelolaan penerimaan negara.

Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/kebijakan teknis yang


berkaitan dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di
bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana
perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara.

2.2 Pengurusan Keuangan Negara

Keuangan Negara yang meliputi semua hak dan kewajiban yang dinila dengan
uang berhubungan dengan hak-hak dan kewajiban tersebut, dapat dibagi dalam
kedua kategori: keuangan Negara yang merupakan pengurusannya dipisahkan dan
pengelolaannya berdasarkan hukum publik dan/atau hukum perdata. keuangan
Negara yang diurus langsung oleh pemerintah yaitu: Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang setiap yahunnya ditetapkan dengan Undang-Undang dan
barang-barang milik Negara, yakni harta tetap, barang bergerak, hewan-hewan
Negara dan barang-barang dalam persediaan.
1. Pengurusan Keuangan Negara Yang Langsung Oleh Pemerintah
Dalam pengurusan keuangan Negara yang langsung oleh pemerintah,
sebagai kegiatan yang nyata dalam pelaksanaan anggaran Negara, dan
perlakuan atas barang-barang milik Negara dikenal dua komponen
pengurusan yang saling berkaitan, yaitu:
 Pengurusan umum (administratief beheer)
 Pengurusan khusus (comptabel beheer)
Kedua komponen ini mempunyai persamaan dalam unsur-unsur pengurusan
dan pertanggung-jawaban. Adapun perbedaannya, pengurusan umum mempunyai
unsur penguasaan dan keuangan Negara, sedang pengurusan khusus mengandung
unsur kewajiban melaksanakan perintah yang datang dari pengurusan umum.
a. Pengurusan Umum
Dalam prakteknya pengurusan umum ini terdiri dari dua jenis pengurusan, yaitu:
1) Fungsi otorisator (autorisatie of beschikking bevoegheid)
Sesuai dengan UUD 1945 pasal 4 ayat 1 yang berbunyi: “ Presiden RI
memegang kekuasaan Pemerintah berdasarkan UUD” maka pada prinsipnya
fungsi ini dipegamg oleh Presiden RI. Fungsi otorisasi ini juga dilimpahkan
kepada para menteri atau Ketua Lembaga Negara.sedangkan fungsi otorisator ini
dicerminkan dalam berbagai otorisasi, baik penerimaan maupun pengeluaran.
Dalam bidang penerimaan Negara berfungsi sebagai otorisasi adalah undang-
undang serta peraturan yang akan membawa akibat penerimaan Negara dalam
bentuk:
 Perundang-undangan perpajakan, bea, cukai, ipeda dan sebagainya
 Surat-surat keputusan dari berbagai Menteri, mengenai permintaan non tax
Sedangkan dibidang pengeluaran pengeluaran otorisasi yang berlaku umum
berbentuk instruksi presiden RI, keputusan presiden RI, instruksi menteri atau
/ketua lembaga, daftar isian kegiatan (DIK) dan Daftar Isian Proyek (DIP) sebagai
rincian dari APBN periode yang bersangkutan. Otorisasi umum tersebut agara
dapat digunakan sebagai otorisasi secara khusus yang secara langsung akan
mengakibatkan pengeluaran keuangan Negara, dijabarkan dalam surat keputusan
otorisasi (SKO) atau dokumen lain yang disamakan dengan SKO yang dapat
digolongkan dengan jenisnya, misalnya : Otorisasi permanen yang berlaku terus
menerus sampai dicabut kembali, seperti surat keputusan pengangkatan pegawai
negeri, kenaikan gaji berkala, pemberian pension pegawai negeri, kenaikan gaji
berkala, pemberian pension pegawai negeri/anggota ABRI/Polri. Otorisasi Rutin,
yang berisi mata anggaran non rutin pegawai yang berlaku buat satu tahun
anggaran. Kalau tidak bias dicairkan akan masuk kembali kedalam rekening induk
Bendaharawan Umum Negara (BUN) sebagai penerimaan sisa anggaran.
2) Fungsi Ordonatur
Fungsi ordonatur dibidang penerimaan dengan menerbitkan surat penagihan
(SPN) bagi instansi yang tidak mengurus penatausahaan sendiri. Dibidang
pengeluaran fungsi ordonatur ini tercermin dalam penerbitan kertas-kertas
berharga, dengan memerintahkan bendaharawan umum untuk mengeluarkan uang
Negara dari kas Negara. Proses pelaksanaan fungsi ini ternyata dari pekerjaannya,
ialah:
 Menguji tangihan pada Negara
 Membebankan tagihan tersebut kepada mata anggaran yang ada
 Memerintahkan pelaksanaan pembayaran atasnya dengan menerbitkan
kertas-kertas berharga: Surat Perintah Membayar/SPM/SPMU, Dapem,
cek pos, cek giro, aksep lelang.
b. Pengurusan Khusus
Pengurusan khusus (comptabel baheer) ini dilaksanakan oleh bendaharawan,
dapatdijabat oleh pegawai neger, badan hukum atau orang swasta yang diangkat
oleh Menteri atau Ketua Lembaga Negara yang menguasai bagian anggaran
Negara, dengan surat keputusan membuat melakukan pengurusan uang, kertas
berharga dan barang milik negara. Tugas pengurusan bendaharawan ini terdiri
dari: menerima, menyimpan, membayar/menyerahkan, mencatat dan
mempertanggung-jawabkan uang, kertas, menyimpan, membayar/menyerahkan,
mencatat dan mempertanggung-jawabkan uang, kertas berharga atau barang yang
ada dalam pengurusan.
 Asas Umum. Undang-undang perbendaharaan Negara ini menganut asas
kesatuan, asa universalitas, asas tahunn dan asas spesialitas.
 Asas Kesatuan. Semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah disajikan
dalam satu dokumen anggaran
 Asas Tahunan. Membatasi masa berlaku anggaran untuk satu tahun
tertentu
 Asas Spesialitas. Mewajibkan agar kredit anggaran yang disedikan terinci
secara jelas peruntukannya.
2.3 Perbendaharaan Negara
Perbendaharaan Negara di Indonesia dilaksanakan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 memuat ketentuan mengenai pengelolaan dan
pertanggungjawaban Keuangan Negara dalam rangka pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 29 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 merupakan penjabaran lebih lanjut aturan-aturan pokok yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 ke dalam asas-asas umum
pengelolaan keuangan negara.
Di sampang itu, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 disusun dengan
pertimbangan bahwa:
a. Penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan
bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikelola
dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara;
b. Pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar 1945 perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang
diwujudkan dalam APBN dan APBD;
c. Dalam rangka pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara
diperlukan kaidah-kaidah hukum administrasi keuangan negara yang
mengatur perbendaharaan negara;
d. Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia/Indische Comptabiliteitswet
(ICW) (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448) sebagaimana telah beberapa
kali diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1968 tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan dan
pertanggung jawaban keuangan negara.
Penetapan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 sekaligus mencabut ICW.
ICW dinilai tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan keuangan negara
yang sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi.
Oleh karena itu, ICW perlu diganti dengan Undang-Undang baru yang mengatur
kembali ketentuan di bidang perbendaharaan negara, sesuai dengan tuntutan
perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi modern.
 Pengertian, Ruang Lingkup, dan Asas Umum Perbendaharaan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum di bidang administrasi
keuangan negara. Dalam Undang-Undang tersebut ditetapkan bahwa
Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam
APBN dan APBD.
Ruang lingkup Perbendaharaan Negara meliputi:
1. Pelaksanaan Pendapatan Negara dan Belanja Negara;
2. Pelaksanaan Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah;
3. Pelaksanaan Penerimaan Negara dan Pengeluaran Negara;
4. Pelaksanaan Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah;
5. Pengelolaan Kas Negara;
6. Pengelolaan Piutang Negara, Utang Negara, Piutang Daerah, dan Utang
Daerah;
7. Pengelolaan Investasi, Barang Milik Negara, dan Barang Milik Daerah;
8. Penyelenggaraan Akuntansi dan Sistem Informasi Manajemen Keuangan
Negara/Daerah;
9. Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN/APBD;
10. Penyelesaian Kerugian Negara dan Kerugian Daerah;
11. Pengelolaan Badan Layanan Umum;
12. Perumusan Standar, Kebijakan, Serta Sistem dan Prosedur yang Berkaitan
dengan
13. Pengelolaan Keuangan Negara Dalam Rangka Pelaksanaan APBN/APBD.
 Asas umum Perbendaharaan Negara adalah:
1. Undang-Undang tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat
untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran Negara;
2. Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah
untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah;
3. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran
atas beban APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran
tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia;
4. Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang
sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan APBN;
5. Program Pemerintah Pusat dimaksud diusulkan di dalam Rancangan
Undang-undang tentang APBN serta disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam
menghimpun pendapatan negara dengan berpedoman kepada rencana kerja
Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai
dengan program pemerintah daerah,dibiayai dengan APBD. Program Pemerintah
Daerah dimaksud diusulkan di dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
serta disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan daerah dengan berpedoman kepada
rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan
bernegara.
Sesuai dengan kaidah-kaidah yang baik dalam pengelolaan keuangan negara,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 menganut asas kesatuan, asas
universalitas, asas tahunan, dan asas spesialitas.
Demikian pula, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 memuat ketentuan
yang mendorong profesionalitas, serta menjamin keterbukaan dan akuntabilitas
dalam pelaksanaan anggaran. Ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 dimaksudkan pula untuk memperkokoh landasan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah, kepada daerah telah diberikan kewenangan
yang luas, demikian pula dana yang diperlukan untuk menyelenggarakan
kewenangan itu. Agar kewenangan dan dana tersebut dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah, diperlukan
kaidah-kaidah sebagai rambu-rambu dalam pengelolaan keuangan daerah.
Oleh karena itu Undang-undang Perbendaharaan Negara ini selain menjadi
landasan hukum dalam pelaksanaan reformasi pengelolaan Keuangan Negara
pada tingkat pemerintahan pusat, berfungsi pula untuk memperkokoh landasan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

2.4 Pejabat Perbendaharaan Negara


Ruang Lingkup Pejabat Perbendaharaan Negara:
1. Menteri/Pimpinan Negara;
2. Gubernur/Walikota/Bupati;
3. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah;
4. Menteri Keuangan;
5. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah;
6. Bendahara.
Menteri atau Pimpinan Lembaga atau Gubernur atau Bupati atau Walikota
mengangkat bendahara penerimaan atau bendahara penerimaan atau bendahara
pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran pendapatan atau belanja pada kantor atau satker di lingkungan K/L atau
satker perangkat daerah.
Sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Menteri Keuangan sebagai pembantu
Presiden dalam bidang keuangan pada hakikatnya adalah Chief Financial Officer
(CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap menteri/pimpinan
lembaga pada hakikatnya adalah Chief Operational Officer (COO) untuk suatu
bidang tertentu pemerintahan. Sesuai dengan prinsip tersebut Kementerian
Keuangan berwenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban
negara secara nasional, sementara kementerian negara/lembaga berwenang dan
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.
Konsekuensi pembagian tugas antara Menteri Keuangan dan para menteri
lainnya tercermin dalam pelaksanaan anggaran. Untuk meningkatkan akuntabilitas
dan menjamin terselenggaranya saling-uji (check and balance) dalam proses
pelaksanaan anggaran perlu dilakukan pemisahan secara tegas antara pemegang
kewenangan administratif dengan pemegang kewenangan kebendaharaan.
Penyelenggaraan kewenangan administratif diserahkan kepada kementerian
negara/lembaga, sementara penyelenggaraan kewenangan kebendaharaan
diserahkan kepada Kementerian Keuangan. Kewenangan administratif tersebut
meliputi melakukan perikatan atau tindakan-tindakan lainnya yang mengakibatkan
terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara, melakukan pengujian dan
pembebanan tagihan yang diajukan kepada kementerian negara/lembaga
sehubungan dengan realisasi perikatan tersebut, serta memerintahkan pembayaran
atau menagih penerimaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan anggaran.
Di lain pihak, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan pejabat
lainnya yang ditunjuk sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara bukanlah sekedar
kasir yang hanya berwenang melaksanakan penerimaan dan pengeluaran negara
tanpa berhak menilai kebenaran penerimaan dan pengeluaran tersebut. Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara adalah pengelola keuangan dalam arti
seutuhnya, yaitu berfungsi sekaligus sebagai kasir, pengawas keuangan, dan
manajer keuangan.
Fungsi pengawasan keuangan di sini terbatas pada aspek rechmatigheid dan
wetmatigheid dan hanya dilakukan pada saat terjadinya penerimaan atau
pengeluaran, sehingga berbeda dengan fungsi pre-audit yang dilakukan oleh
kementerian teknis atau post-audit yang dilakukan oleh aparat pengawasan
fungsional. Dengan demikian, dapat dijalankan salah satu prinsip pengendalian
intern yang sangat penting dalam proses pelaksanaan anggaran, yaitu adanya
pemisahan yang tegas antara pemegang kewenangan administratif (ordinnateur)
dan pemegang fungsi pembayaran (comptable). Penerapan pola pemisahan
kewenangan tersebut, yang merupakan salah satu kaidah yang baik dalam
pengelolaan keuangan negara, telah mengalami “deformasi” sehingga menjadi
kurang efektif untuk mencegah dan/atau meminimalkan terjadinya penyimpangan
dalam pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara. Oleh karena itu,
penerapan pola pemisahan tersebut harus dilakukan secara konsisten.

2.5 Pertanggungjawaban Perbendaharaan Negara


Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun
dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum.
Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara menyebutkan bahwa Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan Negara, termasuk investasi dan kekayaan yang
dipisahkan, yang didtetapkan dalam APBN dan APBB.
Untuk mewujudkan transparasi dan akuntanbilitas dalam pengelolaan
keuangan negara, laporan pertanggungjawaban perlu disampaikan secara tepat
waktu dan disusun mengikuti standar akuntasi pemerintahan. Sebehubungan
dengan ini, perlu ditetapkan ketentua yang mengatur mengenail hal-hal tersebut
agar:
a. Laporan keuangan pemerintah dihasilkan melalui proses akutansi;
b. Laporan keuangan pemerintah disajikan sesuai dengan standar akuntasi
keuangan pemerintahan, yang terdiri dari Laporan Reaslisasi Anggaran
(LRA), Neraca dan Laporan Arus Kas disertai dengan catatan atas laporan
keuangan;
c. Laporan keuangan disajikan sebagai wujud pertanggungjawaban setiap
entitas pelaporan yang meliputi laporan keuangan pemerintah pusat,
laporan keuangan kementrian Negara/lembaga dan laporan keuangan
pemerintahan daerah;
d. Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya 6 (enam) bykan setelah tahun
anggaran yang bersangkutan berakir;
e. Laporan keuangan pemerintahan diaudit oleh lembaga pemeriksa ekstern
yang independen dan professional sebe;um disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat;
f. Laporan keuangan pemerintah dapat menghasilkan statistic keuangan yang
mengacu kepada manual statistik Keuangan Pemerintah (Government
Finance/GFS) sehingga dapat memenuhi kebutuhan analisis kebijakan dan
kondisi fsikal, pengelolaan dan analisis perbandingan antarnegara (cross
country studies), kegiatan pemerintahan dan penyajian statistik keuangan
pemerintahan.

Pada saat ini laporan keuangan pemerintah dirasakan masih kurang transparan dan
akuntabel karena belum sepenuhnya disusun mengikuti standar akuntasi
pemerintahan yang sejalan dengan standar akuntasi sekor public diterima secara
internasional. Standar akuntasi pemerintahan tersebut sesuai dengan ketentuan
Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Rahun 2003 tentang Keuangan Negara
menjadi acuan bagi Pemerintah Pusat dan seluruh Pemrintah Daerah di dalam
menyusun Laporan Keuangan.

BAB III
PENUTUP
1.4 Kesimpulan
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
Menurut Undang-undang yang berlaku, bahwa keuangan Negara adalah
meliputi:

- Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut.
- Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
- Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disebut DPR adalah Dewan
Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
1945.
- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.
- Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.
- Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.
- Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat.
- Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
- Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.
- Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara.
- Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
- Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
- Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
- Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
- Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
- Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas


pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun
dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum
dalam Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.

1.5 Saran
Dengan disusunnya makalah ini penyusun mengharapkan pembaca dapat
mengetahui dan memahami mengenai Penguasaan dan Pengurusan Keuangan
Negaera serta dapat memberikan kritik dan sarannya agar makalah ini dapat lebih
baik dari sebelumnya, semoga memberikan manfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.wikiapbn.org/keuangan-negara/
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-adm-negara/2970-keuangan-negara-
dan-keuangan-publik.html

http://jhp.ui.ac.id 

https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2003/17TAHUN2003UU.htm

http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/IPEM4440-M1.pdf

https://info-anggaran.com/ensiklopedia/pedoman-pengelolaan-keuangan-pusat/

http://yolvytalan.blogspot.com/2014/05/pengurusan-keuangan-negara.html

https://www.coursehero.com/file/piat4sp/2-Pengurusan-Keuangan-Negara-a-
Pengurusan-Umum-Dalam-pengurusan-umum-pejabat/

https://www.wikiapbn.org/perbendaharaan-negara/

http://bphn.go.id

Anda mungkin juga menyukai