DOSEN
Ati Yuniati, S.H., M.H.
DISUSUN OLEH
1. Saadatul Fadilah 1812011197
2. Anastasya Tessalonica 1812011195
3. Shafa Caerina 1812011174
4. Octa Frenda Ranis 1802011171
5. A Rahman Kh K 1812011156
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak
lupa juga shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada nabi besar kita
Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya yang setia
menemani hingga akhir zaman.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penguasaan Keuangan Negara....................................................................2
2.2 Pengurusan Keuangan Negara....................................................................2
2.3 Perbendaharaan Negara..............................................................................6
2.4 Pejabat Perbendaharaan Negara................................................................10
2.5 Pertanggungjawaban Perbendaharaan Negara..........................................18
Keuangan Negara yang meliputi semua hak dan kewajiban yang dinila dengan
uang berhubungan dengan hak-hak dan kewajiban tersebut, dapat dibagi dalam
kedua kategori: keuangan Negara yang merupakan pengurusannya dipisahkan dan
pengelolaannya berdasarkan hukum publik dan/atau hukum perdata. keuangan
Negara yang diurus langsung oleh pemerintah yaitu: Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang setiap yahunnya ditetapkan dengan Undang-Undang dan
barang-barang milik Negara, yakni harta tetap, barang bergerak, hewan-hewan
Negara dan barang-barang dalam persediaan.
1. Pengurusan Keuangan Negara Yang Langsung Oleh Pemerintah
Dalam pengurusan keuangan Negara yang langsung oleh pemerintah,
sebagai kegiatan yang nyata dalam pelaksanaan anggaran Negara, dan
perlakuan atas barang-barang milik Negara dikenal dua komponen
pengurusan yang saling berkaitan, yaitu:
Pengurusan umum (administratief beheer)
Pengurusan khusus (comptabel beheer)
Kedua komponen ini mempunyai persamaan dalam unsur-unsur pengurusan
dan pertanggung-jawaban. Adapun perbedaannya, pengurusan umum mempunyai
unsur penguasaan dan keuangan Negara, sedang pengurusan khusus mengandung
unsur kewajiban melaksanakan perintah yang datang dari pengurusan umum.
a. Pengurusan Umum
Dalam prakteknya pengurusan umum ini terdiri dari dua jenis pengurusan, yaitu:
1) Fungsi otorisator (autorisatie of beschikking bevoegheid)
Sesuai dengan UUD 1945 pasal 4 ayat 1 yang berbunyi: “ Presiden RI
memegang kekuasaan Pemerintah berdasarkan UUD” maka pada prinsipnya
fungsi ini dipegamg oleh Presiden RI. Fungsi otorisasi ini juga dilimpahkan
kepada para menteri atau Ketua Lembaga Negara.sedangkan fungsi otorisator ini
dicerminkan dalam berbagai otorisasi, baik penerimaan maupun pengeluaran.
Dalam bidang penerimaan Negara berfungsi sebagai otorisasi adalah undang-
undang serta peraturan yang akan membawa akibat penerimaan Negara dalam
bentuk:
Perundang-undangan perpajakan, bea, cukai, ipeda dan sebagainya
Surat-surat keputusan dari berbagai Menteri, mengenai permintaan non tax
Sedangkan dibidang pengeluaran pengeluaran otorisasi yang berlaku umum
berbentuk instruksi presiden RI, keputusan presiden RI, instruksi menteri atau
/ketua lembaga, daftar isian kegiatan (DIK) dan Daftar Isian Proyek (DIP) sebagai
rincian dari APBN periode yang bersangkutan. Otorisasi umum tersebut agara
dapat digunakan sebagai otorisasi secara khusus yang secara langsung akan
mengakibatkan pengeluaran keuangan Negara, dijabarkan dalam surat keputusan
otorisasi (SKO) atau dokumen lain yang disamakan dengan SKO yang dapat
digolongkan dengan jenisnya, misalnya : Otorisasi permanen yang berlaku terus
menerus sampai dicabut kembali, seperti surat keputusan pengangkatan pegawai
negeri, kenaikan gaji berkala, pemberian pension pegawai negeri, kenaikan gaji
berkala, pemberian pension pegawai negeri/anggota ABRI/Polri. Otorisasi Rutin,
yang berisi mata anggaran non rutin pegawai yang berlaku buat satu tahun
anggaran. Kalau tidak bias dicairkan akan masuk kembali kedalam rekening induk
Bendaharawan Umum Negara (BUN) sebagai penerimaan sisa anggaran.
2) Fungsi Ordonatur
Fungsi ordonatur dibidang penerimaan dengan menerbitkan surat penagihan
(SPN) bagi instansi yang tidak mengurus penatausahaan sendiri. Dibidang
pengeluaran fungsi ordonatur ini tercermin dalam penerbitan kertas-kertas
berharga, dengan memerintahkan bendaharawan umum untuk mengeluarkan uang
Negara dari kas Negara. Proses pelaksanaan fungsi ini ternyata dari pekerjaannya,
ialah:
Menguji tangihan pada Negara
Membebankan tagihan tersebut kepada mata anggaran yang ada
Memerintahkan pelaksanaan pembayaran atasnya dengan menerbitkan
kertas-kertas berharga: Surat Perintah Membayar/SPM/SPMU, Dapem,
cek pos, cek giro, aksep lelang.
b. Pengurusan Khusus
Pengurusan khusus (comptabel baheer) ini dilaksanakan oleh bendaharawan,
dapatdijabat oleh pegawai neger, badan hukum atau orang swasta yang diangkat
oleh Menteri atau Ketua Lembaga Negara yang menguasai bagian anggaran
Negara, dengan surat keputusan membuat melakukan pengurusan uang, kertas
berharga dan barang milik negara. Tugas pengurusan bendaharawan ini terdiri
dari: menerima, menyimpan, membayar/menyerahkan, mencatat dan
mempertanggung-jawabkan uang, kertas, menyimpan, membayar/menyerahkan,
mencatat dan mempertanggung-jawabkan uang, kertas berharga atau barang yang
ada dalam pengurusan.
Asas Umum. Undang-undang perbendaharaan Negara ini menganut asas
kesatuan, asa universalitas, asas tahunn dan asas spesialitas.
Asas Kesatuan. Semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah disajikan
dalam satu dokumen anggaran
Asas Tahunan. Membatasi masa berlaku anggaran untuk satu tahun
tertentu
Asas Spesialitas. Mewajibkan agar kredit anggaran yang disedikan terinci
secara jelas peruntukannya.
2.3 Perbendaharaan Negara
Perbendaharaan Negara di Indonesia dilaksanakan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 memuat ketentuan mengenai pengelolaan dan
pertanggungjawaban Keuangan Negara dalam rangka pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 29 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 merupakan penjabaran lebih lanjut aturan-aturan pokok yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 ke dalam asas-asas umum
pengelolaan keuangan negara.
Di sampang itu, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 disusun dengan
pertimbangan bahwa:
a. Penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan
bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikelola
dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara;
b. Pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar 1945 perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang
diwujudkan dalam APBN dan APBD;
c. Dalam rangka pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara
diperlukan kaidah-kaidah hukum administrasi keuangan negara yang
mengatur perbendaharaan negara;
d. Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia/Indische Comptabiliteitswet
(ICW) (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448) sebagaimana telah beberapa
kali diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1968 tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan dan
pertanggung jawaban keuangan negara.
Penetapan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 sekaligus mencabut ICW.
ICW dinilai tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan keuangan negara
yang sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi.
Oleh karena itu, ICW perlu diganti dengan Undang-Undang baru yang mengatur
kembali ketentuan di bidang perbendaharaan negara, sesuai dengan tuntutan
perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi modern.
Pengertian, Ruang Lingkup, dan Asas Umum Perbendaharaan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum di bidang administrasi
keuangan negara. Dalam Undang-Undang tersebut ditetapkan bahwa
Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam
APBN dan APBD.
Ruang lingkup Perbendaharaan Negara meliputi:
1. Pelaksanaan Pendapatan Negara dan Belanja Negara;
2. Pelaksanaan Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah;
3. Pelaksanaan Penerimaan Negara dan Pengeluaran Negara;
4. Pelaksanaan Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah;
5. Pengelolaan Kas Negara;
6. Pengelolaan Piutang Negara, Utang Negara, Piutang Daerah, dan Utang
Daerah;
7. Pengelolaan Investasi, Barang Milik Negara, dan Barang Milik Daerah;
8. Penyelenggaraan Akuntansi dan Sistem Informasi Manajemen Keuangan
Negara/Daerah;
9. Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN/APBD;
10. Penyelesaian Kerugian Negara dan Kerugian Daerah;
11. Pengelolaan Badan Layanan Umum;
12. Perumusan Standar, Kebijakan, Serta Sistem dan Prosedur yang Berkaitan
dengan
13. Pengelolaan Keuangan Negara Dalam Rangka Pelaksanaan APBN/APBD.
Asas umum Perbendaharaan Negara adalah:
1. Undang-Undang tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat
untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran Negara;
2. Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah
untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah;
3. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran
atas beban APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran
tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia;
4. Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang
sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan APBN;
5. Program Pemerintah Pusat dimaksud diusulkan di dalam Rancangan
Undang-undang tentang APBN serta disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam
menghimpun pendapatan negara dengan berpedoman kepada rencana kerja
Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai
dengan program pemerintah daerah,dibiayai dengan APBD. Program Pemerintah
Daerah dimaksud diusulkan di dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
serta disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan daerah dengan berpedoman kepada
rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan
bernegara.
Sesuai dengan kaidah-kaidah yang baik dalam pengelolaan keuangan negara,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 menganut asas kesatuan, asas
universalitas, asas tahunan, dan asas spesialitas.
Demikian pula, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 memuat ketentuan
yang mendorong profesionalitas, serta menjamin keterbukaan dan akuntabilitas
dalam pelaksanaan anggaran. Ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 dimaksudkan pula untuk memperkokoh landasan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah, kepada daerah telah diberikan kewenangan
yang luas, demikian pula dana yang diperlukan untuk menyelenggarakan
kewenangan itu. Agar kewenangan dan dana tersebut dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah, diperlukan
kaidah-kaidah sebagai rambu-rambu dalam pengelolaan keuangan daerah.
Oleh karena itu Undang-undang Perbendaharaan Negara ini selain menjadi
landasan hukum dalam pelaksanaan reformasi pengelolaan Keuangan Negara
pada tingkat pemerintahan pusat, berfungsi pula untuk memperkokoh landasan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pada saat ini laporan keuangan pemerintah dirasakan masih kurang transparan dan
akuntabel karena belum sepenuhnya disusun mengikuti standar akuntasi
pemerintahan yang sejalan dengan standar akuntasi sekor public diterima secara
internasional. Standar akuntasi pemerintahan tersebut sesuai dengan ketentuan
Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Rahun 2003 tentang Keuangan Negara
menjadi acuan bagi Pemerintah Pusat dan seluruh Pemrintah Daerah di dalam
menyusun Laporan Keuangan.
BAB III
PENUTUP
1.4 Kesimpulan
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
Menurut Undang-undang yang berlaku, bahwa keuangan Negara adalah
meliputi:
- Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut.
- Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.
- Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disebut DPR adalah Dewan
Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
1945.
- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.
- Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.
- Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.
- Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat.
- Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
- Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.
- Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas negara.
- Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
- Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
- Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
- Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
- Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
- Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
1.5 Saran
Dengan disusunnya makalah ini penyusun mengharapkan pembaca dapat
mengetahui dan memahami mengenai Penguasaan dan Pengurusan Keuangan
Negaera serta dapat memberikan kritik dan sarannya agar makalah ini dapat lebih
baik dari sebelumnya, semoga memberikan manfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.wikiapbn.org/keuangan-negara/
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-adm-negara/2970-keuangan-negara-
dan-keuangan-publik.html
http://jhp.ui.ac.id
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2003/17TAHUN2003UU.htm
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/IPEM4440-M1.pdf
https://info-anggaran.com/ensiklopedia/pedoman-pengelolaan-keuangan-pusat/
http://yolvytalan.blogspot.com/2014/05/pengurusan-keuangan-negara.html
https://www.coursehero.com/file/piat4sp/2-Pengurusan-Keuangan-Negara-a-
Pengurusan-Umum-Dalam-pengurusan-umum-pejabat/
https://www.wikiapbn.org/perbendaharaan-negara/
http://bphn.go.id