PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Daerah atau era desentralisasi. Pada tahun 2004, satuan
Personil, Sarana dan Prasarana, Pembiayaan dan Dokumentasi
BKKBN yang semula menjadi kewenangan Pemerintah Pusat,
diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten dan Kota.
Manajemen program KB mengalami perubahan. Komitmen
Pemerintah terhadap program KB yang selama 30 tahun kuat,
kini menurun. Selain itu, rangkaian kegiatan operasional
(Kampanye, KIE, koordinasi dll) yang menjadi andalan
keberhasilan program KB selama ini juga dirasakan mengalami
penurunan. Hasil yang dipetik program KB di Era Desentralisasi
mengalami kemunduran. TFR yang merupakan indikator capaian
keberhasilan program KB di Indonesia selama 10 tahun
menunjukkan stagnan pada angka 2,6 (SDKI 2004, 2007, 2012).
Pada masa vertikal satuan kerja PLKB berada pada tingkat
RT dan RW dimana ketua RT dan RW menjadi penanggung
jawab kegiatan dan kepala Desa sebagai penanggung jawab
program.
Lemahnya Komitmen Pemerintah Desa dalam pengelolaan
program KB disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain sebagai
berikut:
a. Tidak ada tuntutan dari bawah (masyarakat). Kepala Desa
tidak punya beban moral karena KB bukan janji politik pada
saat kampanye.
b. Tidak ada tekanan dari atas. Program KB tidak dilakukan
evaluasi baik dari tingkat Kabupaten maupun Kecamatan. KB
tidak dikaitkan dengan kinerja/keberhasilan Kepala Desa di
wilayahnya.
c. Lemahnya advokasi dari luar. Kondisi tersebut karena jumlah
PLKB yang semakin berkurang serta komponen komponen
lain di Desa kurang memberikan advokasi untuk kemajuan KB
di tingkat Desa.
d. Kurangnya pengetahuan Kepala Desa tentang Program KB.
Kegiatan-kegiatan pelatihan, pembekalan dan penataran
2
tentang program KB saat ini dirasakan sangat kurang bahkan
di beberapa daerah tidak ada.
Akhir Tahun 2010 dengan terbitnya UU No. 52 Tahun
2009 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, program KB dikenal dengan nama program
kependudukan, KB dan pembangunan Keluarga (KKBPK).
Tahun 2015, memberikan harapan baru pengelolaan
program KB di Indonesia dengan terbitnya UU No 23 Tahun
2014. Dalam UU tersebut, program KB tersurat dengan tegas
urusan Wajib dan merupakan urusan konkuren, yaitu urusan
yang dibagi antara pemerintah, pemerintah daerah Provinsi,
urusan pemerintah Kabupaten dan Kota. Bahkan di dalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2019, program KKBPK merupakan bagian
dari Nawa Cita, yaitu Cita ke-5 “Meningkatkan kualitas hidup
manusia”. Adapun sasaran yang akan dicapai selama 5 (lima)
tahun ke depan adalah mewujudkan Penduduk Tumbuh
Seimbang (PTS).
3. Undang- Undang Desa sebagai peluang Program KB.
Memasuki tahun 2015, Pemerintah telah menerbitkan UU
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. UU ini juga memberikan
harapan baru terhadap penyelenggaraan Program KB di Era
Otonomi Daerah. Desa diberikan kewenangan yang lebih luas
untuk mengelola pembangunan. Bahkan pemerintahan Pusat
memberikan penganggaran yang lebih baik kepada desa melalui
Dana Desa maupun Alokasi Dana Desa untuk mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.
Memperhatikan situasi perkembangan program KB di
Indonesia tersebut, maka dibutuhkan penguatan kembali program
KKBPK. Saat ini jumlah keluarga Indonesia 67.669.209 KK
(Pendataan Keluarga 2014), dan sebagian besar diantara mereka
tinggal di Desa. Adapun jumlah Desa di Indonesia sebanyak 81.938
(Pendataan Keluarga 2014). Kondisi tersebut menjadi sasaran
strategis keberhasilan program KKBPK di Indonesia.
3
Untuk memberikan arah dan acuan para pelaksana
pembangunan di Desa, maka diperlukan Pedoman Pengelolaan
Program KKBPK di Desa yang dimaksudkan untuk memberikan
wawasan dan pedoman para pemangku kebijakan dan mitra
khusunya pemerintah Desa dalam mengelola Program KKBPK
sebagai bagian integral dari pembangunan Desa.
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 52 Tahun 1999 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga;
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang bersumber dari APBN;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2015 tentang
Perkebangan Kependudukan, KB, Pembangunan Keluarga dan
Sistem Informasi Keluarga;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 tentang Pedoman
Pembangunan Desa;
9. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 1
Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak
Asal Usul dan Kewenangan Lokal Skala Desa;
10. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 2
Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib Pengambilan
Keputusan dalam Musyawarah Desa;
11. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 3
Tahun 2015 tentang Pedoman Pendampingan Desa;
12. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 5
Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Pembangunan Dana
Desa Tahun 2015.
4
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi para pengelola
pemerintahan Desa dalam mengelola program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga di Desa
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatnya Pemahaman para pemangku kebijakan,
pengelola program dan mitra kerja dalam program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga.
b. Meningkatnya komitmen dan dukungan pemerintahan Desa
dalam program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga.
c. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga.
D. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup pedoman pengelolaan Program KKBPK di
Desa ini meliputi: Pendahuluan, Kebijakan dan trategi,
Kewenangan dan Kewajiban serta Peran Desa dalam Program
KKBPK, Mekanisme operasional dan Langkah-langkah
pengelolaan program KKBPK di Desa, dan Pembiayaan Program
KKBPK di Desa.
E. Penerima Manfaat
1. Masyarakat Desa
2. Kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP)
3. Pemerintah Desa
4. Tenaga Penyuluh KB (PKB/PLKB)
5. Pendamping Desa
6. SKPD KB Kabupaten dan Kota
5
7. Pemerintah Kabupaten dan Kota
8. BKKBN.
F. Batasan/Pengertian
6
9. Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak yang
merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa
atau prakarsa masyarakat desa sesuai dengan
perkembangan kehidupan masyarakat.
10. Kewenangan lokal berskala Desa adalah kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa yang
telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan
oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan
prakarsa masyarakat Desa.
11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, selanjutnya
disingkat RPJM Desa, adalah Rencana Kegiatan
Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun.
12. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disingkat RKP
Desa, adalah penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu
1 (satu) tahun.
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut
APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan
Desa.
14. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi
Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan
belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
15. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana
perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus.
16. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang
Desa) adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan
secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan
(Stakeholders) Desa (pihak yang berkepentingan untuk
mengatasi permasalahan dan pihak yang akan terkena
dampak hasil musyawarah termasuk para Ketua RT dan RW)
7
untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran
berikutnya.
17. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
18. Badan Permusyawaratan Desa yang disebut BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan dan
anggotanya merupakan wakil dari penduduk dengan
berdasarkan keterwakilan wilayah dan dititipkan secara
demokratis.
19. Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) adalah PNS
maupun Non PNS yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan, evaluasi dan
pengembangan program KKBPK di lapangan.
20. Institusi Masyarakat Pedesaan/Perkotaan (IMP) adalah
wadah masyarakat yang berperan serta dalam pengelolaan
program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga, baik dalam bentuk
kelompok/organisasi maupun perorangan yang mempunyai
pengaruh di masyarakat.
21. Pembantu Pembina Program KB Desa atau PPKBD adalah
seorang atau beberapa orang kader dalam wadah organisasi
yang secara sukarela berperan aktif melaksanakan dan
mengelola program Kependudukan, KB dan Pembangunan
Keluarga tingkat Desa/Kelurahan.
22. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup
dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat Desa.
23. Lembaga Kemasyarakatan Desa atau disebut dengan nama
lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa
dalam memberdayakan masyarakat
8
BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Kebijakan
B. Strategi
9
8. Peningkatan KIE Program Kependudukan, Keluarga
Berencana, dan Pembangunan Keluarga di tingkat Desa.
9. Membangun kesadaran serta pemahaman masyarakat desa
melalui transfer pengetahuan atas peran penting program
KKBPK di tingkat desa pada umumnya dan di tingkat keluarga
pada khususnya
10
BAB III
KEWENANGAN DAN KEWAJIBAN SERTA PERAN DESA
DALAM PROGRAM KKBPK DI DESA
1. Kewenangan Desa
Desa sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 UU Nomor 6
Tahun 2014 adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui oleh sistem pemerintahan
nasional dan berada di daerah Kabupaten.
11
b. Kewenangan lokal berskala desa (seperti pasar desa,
saluran irigasi, jalan desa, tambatan perahu).
c. Kewenangan yang ditugaskan pemerintah, pemerintah
provinsi, pemerintah kaupaten dan kota
d. Kewenangan lainnya yang ditugaskan pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota
sesuai peraturan perundangan
12
b. Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi sebagaimana
point (a), Bupati/Walikota menetapkan peraturan
Bupati/Walikota tentang daftar kewenangan berdasarkan hal
asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa;
c. Peraturan Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada
point (b) ditindaklanjuti oleh Pemerintah Desa dengan
menetapkan peraturan Desa tentang kewenangan
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala
Desa sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan lokal.
13
Selanjutnya, dari hasil kesepakatan musyawarah Desa
tersebut, Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa tentang
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan
lokal berskala Desa.
2. Kewajiban Desa
Dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Pasal 67 Ayat (2)
juga disebutkan bahwa Desa berkewajiban:
1. Melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta
kerukunan masyarakat desa
2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi
4. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat
5. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat desa
C. Peran Desa
Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, bahwa tugas Desa adalah melaksanakan pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan. Program Kependudukan
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga merupakan
bagian dari pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Atas dasar hal tersebut, maka peranan pemerintah Desa
dalam program KKBPK mencakup peranan dalam manajemen
dan peranan dalam operasional.
a. Peranan dalam Manajemen adalah:
1) Memasukan program KKBPK dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes),
Rencana Kinerja Pemerintahan Desa (RKPDesa) dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes);
2) Bersama BPD dan LPM membuat peraturan Desa (Perdes)
yang menunjang terhadap pelaksanaan program KKBPK di
Desa:
14
Penjelasan: tatacara dan prosedur pada point 1) dan 2) di
atas, dilakukan dengan mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
15
dan kader Poktan tribina); meningkatkan kemandirian KB;
menyelenggarakan pertemuan bulanan; dan melaksanakan
pencatatan dan pelaporan KB.
16
5. Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS)
UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera)
adalah kegiatan usaha ekonomi produktif keluarga, terutama
kaum ibu para peserta KB dari Keluarga Pra Sejahtera serta
keluarga tahapan lainnya, dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
17
BAB IV
MEKANISME PENGELOLAAN PROGRAM KKBPK
DI DESA
18
Implementasi Program KKBPK sangat ditentukan oleh data
keluarga di setiap wilayah. Karena itu, operasional program
KKBPK diawali dengan pendataan dan pemetaan yang dilakukan
petugas lini lapangan (PKB/PLKB) dan para kader di Desa.
Selain pendataan keluarga yang dilakukan oleh para Kader di
Desa, mereka juga membuat Peta Keluarga di tingkat RT untuk
memberikan informasi tentang letak tempat tinggal Keluarga dan
status kesertaan KB, serta fasilitas umum yang ada di wilayah
RT/RW.
3. Perencanaan
Perencanaan program KKBPK di tingkat desa disusun awal tahun
anggaran berdasarkan hasil analisis pendataan keluarga yang
telah disosialisasikan kepada pemangku kepentingan ditingkat
Desa. Petugas lapangan (PKB/PLKB) bersama Institusi
masyarakat/para Kader yang di koordinasikan oleh LPMD
menyiapkan data dan informasi tentang permasalahan dan
kebutuhan program untuk diajukan dalam perencanaan dan
19
pembangunan Desa melalui forum Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa.
4. Pembentukan Kesepakatan
Dalam forum perencanaan pembangunan desa atau musyawarah
desa, rencana-rencana kegiatan operasional yang telah disusun
tersebut disampaikan untuk mendapat dukungan dan
kesepakatan dari masyarakat.
Sasaran yang akan dicapai adalah kegiatan operasional Program
KKBPK mendapat kesepakatan dan masuk ke dalam dokumen
perencanaan Desa yaitu RPJMDes, RKPDes, dan APBDes.
Dengan masuknya kegiatan operasional program KKBPK ke
dalam dokumen perencanaa desa tersebut, maka dapat dijadikan
sebagai dasar pembiayaan program di lapangan.
a. Advokasi
Advokasi kepada para pemangku kebijakan di Desa (Kepala
Desa, BPD, dan Mitra Kerja) dilakukan oleh para Kader
bersama-sama dengan Petugas Lapangan KB dan
20
pendamping Desa untuk mendapatkan dukungan dalam
penyelenggaraan program KKBPK di Desa.
b. KIE/Penyuluhan
KIE atau Komunikasi Informasi dan Edukasi adalah kegiatan
yang dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat dan para kader
untuk meningkatkan pemahaman, merubah sikap dan perilaku
masyarakat. KIE/Penyuluhan pada umumnya dibagi menjadi 4
(empat) bentuk, yaitu :
1) KIE Masa seperti pembuatan spanduk, Billboard, umbul-
umbul dan papan-papan nama tentang program KKBPK
pada tingkat Desa. KIE masa juga bisa dilaksanakan pada
peringatan hari-hari besar keagamaan seperti Maulid Nabi,
Isro Mi’raj, serta memanfaatkan media elektronik yang ada
di Desa misalnya Rakom (Radio Komunitas).
2) KIE Kelompok yaitu KIE yang dilaksanakan pada
pertemuan-pertemuan kecil seperti arisan, marhabaan,
tahlilan, riungan RW, Khutbah Jum’at, dsb.
3) KIE Individu dilaksanakan baik oleh petugas, organisasi KB
ataupun tokoh masyarakat melalui kunjungan rumah, anjang
sono, obrolan di warung kopi, dsb.
4) Konseling dilakukan khusus oleh petugas dan Institusi KB
bagi mereka yang sudah menyiapkan dirinya untuk
bergabung dalam program KKBPK seperti calon peserta KB,
calon anggota BKB, BKR, PIK Remaja, dsb.
c. Mobilisasi Sosial
Kegiatan penggerakan masyarakat untuk meningkatkan
kepedulian kegiatan dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain memanfaatkan momentum bersama untuk kegiatan
KKBPK, misalnya : Bulan KB IUD, Turnamen Voli antar
Remaja, Lomba cerdas cermat antar RW, gerak jalan keluarga,
dll.
21
pedesaan. Pembinaan institusi masyarakat/kader sangat
diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan
kemampuannya dalam pelaksanaan program KKBPK di Desa.
Sasaran pembinaan adalah PPKBD, Sub PPKBD, Kader
kelompok KB, dan Kader Poktan.
Pembinaan kader IMP dapat dilakukan melalui forum
pertemuan rutin bulanan PPKBD & Sub PPKBD, Kunjungan
rumah, studi banding, orientasi, dll.
22
Pemantauan dapat dilakukan secara berjenjang dari tingkat Desa
(Tim KB Desa kepada Tingkat RW , tingkat RW ke Tingkat RT
selanjutnya ke masyarakat).
8. Pengembangan
Kegiatan Pengembangan Program KKBPK di Desa dapat
dilakukan melaui berbagai cara dan pendekatan untuk
menggairahkan semangat dan motivasi masyarakat.
23
Gambar 1
LANGKAH-LANGKAH PENGELOLAAN
PROGRAM KKBPK DI DESA
1
Pendataan
9 2
Pengembangan
Pemetaan
8 3
Monev Musyawarah
Tk RT
7 4
Pelayanan Perencanaan
6 5
Operasional Pembentukan
Penggerakan kesepakatan
24
BAB V
PEMBIAYAAN PROGRAM KKBPK DI DESA
25
c) Pelatihan Kader Pendata.
26
5. Pembinaan kelompok-kelompok kegiatan KB dan Keluarga
Sejahtera.
Pembinaan terhadap kelompok-kelompok kegiatan KB-KS ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kelompok-
kelompok kegiatan KB-Keluarga sejahtera (BKB, BKR, BKL,
dan UPPKS) kepada keluarga.
Adapun kebutuhan pembiayaan kegiatan-kegiatan dimaksud
antara lain:
a) Bantuan Operasional kader dan kegiatan Bina Keluarga
Balita (BKB);
b) Bantuan Operasional kader dan kegiatan Bina Keluarga
Remaja (BKR);
c) Bantuan Operasional kader dan kegiatan Bina Keluarga
Lansia (BKL)
d) Bantuan Operasional kader dan kegiatan kelompok Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
e) Operasional kegiatan remaja peduli KB.
27
Konseling, pendataan, fasilitasi pelayanan, Pencatatan dan
pelaporan, dll).
28
BAB VI
PENUTUP
29