Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Perkembangan Program KB di Indonesia


Pada awal dicanangkannya program KB di Indonesia pada
tahun 1970-an, memiliki tujuan pokok yaitu tujuan demogarfis dan
tujuan filosofis.
Secara Demografis Program KB bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran kasar sebesar (CBR/crude birth
rate) 50 % dari 44 kelahiran setiap 1000 penduduk pada tahun
1970 menjadi 22 kelahiran setiap 1000 penduduk pada tahun
2000. Adapun secara Filosofis, Program KB bertujuan untuk
menanamkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
Dalam perkembangannya dengan melihat keberhasilan
yang cukup signifikan tujuan demografis tersebut dipercepat,
yang semula ingin dicapai pada taun 2000 dimajukan menjadi
tahun 1990. Kemudian secara nasional ditetapkan menjadi
penurunan TFR (Total Fertility Rate). Selama kurang lebih 30
tahun Indonesia berhasil menurunkan angka TFR dari 5,6 pada
tahun 1970 menjadi 2,3 pada sensus penduduk tahun 2000.
Keberhasilan program KB sejak tahun 1970-an tersebut
disebabkan karena Desa memiliki peran yang kuat dalam
pembangunan. Kepala Desa berperan sebagai penanggung
jawab program sehingga program KB masuk pada delapan
sukses pembangunan, yaitu point ke-4 “sukses kependudukan
dan KB”, sehingga program KB menjadi priorotas pembangunan
Desa, dan selalu dimonitor dan dievaluasi oleh Pemerintah
Kabupaten dan Kota.
2. Program KB di Era Otonomi Daerah
Pasca Tahun 2000, seiring dengan perubahan tata kelola
pemerintahan di Indonesia, Program KB memasuki era Otonomi

1
Daerah atau era desentralisasi. Pada tahun 2004, satuan
Personil, Sarana dan Prasarana, Pembiayaan dan Dokumentasi
BKKBN yang semula menjadi kewenangan Pemerintah Pusat,
diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten dan Kota.
Manajemen program KB mengalami perubahan. Komitmen
Pemerintah terhadap program KB yang selama 30 tahun kuat,
kini menurun. Selain itu, rangkaian kegiatan operasional
(Kampanye, KIE, koordinasi dll) yang menjadi andalan
keberhasilan program KB selama ini juga dirasakan mengalami
penurunan. Hasil yang dipetik program KB di Era Desentralisasi
mengalami kemunduran. TFR yang merupakan indikator capaian
keberhasilan program KB di Indonesia selama 10 tahun
menunjukkan stagnan pada angka 2,6 (SDKI 2004, 2007, 2012).
Pada masa vertikal satuan kerja PLKB berada pada tingkat
RT dan RW dimana ketua RT dan RW menjadi penanggung
jawab kegiatan dan kepala Desa sebagai penanggung jawab
program.
Lemahnya Komitmen Pemerintah Desa dalam pengelolaan
program KB disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain sebagai
berikut:
a. Tidak ada tuntutan dari bawah (masyarakat). Kepala Desa
tidak punya beban moral karena KB bukan janji politik pada
saat kampanye.
b. Tidak ada tekanan dari atas. Program KB tidak dilakukan
evaluasi baik dari tingkat Kabupaten maupun Kecamatan. KB
tidak dikaitkan dengan kinerja/keberhasilan Kepala Desa di
wilayahnya.
c. Lemahnya advokasi dari luar. Kondisi tersebut karena jumlah
PLKB yang semakin berkurang serta komponen komponen
lain di Desa kurang memberikan advokasi untuk kemajuan KB
di tingkat Desa.
d. Kurangnya pengetahuan Kepala Desa tentang Program KB.
Kegiatan-kegiatan pelatihan, pembekalan dan penataran

2
tentang program KB saat ini dirasakan sangat kurang bahkan
di beberapa daerah tidak ada.
Akhir Tahun 2010 dengan terbitnya UU No. 52 Tahun
2009 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, program KB dikenal dengan nama program
kependudukan, KB dan pembangunan Keluarga (KKBPK).
Tahun 2015, memberikan harapan baru pengelolaan
program KB di Indonesia dengan terbitnya UU No 23 Tahun
2014. Dalam UU tersebut, program KB tersurat dengan tegas
urusan Wajib dan merupakan urusan konkuren, yaitu urusan
yang dibagi antara pemerintah, pemerintah daerah Provinsi,
urusan pemerintah Kabupaten dan Kota. Bahkan di dalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2019, program KKBPK merupakan bagian
dari Nawa Cita, yaitu Cita ke-5 “Meningkatkan kualitas hidup
manusia”. Adapun sasaran yang akan dicapai selama 5 (lima)
tahun ke depan adalah mewujudkan Penduduk Tumbuh
Seimbang (PTS).
3. Undang- Undang Desa sebagai peluang Program KB.
Memasuki tahun 2015, Pemerintah telah menerbitkan UU
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. UU ini juga memberikan
harapan baru terhadap penyelenggaraan Program KB di Era
Otonomi Daerah. Desa diberikan kewenangan yang lebih luas
untuk mengelola pembangunan. Bahkan pemerintahan Pusat
memberikan penganggaran yang lebih baik kepada desa melalui
Dana Desa maupun Alokasi Dana Desa untuk mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.
Memperhatikan situasi perkembangan program KB di
Indonesia tersebut, maka dibutuhkan penguatan kembali program
KKBPK. Saat ini jumlah keluarga Indonesia 67.669.209 KK
(Pendataan Keluarga 2014), dan sebagian besar diantara mereka
tinggal di Desa. Adapun jumlah Desa di Indonesia sebanyak 81.938
(Pendataan Keluarga 2014). Kondisi tersebut menjadi sasaran
strategis keberhasilan program KKBPK di Indonesia.

3
Untuk memberikan arah dan acuan para pelaksana
pembangunan di Desa, maka diperlukan Pedoman Pengelolaan
Program KKBPK di Desa yang dimaksudkan untuk memberikan
wawasan dan pedoman para pemangku kebijakan dan mitra
khusunya pemerintah Desa dalam mengelola Program KKBPK
sebagai bagian integral dari pembangunan Desa.

B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 52 Tahun 1999 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga;
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang bersumber dari APBN;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2015 tentang
Perkebangan Kependudukan, KB, Pembangunan Keluarga dan
Sistem Informasi Keluarga;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 tentang Pedoman
Pembangunan Desa;
9. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 1
Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak
Asal Usul dan Kewenangan Lokal Skala Desa;
10. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 2
Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib Pengambilan
Keputusan dalam Musyawarah Desa;
11. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 3
Tahun 2015 tentang Pedoman Pendampingan Desa;
12. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 5
Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Pembangunan Dana
Desa Tahun 2015.

4
C. Tujuan

1. Tujuan Umum :
Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi para pengelola
pemerintahan Desa dalam mengelola program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga di Desa
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatnya Pemahaman para pemangku kebijakan,
pengelola program dan mitra kerja dalam program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga.
b. Meningkatnya komitmen dan dukungan pemerintahan Desa
dalam program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga.
c. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga.

D. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup pedoman pengelolaan Program KKBPK di
Desa ini meliputi: Pendahuluan, Kebijakan dan trategi,
Kewenangan dan Kewajiban serta Peran Desa dalam Program
KKBPK, Mekanisme operasional dan Langkah-langkah
pengelolaan program KKBPK di Desa, dan Pembiayaan Program
KKBPK di Desa.

E. Penerima Manfaat
1. Masyarakat Desa
2. Kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP)
3. Pemerintah Desa
4. Tenaga Penyuluh KB (PKB/PLKB)
5. Pendamping Desa
6. SKPD KB Kabupaten dan Kota

5
7. Pemerintah Kabupaten dan Kota
8. BKKBN.

F. Batasan/Pengertian

1. Pengelolaan Program KKBPK tingkat Desa adalah rangkaian


fungsi manajemen penyelenggaraan program KKBPK yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi, serta pengembangan program
KKBPK di Desa.
2. Kependudukan adalah hal ikhwal yang berkaitan dengan
jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, kualitas
dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi,
sosial budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat.
3. Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui
promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
4. Pembangunan Keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga
berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat.
5. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari ayah ibu dan anak, suami dan istri, ayah dan anak, ibu
dan anak.
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui oleh sistem pemerintahan nasional dan
berada di daerah Kabupaten.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa
melaiputi kewenangan di bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakar desa,
hak asal usul dan adat istiadat Desa.

6
9. Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak yang
merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa
atau prakarsa masyarakat desa sesuai dengan
perkembangan kehidupan masyarakat.
10. Kewenangan lokal berskala Desa adalah kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa yang
telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan
oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan
prakarsa masyarakat Desa.
11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, selanjutnya
disingkat RPJM Desa, adalah Rencana Kegiatan
Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun.
12. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disingkat RKP
Desa, adalah penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu
1 (satu) tahun.
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut
APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan
Desa.
14. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi
Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan
belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
15. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana
perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus.
16. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang
Desa) adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan
secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan
(Stakeholders) Desa (pihak yang berkepentingan untuk
mengatasi permasalahan dan pihak yang akan terkena
dampak hasil musyawarah termasuk para Ketua RT dan RW)

7
untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran
berikutnya.
17. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
18. Badan Permusyawaratan Desa yang disebut BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan dan
anggotanya merupakan wakil dari penduduk dengan
berdasarkan keterwakilan wilayah dan dititipkan secara
demokratis.
19. Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) adalah PNS
maupun Non PNS yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan, evaluasi dan
pengembangan program KKBPK di lapangan.
20. Institusi Masyarakat Pedesaan/Perkotaan (IMP) adalah
wadah masyarakat yang berperan serta dalam pengelolaan
program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga, baik dalam bentuk
kelompok/organisasi maupun perorangan yang mempunyai
pengaruh di masyarakat.
21. Pembantu Pembina Program KB Desa atau PPKBD adalah
seorang atau beberapa orang kader dalam wadah organisasi
yang secara sukarela berperan aktif melaksanakan dan
mengelola program Kependudukan, KB dan Pembangunan
Keluarga tingkat Desa/Kelurahan.
22. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup
dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat Desa.
23. Lembaga Kemasyarakatan Desa atau disebut dengan nama
lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa
dalam memberdayakan masyarakat

8
BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Kebijakan

1. Mengoptimalkan potensi Desa dalam pengelolaan Program


KKBPK untuk meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.
2. Meningkatkan penggerakan program KKBPK secara sistematis
terencana dan berkesinambungan bersama-sama dengan
masyarakat Desa.
3. Transformasi pengetahuan atas peran penting program KKBPK.

B. Strategi

Strategi yang dilakukan untuk dapat menerapkan kebijakan di atas


adalah :
1. Peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan Desa;
2. Peningkatan komitmen dan peran serta stakeholders dalam
pembangunan program Kependudukan, Keluarga Berencana,
dan Pembangunan Keluarga di tingkat Desa.
3. Pengembangan dan penguatan institusi masyarakat pedesaan
dan mitra kerja dalam penggerakan program Kependudukan,
Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga di tingkat
Desa.
4. Peningkatan kepedulian dan peranserta masyarakat dalam
program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan
Pembangunan Keluarga di tingkat Desa.
5. Pemantapan mekanisme operasional lini lapangan dalam
rangka penyelenggaraan Program Kependudukan, Keluarga
Berencana, dan Pembangunan Keluarga.
6. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM lini lapangan dengan
memperhatikan jumlah Kecamatan, jumlah desa sesuai
kebutuhan.
7. Peningkatan pembiayaan pelaksanaan kegiatan operasional
program KKBPK di Desa.

9
8. Peningkatan KIE Program Kependudukan, Keluarga
Berencana, dan Pembangunan Keluarga di tingkat Desa.
9. Membangun kesadaran serta pemahaman masyarakat desa
melalui transfer pengetahuan atas peran penting program
KKBPK di tingkat desa pada umumnya dan di tingkat keluarga
pada khususnya

10
BAB III
KEWENANGAN DAN KEWAJIBAN SERTA PERAN DESA
DALAM PROGRAM KKBPK DI DESA

A. Kewenangan dan Kewajiban Desa

1. Kewenangan Desa
Desa sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 UU Nomor 6
Tahun 2014 adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui oleh sistem pemerintahan
nasional dan berada di daerah Kabupaten.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa


menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan :
a. Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat
desa (Pasal 1 angka 3 dan Pasal 25).
b. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat
desa lainnya (Pasal 48).
c. Sekretaris desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi
dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.

Sedangkan Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan


urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem pemerintahan Negara kesatuan Republik
Indonesia.

Kewenangan Desa diatur pada Pasal 19 Peraturan Pemerintah


Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
No.6 Tahun 2014 tentang Desa, meliputi sebagai berikut :
a. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul
(seperti tanah kas desa, organisasi masyarakat adat,
pranata dan hukum adat, kelembagaan masyarakat).

11
b. Kewenangan lokal berskala desa (seperti pasar desa,
saluran irigasi, jalan desa, tambatan perahu).
c. Kewenangan yang ditugaskan pemerintah, pemerintah
provinsi, pemerintah kaupaten dan kota
d. Kewenangan lainnya yang ditugaskan pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota
sesuai peraturan perundangan

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Desa,


Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI Nomor 1
Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hal
Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa, dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan Kewenangan Lokal Berskala
Desa adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh Desa
atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul
karena perkembangan Desa dan prakarsa masyarakat Desa.

Dijelaskan bahwa kewenangan lokal berskala Desa, meliputi:


a. Bidang Pemerintahan Desa;
b. Pembangunan Desa;
c. Kemsyarakatan Desa; dan
d. Pemberdayaan masyarakat Desa.

Dalam hal ini, program KKBPK merupakan program yang dapat


dimasukan dalam Kewenangan lokal berskala Desa bidang
Pembangunan Desa kategori pelayanan dasar Desa dan
bidang pemberdayaan masyarakat Desa.

Pemerintah daerah Kabupaten dan Kota berkewajiban


memasukan program KKBPK sebagai bagian dari kewenangan
lokal berskala desa, sesuai dengan Pemerintah Nomor 43
tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.6 Tahun
2014, bahwa:
a. Pemerintahan daerah Kabupaten/Kota melakukan
identifikasi dan inventarisasi kewenangan berdasarkan hak
asal usul dan kewenangan lokal berskala desa;

12
b. Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi sebagaimana
point (a), Bupati/Walikota menetapkan peraturan
Bupati/Walikota tentang daftar kewenangan berdasarkan hal
asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa;
c. Peraturan Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada
point (b) ditindaklanjuti oleh Pemerintah Desa dengan
menetapkan peraturan Desa tentang kewenangan
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala
Desa sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan lokal.

Penjelasan : peraturan bupati/walikota TIDAK WAJIB


ditindaklanjuti oleh pemerintah desa, mengingat kekuasaan
tertinggi penentu kebijakan pembangunan di desa adalah
Musyawarah Desa, namun dapat dijadikan dasar hukum
serta referensi pengambilan kebijakan pembangunan desa di
dalam musyawarah desa.

Tahapan dan tata cara dalam identifikasi dan iventarisasi


kewenangan lokal berskala Desa, dijelaskan pada Pasal 15
Permen Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015,
dilakukan dengan cara:
a. Inventarisasi daftar kegiatan berskala lokal Desa yang
ditangani oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) atau
program-program satuan kerja perangkat daerah berbasis
Desa;
b. Identifikasi dan inventarisasi kegiatan pemerintahan dan
pembangunan yang sudah dijalankan oleh Desa; dan
c. Membentuk Tim Pengkajian dan Inventarisasi terhadap
jenis kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala Desa.

Kepala Desa bersama-sama BPD harus melibatkan


masyarakat Desa melakukan musyawarah untuk memilih
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan
lokal berskala Desa dari daftar yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Bupati/Walikota sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi Desa.

13
Selanjutnya, dari hasil kesepakatan musyawarah Desa
tersebut, Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa tentang
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan
lokal berskala Desa.

2. Kewajiban Desa
Dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Pasal 67 Ayat (2)
juga disebutkan bahwa Desa berkewajiban:
1. Melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta
kerukunan masyarakat desa
2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi
4. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat
5. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat desa

C. Peran Desa
Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, bahwa tugas Desa adalah melaksanakan pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan. Program Kependudukan
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga merupakan
bagian dari pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Atas dasar hal tersebut, maka peranan pemerintah Desa
dalam program KKBPK mencakup peranan dalam manajemen
dan peranan dalam operasional.
a. Peranan dalam Manajemen adalah:
1) Memasukan program KKBPK dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes),
Rencana Kinerja Pemerintahan Desa (RKPDesa) dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes);
2) Bersama BPD dan LPM membuat peraturan Desa (Perdes)
yang menunjang terhadap pelaksanaan program KKBPK di
Desa:

14
Penjelasan: tatacara dan prosedur pada point 1) dan 2) di
atas, dilakukan dengan mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

b. Peranan dalam Operasional adalah :


1) Fasilitasi penyusunan perencanaan operasional program
KKBPK tahunan.
2) Memfasilitasi Pendataan Keluarga.
3) Memfasilitasi pelaksanaan sarasehan
4) Melaksanakan Rapat Koordinasi Desa.
5) Melakukan pembinaan Institusi Masyarakat Pedesaan
(IMP)
6) Melaksanakan penggerakan masyarakat (KIE/
Penyuluhan).
7) Memfasilitasi pelayanan KKBPK
8) Memfasilitasi pembinaan, pengembangan dan Inovasi
sesuai budaya setempat/kearifan lokal Desa.
9) Melaksanakan monitoring dan evaluasi

D. Kedudukan Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) dalam


Pemberdayaan Masyarakat Desa

Selain tenaga Penyuluh KB (PKB/PLKB) yang ditugaskan


oleh pemerintah untuk membina Program KKBPK di Desa, telah
tumbuh dan berkembang para Kader yang tergabung dalam
Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) sebagai mitra kerja dalam
pemberdayaan masyarakat di Desa.
Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) adalah wadah
masyarakat yang berperan serta dalam pengelolaan program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga,
baik dalam bentuk kelompok/organisasi maupun perorangan yang
mempunyai pengaruh di masyarakat.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para kader IMP
dalam menjalankan peran bhaktinya, antara lain: melakukan
KIE/Penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat; melakukan
pendataan dan pemetaan keluarga tahunan; melakukan konseling
KB; membina kader di Desa (Sub PPKBD, Kelompok Akseptor

15
dan kader Poktan tribina); meningkatkan kemandirian KB;
menyelenggarakan pertemuan bulanan; dan melaksanakan
pencatatan dan pelaporan KB.

Jenis-jenis Institusi Masyarakat Pedesaan yang tumbuh dan


berkembang di masyarakat tersebut adalah sebagai berikut:
1. PPKBD (Pembantu Pembina KB Desa) di tingkat Desa atau di
tingkat RW pada Perkotaan. Sebutan PPKBD berfariasi di tiap
daerah, misalnya POS KB Desa di Jawa Barat dan Banten,
PPKB RW di DKI Jakarta, Sub Klinik Desa di Jawa Tengah.
2. Sub PPKBD (Sub POS KB Desa, PPKB RT dsb) berada pada
tingkat RW di Desa sedangkan di perkotaan pada umunya
berada di tingkat RT.
3. Paguyuban KB (Kelompok Akseptor) yang ada ditingkat RT.
4. Kelompok Kegiatan BKB, BKR, BKL yang sering disebut
sebagai Poktan Tribina, pada umumnya berada pada tingkat
RW.
a. Bina Keluarga Balita (BKB)
Kelompok kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, kerterampilan dan kesadaran ibu serta
anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang
balitanya melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan,
sosial, emosional, serta moral yang berlangsung dalam
proses interaksi antara ibu/anggota keluarga lainnya
dengan anak balita.

b. Bina Keluarga Remaja (BKR)


Kelompok kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kesadaran orang tua dalam
mendidik anak remaja dengan benar, agar anak remaja
terhindar dari perilaku seks bebas, HIV-AIDS, dan Narkoba,
serta terhindar dari pernikahan usia dini.

c. Bina Keluarga Lansia (BKL)


Kelompok kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kesadaran keluarga untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga yang lansia.

16
5. Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS)
UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera)
adalah kegiatan usaha ekonomi produktif keluarga, terutama
kaum ibu para peserta KB dari Keluarga Pra Sejahtera serta
keluarga tahapan lainnya, dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan keluarga.

6. Kelompok Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK


Remaja).
Kelompok ini adalah kumpulan para remaja yang peduli
terhadap program KKBPK khusunya sebagai pembina anak
usia remaja untuk memahami tentang persiapan kehidupan
berumah tangga, terutama dalam hal pendewasaan usia
perkawinan dan pemahaman kesehatan reproduksi remaja.

Untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam


pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa, maka peran
pemerintah Desa dalam penataan Institusi Masyarakat Pedesaan
(IMP) adalah sebagai berikut:
1. Menunjuk PPKBD sebagai koordinator Institusi Sub PPKBD,
Kelompok KB, dan kelompok-kelompok Kegiatan Poktan
(BKB, BKR, BKL, dan UPPKS)
2. Memasukan Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) tersebut
dalam Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/LPMD
atau LKD (Lembaga Kemasyarakatan Desa/LKD).
3. Menempatkan para ketua RW dan RT sebagai penanggung
jawab kegiatan di wilayahnya masing-masing serta
mengkoordinasikan kelompok kegiatan masyarakat yang
berada di wilayahnya.
4. Menetapkan dukungan anggaran kegiatan operasional bagi
IMP dalam perencanaan pembangunan desa tahunan
(RPJMDesa, RKPDes, APBDes) melalui musyawarah desa.

17
BAB IV
MEKANISME PENGELOLAAN PROGRAM KKBPK
DI DESA

A. Pembentukan Tim Operasional Program KKBPK Desa


Untuk membantu pemerintah Desa dalam melaksanakan program
Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga, sebaiknya
dibentuk Tim Operasional (TOP) yang terdiri dari orang-orang
(tokoh-tokoh yang berpengaruh di masyarakat) dan Institusi mitra
kerja. Pembentukan Tim Operasional tersebut disepakati melalui
musyawarah Desa.

1) Susunan tim operasional terdiri dari :


a) Penanggung jawab : Kepala Desa/Lurah
b) Penasehat : BABINMAS dan BIMAS PORLI
c) Ketua : LPMD atau BPD
d) Sekretaris : PLKB atau PPKBD.
e) Anggota : PKK, Bidan Desa, TOMA/TOGA (disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan dan kondisi lapangan),
Poktan yang ada di Desa (BKB, BKR, BKL, PIK Remaja dan
Paguyuban KB Pria)

2) Tugas dan Fungsi tim operasional


a) Memberikan dukungan terhadap pelaksanaan program
KKBPK.
b) Melakukan penggerakan masyarakat.
c) Melakukan KIE/Penyuluhan.
d) Melakukan pemantauan pelayanan KB dan Pembangunan
Keluarga.
e) Melakukan pembinaan terhadap kelompok-kelpompok
kegiatan.
f) Mensinergikan program KKBPK dengan program lainnya
dalam pemberdayaan masyarakat Desa.

B. Langkah-langkah Pengelolaan Program KKBPK di Desa


1. Pendataan dan Pemetaan

18
Implementasi Program KKBPK sangat ditentukan oleh data
keluarga di setiap wilayah. Karena itu, operasional program
KKBPK diawali dengan pendataan dan pemetaan yang dilakukan
petugas lini lapangan (PKB/PLKB) dan para kader di Desa.
Selain pendataan keluarga yang dilakukan oleh para Kader di
Desa, mereka juga membuat Peta Keluarga di tingkat RT untuk
memberikan informasi tentang letak tempat tinggal Keluarga dan
status kesertaan KB, serta fasilitas umum yang ada di wilayah
RT/RW.

Data mikro hasil pendataan keluarga tersebut dianalisis untuk


menentukan sasaran, potensi, dan permasalahan yang berkaitan
dengan program KKBPK di tingkat RT.

2. Pertemuan tingkat RT/RW


Untuk mensosialisasikan hasil pendataan perlu dilaksanakan
saresehan di tingkat RT/RW dengan tujuan agar tokoh-tokoh
masyarakat, RT/RW dan seluruh masyarakat agar mengetahui
benar kondisi keluarga yang ada di RT serta memecahkan
berbagai masalah

Pertemuan tingkat RT/RW bertujuan untuk mendapatkan


pengesahan dan menetapkan data sebagai informasi keluarga di
tingkat RT/RW, yang selanjutnya diajukan ke tingkat Desa.

Data dan informasi keluarga ini menjadi bahan dalam


penyususunan perencanaan pembangunan tingkat Desa.

3. Perencanaan
Perencanaan program KKBPK di tingkat desa disusun awal tahun
anggaran berdasarkan hasil analisis pendataan keluarga yang
telah disosialisasikan kepada pemangku kepentingan ditingkat
Desa. Petugas lapangan (PKB/PLKB) bersama Institusi
masyarakat/para Kader yang di koordinasikan oleh LPMD
menyiapkan data dan informasi tentang permasalahan dan
kebutuhan program untuk diajukan dalam perencanaan dan

19
pembangunan Desa melalui forum Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa.

4. Pembentukan Kesepakatan
Dalam forum perencanaan pembangunan desa atau musyawarah
desa, rencana-rencana kegiatan operasional yang telah disusun
tersebut disampaikan untuk mendapat dukungan dan
kesepakatan dari masyarakat.
Sasaran yang akan dicapai adalah kegiatan operasional Program
KKBPK mendapat kesepakatan dan masuk ke dalam dokumen
perencanaan Desa yaitu RPJMDes, RKPDes, dan APBDes.
Dengan masuknya kegiatan operasional program KKBPK ke
dalam dokumen perencanaa desa tersebut, maka dapat dijadikan
sebagai dasar pembiayaan program di lapangan.

Forum-forum yang digunakan untuk menyusun perencanaan dan


membangun kesepakatan tersebut adalah Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Dusun, Desa, Kecamatan, dan
Kabupaten dan Kota) dan Musyawarah Desa.

5. Pelaksanaan Operasional Penggerakan Masyarakat


Setelah program KKBPK masuk dalam dokumen perencanaan
pembangunan Desa, langkah berikutnya adalah melaksanakan
kegiatan operasional penggerakan masyarakat.

Penggerakan masyarakat adalah upaya mengajak seluruh


komponen masyarakat baik individu, kelompok maupun institusi
untuk berpartisipasi dan berperan serta dalam pembangunan
masyarakat Desa termasuk program Kependudukan, KB dan
Pembangunan Keluarga. Upaya-upaya penggerakan masyarakat
tersebut dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Advokasi
Advokasi kepada para pemangku kebijakan di Desa (Kepala
Desa, BPD, dan Mitra Kerja) dilakukan oleh para Kader
bersama-sama dengan Petugas Lapangan KB dan

20
pendamping Desa untuk mendapatkan dukungan dalam
penyelenggaraan program KKBPK di Desa.

b. KIE/Penyuluhan
KIE atau Komunikasi Informasi dan Edukasi adalah kegiatan
yang dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat dan para kader
untuk meningkatkan pemahaman, merubah sikap dan perilaku
masyarakat. KIE/Penyuluhan pada umumnya dibagi menjadi 4
(empat) bentuk, yaitu :
1) KIE Masa seperti pembuatan spanduk, Billboard, umbul-
umbul dan papan-papan nama tentang program KKBPK
pada tingkat Desa. KIE masa juga bisa dilaksanakan pada
peringatan hari-hari besar keagamaan seperti Maulid Nabi,
Isro Mi’raj, serta memanfaatkan media elektronik yang ada
di Desa misalnya Rakom (Radio Komunitas).
2) KIE Kelompok yaitu KIE yang dilaksanakan pada
pertemuan-pertemuan kecil seperti arisan, marhabaan,
tahlilan, riungan RW, Khutbah Jum’at, dsb.
3) KIE Individu dilaksanakan baik oleh petugas, organisasi KB
ataupun tokoh masyarakat melalui kunjungan rumah, anjang
sono, obrolan di warung kopi, dsb.
4) Konseling dilakukan khusus oleh petugas dan Institusi KB
bagi mereka yang sudah menyiapkan dirinya untuk
bergabung dalam program KKBPK seperti calon peserta KB,
calon anggota BKB, BKR, PIK Remaja, dsb.

c. Mobilisasi Sosial
Kegiatan penggerakan masyarakat untuk meningkatkan
kepedulian kegiatan dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain memanfaatkan momentum bersama untuk kegiatan
KKBPK, misalnya : Bulan KB IUD, Turnamen Voli antar
Remaja, Lomba cerdas cermat antar RW, gerak jalan keluarga,
dll.

d. Pembinaan Institusi Masyarakat


Pendamping Desa bersama-sama dengan Petugas lapangan
KB melalukan pembinaan terhadap institusi masyarakat

21
pedesaan. Pembinaan institusi masyarakat/kader sangat
diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan
kemampuannya dalam pelaksanaan program KKBPK di Desa.
Sasaran pembinaan adalah PPKBD, Sub PPKBD, Kader
kelompok KB, dan Kader Poktan.
Pembinaan kader IMP dapat dilakukan melalui forum
pertemuan rutin bulanan PPKBD & Sub PPKBD, Kunjungan
rumah, studi banding, orientasi, dll.

6. Pelayanan KB dan Keluarga Sejahtera


Pelayanan di bidang KB bertujuan untuk meningkatkan kesetaraan
ber-KB dan menjaga agar para peserta KB tidak terjadi drop out.
Kegiatan pelayanan KB dilakukan oleh tenaga kesehatan di desa
yaitu Bidan Desa. Adapun tempat untuk melaksanakan pelayanan
KB di Desa dapat dilakukan di Polindes, Posyandu dan Dokter
medis.

Pelayanan dibidang Keluarga Sejahtera bertujuan untuk


memperkuat ketahanan keluarga melalui pelaksanaan delapan
fungsi keluarga yaitu : Agama, Kasih sayang, Reproduksi,
Perlindungan, Ekonomi, Pendidikan, Sosial Budaya dan
pelestarian Lingkungan. Kegiatan pelayanan keluarga sejahtera
dilakukan melalui kelompok-kelompok kegiatan yaitu BKB, BKR,
BKL dan UPPKS.

Dalam perkembangannya kegiatan pelayanan keluarga sejahtera


mengikuti dinamika masyarakat desa dan kegiatan-kegiatan dapat
diintegrasikan dengan program lintas sektor yang ada di Desa,
seperti PAUD, Keaksaraan fungsional, UP2K PKK dan lain-lain.

7. Pemantauan dan Evaluasi


Kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program KKBPK
di Desa bertujuan untuk menjamin pelaksanaan operasional di
lapangan sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati.
Sedangkan kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengetahui dan
mengukur keberhasilan pencapaian program KKBPK baik
mingguan, Bulanan maupun Tahunan.

22
Pemantauan dapat dilakukan secara berjenjang dari tingkat Desa
(Tim KB Desa kepada Tingkat RW , tingkat RW ke Tingkat RT
selanjutnya ke masyarakat).

Forum-forum yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan


dan evaluasi program KKBPK di Desa, antara lain: Rapat
Koordinasi bulanan tingkat Desa, Minggon, pertemuan bulanan
PKK, Pertemuan bulanan PPKBD dan Sub PPKBD, dll.

8. Pengembangan
Kegiatan Pengembangan Program KKBPK di Desa dapat
dilakukan melaui berbagai cara dan pendekatan untuk
menggairahkan semangat dan motivasi masyarakat.

Sebagai contoh: Sebagai implementasi dari pelembagaan dan


pembudayaan program KKBPK maka dibentuk Kampung KB di
tingkat RW.

Langkah-langkah pengelolaan program KKBPK yang dijelaskan di


atas merupakan siklus operasional tahunan di Desa yang dikenal
dengan istilah 9P (sembilan P) sebagaimana dijelaskan dalam
gambar di bawah ini.

23
Gambar 1

LANGKAH-LANGKAH PENGELOLAAN
PROGRAM KKBPK DI DESA

1
Pendataan
9 2
Pengembangan
Pemetaan

8 3
Monev Musyawarah
Tk RT

7 4
Pelayanan Perencanaan

6 5
Operasional Pembentukan
Penggerakan kesepakatan

24
BAB V
PEMBIAYAAN PROGRAM KKBPK DI DESA

A. Sumber Pembiayaan Program KKBPK di Desa

Operasional kegiatan program KKBPK di Desa menjadi


tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Desa. Penganggaran kegiatan program
KKBPK di Desa dapat didukung dari sumber keuangan desa
(APBDesa) sepanjang kegiatan program KKBPK tersebut menjadi
kewenangan lokal berskala desa.

Berdasarkan Permendagri nomor 113 Tahun 2014, bahwa


Pendapatan APBDesa bersumber dari:
1. Pendapatan Asli Desa, terdiri dari: Hasil usaha Desa, hasil
aset, swadaya, partisipasi dan gotong royong, dan lain-lain
pendapatan asli desa.
2. Dana transfer, terdiri dari: Dana Desa, Bagian dari hasil pajak
daerah Kabupaten/Kota dan retribusi daerah; Alokasi Dana
Desa (ADD), bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan
bantuan keuangan dari APBD kabupaten/Kota.
3. Pendapatan lain-lain, terdiri dari: Hibah dan sumbangan dari
pihak ke tiga yang tidak mengikat; dan lain-lain pendapatan
desa yang sah.

B. Kegiatan-Kegiatan Strategis Program KKBPK di Desa


Kegiatan-kegiatan strategis program KKBPK di Desa yang
memerlukan dukungan pembiayaan dari sumber-sumber
keuangan Desa, adalah sebagai berikut:

1. Pendataan dan Pemetaan Keluarga.


Dukungan pembiayaan yang dibutuhkan untuk kegiatan
Pendataan dan Pemetaan Keluarga yang dilakukan setiap
tahun, antara lain:
a) Honor kader pendata;
b) ATK; dan

25
c) Pelatihan Kader Pendata.

2. Pertemuan/Koordinasi Mitra Kerja Tingkat Desa


Tujuan pertemuan mitra kerja/koordinasi ini adalah untuk
membangun kesepakatan dan mendapatkan dukungan dari
para pemangku kebijakan (toma dan toga) terhadap kegiatan
operasional program KKBPK. Kegiatan tersebut antara lain:
a) Rapat koordinasi bulanan tingkat Desa;
b) Minggon;
c) Pertemuan bulanan PKK.

3. Pertemuan Lengkap Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP).


Pertemuan Lengkap Institusi atau Pertemuan Kader tingkat
Desa adalah pertemuan teknis bulanan tingkat Desa yang
diikuti oleh PPKBD dan Sub PPKBD, para Kader, PLKB/PKB,
Petugas Kesehatan yang membahas secara teknis rencana
kegiatan operasional KB, pembagian tugas KIE dan
Pelayanan KB/Kes, serta persiapan menyambut Tim KIE atau
pelayanan KB dari Kecamatan.
Kegiatan ini merupakan media pembinaan oleh petugas
terhadap terhadap para kader KB untuk meningkatkan
kemampuan para kader dalam pengelolaan program KKBPK di
lapangan.

4. KIE/Penyuluhan dan Penggerakan masyarakat.


KIE/Penyuluhan adalah kegiatan komunikasi perubahan
perilaku yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku keluarga dan masyarakat, untuk dapat
menerima dan berpartisipasi aktif dalam program KKBPK.
Pembiayaan yang dibutuhkan antara lain:
b) Dukungan Operasional bagi Tim Operasional KKBPK tk
Desa untuk melaksnakan KIE/Penyuluhan,
c) Pembuatan bahan-bahan KIE (leaflet, Billboard, poster,
spanduk, dll)
d) Kegiatan-kegiatan penggerakan masyarakat (lomba-lomba,
dll)

26
5. Pembinaan kelompok-kelompok kegiatan KB dan Keluarga
Sejahtera.
Pembinaan terhadap kelompok-kelompok kegiatan KB-KS ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kelompok-
kelompok kegiatan KB-Keluarga sejahtera (BKB, BKR, BKL,
dan UPPKS) kepada keluarga.
Adapun kebutuhan pembiayaan kegiatan-kegiatan dimaksud
antara lain:
a) Bantuan Operasional kader dan kegiatan Bina Keluarga
Balita (BKB);
b) Bantuan Operasional kader dan kegiatan Bina Keluarga
Remaja (BKR);
c) Bantuan Operasional kader dan kegiatan Bina Keluarga
Lansia (BKL)
d) Bantuan Operasional kader dan kegiatan kelompok Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
e) Operasional kegiatan remaja peduli KB.

6. Pelayanan dan Pembinaan KB.


Pelayanan KB bertujuan untuk meningkatkan capaian peserta
KB Baru, sedangkan pembinaan KB bertujuan untuk menjaga
kelangsungan ber-KB sehingga tidak terjadi drop out KB. Jenis-
jenis kegiatan yang perlu mendapatkan dukungan antara lain:
a) Dukungan operasional bagi kader untuk Konseling KB;
b) Dukungan transportasi pengantaran calon akseptor ke
Fasilias pelayanan;
c) Dukungan operasional distribusi alokon KB ke akseptor;
d) Dukungan transportasi untuk melakukan rujukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan.

7. Dukungan Operasional Kader (bulanan).


Bantuan operasional bulanan bagi kader (PPKBD dan Sub
PPKBD) bertujuan untuk meningkatkan semangat dan
intensitas penggerakan program KKBPK di lapangan (KIE,

27
Konseling, pendataan, fasilitasi pelayanan, Pencatatan dan
pelaporan, dll).

8. Pelatihan-pelatihan dan orientasi bagi Kader.


Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
serta ketrampilan dalam menggerakan program KKBPK di
lapangan.

9. Pencatatan dan Pelaporan


Kegiatan ini bertujuan untuk menjamin bahwa rangkaian
kegiatan bulanan yang telah dilaksanakan di Desa dapat
tercatat dan terlaporkan dengan baik, serta sesuai dengan
waktu yang ditetapkan (tepat waktu).

10. Kegiatan-kegiatan lainnya sesuai dengan kondisi dan


kebutuhan lokal.

28
BAB VI
PENUTUP

Tahun 2015 merupakan tahun awal Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Program KKBPK 2015-2019.
Pada periode 5 (lima) tahun tersebut, sasaran yang akan dicapai adalah
terwujudnya kondisi penduduk tumbuh seimbang (PTS), yang ditandai
dengan Total Fertility Rate (TFR) 2,1 pada tahun 2019.
Keberhasilan program KKBPK selama 5 (lima) tahun tersebut
akan sangat berarti bagi pemerintah khususnya dalam mewujudkan
Nawa Cita. Untuk itu dibutuhkan kerja keras dan kerja cerdas serta
komitmen yang kuat para pengelola program KKBPK di semua
tingkatan.
Desa merupakan wilayah terdepan yang paling menentukan
keberhasilan program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga.
Berjalannya kegiatan operasional penggerakan masyarakat di lapangan
merupakan faktor penentu keberhasilan pencapaian sasaran program
KKBPK nasional.
Pedoman ini diharapkan dapat dijadikan acuan para pemangku
kebijakan, mitra kerja dan para kader dalam pengelolaan program
KKBPK di tingkat Desa.

29

Anda mungkin juga menyukai