Anda di halaman 1dari 210

Pesan Kecil

Kalian tahu? Aku bukan Narator1. Aku adalah termasuk seorang yang terlibat dalam
lika-liku kisah ini. Jujur saja, aku memiliki banyak cita-cita dalam hidupku...

Kalian mau tahu?

Jika kalian berkata “tidak” demikian? Aku berani berkata, ‘kalian melewatkan
petualangan kami yang menarik’. Ohh, sungguh sayang sekali.

Tapi apa daya, aku terlanjur memiliki salah satu cita-cita yang membuatku terpaksa
mengisahkan semua pengalaman dan cerita ini, tertarik atau tidaknya kisah yang aku
paparkan, pilihan ada di tangan kalian.

Oh iya, aku hampir lupa. Aku melewatkan sesuatu, baiklah akan aku beritahu pada
kalian tentang semua cita-citaku. Cita-cita pertamaku, aku ingin menjadi seorang polisi.

Luar biasa bukan?

Aku pandai bergulat dan memiliki keterampilan dalam membidik target dengan
sangat penuh keakuratan. Selain itu IQ2-ku juga sangat mumpuni untuk dipromosikan
menjadi perwira polisi.

Berikutnya, aku ingin menjadi seorang novelis. Entah kenapa aku berminat menjadi
profesi ini. Ada yang tahu alasannya?

Karena aku ingin mengungkapkan petualangan yang telah banyak aku alami.

Biarkan aku jelaskan, dunia sangat kejam dan sangat mengerikan.

Mulai dari ketamakan manusia akan uang hingga yang membuatku gila dan terheran-
heran adalah sampai mati pun dia tidak mensisakan uang sedikitpun, dia memakannya. Lalu
penciptaan teknologi yang merubah banyak pikiran manusia, di zaman itu uang benar-benar
tak dibutuhkan.

Berikutnya, orang yang baik hati dan dermawan tapi aku tidak menjaminnya bahwa
dia bukan sosok jelmaan serigala yang menyimpan identitas penting, contohnya berupa
seekor bangkai domba.
Dan yang terakhir adalah kasus pemusnahan massal.

Semua itu akan terkuak dikisah ini, aku sengaja membaginya menjadi beberapa buku.

Sekali lagi aku mengatakan, dunia tidak seindah yang kalian pikirkan. Dunia penuh
dengan orang-orang yang melakukan tindak kejahatan. Tapi walaupun begitu, dunia tak
seburuk itu. Sebanyak apapun jumlah kegelapan tetap ada satu titik terang cahaya kecil
walaupun redup, itulah mengapa aku mengagumi dunia ini dan menuliskan kisah ini pada
kalian.

Orang baik bagaikan padi, orang jahat bagaikan rumput liar. Keduanya selalu tak
dapat dipisahkan. Seperti halnya pemukiman sawah. Dimana banyak orang baik, disitu pun
terdapat segelintir orang-orang jahat yang mengumpat. Sebaliknya tidak ada satupun orang
baik yang berada diantara sekumpulan orang-orang jahat. Seperti halnya padang rumput.
Tidak ada satupun tumbuhan padi yang terlihat.

Tapi pepatah diatas tidak berlaku dengan petualangan kami, kami nyaris bernasib
seperti padi yang tumbuh ditengah-tengah padang rumput yang luas.

Selamat membaca,

Dan selamat berpetualang.

Oh! Maaf sepertinya aku benar-benar telah menderita amnesia mendadak. Aku belum
beri tahu pada kalian mengenai cita-citaku yang ketiga.

Dengarkan baik-baik...

Karena aku tidak akan mengulanginya lagi ataupun membahasnya dengan panjang
lebar seperti di atas...

Kuharap kau sekarang sendirian dan tidak ada seorang pun yang berada di sekitarmu
walaupun itu teman, kerabat ataupun keluargamu sendiri...

Aku adalah seorang...

Rob...
Stttttt....

Jangan beritahu siapa-siapa, ini tentang rahasiaku denganmu.


Prolog

Pada zaman dahulu...

Hiduplah seorang putri...

Matanya buta...

Mulutnya bisu...

Telinganya tuli...

Dan raganya yang lumpuh...

Tapi semua kekurangan itu tidak pernah memadamkan rasa semangatnya untuk tetap
bertahan hidup dalam persembunyiannya, walau tersimpan banyak misteri entah kenapa
dirinya seperti dikekang dan menghabiskan seluruh hidup serta waktunya di dalam kamar.
Prologue

At a very long time ago,

There lived a princess.

Unfortunately, her eyes was blind.

Her Mouth was mute.

Her ears? Was deaf.

And oh dear, her body was paralyzed.

But, every of her lack was never estinguished her spirit to survived for alive in her hideout.
Even though, she had so many mistery, but who knows why was she looked like bridled, and
spent all of her time in her bedroom.
ARC 0 : ISTANA API

Seseorang bertubuh tinggi dan berperawakan tegak berjalan di tengah gelap gulitanya
koridor, menuju ke arah dua cahaya lampu berwarna kuning yang sengaja diletakkan di
samping kanan-kiri suatu pintu kamar.

Atmosfer dingin yang mencekam kian berubah menjadi terasa hangat setelah seorang
laki-laki itu telah sampai dan berhenti di depan pintu kamar yang terbuat dari pohon jati.

Cahaya lampu tersebut bersinar terang dan membias pada wajahnya yang menjelaskan
lekak-lekuk raut rupa dan pipinya yang cenderung tirus kedalam. Terlihat sosoknya penuh
dengan berewok yang lebat dan beberapa uban, menghiasi sekitar wajahnya.

Matanya hangat berwarna hijau dengan guratan syaraf-syaraf mata yang tertampak
pada masing-masing sudut kelopaknya dan pantulan bayangan kap lampu yang tercermin
pada bola matanya yang sedikit basah.

Lantas dapat disimpulkan bahwa usia seorang laki-laki tersebut telah mengarungi
kehidupan selama hampir setengah abad lebih sepuluh tahun.

Kini kedua matanya terfokus pada coretan gambar pada kertas putih yang menempel
di pintu. Hanya tiga helai bunga matahari yang diwarnai dengan pensil warna, crayon.
Lukisan sederhana, yang siapapun dapat membuatnya.

Tangan kanannya mulai bergerak ke arah alas pintu. Mengetuk-ketuk dengan buku-
buku jarinya. Setelah tiga kali ketukan, tangannya terkesiap turun kembali di samping perut
dan merapatkannya. Dia tak perlu mengulangi ketukan lagi. Tak perlu mengetuk hingga
sembilan kali jumlahnya. Karena tiga kali ketukan pun sudah cukup untuk merespon
seseorang yang berada di balik kamar itu.

Tak lama berdiri menunggu pintu dibuka. Suara kibasan selimut dan hening selang
lima detik lalu sebentar dilanjutkan dengan suara langkah kaki yang lemah berjalan ke arah
pintu mulai terdengar dari dalam.

Pegangan pintu berbentuk bola berwarna coklat keemasan, pelan-pelan berputar.

Ceklek. Ngeeekk..
Akhirnya pintu terbuka dan menampakkan sosok cantik yang sempurna, muncul di
depannya.

“Selamat malam, Sayang.”

“Maaf mengganggu waktu tidurmu. Kau tahu ini malam apa?”

“Ini malam ulang tahun kelahiranmu. Happy Birthdays, Sayang”

“Aku tak pandai membuat kue. Aku hanya dapat membawakanmu sebuah hadiah.
Yang di mana kado ini telah dirancang sekitar dua puluh enam tahun yang lalu oleh sepasang
suami istri yang sangat berbahagia. Yang mendambakan seorang putri.”

Setelah seorang laki-laki itu selesai berucap, sosok cantik tersebut langsung
mendekap dipelukannya.

“Terima kasih. Ayah.”

Itulah beberapa kata yang diucapkan oleh putrinya.


ARC 0 : ISTANA API 2

Tepat di bawah bayang-bayang rembulan yang sebagian terlahap oleh gelap gulitanya
malam. Disinari oleh cahaya bulan yang dingin. Aku berjalan pelan hampir tak bersuara. Aku
tidak sendirian, ada empat orang yang mengikuti dan menemaniku dari belakang.

Hampir penglihatan sangat terbatas tapi cahaya bulan walau remang


memperlihatkanku akan bentuk atap bangunan yang kami pijaki ini. Berbentuk persegi
empat, tidak simetris dengan desain yang sedikit miring keluar. Kami takjub dengan desain
atap yang unik, berbentuk melengkuk seperti tanduk yang lancip.

Bentuknya seperti tanduk milik kerbau, sangat unik dan menarik. Kurasa atap rumah
ini tahan terhadap curah hujan dan tidak membebani bangunan di bawahnya.

Dan hanya bagian luas genting rumah yang tersusun rapih dan meliuk-liuk dari atas
hingga ke bawah. Aku pun tak mengerti dengan susunan atap dan model rumah yang seperti
itu. Sungguh pekerjaan berat pada saat proses pembangunannya.

Setelah berlama-lama memanjat dan menuruni genting yang fenomenal, akhirnya


kami berhasil mencapai titik dasar atap rumah. Di atap rumah sungguh kegelapan yang luar
biasa. Aku hampir tidak mengetahui posisi teman-temanku berada dan aku sendiri hanya
dapat mendengar suara desahan nafas mereka.

Aku menyibakkan tas ranselku dan merogoh mencari-cari alat sesuatu yang sekiranya
dapat menerangi tempat tersebut. Aku dapatkan senter. Tampak wajah-wajah gembira nan
ceria tercipta setelah aku terangi area sekitar. Kami mendapati bangunan dengan alas yang
terbuat dari beton putih kokoh. Sungguh atap rumah yang mewah dan sangat berkelas.

Atap anti bocor yang dinaungi oleh genting dengan kerangka atap yang sangat
fenomenal? Benar-benar pembangunan yang banyak mengeluarkan angka, nominal uang.
Apa aku bisa memiliki rumah seperti ini? Kuharap suatu saat nanti rumah ini pun akan
menjadi pencurian terbesarku dalam sebuah catatan sejarah.

Aku meletakkan cahaya lampu senter itu ke lantai atap. Membiarkan sinarnya
membias ke atas, tepat menyoroti kerangka atap dari bawah.
Bisa kalian bayangkan, kerangka atap rumah tersusun dari ribuan kayu.
Bertumpang-tindih pada tiang kayu yang bertumpu di atas batu datar yang kuat dan lebar.

Mereka mengeluarkan dan menyiapkan peralatan misi seperti peralatan khusus dan
peta titik lokasi target. Menunggu mereka belum siap beraksi melancarkan penyelundupan,
aku pergi sembari membawa minuman kaleng soda yang aku ambil dari kantong kecil pada
ransel yang sengaja aku tinggalkan didalamnya saat sebelum pergi melaksanakan misi.

Terasa sunyi, sehingga suara langkah telapak sepatuku meskipun pelan tetap
terdengar nyaring, menggema dan menyebar ke seisi seluruh atap. Setelah berjalan panjang
tanpa takut menabrak batu datar yang menumpu tiang kayu di atasnya, ditambah kini jarak
antara aku dengan kawan-kawanku pun semakin jauh, membuat biasan cahaya lampu senter
yang kutaruhkan di dekat mereka menjadi terlihat semakin memudar ditelan kegelapan.

Aku tak perlu meraba-raba ataupun merangkak seperti layaknya orang buta karena
aku telah menemukan titik terang, cahaya malam. Ternyata aku berhasil keluar dari naungan
atap yang seperti gua. Disitu aku mendapati sederet pipa pagar besi yang terbentang dari
ujung hingga memanjang keujung yang lain, berwarna putih mengkilap. Tanganku meraih
dan merabanya, terasa halus dan seperti...

Argentum?

Setelah memeriksa dan menganalisis mengenai pagar besi itu. Hasil akhirnya aku
berfirasat, bahwa pagar besi ini benar-benar positif terbuat dari perak.

Orang macam seperti apa membangun pagar besi terbuat dari perak di atap rumah?
Dengan ini aku dapat memprediksikan bahwa pemilik rumah ini benar-benar orang yang
sangat kaya raya, jadi aku tidak sia-sia untuk kemari karena aku akan mendapatkan
perolehan yang berlimpah-ruah dan hasil jarahan yang lebih.

Sadar akan hal itu tangan jemariku langsung berkesiap meraba-raba seluruh bagian
daerah saku celanaku. Dan yang kutemui...

Sialan! Aku lupa, gergaji besi kecilku aku taruh di dalam ransel. Benar-benar
melewatkan buruan bonusku. Tapi.. Tak apalah, toh di dalam seisi rumah ini pasti terdapat
banyak sekali harta yang berlimpah selain pagar besi perak ini. Pasti aku akan mendapatkan
sesuatu yang lebih dari ini.
Sejenak aku membuka segel pengait alumunium kecil yang mengunci lubang
minuman kaleng yang dari tadi aku bawa.

Pssssttttt.....

Aromanya sangat khas, minuman berkarbonasi. Aku meminumnya sambil melihat


pemandangan daerah sekitar dari atas atap rumah yang dinaungi oleh atap genting di atasnya.

Mengetahui ukuran rumah ini, aku yakin aku akan dapat melihat tempat ini walaupun
aku melihatnya dari seberang laut sana yang hanya menggunakan sekoci kecil sekalipun. Dari
sini aku dapat melihat pulau yang konon katanya pulau itu terisolasi dan satu lagi, pulau yang
letaknya tidak jauh dibelakangnya adalah pulau emas dan bir, sungguh pemandangan yang
langka mengingat aku berada di kawasan Archipelago1.

Ini pertama kalinya aku mengunjungi pulau ini, jelas aku sangat awam sekali melihat
letak geografis di sini. Hebatnya dari atap rumah aku dapat melihat langsung keseluruhan
hamparan pulau ini. Rumah ini benar-benar berada di garis kawasan puncak tebing yang
memanjang dari selatan ke utara. Dan aku melihat kawasan padang rumput bersama dengan
kandang-kandang ternak beserta gudang jerami dari arah timur laut. Selebihnya hanya
mayoritas pemandangan hutan hujan tropis dan bekas reruntuhan yang berada tepat tidak jauh
dari depan rumah yang menghadap ke arah utara ini.

Ehh? Bocor?

Tak terasa, minuman kalengku telah habis. Dengan tak sadarnya aku tetap tidak
percaya dengan isinya. Aku sempat mengarahkan lubangnya ke bawah dan menggoyang-
goyangkannya berharap ada setetes air yang jatuh.

Huff.. Benar-benar telah habis, ya?

Orang bilang konon jika aku melemparkan kaleng bekas ini di depan rumah, beberapa
sosok mahluk berjenis manusia akan terbangun dari tidurnya dan memeriksa situasi keadaan
yang terjadi di depan rumahnya. Bukankah itu hal yang pasti dan logis, kecuali kalau rumah
itu tak berpenghuni dan hanya ada beberapa hantu.

Sungguh ketidakpentingan.. Haha..

Belum sekali siap aku melepaskan kaleng bekas dari cengkeraman lemparanku. Aku
melihat satu sorotan cahaya datang yang berasal dari semak-semak dekat dari arah tempat
reruntuhan itu. Kurasa tidak hanya satu sorotan cahaya yang menyala, dua.. tiga.. empat..
sebelah sana, lima.. enam! Tujuh! Tapi cuman beberapa yang muncul berdatangan dari arah
utara barat laut dan utara timur laut! Dan yang paling dominan kedrastisan kemunculannya
berada dari arah utara, yaitu tempat di mana tempat reruntuhan itu berada.

Sudah kuduga, akhirnya mereka datang dan sampai juga ke tempat titik lokasi misi.
Aku harus bergegas dan memberitahukan informasi ini secepat mungkin kepada yang lain.

Jika kalian penasaran mereka adalah kelompok elit, orang-orang yang diperintahkan
langsung dari pemerintah. Menggunakan helm dan seragam kemiliteran lengkap dengan
membawa senjata api dan tangan lainnya memegang senter yang sambil melangkahkan
kakinya dengan sesenyap mungkin. Mengendap-endap layaknya pencuri yang akan
membobol habis seisi rumah ini. Untuk itu aku tidak bisa tinggal diam, aku harus duluan
lebih cepat mengambil hartanya sebelum mereka.

Aku bergegas pergi berlari dan kembali pada tempat rekan-rekanku yang lain berada.
Tapi sebelum itu aku sempat meninggalkan kaleng bekas yang kutaruh di permukaan atap
dekat dengan pagar besi perak.
ARC 0 : ISTANA API 3

Drap! Drap! Drap!

Suara langkahku berteriak keras menghunjam seluruh ruangan kosong atap rumah.
Aku menembus atmosfer kegelapan dan akhirnya menemukan cahaya kecil terang. Aku tidak
peduli dan tidak menghiraukan mereka yang tengah menutup mulut dengan jari telunjuknya
ke arahku. Aku tahu maksud mereka, yaitu tidak lain memberikan sebuah kode isyarat
untukku agar mengecilkan suara langkah kaki. Tapi aku tetap menerjang berlari dengan
heboh.

“Oeey! Oeey! Oeey! Pelankan suara langkah kakimu, bos!”

“Jika kalian telah selesai menyiapkan peralatannya alangkah baiknya kita cepat
bergegas masuk ke dalam rumah ini!”

“Kenapa terburu-buru, bos?”

“Sekelompok elit yang pada waktu lalu aku bicarakan telah sampai di garis depan
rumah ini!”

“A.. Apa! Jadi para Shinigami2 si pencabut nyawa telah datang!?”

“What! Shi-Shinigami??”

Shinigami?

“Oh... Oh iya, kau benar! Ayo kita bergegas!”

Sewaktu berlari bergegas bersama, memasuki rumah itu. Entah kenapa kecepatan lari
mereka melaju 2x lipat lebih cepat dari pada kecepatan lariku, padahal aku pernah
berpengalaman menjadi pelari handal di akademi kepolisian dulu.

Apa ada yang salah dengan fisikku? Kurasa aku selalu melatih diri dengan rajin
berolah raga dan tidak merokok. Tapi bagaimana bisa mereka berlari seperti orang yang
dikejar-kejar oleh sekelompok hantu?
Mereka berlari ke arah timur dan langsung mengikatkan pangkal tali pada tiang kayu
atap rumah. Mengaitkan ujung talinya tersebut ke perut mereka dan akhirnya mereka pun
menerjunkan diri ke bawah.

Sialan! Aku tertinggal jauh dari mereka. Sepertinya mereka lebih bersemangat untuk
mengambil harta di rumah ini dari pada diriku.

“Hosh.. Hosh! Percuma saja aku lari mengejar mereka. Ketahanan fisikku untuk
berlari sudah tidak cukup kuat lagi.”

Aku melambatkan lariku dan berhenti. Akhirnya berjalan dan membantingkan tubuh
ke permukaan atap. Bertengkurap.

“Aku.. Tidak kuat lagi”

Sejenak aku mengatur nafasku yang tersengkal-sengkal dan mengelap keringat di


wajahku dengan lengan jaket. Kini hanya ada aku dan sinar cahaya senter yang menemaniku
dalam kegelapan atap. Dengan kesal karena lemas sambil menghembuskan nafas, aku
mengeggelindingkan senter ke permukaan atap.

Amazing!

Keberuntungan selalu memihak kepadaku. Aku tidak perlu lagi berlari menyusul
mereka yang telah berlari jauh dariku.

Aku mendapatkan pintu masuk yang keberadaannya sengaja di letakkan di permukaan


atap. Semua ini karena berkat cahaya lampu senter yang aku gelindingkan dan berbelok arah
karena ketidakseimbangan dan akhirnya berhenti dengan membiaskan cahayanya tepat ke
arah tempat pintu yang tertanam di permukaan atap. Ragaku berusaha untuk bangkit dari rasa
kelelahan dan berjalan menuju pintu masuk itu dengan sedikit terhuyung-huyung.

Pintu Kayu? Dan... Sedikit terkelupas cat-nya?

Sepertinya aku telah terkejut melihat pintu yang terbuat dari kayu. Mengingat
rumahnya yang mewah sampai pagar besi pun terbuat dari lapisan perak cair.

Ini benar-benar membuatku berpikir panjang hingga entah mungkin sampai


membuatku gila, mengenai macam orang seperti apa si pemilik rumah ini? Apakah setengah
kaya dan setengah lagi melarat?
“Tapi baguslah, dengan begini memudahkan aku untuk dapat membuka pintu kayu ini
dengan kunci alternatifku, kawat penjepit rambut!”

Dengan perasaan senang karena berharap aku dapat memasuki rumah ini hanya
dengan membuka pintu dengan bantuan kunci alternatif. Aku memasukkan kawatnya ke
dalam lubang kunci yang sudah berkaratan karena termakan zaman.

Belum juga aku memulirkan kawatnya. Tiba-tiba pintu langsung kedorong terbuka
beserta suara kerapuhannya yang sedikit membuatku merasa nista.

Kriieeeett...

“OMG... Apa-apaan dengan semua ini? Pintu sudah terbuka, tapi entah kenapa tidak
membuatku senang, lega apalagi bangga melainkan malah membuatku kesal, ya? Kuharap
aku bertemu dengan pemilik rumah ini dan memberikannya pintu brankas dengan kunci
elegan yaitu roda brankas nomor kode kombinasi. Dengan begitu, pencuri siapapun akan
kesulitan dalam upaya pembobolannya, kalau-kalau ada seorang yang akan mencuri lewat
sini.”

Seorang pencuri yang ingin mengingatkan pada korban pencurian untuk selalu
mewaspadai terhadap oknum pencuri.

___________________________________________________________________________

Lagi-lagi diriku yang malang menemui jalan yang penuh dengan kegelapan. Tak
hanya harus menelusuri tangga ke bawah, tapi juga harus kuat fisik dan mental untuk
melangkahkan kaki menempuh turunan tangga yang sangat rapuh dan keropos. Di bagian
pijakan serta pegangannya sungguh sangat mengkhawatirkan. Rentan.

Apakah ini sebuah tantangan dan uji nyali terhadap seorang pencuri? Kukira
pekerjaan ini akan selalu berjalan mulus dan tanpa ada hambatan.

Karena kupikir terlalu engap di dalam ruangan tangga yang gelap. Alangkah bagusnya
aku menggunakan cahaya senter untuk menerangi area sekitar.
Berjalan sedikit demi sedikit. Menuruni anak tangga dengan papan yang kadang-
kadang bergoyang karena ketidakkuatan tumpuan bobot yang dipijakkinnya. Di pegangan
tangga sembari diriku berlalu menuruninya, tak sedikit masyarakat kaum rayap berlalu lalang
keluar masuk dari setiap lubang kecil ke lubang kecil lainnya.

Dari ruangan sini tidak banyak aku temui barang-barang yang terlihat mewah. Maaf
bukannya tidak banyak, melainkan tidak ada sama sekali barang yang bernilai. Hanya turunan
tangga yang tingginya sekitar 3,50m, dinding berhias yang penuh dengan lukisan bunga dan
beberapa jaring-jaring spaidermen yang menempel memenuhi pojokkan di setiap sudut atap
ruangan.

Oh, tunggu. Kurasa aku menemui barang yang cukup lumayan mahal saat aku sampai
di lantai bawah. Sebuah lampu bohlam dengan fitting3 (fitting adalah aksesoris listrik. Sebuah tempat untuk menaruh

sebuah lampu bohlam, yang berbentuk bulat dengan lubang di tengahnya yang digunakan untuk menaruh bohlam) plafon yang dilapisi oleh
balutan emas.

Tunggu-tunggu.. Benarkah ini emas?

Jari-jariku berusaha kuat untuk memulir dan melepaskan sekrup fitting plafon dari
kayu papan kecil yang menempel di tembok.

“Wah, ini benar-benar bernilai sangat mahal!”

Aku segera menarik ranselku. Membuka risleting lalu memasukkan fitting bersama
dengan bohlam lampunya ke dalam ransel.

“Siip! Mendapatkan perolehan emas adalah salah satu langkah awal menuju
kesuksesan dalam pencurian ini.”

Selanjutnya aku mulai melangkah. Meraih pegangan pintu di depan.

Seperti biasa, tanpa perlu di buka dengan kunci alternatif pun pintu ini akan terbuka
dengan sendirinya.

Dengan naifnya aku mencoba santai menerobos pintu masuk dan..

JEDDARRR!!!

“Oh! Tidak jidatku!”


Sialan! Kali ini pintunya benar-benar terkunci! Kurasa kayunya juga berbeda dengan
kayu pintu yang tadi di atas! Pintu kayu ini benar-benar sangat kuat dan tidak ada kerapuhan
sedikit pun!
ARC 0 : ISTANA API 4

Sejenak diriku mencari kawat penjepit rambut di saku. Sedangkan lengan yang lain
mengusap-usap permukaan dahi yang kurasa sedikit agakkan memerah.

Dapat!

Sekarang aku berhasil membuka pintunya setelah sekian detik mengutak-atik lubang
kunci.

Cklekk!

Kalian tahu barang berharga apa yang aku temui dibalik pintu yang dikunci ini??

Ya, gudang...

Aku tidak mengerti dengan cerita misi ini, bagaimana bisa aku masuk dan tersasar di
tengah-tengah ruangan yang isinya penuh dengan rak-rak susun yang menyimpan
banyak kotak kardus berukuran jumbo. Aku sempat terpikir mengira isi di dalam kotak
kardus itu adalah sekumpulan permata atau jenis barang mahal lainnya. Setelah aku buka
beberapa kotak kardus, isinya memang di luar dugaanku.

Puluhan ribu bohlam lampu tersimpan di dalam ruangan yang megah dan luas?

Kebingunganku dalam ruangan gudang tersebut mendorong pikiranku untuk terus


memainkan teka-teki yang di luar logika serta menyimpulkan dan memecahkan teori tentang
misteri rumah mewah dengan sejuta bohlam lampu. Sambil berjalan lurus dengan sedikit
mengabaikan susunan rak pada samping kanan dan kiriku. Khawatir mengganggu
konsentrasi.

Sekitar beberapa meter aku melangkah, akhirnya sepasang kakiku terkesiap mendadak
terhenti. Ada sesuatu tepat disampingku. Terjepit dari rak satu dengan rak yang lainnya.

Bufet?

Bufet 4 susun berwarna coklat maroon dengan lapisan plitur kayu warna hitam yang
membuatnya tampil gelap tapi mengkilap. Tidak ada debu dan keseluruhan terlihat terjaga
keperawatannya.
Sekilas penampilan bufet tersebut terbilang kuno dan hanya terlihat monoton. Yang
satu susunnya memiliki tiga baris pintu mengesamping, horizontal. Seluruh pintu kecilnya
kubuka satu-persatu. Semuanya tak terkunci dan di dalamnya hanya berisi tumpukan sandal
sepatu yang belum digarap dan beberapa peralatan elektronik. Hanya saja ada beberapa
pengecualian untuk tiga pintu yang terletak berada paling atas, hampir ketiganya benar-benar
tidak bisa dibuka. Terkunci.

Kuharap kali Ini aku mendapatkan sesuatu kejutan yang lebih baik dan berharga di
dalam pintu bufet deretan atas ketimbang pintu zonk yang telah kubuka seperti pintu lainnya.

Cklakk!

“Halo, ada barang-barang berharga yang kira-kira bisa kubawa pulang di sana??”

Yupps! Kali ini keberuntungan tidak berpihak kepadaku. Alhasil di dalam laci itu
seperti dugaanku yaitu adalah zonk. Cuma hanya ada beberapa lembaran koran yang ditindih
oleh satu boneka pahatan kayu yang besarnya kurang lebih sejari jempol milik pria dewasa
berbadan gemuk.

“Matryoshka?”

Tanganku langsung meraih dan memungut boneka kayu itu dan mengamatinya.

“Boneka kayu yang sama? Tapi yang ini ukurannya lebih besar. Sebenarnya ada
berapa pecahan Matroyshka seperti ini di dunia?” Kataku garuk-garuk kepala.

“Tapi entahlah aku masih belum tahu jelas makna yang sebenarnya mengenai
Matroyshka ini. Tapi bagaimanapun juga misteri tetaplah misteri, aku akan memecahkan
misteri Matroyshka ini lain waktu.”

Sesuatu yang aku dapatkan berikutnya...

“Koran lama? Tahun edisi 1985, 1990, 1995, dan 1997??”

“Aku yakin mungkin koran-koran ini ada kaitannya dengan Matroyshka ini, jadi
kurasa aku bawa saja dan membacanya nanti.” Kataku sambil memasukkan lembaran koran
ke ransel sedangkan boneka kayu kusimpan di saku celana kecilku.

“Apa kemungkinan lain ada lagi seperti ini? Berkas-berkas misteri? Aku mulai
penasaran dengan dua laci tersisa yang masih terkunci.”
Lalu selanjutnya, kita lihat sesuatu apa yang aku temui di dua pintu bufet
berikutnya...

Suara dari putaran kunci di seberang jauh sana yang kudengar dari indera telinga
seorang pencuri memancarkan sebuah gelombang sinyal. Suatu pintu lain terbuka saat aku
akan mulai memasukkan kawat penjepit rambut ke dalam lubang kunci laci nomor dua.

________________________________________________________

Seorang pria tua berumur puluhan tahun berjalan dengan langkah kakinya yang berat
menuju ke tempat persis di mana aku berdiri tadi. Tapi yang membuatku aneh pria tua itu
tampaknya tidak mencurigai tentang pintu laci yang terbuka berantakan oleh ulahku, seperti
tidak terjadi apa-apa. Dia hanya tertuju pada pintu laci nomor dua. Telapak tangannya
mengusap-usap pintu laci yang sama sekali tak berdebu sedangkan tangan lainnya mengambil
kunci di saku bajunya.

Pria tua itu mengambil benda dari dalam laci, dia menutup dan menguncinya kembali
seperti semula dan tidak menghiraukan pintu laci yang lainnya. Setelahnya ia langsung pergi
dengan langkah kaki yang sama, langkah yang berat. Hingga sampai dia kembali keluar dan
menutup pintunya barulah aku mulai menampakkan diri dari persembunyianku. Aku
bersembunyi di balik rak.

“Pria tua yang aneh.”

Kali ini aku lebih memilih mengincar benda yang pria tua itu bawa daripada pintu laci
nomor satu. Aku mulai mengendap-endap keluar dari tempat gudang penyimpanan benda
elektronik melalui pintu yang di masuki oleh pria tua itu barusan.

Setelah memasukinya...

Busyet! Aku memasuki ruangan yang seperti istana kerajaan. Di dalamnya aku
melihat banyak kursi yang terjajar rapih dan taplak lantai berwarna biru tua yang memanjang
dari arah timur ke barat. Penuh dengan hiasan dinding yang terbuat dari emas dan perak.

Sepertinya ini ruangan perjamuan.


Pada waktu itu mataku telah dimanjakan oleh kekayaan yang berlimpah-ruah
sehingga aku tidak mengambilnya seperti biasanya. Karena aku berfikir hiasan tersebut
hanyalah sebagian kecil dari harta karun yang sebenarnya.

Aku mulai berjalan di atas taplak itu tanpa bantuan cahaya senter karena di ruangan
tersebut cahaya bulan cukup menyinari seisi ruangan di dalamnya. Aku lebih leluasa kalau-
kalau aku berkelit sembunyi jika menemukan hal yang mencurigakan dari beberapa anggota
keluarga pemilik rumah.

Membuntuti seseorang bukan pekerjaan yang mudah, membutuhkan ketenangan dan


kereflekan tubuh yang luar biasa, jikalau targetnya mulai mencurigai sesuatu. Targetku
sepertinya biasa-biasa saja. Berjalan dengan santainya tanpa ada rasa kecurigaan sama sekali,
hanya saja tidak denganku. Aku mengikutinya dengan sebentar-sebentar bersembunyi di
balik vas bunga, sebentar-sebentar di balik tirai, sebentar-sebentar mengumpat ke dalam
kolong kursi. Padahal tidak ada sesuatu yang aneh terjadi.

Meskipun berusaha untuk tetap tenang, hatiku tetap saja selalu was-was serta deg-
degan dan tidak seperti biasanya. Padahal aku sudah profesional dalam menangani seperti ini
entah kenapa kali ini aku merasa berfirasat lain. Terutama saat berhadapan dengan target
yang satu ini. Si pria tua.

Dengan penampilan dan gerakannya, dia bukan seperti manusia biasa yang pada
umumnya. Auranya seperti memiliki sosok besar di dalamnya. Apakah itu kharismanya yang
terpancarkan?

Karena aku terlalu sibuk dalam mencari tempat persembunyian, dengan bodohnya
aku telah kehilangan sosok targetku. Dan kini aku menghadapi dua pintu kanan dan kiri yang
telah terbuka lebar di depanku. Kedua-duanya sama-sama gelap. Entah pintu mana yang akan
aku masuki.

Biasanya untuk memecahkan permasalahan ini. Mengenai beberapa pilihan mana


yang harus aku ambil dan mana yang harus aku tinggal. Aku selalu memprediksikan baik dan
buruknya suatu pilihan.

Kiri berarti jalan kejahatan sedangkan kanan berarti jalan kebaikan. Posisiku kali ini
bukanlah posisi yang disebut jalan kebaikan, melainkan seorang pencuri yang melangkah di
jalan kejahatan. Tentu saja aku akan memilih jalan yang sebelah kiri.
Prediksi dan keberuntunganku selama ini tidak pernah meleset. Apapun yang aku lalui
selalu penuh dengan yang namanya lucky. Entah itu jalan baik ataupun buruk yang aku ambil
pada akhirnya pilihanku selalu tepat. Sekali salah pilih jalan seperti melangkah di jalan
keburukan bukan berarti aku harus menempuh setiap rintangan keburukan yang ada di
dalamnya, melainkan itu adalah jalan yang terbaik dan yang teraman bagi diriku. Suatu
kelebihan yang aku dapatkan dari Tuhan, padahal aku sendiri mengutuknya.

Sudah beberapa jalan aku tempuh, sepertinya kegelapan dalam ruangan tak ada
habis-habisnya menyelimutiku. Tidak ada alasan bagiku untuk menggunakan senter, karena
itu adalah tindakan bodoh bagi seorang pemula. NOOB.

Tapi terkadang seorang yang PRO pun bernasib sama dengan yang pemula. Salah
satunya mengalami barang misi yang tertinggal.
ARC 0 : ISTANA API 5

“Sialan! Aku lupa membawa night-vision goggles.”

Sudah berlarut-larut aku terus berjalan menembus kegelapan yang tak ada habis-
habisnya. Aku menelusuri koridor dengan lengan yang terus meraba-raba bagian dinding
seperti halnya orang buta, tapi mungkin aku lebih buruk. Aku hampir berjalan merangkak
karena di sisi koridor terdapat vas bunga yang membuat langkahku tersandung-sandung.

“Sudah berapa vas bunga, ya? Yang sudah kupecahkan? Sepertinya aku harus
membayar mahal untuk mengganti semua kerugiannya.”

Tapi aku ini pencuri, hidupku cenderung bebas. Apapun bisa aku miliki jika aku
menyukai dan menginginkannya. Sebelum itu, biarkan kuperjelas lagi. Seburuk-buruk
tindakan yang diambil oleh seorang pencuri masih tetap sedikit dianggap bermoral
ketimbang dengan orang-orang yang memegang peranan kendali masyarakat dan merampas
satu-persatu uang dari rakyatnya sendiri.

Jedarr!

“Auww! Tidak bisakah aku tidak menabrak pintu cukup sekali! Oh! Tidak. Jidatku
kembali memerah.”

Setelah sekian penelusuran akhirnya aku telah sampai tepat di depan pintu.

Tunggu? Pintu masih terkunci? Apa benar pria tua tersebut memasuki jalan yang
sebelah kiri? Atau jangan-jangan, orang itu ada disini! Celaka!

“Oey-oey, apa yang sedang aku pikirkan. Jelas sekali pria itu tidak memasuki jalan
yang sebelah kiri.” Kataku mulai tenang setelah menyorotkan senter ke belakang. Menyinari
jalan koridor yang telah kulalui.

“Satu, dua, tiga.. Em.. Empat, lima, enam.. Tujuh? Waw! Ini benar-benar rekor
terbaikku dalam memecahkan vas bunga di sepanjang koridor. Benar-benar berantakan.”

“Aku tidak tahu akan bisa membayar gantinya atau tidak, yang terpenting aku masuki
dulu kamar yang satu ini. Kalau-kalau ada harta yang bisa kugunakan untuk membayarnya.”

Seperti biasa aku bobolkan kamar itu dengan kunci alternatifku. kawat penjepit
rambut.

Di dalam. Aku sibuk menyoroti setiap sudut bagian kamar. Hanya ada ranjang, meja
rias dan lemari kayu. Tak ada debu sama sekali di permukaan, tapi aku tak menjamin bahwa
tidak ada debu juga di bawah kolongnya. Aku tidak perlu memeriksanya karena aku bukan
seorang pebersih-bersih ruangan.
Selang beberapa waktu aku mengecek lemari kayu itu. Dan aku tidak mendapatkan
sesuatu yang berharga di sana. Hanya beberapa baju milik wanita yang aku temui yang
tergantung rapi di gantungan. Tak ada tanda-tanda. Kali ini aku berusaha untuk menjadi
sopan seperti pria tua tadi. Aku menutup kembali pintu lemarinya. Hanya itu.

Tak satupun tempat yang aku lewatkan dalam pemeriksaan. Termasuk ranjang dan
kursi meja rias.

Tunggu, meja rias?

Sesekali aku menyorotkan cahaya senter ke arah cermin meja rias. Terlihat seorang
yang memiliki tubuh lumayan kekar dan tinggi, dengan bentuk badan yang ideal, ya.. itu aku,
hahaha.

Dengan sedikit meluangkan waktu untuk berpose di depan cermin tentang lekak-lekuk
tubuhku yang sixpack. Aku menaruh senternya di atas meja rias. Setelah cukup lama aku
berekspresi dengan cermin, karena ini pertama kalinya aku berjumpa dengan cermin yang
memiliki ukuran jumbo.

Beberapa saat aku baru menyadari ada saklar lampu di samping kanan meja rias. Aku
menekan saklarnya.

Benderang.

Kini aku dapat melihat kamar tersebut dengan jelas. Kamar yang indah dengan hiasan
lukisan bercorak bunga di temboknya.

“Lukisannya sama persis dengan yang ada di ruangan tangga yang aku turunin
lalu.”

Aku terkejut saat mendongakkan kepalaku ke arah atas meja rias. Sebuah foto bingkai
yang di dalamnya ada sosok lukisan seorang wanita.

“Aku benci mengatakan ini. Aku tak mau dicamkan menjadi orang yang sok kenal.
Tapi feelingku berkata lain. Sosok itu sangat familiar sekali. Aku seperti pernah berjumpa
dengannya. Tapi, dimana?”

Sudah kuduga aku benar-benar orang yang sok kenal.

________________________________________________________

“Tunggu, ada tirai tebal di balik meja rias? Ada cahaya lampu yang benderang di
balik tirai tebal ini.”
Kakiku melangkah mendekat tirai. Dengan sedikit mendesakkan tubuh ke meja rias.
Cengkeraman jariku berusaha menarik sedikit tirainya ke samping, mencoba ingin tahu ada
sesuatu apa di balik tirai biru ini.

Aku menemukan suatu pemandangan hangat yang kusaksikan. Ada seorang gadis
yang memeluk tubuh ayahnya dengan sangat erat. Aku melihat gadis itu seperti menangis
senang karena bahagia. Dan aku baru menyadari sosok ayahnya tersebut adalah seorang pria
tua yang selama ini aku buntuti. Terlihat dari lengan kanannya yang memegang suatu kotak.

Jadi yang ia sembunyikan sesuatu dari laci di gudang. itu adalah kado untuk ulang
tahun putrinya?

Ayahnya tiba-tiba keluar dari kamar setelah sekitar tiga menitan lamanya memeluk
putrinya.

“Ah? Apa yang terjadi? Ayah?”

“Tunggu sebentar, nak. Sepertinya telah ada seekor kucing yang menjatuhkan vas
bunga.”

“Kucing?”

“Ya, kucing. Ayah harap kamu segera mengunci pintunya kembali setelah ayah keluar
dari sini.”

“Baik, Ayah.”

Sepertinya yang menjatuhkan vas bunga adalah para rekan-rekanku sendiri. Kenapa
kalian gegabah!? Dasar pencuri amatiran!

(Kurang intropeksi diri)

Setelah mengikuti saran ayahnya untuk mengunci pintu kamar, sang putri berjalan di
sekitar samping kanan ranjang tidurnya membawa dan menyimpan kado tersebut ke tempat
rak buku yang bersampingan dekat lemarinya.

Aku masih mengamatinya dari balik jendela bertirai. Menunggu waktu yang tepat
untuk memulai pergerakan. Sesudah meletakkan kado, dia meraih buku yang terbaris berdiri
rapi di dalam rak. Mengambilnya dan mencari halaman yang telah ditandai sebelumnya.

Mengetahui tanda-tanda kelengahan sang putri yang tengah menghadap ke arah rak
buku. Walau sempit karena berdempetan dengan sudut kamar, aku langsung sedikit
menggeser meja rias lalu bergegas membuka kunci jendela itu dan menyelinap memasuki ke
dalam kamarnya.

Tinggal sedikit sentuhan lembut untuk menurunkan jendela. Aku telah berhasil
menginjakkan kakiku ke atas ranjang sang putri.
Spring bed? Aku harus ekstra berhati-hati dalam meredamkan suara decitan
kasurnya saat diriku mulai bergerak merangkak.

Sambil memantau sang putri. Sedikit demi sedikit tanpa suara aku menggeserkan
tubuhku untuk segera turun menyamping dari ranjang yang empuk.

Keberuntungan selalu memihakku sejak kecil, kapan aku harus mendapatkan


kerugian jika begini terus?

Situasi yang pas sekali saat aku mulai terdesak karena sulit untuk bersembunyi. Aku
mendapati tombol dua saklar lampu. Seketika lenganku langsung bergerak ke arahnya.

Sialan! Lagi-lagi aku harus memilih beberapa pilihan. Jadi yang mana ya, tombol
saklar yang harus aku tekan? Kanan atau kiri? Tapi baiklah, sesuai profesiku. Aku akan
memilih yang kiri!

Ctakk!

Apa! Kenapa lampunya tidak mati? Atau mungkin yang satunya!?

“SIAPA KAU!!”

Sialan aku ketahuan!

“A.. Aku, Aku bukan siapa-siapa, cuma pebersih ka.. Kamar..”

“Bohong!”

“Aaaarrrggh! Ya, ya, ya. Aku PENCURI!” Teriakku sambil menekan tombol satunya.

Ctakk!

Gila! Aku benar-benar telah ketahuan! Aku harus segera bergegas mencuri kado itu
darinya!

Drap! Drapp! Bletakk! Brukkh!


ARC 0 : ISTANA API 6

Di luar dugaan. aku pingsan disaat waktu yang tepat untuk.. Ya, mencurinya.
Sungguh mengenaskan. Saat kumulai bergegas berlari setelah itu aku tidak mengetahui apa
yang terjadi pada diri ini. Tubuhku terasa lemas dan kepalaku pusing.

Tunggu. Tapi ada sesuatu bagian yang memar dilututku, entah aku tidak tahu apa
penyebabnya.

Aku tidak tahu pasti sudah sampai kapan aku terlarut tak sadarkan diri. Tapi satu hal
yang pasti. Kini aku berada terduduk di sudut ruangan kamar dengan tangan ke belakang dan
kaki lurus ke depan yang terikat.

Sedikit demi sedikit mataku mulai membuka dan melihat apa yang sedang terjadi.
Tapi tak semudah itu. Kurasa lampu kamar tersebut sudah dinyalakan, membuat mataku berat
untuk membuka karena cahaya lampu yang terang.

Setelah beberapa menitan. Aku mencoba berusaha untuk menyadarkan diri. Dan pada
saat itu, dengan sedikit pandangan yang buram. Aku melihat seseorang yang duduk berada di
depanku.

Kurasa dia adalah korbanku dan sepertinya dia tengah tak sabar menungguku tersadar
untuk menghakimi atas segala perbuatanku.

________________________________________________________

Sejenak aku mulai tersadar dan mengingat apa yang telah terjadi. Rencana yang gagal.
Ditangkap oleh seorang gadis belia. Noob.

“Apakah aku tak sadarkan diri karena menabrak pintu yang ketiga kalinya?”

“Kurasa jidatmu biasa saja dan tidak ada tanda kemerah-merahan.”

“Syukurlah...”
“Yang paling penting. Siapa kau! Dan apa tujuanmu menyelinap kemari! Apa kau
benar-benar seorang pebersih kamar??”

“BERISIK!! Aku bukan pebersih kamar! Aku seorang pencuri!”

Bukkh!!

“Oh! Tidak! Aku terlalu keras memukul jidatnya dengan pangkal sapu!”

________________________________________________________

Selang beberapa menit. Aku mulai tersadar kembali. Kali ini terasa memar di bagian
dahi.

“Apakah aku tak sadarkan diri karena menabrak pintu lagi??”

“Maaf, sebenarnya aku yang memukul kepalamu tadi.”

“Ohh! Tidak! Jidatku!”

“Kuberi kau kesempatan lagi! Siapa kau! Dan apakah benar kau seorang tukang
pebersih kamar!??” Sambil menodongkan pangkal sapu ke arah jidatku.

“DIAM!! AKU BU..” Teriakku seketika berhenti karena melihatnya akan


mengayunkan pangkal sapunya lagi. “Aku pencuri..”

Bukkkh!

“Oh! Tidak! Apa yang barusan aku lakukan. Aku memukulnya lagi. Padahal tadi dia
mencoba untuk berbicara pelan!”

________________________________________________________
Ini kali yang ketiganya aku mulai tersadar dan sekarang sesuatu yang sangat berat dan
perih mengecap tepat di dahiku.

“Syukurlah! Kau telah siuman. Ada yang salah?”

“Apa!? Jidatku?”

“Bukan. Tapi pengulangan ucapanmu setiap mulai tersadar ‘Apakah aku tak sadarkan
diri karena menabrak pintu?’”

“Oey! Oey! Mana mungkin aku mengulangi kata-kata itu lagi setelah sekian banyak
kau memukulku!”

“Habis, kau membentakku! Padahal Ayahku sendiri tidak pernah berbicara dengan
nada seperti itu!”

“Aku seorang pencuri! Jadi wajar saja kalau aku bersikap dan berbicara seperti
demikian!”

“Kau seorang pencuri??”

“Ya! Aku seorang pencuri! Kusarankan dari sekarang kau teriak meminta tolong!”

“Apa itu pencuri? Dan mengapa aku harus berteriak meminta pertolongan??”

“Oeyy! Oeyy! Apa kau benar-benar tidak tahu apa itu pencuri?”

“Aku bertanya karena aku tidak tahu.”

“Baiklah biar sedikit kuperjelaskan tentang pencuri. Pencuri adalah seorang yang
mengambil harta atau benda di dalam rumah atau pun di luar rumah.”

“Apakah itu benda berharga yang diambilnya?”

“Ya! Tentu saja! Memang itu tujuan utama seorang pencuri. Pergi menyelinap ke
dalam dengan diam-diam lewat jendela ataupun lewat pintu. Pokoknya masih banyak cara
dan ide untuk seorang pencuri dalam melakukan aksinya.”

“Bagaimana dengan pintu yang terkunci? Apa kau masih dapat memasukinya?”

“Itu mudah sekali. Aku hanya perlu menggunakan kawat penjepit rambut untuk
membukanya.”
“Apakah itu pekerjaan yang mulia? Dengan menyelinap ke dalam rumah tanpa
mengetuk pintu?”

“Tentu saja tidak. Mencuri adalah perbuatan ilegal dan dapat dijebloskan sewaktu-
waktu ke penjara jikalau aksinya gagal karena tertangkap. Dan penjara adalah tempat
hukuman bagi pelaku pencuri atau tindak kriminal kejahatan lainnya. Sesuai dengan pidana
hukum yang berlaku, menentukan ringan dan beratnya suatu hukuman atas oleh apa yang
telah pelaku perbuat.”

“Seperti kau yang sekarang ini?”

“Kau benar sekali.”

“Lalu kenapa sekarang kau tidak masuk ke tempat penjara yang kau bicarakan?”

“Tentu saja sekarang aku masih aman karena kau tidak memanggil polisi!”

“Bagaimana caraku untuk memanggil polisi?”

“Kau dapat memanggilnya dengan cara menelepon ke tempat kantornya dan soal
cara-cara membantumu untuk menelepon polisi itu aku tidak bisa memberitahukanmu?”

“Kenapa begitu?”

“Karena itu trik pencuri. Mana mungkin seorang pencuri membiarkan saksi mata atau
si penangkapnya untuk menghubungi polisi.”

“Seingatku. Ayahku pernah menyimpan nomor polisi di buku agenda daftar


nomor telepon. Jika kau tidak mau memberitahukanku bagaimana caranya, aku akan
mencoba menelepon polisi itu lewat nomor polisi yang tertulis di daftar nomor telepon.”

“Oey! Oey! Kau tak perlu melakukan itu!”


ARC 0 : ISTANA API 7

Gadis itu bangkit berdiri dan berjalan. Melangkah ke arah meja yang di atasnya
terdapat telepon rumah dan daftar nomor telepon.

“Maaf, aku harus melaporkanmu. Karena kau bilang sendiri bahwa jika saksi mata
atau si penangkap pencuri harus segera melaporkan ke pihak kepolisian.”

“Hah! Oey! Oey! Tadi aku cuma bercanda! Agar kau mempercayaiku. Tapi yang
sebetulnya, kau tak perlu melaporkannya.”

“Terkadang ucapan awal adalah suatu kejujuran. Itulah yang diucapkan oleh
Ayahku. Dan lagi, kau telah bilang padaku, pencuri memiliki banyak trik untuk dapat
meloloskan diri.”

Senjata makan tuan!

“Baiklah. Terserah kau saja.”

“Kenapa nada bicaramu kini pelan dan seperti putus asa?”

“Kau menang. Aku telah tertangkap basah dan tak bisa mengelak.”

“Kau memujiku? Apakah itu juga termasuk bagian dari trik pencuri?”

“Bodoh! Ini bukan trik! Aku cuma ingin pasrah.”

“Apakah nomor 1208 ini nomor polisi?”

“Itu nomor darurat.”

Sekitar lima menitan. Gadis tersebut masih terus memantangkan gagang telepon ke
telinganya.

“Bagaimana? Apakah sudah ada yang mengangkat panggilanmu?”

“Belum ada yang mengangkat.”

“Syukurlah.”

“Kau senang?”
“Tentu saja. Bagi pencuri secercah keberuntungan sangatlah berharga”

“Ngomong-ngomong, berapa lama waktu kau akan berdiam diri menjalani


kehidupanmu di dalam penjara?”

“Sebenarnya untuk pencuri biasa maksimal 9 tahun. Tapi aku berbeda, mungkin
sekitar 15 tahunan. Mengingat aku bukan pencuri biasa.”

“Waktu yang sangat lama, apakah tindakanku ini akan merampas sisa masa
mudamu?”

“Tidak. Melainkan tindakanmu itu benar. Keberadaanku di dalam penjara adalah


suatu konsekuensiku sendiri atau biasa disebut resiko bagi seorang pencuri.”

“Berapa usiamu sekarang?”

“25 tahun.”

“25??”

“Ya. Apakah kau sekarang beranggapan kalau aku sudah tua?”

“Tidak. Hanya saja usiamu dengan usiaku selisih lima tahun.”

“Memang kau berusia baru 20 tahun?”

“Kau benar.”

“Dengan seusiamu yang sudah mencapai angka kedewasaan. kau tidak mengetahui
apa itu pencuri? Dan apa itu penjara? Dalam waktu 20 tahunmu kau kemana saja? Dan apa
yang sudah kau kerjakan??”

“A.. Aku, aku, aku menghabiskan waktuku lebih banyak di dalam kamar.”

“Di.. Di dalam kamar?? Jangan bercanda! Apa kau serius? Lalu bagaimana bisa
untukmu berinteraksi dengan sesama dan memahami kehidupan sosial?”

“Aku, aku cuma berinteraksi, itu pun dengan ayah.”

“Selain ayahmu? Apa kau pernah bergaul dengan yang lain. Singkat saja dengan
saudara?”
“Aku tidak mempunyai saudara. Aku hanya mempunyai seorang ayah.”

“Omong kosong apa ini? Kau cuma hidup berdua dengan ayahmu di rumah yang
sebesar ini!?”

“Ya. Kurasa begitu.”

“Lalu, apa yang sudah kau pelajari selama sisa masa terakhirmu?”

“Aku suka membaca.”

“Membaca?” Seketika aku melirik ke arah rak buku yang berada sekitar satu meter di
sampingku. “Selain itu?”

“Sehari-hariku aku cuma melakukan aktifitas seperti bangun tidur kuterus mandi,
tidak lupa menggosok gigi, habis mandi..”

Kutolong ibu?

“..membersihkan tempat tidurku, menyiram bunga di jendela kamar, jika bosan aku
memilih untuk membaca buku, memutar lagu dengan channel Pedro Glamorous Music,
berjalan-jalan di sekitar kamar, sangat menyenangkan!”

Berjalan-jalan di dalam kamar?

“Makan 3x sehari. Pagi, siang dan malam. Setelahnya itu bila aku sudah lelah, tinggal
tidur. Dan melanjutkan siklus aktifitas tersebut berulang-ulang setiap hari.”

“Apa kau tidak bosan? Menghabiskan banyak waktumu selama 20 tahun di dalam
kamar??”

“Bosan? Kurasa aku cukup mensyukurinya.”

“Pernahkah kau memiliki rasa ingin tahu mengenai ada apa sih dengan dunia di luar
rumah? Dan bagaimana dengan pemandangan alam di sekitarnya? Apa kau memiliki rasa
penasaran?”

“Untuk itu, aku juga ingin melihat dunia luar. Hanya saja aku tidak ingin terlepas dari
peraturan ayahku. Aku tidak mau dianggap sebagai anak yang pembangkang.”

“Peraturan ayahmu?? Anak yang pembangkang?? Apa maksudnya??”


“Aku dilarang mengetahui dunia luar, apalagi berbicara dengan orang-orang luar,
mendengar mereka bicara pun aku tidak diperbolehkan yang ada di telingaku hanyalah suara
ayah dan aku tidak tertarik dengan dunia luar. Aku lebih suka berdiam diri di dalam kamar.”

Itu sebabnya aku menganggapmu sebagai seorang putri... yang cacat. Matanya
buta... Mulutnya bisu... Telinganya tuli... Dan raganya yang lumpuh...

________________________________________________________

“Ayahku bilang ‘Dunia luar yang sekarang ini sangatlah kejam’ Ini semata-mata
hanya demi kebaikanku sendiri.”

Ayahmu benar, dunia yang sekarang sama persis dengan situasi di neraka. Lebih
baik kau menjaga kesucianmu dari noda-noda yang tak bermoral.

“Itu sebabnya, aku enggan untuk ingin tahu ada apa dengan situasi di dunia luar
sana.”

Lebih baik kau cacat karena ketidaktahuan akan dunia luar, dari pada kau
mengetahui dunia luar yang hanya akan mendorongmu untuk melukai mata, mulut, telinga
dan ragamu agar menjadi cacat karena rasa penyesalan akibat telah mengetahuinya.

Karena terlarut dengan pembawaan bicara sang gadis tersebut, akhirnya berhasil
membuatku memalingkan muka ke arah kumpulan buku. Karena apa yang diucapkannya
sangat melukiskan dengan dunia yang sekarang ini.

“Novel The Glamorous?”

“Ah? Itu karya Pedro Leonade. Aku sangat menyukai karya novelnya. Banyak
pelajaran dan juga manfaat yang dapat aku ambil dari kisahnya. Novelnya yang keluar
baru tiga seri buku. Aku menyukainya karena aku menikmati tulisannya yang menjelaskan
tentang apapun. Pedro bisa begitu sangat sinis ketika menuliskan politik, bisa menjadi begitu
santai ketika membahas seni, bisa menjadi sangat bersemangat saat menulis tentang olahraga,
bisa begitu pintar ketika menuangkan sains dan juga bisa seperti pendongeng ketika
menceritakan fakta sejarah ataupun berbagai kisah sosial bisa menyentuh hati pembacanya.
Selain itu dia sangat pandai menyanyikan lagu. Aku menyukainya karena lantunan suaranya
yang sangat merdu.”

“Jadi, karena karya kisahnya yang luar biasa dan berhasil menarik rasa perhatianmu
itu, dia berhasil mengajak serta membawamu terbang keliling dunia luar tanpa harus
meninggalkan kamar?”

“Ah! Kurasa kau benar! Selain ayah satu-satunya orang baik di rumah ini, kurasa
Pedro Leonade adalah satu-satunya orang baik di dunia luar.”

“Apa kau yakin dia benar-benar orang baik selain ayahmu yang kau kenal?”

“Tentu saja. Aku yakin.”

“Dari mana kau mendapatkan keyakinan yang sebesar itu walau kau belum
mengenalinya?”

“Mudah saja. Untuk mengetahui bahwa dia adalah orang yang baik, menurutku cukup
dengan melihat cara dan gaya penulisannya saja mempermudahkanku untuk mengenal
tentang sifat dan kepribadiannya.”

Apakah penulisan karyanya juga menggambarkan sosok kepribadiannya??

“Oh! Iya! Kau juga termasuk orang luar. Sifat dan kepribadianmu juga kurasa tidak
baik. Kau seperti orang yang digambarkan oleh ayah. Bisa kau ulang, siapa kau sebenarnya?”

“Aku pencuri.” Kataku sambil menunjukkan wajah lesu.

Pertanyaan bodoh.

“Jalanmu sebagai pencuri adalah kebaikan atau kejahatan?”

“Kejahatan.”

Gadis tolol.

“Terima kasih. Dengan begitu aku sudah jelas mendapatkan identitas asli siapa dirimu
sebenarnya.”

Mendapatkan identitas asli? Kenapa baru sekarang? Bukannya dari awal?


ARC 0 : ISTANA API 8

Tut! Tut!

“Ah! Polisi mengangkat teleponnya!”

“Kami dari kepolisian. Ada yang bisa saya bantu?”

“Bilang padanya. Polisi baik atau jahat? Kan orang-orang yang kau anggap baik cuma
ayah dan idolamu, Pedro Leonade.”

“Diam! Polisi adalah orang yang menegakkan keadilan. Aku mengetahuinya dari
sumber buku.”

“Oh?”

Menegakkan keadilan? Maksudnya segelintir orang-orang yang masih menerapkan


sistem itu?

“Pak! Kami butuh bantuanmu.”

“Baiklah! Sebutkan nama anda, alamat tinggal anda, dan motif kejahatan apa yang
terjadi pada anda?”

“Namaku Isabella Ghassani.”

Isabella Ghassani? Jadi itu namanya?? Nama yang indah. Isabella yang berarti suci,
dipersembahkan kepada Tuhan dan Ghassani berarti yang cantik dan muda.

“Alamat tinggalku, di rumah ayah.”

Pfffffftttttttttt!! Oey-oey! Ayah yang mana? Yang benar saja. Emangnya polisi itu
saudara atau kakakmu hingga membuatmu menjawab ‘dirumah Ayah’ haha!

“Maaf, Anda bisa menghubungi lagi layanan kami nanti sesaat setelah beberapa
waktu ke depan.”

Tut! Tut! Tut!

“Ah! Kenapa Pak polisi tidak membantuku?”


“Mu.. Mungkin di kantornya sedang sibuk dan ada rapat penting yang memungkinkan
pertolongan apapun tak akan terpengaruh.”

Kau tidak akan dapat menghubungi polisi jika cara memanggilmu seperti itu. Selain
itu, pak polisi akan merasa jengkel karena dia mendapatkan penipuan kekanak-kanakkan
dalam panggilan.

“Lebih baik, kau tak perlu menghubunginya lagi.”

“Apakah ucapanmu itu termasuk sebagai trik seorang pencuri?”

Oeey! Aku cuma iba padamu. Pak Polisi tidak akan pernah merespon lagi
panggilanmu.

“Ya, tentu saja. Ini trikku untuk menghasutmu, haha.”

“Dasar pencuri! Tapi ya, sudahlah. Karena ini adalah malam pertamaku bertemu
dengan seseorang dari dunia luar. Aku memberikanmu kebebasan. Aku melepaskanmu.”

Semudah itu? Melepaskanku?

“Oh! Terima kasih banyak.”

“Oh! Iya. Ngomong-ngomong, karena aku memberikan kesempatan padamu dan


karena kau adalah orang luar yang sama dengannya..”

Dengannya?? Siapa?

“Apa kau kenal dan mengetahui dengan yang namanya sosok Pedro Leonade?”

“Pedro?”

“Iya,”

“Aku tidak tahu.”

“Payah!”

Oeyy!

“Tapi aku tahu desas-desus, kalau kemungkinan Pedro adalah putra dari sang
penguasa.”
“Penguasa? Maksudmu Tuhan??”

“Bukan. Dia penguasa terkenal di seluruh dunia. Dia adalah Presiden Dunia (World
President).”

“Bagaimana kau tahu? Sedangkan kau saja tidak mengenali sosok putranya?”

“Tentu saja, aku mengetahuinya dari nama belakangnya.”

“Leonade?”

“Ya, nama belakangnya persis sama dengan nama belakang sang penguasa.”

___________________________________________________

Isabella mulai pergi dari meja dan melangkahkan kakinya menuju ke arahku dengan
membawa sapu.

“Oey! Oey! Apa yang akan kau lakukan dengan sapu itu!?? Bukannya kau telah
memberikan kebebasan untukku?”

“Aku hanya akan berjaga-jaga saja. Kalau-kalau saat aku akan melepaskan ikatanmu
kau akan bertindak macam-macam padaku. Mengingat kau adalah seorang pencuri.”

Berbuat macam-macam? Tenang, aku tak serendah itu. Apa kau suka merendahkan
derajat seorang pencuri sepertiku?

“Hufft. Terserah kau saja. Asalkan kau berjanji untuk tidak mengayunkan pangkal
sapu itu lagi ke arah jidatku.”

“Sebelum aku melepaskanmu, jawablah pertanyaanku. Apa tujuanmu kemari? Jika


kau bertujuan mencuri, sesuatu barang berharga apa yang akan kau ambil di kamar ini?”

“Targetku kemari adalah, ingin mencuri kado ulang tahunmu yang isinya sangat
berharga itu.”

“Kado? Ulang tahun?”


“Benar.”

“Maksudmu yang ini??” Kata Isabella sambil memperlihatkan isi dalam kado ulang
tahunnya yang dibungkus rapi oleh kertas kado dan pita yang semuanya berwarna merah.

Aku pun melihat ke dalam isi kado tersebut.

“APA!! Cuma se... ja-jadi selama ini isi kado itu,”

“Sepatu kaca bermotif bunga.”

Zonk!

“Jadi, bagaimana? Apa kau tetap akan mengambil sepatu ulang tahunku ini?”

“OGAH!”

“Haha! Ternyata sorang pencuri, target curiannya sangat lucu. Kenapa kau tidak
mengambil harta seperti emas, berlian atau perak? Kau pencuri yang memiliki tipe selera
yang tak berkelas.”

JLEB!

(Menusuk ke hati)

“Ah! Tumben. Kenapa malam yang tenang ini aku merasa gerah?” Ucap Isabella
dengan tangan yang sesekali mengusap keringat di wajahnya.

“Mungkin cuaca sedang mendung dan akhirnya merubah lingkungan di sekitar dan
atmosfer pun menjadi panas.”

Tunggu? Tiba-tiba aku juga benar-benar merasakan apa yang dirasakan olehnya?
Terasa panas di dalam kamar.

“Panas sekali. Apakah benar penyebabnya karena mendung?”

“Kurasa begitu, tapi yang ini jelas sekali lebih panas! Bisakah kau menyalakan AC!”

“Apa itu AC??”

Aku baru sadar, kamar ini tidak memiliki Air Conditioner.

“Lupakan!”
“Kau pria yang aneh..”

Oeey, sebenarnya kau yang aneh karena tidak mengerti banyak hal!

“Tunggu sebentar, aku akan membukakan jendela kamar.”

“Baguslah!”

____________________________________________________

Isabella pun berjalan menuju pintu. Menarik tirai.

“Waw, kulihat langit berubah menjadi merah? Apakah ini penyebab hawa menjadi
terasa panas?”

Merah?

Lalu memutarkan kunci dan membukakan jendela.

Whussssh!!

Api!!?

Tiba-tiba api besar menyibak jendela yang di buka olehnya.

“AWAS! Menjauhlah dari api itu!”

Isabella yang terkejut karena mengetahui lidah api yang menjulur tepat akan ke
arahnya, langsung berlari menerjang ke atas ranjang. Histeris dan berteriak-teriak
menyiratkan ketakutan yang sangat mendalam.

“Cepat! Lepaskan ikatanku ini!”

“A.. Aku, aku takut!”

Setiap kali api tersebut menyambar kaca jendela kamar, Isabella terus berteriak dan
menangis.

Ohh! Tidak. Dia benar-benar sedang dilanda ketakutan.


“Kalau begini apa yang harus aku lakukan?”

Isabella tak berhenti-hentinya berteriak ketakutan. Sedangkan tirai jendela sudah


mulai terbakar oleh api.

“Ah! Tidak! Api itu mulai memasuki kamar!”

Ini buruk!

“Sepertinya mereka telah beraksi sampai sejauh ini!”

“Mereka!? Apa maksudmu? Siapa mereka? Apakah mereka sekomplotanmu!?”

“Jelas saja bukan. Mereka adalah antek-antek pemerintah.”

Sialan! Api itu tepat di atasku! Aku harus cepas melepaskan ikatan ini sebelum aku
benar-benar menjadi pencuri panggang!

Aku mulai melemparkan tubuhku ke depan yang pada saat itu aku berada di pojok
kamar, dekat jendela. Menjauh dari kobaran api yang membakar tirai di atasku dan aku mulai
menggesek-gesekkan ikatan tali pergelangan tangan ke kaki rak buku itu.

“Ayo! Ayo! Ayo!”

Setelah beberapa menitan aku berusaha untuk memutuskan tali yang mengekang
pergelangan tanganku. Akhirnya satu persatu beberapa utas tali mulai terputus.

“Bagus! Ikatannya mulai longgar!”

“AWAS!! Gorden jendelanya akan jatuh!”

Apa!?

Brukkh!

Ya, gorden yang terbuat dari alumunium itu memang jatuh. Tapi tidak menimpaku.
Alumunium panjang tersebut berada tepat di atasku. Pangkalnya tersangkut di atas rak buku
sedangkan ujungnya aku tidak yakin api tersebut tidak membakar kakiku yang tengah lurus
terikat.

“Aww! Panas-panas!”
Ya, dengan bantuan jatuhnya ujung gorden tersebut, berhasil membakar utasan tali.
Termasuk ujung celanaku juga, habis terbakar. Setelahnya aku berhasil menyingkir dari
kobaran api itu.

“Untung aku memakai sepatu yang panjangnya sampai ke lutut, jadi tidak kebakar
deh!”

Tapi walaupun begitu, tetap saja ada bagian rasa memar dan seperti terbakar secara
perlahan.

Saat setelah berhasil melepaskan diri dari semua tali yang mengikat tangan maupun
kaki yang membelenggu, bebas. Kini aku berusaha untuk mencoba memadamkan api di
sekitar ruangan.

“Cepat padamkan api itu! Kumohon!”

“Sepertinya rumah ini sengaja di bakar dari luar. Apakah kau tahu letak kamarmu di
lantai berapa?”

“Kurasa di lantai tiga.”

“Bila apinya sudah menjalar di lantai tiga, itu artinya di lantai dua telah habis terbakar
total apalagi di lantai yang pertama. Sudah parah. Semuanya hangus terlahap oleh semburat
api!”

“Lalu, kita harus bagaimana?”

“Tentu saja kita harus keluar dari kamar ini!”

“Lewat pintu!”

Dengan tergesa-gesa Isabella berlari ke arah pintu dan mencoba untuk membuka
kunci pintunya.

“Oh! Tidak-tidak! Tu-tunggu-tunggu! Jangan lewat situ! Jika kau membukanya kau
hanya akan terhempas oleh kobaran api yang sangat besar! Tengok saja di samping ruangan
kamarmu itu. Kamar yang aku masuki, yang aku gunakan jendelanya untuk menuju kemari!”

“Oh! Tidak! Sudah terbakar! Kamar mendiang ibuku.”


“Kamar ibumu? Oh! Maaf! Untuk itu, itu kesalahanku karena aku tidak menutup
kembali pintu kamarnya.”

“Kita terjebak! Kita tidak bisa ke mana-mana! Lalu, bagaimana dengan keadaan
Ayah!? Kita harus menolong Ayah!”

Untuk itu, kurasa aku juga mencemaskan rekan-rekanku yang lain.

“Jangan gila! Apa kau akan menolong ayahmu dengan menembus kobaran api besar
itu!”

Oey-oey! Kau mencoba menolong Ayahmu? Tanpa kau sadari jiwamu juga tengah
terancam dalam bahaya.

“Aku tidak peduli! Aku tidak peduli kalau memungkinkan dan mengharuskan aku
untuk berlari menembus kobaran api! Pokoknya aku harus menolong ayah! Karena dia adalah
satu-satunya orang tua yang aku miliki!”

Jika kau mengatakan demikian, mungkin jika aku berada persis di posisimu saat ini,
aku juga tidak peduli dengan bahaya apapun yang menimpa. Apapun itu demi untuk
menolong orang tua walaupun itu cenderung sangat nekat dan bisa membahayakan diri
sendiri. Tapi tetap saja aku tidak dapat menolak atau menyangkal keputusanmu.

“Sebaiknya kau berdo’a dan berharap kalau ayahmu kini baik-baik saja dan benar-
benar telah keluar dari rumah ini sebelum api tersebut mulai merenggut dan berkobar.”
ARC 0 : ISTANA API 9

Aku menurunkan tas dan mencari sesuatu yang akan aku gunakan. Aku mulai
membuka risleting ransel. Yang pertama aku temui saat membukanya..

Fitting bohlam yang berlapis emas, aku akan kaya!

Lalu,

Kotak makanan??

Sejenak aku mengingat-ingat beberapa waktu yang lalu sewaktu aku memasukkan
peralatan ke ransel.

Kurasa aku tidak membawa ini. Oey-oey? Lalu siapa yang menaruhnya?

“Apa yang sedang kau lakukan!?”

“Diam saja. Kau akan tahu.”

Dan akhirnya aku berhasil menemukan alat yang sebelumnya tertumpuk oleh
beberapa lembar koran dan satu alat gergaji besi.

Situasinya kini, api telah menyebar luas ke seluruh dinding kamar. Isabella
bersembunyi ketakutan di belakangku.

“Selesai! Ayo kita bergegas!”

“Ke mana!?”

“Tentu saja kita terjun dari sini.”

“Apa kau sudah tidak waras!? Terjun dari lantai tiga!”

“Ya. Setidaknya aku mati di tanah dari pada mati hangus terbakar menjadi abu.”

Singkat saja aku tidak mau menjadi pencuri panggang.

Setelah mendapatkan alat yang aku butuhkan, aku mengikat-kaitkan tambang ke salah
satu dari empat tiang ranjang spring bed yang paling dekat dengan posisi jendela berada.
Berjalan mendekati jendela yang terbakar. Aku mencoba menyingkirkan besi gorden yang
menghalangi langkahku untuk mendekat ke jendela. Seketika aku pun melemparkan
alumunium gorden tersebut keluar jendela.

Whuung!

“Apa kau sudah siap? Kuharap kau pakai sepatu hadiah pemberian ayahmu itu agar
saat mendarat dapat meminimalisirkan kecideraan.”

“Kecideraan? Kau membuatku merasa ngeri.”

“Ayo! Cepat berpegangan di belakang punggungku. Aku akan menunjukkan sesuatu


hal yang seru dan pastinya sangat menantang.”

“Maksudmu seru untuk menuju kematian!?”

“Haha. Ya! Tentu saja.”

Aku membidik senapanku ke arah pohon yang rindang, yang berada dekat dengan
tempat reruntuhan. Sebelah utara tempat reruntuhan.

Chwaat! Serrrrr!

Tambang yang aku ikatkan ke peluru yang baru kulesatkan mencuat mengikutinya.
Peluruku berhasil mengait ke dahan pohon.

“Inilah cara kita meloloskan diri dari maut.”

Akhirnya aku terjun sebelum pintu kamar Isabella terbuka karena tekanan api yang
tinggi. Serta menghembuskan api yang besar hingga meluap mengisi seisi kamarnya sampai
mencuat keluar dari jendela kamar.

Isabella yang berada di belakangku, memeluk punggungku dengan sangat erat. Tak
berhenti-hentinya berteriak ketakutan hingga membuat gendang telingaku seakan-akan mau
pecah.

Kuharap terjun tali flying fox ini akan menjadi bagian dari uji adrenalin pertama
dalam hidupnya, setelah sekian lama mengurung diri di dalam kamar selama 20 tahun
terakhir.
____________________________________________________

Kami terjun dengan kecepatan kurang lebih sekitar 80km/jam dari atas lantai tiga
menuju ke pohon yang kujadikan sebagai target tempat pendaratannya. Aku melihat banyak
sekali para antek-antek pemerintah yang tengah beroperasi di depan halaman rumah besar itu.
Dan.. Tunggu, aku mendengarkan sesuatu.. Teriakan yang penuh dengan nista!

“Betmen!!”

Betmen?? Siapa?? Ah! Lupakan!

Sewaktu terjun kami melintasi tempat reruntuhan.

Tempat reruntuhan?

Dari belakang Isabella terus mendekap dengan eratnya ke punggungku.

Apa dia sebegitu takutnya? Apa dari tadi sewaktu terjun sama sekali belum membuka
matanya?

“Mmm.. Oeyy! Apa kau mendengar suaraku?”

“Diam!”

“Eh?? Beberapa meter lagi kita akan sampai. Apa kau akan terus menutup rapat kedua
matamu? Tanpa sedikit saja melihat pemandangan indah dari atas sini?”

“Aku tidak mau membuka mataku! Aku berharap aku akan sampai dengan cepat dan
nyaman tanpa harus melewati rasa kesakitan yang mendalam!”

“Apa maksudmu!? Kau pikir terjun tali ini akan mengantarkan kita kepada kematian,
hah!?”

“Kau yang bilang sendiri!”

Aku yang bilang sendiri??

“Maksudmu seru untuk menuju kematian!?”

“Haha.Ya! Tentu saja.”


Sial! Aku mengatakan sesuatu yang membuatnya syok.

“Mm.. Aku, aku waktu lalu cuma bercanda. Haha. Bagaimana kau bisa
menganggapnya serius?”

“Tidak! Kata ayahku, terkadang ucapan yang pertama adalah sebuah kejujuran!
Kau bilang begitu agar aku tenang dan kematianku tidak terlalu buruk dan menyedihkan,
bukan!?”

Oey! Oey! Siapa yang berpikir begitu. Rasanya kau keciri sekali karena sering
terlalu banyak membaca novel sehingga imajinasimu menjadi sangat tinggi dan penuh
dengan kefantasian.

“Kuharap mulai dari sekarang kau membukakan kelopak matamu sebelum aku benar-
benar melepaskan dan menjatuhkanmu dari sini!”

“Aku tidak mau lepas!”

Sial! Dekapan pelukannya semakin erat saja hingga aku hampir tidak bisa bernafas.
Kuharap aku tidak mati duluan sebelum sampai ke tempat pendaratan.

“Baiklah. Terserah kau saja. Aku tidak akan memaksa lagi. Kumohon setidaknya..”

“Aku tidak mau lepas!!”

Oeyy-oeyy aku belum selesai ngomong!

“Kurangi dekapan pelukanmu dari punggungku dan setidaknya berikan aku sedikit
kelonggaran tempat bernafas untuk hidup!”

“Jika aku mengurangi tenagaku, aku takut nanti aku bisa jatuh! Aku tidak mau jatuh!”

Ngekkk!

Ouggh!! Pelukkannya semakin menjadi saja, semakin erat! Lebih baik aku berhenti
berbicara, demi untuk keselamatan nyawaku sendiri!

Kami meluncur hingga akhirnya berhasil terhenti dan tergelantung di bawah dahan
pohon yang rindang. Hentakan tambang yang terhenti secara mendadak membuat kami
terombang-ambing tak karuan. Belum lagi pelukannya yang bagaikan cengkeraman milik
ular naga.
____________________________________________________

Setelah beberapa waktu kami tergelantungan terombang-ambing. Ayunan tambang


yang mengikat kami pun mulai semakin pelan dan akhirnya berhenti bergerak. Tambang ini
terbuat dari tembaga baja kuat yang di lapisi oleh karet setebal 1 inci.

“Kita telah sampai!”

Oeyy! Dia masih saja menutup matanya??

“Apa aku sudah sampai di akhirat?”

“Sudah! Tapi kurasa malaikat-malaikat itu menolak keras dalam menerima


kedatanganmu!”

Karena kau masih bernafas.

“Kenapa begitu!?”

“Mereka bilang, kau masih belum cukup amal untuk memasuki surga. Timbangannya
masih berat sebelah.”

“Ouh! Tidak! Apa itu artinya aku harus masuk ke neraka!”

“Ya! Kau benar! Kau harus masuk ke dalam neraka lagi!”

“Neraka lagi?”

“Ya. Neraka dunia. Dunia adalah replika dari neraka. Kau pernah hidup di dalamnya
bukan?”

Barulah mata Isabella mulai terbuka sedikit demi sedikit setelah sekian lama tertutup
rapat.

“Aku.. Aku masih hidup!”

“Bukan. Tapi kau telah terlahir kembali. Dengan petualangan yang baru. Ngomong-
ngomong, apakah kau takut dengan ketinggian?”
“Kurasa aku tidak. Karena aku telah terbiasa melihat pemandangan dari atas lantai
tiga.” Ujarnya dengan penuh semangat.

“Bagus! Kalau begitu coba kau lihat ke bawah kakimu.”

Isabella pun mulai menengok ke bawah. “Huuaaa!! Aku takut! Aku takut!”

Terkadang ucapan yang pertama bisa menjadi bukti suatu kebohongan. Itu
menurutku, bukan kata ayahku.

“Baiklah, sedikit demi sedikit aku mulai hafal dan mengerti tentang rasa ketakutanmu
itu. Kuharap lebih baik kau pejamkan matamu karena aku tidak memiliki waktu untuk
berlama-lama bergelantungan seperti ini. Layaknya dua monyet.”

“Kau mau apa!?”

“Tentu saja kita akan turun ke bawah.” Kataku sambil mulai mengulur tali.

Nyatanya saat turun Isabella tidak memejamkan matanya, melainkan dia terus melihat
ke bawah dengan penuh rasa penasaran.

“Tunggu!”

“Mm??” Aku mendadak berhenti.

“Aku, aku.. Sepertinya aku tidak mau kakiku menyentuh tanah!”

“Eh? Apa maksudmu? Kenapa kau tidak mau memijakkan kakimu ke tanah?”

“Firasatku berkata lain. kalau-kalau kakiku akan ditelan oleh bumi!”

Mulai lagi deh, berkhayal. Efek terlalu sering membaca novel fantasy.

“Bagaimana kita akan turun ke bawah jika kakimu saja tidak mau turun?”

Memangnya kamu mau aku tinggal sendirian bergelantungan di tambang seperti


tarsan?

“Aku maunya gendong!”

Buset! Apa maksudnya ini? Dia makin lama semakin manja saja.
“Jangan terlalu manja! Berjalan dengan memijakkan telapak kaki di atas tanah itu
banyak sekali khasiatnya, lho. khususnya dalam bidang kesehatan apalagi untukmu yang
belum sama sekali merasakan sensasi dalam memijakkan kaki di tanah.” Kataku sambil
memijakkan kedua kakiku ke tanah.

“Aku tidak mau! Aku takut tanah itu akan menelan kaki-kakiku!”

Imajinasi yang sangat parah dan keterlaluan!

Dengan tanpa basa-basi lagi aku langsung menurunkan dirinya dari gendonganku ke
tanah.

“Jangan!”

Grab!

Apa? Jadi beneran tanahnya menelan kakinya? Maksudku, lebih tepatnya beberapa
tanaman seperti rumput liar tiba-tiba tumbuh dan menelan kedua kakinya? Oey-oey? Apa
yang terjadi? Apa aku tidak salah melihatnya??
ARC 0 : ISTANA API 10

“Ini bukan mimpi atau aku yang sedang berada di dalam dongeng serial fantasymu,
kan?”

“Ini salahmu! Sudah kubilang untuk jangan menurunkan kakiku ke tanah! Kali ini
kumohon kau jangan melepaskan aku!”

“Eh!? Kenapa?”

“Kubilang jangan ya jangan!”

Apa yang terjadi jika aku melepaskannya? Apakah sesuatu akan terjadi bila aku
melepaskannya?

JRAABB!! JRAABB!! SJRAAABB!!

“Kenapa kau melepaskanku!”

“Eh! Maaf! Aku tidak sengaja!”

Aneh sekali! Sewaktu aku melepaskannya rumput-rumput liar itu menjalar yang
tadinya hanya membungkus kedua kakinya sekarang setelah aku lepaskan dirinya, rumput-
rumput liar tersebut menyelubungi ke seluruh tubuhnya. Dan kini kondisinya seperti
layaknya kepompong!

“Cepat bantu aku! Keluarkan aku dari dalam sini!”

“Iya! Baik-baik! Kau tunggulah! Kuharap kau masih dapat bernafas di dalam sana!”

“Apa! Apa kau mengira aku akan mati karena rumput-rumput liar ini!”

“Tidak-tidak! Bukan itu maksudku!”

Tepat di bawah rindangnya pohon yang termasuk bagian dari hutan hujan tropis. Aku
berusaha sekuat tenaga menyingkirkan rumput-rumput liar yang membungkus tubuhnya.

Dasar gadis fantasy! Malang sekali nasibmu! Baru saja keluar dari rumahnya
setelah sekian lama mengurung diri di kamar selama 20 tahun, giliran pas keluar rumah
langsung dibungkus dan dikurung kembali oleh rumput-rumput liar!
Sekitar sepuluh menitan kami menghabiskan waktu untuk melepaskan ikatan rumput
liar tersebut darinya.

“Bilang apa?”

“Iya, terimakasih. Pencuri.”

What! Walaupun diri ini memang pencuri tapi kalau dikatain ‘pencuri’ tetap nyesek
juga ya?

“Kau tahu karma?”

“Apa itu? Sejenis makanan?”

“Itu kurma, bloon!”

“Oh! Iya.”

“Yang barusan terjadi pada dirimu adalah karma.”

“Maksudmu, rumput-rumput yang mengikatku?”

“Iya-ya, benar! Itu karma! Karena waktu lalu aku hampir tewas karena nyaris tertimpa
oleh gorden alumunium yang terbakar! Karena ikatan talimu yang mengekang tangan dan
kakiku! Aku hampir menjadi pencuri panggang!”

“Ya, mungkin saja itu karma bagi seorang pencuri juga.”

Jadi, aku terkena imbasnya lagi. Skak mat, ya?

“Tapi walaupun begitu, keberuntunganku selalu berpeluang tinggi. Dalam hidupku


aku tidak pernah rugi.”

Sial! Dia mengabaikanku saat aku bicara!

“Apa barusan kau tidak mendenga..”

“Diam!”

“Diam??”

“Pelankan suaramu! Ada sesuatu yang bergerak di balik semak-semak!”


“Hmm? Pasti itu hanya seekor kelinci betina.”

“Bagaimana kau bisa tahu bahwa yang berada di balik semak-semak itu kelinci
betina?”

“Ya, karena.. Mmm..”

“Maksudmu karena ada dirimu yang statusnya laki-laki disini? Jadi kelinci betina
tersebut mencoba mendekatimu dari balik semak-semak?”

“Bukan begitu! Otak fantasy! Aku hanya memprediksikannya bahwa itu hanya kelinci
betina yang sedang mencari makan untuk anak-anaknya yang tengah lapar!”

“Owhh! Bagaimana kau tahu?”

“Lebih baik kita berburu kelinci itu dan dijadikannya menjadi kelinci bakar sebelum
kau mulai mempertanyakan hal-hal yang di luar akal sehatku!”

“Haha, rupanya seorang pencuri pun bisa kesal juga, ya?”

Alert! Rage Gauge : 100%

____________________________________________________

Karena penasaran dengan sesuatu yang di balik semak-semak. Aku berjalan pelan
mendekati semak-semak itu. Sedangkan Isabella berdiri diam di tempat. Tidak mengikutiku.

“Kau tidak mengikutiku di belakang?”

“Jika aku melangkahkan kaki lagi maka rumput-rumput liar itu akan membungkusku
kembali!”

Buset dah! Gadis fantasy ribet dan rumit amat!

Aku mulai mengangkat gagang senapanku setelah berada dekat dengan semak-semak
itu.

“Satu!, Dua.. Ti..”


“TUNGGU SEBENTAR, BOS!! TAHAN SENAPANMU!”

“GYAAAAH!!”

BAKK! BUKK! BAKK! BUKK!

________________________________________________________

“Auuw! Auuw! Pelan-pelan!”

“Ah! Maaf!”

“Aduuh! Sakit dan nyeri sekali kepalaku.”

“Kenapa sih, bos! Kau jahat sekali memukul rekan-rekan sendiri!?”

“Iya! Betul! Padahal kami sudah berteriak! Harusnya bos tahu itu suara kami!”

“Ya.. Maaf! Habis karena teriakkan kalian itu membuatku kaget setengah mati! Jadi
tanganku refleks deh memukul-mukul kalian.”

Gila! Tadi kagetnya bukan main! Hampir serasa setengah hidup!

“Jadinya, kan benjol. Si kepala!”

Sebenarnya benjol di kepala kalian itu lebih mendingan ketimbang sesuatu yang
sering menimpa jidatku sampai berkali-kali!

“Lagian, bagaimana ceritanya kalian bisa bersembunyi di balik semak-semak?”

“Sebetulnya kami bukannya bersembunyi bos! Tetapi kami jatuh nyungsep karena
berlari-lari di kejar-kejar oleh para polisi!”

“Jatuh nyungsep? Berlari-lari? Dikejar-kejar? Oleh polisi?”

“Iya bos! Jadi gini bos ceritanya.”


ARC 0 : FLASHBACK ALERT!

Waktu itu saat kami terjun dari atap rumah. Sebenarnya tali yang kami
lemparkan ke bawah benar-benar tidak turun sampai ke koridor lantai tiga. Melainkan
setengah lemparan.

What!?

Itu terjadi, karena kami terlalu banyak melilit-lilitkan talinya ke tiang kayu
yang lebar. Pikir kami waktu itu agar saat terjun ke bawah tali itu tetap kencang dan
tidak terlepas. Eh! Tapi alhasil karena begitu banyak utasan tali yang kami lilitkan
membuat kami tergelantungan tak sampai ke koridor lantai tiga.

Aku pikir kalian pergi berlari tanpa menunggu aba-aba dariku kiraku masing-masing
dari kalian telah menumbuhkan jiwa keprofesionalitasan dalam melakukan penyelundupan!
Hingga berhasil membuatku terkagum-kagum! Tapi ternyata..

Terpaksa kami naik kembali ke atap rumah dan melepaskan kembali lilitan
talinya. Tapi sewaktu kami tengah melepaskan tali, salah satu rekan kami melihat
sesuatu yang seperti pintu loteng di dekat tiang kayu.

Yahh? Itu sih kembali lagi seperti apa yang aku alami. Memasuki pintu kayu.

Dengan tanpa perlu lagi mengalami kesulitan dalam melepaskan lilitan tali yang
rawut acak-acakkan. Kami pun langsung pergi memasuki pintu masuk tersebut.

Oey! Oey! Kalian meninggalkan talinya? Kalian pikir talinya murah!

Pintu itu sudah tua dan alangkah senangnya kami berhasil memasuki pintu
tersebut karena pintu itu tidak dikunci.

Kalian senang karena pintunya tak terkunci? Kok berbeda dengan aku ya. Melainkan
waktu itu malah membuatku merasa kesal.

Karena kami berempat terlalu gegabah. Tangga masuk yang kami turunin
amblas tak kuat menopang bobot kami. Kami terjatuh sekitar beberapa meter dari atas
tangga.
Astaga! Satu orang saja sudah bergetar serta bergoyang. Kalian langsung
memasukinya secara beramai-ramai?

Sesampai di bawah lantai dasar ketiga. Kami mengalami kesulitan karena pintu
yang akan kami masuki berbeda dengan pintu yang di atas. Pintu kali ini lebih kuat
dari dugaanku. Terpaksa kami mengebornya.

Kalian mengebor pintu? Kupikir kalian akan bergerak sesenyap mungkin.

Setelah kami berhasil memasuki pintu itu..

Tunggu! Sebegitu banyak pasang mata kalian. Apa kalian tidak melihat fitting lampu
yang terbuat dari emas murni? Jangan-jangan kalian mengabaikan area sekitar?

Kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa!

Luar biasa? Kalian terlalu melebih-lebihkan cerita.

Kami berjumpa dengan puluhan rak-rak yang terjejer mengisi seluruh ruangan.
Rak-rak itu menampung sekitar puluh ribuan buku-buku lama.

Apa? Jadi bukan ribuan kotak yang berisi lampu bohlam dan sandal sepatu??

Di dalam situ, sejenak kami membaca dan mempelajari beberapa buku.


Sungguh sangat banyak manfaat kami berada disitu. Kami semakin banyak menambah
wawasan!

Oeey? Kalian sedang berniat mencuri atau sedang mengunjungi suatu


perpustakaan??

Setelah sekian lama kami berada di dalam ruangan tersebut. Kami kembali
mengebor pintu berikutnya.

Sekalian saja kalian jadi tukang bor! Kalian beruntung! Suara berisik bor kalian
tidak terdengar karena rumah yang megah dan penghuninya yang hanya berjumlah dua
orang!

Di pintu selanjutnya kami menelusuri lorong yang sangat mewah. Kami


menelusuri karena kami rasa mendengar suara seperti seseorang menjatuhkan vas
bunga. Kami pun berlari mencari tahu di mana asal suara tersebut. Akhirnya kami
berhasil sampai di lorong koridor yang gelap. Dan kami melihat cahaya lampu di suatu
kamar yang jauh. Walaupun cahaya kamar itu membias kecil ke arah sepanjang lorong
koridor tampak kami melihat seluruh vas bunga yang ada di pinggir-pinggir koridor
telah pecah oleh seseorang.

Kurasa yang memecahkan vas bunga dan menyalakan lampu kamar pelakunya ada di
sini.

Hanya ada satu vas bunga yang masih berdiri di antara pintu koridor kanan dan
kiri. Kami mencoba untuk memperagakan bunyi yang dihasilkan oleh pecahnya vas
bunga. Menirukan suara yang waktu lalu terdengar keras.

(Tanpa disadari perilaku bos nya tersebut menitis ke anak buahnya.)

PRAKK!

Jadi suara yang terakhir waktu lalu benar-benar ulah kalian? Hingga pemilik rumah
itu mengira kalian itu kucing yang menjatuhkan vas bunga.

Kami kembali lagi menengok ke pintu yang sebelah kiri. Kami mencoba
mengumpulkan keberanian untuk pergi ke sana. Saat rasa penasaran kami mulai
bangkit, kami mencoba untuk pergi ke kamar yang menyala itu. Tapi apa daya,
langkah kaki seseorang mulai menghiasi kekosongan koridor. Sehingga kami
berencana pergi dari pada ketahuan oleh si pemilik rumah itu.

Walaupun kau menuju ke kamar itu. Orang yang akan kalian temui di sana
hanyalah..

Kami berlari dengan tergesa-gesa menuruni tangga elegan. Yaitu tangga yang
menghubungkan lantai dua dan lantai tiga. Kami berniat pergi juga ke tempat tangga
utama yaitu tangga yang menghubungkan lantai pertama dan lantai kedua. Tapi salah
satu rekan kami melihat cahaya para shinigami dari jendela lantai dua. Karena kami
tidak mau tertangkap atau terkepung di lantai pertama. Kami berencana lompat
beramai-ramai dari jendela luar koridor sebelah timur.

Kalian lompat tanpa pengaman?


Entah baik atau buruk tindakan melompat dari jendela tersebut. Demi
menghindari dari kejaran shinigami kami rela menerjang dari ketinggian sekitar 13
kaki.

Tentu saja tindakan buruk! Kalian melakukan hal yang fatal! Tapi kurasa sepertinya
kalian sehat-sehat saja? Apa kalian tidak mengalami cidera?Seperti patah tulang?

Kami kira dengan menerjangkan diri ke bawah akan menghindarkan kami dari
pengejaran shinigami. Tapi nyatanya tidak. Kami ketahuan karena sewaktu mendarat
ke tanah, efek suara jatuh kami menghasilkan dentuman yang keras hingga terdengar
oleh mereka. Kami pun disoroti oleh puluhan cahaya hantu yang sangat mengerikan!

Cahaya hantu?

Mereka bergerak dengan sangat cepat ke arah kami. Mereka menyemburkan


api dari kedua lengannya!

Manusia pengendali api?

Kami yang sudah kehabisan tenaga karena terkuras oleh rasa ketakutan, sangat
sulit untuk kami melarikan diri. Kami berhenti berlari dan terkepung oleh puluhan
cahaya hantu yang mengelilingi kami. Kami sangat ketakutan dan sekaligus mata kami
terasa perih saat cahaya hantu tersebut menampakkan diri di hadapan kami. Cahaya
hantu itu benar-benar menghipnotis kami dan merubah kami menjadi lelah dan lemah.
Akhirnya kami terkulai lemas terjatuh.

Kurasa asumsiku berkata ‘jika kau memandang cahaya senter dari jarak yang dekat
maka kekuatan matamu akan semakin lemah dan cepat lelah’ apalagi sewaktu awal-awal
tenaga kalian sudah terkuras karena terlalu banyak berlari dalam ketakutan. Aku yakin
kalian langsung drop karena sudah mencapai batasnya.

Dan posisi jatuh kami aku yakin kami sudah berlari lumayan jauh. Karena
seingat kami, sebelum sekeliling kami adalah kobaran api yang melingkar, ada
seseorang yang berjalan dari belakang rumah besar. Dan aku yakin posisi jatuh kami
berada di belakang rumah besar itu.

Lingkaran api? Seseorang yang berjalan dari belakang rumah besar?


Kami rasa, sepertinya orang tersebutlah yang menyelamatkan hidup kami
dengan cara memadamkan api lingkaran itu. Jika bukan dia yang menyelamatkan
kami, entah bagaimana nasib kami ke depannya. Mungkin sudah ditelan oleh lingkaran
api itu. Saat tersadar, kami terkejut melihat rumah besar itu telah terbakar oleh
kobaran api yang sangat besar. Kami berlari mencari tempat yang aman, yaitu
bersembunyi di semak-semak belakang rumah dan sedikit demi sedikit berjalan pelan
menelusuri hutan hingga sampai ke semak-semak yang berada di arah timur rumah
itu. Di sana kami menyaksikan pemandangan yang mengerikan! Rumah besar yang
dilahap oleh si jago merah!

Why? Jago merah?

Setelah lama kami bersembunyi di balik semak-semak sambil menonton rumah


yang terbakar. Kami menyadari bahwa shinigami-shinigami yang mengejar kami dan
yang membakar rumah itu ternyata adalah para polisi yang membawa peralatan senter
terang dan flame thrower!

Dari sekian lama, kalian baru menyadari bahwa mereka memang bukan benar-benar
shinigami??

Lantai satu dan lantai dua telah terbakar, sekarang giliran lantai tiga. Pas pada
lantai tiga, kami terkejut dengan sesuatu yang muncul dari kamar atas. Melompat dari
jendela dalam keadaan terbakar hingga terjun ke bawah. Kurasa itu adalah pemilik
rumah itu sendiri, malang sekali nasibnya. Dia mati dalam keadaan terbakar!

Oeyy-oeyy.. Itu gorden alumunium yang aku singkirkan dengan membuangnya


melalui jendela..

Saat waktu yang bersamaan. Beberapa menit setelah kejadian tersebut. Kami
dikejutkan lagi dengan seorang Betmen yang melayang keluar dari jendela menuju ke
arah utara! Sebelum akhirnya kamar tersebut terbakar habis!

Tu-Tunggu-tunggu? Betmen??

Gambar : Betmen yang melayang keluar dari jendela kamar yang terbakar.
Karena kami anggap dia pahlawan, kami berlari beramai-ramai dan berteriak
kegirangan! Hoooii! Betmen!! Tolong kami!! Tolong selamatkan kami!! Jadikan kami
bagian darimu!! Kami telah lama mengidolakanmu!!

Oalah?? Jadi sumber suara nista waktu lalu berasal dari kalian, toh?

Kami berlari dan berteriak sangat keras! Hingga kami tak menyadari para
gerombolan polisi itu mengejar kami dari belakang. Karena laju sosok Betmen sangat
pesat, kami kehilangan jejaknya. Dan kami berjuang mati-matian berlari dikejar-kejar
oleh para polisi. Tapi untungnya setelah lari beberapa kilometer kami terpeleset dan
masuk ke dalam kawasan lumpur, sehingga para polisi yang mengejar kami kehilangan
jejak dan memilih untuk kembali.

Perjuangan yang hebat.. hingga menyelam ke dasar daerah lumpur.

Setelah beberapa waktu bersembunyi di dalam lumpur. Kami akhirnya keluar


dan menuju ketepian. Tubuh penuh dengan balutan lumpur, sehingga kami pergi
mencari semak-semak yang pasak untuk menyingkirkan lumpur-lumpur yang
menyelimuti kami dengan cara menggosok-gosoknya.

Kukira ada beberapa ekor kelinci betina yang sedang membersihkan bulu-bulunya
yang kotor ke semak belukar.

Lalu selanjutnya, kami dikejutkan oleh dirimu bos yang tiba-tiba tengah
mengangkat gagang senapan! Wajar saja kami teriak kaget!

Jadi kita sama-sama kaget, ya? Kalian sudah mengira bahwa itu aku, tapi aku malah
mengira kalian para beberapa ekor binatang yang aneh.. terpaksa aku mengayunkan gagang
senapan ke kalian karena rasa kaget pula.
ARC 0 : FLASHBACK ALERT! 2!

“Jadi yang kau maksud Shinigami itu bohong, kan. Bos! Mereka cuma para sederetan
polisi!?”

“Memangnya yang bilang mereka Shinigami, sia..”

“BOS!! SENDIRI!!”

“Ah?? Waktu kapan aku pernah mengatakannya??”

“Sewaktu sebelum berangkat ke misi pencurian ini!”

“Benarkah??”

5 jam yang lalu sebelum pelaksanaan misi.

Aku berjalan di sepanjang lorong yang gelap. Aku membawa gulungan kertas koran
di tanganku, yang isinya tidak lain tentang berita terkini ‘Penjahat sadis bertopeng’. Itulah
title yang ada di dalamnya.

Tidak jauh aku berjalan menelusuri lorong yang kumuh. Aku berbelok ke arah gang
yang bersampingan dengan jejeran tempat sampah yang isinya melimpah ruah. Akhirnya aku
sampai di District The Robs.

Aku berjumpa dengan rekan-rekanku yang lain. Mereka satu profesi denganku hanya
saja pengalaman masing-masing anggota dari mereka sangatlah berbeda-beda atau bisa
dibilang: mereka masih kelas teri.

“Hey! Alex! Apa kau sudah menyiapkan peralatannya untuk misi awal kita ini?”

“Tentu saja bos! Walaupun kami adalah pemula, tapi bakat kami dalam aksi
penyelundupan dan kesenyapan kami tidak diragukan lagi.”

“Bagus kalau begitu. Kuharap kalian tidak hanya tukang banyak bicara tapi kalian
juga tidak menghambat misi kali ini.”
“Maaf, bos. Sudah kubilang, generasi kami sangat berbeda dengan generasimu, bos.
Walau banyak bicara kami pun sangat diandalkan dalam beberapa aksi.”

“Jangan sekali-kali kalian membandingkan dengan rekan-rekanku yang lama atau


yang kini sudah pensiun! Perbedaan kalian dengan mereka sangat jauh meskipun sama-
sama satu profesi. Perbedaannya bisa dibilang layaknya seperti seekor raja singa dengan
seekor anjing Chihuahua.”

“Apakah perbedaannya sejauh itu, bos? Apa kau sedikit melebih-lebihkannya?


Setidaknya mungkin kami seperti serigala, bos.”

“Sewaktu aku pergi kemari. Di tengah perkotaan, aku mendapatkan poster buronan
baru.” Kataku berusaha mengabaikan obrolan tak penting mengganti topik dengan obrolan
serius.

“Poster buronan di kota, kan banyak bos. Mungkin harga buronannya rata-rata tidak
lebih di bawah 10.000 llionge.”

“Jangan bercanda!” Bentakku dengan sedikit emosi melemparkan poster buronan


seseorang ke atas meja bundar yang berserakan penuh dengan sampah kulit kacang.

“250.000.000.000 llionge??”

“Bukankah angka itu sedikit mendekati angka buronan milikmu, bos!?”

“Ya! Cuma selisih 35 milyar llionge.”

“Wahh! Semengerikan apa orang ini!?”

“Itu belum seberapa dengan koran berita yang aku temukan pagi lalu. Seorang yang
tak diketahui identitasnya, pria bertopeng.” Kataku sambil menunjukkan dengan
membeberkan gulungan koran yang kusut kepada mereka.

“Oh tidak.. Apakah dia orang yang terlahir dari panas api neraka?”

“Kurasa begitu. Dia tidak sendirian.”

“Maksudmu mereka berkelompok?”

“Benar, jumlah mereka bisa dikatakan mencapai ratusan. Sekitar 199 anggota”
“Ratusan orang-orang jahat?? Apa jadinya bumi ini.”

“Jangan lupa. Kalian sendiri pun termasuk penjahat.”

“Tapi, kan. Walaupun penjahat cara kami dalam melakukan aksi berbeda dengan
penjahat yang lain, bos.”

“Bagiku, penjahat tetaplah penjahat. Hanya orang lain yang berhak menilai kami
adalah seorang penjahat atau bukan.”

“Ah! Kau benar bos. Maafkan aku.”

“Lalu apa motif kejahatan pria bertopeng beserta dengan 199 anggotanya yang
lainnya?”

“Mereka melakukan aksi rasis dan tak manusiawi.”

“A-Apa maksudmu? Kami tidak mengerti. Bisakah kau menjelaskannya secara lebih
rinci?”

“Multi-Killer”

“Multi-Killer??”

“Ya, dia melakukan pembunuhan perorangan atau permassalan. Bagi mereka sekutu
adalah rekan sendiri. Yang lainnya tidak lebih adalah musuh. Tidak peduli warga sipil atau
orang yang bertindak kejahatan, mereka akan membunuhnya secara berkelompok.”

“Sadis sekali! Apa anak-anak, wanita dan juga orang tua pun mereka bunuh??”

“Mereka bunuh tanpa pandang bulu. Di mata mereka selain rekan sendiri adalah
seekor binatang yang wajib diburu dan dibunuh.”

“Kejam sekali!”

“Karena berhubungan malam ini adalah hari pelaksanaan misi bagi antek-antek
pemerintah untuk menuju ke Archipelago bagian selatan. Kita akan menyelinap ke kapal
mereka dan melakukan aksi penyelundupan pencurian besar-besaran sebelum mereka
membumihanguskan tempat yang sudah dijadikan target.”

“Akhirnya, aku sudah tidak sabar untuk merampok!”


“Tapi kalian harus ingat dan berhati-hati. Misi ini mungkin tidak hanya para pasukan
antek-antek pemerintah dan tim kita saja. Aku mewaspadai tentang adanya pergerakan
pasukan 200 Shinigami juga yang mengikut campuri urusan pemerintah.”

“Shi-Shinigami??”

“Ya, kudengar pasukan yang di bawah komando oleh pria bertopeng bernama
‘Shinigami’. Pasukan yang bergerak seperti hantu.”

“Ha-Hantu!?”

“Kuharap mereka tidak mengikut campuri atau bentrok dengan penyerangan pada
malam hari yang dilakukan oleh antek-antek pemerintah.”

“Me-Mereka pun akan menyerang?”

“Bisa saja, jikalau salah satu dari mereka mengetahui kabar dari informasi pribadi
serta rahasia milik pemerintah. Tapi asumsiku berkata, mereka juga akan terlibat dengan misi
yang dilakukan oleh pemerintah. Itulah mengapa nilai harga buronan mereka meningkat
sangat signifikan karena mereka selalu mencampuri urusan dengan pemerintah.”

“Apakah mereka tidak takut akan dimasukkan ke dalam sel penjara bila tertangkap?”

“Mereka adalah tipe petarung. Membunuh mahluk adalah ambisi mereka. Tidak
hanya menyukai pertumpahan darah, level otak mereka pun juga tidak bisa diragukan lagi
tentang cara mereka menyadap informasi di berbagai sumber termasuk informasi pemerintah
yang paling rahasia. Dan jika mereka tertangkap, mereka hanya akan menutup mulutnya
rapat-rapat untuk selamanya sampai mereka mati agar kerahasiaan kelompok Shinigami tak
terbongkar.”

“Mereka sangat pro.”

“Maka dari itu, kebanyakan para pemerintah langsung membunuhnya karena


percuma. Mereka tidak akan mendapatkan sedikit pun bocoran informasi apa-apa darinya.

“Hufft! Dari mana datangnya orang-orang itu!?”

“Menurut sumber yang terpercaya, kudengar mereka dari salah satu kepulauan tiga
bermuda bagian barat.”
“Bukankah itu salah satu pulau di mana dulu kau dipenjara, bos?”

“Tepat sekali. Jikalau mereka terlibat lagi dengan urusan pemerintah, lebih baik kita
cepat mencuri dan setelah itu kita mundur.”

“Baik, bos!”

“Setelah misi ini berakhir aku akan mengurus seseorang yang bernama Bruno
Bucho.”

“Kau sendirian, bos?”

“Kalian akan terbunuh bila membantuku.”

“Baiklah sekarang kita sudah berada pada pukul 22:35. Kami sudah tak sabar untuk
melakukan aksi!”

“Kemasi barang-barang peralatan misi kalian, kita akan segera berangkat. Tempat
pertemuan kita ada di dekat pangkalan unit kemiliteran udara.”

“Kau mau kemana, bos?”

“Aku ingin meminum sesuatu.”

“Oh, soda?”

Flashback selesai.
ARC 0 : ISTANA API 13

“Mm.., tapi kalian bilang Shinigami cuma bohong? Asal kalian tahu mereka benar-
benar ada. Hanya saja mungkin mereka tidak mengetahui informasi tentang misi pemerintah
yang kali ini.”

“Bos, lalu siapa perempuan cantik ini?”

“Oh, dia. Dia cuma korban curianku.”

“Korban curianmu!? Kau pikir dia barang apa!”

“Dalam pencurian tidak hanya barang yang prioritasnya wajib dicuri. Mahluk yang
bernyawa pun jika berharga dan memiliki nilai yang besar, tidak ada salahnya untuk dicuri!”

“Itu bukan pencurian, Bos! Tapi penculikan!”

“Lalu jika dia itu curianmu, apakah kau akan menjualnya atau memberikannya kepada
orang yang tidak mampu sebagai pembantu??”

“Kau bicara apa, dia tidak akan aku jual atau kuberi pada orang yang membutuhkan
bantuan tenaga. Aku hanya membebaskannya.”

“Membebaskannya? Maksudmu, dia..”

“Ya. Dia putri dari pemilik rumah itu.”

“Apa kau tak apa melakukan hal senekat ini, Bos!?”

“Bagaimana kalau dia melaporkan kita ke polisi!?”

“Iya, benar!”

“Kalau begitu, ayo kita tunggu apakah dia akan melakukan hal itu.”

“Hey, Nona.”

“Ya?”

“Setelah kau dibebaskan olehnya, karena kau mengetahui dia seorang pencuri apakah
kau akan melaporkannya ke polisi walau dia menyelamatkan nyawamu?”
“Oh! Aku baru sadar. Jadi seorang Betmen itu, Bos sendiri!”

“Hei! Siapa bilang aku ini Betmen! Pandangan kalian sajalah yang salah!”

“Aku, tidak tahu benar lokasiku di mana. Jadi aku tidak melapor.”

“Kau, kau tidak tahu lokasi tempat tinggalmu sendiri??”

“Kalau begitu aku akan membantumu untuk mencari tahu tentang nama lokasi dan
setelah itu kita akan memanggil polisi lagi.”

Plak!

“Apa yang akan kau lakukan! Apa kau berniat menjebloskan diri ke dalam sel
penjara!?”

Isabella lanjut bicara. “Ya. Walaupun dia berusaha untuk mencuri kado hadiahku,
yaitu sepatu pemberian ayahku..”

Aihh! Harusnya kau tak perlu mengatakan target curianku yang zonk!

“Apa!? Bos masuk ke dalam rumah besar itu hanya ingin mencuri sepatu milik
perempuan ini??” Potongnya.

“Itu tidak benar! Itu hanya kesalahpahaman!” Belaku.

“..aku tidak akan melaporkan kepada pihak kepolisian. Karena bagiku dia orang baik,
dia menyelamatkan hidupku.” Sambungnya.

“Kau tak perlu membagus-baguskan namaku. Aku hanya seorang pencuri. Dilihat dari
mana pun aku hanya seorang penjahat.”

“Bos! Tapi dia benar Bos! Kita memang orang baik!”

“Jangan lupa, Kalian sendiri pun termasuk penjahat.”

“Tapi kan, walaupun penjahat cara kami dalam melakukan aksi berbeda dengan
penjahat yang lain.”

“Bagiku, penjahat tetaplah penjahat. Hanya orang lain yang berhak menilai kami
adalah seorang yang bukan penjahat.”
Pletak!

“Tapi salahmu tadi, kau mengatakan “kita” dan itu termasuk mengatakan dirimu
sendiri adalah orang baik!”

“Oh! Iya-Iya maaf, Bos!”

“Siapa mereka ini? Apa mereka juga sahabat-sahabatmu?”

“Mereka ini pencuri barang-barang di rumahmu. Kuharap kau segera melaporkannya


ke pihak berwajib.”

“APA!! Kau juga ikut terlibat, Bos!!”

“Hehe, tidak-tidak. Tenang saja aku tidak akan melaporkan kalian juga ke pihak
kepolisian. Memangnya siapa diriku? Haha.”

“Oh! Syukurlah.”

“Ngomong-ngomong, nama kalian siapa? Terutama kau. Kita sudah lama berbincang
tapi kau tidak memberitahukan namamu!”

Oeyy! Kau pun sama. Aku tahu namamu pun dari percakapan saat dalam telepon.

“Itu karena aku pencuri. Mana mungkin aku memberitahukan namaku pada korban
pencurianku sendiri.”

“Jika kau tak berat hati. Kami berempat akan memperkenalkan diri pada anda, Nona.
Sang putri dari pemilik rumah besar.”

Apa kau harus menyebutkan ‘rumah besar’? Itu terdengar seperti mengagungkan
namanya.

“Baik! Tapi sebelum itu. Perkenalkan namaku Isabella Ghassani. Usiaku baru 20
tahun. Aku tinggal di rumah ayah.”

Tinggal di rumah ayah? Sialan, aku tidak bisa berhenti ketawa saat dia mengatakan
itu.

“Oh! Wah! Kau masih muda, ya. Padahal kau masih umur dua puluhan.”

Bletak!
“Umur dua puluhan memang masih dibilang muda!”

“Oh? Benarkah.”

“Perkenalkan juga, aku A-Rob.”

“A.. Rob?” Ulang Isabella kebingungan.

“Aku I-Rob.”

“Aku U-Rob.”

“Aku E-Rob.”

“Waw! Rekan-rekanmu memang memiliki nama yang sama, ya. Pasti namamu juga
tidak jauh dari mereka ini.”

“Mmm?”

“Aku tebak. Pasti namamu O-Rob!?”

“O... O.. O-Rob, katanya? Hahaha!”

“Bukan. Namaku Hellios Meyer Dochkin.”

“Ah? Kenapa namamu beda dari mereka?”

Oeyy! Jangan samakan aku dengan mereka. Itu memang namaku dari dulu!

“Sebenarnya, nama mereka hanyalah nama anggota yang dipakai sebagai sandi di
District The Robs.”

“District The Robs?”

“Ya. Itu tempat aku membangun organisasi yang isinya kumpulan para pencuri dari
seluruh dunia.”

“Iya, Nona. Sebenarnya awalan nama kami juga tidak jauh dari kata Alfabet sandi
Robs.”

“Benar. Nama aslinya Alexander Murphy dan sandinya A-Rob. Sedangkan namaku
Iskandria Hudson dan sandiku I-Rob.”
“Namaku Ullyses Prendergast dan sandiku U-Rob.”

“Dan namaku Erendals Lysander dan sandiku E-Rob.”

“Waw! Kalian memiliki nama yang keren dan berkelas!”

“Owh! Terima kasih. Yaaa, kami memang sangat berkelas.”

Berkelas? Maksudnya pantas bagi untuk yang penyandang pencuri?

“Lalu, ngomong-ngomong jarahan apa yang berhasil kau ambil?”

“Hei Bos. Apa kau tak bisa membahas itu lain waktu? Kita sedang kedatangan
seorang wanita, apalagi dia adalah termasuk dari seorang korban dalam aksi kita.”

“Aku Bos kalian. Di manapun aku membahas tidak peduli situasi dan kondisi. Dan
kupertegaskan pada kalian, aku sama sekali tak menganggapnya sebagai korban atas misi ini.
Apalagi menyakitinya, menyentuhnya pun tidak. Ini semua hanyalah kecelakaan dari
perbuatan yang dilakukan oleh antek-antek itu. Isabella nyaris menjadi korban yang terbakar
oleh ulah mereka. Tidak ada jalan keluar selain aku membawanya pergi dari ruang
kematian.”

“Maaf Bos, aku telah lancang.”

“Katakan dan sebutkan jarahan apa yang berhasil kalian ambil? Karena dengan itu,
bisa saja Isabella memaafkan kalian dan tidak melaporkan ke pihak kepolisian. Kalian harus
membayar dengan mengembalikan seluruh jarahan yang kalian curi dari rumahnya.”

“Ka-Kami, kami tidak mencuri apapun barang yang ada di rumahnya. Bos.”

Apa? Lalu, apa saja yang kalian lakukan sewaktu dalam misi? Apakah kalian hanya
berlari-lari tidak jelas? Cuma memasuki dan keluar begitu saja tanpa mengambil barang?
Setidaknya satu curian barang?

“Bagaimana kalian dapat disebut sebagai profesi pencuri??”

“Jika Bos sendiri? Barang apa yang berhasil Bos curi??”

Skakmat yang kedua kalinya?


________________________________________________________

“Ba-Barang? Hehe.. Aku pun sama sekali tidak mendapatkan apa-apa. Hufft.. Sangat
disayangkan, bukan? Kita mencuri di rumah yang besar tapi tidak mendapatkan apa-apa.”

Terpaksa aku mengeles agar terhindar dari percakapan yang nantinya berujung ke
arah senjata makan tuan.

“Ah! Maaf Bos. Bolehkah aku mengambil kotak makanan yang aku simpan di
ranselmu.”

“Kotak makanan?”

Ja-jadi kotak makanan yang aku temukan di ranselku adalah miliknya!? Akan sangat
gawat jika dia memeriksa dan menemukan barang curianku! Apalagi aku menaruhnya di
paling atas.

“Waktu lalu, sewaktu Bos pergi mencari minum. Ranselmu tertinggal. Karena ransel
kami telah penuh dengan alat-alat misi dan sudah tidak muat lagi untuk diisi sesuatu barang,
aku terpaksa menyelipkan kotak makanan ke ranselmu yang sedikit ramping, Bos.”

“Oeyy! Siapa suruh membawa perbekalan saat dalam melakukan misi! Hal itu
dilarang bagi kamus besar Robs! Kau berniat mencuri atau bertamasya!? Karena kau telah
membuat kesalahan, aku terpaksa menyita kotak makananmu yang kini ada di dalam
ranselku!”

Bicaraku terlalu ngawur. Emang ada kamus Robs?

“Hufft! Baiklah aku yang salah, Bos.”

“Apa kau setamak itu? Hingga kau menghukum kesalahannya dengan menyita
makanannya?”

“Oeey! Aku ini orang jahat. Bagi profesi pencuri memberikan atau berbagi dan
memaafkan adalah suatu yang tabu walau sesama rekan!”
“Kau ketua pencuri yang tidak memiliki hati. Padahal rekan-rekanmu melaksanakan
misi dan bekerja hanya untukmu sampai mereka rela memenuhi ransel-ranselnya hingga
penuh sesak dengan semua peralatan misi!”

“Nona-Nona, kau salah. Dia mengatakan itu bila ada orang lain. Tapi di belakangnya
dia akan memberikannya lagi.”

“Benarkah?? Kalian jangan membela orang yang telah jelas-jelas melakukan


penyimpangan!”

“Buktinya dia mencuri demi..”

“Hentikan omong kosongmu! Pencuri memanglah tamak! Kalian harus tahu itu!”

“Tuh kan apa aku kata. Jangan pernah membela orang yang jelas-jelas telah
menyimpang. Kalian tidak boleh meniru apalagi menjadi sepertinya karena itu perbuatan
yang tidak baik.”

“Ah! Nona.”

Yang tidak baik? Kurasa kau benar. Menyimpan rahasia tentang kesandiwaraan
berlama-lama pun juga tidak baik.

“Isabella.”

“Iya?”

“Apa kau tak mencemaskan tentang ayahmu?”

“Kurasa untuk sekarang tidak.”

“Apa maksudmu berkata tidak?”

“Setelah mendengarkan cerita yang dialami oleh mereka berempat. Aku telah
menyimpulkan bahwa ayahku tengah baik-baik saja.”

“Oh! Yang itu? Seseorang yang menyelamatkan mereka dari lingkaran api?”

“Benar, dia ayahku.”

“Ayahmu? Bagaimana kau bisa sebegitu yakin? Apa kau tidak berfikir dua kali?
Kalau-kalau yang menyelamatkan mereka bukan ayahmu melainkan orang lain?”
“Di tempatku tinggal, tidak ada orang lain selain ayah.”

“Kau bilang waktu itu kau menganggapku seorang pebersih kamar? Berarti kau telah
berjumpa dengan seorang selain ayah. Yaitu tukang pebersih kamar.”

“Untuk itu, aku tidak pernah tahu orang yang seperti apa tukang pebersih kamar itu.
Karena aku hanya mengetahui nama profesinya saja dari ayahku pada dua hari yang lalu.”

“Dua hari yang lalu?”


ARC 0 : ISTANA API 14

Dua hari yang lalu.

Tok! Tok! Tok!

Aku terbangun dari tidurku setelah mendengar bunyi ketukan pintu dari Ayah.

“Iya. Sebentar, Ayah.”

Aku menyingkirkan selimut yang menutupi setengah dari tubuhku ke samping


ranjang. Setelahnya aku mulai bangkit dan duduk. Mencari-cari sandal yang biasa aku
taruh di bawah ranjang. Aku berjalan menuju pintu tapi sebelum itu aku mengambil
kunci dari saku baju tidurku. Setelah mendapatkannya aku segera memasukan kunci
itu ke dalam lubang kunci dan memutarnya.

Cklekk

“Selamat pagi, Putriku. Apa tidurmu nyenyak?”

“Ah. Kurasa lumayan.”

“Lumayan? Apa putri ayah membaca novel barunya hingga sampai larut malam?”

“Ah. Tidak, Ayah. Aku tidak membacanya sewaktu malam.”

“Lalu?”

“Setelah makan malam aku langsung membersihkan kamar karena aku rasa kamarnya
benar-benar tidak rapi dan sedikit berantakan.”

“Jadi itu alasan putri ayah yang membuat tidur malamnya kurang nyenyak karena
letih?”

“Hehehe. Kurasa begitu, Ayah.”


“Dengarkan ayah. Kau tidak boleh melakukan sesuatu hal kegiatan yang membuatmu
terlalu kecapean. Itu akan membuatmu sakit, Putriku. Apa perlu ayah menyewa pekerja
tukang pebersih kamar?”

“Tukang pebersih kamar? Apa itu?”

“Kau akan tahu nanti setelah ayah menyewakannya untukmu.”

“Kurasa Ayah tak perlu melakukan hal itu. Terkadang aku ingin hidup mandiri dan
melakukan hal semampu dan sebisaku, Yah.”

“Oh! Itu bagus. Sepertinya putri ayah sudah tumbuh dewasa. Ayah senang
mendengarnya. Tapi sebelum itu, karena ayah liat putri ayah sedang letih makanya ayah
membawakan makanan favoritnya.”

“Apa itu Ayah?”

Ayahku melangkah keluar kamar dan menarik sebuah gerobak yang terbuat
dari alumunium dan baja. Membawanya masuk ke dalam kamar.

“Tadaaa! Menu favorit putri ayah tercinta, nasi goreng.”

“Wahh! Nasi goreng!”

“Ayah yang memasaknya, ayah harap putri ayah makan dengan lahap, ya.”

“Sejak kapan Ayah bisa masak?”

“Mmm.. untuk itu, itu rahasia.”

“Huuuuu!”

“Hehehe.”

Dan pada saat itu, waktu aku bertemu denganmu kukira kau adalah sewaan
tukang pebersih kamar ayah yang masuk dari jendela kamar ibu.

Flashback Selesai.
____________________________________________________

“Apa!? Kau mengira bos kami tukang pebersih kamar? Hahaha.”

“Jangan meledek.”

“Uniknya itu, tukang pebersih kamar masuk lewat jendela, haha.”

“Diam.”

“Hahaha, maaf Bos. Kami terlanjur senang.”

Kenapa sih? Setiap aku menanyakan sesuatu seakan berujung ke arah senjata makan
tuan? Selalu saja aku yang kena. Ampun deh.

Sewaktu kami berbincang cukup lama. Tiba-tiba aku mendengarkan suatu suara.

Tunggu?

“Hahaha.”

“Apa kalian mendengar sesuatu?”

“Sudah deh Bos, kau jangan mengalihkan pembicaraan. Hahaha.”

“Hahaha!”

Pletak! (Auw!)

Pletak! (Auw!)

Pletak! (Auw!)

Blettakk!! (Auuw Waauuw!)

“Kubilang diam!!”

“Baik, maaf Bos!”

“Kenapa sih aku terkena pukul paling keras!?” Keluh Erendals.


Aku tidak menyangka kalau perbincanganku dengan rekan-rekanku akan menjadi
pertemuan yang terakhir kalinya. Setelah ratusan para antek-antek pemerintah itu kembali
mundur sambil membakar hutan hujan tropis dengan senjata flame thrower.

Pemandangan api yang membakar habis sesuatu yang dilahapnya termasuk pohon-
pohon yang rindang itu, terkesan terlihat sangat mengerikan. Pembakaran hutan. Beberapa
habitat yang menempati lokasi tersebut kian benar-benar telah musnah bersama dengan
hangusnya hutan hujan tropis.

Langit memerah, ribuan burung-burung pergi membawa anak-anak serta


meninggalkan masing-masing sarangnya. Itulah pemandangan yang aku lihat saat aku tengah
mendongakkan kepalaku ke atas bersamaan dengan Isabella yang berada di gendonganku.
Berjuang sekuat tenaga, berlari menjauh dari kobaran api yang menerjang dari belakang.

Bukkh!!

Terakhir yang aku ingat sewaktu sadar adalah terpeleset di tanah yang licin. Yaps,
tanah miring yang longsor. Selanjutnya aku tak melihat apa-apa hanya gelap yang ada di
mataku. Pada saat itu aku sama sekali tidak mempedulikan dirinya, entah dia terlempar dari
gendonganku atau masih berada di sekitar areaku. Hanya satu yang aku pikirkan. Yaitu,
kuharap jidatku kali ini benar-benar aman-aman saja tanpa mengalami terkena suatu benturan
apapun.
ARC 1 : FARM SWEET

Aku tidak tahu sudah berapa lama diriku tertidur menghabiskan banyak waktu yang
terbuang, yang pasti kini aku merasakan seperti berada di atas kasur yang nyaman dan
empuk. Apakah berada di ranjang Isabella? Bukan! Ranjang dan kamarnya pun kuingat telah
terbakar. Apakah mungkin ranjang yang lain? Benarkah ada ranjang di tengah-tengah hutan?
Itu tidak masuk akal, mungkin kondisiku terlalu parah hingga aku merasakan kenyamanan
dalam hidupku.

Perlahan-lahan mataku mulai membuka. Melihat keadaan. Apakah aku benar-benar di


tengah hutan? Jika begitu, pasti aku sudah terbakar oleh api-api itu.

A.. Atap? Atap rumah?

Mataku terbelalak seketika saat melihat atap dan sekitarnya. Aku berada di dalam
kamar yang kecil. Tubuhku mencoba untuk bergerak, tapi kurasa tidak mampu. Aku
merasakan rasa memar yang lumayan berat saat menggerakkan tubuhku.

Jadi aku ditolong, ya?

Ternyata beberapa bagian di tubuhku telah dibalut oleh kain verband dan aku
merasakan rasa nyeri yang luar biasa di sekitar area kedua paha, sebagian punggung dan
salah satu betis. Termasuk kepala.

Kepala? Kepala juga? Oh tidak! Pasti jidatku pun terkena dampak benturan juga.

Cklekk!

Suara buka pintu? Ada seseorang yang masuk?

Mendengar itu aku langsung menutup mataku dan berpura-pura tertidur.

“Anda sudah tidak perlu lagi untuk berpura-pura.”

“Ah! Dari mana kau tahu?”

“Tuh, dari jendela.”

Owh. Dari jendela, ya? Pencuri tepar yang ketahuan.


“Sepertinya luka anda mulai kering dan sedikit mulai pulih.”

“Tentu saja, aku hanya tertidur beberapa saat setelah mengalami guncangan.”

“Anda tertidur selama 2 hari penuh, Pak.”

What the...!

“Tertidur selama 2 hari penuh!?? Yang benar saja? Padahal kurasa aku baru bangun
sesaat setelah mengalami musibah kecil.”

“Kepala anda terbentur. Mungkin itu yang membuat anda terkena amnesia sesaat,
Pak.”

Sudah kuduga. Kepalaku terbentur lagi.

“Apa luka di kepalaku berada di bagian jidatku?”

“Tidak, Pak. Tepat di bagian belakang kepala anda.”

Oh syukurlah...

“Tu-Tunggu! Di bagian kepala!??”

Ini akan sangat parah dari pada di bagian jidat.

Seseorang lagi datang dengan bulu kumis yang tebal dan warna rambut kepala yang
sedikit kemerah-merahan. Berperawakan besar dan mengenakan baju tebal serta sebagian
terkena noda kotoran ternak di bagian pinggulnya dengan berjalan terpincang-pincang.

“Akhirnya kau telah sadarkan diri. Apa luka di sekujur tubuhmu masih terasa sakit?”

“Tidak.”

“Tentu saja Papa. Barusan saja dia mencoba untuk bergerak bangun tapi akhirnya dia
kembali terbaring karena merasa kesakitan.”

“Oh, begitu. Kuharap kau dapat merawat dan membantunya sampai sembuh total.”

“Maaf, itu tidak perlu. Om dan Nona. Begitu selesai berbincang dengan kalian pun
kini aku akan segera pergi dari sini.”
“Jangan berlagak sok kuat, Anak Muda. Putriku Farma adalah seorang dokter di sini.
Jika kau menolak bantuannya, dia akan merasa sedih dan akan gagal menjadi seorang
dokter.”

“Kau dokter?”

“Ya. Aku adalah seorang dokter hewan.”

WHAT THE..!!

“Oeyy! Oeyy! Jika begitu aku lebih memutuskan untuk tidak mempertimbangkan
perasaanmu dan memilih untuk pergi dari sini! Dari pada dirawat oleh dokter yang tidak
sesuai! Apa kau gila! Aku ini bukan hewan. Aku manusia!”

Apa gadis ini benar-benar waras?

“Aku tahu, aku ini dokter spesialis hewan, tapi usahaku dalam merawat mahluk yang
selain hewan tidaklah begitu buruk!”

“Pokoknya aku tidak mau! Dan aku memilih untuk menolak! Apa kau mengerti!”

“Jika kau menolak dan berencana untuk pergi. Aku tidak yakin jidatmu akan baik-
baik saja oleh sekop ini!”

“Heyy! Kenapa harus jidatku yang selalu menjadi taruhan atau jaminannya. Apakah
tidak ada cara lain, apa!”

Sniiff... sniff...

“Ah? Apa kau merasa sedikit flu? Jangan-jangan kau mengidap penyakit...”

“HOOEY!! Jauhkan ujung sekopmu itu dari wajahku. Tuan! Aku merasakan bau yang
menyengat dan tidak mengenakkan!”

“Oh, maaf. Sekop ini aku gunakan untuk mengangkut kotoran sapi ternak yang
menumpuk.”

“HEEEYY!”

“Walaupun kau sebegitu keras kepalanya..” Sambil menurunkan sekopnya. “.. Aku
sangat kagum dengan apa yang telah kau lakukan, seperti melindungi.”
“Melindungi??”

“Ya. Kau melindungi wanita itu.”

“Wanita? Apa maksudmu...”

“Isabella Ghassani.” Jawab Farma.

“Ah! Iya. Aku hampir lupa. Itu nama wanita itu.”

“Isabella!? Kalian mengenal wanita idiot itu!? La-Lalu, ke mana dia sekarang??
Apakah dia baik-baik saja! Ce-Cepat katakan?? Beritahu aku tentang keadaannya sekarang!?”

“Hufft.. Jangan begitu tergesa-gesa. Kau baru saja tersadar dari kematianmu yang
tertunda itu.”

“Kini Kak Isabella tengah berada di luar. Dia sangat bahagia sekali saat memberikan
makan kepada para sapi perah itu. Aku baru pertama kali melihat seseorang yang sebahagia
itu, padahal dia hanya berjumpa dengan binatang ternak. Seperti orang yang baru mengetahui
dunia luar saja.”

Yang kau bicarakan itu memang benar, bukti nyata bahwa itu pertama kalinya dia
mengetahui dunia luar...

“Apa hewan ternak itu berbahaya?”

“Tentu saja tidak, mereka sangatlah jinak. Tapi aku tidak menjamin kalau mereka
tidak akan menggigit.”

...Tapi yang sekarang aku pikirkan dan aku cemaskan dari tadi, sesuatu hal yang
membuatku khawatir adalah mengenai langkah kakinya ketimbang gigitan binatang ternak
itu.

“Tidakkah kalian melihat ada sesuatu yang aneh di kedua telapak kakinya??”

“Mm? Yang aneh?”

“Benar. Seperti tumbuhan??”

“Maksudmu, hiasan bergambar flora yang ada di sepatu kacanya? Kurasa itu tidak
terlihat aneh, tapi jika kau menginginkan aku berpikir sepertimu, kurasa kau benar, hiasan
flora itu kenapa harus tergambar di sepatu kacanya? Bukankah itu terlihat seperti anak
kecil?”

“Oeyy? Apa yang kau bicarakan?”

“Aku hanya mengikuti cara berpikirmu,”

“Mmm?? Benarkah??”

“Tu-Tunggu? Tadi kau tidak bilang...”

PLAKK!

Auwwaauuww!

“Apa yang telah kau lakukan!”

“Semua pendatang baru harus wajib memanggil ‘Papa’ padaku! Kau


mengerti!!?”

NANI!!... Papa?

“Kenapa aku harus memanggilmu dengan sebutan itu!!? Ogah!! Aku tidak mau!
Lagian kau siapa!? Kau bukan papaku!”

PLAK!

“Jangan menjadi anak durhaka!”

“Sudah kubilang! Aku bukanlah anakmu! Aku tidak kenal dirimu! Apalagi mengenai
tentang dirimu!”

“Semua orang yang ada di perkampungan ini memanggil Papaku dengan sebutan
‘Papa’ dan itu wajib untuk seorang yang menetap di sini ataupun yang hanya sekedar
mampir. Jika kau tidak mengikuti memanggilnya papa, tidak hanya Papa yang akan
menamparmu karena murka, tapi seluruh warga yang ada di sini pun akan ikut membencimu
dan mengucilkanmu.”

Why?? Why?? Peraturan konyol macam apa itu??

“Jika kau tidak mematuhi, aku tidak peduli keadaan setengah matimu! Aku akan terus
menampar jidatmu!”
Lagi-lagi, kenapa harus jidatku yang menjadi sasaran!!
ARC 1 : FARM SWEET 2

Di sisi lain,

“Ah, aku sangat iri padamu.”

“Mmm?? Ke-Kenapa harus iri?”

“Mungkin menjadi seperti dirimu sangat menyenangkan. Hidupmu sangat bebas


wahai sang pengembala. Tidak peduli harus tidur di mana, sarang ayam pun dapat kau
tempati.”

“Oh, hehe ku-kurasa kau benar, aku memang pengembala yang bebas. Aku sudah
terbiasa menganggap langit adalah atap rumah sedangkan bumi adalah alas rumahku.”

“Ah, aku sangat penasaran dengan kehidupan yang kau jalani. Bisakah kau
memberitahuku? Apa aktivitasmu selain pekerjaan dalam mengembala kambing?”

“Oh, untuk itu banyak sekali yang aku lakukan, dari mulai memeras susu sapi,
mengumpulkan telur-telur burung dari sarangnya, mencukur bulu domba, mengajak bebek-
bebek pergi berenang, menggoda ayam kalkun yang sangat sensitif dan banyak hal lagi
aktivitas seru lainnya.”

“Waw, itu.. Melebihi banyak aktivitasku sewaktu di rumah. Hidupmu penuh dengan
petualangan. Aku pasti akan belajar banyak mengenai tentang dirimu.”

“Oh, kau tak perlu melebih-lebihkan, aku hanya mahluk yang berstatus sebatang kara.
Hanya Farma, Papa Chick dan warga kampung di sini yang mengakui diriku.”

“Kau benar, mereka sangat baik dan peduli kepada seluruh hewan dan juga terhadap
dirimu. Kau telah dianggap sebagai putra laki-lakinya, oleh Papa Chick.”

“Untuk itu aku sangat bersyukur karena telah beruntung diangkat menjadi bagian dari
anaknya.”
“Itu artinya kau adalah adik dari Farma??”

“Kurasa kau keliru. Sebenarnya aku dan Farma adalah dua sahabat yang tak akan
terpisahkan.”

“Ah? Benarkah? Kalau begitu. Dirimu ataupun Farma adalah dua pasangan yang
sangat spesial.”

“Te-Terima kasih.. Aku baru pertama kali melihat pengunjung baru sangat ramah
sekali padaku dan cara bicaramu sangat bersahabat sekali. Apa kau yakin ini semua bukan
settingan belaka? Kalau-kalau kau ada maunya seperti menculik diriku dan memisahkanku
dengan Farma?”

“Hooey! Bocah Telor! Hanya karena dia gadis yang lugu kau berani mencurigai
tentang dirinya??”

“Ah! Maaf. Maksudku bukan begitu, aku hanya tidak mau terjebak lagi untuk sekian
kalinya. Banyak dari seluruh pengunjung yang menghina dan berpura-pura baik padaku tapi
ujung-ujungnya dia mencoba untuk menjualku di pasar gelap.”

“Tunggu-Tunggu, sebelum itu. Apa kau merasakan bahwa kini gadis tersebut tengah
berpura-pura baik di matamu?”

“A-Aku tidak tahu pasti. Tapi entahlah. Maaf, aku harus pergi kembali mengembala
kambing-kambingku dan aku tidak terlalu suka dengan keramaian ataupun suara lantang dari
seorang pria dewasa.”

“Hey-Hey! Tunggu sebentar Bocah Telor!” Kataku sambil berjalan mencegahnya


pergi.

“Aku ingatkan padamu untuk tidak berlaku kasar padaku, Tuan Pengunjung!”

“Oeyy-Oeyy, dari tadi aku tidak melakukan apapun apalagi menyentuhmu.”

“Tapi dengan hawa keberadaanmu itu kini anda benar-benar tengah menekanku.”

“Kau jangan terlalu sensitif seperti itu Bocah Telor. Sepertinya kau sendirilah yang
menciptakan suasana perasaan tak karuan dan membuat keadaanmu sendiri menjadi sulit.”
“Lalu apa masalahmu untuk mencegahku pergi? Bukankah itu membuatku berpikir
bahwa keberadaanmu sangat mengancam diriku!”

“Aku tidak akan melakukan hal sejauh ini jikalau kau tidak membuatku tersinggung.”

“Hellios,, ada apa dengan jid..”

“Diam, Isabella. Tidak sekarang untuk menanyakan hal itu. Sekarang aku memiliki
urusan dengan Si Bocah Telor ini!”

“Apakah benar aku telah menyinggungmu? Kurasa dari tadi aku tidak
membicarakanmu karena kita berdua memang tidak saling mengenali satu sama lain.”

“Oh? Begitukah jawabanmu? Kau benar-benar sangat pandai dalam memainkan kata
untuk beralasan.”

“Oh! Kumohon Tuan, tolong jangan mendekatiku lebih dari ini!”

“Heyy! Kau jangan ge’er. Mataku tidak buta dan aku sekarang tidak sedang mabuk.
Karena memang aku ini bukan pria yang hobi sebagai pemabuk. Aku berjalan mendekatimu
sebagai sesama pria, kau pria dan aku pria!”

“Sepertinya kau tengah mabuk. Cara bicaramu banyak yang aku tidak mengerti.”

“Jika kau berbicara demikian, kau telah berhasil membuatku tersinggung untuk kedua
kalinya.”

“Sepertinya anda harus banyak beristirahat, Tuan.”

“Dan kini kau telah membuatku tersinggung hingga mencapai angka ketiga!”

“CUKUP SUDAH BAJINGAN!”

BUKKH!

Tidak kusangka aku terkapar di tanah. Si Bocah Telor itu berhasil mendorong dan
menjatuhkanku.

“CUKUP SUDAH KAU BERSAMA DENGANNYA MENCOBA


MENGELABUIKU!”

What!?
Isabella seketika menghampiri dan menolongku setelah melihatku terkapar ke tanah.

“Apa kau baik-baik saja?”

“Aku tidak apa-apa.”

“Hentikan perbuatan bodohmu barusan, itu membuatnya ketakutan dan dia jadi
merasa terancam.”

“Jangan bodoh. Dari tadi aku tidak melakukan apa-apa. Aku melakukan itu, karena
aku tidak terima dia menganggap buruk mengenai dirimu.”

“Tidak apa-apa itu wajar saja. Itu memang hak miliknya untuk selalu waspada.”

“Tapi aku merasa kesal dan tersinggung saja dengan apa yang dia anggapkan. Itu
tidak sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Aku akan terima jika manusia yang bilang
seperti itu, karena manusia memiliki perasaan yang berubah-ubah. Tapi yang satu ini
hanyalah hewan, bu-bukan hewan. Hampir bukan hewan. Kurasa cangkang telur yang
memiliki dua pasang mata dan mulut yang berbicara rendah mengenai dirimu. Ini terlalu dini
untukmu menerima tentang perlakuan yang tak pantas ini. Apakah benda seperti dirimu
mengikuti sifat liar juga seperti yang dimiliki manusia??”

“Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang tengah kau bicarakan.”

“Singkat saja. Apa kau tidak melihat matanya yang penuh dengan kemurnian?? Apa
kau tidak menyadari tentang itu? Apakah matanya yang polos tengah mengisyaratkan bahwa
dia adalah gadis yang berpura-pura menyembunyikan suatu kejahatan?”

“Aku tidak akan menjawab, karena aku tidak mau kau jadi tersinggung lagi dengan
setiap apa yang aku katakan.”

“Kau benar-benar benda yang berotak kotor.”

“Terima kasih atas pujianmu itu. Aku akan mencoba belajar untuk menerimanya
walaupun itu terasa menyakitkan.”

Dia tidak merasa bersalah? Apa yang ada dipikirannya? Apakah dari tadi kedua
kubu sama-sama naifnya? Aku dan dia?? Dan tidak ada yang berfikir bahwa apa yang
dilakukan tadi itu adalah sebuah kesalahan? Apakah sebenarnya aku yang salah? Bukan,
aku hanya mencoba untuk membela Isabella. Jika bukan, apakah semacam kekeliruan?
“Maaf, aku harus pergi.”

Apakah aku harus mengetesnya lagi, jikalau dugaanku salah?

“Sebelumnya, a-aku minta maaf.”

“Memang seperti itulah yang harus kau lakukan, Tuan pengunjung. Semoga hari-
harimu indah”

Ternyata dugaanku memang benar

Bocah Telor itu pergi.


ARC 1 : FARM SWEET 3

“Ah! Aku baru sadar bahwa kau kini telah bangun dari kematianmu.”

NANI!!

“Siapa yang mengira aku telah MATI!!”

“Papa Chick.”

Papa.. Chick?

“Tu-Tunggu. Kau juga memanggilnya dengan sebutan itu?”

“Ya. Bukankah itu semacam peraturan serta tradisi di tempat ini.”

Bodo amat!

“Sebaiknya kita harus bergegas pergi dari tempat ini.”

Sebelum dia mengadopsimu menjadi bagian dari anaknya.

“Kenapa harus terburu-buru?? Aku masih belum menikmati keindahan di tempat ini.
Jadi aku masih ingin sedikit lama bertempat tinggal di sini.”

Kau benar.. Kau harus lebih banyak menghabiskan waktumu di tempat indah seperti
ini sebelum kau melihat di balik dunia yang sebenarnya.

“Mmm.. Baiklah. Jika itu yang kau mau. Lagian aku tidak memiliki hak untuk
mengajakmu bepergian.”

“Mengajakku bepergian? Ke mana?”

“Aku tidak tahu pasti.. yang terpenting untuk sebisa mungkin aku menghalangi
pandangan yang tak enak dilihat oleh matamu.”

“A-Apa maksudmu?”

“Gadis kekangan sepertimu mana mungkin mengerti apa yang barusan aku katakan.”
Kau akan mengerti, jika sudah siap waktumu untuk melihat dunia. Tapi aku tidak
akan membiarkan hal itu terjadi.

“Hufft. Bahasamu memang sangat sukar untuk dipahami, ya.”

What the... Bukannya sukar, tapi kau sendiri yang terlalu lama mengurung diri di
dalam kamar!

“Apa kau tak apa darah di jidatmu mengalir deras begitu saja?”

“Da-Darah??”

Seketika aku mengusap jidatku dengan telapak tangan.

“DARAHHH!!”

Beberapa menit kemudian.

“Kau tenanglah sebentar, biarkan aku yang mengobati luka di dahimu.”

“Ngomong-ngomong, dari mana kau dapatkan kain verband dan cairan antibiotik
ini?”

“Aku dapatkan kain verband dari rekan-rekanmu..”

Oh, jadi kau menyimpannya sewaktu mengobati kepala mereka yang terkena bogem
olehku.

“.. Sedangakan cairan antibiotik ini aku dapatkan dari Farma.”

“A-APA!! FA-FARMA!!”

Jangan-jangan cairan antibiotik itu khusus untuk hewan!!

“Tenang saja, obat ini bukan untuk hewan.”

“Oh. Syukurlah.”
“Untungnya waktu itu aku tidak terlambat. Sedikit saja aku terlambat. Mungkin
Farma telah menyuntikkanmu obat hewan.”

APA!! Memang tidak salah lagi. Gadis itu benar-benar sudah tidak waras!

________________________________________________________

2 hari yang lalu.

Buggh!

“Oh! Tidak. Otakku seperti terasa sedang diputar-putar.”

Setelah beberapa menit rasa pusingku mulai memudar, aku tersadar bahwa aku
telah terjatuh dari tebing dengan ketinggian berpuluh-puluh meter. Dan pada saat itu
aku melihatmu tidak jauh dariku terkapar bertelentang dengan darah yang mengalir
dari bagian belakang kepalamu.

Apakah separah itu? Yang membuatku tak sadarkan diri selama 2 hari?

Aku berteriak sepanjang waktu. Berharap ada bantuan yang akan datang.

Kudengar si Pria Sekop itu melihatku tengah melindungimu? Tapi apa buktinya? Dia
sama sekali tidak ada di lokasi tempat kejadian.

Tiba-tiba dari atas tebing, seseorang pria mengenakan pakaian baby doll berlari
menuruni tebing dengan sangat derasnya, hingga hampir kebablasan melewati tempat
di mana kita berada karena medan tanah yang sangat miring.

Itu Si Pria Sekop?

Pria kekar itu memintaku untuk membantunya menggendongkanmu ke


pundaknya. Setelah beberapa menitan kami di ambang kesulitan tengah
mengangkatmu karena kau sangat berat. Datanglah seekor telor hidup yang membantu
pria kekar itu.
Jadi, bocah telor itu pun ada di lokasi tempat kejadian?

Setelah kami berdua berhasil mengangkatmu ke pundaknya. Pria kekar itu


bergegas berlari menuju ke pusat desa. Kami berdua sangat kewalahan mengikuti
langkah lari kakinya.

Jadi, aku memiliki hutang padanya, ya.

Kami tidak tahu pasti apa yang sedang dia lakukan padamu, karena posisi kami
yang ketinggalan jauh. Tapi pada saat kami sampai ke tempat Si Pria Kekar itu
berada. Aku melihatmu terbaring di atas kasur bersama dengan seorang gadis yang
tengah merawat luka di kepalamu.

Aku benar-benar berada di masa yang kritis, ya.

Sewaktu aku memasuki ruangan kamar. Aku melihat gadis tersebut tengah
memilih dan memilah resep obat di rak yang berada tidak jauh dari tempat posisi
ranjang yang kau tempati.

Lalu?

Seketika dia kaget saat melihatku yang datang-datang langsung


menghampirimu yang tengah tak sadarkan diri. “Oh! Tidak! Lukanya sangat parah!
Darah dari bagian belakang kepalanya terus mengalir!”. Mungkin karena aku
mengatakan itu, membuat dia menjadi panik dan kebingungan dalam mencari obatnya.
Hingga sampai kebingungannya dia tak sengaja menjatuhkan kacamatanya karena
bertabrakan dengan siku rak saat hendak membawakan obatnya.

Tunggu-Tunggu..

Aku sangat terkejut saat melihat suntikan apa yang akan dia tusukkan pada
urat pergelangan nadimu. “I-Itu suntikan untuk menenangkan hewan yang tengah
mengamuk!”

Itu kesalahan alamimu! Kau yang membuatnya panik hingga salah mengambil resep
obat!!
Mengetahui itu aku langsung menghentikan dengan cara menepisnya. “Itu
suntikan khusus hewan!”. Aku langsung bergegas pergi menuju rak obat. Mencari
beberapa obat dan alat medis yang aku butuhkan, termasuk antibiotik.

Sepertinya aku harus meminta maaf pada Farma dan mulai berfikiran positif
terhadapnya, sang dokter hewan.

Flashback 2 hari yang lalu selesai.

____________________________________________________

“Oalah! Jadi seperti itu ceritanya.”

“Ya. Tentu saja, kau sungguh sangat merepotkan penduduk sini.”

“Oitt! Itu memang kecelakaan alami dan siapa juga yang mau dibantu oleh mereka.”

“Setidaknya kau harus berterima kasih pada mereka, karena Farma dan Paman
Chicklah nyawamu terselamatkan.”

Kau benar, aku harus mengucapkan rasa terima kasih kepada mereka. Tapi
terkadang di sisi lain, aku merasa kecewa. Karena tidak dapat mati. Rencana Tuhan
memang unik, mau sampai kapan Engkau mempermainkanku dengan semua
keberuntunganku yang telah Kau berikan.

“Tentu saja bodoh! Aku akan segera berterima kasih pada mereka.”

“Baik, sepertinya darah yang ada di dahimu, sedikit demi sedikit mulai berhenti
keluar.”

“Bella..”

“Ya?”
“Aku tidak tahu yang aku lakukan terhadap Bocah Telor itu benar atau salah. Tapi
kau juga pasti dapat menilainya sendiri. Aku tidak melarang kau berhubungan dengannya dan
aku juga tidak menganggapnya berbahaya atau tidak, tapi yang pasti kau harus berhati-hati
terhadapnya.”

“Jangan khawatir, Mr. Egg baik kok. Dan mungkin yang aku lihat tadi saat
pertengkaranmu dengannya hanyalah kesalahpahaman saja. Mr. Egg yang sangat sensitif
terhadap orang asing dan di sisi lain kehadiranmu yang tengah bangkit dari kesadaran dan
langsung berdebat membuat dia sangat ketakutan kepadamu, karena penampilan dan gayamu
seperti orang yang kurang waras.”

“Kau bilang namanya, Mr. Egg?”

“Iya dan katanya dia sudah lama menghabiskan masa hidupnya di desa ini selama
sekitar 24 tahun.”

“Usianya selisih satu tahun lebih muda dari pada aku?”

“Ouh iya, bagi orang-orang desa yang tinggal di sini, sekarang adalah jadwal makan
siang bersama.”

“Bersama?”

“Yupps. Beramai-ramai?”

“Beramai?”

“Yupps. Dengan semua orang.”

“Satu desa?”

“Yupps. Oh iya, ngomong-ngomong karena 2 hari yang lalu kau tak sadarkan diri,
jadi kau melewatkan 4 kali pesta pora. Jangan sampai kali ini kau melewatkannya lagi.”

“Pesta pora.”

“Baik. Kau duluan saja sana. Lokasinya di gudang Papa Chick. Biasanya jam segini
para pekerja ternak tengah beribut-ributnya berebut makanan pesta.”

“Memangnya kau mau ke mana?”


“Aku akan menemui Mr. Egg. Aku yakin dia lapar karena dari pagi tadi dia belum
makan sarapan apa-apa.”

“Biar aku yang menemuinya.”

“Apa kau yakin? Bagaimana kalo..”

“Aku akan menemui dan membujuknya untuk makan bersama dengan cara logat
bicara seperti halnya laki-laki yang berwibawa, terhormat dan santun. Yang memiliki
manner.”

“Kayaknya, aku kurang mempercayaimu..”

Aku menepuk-nepuk punggung Isabella untuk menyuruhnya segera pergi. “Sudah-


Sudah sana! Buruan! Kau tidak mau, kan? Bagian jatah makananmu habis. Dan jangan lupa
sediakan untuk kami juga, kalau-kalau nanti kami agak akan sedikit terlambat.”

Karena akan sibuk berdebat.


ARC 1 : FARM SWEET 4

Setelah menghimbau Isabella untuk segera pergi ke gudang yang dikatakannya. Aku
langsung pergi mencari si Bocah Telor itu.

Berjalan kaki ke sana kemari, membuang beberapa menitku hanya untuk mencari
Bocah Telor?

Setelah sekian lama berputar keliling desa akhirnya aku menemukan Bocah Telor itu
yang tengah berada di bawah pohon beringin raksasa yang super rindang bersama dengan
puluhan ekor gembalanya. domba dan anak domba.

Setelah menemukannya aku berjalan ke tempatnya bersantai. Aku melihat Bocah


Telor yang duduk dengan sedemikian naturalnya menopangkan kaki satunya ke kaki yang
lain. Layaknya seperti manusia. Ditambah lagi dia mengenakan topi jerami yang ditaruh di
kepalanya dan memainkan suling bambu.

Mahluk aneh yang mengikuti sifat seperti kehidupan layaknya manusia.

Sesaat sampai di perkumpulan domba. Bocah Telor sontak kaget melihat kehadiranku
yang tiba-tiba langsung menerjang dan merebahkan diri di atas sekumpulan domba.

Mbeeeeek!

“Heyy!! Jangan menindih domba-dombaku! Nanti mereka bisa mati!”

“Apa yang kau pikirkan? Domba-domba ini bulunya sangat halus dan empuk (tapi
bau sih) dan juga sepertinya dari dombanya juga tidak masalah ataupun keberatan kalau aku
merebahkan tubuhku di atasnya, mereka nyaman denganku. Ya, kan domba?”

Mbeeeeek!

“Nyaman dari mana? Mereka bilang ‘Heii orang gila siapa ini yang tidur di atas
kami!’”

“Eh? Kau mengerti bahasa hewan??”

“Ya, tentu saja. Aku ini bukanlah sekedar gembala melainkan teman dan sahabat
mereka, bisa dibilang teman curhat.”
Te-Teman curhat??

“Oh iya, ngomong-ngomong kenapa orang asing sepertimu bisa berada di sini?
Bukannya sekarang adalah jadwal jam makan??”

“Kau sendiri kenapa di sini? Kenapa tidak berkumpul di sana?”

“Aku ini sedang sibuk, pekerjaanku lebih banyak dari pada mereka.”

“Kau ngomong apa? Aku melihatmu tengah santai-santai saja. Mana ada kata sibuk,
toh dari tadi main suling mulu.”

“Main suling juga adalah suatu pekerjaan untuk menciptakan kedamaian dan
ketenangan pada para domba agar mereka sehat dan tidak stres.”

Aku baru tahu.

“Wahh, kau sangat bisa diandalkan, semua bulu-bulu domba ini sangat putih, tidak
ada noda serta tak kusam. Pasti kau merawatnya dengan sangat ekstra dan teratur.”

“Tentu saja, aku memang tidak akan setengah-setengah dalam pekerjaanku.”

“Kalau begitu, itu artinya bagus.”

“Apa kau sudah selesai berbaring dan ajakan berbicaranya? Segeralah kau pergi. Aku
sedang sibuk.”

“Kau ini,” Seketika aku bangun dari rebahanku. “Sebenarnya tujuanku kemari, aku
penasaran dengan mahluk berbentuk cangkang telur sepertimu.”

“Maaf aku tidak bisa membagikan informasi mengenai diriku untuk mengenyangkan
rasa penasaranmu.”

“Saat melihatmu, aku selalu mengingat pada suatu tempat di pusat desa ini. Pabrik
berdesain cangkang yang hancur. Apakah kau maskot dari aset desa ini?”

“Pabrik itu bukan berdesain cangkang yang hancur, melainkan cangkang yang
utuh. Pabrik itu terjadi kehancuran pada 3 tahun yang lalu oleh serangan tornado.”

“Serangan tornado?”
“Itu adalah bencana yang sangat spontan dan mendadak, hembusan angin besar
mencuat dari langit dan menghancurkan pabrik telur dengan seketika tanpa ada tanda-tanda
kapan bisa diprediksikannya tornado itu muncul.”

“Tapi kulihat, sepertinya hanya pabrik itu saja yang terkena dampaknya sedangkan di
area sekitarnya terlihat baik-baik saja.”

“Itu masih menjadi misteri.”

“Misteri?”

____________________________________________________

Sejenak aku menyibakkan ranselku yang aku gendong. Aku memeriksa dan
mengambil sesuatu di dalamnya.

“Kau sedang mencari apa? Kulihat kau selalu mengenakan ransel terus.”

“Seorang Rob tidak akan meninggalkan tasnya apapun itu alasannya.”  Bisa
menjawab tanpa sadar padahal tengah sibuk mencari-cari sesuatu.

“Rob?? Apaan itu? Apakah itu sejenis binatang melata?”

“Yapp! Kau kurang tepat!”. Seketika aku menemukan berkasnya. “Ahaaaa!! Ini dia!”

“Apa itu?? Sebuah koran?”

Aku menyebarkannya koran-koran tersebut di atas rumput.

“Hey! Jangan membuat kotor tanah padang rumput ini!”

“Aku malah khawatir domba-dombamu akan memakan koran-koranku menjadi


remah-remah kertas.”

“Mereka tidak akan memakan makanan yang sembarangan. Apalagi itu bukan
makanan.”

“Ini adalah koran edisi tahun 1985, 1990, 1995, dan 1997.”
“Lalu?”

“Ini adalah pecahan misteri.”

“Memang kau mendapatkannya dari mana?”

“Aku mendapatkannya dari laci milik bangsawan.”

“Bangsawan?”

“Ya, pemiliki rumah mewah tapi penghuninya nihil, cuma dua.”

“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan.”

“Coba lihat koran edisi tahun 1985 ini,”

“Ya, ada dua peristiwa berita.”

“Kau benar, Selain dari edisi tahun 1985 semuanya hanya memiliki masing-masing
satu peristiwa.”

“Di koran edisi 1985 bagian 1, tertulis ‘Mahakarya Bohlam’. Aku jadi mengingat
ruangan di rumah milik bangsawan itu.”

“Di koran edisi 1985 bagian 2, tertulis ‘Perekrutan terbesar, lowongan kerja
sebagai Agent Komersial’.”

“Di koran edisi 1990, tertulis ‘Teknologi Terbaharukan’.”

“Sepertinya edisi tahun 1990 itu berkaitan dengan koran edisi tahun 1985 bagian 1.”

“Tentu saja, selanjutnya di koran edisi 1995, tertulis ‘Bisnis Sukses! Pabrik Sepatu.
CV. A.M’??”

“CV. A.M?”

“Apa kau tahu?”

“Aku hanya teringat pada title yang bertuliskan CV. A.M pada pabrik telur sebelum
hancur oleh serangan tornado.”

“Apa kau yakin pabrik yang berdesain telur itu bukan penghasil sepatu??”
“Bodoh, tentu saja bukan. Aku adalah saksi lama yang mengetahui tentang pabrik
telur itu. Pabrik telur itu didirikan untuk mensejahterakan masyarakan desa ini yaitu dalam
memproduksikan aneka hasil ternak.”

“Di edisi 1997 kita akan tercengang dengan apa yang dialami oleh pabrik telur yang
hancur itu.”

“Koran edisi 1997 tentang peristiwa ‘Bisnis Sukses Season 2! Pabrik Telur’. Ini
dia!”

“Itu adalah tahun di mana aku berada di raga cangkang ini.”

“Apa maksudmu?? Oh iya, aku lupa. Isabella bilang usiamu kini tengah 24 tahun! Itu
artinya benar! Kau baru mulai ada pada tahun 1997!”

“...”

____________________________________________________

“Oh iya, apakah pada tahun 1997 kau dilahirkan oleh ayam raksasa ataukah awal-
awalnya kau hanya sebesar telur ayam biasa dan karena memasuki usia yang di luar normal
ukuranmu pun semakin membesar??”

“Aku, tidak pernah dilahirkan. Dan dari awal aku hidup sudah memang berukuran
segini.”

“Apa?? Apa kau serius?? Bisakah kau ceritakan bagaimana awal-awal kau melihat
dunia!??”

“Awal-awalnya hanya tiba-tiba saja aku hidup, itu saja.”

“Apa kau robot?”

“Apa itu robot?”

“Mahluk buatan yang terbuat dari mesin dengan sumber energi aliran arus listrik atau
biasa disebut ‘ROBOT’ Residents Official Board of Technology.”
“Aku bukan mahluk seperti itu, tubuhku 100% telur alami.”

“Jangan-jangan kau mutan!”

“Mahluk seperti apa lagi itu!??”

“Apakah dalam hidupmu pernah berlari?”

“Pernah, aku sering berlari. Saat menggiring puluhan bebek dan juga puluhan
domba.”

“Apa kau pernah tersandung?”

“Tentu saja, itu hal yang wajar. Di mana mata tidak tahu akan keberadaan batu kerikil
kadang aku sering terjatuh.”

“Apa jadinya jikalau kau jatuh?”

“Tentu saja kepalaku retak.”

“Retak!??”

Maksudmu sedikit lagi kau akan menjadi telur yang pecah dan menjadi telur
ceplok??

“Lalu bisakah kau memperlihatkan di mana bagian yang retak itu?”

“Sudah tidak ada.”

“Sudah tidak ada?? Maksudmu kau mengoleskan lem atau semacamnya??”

“Aku menghancurkan diri.”

WHAT THE!!

“Kau menghancurkan diri!?? Bagaimana ceritanya??”

“Cangkang yang sudah retak tidak akan berlangsung lama. Dan kesempurnaannya
telah berakhir. Dan saat retak, itu membuatku kurang percaya diri dan jika dibiarkan akan
tercium bau menyengat.”

“Jujur saja kau telah menghabiskan 24 tahun hanya dengan cangkang! Tapi kenapa
kau tidak pernah hancur atau tak bertahan lama seiring dengan lajunya zaman??”
“Ini adalah karunia Tuhan. Aku hidup berbeda dengan manusia. Aku tidak tahu
kenapa hanya mahluk yang berspesies seperti diriku saja di dunia ini yang tercipta, mungkin
ini sudah menjadi rencana Tuhan dan suratan takdir. Tapi sampai sekarang aku tidak tahu
tujuanku hidup untuk apa selain membantu para manusia dan bekerja."

Karunia Tuhan. Rencana Tuhan. Suratan takdir.. ya

“Kau benar. Maksud Tuhan memang unik dan penuh misteri.”

“Apa maksudmu? Apa kau juga merasa berbeda dari manusia yang lain?”

“Bukan seperti itu, aku 100% real manusia kok. Hanya saja aku adalah manusia yang
selalu mengharapkan kematian namun aku selalu gagal saat akan menjalani proses kematian
tersebut.”

“Kau benar-benar manusia yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan. Apa kau pernah
mencoba untuk menggantungkan diri? Bunuh diri dengan pergi ke rel kereta? Lompat dari
tebing?”

“Hey! Aku sama sekali tidak melakukan hal yang sebegitu nista seperti itu!! Aku
mencari kematian dengan cara yang lain. Yaitu dengan cara yang mulia.”

“Cara yang mulia? Mati demi orang lain?”

“Begitulah..”

“Sebenarnya apa tujuanmu hidup?”

“Tujuanku hampir sama denganmu. Aku juga ingin berguna bagi manusia. Tapi yang
dipertanyakan, berguna bagi manusia yang seperti apa?? Aku tidak tahu pasti dengan seluruh
hati manusia. Aku hanya takut salah persepsi. Tapi hanya satu tujuan terbesar dalam hidupku,
yaitu mencari tahu tentang misteri yang disembunyikan oleh dunia ini.”

“Aku menyukai tujuanmu. Dan aku pun juga merasa begitu, merasa ingin tahu apa
yang sedang terjadi di dunia ini. Dan pertanyaan terbesarnya kenapa aku yang hanya mahluk
secangkang telur bisa hidup?”.

“Mungkin itu sudah suratan takdir yang seperti kau bilang.”

“Terdengar sangat konyol sih, tapi kau benar!”


ARC 1 : FARM SWEET 5

Aku kembali mengumpulkan koran-koran yang kuserakan tadi di atas permukaan


padang rumput. Aku mulai memungutnya. “Jadi dari ke-4 koran ini yang ada
hubungannya dengan yang ada di desa ini hanya koran yang terakhir, ya. Edisi tahun
1997.”

“Untuk apa kau mengumpulkan data yang rancu dan mungkin bisa dikatakan seperti
pecahan yang tak berkesinambungan.”

“Sudah kubilang, aku ini sangat penasaran dengan apa yang disembunyikan di balik
dunia ini. Aku ingin menguakkan misteri lama yang tak pernah terpecahkan.”

“Sebenarnya aku sedikit tahu tentang berkaitannya dengan koran edisi tahun 1985 dan
edisi tahun 1990.”

“Maksudmu tentang teknologi? Kau serius? Bisakah kau beritahu aku?”

“Aku hanya dengar sedikit dari Papa Chick. Papa Chick meraih kesuksesan selama 20
tahun itu karena ada seseorang di balik layar yang bekerja sama dengannya.”

“Seorang yang di balik layar? Membantunya untuk meraih kesuksesannya.”

“Ya. Kesuksesan bersama.”

“Siapa dia?”

“Aku kurang tahu. Hanya Papa Chicklah yang mengetahui tentangnya. Konon orang
itu adalah seorang yang sangat jenius di dunia. Dia yang merancang tentang struktur pabrik
telur. Awal kerjasamanya karena bermula dari antara mereka yang memiliki beberapa
kelebihan potensi. Papa Chick adalah seorang ketua desa yang memiliki lahan luas
peternakan dan dia sangat berpotensi dalam hal masalah kemajuan bisnisnya dalam ternak.
Sedangkan Orang itu memiliki potensi di atas angin, yaitu menciptakan aliran listrik. Dan dia
mampu menggerakkan mesin teknologi untuk mempercepat laju proses kinerja pada gigi
gerigi turbin milik bisnis Papa Chick.”

“Dia sangat jenius. Sepertinya title berinisial CV. A.M ada campur tangan namanya.”
“Oh ya! Kau benar! Inisial ‘M’ itu mengingatkan aku pada nama depan Papa Chick.”

“Oh! Siapa?”

“Manfred..”

“Manfred?”

“Ya. Manfred Chicken.”

“Pasti inisial ‘A’ adalah milik orang itu.”

“Sepertinya untuk lebih menggali informasi yang lebih dalam lagi bisa kita tanyakan
pada Papa Chick langsung.”

“Kau benar.”

Bocah telor itu pun berdiri dan mencoba untuk meraih sesuatu benda yang tak dapat ia
jangkau.

“Kau sedang apa?”

“Bisakah kau membantuku?” Sambil melompat-lompat di bawah dahan beringin yang


rindang. “Hup-hup”.

“Apa yang sedang kau raih?” Aku mulai penasaran dan melirik ke atas dahan
beringin. Ya, aku melihat kain syal berwarna merah yang terlilit di dahan ranting pohon.

“Syal?”

“Ya, itu kepunyaanku.”

“Kau diam disini. Aku akan mengambilkannya untukmu. Pegang koran-koran ini dan
jangan lupa masukkan kembali ke dalam tas.”

“Baik.”

Aku mulai memanjat ke pohon untuk mengambil syal merah itu.

“Apa kau kedinginan pada malam hari? Hingga mengenakan syal ini? Harusnya
cangkang yang berusia sudah menempuh 24 tahun itu sudah kebal dengan segala cuaca
dingin. Apakah syal ini sangat berarti bagimu?”
“Ya. Sangat berarti sekali. Itu adalah peninggalan dari sahabatku.”

“Sahabatmu?”

“Ya. Dia seorang wanita.”

“Apakah dia seorang dokter hewan gila itu?”

“Oh ya, kau benar. Farma juga adalah sahabatku. Tapi pemberi syal ini adalah sosok
lain. Dia orang yang lebih tua dari pada Farma.”

“Orang yang lebih tua dari Farma?”

“Ya. Dia orang tuanya Farma.”

“Oh iya, ngomong-ngomong sejak dari awal aku berada di sini aku belum pernah
menemui ibunya.”

“Jangan bercanda. Ibunya itu sudah lama mati.”

“Ah? Kau serius?”

“Itu berlangsung tepat sebelum hari kehancuran pabrik telur itu oleh serangan
tornado.”

“Berlangsung kematiannya?”

“Benar. Hingga sampai ini. Aku masih tidak merelakan atas kematiannya. Itu
menyimpan luka dalam dan sangat menyiksaku.”

Karena mendengarkan bocah telur aku bergelantungan lama di atas dahan pohon
(padahal sudah dapat syalnya dari tadi). Aku pun mulai hendak turun.

“Siapa pelaku yang membuatnya sampai kehilangan nyawa?”

“Dia.. Seorang pengusaha yang sangat kaya raya.”

Pengusaha kaya? Sudah kuduga. Lagi-lagi bersumber dari kalangan mereka.

____________________________________________________
“Bagaimana cara si pengusaha kaya itu menghilangkan nyawanya?”

“Dia menembakkan peluru dari arah belakang dengan menggunakan pistol saat
ibunya Farma tengah melarikan diri dari kejarannya.”

“Sialan. Itu adalah perbuatan dan tindakan hal yang paling pengecut. Katakan apakah
dia pria atau wanita?”

“Dia seorang pria yang sangat gemuk berbadan gumpal tapi pendek. Dia sangat licik.”

“Di mana sekarang keberadaannya.”

“Dia adalah seorang penguasa di daerahnya, daerahnya bernama pulau Goldwines.”

Pulau Goldwines..?

Tenang saja. Aku akan mencari tahu lebih dalam lagi tentangnya. Aku akan memberikan
beberapa pembalasan setelah apa yang dia lakukan terhadap orang-orang yang dia sakiti.”

“Apa kau serius?? Kuberitahu padamu. Dia adalah orang yang sangat bengis dan
kejam. Dia membawahi banyak bodyguard yang sangat terlatih. Dan pula daerahnya pun
sangat elit dan besar. Orang-orang semut seperti kami tidak akan dapat menumbangkan
seekor gajah.”

“Siapa bilang. Sekeras apapun kulitnya. Tetap saja ada bagian yang mungkin sangat
lembut untuk kita gigit dan kita serang. Kau tahu apa itu nama bagiannya?”

“Apa dalam belalainya?”

“Ya. Tepat sekali.”

“Kulihat kau sangat beroptimis sekali. Apa kau yakin dengan apa yang kau ucapkan?”

“Hey, mana ada telinga yang telah mendengarkan suara jeritan seorang wanita yang
kesakitan dan lalu hanya diam saja! Aku sudah bersumpah pada diriku sendiri untuk
memberikan pertolongan khususnya kepada anak-anak, wanita dan juga orang tua. Dengar.
Seorang pria sejati tidak akan mundur dari pendiriannya dan juga tekadnya. Pria sejati akan
selalu maju ke depan walau menghadapi rintangan sebesar apapun itu. Aku tidak peduli
meskipun aku harus mati dalam medan perang. Yang hanya ingin aku capai, cukup membuat
perubahan walau cuma 1% kemungkinan kita berhasil.”

“Kau benar. Aku sangat kagum denganmu. Dan sebelumnya aku minta maaf karena
pada waktu itu aku telah menganggapmu sebagai seorang pria yang sangat tidak baik.”

“Tak masalah, kawan. Itu adalah hakmu dalam menilai dan memutuskan apakah aku
ini baik atau buruk. Itu sudah biasa. Dan asal kau tahu dari mana aku mendapatkan tas ransel
itu dan beberapa isi benda di dalamya termasuk koran-koran itu?”

“Memang kau dapat dari mana? Bukannya dari bangsawan yang seperti kau bilang?”

“Ya, kau benar. Aku mendapatkannya dari seorang bangsawan tapi caraku
mendapatkannya dengan cara mencuri dari bufet lacinya.”

“Kau mencurinya??”

“Ya. Itu memang pekerjaanku menjadi seorang Robbers. Baik atau buruknya
pekerjaanku, kau dapat memutuskan untuk menilainya sendiri.”

Aku berjalan ke arah Bocah Telor dan memberikan syal merahnya. “Ini syalmu.
Walaupun aku ini seorang Robbers aku tidak akan pernah mencuri barang yang mungkin
sangat berarti bagi pemiliknya. Karena aku lebih cenderung mengertikan dan menjaga
perasaan ketimbang merusaknya lalu pergi.”

“Terimakasih. Ini tas ranselmu. Aku sudah memasukkan semua koran-korannya.”

“Baik. Sepertinya kita harus bergegas pergi untuk makan siang.”

“Kau benar. Tapi tunggu. Ada sesuatu yang ingin aku bagi padamu.”

“Ah? Apa itu?”

“Kau adalah orang nomor 5 yang aku kategorikan sebagai orang yang sangat
mengertikan perasaan orang lain.”

“Orang kelima? Itu artinya Isabella juga?”

“Tentu saja. Aku juga sangat mempercayainya.”

“Oh kukira, kau telah memandanganya dengan sebelah mata.”


“Jangan salah sangka. Aku sangat sensitif dalam mengertikan perasaan orang lain.
Karena aku ini cangkang.”

“Haha. Ya, karena cangkang itu mudah retak. Makanya sangat hati-hati dalam
mengertikan perasaan orang lain, bukan?”

“Mmm.... Iya, kurasa seperti itu.”

“Tapi, waktu itu kau benar-benar membuatku cepat naik emosi.”

“Maafkan aku. Aku hanya kaget saja tiba-tiba kau datang padaku dengan tatapan
sorot mata yang tajam.”

“Oh? Begitukah? Kupikir awal-awal aku menemuimu sudah terlihat ramah.”

Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan seorang bocah telor. Kami berdua
mensudahi perbincangan dengan bersama-sama menggiring sekumpulan domba ke
kandangnya sebelum akhirnya pergi untuk makan siang.
ARC 1 : FARM SWEET 6

Kami berdua, maksudku dengan Bocah Telur. Pergi ke dalam gudang besar yang
isinya hanya tumpukan jerami yang sudah dibentuk menjadi kubus dan biasa mereka gunakan
untuk sebagai sarana fasilitas tempat duduk dan meja.

Sialan. Perjamuannya telah selesai. Kami benar-benar sangat terlambat makan


siang.

Tapi untungnya, Bocah Putri Bangsawan curian terbesarku sungguh sangat


pengertian. Dia menyimpan beberapa hidangan makanan khusus untuk kami berdua.
Walaupun sudah melar, sih. Karena lauk pauk menunya adalah sup.

Di dalam gudang hanya ada Isabella, dokter hewan gila (Maaf, maksudku Farma),
dan juga orang tua pembawa sekop (Namanya Papa Chick atau apalah!).

“Hey! Nak, dari mana saja kalian! Lama sekali! Kudengar kau yang membujuk Nak
Egg untuk mengajaknya makan siang bersama, kata Nak Bella. Apakah sesulit itu
membujuknya hingga memakan waktu yang lama?”

“Ya, tepat sekali. Aku mengalami kesulitan besar untuk membawanya kemari. Karena
dia Si Cangkang Telur, makanya aku harus membawanya secara hati-hati agar tidak retak.”

“Hwahaha! Leluconmu bagus juga.”

“Leluconmu itu membuatku hampir tak bisa menahan isi kuning-kuningku.”

“Maksudmu kau hampir meledak!?”

“Hahaha.”

“Hwahaha!”

“Memangnya kapan terakhir kau hampir akan meledak dan memuncratkan seisi
kuning telurnya hingga berubah menjadi telor dadar omelet!?”

“Hwahaha!”

Semua orang seisi gudang hanya dapat tertawa mendengar si bocah telur yang
kupermalukan atas semua lelucon-leluconku.
“Oh iya, aku baru sadar setelah sekian lama akhirnya aku dapat melihat ekspresi
senangmu, Nak Egg.”

“Ya, benar. Tak biasanya kau ikut terbawa ketawa padahal ada orang lain yang tengah
menertawakanmu dan sedikit memberikan lelucon nakal.” Kata Farma.

“Ah? Memangnya kenapa? Apakah Si Tuan Cangkang ini baru terlihat bisa tertawa
setelah sekian lama menjadi telur??”

“Hwahaha! Si Tuan Cangkang, katanya! Hwahaha.”

“Ya, Aku yang sebagai sahabatnya saja baru pertama kali ini melihatnya tertawa dan
gembira.”

“Hey Nak Egg. Bagaimana bisa lelucon murahan milik Si Pria mati suri itu dapat
membuatmu tertawa? Padahal dia tengah menertawakanmu dengan semua leluconnya?
Bukankah kau memiliki kepribadian yang sangat sensitif dengan turur kata?”

“Papa Chick menyebutnya si pria mati suri?? Eggegegege!”

“Wahh, dalam hidupku baru dengar tertawa yang seperti itu, sangat langka sekali.”

“Aku tidak tahu entah kenapa aku bisa sesenang ini dengan semua limpahan
leluconnya. Hanya saja aku merasakan ada arti dan maksud yang berbeda dari pembawaan
leluconnya. Aku tahu dia tidak sedang benar-benar mencoba untuk merendahkanku,
melainkan dia mencoba untuk membuatkanku terhibur, tertawa dan juga orang-orang
disekitar pun ikut senang. Seperti Papa Chick bilang tadi, Papa menyebutnya ‘Si Pria Mati
Suri’ sontak aku hanya melihat reaksi penerimaan lelucon yang sangat tulus dari raut
wajahnya tanpa ada rasa marah ataupun merasa dilecehkan. Dia menganggapnya biasa-biasa
saja.”

“Hey, memang begitulah lelucon itu. Menertawakan orang lain tanpa ada maksud atau
ujaran kebencian apapun. Yang terpenting kita semua tertawa, bukan?? Apakah di sini hal
seperti itu sangat tabu?”

“....”

“Apakah benar demikian?”

“Mungkin yang kau katakan ‘tabu’ itu benar Nak mati suri.”
“Pffffttttt!! Eggegegege!”

“Mungkin semua itu berawal dari kami yang mengalami trauma yang sangat
mendalam.”

“Trauma yang sangat mendalam?? Maksudmu mengenai tentang lelucon??”

“Tidak juga, dan di antara kami orang yang sangat paling terpukul dan tersakiti adalah
Nak Egg. Dia sampai menghabiskan masa 3 tahun terakhirnya tanpa sedikit pun seringai
senyum.”

“Lagian kau ini hanya cangkang, tak perlu senyam-senyum segala juga tak apa.
Banyak berlagak tingkah sekali kau.” Kataku sambil menggertakkan gigi.

“Pfffttt Eggegegege!”

“Sekarang aku merasa terhantui oleh cara tertawamu.”

____________________________________________________

“Dan apakah kau bisa menjelaskan dari mana kau bisa berubah seperti dulu lagi, Nak
Egg??”

“Aku tidak tahu akan menjelaskannya dari mana. Hanya saja aku mendapatkan
pelajaran yang berharga dari beberapa orang asing.”

“Orang asing?? Orang asing yang mana?”

“Tentu saja orang asing mereka berdua.”

“Mereka berdua? Maksudmu Nak Bella dan Nak Mati Suri?”

“Ya, Papa. Itu berawal dari Bella. Sewaktu pertama kali bertemu entah kenapa aku
langsung tertarik untuk menerima curahan hatinya. Dia berbicara mengenai arti kehidupan.
Dia bilang dia baru pertama kali keluar dari rumah dan melihat langsung dunia dengan
matanya dan sontak itu membuatku terkejut dan sangat menantang untuk memberikannya
ribuan pertanyaan entah mengapa masa mudanya dikekang hampir selama 20 tahun. Aku
sangat mempercayainya, dia bilang dia adalah seorang wanita yang cacat, penuh dengan
ketidakmampuan. Matanya buta... Mulutnya bisu... Telinganya tuli... Dan raganya yang
lumpuh... tapi di balik itu semua, matanya buta karena dia tidak pernah melihat hal-hal yang
yang kurang baik atau tidak sedap dipandang, mulutnya bisu karena dia tidak pernah
mengucapkan hal-hal yang kotor dari mulutnya seperti berkata kasar atau membicarakan
orang lain dari belakang, telinganya tuli karena dia tidak pernah mendengarkan kata-kata
yang kasar atau kurang baik didengar, dan raganya lumpuh karena dia selama hidupnya tidak
pernah ke sana kemari ataupun menginjakkan kaki di tempat yang kurang terpuji.”

Itulah kata-kata intro awal yang aku salin dari Bocah Telor.

“Wahh. Itu sangat luar biasa! Baru pertama kali aku mendengar gadis belia seperti itu.
Lalu bagaimana dengan pernyataanmu tentang pertama kali bertemu dengan Nak Mati Suri?”

“Itu lain cerita. Awalan ketemu, aku langsung sontak tidak menyukainya karena
penampilannya yang agak kasar dan kumel.”

“Hwahaha! Terang-terangan sekali.”

“Dasar payah, padahal sewaktu awal aku sudah berpenampilan ramah sedemikian
rupa.”

“Lahh.. penampilan ramah dari mana!?? Tampang sangar seperti itu kayak penjahat.
Hwahaha!”

“Heyy! Diam! Jangan ketawa Paman Sekop!”

“Pffftttt!! ‘Paman Sekop’ katanya!! Eggegegege!”

“Dia memang satu-satunya dari beberapa anak-anakku yang paling pembangkang,


dasar anak tak tahu diri, pendurhaka.”

“Heyyy!! Sejak kapan kau mengasuhku! Memangnya aku ini anakmu!? Enak saja
main klaim adopsi!”

“Hahaha” Seluruh seisi ruangan pun pada ketawa mendengar logat lucu dari lelucon-
leluconku yang murahan.

“Tapi di balik kata-kata yang mungkin terdengar kasar dan seperti orang yang tidak
memiliki hati ataupun perasaan...” Lanjut Bocah Telor.
“Memang seperti itu, Nak Egg.”

“Dasar Orang tua durhaka!”

“Hey! Mana ada orang tua durhaka terhadap anak!”

“... Dia memiliki sisi yang sangat paling sensitif dalam memahami situasi dan
perasaan orang lain. Aku melihatnya seperti aku melihat orang yang telah pulang dari misi
penjelajahannya yang membawa segudang pengalaman dan wawasan yang luas. Dan itu
berkebalikan dengan Bella. Bella yang terlalu polos layaknya kertas putih dan dia yang
terlalu kotor layaknya kertas yang telah ternodai oleh banyaknya tinta hitam.”

“Kok bisa aku diibaratkan sebagai terlalu kotor dan kertas yang telah ternodai??”

“Orang yang berpengalaman banyak sepertimu pasti mengerti tentang kesimpulan apa
yang telah aku maksudkan.”

“Aku kan pura-pura nanya. Ya, kan tidak seru.”

“Noda itu berasal dari pengalaman yang kau dapatkan sendiri selama misi
penjelajahan. Banyak hal yang kurang mengenakkan dan kekejaman akan kegelapan yang
kau dapatkan. Tapi itu semua kau jadikan sebagai bahan pelajaran hidup akan perjuangan.”

“Bagaimana kau bisa tahu hingga sampai sejauh itu?”

“Aku tahu dari sorot matamu yang tajam. Banyak sekali hal yang terjadi mulai dari
tindak kejahatan, kekerasan dan ketidakadilan. Aku melihat semuanya dari indera
kesensitifanku. Meskipun begitu, walaupun memikul beban yang berat kau selalu tampil
rileks santai dan selayaknya seperti orang yang tidak memiliki tekanan dan masalah apa-apa.”

“Memangnya apa gunanya mengaplikasikan rasa gelap seperti itu pada penampilan
dan jalan hidup? Jadilah diri sendiri. Walaupun menjadi orang jahat, baik buruknya siapa
yang tahu?? Bukan?”

“Kau benar. Dan itu kudengar lebih mulia dari pada kelihatannya baik di mata orang
tapi di belakangnya busuk ataupun tak bermoral.”

“Tapi yang namanya penjahat memanglah penjahat! Bukan? Tak ada kata ampun bagi
seorang penjahat, Nak.”
“Sialan! Gara-gara terlalu banyak berbincang akhir-akhir ini aku sampai lupa
memakan sesuap nasi. Sebentar aku mau makan dulu!” Kataku memakan beberapa suap nasi.

“Lahh, emang dari tadi kau tidak berbincang sambil makan??”

“Hwahaha!”

“Papa, aku tidak tahu yang dimaksudkannya itu benar apa salah. Tapi melihat dunia
yang sekarang sepertinya kalimat “Penjahat tetaplah penjahat” adalah suatu kalimat yang
dapat kita uraikan menjadi beberapa bagian yang mengandung hal yang baik.”

“Mana mungkin dari kejahatan timbul butir-butir kebaikan.”

“Nyam.. Nyam! Kau benar Paman Sekop! Kejahatan tetaplah kejahatan dan tidak ada
hubungannya dengan kebaikan.”

“Tapi itu semua tergantung dari sikap sampai mana kita dapat menilainya, bukan??”
Balas Bocah Telor

“Hmm.. Kau terbaik. Nyamm nyamm.”

“Tapi Nak, seorang penjahat apapun itu, walaupun melakukan kejahatan demi
kebaikan tetap saja dia tidak mau menerima rasa simpati dan kebaikan dari orang lain. Dan
mungkin itulah maksud Papa, kenapa orang jahat tetaplah penjahat. Karena dia menolak rasa
pujian ataupun kebaikan dari orang lain. Kejahatannya adalah kegengsiannya.”

“Ah! Kau ngomong apa Paman Sekop!”

“Diamlah! Dan tetap fokus makan!!”


ARC 1 : FARM SWEET 7

“Oh iya, Papa. Apakah Papa masih ingat dengan nama orang yang telah bekerja sama
membangun pabrik telur yang memiliki nama CV. AM?”

“CV. AM?”

“Ya. Papa.”

“Comanditaire Venotschap. Ace Manfred.”

“Ace?”

“Ya. Dia adalah orang yang sangat dermawan dan memiliki segudang mahakarya.
Mungkin segudang saja tidak dapat melukiskan kejeniusannya melainkan lebih tepatnya
adalah layaknya sekubah bumi.”

“Wahh.. Celestial Spheres!”

“Ada perlu apa kau mencari tahu tentang pabrik telur yang sudah hancur itu?”

“Oh. Tidak bukan aku. Hanya saja pria ini ingin tahu tentang siapa di balik nama
inisial ‘A’. Dia adalah orang yang memiliki hobi mengumpulkan teka-teki misteri. Di tasnya
memiliki banyak lembaran koran edisi lama dan juga peralatan seperti perkakas, senapan tali,
dan.. Fitting lampu yang terbuat dari emas?”

“Hey, jangan ngawur. Mana mungkin aku memiliki benda semahal itu. Aku ini
miskin.”

“Oh. Jadi kau pengumpul data atau informasi!!”

“Mmm!!?”

Seketika suasana hening. Mata Paman Sekop melotot tajam ke arahku. Aku tidak tahu
jelas apa yang ada di dalam pikirannya. Yang pasti yang terlintas adalah ‘pengumpul
data=>penyadap data=>pencuri data. (Penjara)’
Sialan! Di dalam suasana seperti ini, aku tengah makan. Masa iya harus segera
langsung lari kabur. Belum lagi aku membawa Isabella.

“Be-Benar.”

“BENAR!!!?”

“Bi-Bisakah kau tu-turunkan sekopmu..?”

“PAS SEKALI!! Kau adalah sang pemecah misteri dan pengumpul data!”

Eeh??

“Aku memiliki banyak koran usang. Dan aku yakin itu pasti sudah lama sekali. Dan
jujur saja aku kurang mengerti dengan maksud pembawaan dari isi koran-koran tersebut.”

“Itu artinya kau payah Paman Sekop. Koran itu cukup dibaca isinya lalu dengan
sendirinya kau pun nanti akan langsung mengerti apa maksud dari isinya.”

Seketika Paman Sekop menodongkan ujung lancip sekopnya dengan jarak kurang
lebih 8 cm dari arah hidungku.

“Bukan itu masalahnya..”

“Ah? A-Aku minta maaf. Kita bisa jelaskan masalah ini dengan baik-baik..”

“Kau tahu apa masalahnya!!”

“Ah, iya.. Apa itu?? A-Apakah isinya terdapat ada tulisan huruf Retronegliphnya?

“AKU.. TIDAK BISA... MEMBACA...”

WHAT THE!!

____________________________________________________

“Pa.. Paman, Paman Sekop. Bisakah kau turunkan mata sekopnya?? Kotoran yang
menempel di badan sekop berjatuhan di atas makananku. Dan kini aku jadi tak berselera
untuk melanjutkan makan.”
“Oh! Maaf. Kau bisa mengambil nasi yang baru.”

“Itu tidak perlu. Jika ini dibuang akan sangat disayangkan, sedangkan di luaran sana
banyak sekali orang-orang yang kelaparan. Aku akan membersihkannya dan memasukkan ke
kantung untuk makan sore nanti. Hari ini aku sudah kenyang.”

“Untuk sore? Nanti sore kalian bisa makan bersama lagi.”

“Maaf, untuk hari ini aku tidak bisa menggantungkan hidupku dan menyusahkan
kalian lagi. Sudah habis waktuku tinggal di sini. Aku memiliki banyak hal yang harus aku
lakukan.”

“Nak Bella, ditinggal?”

“Tentu saja tidak. Dia akan ikut bersamaku. Karena dia adalah tanggung jawabku.”

“Ya. Kata Bella, pertama kali dalam hidupnya, ada seorang pria yang membawa
dirinya ke dunia luar.” Kata Mr. Egg.

“Maksudmu dia adalah pria yang membawanya keluar dari rumah??”

“Benar.”

“Itu adalah tindak kriminal.”

“Ah bagaimana bisa, Papa?”

“Karena dia membawanya tanpa seijin seorang ayah.”

“...A-Apakah kau sempat ijin?”

“Oh, maaf tidak. Waktu itu situasinya sedang terdesak. Jadi aku tidak punya waktu
untuk melakukan hal itu. Oh iya, ngomong-ngomong untuk beberapa pertanyaan yang ingin
kau tanyakan tentang seputar informasi di dalam isi koran??”

“Oh! Iya aku hampir lupa. Aku menyimpan beberapa koran edisi lama dan mungkin
bisa dikatakan sudah berdebu karena sudah lama tak terjamah setelah sekitar kurang lebih 17
tahun yang lalu. Tunggulah di sini. Aku akan mengambilnya.” Paman Sekop pun bergegas
untuk beranjak dari tempat duduk jeraminya.
“Oh! Maaf tunggu sebentar Paman. Apa kau barusan mau mencari ini??” Aku
mengeluarkan 4 lembar gulungan koran dari dalam bajuku.

“Ah iya itu benar! Tapi, kok bisa koran-koranku berada di dalam bajumu??”

“Hehe, maaf. Aku sempat mengambilnya di lemari rak obat-obatan sebelum keluar
dari kamar rawat.”

“Kau mencuri, ya!”

“Hey, aku bukan mencuri. Tapi aku cuma memungutnya karena aku pikir koran-koran
ini sudah tidak digunakan lagi dan sudah ketinggalan zaman.”

“Oke-oke, baiklah. Pencuri ya tetap pencuri.”

Aku pun menaruh koran-koran itu ke atas meja jerami. Tekstur bahan kertasnya sudah
lepek, berbeda dengan koran-koran yang aku dapatkan di bufet milik bangsawan itu. Koran
milik orang kaya itu beraroma plistur kayu, walaupun usianya sangat tua tapi awet entah
karena mungkin sudah terlalu lama tersimpan di dalam bufet. Sedangkan koran yang baru aku
dapatkan ini beraroma sangat menyengat, banyak tumpahan cairan obat yang menetes di
beberapa sudut dan bagian tengah koran. Ditambah lagi karena berdebu tidak terawat, warna
kertas dan tulisannya pun berwarna sedikit memudar buram kecoklatan.

“Apa kau serius Paman, kau belum bisa membaca?”

“Hey, Nak. Aku ini hanyalah seorang yang lahir dengan takdir gembala. Aku jauh
dari media percetakan seperti tulisan yang ada di koran-koran itu.”

“Kalau begitu. Harusnya kau meminta putrimu Farma untuk membacakannya. Kulihat
dia adalah seorang dokter hewan sekaligus dokter di desa ini. Pastinya dia memiliki
pengetahuan yang sangat luas.”

“Itulah masalahnya. Farma pun sama denganku. Dia tidak dapat membaca. Dia dapat
melakukan pekerjaan layaknya seorang dokter karena dia hafal dengan semua resep-resep
yang diajarkan oleh ibunya. Tapi hanya ada satu kelemahan, yatu tidak dapat mengenali
huruf penulisan, membuatnya kesulitan dalam menerima produk obat yang masuk ke desa,
ditambah lagi semakin ke sini nama-nama obatnya semakin banyak.”
Oh.. jadi itu masalahnya yang membuat pas pada waktu itu Isabella bilang, Farma
nyaris salah memberikan suntikan padaku. Jadi bukan karena Farma sulit membedakan obat
hanya karena alasan kacamatanya jatuh.

Seketika aku melirik ke Isabella. Isabella hanya tersenyum, yang mensiratkan dia
mengerti apa yang barusan aku pikirkan mengenai pada waktu lalu. Pingsan.
ARC 1 : FARM SWEET 8

“Oh. Begitu. Baik aku akan membacakannya.”

“Koran edisi tahun 2002. ‘Zaman Keemasan’”

“Zaman keemasan?” Manfred Chicken.

“Apa kau mengerti? Papa?” Mr. Egg.

“Aku akan mencoba ingat-ingat pada tahun itu, sebentar.”

“Baik, paman coba mengingatkan lagi ada suatu peristiwa apa yang terjadi pada tahun
2002, sembari paman ingat-ingat aku akan melanjutkan membaca beberapa koran lainnya.”

“Koran edisi tahun 2004. ‘Zaman Alkohol Ungu’”

“Isi korannya terdengar sangat tidak jelas. Apakah tidak ada artikel lengkap yang
tertulis pada koran tersebut? Semisalnya tertulis di bawah nama judul peristiwa??” Kata
Isabella.

“Koran model ini memang seperti ini. Siapapun yang membaca dari isi korannya
tidak akan merasa puas dan memilih untuk membuangnya. Tapi tidak menurutku, aku malah
tertantang dengan isi teka-teki selebaran koran-koran ini.”

“Untuk apa menyebarkan koran rancu, kalau isinya tidak dapat dipahami oleh orang-
orang yang membacanya. Bisa saja ada beberapa orang-orang dulu yang iseng membuat
koran dan menyebarkannya secara tidak melalui tahap editor.” Kata Farma.

“Hanya ada beberapa hal yang harus kalian tahu. Koran ini resmi. Koran ini dicetak
dari percetakan milik pemerintah. Pemerintah tidak akan seteledor itu dalam menangani
masalah hal percetakan seperti ini. Karena mereka membawa nama besar pemerintah,
contohnya logo ini.”
LOGO
GOVT

“Ah? Logo?”

“Logo berbentuk seperti huruf M yang diapit oleh sepasang sayap yang di
atasnya ada simbol api. Dan logo ini sama persis dengan logo yang terdapat pada kulit
dahi kepalaku.”

“Benarkah??”

“Aku tidak bicara sembarangan.” Tanganku sambil menyibak rambut depanku ke


atas.”

“Woahh! Itu tato. Dan iya benar! Logo itu sama persis dengan tato yang terdapat pada
dahi kepalamu.”

“Itulah mengapa aku tak anggap remeh dengan semua selebaran koran-koran ini. Ada
beberapa alasan yang membuatku ingin cepat memecahkannya karena keingintahuan rahasia
di baliknya. Yaitu, ada rahasia dan maksud apa kenapa tato di kepalaku sama persis dengan
logo koran ini, apakah ada kaitannya? Lalu kenapa koran-koran itu terlihat rancu? Apakah
ada beberapa rahasia yang disembunyikan? Dan walaupun rancu beberapa koran penulisan
tahunnya saling berkesinambungan. Itu artinya koran-koran ini terbit setiap beberapa tahun.”

“Ya, kau benar. Aku berasumsi, sepertinya para pemerintah selalu melakukan
tugasnya dengan baik.”

“Dengan baik? Apa maksudnya? Isabella?”

“Pemerintah adalah dewan-dewan yang mengelola rakyatnya sendiri. Setiap kegiatan


yang dirancang oleh pemerintah harus selalu ada bukti yang harus disaksikan oleh segenap
rakyat, contoh buktinya seperti koran-koran tersebut.”

“Tapi sepertinya bukti-bukti itu sengaja dibuat rancu oleh pihak-pihak dewan bagian
kelicikan.”

“Hey. Emang ada dewan dengan nama begitu?” Kata Farma.

“Ini mulutku, terserah aku mau bilang apa. Jadi intinya, pemerintah tetap selalu
melakukan tugas tanggung jawabnya dengan mengedarkan bukti, tapi bukti yang dibuat tidak
seratus persen akurat dan juga sepertinya dari pihak dewan pun tidak menginginkan para
rakyatnya pun tahu mengenai arsip bukti secara lengkap.”

“Nah! Iya itu intinya!” Isabella.

“Selanjutnya, koran edisi tahun 2006. ‘Penampungan Tunai’”

“Apakah itu semacam seperti penyimpanan uang. Celengan?”

“Tepat sekali. Tapi penampungan ini memiliki bentuk yang sangat besar hingga
sampai sebesar 4x lipat rumah biasa. Bank.”

“Bank? Apa itu Bank?”

“Ah. Kau pun tak tahu Bella?”

Tentu saja dia tidak tahu, kan yang hanya dia tahu cuma seisi kamar tidur saja.

“Bank adalah tempat penyimpanan uang. Dengan menyimpan uang di Bank maka
uangmu akan aman. Tapi karena kau menyimpan uang di Bank maka uangmu tidak akan utuh
total seperti semula, ada potongan tagihan perbulan untuk biaya keamanan.”

“Mengapa harus disimpan di Bank kalau disimpan sendiri bisa?”

“Mungkin orang berpikir jika menyimpan uang sendiri kalau-kalau suatu saat
uangnya akan hilang ataupun dicuri. Tapi dengan menyimpannya di Bank uangmu akan
aman, kecuali jika tiba-tiba ada beberapa sekumpulan perampokan bank, maka uangmu
benar-benar hilang dan Bank akan menggantikan kerugian uang yang hilang. Hakikatnya
uang yang saat ini adalah back up emas. Uang itu adalah cuma akuitansi. Jadi mereka hanya
menyimpan emas di Bank dan bank memberikan akuitansi uang sebagai bukti bahwa emas
yang kau simpan di Bank adalah betulan milikmu.”

“Tapi walaupun begitu, orang-orang yang menganggap Bank adalah tempat teraman
untuk menyimpan uang. Bagiku itu adalah salah. Bank-lah tempat yang tidak aman untuk kau
meyimpan uang. Karena setiap kau menyimpan uang di bank, pada waktu itu juga dan saat
kau keluar dari pintu Bank dan kembali lagi masuk ke Bank karena berpikir ‘aku sepertinya
memerlukan dana yang sangat banyak untuk beberapa keperluan’ dan kau berencana untuk
mengambil uang yang barusan kau simpan itu ke Bank. Aku jamin kau tak akan dapat
mengambil semua uang-uangmu. Walaupun bisa ambil paling kau hanya mendapatkan
beberapa persennya.”

“Serius. Membahas tentang Bank. Kau sangat interaktif sekali. Aku benar-benar
takjub. Tapi masalahnya aku sama sekali benar-benar tidak mengerti apa yang telah kau
sampaikan.” Farma.

“Isabella?”

“Ya, aku sedikit mengerti. Dulu aku pernah membaca buku milik Ayah mengenai
perbankan. Tapi pada usia 9 tahun. Hehe..”

“Dasar.”

________________________________________________________

“AHHHAAA!! BARU INGAT!”

Sontak teriakan Paman Sekop membuat kami yang berada seruangan terkaget luar
biasa. Kalo seumuran sih penginnya langsung ditempeleng.

“Apa yang baru Paman ingat? Mengenai peristiwa ‘Zaman Keemasan’ yang terbit dan
diedarkan pada tahun 2002??”

“AKU BARU INGAT!! ITU TAHUN KELAHIRAN PUTRIKU!! FARMA!!”

“Eeeehhhhhh??”

“Pa-Papa ini bicara apa! 2002 bukanlah tahun kelahiranku. Apakah Papa sudah lupa.
Tahun kelahiranku yang benar adalah tahun 2003.” Farma.

“AH! Benarkah?? Spertinya Papa sudah benar-benar pikun.”

“Eggegegege.. Ini minum. Wajahmu berubah menjadi merah padam. Pasti kau haus.
Eggegegege.”

“BUKAN HAUSSS!! TAPI KEESSELL! CEPLOK!”


“CEPLOK???? PFFFTTTT!! EGGEGEGEGE!!”

Sialan! Aku hampir meminta pada Tuhan untuk agar aku diberikan umur yang lebih
tua darinya, agar aku bisa benar-benar menempelengnya!!

“Jadi intinya paman tidak tahu apa-apa mengenai peristiwa pada tahun 2002? Kalau
begitu aku akan mulai lanjut ke lembar koran terakhir. Koran edisi tahun 2010. ‘Bisnis
Sukses Season 4! Lembaga Riset’”

“Bisnis sukses? Sepertinya aku pernah dengar.”

“Ya, kau benar. Tuan Ceplok. Bisnis sukses mengingatkan kita pada koran-koran
sebelumnya. Yaitu koran yang terbit pada edisi tahun 1995 dan 1997.” Kataku sambil
mengeluarkan 2 gulung koran dari tas ranselku dan aku sodorkan di atas koran-koran milik
Paman Sekop.

“Jika kita sandingkan dari nama peristiwa yang berawalan ‘Bisnis Sukses’ tentu saja
akan berkaitan dan berkesinambungan, maka..” Kataku sambil menjejerkan dan mengurutkan
2 koran punyaku dan 1 koran punya Paman Sekop.

“.. Tentu saja kita akan mendapatkan kejanggalan yang luar biasa.”

“Kejanggalan apa itu?”

“Lihat ketiga koran-koran yang barusan sengaja aku urutkan. Apa yang kalian
simpulkan? Hmm?”

“Season-3-nya tidak ada.”

“Yuuupss! Tentu saja tidak ada. Karena kita belum mendapatkan koran nomor
Season-3 itu. Itu artinya semua koran-koran ini bukanlah kesalahan penerbit ataupun iseng-
iseng segelintir elit. Koran-koran ini memang diedarkan secara legal dan terbuka.”

“Tapi bagaimana caranya untuk kau mencari koran nomor Season-3 itu?” Farma.

“Tentu saja dengan tidak berdiam diri di tempat.”

“Maksudnya?” Farma.

“Kau masih belum mengerti juga?”


“Tentu saja itu sedikit sukar dipahami oleh gadis yang masih berusia 18 tahun
sepertiku ini.”

“Ouh.. Hehe. Maaf. Intinya kami tidak akan bertahan lama di sini. Kami akan segera
pergi dan berpindah wilayah ke wilayah yang lain.”

“Wah. Kau seorang nomaden.”

“Hehe.. Memang itu tugasku.”

“OH! IYA!!..” Manfred Chicken.

Apalagi?? Pasti informasi yang kurang penting...

“Kemarin-kemarin aku menemukan edaran koran baru tahun sekarang.”

“Tahun sekarang? Yang benar? Mana?”

“Ini.” Kata Manfred Chicken sambil mengambil koran yang disisipkan di dalam
topinya.

Paman Sekop menaruh koran tersebut di atas tumpukan koran lainnya.

“Koran edisi tahun 2020. ‘Istana Api’”

“Istana api??”

Istana api?? Istana api yang mana?? Apa jangan-jangan istana api rumah pemilik
orang tua bangsawan itu!??

Seketika aku kembali menatap Isabella. Kali ini aku tidak melihat Isabella menatap
balik. Yang kulihat mata Isabella hanya terpaku pada koran yang dicetak tahun sekarang.

Sialan! Koran ini pasti sangat berdampak buruk sekali bagi ingatannya!

Segera aku langsung memecahkan kekosongan Isabella dengan meremas koran edisi
baru.

“HEYY!! KENAPA KAU MEREMAS KORAN BARUKU!! KAU


MEMBUATNYA KUSUT!!”
Terkadang aku lebih mengedepankan menjaga perasaan ketimbang momen seru
tentang memecahkan teka-teki misteri.

“Ini cuma koran yang tidak berarti, Paman. Mana ada istana api. Itu semua
pencitraan.”

Sial! Kuduga. Pemerintah yang melakukan hal semacam ini. Aku kira hanya
segelintir elit saja yang merencanakan semua ini. Tapi dari pusatnya pun sama demikian. Ini
tidak bisa dibiarkan.

“Baiklah tak apa kau membuat kusut koran baruku itu. Tapi kau akan kaget karena
aku masih menyimpan 2 surat lagi. Dan aku mendapatkannya pada tahun kemarin.”

“Pada tahun kemarin?? Tahun 2019?”

“Ya. Tapi 2 surat itu aku simpan di bawah ranjang tempat tidurku. Untuk itu,
tunggulah sebentar. Aku akan mengambilnya.”

Sebelum Paman Sekop berjalan keluar dari dalam gudang. Aku sempat spontan
memanggil namanya. “Paman..”

“Panggil aku, Papa! Anak durhaka!”

Ah! Sial!

“Papa..”

“.....”

Seketika keadaan pun berubah menjadi hening setelah aku menyebutkan namanya
dengan sebutan ‘Papa’.

“Ka.. Kau.. Sebut aku .. Papa!??”

“Iya, Papa..”

“////”

“Ada apa, Nak? Kau memanggil Papa?”

“Mmm.. Jangan lupa ke sini lagi bawa kacang almond.”


“Ah! Tenang. Aku memiliki banyak kacang almond. Jangan khawatir. Aku akan
membawakannya untukmu.”

“Terima kasih, Papa.”

Paman Sekop pun pergi.

“Apa kau sedang baik-baik saja? Apa kau demam?” Mr. Egg.

“Sialan! Kukira telor ceplok yang katanya lebih sensitif dari mahluk lain cepat
langsung tanggap dan mengerti mengenai maksudku barusan, mengapa aku memanggilnya
dengan sebutan ‘Papa’.”

“Ah. Maaf kukira kau tengah bercanda.”

“Apa benar, Paman Manfred adalah orang yang setengah gila??”

“!!!” Farma/Mr. Egg.


ARC 1 : FARM SWEET 9

“Ngomong apa kau?” Farma.

“Aku serius. Bisakah kau jujur padaku. Aku sedang tidak main-main.”

“Mm.. Ya, dia memiliki masalah dengan gangguan kejiwaan. Apa kau menyimpulkan
Papaku gila karena nadanya yang tiba-tiba tinggi, sering lupa dan membuat orang menunggu
lama padahal hasilnya tidak ada??”

“Bukan. Tapi lebih dari itu, Farma.”

“Lebih dari itu??”

“Sewaktu pertama kali aku bertemu dengannya pun aku sudah mengetahui bahwa
Papamu sudah tidak waras. Dari yang tiap hari tak lepas dari sekop yang kotor dan emosi
yang berubah-ubah.”

“Ah! Untuk sekop yang selalu di tangannya itu memang pekerjaannya. Itu alat untuk
pekerjaannya.”

“Kau benar. Tapi ada sisi lain yang membuat sekop itu tak pernah dicuci ataupun
ditaruh. Apakah sewaktu kami belum datang kemari Papamu hadir di dalam gudang ini untuk
memberikan makanan kepada para pekerjanya?”

“Ya. Tentu.”

“Apakah Papamu tak menaruhkan sekopnya di luar?”

“Tidak. Itu memang kebiasaan Papa dari dulu.”

“Kebiasaan lama ataukah kebiasaan akhir-akhir ini?”

“Mmm.. Kebiasaan 3 tahun terakhir.”


“Dan ada peristiwa apa yang terjadi pada tahun tersebut? 3 tahun terakhir? Tepatnya
tahun 2017?”

“HEN-HENTIKAAAANNN!!! TOLONG!! KUMOHON HENTIKAN!!!”

Tiba-tiba Farma menggelinjang kuat. Menyentak-sentakkan kakinya ke arah meja


jerami hingga mejanya terbalik dan mental. Semua makanan dan minumanku terlempar
hingga terjatuh berserakan di tanah yang akhirnya menyatu dengan untaian jerami.

Aku dan Isabella segera menyelamatkan Farma. Pada waktu itu, di mana keadaan
yang sangat panik dan kritis. Aku tidak melihat penampakkan Bocah Telor. Aku baru sadar
melihat raut wajah Bocah Telor yang diam terpaku kosong setelah aku dan Isabella berhasil
menenangkan Farma.

Sialan! Kesensitifan Bocah Telor itu mulai kambuh hingga berhasil membuatnya
diam mematung dengan pandangan kosong.

“Hei Bocah Telor. Aku butuh bantuanmu. Apa kau bisa mengambilkan air untuk
Farma?”

Tidak ada respon. Mematung total.

Aku dengan Isabella sibuk memegangi erat badan Farma yang menggeliat
menggelinjang bagaikan cacing yang kepanasan. Tapi kami berdua mencoba menahannya
hingga sampai mana Farma akan berhenti menggeliat.

Sekitar 15 menitan. Akhirnya Farma mulai melemah dan mengalirkan banyak


keringat dingin yang keluar bercucuran deras dari dalam tubuhnya. Pintu gudang yang tak
terbuka membuat cahaya luar terpantul silau ke keringat dingin di tubuh Farma.

“Syukurlah. Dia sudah mulai tenang.”

“Iya. Kau cepat ambilkan air. Aku tidak tahu kapan dia akan mulai meronta-ronta
lagi.”

“Baik. Kau jaga Farma. Aku akan ambilkan air.”

Sialan! Tidak ada air di sini. Semuanya cuma hanya ada teko dan gelas di setiap
sudut. Air teko yang tadi pun tumpah karena ikut terpental terkena rontaan Farma. Aku
harus keluar dari gudang ini dan mencari air. Apa perlu aku mengajak Bocah Telur itu, ya?
Siapa tau dia mengetahui di mana sumber mata air terdekat.

Aku berjalan menuju ke arah Bocah Telor dan menggandeng lengannya yang kaku.

“Heyy! Ayo cepat! Sudah tidak ada waktu lagi.”

Aku sedikit memaksakan menarik lengan Bocah Telor. Hingga akhirnya datang
sesuatu yang tidak diinginkan. Tangan Bocah Telor putus. Dan pada saat itu aku benar-benar
kaget dan dengan bodohnya aku mencoba memasukkan lengannya kembali ke bekas lubang
putusnya lengan tersebut. Aku terus berusaha memasukkan lengannya ke lubang tersebut
dengan sekuat tenaga. Isabella yang hanya dapat menjaga Farma terlihat horor melihatku
yang barusan mematahkan lengan Bocah Telor.

“Jangan khawatir. Dan tak perlu berpikir macam-macam. Aku bisa memperbaikinya.”
Kataku menenangkan suasana keadaan dan suasana perasaanku sendiri.

“Dengan sekuat tenaga aku menekan tubuhnya dengan lengannya yang putus. Tiba-
tiba suatu hal yang lebih buruk datang menimpa.

PRAKKKK!!!

Aku dan Isabella sontak terkaget bukan main. Aku memecahkan telurnya. Aku terlalu
menekankan lengannnya hingga menyodok ke bagian dalam tubuhnya. Hingga kuning telur
dan putih telurnya mengalir kental berceceran keluar dari dalam cangkang yang retak.

Retak.

“Oh Tidak-tidak!!” Tanganku sambil memasukkan kembali putih telurnya ke dalam.


“Oh! Tuhan!! Bantu aku!”

Semakin lama aku memasukkan putih telurnya. Ternyata sodokkanku tidak hanya
menembus bagian permukaannya saja, melainkan menembus ke sisi bagian permukaan
belahan lainnya. Aku terlalu sibuk memasukkan putih telur hingga aku tidak tahu cangkang
belakangnya ambrol dan mengeluarkan 22,5Kg kuning telur dan 32,5Kg putih telurnya.

INI>>>>SANGAT>>>>>>>GILAAAAAAA!!!!
Aku tidak tahu apa yang telah aku lakukan dan pokoknya aku tidak dapat berfikir
dengan jernih. Karena seisi otakku yang terlintas hanyalah cangkang, cangkang, cangkang
dan retak.

Oh! Astaga!

Oh Tuhan. Hukumlah aku yang telah memecahkan satu butir telur.

____________________________________________________

KOKK!! KOOKK!! KOKOK!! BETHOKKKK!!!

WHAT THE!!

“Suara apa itu!!?”

“Itu suara ayam betina.” Kata Isabella.

“Ayam? Ayam betina? Betina? Dari mana kau tahu??”

“Itu!”

WTH!! Aku terkaget melihat sosok seekor ayam kuning raksasa tepat di depan
mataku sendiri.

“Apakah ini beneran AYAM!!?”

“Iya benar.”

“Dan kenapa ini terlampau sangat besar sekali!”

“Memang apa masalahnya dengan ayam itu? Bukankah ukuran ayam memang segitu
sekitar 10 kaki.”

“Tidak! Bukan! Bukan segini ukuran normal ayam! Ukuran normal ayam itu tidak
setinggi lutut kaki manusia.”
“Tapi memang itulah binatang dengan nama ayam yang pernah aku temukan.”

“Yang pernah kamu temukan?? Tu-Tunggu-Tunggu. Ja-Jadi.. Sebelumnya kau sudah


pernah melihatnya?”

“Yuuupps!”

“Dan jika kau tahu, maka dari mana datangnya hewan besar ini ada!? Dia layaknya
hantu yang datang secara tiba-tiba! Tapi dengan ukuran yang segede ini apakah tak apa untuk
manusia sepertiku berada dekat tepat di hadapannya??”

“Yuuupps! Dia jinak. Kau pun pernah menemui sebelumnya.”

“A-Apa? Me-Menemuinya??”

“Yuuuppp! Dia Mr. Egg.”

“Bocah Telor itu?”

“Yuuuppps!”

“Di-Dia Bocah Telor?”

“Yuuupps!”

“Ayam ini??”

“Yuuupss!”

Sialan! Kenapa dia cuma menjawab ‘Yuupps-Yuuups-Yuuupps’ saja tanpa


memberikanku penjelasan yang lengkap. Jadi dari tadi aku yang panik dan heboh sendiri??
Dia tahu semuanya mengenai Bocah Telor? Jadi apa yang barusan aku lakukan tadi serasa
menjadi seorang yang tolol, kah?

“Ohh!! Jadi kau Si Ceplok itu!!”

BETHHOOOKKKK!!!

Sialan! Ludahnya muncrat!

Lalu bagaimana kau bisa menjadi seekor ayam! Bukankah kau cuma seekor telur yang
barusan retak!??
BETHOK.. BETHOK.. BETHOK! KHOKK BETHOK!

Sialan! Lama-lama begini aku bisa-bisa menjadi benar-benar sangat sinting dan gila
karena berbicara dengan seekor ayam.

“Saat dia berada di ‘mode tetas’ dia tidak akan bisa berbicara seperti manusia
melainkan seperti layaknya hewan biasa. Namun fikiran dan ingatannya masih sama seperti
Mr. Egg yang kita kenal.”

“Ohh.. Seperti itu, ya. Sistem kerjanya. ‘mode retak’”

“Dan ciri-ciri dia akan bertransformasi ke mode itu yaitu dengan cara membuat
suasana hatinya hancur. Makanya waktu tadi dia termenung mematung.”

“Ohh.. Jadi cara berubahnya dengan membuat hatinya retak.”

“Itupun berlaku sama seperti waktu itu. Sewaktu kau berdebat dengannya. Demi
menghindari bertransformasi diri dia memilih untuk pergi menginggalkanmu dan mensudahi
perdebatan.”

“Oh.. Jadi. Waktu aku mengetes sifat dan kepribadiannya mengapa dia menjawab...”

“Aku tidak akan menjawab, karena aku tidak mau kau jadi tersinggung lagi
dengan setiap apa yang aku katakan.”

“kau benar-benar benda yang berotak kotor.”

“Terima kasih atas pujianmu itu. Aku akan mencoba belajar untuk
menerimanya walaupun itu terasa menyakitkan.”

Dia tidak merasa bersalah? Apa yang ada dipikirannya? Apakah dari tadi kedua
kubu sama-sama naifnya? Aku dan dia?? Dan tidak ada yang berfikir bahwa apa yang
dilakukan tadi itu adalah sebuah kesalahan? Apakah sebenarnya aku yang salah? Bukan,
aku hanya mencoba untuk membela Isabella. Jika bukan, apakah semacam kekeliruan?

“Maaf, aku harus pergi.”

Apakah aku harus mengetesnya lagi, jikalau dugaanku salah?


“Sebelumnya, a-aku minta maaf.”

“Memang seperti itulah yang harus kau lakukan, Tuan pengunjung. Semoga
hari-harimu indah”

Ternyata dugaanku memang benar

“.. Dia sengaja tidak menjawab karena takut bertransformasi dan permintaan maafku
dia anggap untuk menenangkan hatinya??”

“Ya. Benar. Dan katanya saat dalam mode transformasi dia kesulitan untuk berbicara
selayaknya manusia dan pada waktu itu dia tidak mau berada di mode transformasi khawatir
kau adalah orang asing yang memiliki niatan jahat untuk menculiknya. Dan terakhir cara dia
untuk bertransformasi ke tubuh cangkangnya kembali dengan cara menunggu waktu
untuknya bertelur.”

“Jika dia bertelur lalu bagaimana dengan jasad ayamnya?”

Jadi teringat ada ayam ada telur.


ARC 1 : FARM SWEET 10

“Jasadnya akan berubah seketika menjadi tulang belulang dan beberapa menitan akan
hancur menjadi serpihan abu.”

“Jadi kau memang lebih banyak tahu, ya.”

“Aku tidak tahu yang aku lakukan terhadap bocah telor itu benar atau salah,
tapi kau juga pasti dapat menilainya sendiri. Aku tidak melarang kau berhubungan
dengannya dan aku juga tidak menganggapnya berbahaya atau tidak, tapi yang pasti
kau harus berhati-hati terhadapnya.”

“Jangan khawatir, Mr. Egg baik kok. Dan mungkin yang aku lihat tadi saat
pertengkaranmu dengannya hanyalah kesalahpahaman saja. Mr. Egg yang sangat
sensitif terhadap orang asing dan di sisi lain kehadiranmu yang tengah bangkit dari
kesadaran dan langsung berdebat membuat dia sangat ketakutan kepadamu, karena
penampilan dan gayamu seperti orang yang kurang waras.”

“Ya. Selama kau tak sadarkan diri. Aku berteman baik dengan mereka. Jadi aku
mengetahui tentang semua kehidupan Mr. Egg, Farma dan juga Papa Chick.”

“Ja-Jadi kau pun tahu tentang masalah apa yang dialami oleh Farma juga?”

“Iya. Aku ini wanita. Dan Farma adalah wanita yang paling muda di desa ini. Aku dan
Farma sangat dekat mungkin bisa dibilang layaknya kakak beradik.”

“Itu artinya kau dapat menceritakan padaku masalah yang telah menimpa mereka
bertiga. Farma, Paman Sekop dan Bocah Telur.”

“Ya, aku akan memulai ceritanya. Tapi sebelum itu, sepertinya Farma butuh air. Saat
dia kejang-kejang seperti ini dan timbulnya mengeluarkan keringat dingin. Untuk
mengembalikkan kondisinya dia harus cukup minum air untuk menggantikan beberapa ion
tubuh yang hilang.”
“Baiklah, aku akan carikan air..”

KOKK!! KOKHOOOKK!!

Dia ngomong apa?

Ayam raksasa itu pun tiba-tiba lari. Keluar melalui pintu gudang.

“Biarkan saja dia yang mengambil air.”

“Eh? Dia bisa mengambil air?? Dia ayam lho??”

“Percayakan saja padanya. Dia sangat dapat diandalkan saat bertransformasi menjadi
seekor hewan. Dia akan mengambil air di sumber mata air dengan menggunakan ember
raksasa.”

“Mmm.. Tu-Tunggu.. Jadi itu tujuannya bertransformasi menjadi ayam agar cepat
dalam pekerjaan??”

“Yupps!”

“Jadi dia tahu tanda-tanda Farma akan kejang makanya dia mencoba untuk
meretakkan suasana hatinya seperti diam mematung agar bertransformasi ke mode ayam??”

“Yuupps!

“Perkembanganmu pesat sekali dalam mengenali dan berkerabat baik dengan mereka.
Sebelum kau menceritakan tentang masalah mereka bertiga dan menunggu bocah ayam itu
kembali, coba kau ceritakan pengalamanmu dulu saat berjumpa dengan mereka sewaktu aku
berbaring 2 hari di dalam kamar rawat.”

“Aku sangat mencemaskanmu.”

“////”

Mencemaskanku? Jangan lebay. Aku ini cuma tidak lebih dari seorang pencuri.

____________________________________________________
“Kau tahu. Walaupun kau adalah seorang pencuri aku tidak pernah memandangmu
seperti layaknya pencuri yang lain.”

“Bagaimana kau bisa yakin aku tidak sama dengan pencuri yang lain.”

“Karena sewaktu terjun tali dan terjatuh dari tebing. Kau sama sekali tidak pernah
melepaskan ikatanku. Kau tak sadarkan diri karena tindakan bodohmu adalah mencoba untuk
melindungiku. Kau membiarkan dirimu tergusur dan tergerus di tebing yang pada akhirnya
kau baru melepaskan ikatanku saat kau tahu bahwa situasinya sudah aman. Pada saat itu pun
kau mulai kehilangan kesadaran. Kenapa kau melakukan hal sebodoh itu? Kau hampir
menghilangkan nyawamu hanya karena melindungiku.”

“Itu artinya aku telah gagal lagi dan Tuhanlah yang menang.”

“Tuhan yang menang? Apa maksudmu?”

“Kau tahu apa yang selama ini aku cari selain memecahkan misteri??”

“???”

“Yaitu kematian..”

“!!!”

“Mungkin itu terdengar konyol. Tapi Tuhan sangat suka sekali dalam
mempermainkan kehidupanku. Aku dibiarkan merasakan rasa sakit tapi Dia tidak
mengijinkanku untuk beristirahat dengan tenang. Kematian.”

“Kematian seperti apa yang kau harapkan? Mengapa kau tidak mensyukuri hidupmu?
Kalau sampai sekarang kau masih diberikan-Nya kehidupan?”

“Aku terlalu mensyukuri nikmatnya. Jujur saja aku ini seperti manusia yang telah
diberikan kelebihan yang sangat baik sekali. Dalam hidupku aku selalu diberikan
keberuntungan selalu.”

“Itu bagus.”

“Tapi masalahnya, keberuntungan yang mana? Keberuntungan yang seperti apa?


Apakah setiap kali mengalami keberuntungan harus ada pihak lain yang merasa dirugikan?”

“...”
“Sewaktu kecil aku selalu diselamatkan oleh orang lain. Termasuk orang-orang yang
dekat denganku ataupun kerabatku. Yang aku muak, aku selalu melihat wajah kematian yang
selalu terbayangkan pada orang-orang yang telah menyelamatkanku. Kenapa mereka harus
mati, hanya karena aku seorang. Hingga akhirnya karena terlalu sering melihat sosok wajah-
wajah seperti itu membuatku ingin pula memasang wajah itu. Aku ingin merasakan seperti
apa yang dirasakan orang-orang penyelamat. Yang menyelamatkan orang dengan
mengorbankan hidupnya. Saat beranjak dewasa aku selalu mencoba untuk melakukan hal
seperti itu. Tapi kenyataannya aku mencoba menyelamatkan tapi pada akhirnya akulah yang
diselamatkan oleh orang yang menjadi target yang aku selamatkan.”

“Jadi intinya karena sewaktu menyelamatkanku kau tidak mengalami kematian


melainkan tak sadarkan diri itu membuatmu merasa kalah dari Tuhan. Mengapa harus begitu?
Jika kau mati, itu artinya kau mati dengan berhutang padaku.”

“Berhutang padamu?”

“Ya. Kau yang telah menculikku. Kau harus menjagaku. Kau tidak boleh
melepaskanku ataupun meninggalkanku. Kau harus bertanggung jawab.”

“Hehe.. Pencuri yang bertanggung jawab? Aku baru pertama kali dengar.”

“Makanya jangan mati dulu, ya. Sebelum kau mengantarkanku pada sang idola.”

“Sang idola?”

“Iya. Sang idola novelku. Siapa lagi?”

“Pedro Leonhart?”

“Yuupps!”

“Baik. Aku berjanji. Aku akan mengantarkanmu untuk menemuinya. Lalu apakah
baru boleh aku tinggalkan dirimu setelah kau menemuinya?”

“Ya. Tentu saja. Jika kau tidak memiliki hati nurani.”

“Haha. Oke-oke.”
ARC 1 : FARM SWEET 11

“Kau tahu 2 hari yang lalu aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu. Hingga pada
akhirnya Farma mencoba untuk menghiburku dengan membicarakan tentang pengalamannya
dalam obat-obatan yang diajarkan oleh ibunya. Karena sewaktu dulu aku sempat sedikit
membaca buku mengenai herbal dan kimia. Aku jadi serasa mulai paham dan nyambung
atas semua yang Farma paparkan mengenai obat-obatan.”

“Hari selanjutnya aku mulai diperkenalkan Papa Chick oleh Farma. Papa Chick
memintaku untuk memanggilnya dengan sebutan ‘Papa’ dan menganggapnya seperti halnya
ayah kandung sendiri. Dia adalah orang tua yang sangat baik meskipun tindakan dan
penampilannya yang carut marut. Hampir setiap hari dia tidak pernah menaruh sekopnya
seperti yang barusan kau pikirkan. Dan saat tidur pun dia akan tetap memeluknya, menaruh
sekop di atas tubuhnya.”

“Dan konon, Papa Chick melakukan hal itu karena dia menganggap sekop itu adalah
bagian dari kenangan terindahnya. Kenangan terindah bersama istrinya dulu. Dia berencana
tidak akan pernah mencucinya apalagi menaruhnya di tempat yang sembarangan, mencoba
untuk melepaskannya pun tidak pernah. Sekop itu mensisakan kenangan yang mungkin
membekas sangat teramat dalam dan berarti bagi dirinya.”

“Lalu, bagaimana ceritanya kau bisa bertemu dengan si bocah telur ceplok?”

“Sebenarnya aku baru pertama kali menemuinya sewaktu fajar lalu. Sebelumnya aku
sudah lama menghabiskan waktuku untuk duduk menunggumu di kamar rawat. Hingga
akhirnya datang Papa Chick memintaku untuk keluar dari dalam rumah dan menghirup udara
segar serta memandang pemandangan yang indah di luar.”

Kau rela menghabiskan waktu 2 harimu hanya untuk menungguku di dalam kamar
rawat? Yang benar saja. Harusnya aku segera bangun. Sialan. Kenapa kau tidak
membangunkanku oh wahai Tuhan!

“Akhirnya aku keluar dari rumah. Awalnya aku merasa ragu dengan langkah kakiku
ini. Aku takut beberapa rumput-rumput teki mulai merambat dan menumpuk mengikat
kakiku. Tapi aku berusaha untuk mencoba tetap tenang. Aku mulai berjalan menuju ke arah
tempat kandang sapi. Aku merasa selamat sewaktu kakiku benar-benar telah sampai naik ke
plesteran tempat kandang sapi. Karena jika kakiku berada di tanah aku merasa seperti ada
sesuatu yang bergerak di bawah pijakan kakiku”.

“Aku berjalan mengitari sisi kandang sapi. Melihat sapi yang tengah makan. Hingga
sampai akhirnya aku sempat sontak terkaget menemui mahluk bulat yang tengah memberikan
minum pada sapi. Perasaan kaget itu berhasil membuatku terlompat dari plesteran ke tanah.
Karena suasana perasaanku tengah gaduh. Pohon-pohon besar dari bawah kakiku
bermunculan dan hampir melilitku. Pohon tersebut terus tumbuh mencuat ke udara hingga
merindang.”

“Hanya ada satu bagian tubuhku saja yang masih terlihat. Yaitu wajahku. Karena
tubuh bagian yang lain terlahap oleh lilitan pohon.”

Karena kaget dia sampai menumbuhkan pohon besar yang rindang??

“Mr. Egg adalah telur yang sangat lucu. Di manapun dan kapanpun dia selalu
membawa syal merah yang diikat menyelubung di sekeliling lehernya. Dia bilang syal itu
seperti halnya sekop milik Papa Chick. Sangat berati sekali.”

“Dan Mr. Egg pernah kehilangan syalnya saat dia mencoba untuk membantuku keluar
dari dalam lilitan pohon. Dia memecahkan diri dengan membuat seakan-akan hatinya benar-
benar tengah hancur. Akhirnya dia bertransformasi menjadi ayam raksasa. Dan berlari ke
suatu tempat untuk mengambil alat bantu untuk melepaskanku dari lilitan pohon.”

“Setelah berhasil Mr. Egg melepaskan lilitan pohon dari tubuhku, dia mulai tersadar
bahwa dia merasa ada yang hilang dari dirinya.”

“Aku membantu mengingatnya. Dan yang terlintas dipikiranku adalah ‘syal merah’.
Sontak Mr. Egg sangat panik. Rasa paniknya itu sulit aku pahami karena dia berbicara
dengan bahasa ayam. Dia hanya berteriak-teriak panik. Hingga akhirnya setelah beberapa
waktu dia mulai bertelur dan melahirkan cangkang yang baru. Dan jasad ayam yang tadi pun
seketika lenyap menjadi kerangka, yang lalu kerangka tulang-belulang tersebut luluh lantak
menjadi serpihan partikel abu.”

“Dan pada saat itu aku mulai berbicara baik dengannya. Mencoba untuk
menenangkan suasana hatinya yang sangat panik. Jadi seperti itulah ceritanya saat aku
berteman baik dengan mereka.”
“Waah. Sangat banyak sekali pengalaman yang kau dapatkan. Aku sangat kagum
dengan perkembanganmu dalam beraktivitas di luar dan saat belajar mencoba untuk tenang
saat berjalan di atas tanah.”

“Tapi aku juga sontak terkejut mendengarkanmu bilang bahwa karena kekagetanmu
menciptakan masalah yang lain dan mungkin itu bisa dikatakan sangat berbahaya untuk
dirimu sendiri. Kau menciptakan pohon yang rindang, yang hampir akan menjepitmu. Tapi
syukurnya kau masih dapat mengendalikan emosimu. Jadi lilitan pohon tersebut tidak sampai
meremukkan tubuhmu dan hanya melilit saja.”

Tiba-tiba ayam raksasa itu datang dengan berlari kencang masuk membawakan
banyak air di ember besar.

Untuk apa dia membawa air sebanyak ini? Bukankah Farma cuma butuh segelas air
saja?

____________________________________________________

JUBYAAARRR!!

WHAT THE!!

Betulan dia menyiram Farma dengan semua air di ember yang dia bawa??? Tapi
mengapa begitu!

“Heyy!! AYAM!! Apa yang kau lakukan!! Kau menyiramnya dengan sangat parah!”

“Hosss! Hosss!!”

Ah dia sudah mulai sadar?

Isabella yang tadi terus menjaga Farma pun jadi ikutan basah kuyup karena tersiram.

“Kau basah.”

“Tak apa. Memang inilah cara agar dapat membangunkannya.”

“Tapi mengapa begitu?? Bukankah dia cuma butuh segelas air?”


“Dia memiliki penderita yang langka. Saat pikirannya kacau akan mengenai ibunya
dia akan langsung otomatis kejang-kejang dan satu-satunya obat penawarnya adalah dengan
cara menyiramnya. Dan Mr. Egg sudah berpengalaman lama mengenai penderitaannya.”

“Apa kau sudah baikkan, Farma?”

“Ah. Iya. Kak Bella. Ma-Maafkan aku telah merepotkan kalian. Karena aku
pakaianmu jadi ikutan basah kuyup. Tapi aku berjanji, kok. Aku akan mengantikan
pakaianmu dengan pakaian yang baru.”

“Ah. Iya. Terimakasih, Farma. Selama 2 hari di sini pun aku selalu berganti pakaian
dengan beberapa pakaian milikmu.”

KOKKK!! BETTHHOOOKKK!!

“Ah ada apa dengannya??”

“Tenang. Dia akan berganti tubuh. Menjadi cangkang yang utuh kembali.”

Untuk bertransformasi dia harus meretakkan dirinya atau menghancurkan diri..


Sedangkan untuk kembali ke wujud asalnya dia harus menggeram dan fokus bertelur.. Saat
menjadi sebutir telur dia adalah berjenis jantan sedangkan saat dalam seekor ayam dia
berjenis betina. Mahluk macam apa itu!

Ayam itu berjalan ke sudut ruangan dan mulai bergeram dan duduk. Seperti ayam
yang akan melakukan proses bertelur.

“Farma. Apa kau sudah tidak kejang-kejang lagi?”

“Oh. Iya. Maafkan aku atas yang tadi. Aku benar-benar memalukan.”

“Oh. Tidak-tidak. Aku tak apa. Aku mengerti perasaanmu. Tapi apakah boleh kau
menceritakan sendiri tentang insiden 3 tahun yang lalu?”

“....”

“Ta-Tapi tak apa jika kau tidak menceritakannya. Nanti aku bisa mendengarkannya
langsung dari Isabella. Lagipula sepertinya Isabella tahu banyak mengenai tentang peristiwa
yang dialami oleh kalian beberapa tahun yang lalu.”
“Mmm.. Aku bisa menceritakannya sendiri. Tapi.. Untuk apa kau ingin tahu mengenai
peristiwa yang telah kami alami?”

“Aku akan menendang bokong orang yang telah membuat kalian seperti ini.”

“Kau punya apa? Apa kau sanggup melukai orang yang dijaga ketat oleh para ratusan
pengawalnya?”

“Sejujurnya fisikku mungkin tak bisa untuk mengalahkan mereka. Tapi aku masih
memiliki otak untuk memainkan strategi dan menggulingkan kekuasaannya.”

“Jika kau berniat ingin membuat perubahan walaupun hanya sedikit. Aku akan
bersedia menceritakan masa lalu kami bertiga yang kelam.”

“Baiklah. Aku akan menjadi seorang pendengar yang baik.”

“Ceritanya berawal dari tahun 2017.”


ARC 1 : FLASHBACK ALERT!

Peristiwa 3 tahun yang lalu.

“TOLONG!! TOLOOOOONG!!”

Seseorang berteriak minta tolong. Orang-orang Farm Sweet berdatangan dan


berkerumun melingkari korban kecelakaan.

“HEY!! KENAPA SEMUANYA PADA DIAM SAJA!! CEPAT BANTU AKU!


BODOH!!”

Seseorang pria gendut yang perawakannya sangat gumpal sekali dan seluruh
lemaknya yang meleber di sekitar perutnya. Atas kepalanya botak tapi masih mensisakan
sedikit rambut yang melingkar pada bagian sisi kepalanya. Dan juga dua kumis kecil lancip
yang terpasang di bawah hidung mungil serta memiliki pipi lebar yang terias rapi layaknya
orang-orang bangsawan.

Tidak ada satupun orang yang bergerak mau membantunya mengangkat kendaraan
mobil bermerk yang menimpa dirinya.

“HEY!! PARA SAMPAH TAK BERGUNA!! CEPAT BANTU AKU!! KALAU


KALIAN TETAP DIAM DAN HANYA MENONTONKU AKU BERSUMPAH!
SETELAH KELUAR DARI MASALAH INI AKU AKAN MEMBUAT HIDUP KALIAN
MENDERITA!!!”

Tiba-tiba dari tengah-tengah kerumunan seorang pria berperawakan besar penuh


dengan jenggot di sekitar area pipinya datang dengan tergesa-gesa.

“Hey! Apa yang telah kalian lakukan? Kenapa kalian tidak membantu orang ysng
tengah mengalami musibah!” Kata orang tersebut sambil mencoba untuk menarik pria gendut
itu dengan sekuat tenaga walaupun tetap percuma. Bobot ukuran tubuh pria itu tak bisa
meloloskan diri dari timpaan mobil yang mungkin 87,5% setara dengan berat tubuhnya.

“Bagaimana kami mau membantunya. Kalau dia terus merendahkan kami dan
mengancam kami semua!”
“Benar. Jika kami membantunya. Dia sudah bersumpah! Dia akan membuat kami
menderita! Bukankah itu sangat menyakitkan! Orang yang telah kita tolong malah akan
membalas kita dengan kejam!”

“Benar. Dia mencaci dan menghina kami dengan sebutan sampah yang tidak berguna!
Padahal sendirinya yang seperti itu!”

“APAKAH KAU PEMIMPIN DESA PEMUKIMAN INI!!”

“Benar Tuan. Aku pemimpin di Farm Sweet.”

“KATAKAN DAN AJARKAN PADA MEREKA! PARA PENGIKUTMU UNTUK


TIDAK BERDIAM DIRI MENONTON ORANG YANG TENGAH MEGALAMI
KECELAKAAN YANG SERIUS!!”

“Maaf Tuan. Walaupun aku adalah seorang pemimpin dari mereka. Aku tidak
memiliki wewenang untuk melakukan hal yang barusan Tuan sampaikan. Mereka seperti itu
karena mereka menilai perilaku dan sikap anda yang kurang sopan dan tak menghormati.”

“APA!! JADI KAU JUGA SAMA DENGAN MEREKA!! KAU MEMANG TIDAK
ADA BEDANYA DENGAN PARA SAMPAH TAK BERGUNA SEPERTI MEREKA!!”

“Terserah Tuan mau bicara apa. Kuanjurkan untuk Tuan berhenti berbicara sejenak.
Karena aku akan kesusahan menarik tubuhmu jika Tuan tidak ikut berusaha mencoba untuk
meloloskan diri dari timpaan kendaraanmu sendiri, Tuan.”

“BERANINYA KAU MEMERINTAHKANKU UNTUK BERHENTI


BERBICARA!! KAU PIKIR KAU SIAPA!! HAH!?? AKU TEGASKAN LAGI PADA
KALIAN DAN JUGA TERMASUK DIRIMU!! KAU DAN JUGA YANG LAINNYA
TIDAK LEBIH HANYALAH..”

“Sampah yang tidak berguna?? Apakah itu kata-kata yang ingin kau lanjutkan, Tuan?
Bagiku tak apa kau menghinaku ataupun mencaciku. Dan biarkan aku yang menerima semua
itu. Tapi kumohon. Aku akan jauh tidak terima jika kau juga merendahkan para pengikutku!”

“PEMIMPIN YANG SOK PAHLAWAN! DASAR SAMPAH! KAU BENAR-


BENAR SAMPAH!!”
“Teman-teman. Apakah kalian hanya akan menonton dan melihatku yang berjuang
seorang diri saja??”

“Hey. Ayo kita bantu.”

“Ayo. Kita anggap, kita membantu pemimpin kita dan bukannya membantu si pria
gendut yang tidak tau diri itu.”

“HEYY!! SIAPA YANG BERANI MENGATAKAN AKU ‘SI PRIA GENDUT


TIDAK TAU DIRI’!!?”

Seketika seluruh pengikut pemimpin itu membantu pemimpinnya untuk mengangkat


mobil yang menimpa si pria gendut tersebut.

“Setelah bersusah payah untuk mengangkat dan membalikkan mobilnya, akhirnya kita
dapat mengeluarkan dia dari timpaan mobil.”

“Sepertinya dia harus dirawat. Banyak luka lebam dan luka goresan pada sekitar
bagian tubuhnya.” Kata pemimpin itu.

“AKU BERSUMPAH... SETELAH INI.. SETELAH APA YANG MENIMPAKU


HARI INI.. DAN.. KALIAN YANG CUMA MENONTONKU TADI.. AKU TIDAK AKAN
MELUPAKANNYA.. AKU AKAN TETAP MENGINGAT TENTANG
PEMBALASANKU TERHADAP KALIAN.. UGH.. OUHH..”

“kau!! Sudah ditolong bukannya berterima kasih!!”

“Dasar kerbau dungu!”

“Mungkin pikirannya sudah terlanjur gila hingga tidak dapat mengatakan hal yang
terpuji.”

“A-AKU... AKAN MENGINGAT.. SELALU UCAPAN KALIAN.. DASAR


MANUSIA.. SAM-PAH..” Seketika pria gendut tersebut pingsan setelah mengeluarkan kata-
kata yang terakhir, ‘SAM-PAH’.

“Harusnya aku memukul wajahnya kalau tahu-tahu dia akan pingsan.”


“Kau tidak boleh begitu. Bagaimanapun situasianya. Dia adalah seorang tamu di Farm
Sweet. Kita harus menghormati dan memberikan pelayanan yang baik. Karena itulah asset
kita.”

___________________________________________________

Setelah beberapa jam berada di kamar rawat.

“Farma. Kau harus terus memberikannya suntikan obat pereda nyeri secara teratur,
setiap beberapa waktu. Kau masih ingatkan berapa dosis yang sudah Ibu ajarkan padamu.”

“Iya. Ibu. Tentu saja aku masih ingat. Aku, kan asistenmu yang sangat sigap. Hehe.”

“Hanya kau putri Ibu satu-satunya yang mewarisi semua ilmu tentang farmasi. Kau
harus terus mengembangkan seluruh resep yang telah ibu perkenalkan.”

“Tapi Ibu. Hanya saja kekuranganku. Aku hanya memahami beberapa resep yang ibu
ajarkan bukannya data-data dan tulisan yang ada di resep obat.”

“Aku mengerti Farma. Maafkan Ibumu yang selalu sibuk setiap waktu. Jadi kurang
adanya waktu untuk membimbing dan mempelajarimu membaca.”

“Tak apa, Bu. Papa pun juga tidak bisa membaca juga, kan? Dan tidak hanya Papa,
orang-orang desa pun juga sama. Mereka hanya fokus pada pekerjaan mereka tanpa perlu
belajar membaca. Yang terpentingkan kita bisa bekerja dan makan untuk dapat bertahan
hidup.”

Cara bicaramu yang sangat polos. Membuat Ibumu merasa miris dan bersalah.

“Membaca itu sangat penting, Sayang. Akan sangat kesulitan suatu saat nanti dalam
memahami setiap tulisan. Maka dari itu, Ibu berjanji setelah semua ini. Ibu akan sejenak cuti
dari pekerjaan Ibu di sana. Dan akan mengajarkanmu membaca. Tidak hanya kamu ataupun
Papamu. Ibu akan mengajari semua orang-orang di Farm Sweet. Mengajari semua wawasan
yang Ibu miliki.”
“Wahh! Ibu serius akan mengajari kami??”

“Tentu saja, Sayang. Apa sih yang tidak untuk seorang putri Ibu tercinta.”

“Aku ingin selalu bersama Ibu. Aku sangat merindukan Ibu setiap kali Ibu berada di
sana. Pasti Ibu sangat sibuk sekali, ya. Menjadi seorang dokter yang dibutuhkan seluruh umat
hingga pulang pun cuma 2 tahun sekali. Itupun cuma menginap 3 hari di Farm Sweet.”

“Oh. Sayang. Maafkan Ibumu yang selalu jarang ada di rumah ataupun di dekatmu.”

“Aku selalu butuh pelukan hangatmu, Bu..”

“Sini peluk.”

“Ibuuu..” Farma memeluk Ibunya.

“Oh iya. Ngomong-ngomong sekarang berapa usiamu?? Hehe. Maaf Ibu sampai tidak
mengingat umur putri Ibu sendiri.”

“Usiaku sekarang 15 tahun, Bu.”

“Wahh! Kau sudah besar. Dan beberapa tahun lagi kau akan tumbuh dewasa dan
menjadi putri Ibu yang sangat cantik. Ibu akan menantikan saat-saat itu juga. Di mana kau
akan mempunyai sang pendamping hidup, seorang pangeran.”

“Pangeran? Apakah seorang pangeran itu benar-benar ada Bu?”

“Tentu saja ada, Farma.”

“Melihat desa Farm Sweet yang terpencil. Kurasa tidak akan ada orang selain
penduduk Farm Sweet yang berkunjung kemari.”

“Pasti akan ada. Mungkin bukan sekarang. Tapi suatu saat nanti.”

“Oh iya. Ngomong-ngomong, kenapa Ibu sangat betah sekali di luar sana, Bu??
Apakah di luar sana sangat indah dan menyenangkan?? Apa suatu hari nanti aku juga bisa ke
sana, Bu? Bersama Ibu kelak? Dan Papa?”

Ohh.. Putriku yang malang..

“Ibu.. mungkin belum bisa memegang janji dan mewujudkan permintaan kamu,
Farma.”
“Kenapa, Bu? Apakah aku kurang layak untuk menjadi seorang dokter seperti Ibu di
sana?”

“Bukan seperti itu, Farma. Ibu percaya. Farma, putri Ibu akan menjadi seorang dokter
yang besar. Hanya saja, persaingan di sana sangat ketat sekali. Kau harus lebih banyak
belajar lagi di sini.”

Maafkan Ibu Farma.. Ibu selalu berbohong dan berbohong.. Setiap kali kau
membicarakan tentang aktivitas Ibu di luar sana.. Tapi ini demi kebaikanmu.. Demi
perasaanmu..

“Aku berjanji, Bu. Demi Ibu, aku akan belajar dengan giat. Aku akan menggapai
gelar sebagai seorang dokter.”

Aku mendukung cita-cita kalian berdua.. Putriku.. Semoga semua angan-anganmu


dapat tercapai dengan baik.. Walaupun Ibu selama ini, selalu memberatkan ke sisi belahan
hati yang lain..

“Ah. Kenapa Ibu menangis??”

“I-Ibu menangis?? Ah yang benar saja. Hehe, Ibu cuma terharu saja, kok.”

“Itu sama saja Bu. Wah Ibu benar-benar sangat pandai berbohong, ya. Hehehe”

“Huss... Kau bicara apa.”

Kamu benar, Putriku.. Ibu memang benar-benar pandai berbohong.. Jadi sekali lagi
mohon maafkan ibumu ini yang sangat menyedihkan..

“Oh. Sebentar. Ibu mau pergi. Ada sesuatu yang harus Ibu kerjakan.”

“Ah. Ma-Maaf Ibu. Gara-gara aku, aku jadi menyita banyak waktu Ibu. Padahal aku
tahu, Ibu sangatlah sibuk.”

“Oh. Tak apa, Putriku. Waktumu segalanya bagi Ibu.”

Seketika keduanya melepaskan pelukan eratnya. Dan Ibu Farma mulai berjalan keluar
kamar rawat sambil memungut kotak sampah antiseptik.
___________________________________________________

Di luar. Dekat sudut rumah.

“Oh. Nancy.. Tidak bisakah kau tinggal beberapa hari lagi di sini..??”

“Maaf. Aku tidak bisa. Manfred.”

“Apa kau tega dan membiarkan putrimu, Farma. Sendirian lagi?? Dia sangat
merindukan sesosok Ibunya.”

“Bukankah sudah ada kau yang bertugas sebagai Papanya? Itu tugasmu untuk
mengurusnya. Dan kumohon, jangan telepon-telepon lagi saat aku berada di luar sana dalam
kurun waktu yang sangat dekat.”

“Apa kau sangat keberatan, Nancy?? Apakah aku menelepon setiap waktu yang hanya
cuma 2 tahun sekali itu sangat mengganggumu??”

“Tentu saja iya, Manfred. Apa kau tidak tahu tentang pekerjaanku? Apakah kau
sedang berpura-pura merasa tidak tahu? Aku ini dokter terkemuka, Manfred. Pekerjaanku
sangat banyak dan menumpuk di sana. Banyak sekali tugas yang harus aku kerjakan serta
pasien yang sangat membutuhkan pertolonganku yang harus aku obati.”

“Berbeda denganmu. Terlebih lagi di sana aku memiliki seorang putri dan keluarga.
Aku takut mereka merasa curiga dan tersisih dengan tindakanku yang selalu berkunjung
kemari, terutama putriku. Tapi untungnya suamiku sangat pengertian jadi dia senantiasa
mengijinkanku untuk menengok putriku yang satunya.”

“Jadi kumohon, Manfred. Aku tidak mau putriku yang di sana mengetahui mengenai
dia yang memiliki saudara tiri perempuan di desa terpencil, Farm Sweet. Dan juga
mengetahui tentang hubungan kita.”

“Aku akan selalu menjaga kerahasiaan itu, Nancy. Tapi untuk kali ini. Aku mohon
padamu, untuk tidak segera pergi secepat ini. Kumohon sekali ini saja, berikan waktu untuk
Farma hanya untuk satu hari penuh, setelah itu aku tak akan menghentikanmu lagi. Aku janji
ini yang terakhir kalinya.”
“Kau terlalu banyak permintaan, Manfred. Sudah berapa kali beralasan dan berjanji. 2
tahun yang lalu kau pun mengatakan janji yang sama, yaitu janji yang seperti demikian kau
ucapkan dan sekarang kau mengulangi kembali janji palsu itu lagi? Aku sudah sangat lelah
dan muak dengan semua ini. Sudah untung aku dapat berkunjung dan menyempatkan waktu
untuk putriku, Farma.”

“Aku minta maaf, Nancy. Tapi dia juga anakmu, dia darah dagingmu, dan dia juga
memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kasih sayangmu. Kau tidak bisa membuangnya
begitu saja. Kumohon, berikan juga dia support, edukasi, serta perhatian yang sama seperti
putrimu yang lain.”

“Jangan lupa dengan status kita, Manfred. Kita sudah bercerai lama. Kita sudah pisah.
Tidak ada lagi hubungan di antara kita. Walaupun ada, itu cuma sebagian kecil saja, yaitu
Farma. Itupun ada dirimu, sosok orang tua pengganti selain aku yang mengurusnya.”

“Dengarkan aku sekali ini saja, Manfred. Tolong cobalah untuk mengerti dan
dengarkan isi hatiku. Aku tidak mau kehidupanku di luar sana berantakan. Dan.. Aku tidak
mau, keluarga tercintaku yang selama ini kami bangun bersama-sama hancur berkeping-
keping seketika hanya karena ada beberapa orang dari pihak ketiga sepertimu dan putimu,
Farma. Kumohon padamu juga. Untuk pengertiannya. Aku sudah memiliki keluarga dan
pekerjaanku sangat padat sekali. Aku tidak mau membuang waktuku hanya untuk melakukan
hal yang sepele seperti ini.”

“Aku mengerti perasaanmu, Nancy. Kalau bukan karena Farma. Aku tidak akan
pernah berdiri dihadapanmu untuk memohon-mohon seperti ini. Karena aku tahu. Aku sadar
diri. Aku ini berbeda jauh dengan seorang yang berpendidikan sepertimu. Aku, ataupun
semua orang di sini kecuali kau dan putri kita, Farma. Hanyalah seorang yang bodoh. Buta
huruf dan buta pendidikan. Tapi hanya ada satu yang kami miliki, kami memiliki tenggang
rasa.”

“Aku tidak habis pikir dengan pernyataan yang barusan kau ucapkan, Manfred. Apa
maksudmu aku ini tidak memiliki hati dan perasaan? Kau tidak hanya kurang pendidikan,
Manfred. Melainkan ditambah lagi kau selalu berfikiran sangat dangkal sekali. Itulah alasan
sebab mengapa aku tidak menyukai tentang dirimu. Kau tidak pernah berpikiran luas.
Setidaknya jadilah seorang gembala yang berwawasan cerdas.”
“Dan lagi, barusan kau telah menganggapku bahwa aku ini tidak memiliki tenggang
rasa? Aku akan membuktikan bahwa pernyataanmu itu salah, Manfred. Apa kau tidak pernah
melihat jasaku? Walaupun aku dokter yang sangat berpengaruh di luaran sana dan banyak
sekali tenaga medis yang sangat membutuhkan bantuanku, aku masih sempat-sempatnya
sampai rela hati untuk datang dan berkunjung ke sini. Dan lagi, aku tidak peduli dengan
pertunjukkan bualan akan janji palsumu itu. Aku akan menyempatkan waktu satu hari ini
bersama Farma. Apakah sekarang aku masih tidak memiliki sifat itu! Sifat pemurah hati!”

“Tentu saja kau sangat murah hati. Aku sangat senang sekali kau dapat tinggal di sini
dengan sedikit waktu yang lama. Bagiku beberapa menit kehadiranmu di sisi Farma, Itu
sangat berarti sekali bagi diriku ataupun Farma.”

“Kuharap kau jangan terlalu senang, Manfred. Karena aku hanya akan tinggal di sini
cuma sehari ini saja. Dan besok aku akan segera berkemas dan kembali pulang.”

“Baik. Sesuai dengan permintaanmu, Nancy. Aku tidak bisa meminta lebih dari ini.”
ARC 1 : FLASHBACK ALERT! 2!

Di dalam kamar rawat.

Farma tengah menyuntik pasiennya dengan dosis yang telah dianjurkan oleh Ibunya.

Pasien ini parah sekali. Warna ungu di bagian sekitar pergelangan tangannya
mungkin sangat sakit sekali. Selain itu pasti akan sangat merasakan rasa memar yang luar
biasa saat dia terbangun nanti.

Seketika pasien itu mulai bangun dari ketidaksadarannya dan mulai membuka
matanya dengan perlahan-lahan.

“AH... DI.. DI MANA AKU?? KENAPA AKU HANYA MEMANDANG LANGIT-


LANGIT RUANGAN YANG SANGAT JELEK?? DAN PULA KENAPA DENGAN
LEHERKU?? KENAPA AKU TIDAK BISA MENGGERAKKAN SEDIKIT PUN??”

“Maaf, Pak. Sekarang anda berada di kamar rawat. Kami tengah merawat anda
dengan pelayanan sebaik mungkin. Dan untuk leher anda yang kurang leluasa tak dapat
digerakkan, itu karena kami telah memasangkan gips pada leher anda. Anda terluka cukup
parah.”

“HEY. SIAPA KAU?? AKU TAK DAPAT MELIHATMU. TAPI AKU MASIH
BISA MENDENGAR SUARAMU. KAU SEORANG WANITA?”

“Ah. Iya benar. Aku seorang perawat. Namaku Farma. Aku selalu datang kemari
setiap waktu untuk memberikan suntikan pereda nyeri untuk anda.”

“OH! BEGITU, YA. MAAF AKU TIDAK BISA MEMBAYARMU. MESKIPUN


AKU MEMILIKI BANYAK UANG YANG SANGAT BERLIMPAH. KARENA KAU
BUKAN SIAPA-SIAPA, AKU TIDAK BISA MEMBAYAR TAGIHAN SEPESER PUN
ATAS SEMUA BIAYA PERAWATAN INI. KARENA INI ADALAH PERAWATAN
YANG ILEGAL. BUKAN KEINGINANKU DAN PERSETUJUANKU SENDIRI.”

“Soal biaya kesehatan anda. Anda tak perlu khawatir. Kami membantu anda dengan
segenap usaha kami. Dan kami ikhlas.”
“OH SEPERTI ITU? BAGUSLAH KALAU BEGITU. JADI, AKU BISA SEDIKIT
BERHEMAT.”

“Kalau boleh saya tahu. Anda berasal dari mana? Dan kenapa mobil anda dapat
terjatuh hingga sampai mendarat di tanah Farm Sweet??”

“AKU BERASAL DARI PULAU GOLDWINES. AKU ADALAH SEORANG


PRESIDEN DI SANA. AKU SANGAT DISEGANI DAN YANG TERPENTING AKU
SANGAT KAYA. DIHORMATI OLEH PARA KALANGAN-KALANGAN NINGRAT
SERTA BANGSAWAN. INSIDEN YANG TERJADI PADA AKHIR-AKHIR INI,
KARENA KESALAHAN YANG DILAKUKAN OLEH BEBERAPA BUDAKKU. DIA
SANGAT LEMAH MEMBUAT KENDARAAN BERUPA MOBIL MAHALKU
TEROMBANG-AMBING DAN AKHIRNYA JATUH MENYUSRUK KE JURANG
HINGGA MOBIL ITU TERBALIK MENIMPAKU.”

“Bisakah anda jelaskan. Mengapa anda menggunakan kendaraan beroda empat di


pulau ini? Bukankah di pulau ini tidak ada tempat untuk jalur jalan raya?”

“AKU INI KAYA. KEMANA PUN AKU BEPERGIAN, AKU SELALU


MENGGUNAKAN KENDARAAN MEWAH. TIDAK PEDULI LOKASI DAN
TEMPATNYA SEPERTI APA. SELAGI AKU MASIH MEMILIKI PENGAWAL DAN
PARA BUDAK, AKU DAPAT MEMBAYAR DAN MEMERINTAHKAN MEREKA
UNTUK MENGANGKAT MOBILKU DENGAN SESUKA HATI MENGGUNAKAN
PAPAN KAYU SEBAGAI ALAT ANGKATNYA.”

Papan kayu sebagai alat angkatnya? Apa maksudnya? Para pengawalnya itu
berjuang bersusah payah mengangkat dirinya beserta kendaraannya di jalan yang super
terjal hanya demi mengikuti keegoisannya? Benar-benar..

___________________________________________________

Flashback kecelakaan seorang pasien.


“AH, SIAL! DIA MEMILIKI BANYAK HUTANG YANG TIDAK AKAN DAPAT
IA LUNASKAN. KALAU BEGINI TERUS BISA-BISA AKU AKAN RUGI. RU-RUGI??
HAHAHA!! BUTUH RIBUAN ABAD UNTUK BISA MEMBUATKU BANGKRUT!!
BUKAN RUGI, MELAINKAN AKU AKAN MENDAPATKAN KEUNTUNGAN YANG
SANGAT BESAR! BERLIMPAH!! AKU DAPAT MENGAMBIL RUMAHNYA YANG
MEGAH ITU! JIKA DILIHAT-LIHAT LAGI DI BUKU DAFTAR HUTANG. SI
PENGUSAHA SOMBONG SOK MURAH HATI ITU MEMILIKI HUTANG DANA
SEBESAR ATAU SENILAI 1.000.000,00 LLIONGE (UNTUK KEPERLUAN MODAL
USAHA). DAN DALAM HITUNGAN CATATANKU DI SINI MENJADI 1.000.000,00
LLIONGE DIKALI 10 KALI LIPAT MENJADI 10.000.000,00 LLIONGE PADA TAHUN
2017 SEKARANG (MASA PEMBAYARAN HUTANG).”

“AKU HARUS SEGERA MENAGIHNYA, SECEPAT MUNGKIN!”

“Tuan Bos Besar! Kapal feri nya sudah siap untuk ditumpangi serta menemani
perjalanan Tuan berangkat ke tanah Gabrielandria.”

“BAGUS!! SIAPKAN SEPERTI BIASA MOBIL MAHALKU DAN JUGA PARA


BUDAK PRIA TENGIK-TENGIK ITU!”

“Siap! Tuan Bos Besar!”

Tuan Bos Besar beserta Agent Elitenya telah mencapai ke atas dek kapal feri.
Sedangkan para 20 budaknya berada di sekoci. Mereka mendayungnya tepat di belakang
kapal feri yang berlayar cepat.

Sesampai di pesisir Gabrielandria. Dek kapal feri mulai mematikan mesinnya.

“Mengapa mereka lama sekali sampai ujung sekocinya pun sama sekali belum
terlihat.”

“APAKAH MEREKA BELUM JUGA DATANG?”

“Sepertinya demikian, Tuan Bos Besar!”

“LAKUKAN PENGEKSEKUSIAN SAAT MEREKA TELAH SAMPAI DI PESISIR


BENUA INI.”

“Pengeksekusian?”
“YA, KARENA BAGAIMANAPUN JUGA MEREKA TELAH MENGHABISKAN
WAKTU BISNISKU YANG SANGAT BERHARGA. TEMBAK MATI TEPAT DI
PELIPIS MASING-MASING DARI MEREKA MENGGUNAKAN REVOLVER. BUNUH
BUDAK YANG TERLIHAT LEMAH.”

“Ba-Baik, Tuan Bos Besar!”

Setelah menunggu lama, sekitar 15 menitan. Sekoci yang ditumpangi oleh para budak
pun akhirnya sampai di belakang kapal feri.

Akhirnya mereka datang..

“Ma-Maaf! Ka-Kami minta maaf! Kami tidak dapat mendayung sekoci lebih cepat
lagi yang hanya cuma bermodalkan 2 dayung saja. Sedangkan kami ber-20 di dalam satu unit
sekoci yang sempit. Itu sangat sulit bagi kami untuk terus mengikuti laju kapal feri yang
berkecepatan hingga mencapai angka 51,8 Knot.”

“Kau banyak alasan! Kenapa kalian tidak mendorong sekocinya dengan berenang
bersama-sama? Bukankah itu akan berefek cepat pada laju sekoci?”

“Ka-Kami tak dapat melakukan itu. Karena di perairan laut Fresh Sea ini banyak
sekali koloni ikan piranha.”

“Kuperintahkan untuk kalian berbaris di pesisir pantai ini. Cepat!”

Seluruh para budak pun digiring oleh para Agent Elite dan berlarian berbaris
membelakangi laut.

“Kalian tahu, kan? Konsekuensi apa yang akan kalian terima jika kalian
menghabiskan lama waktu milik Tuan Bos Besar??”

“Siap! Ditembak mati. Tepat menggunakan revolver yang diarahkannya pada bagian
pelipisnya.” Kata salah satu budak.

“Tapi tenang saja. Tuan Bos Besar kita sungguh sangat mulia. Dia hanya akan
mengeksekusi para budak yang kelihatannya sangat lemah dan banyak ngeyel. Semuanya
berlutut!”

Acara pengeksekusian pun berlangsung. Tanah berpasir pesisir pantai kian penuh
dengan banjir darah. Darah milik 10 budak yang terlemah di antara 20 budak yang lainnya.
“Maaf. Saat Tuan Bos Besar memerintahkan kami yang hanya cuma mengeksekusi
kalian dengan menembak menggunakan revolver telah diralat. Karena Tuan Bos Besar
berubah pikiran. Dia memerintahkan kami untuk memultilasi kalian dengan menggunakan
Katana.”

Sungguh sangat kejam sekali..

Setelah acara pengeksekusian tembak mati tepat di bagian pelipis yang diganti
menjadi multilasi organ dengan menggunakan Katana, sekarang para Agent Elite
memerintahkan para ke-10 budak yang bertahan untuk mengangkat papan kayu yang
menopang mobil mewah beserta pemiliknya. Yaitu Tuan Bos Besar yang sudah ada duduk
manis di dalam mobilnya.

Para ke-10 budak itu mulai mengangkat papan kayu dan berjalan menuju ke tempat
yang dituju. Jalan yang mereka tuju sangat terjal sekali. Sehingga membuat para budak itu
harus berhati-hati saat melangkahkan kaki dan sebisa mungkin untuk mempertahankan
keseimbangannya dalam menguatkan kaki-kaki telanjang mereka yang terkadang sering kali
tergores batu kerikil yang tajam.

Banyak berceceran darah di setiap jalan kerikil yang mereka lewati. Tangis lara
mereka bungkam dan menutup rapat-rapat demi bayaran yang akan mereka terima untuk
menghidupi keluarganya di rumah.

Mereka para budak berjuang bersusah payah sedangkan Tuannya yang berkuasa
tengah asik dan sibuk menghitung uang. Tuannya itu sama sekali tidak mempedulikan
budaknya ataupun mengasihaninya. Dia hanya dapat berlaku kasar dan melakukan kekerasan.
Seperti membunuh.

“Ughh!! Oughh! Uh! Oh tidak! Tubuhku sudah tidak bisa menopang beban berat ini
lagi!” Keluh seorang budak.

“Hey! Kumohon bertahanlah!”

“Benar! Tetap jaga keseimbangan! Jika salah satu dari kita ada yang setengah-
setengah mengangkat papan, maka kami akan mengalami beban berat yang sangat
signifikan!”
“Aku sama sekali belum makan dari kemarin.. Sebenarnya aku tengah sakit. Semalam
aku meriang. Tahu-tahu besok aku harus menopang beban berat yang mungkin mustahil
untukku lakukan.”

“Kau harus mulai memandang keluargamu, Teman! Kau harus semangat! Jika kau
sakit-sakitan.. Kau akan mati dieksekusi!”

“Aku akan berusaha..”

“Sejujurnya tidak hanya dia yang tengah sakit.. Kami berempat pun juga tengah sakit..
Nafas kami sudah terengah-engah tak berdaya.. Tapi kami mencoba untuk tetap bertahan dan
berjalan walaupun itu menyakitkan..”

“Aku sangat respect dengan apa yang telah menimpa pada kalian berlima. Tapi tetap!
Kalian harus tetap kuat! Tetap jagalah keseimbangan papan!”

Tiba-tiba suatu ketika insiden yang tak pernah diinginkan terjadi. Beberapa dari 3 di
antara 5 orang yang tengah sakit tersandung dan menggoyang kuat papan yang menopang
mobil serta tuannya itu.

“SIALAN!! GARA-GARA TEROMBANG-AMBING KARENA KESALAHAN


KALIAN! SELURUH UANG-UANGKU JADI BERHAMBURAN DAN BERSERAKAN
DI LANTAI MOBIL! DAN ITU SANGAT MENGGANGGUKU DALAM MENGHITUNG
UANG!! BRENGSEK!!”

“Ma-Maafkan kami.. Tu.. Tuan! Di antara kami ada yang tengah sakit..”

“ITU ALASAN YANG TAK DAPAT DITOLERANSI!! SEKARANG, CEPAT


TURUNKAN PAPANNYA!! DAN SIAPA PUN ORANG YANG BERALASAN SAKIT
MAJU KE DEPAN MOBILKU!!”

Segeralah 10 budak itu menurunkan papan kayu dan ke-5 orang sakit itu berlari dan
berbaris di depan mobil tuannya. Tuannya itu mulai mengambil pistol di laci mobilnya.
Mengisinya dengan 6 peluru.

“KALIAN BERUNTUNG! KARENA KALIAN BERLIMA AKAN DITEMBAK


MATI DENGAN BUTIR PELURU YANG TERBUAT DARI EMAS SERTA HARGANYA
SANGAT MAHAL DAN BERKUALITAS TINGGI. SETIAP LETUSAN PELURUNYA
AKAN MAMPU MENGELUARKAN ISI OTAK KALIAN! JADI.. BERSENANGLAH!”
DHOOORRR!!!

Klang..

DHOOORRR!! DHOOORRR!!

Ckkklang!! Ckkklang!!

DHOORRR!!

Klang..

“PELURU TERAKHIR YANG SANGAT BERHARGA.. SEPERTINYA AKAN


BERISIK SEKALI JIKA TANPA PEREDAM SUARA.” Kata Tuannya sambil
memasangkan alat peredam suara pada ujung pistolnya.

“MATILAH DENGAN TENANG... AKU MENCABUT KONTRAKMU...”

BBUUFFFTTTT!!!

Bruukkh!

Kini giliran mereka berlima yang meneruskan perjalanan akan perjuangan para 15
temannya yang tersingkir karena pengeksekusian keji oleh tuannya. Pastinya beban kali ini
yang mereka topang akan 2x lipat lebih menghunjam dirinya ke tanah.
Perjalanan yang sama. Perjalanan yang penuh dengan batu kerikil yang menyayat
telapak kaki. Dan lagi, sela-sela jari-jemari kaki mereka yang penuh dengan organ otak serta
bola mata teman-temannya yang tersangkut saat mereka harus tetap berjalan lurus tanpa
mempedulikan teman-temannya yang mati mengenaskan. Tapi tetap saja, di hati mereka
sangat terpukul dan mungkin ini sangat berat sekali untuk mereka. Mereka tak bisa berbuat
banyak untuk teman-temannya.

“Apa kau merasakan ada sesuatu di sela-sela jari-jemari telapak kaki kita?” Terengah-
engah.

“Aku tidak peduli.. Aku tidak bisa memikirkan apa yang sedang terjadi.. Sekarang
mataku hanya dapat menatap lurus ke depan.. Yang aku rasakan.. Berat beban semakin
menimpa seakan menekan kita terlalu dalam ke dalam bumi setiap saat kita melangkahkan
kaki berjalan ke depan..”

“Sama.. Yang.. Uh kini.. Aku rasakan juga sama.. Tulang-tulangku seakan-akan mau
retak..”

“Aku butuh pekerjaan yang tak seberat seperti ini.. Pekerjaan yang di mana jika
mendapatkan suatu kesalahan tidak dijatuhkan konsekuensi hukuman mati.. Ini seperti
pembantaian bagi para pekerja..”

“Benar-benar para si penguasa tidak memiliki hati..”

“Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin..”

“Benar.. Kehidupan macam seperti apa ini? Kita layaknya pion yang tak dianggap
martabatnya, hak dan serta kewajibannya..”

“Harus aku ingatkan.. Kita berada di zaman yang dzalim, kawan.. Kita layaknya kutu
bagi para penguasa milyarder..”

“Ya.. Kau benar.. Kita juga hidup di dunia yang memiliki pagar.”

“Apa kau masih memiliki niatan untuk tetap hidup di dunia yang kejam ini??”

“Kalau bukan tanpa istri dan anak-anakku.. Mungkin aku sudah lebih memilih untuk
mati..”

“Menggantung diri maksudmu??”


“Aku tidak akan melakukan hal yang sekonyol itu.. Bunuh diri itu dimurkai Tuhan..
Aku hanya perlu menunggu waktu entah sampai kapan aku masih dapat hidup.. Sudah itu
saja..”

“Kau masih percaya Tuhan?? Di dunia yang bisa diartikan layaknya tak ber-Tuhan?”

“Dimana adanya ciptaan.. pasti di situ terdapat adanya Tuhan.. Kita cukup mengimani
saja..”

“Kau benar.. Hanya saja mungkin untuk saat ini.. Orang-orang yang masih beriman..
Yang masih percaya pada Tuhan.. Tengah diuji.. Pasti akan ada hari yang cerah.. dan juga
hari kemenangan bagi orang-orang yang masih percaya bahwa Tuhan itu ada..”

“Aku merasa kasihan pada orang-orang yang suka memakan hak milik orang lain..”

“Bukankah itu sangat rakus..”

“Itu sangat nista.. Kuharap jika aku dilahirkan kembali dan bila aku diperbolehkan
untuk memilih, aku tidak mau dilahirkan menjadi seperti kehidupan yang kujalani sekarang
ini lagi.. Oh wahai Tuhan.. Berikanlah perubahan.. Kami sangat merindukan perubahan itu..
Di mana orang-orang seperti kami memiliki hak semestinya..”

“Renungan kalbu ini sungguh sangat efektif untuk kita tetap bertahan menopang berat
yang menghunjam..”

“Ah.. Iya kau benar.. Jadi tidak terasa, ya.. Benar-benar pelipur lara...”

“Oh! Tidak.. Tanganku untuk menahan beban berat ini tiba-tiba keram dan sudah...
TAK... BER... TE-TENAGA!!”

Tiba-tiba keseimbangan pun goyah. Akhirnya papan tersebut pun terombang-ambing


dan mobilnya yang berada di atasnya pun terlempar. Tepat di atas tebing.

“Oh! Tidak!! Kita telah menjatuhkan Tuan!!”

“AAAAAAAAAA!!!”

Mobil bersama dengan pemiliknya meluncur jatuh ke bawah dataran tinggi.


Pemiliknya dari dalam berteriak dengan kerasnya. Tapi sangat mustahil untuk para budak
menyelamatkannya. Mereka sudah kehabisan tenaga karena keegoisan seorang Tuannya.
Mungkin itu adalah balasan yang sempurna. Tentu, dari Tuhan. Dia masih
mendengarkan keluh sedih para hamba-hambanya yang terdzalimi..

Akhirnya mobil mewah seharga trilyunan jatuh dengan terbalik. Menimpa seorang
Tuan pemiliknya.

Flashback kecelakaan seorang pasien. Selesai.


ARC 1 : FLASHBACK ALERT! 3!

“JADI SEPERTI ITULAH SAAT SEBELUM KECELAKAAN MULAI


MENIMPAKU.”

“Ah. Maaf sebentar. Bolehkah anda saya tensi dulu.”

“TERSERAH, BUKANKAH ITU SUDAH MENJADI PEKERJAANMU.”

“Ah. Baik. Terima kasih.”

Farma mulai mengukur tekanan darah pasien itu.

“Selamat. Tekanan darah anda sudah kembali normal. Saya akan pergi dulu. Saya
akan memeriksa anda kembali setiap saat. Anda dapat memanggil saya kapanpun anda
membutuhkan bantuan, yaitu dengan cara menekan tombol bel darurat yang kami rancang
dan meletakkannya di samping kanan rel ranjang. Saya akan kembali pada beberapa waktu
yang akan datang. Selamat beristirahat, Tuan. Semoga lekas sembuh.”

Saat Farma mulai membereskan alat tensinya dan berpaling pergi meninggalkan
pasien. Tiba-tiba pasien tersebut menarik lengan mungil Farma.

“AH! TUNGGU-TUNGGU.”

“Ah! Iya, ada yang bisa saya bantu. Tuan?”

“BISAKAH KAU MELEPASKAN SAJA GIPS YANG MEMBELENGGU


LEHERKU INI?? AKU TIDAK DAPAT MENGGERAKKAN LEHER SERTA
KEPALAKU DENGAN LELUASA.”

“Oh. Maaf Tuan. Sekarang belum saatnya untuk saya melepaskan gips anda. Saya
akan melepaskannya setelah mendapatkan persetujuan dari Ibu saya.”

“DILEPAS ATAU TIDAKNYA PUN ITU TIDAK MASALAH SELAGI AKU BISA
MELIHAT WAJAHMU, WAHAI PERAWAT.”

Farma pun menengokkan kepalanya di atas pandangan pasien.


“Apakah anda sudah melihatnya?? Kalau sudah, aku akan segera pergi dulu. Ada hal
lain yang harus saya kerjakan, Tuan.”

“WAHH! KAU MASIH MUDA.. BERAPA USIAMU? WAHAI GADIS KECIL.”

“Aku berusia 15 tahun, Tuan.”

“OH! KAU MASIH TERLALU MUDA. TAPI BAGIKU ITU TAK APA, TAK
MASALAH.”

“Apa maksud anda?”

“KAU LUMAYAN CANTIK DI USIA YANG SANGAT MUDA. MUNGKIN KAU


AKAN SANGAT CANTIK SEKALI SAAT DI MANA KAU BERANJAK USIA YANG
SUDAH MATANG. APA KAU BERSEDIA MENJADI ISTRIKU YANG KE-16??”

“Apa yang anda bicarakan dan apa yang anda pikirkan. Tentu saja saya menolak. Aku
masih belum berniatan untuk ke hal yang merujuk ke arah pernikahan. Aku masih ingin
meraih cita-cita.”

“APA YANG KURANG DARIKU?? APA KAU BUTUH EMAS? ALKOHOL??


ATAUKAH PROFESI?? AKU DAPAT MEWUJUDKAN SEMUA ANGAN-ANGANMU
DENGAN SEKEJAP MATA. HANYA SAJA SYARATNYA HARUS TERPENUHI,
YAITU KAU HARUS MAU MENIKAH DENGANKU, MENIKAHLAH DENGANKU.”

“Sekeras apapun penawaranmu. Aku tetap akan selalu menolak. Aku tidak akan
menerima gelar jabatan profesi seinstan itu. Dan itu namanya pembodohan. Aku sangat-
sangat menolak tawaranmu, Pak.”

“SOMBONG SEKALI KAU! KAU PIKIR DIRIMU PUNYA APA? TIDAK ADA
SESUATU DI DUNIA INI YANG TIDAK DAPAT AKU BELI! SEMUANYA AKU BISA
DAPATKAN DENGAN UANG! DENGAN EMAS!”

“Maaf saja Tuan. Aku sama sekali tidak tertarik dengan perhiasan ataupun harta
benda. Maaf, lepaskan tanganku. Aku harus pergi.”

Farma pun pergi dengan kesal.

“GADIS KECIL ANGKUH. KAU AKAN MENERIMA AKIBATNYA KARENA


TELAH MENOLAK TAWARANKU.”
Tangan pasien tersebut pun mulai meraba-raba dan meraih gips lehernya.

“AKU TIDAK BUTUH BENDA SEPERTI INI!”

Pasien itu melepaskan gips yang membelenggunya dengan paksa. Sontak rasa
kesakitan saat melepaskan gips pun kerap ia rasakan. Tapi dari raut mukanya benar-benar
tidak melukiskan rasa sakit. Dia tidak peduli. Kini pasien itu sudah bangun dari
pembaringannya.

“DESA INI AKU YAKIN SANGAT BAU. BAU ORANG-ORANG YANG MISKIN
DAN MELARAT. AKU HARUS LAKUKAN SESUATU UNTUK MELINDUNGI
SIRKULASI UDARAKU UNTUK TETAP TERJAGA DAN SELALU AMAN DARI
CAMPURAN HIRUP NAFAS MEREKA YANG TERSEBAR BANYAK SERTA
MENGKONTAMINASI UDARA DI LUAR.”

Pasien itu mulai berjalan berkeliling di dalam kamar rawat. Mencari sesuatu benda
yang dapat membungkus wajahnya.

Setelah beberapa menit dia cari-cari benda yang dicarinya. Akhirnya dia menemukan
plastik besar yang dapat menampung kepalanya. Dia mengenakan plastik itu pada kepalanya
dan membungkusnya di area leher dengan menggunakan plester.

“AKHIRNYA AKU AKAN AMAN DARI BAU BUSUK PARA SAMPAH-


SAMPAH ITU.”

Dia melangkahkan kakinya menuju keluar rumah dan mencari-cari Farma. Dia akan
bersembunyi setiap kali akan berpapasan dengan orang pekerja Farm Sweet.

Akhirnya setelah keliling-keliling tanpa membuahkan hasil. Saat mulai akan putus
asa, dari pandangannya menemukan sosok Farma yang tengah memberikan makan pada sapi
ternak.

“DIA SEORANG PETERNAK? SELAIN BERPROFESI MENJADI BAGIAN


SEORANG PERAWAT?”

Pasien itu mulai berjalan dengan hati-hati menuju ke tempat kandang sapi. Menemui
Farma.

“HEY, BOCAH PERAWAT. AKHIRNYA KITA BERTEMU LAGI.”


“Astaga Anda! Kenapa Anda bisa sampai kemari?? Bukannya Anda tengah
beristirahat??”

“AKU TIDAK BISA TINGGAL DIAM BERBARING DENGAN TENANG DI


RANJANG SEBELUM AKU MENDAPATKAN RESPON SETUJU DARIMU.”

“Sudah berapa kali aku katakan padamu, Pak. Aku tidak mau menikah denganmu.
Aku menolak tawaranmu. Aku ini cuma gadis miskin. Kau bisa dapatkan wanita yang lebih
segalanya di luaran sana.”

“KEPUTUSANKU SUDAH BULAT. APA YANG AKU INGINKAN HARUS


SEGERA TERPENUHI. MESKIPUN AKU HARUS MEMBELI SEMUA HAL
TERMASUK APA YANG KAMU MILIKI. AKU DAPAT MEMBELI DESA KUMUH INI.
AKU DAPAT MEMBELI DIRIMU ATAUPUN SEMUA ORANG-ORANG DI SINI. DAN
AKU DAPAT MEMBUAT SERTA MENGUBAH MEREKA MENJADI ORANG-ORANG
PEKERJA YANG TUNDUK DI BAWAH KAKIKU, YAITU SEBAGAI BUDAKKU.”

“Kau benar-benar seorang bapak-bapak yang tidak memiliki hati ataupun perasaan.
Bagaimana bisa perilaku dan sikapmu sangat kejam? Kau seakan dapat membeli semuanya
hanya dengan uang tapi tidak dengan hati. Kau tidak akan dapat membeli Farm Sweet
ataupun orang-orang yang berada di dalamnya!”

Karena sangat kesal sekali, Farma pun langsung pergi meninggalkan pasien yang
susah diatur itu.

“SUDAH BERAPA KALI KAU MENOLAK TAWARANKU, FARMA.


SEBENTAR LAGI KAU AKAN MENERIMA AKIBATNYA ATAS SEMUA
KESOMBONGAN DAN KEANGKUHANMU!”

Selain itu di bawah lereng tebing.

Tiba-tiba beberapa orang turun dengan susah payah dari lereng tebing dataran tinggi.

“Uhh! Sungguh sangat curam sekali dari atas ketinggian.”

“Benar. Akhirnya kita dapat menyusul Tuan.”


“Mengapa kita harus mencari Tuan, sih. Kan dia jahat. Dia sama sekali tidak memiliki
hati.”

“Walau bagaimanapun juga. Kita tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Terlebih
lagi dia memiliki hutang pada kita.”

“Hutang?”

“Ya. Hutang. Dia belum membayar jasa kita.”

“Hah?? Kau masih mengharapkan hal itu? Nyawa selamat saja masih untung. Aku
yakin Tuan tidak akan memberikan sepeser pun uang untuk membayar kita. Terlebih lagi apa
kau tidak melihat apa yang telah barusan terjadi? Dia jatuh ke jurang. Dan itu karena
kesalahan kita. Jika kita menemui Tuan, pasti kita akan langsung segera dieksekusi di tempat.
Tepat pada waktu itu juga.”

“Kalau begitu.. Apa sebaiknya kita berputar kembali lagi saja?”

“Mungkin itu ide yang terbaik.”

“Tapi jika kita tidak menemukan Tuan. Sama saja kita tidak akan kembali kepada
keluarga kita masing-masing di sana. Keluarga kita berada di daerah kekuasaannya. Jika kita
kabur seperti ini menjadi seorang pelarian bagaimana dengan nasib keluarga di sana?”

“Yang terpenting kita harus mencari Tuan dulu. Masalah Tuan masih hidup atau
tidaknya biarkan takdir yang menentukannya sendiri.”

“Jika Tuan mati. Itu artinya akan menjadi kebahagiaan bagi seluruh masyarakat di
sana.”

“Hehe.. Ya. Kau benar. Kita akan merasa terbebas dari sistemnya yang dzalim.”

Mereka berlima mengobrol sambil berjalan. Dan kini tak terasa mereka sudah berada
di area kandang sapi.

“Tu-Tunggu-Tunggu!”

“Ah! Ada apa??”

“Lihat. Ada orang gendut yang berpenampilan aneh.”


“Berpenampilan aneh??”

“Benar. Dia membungkuskan kepalanya dengan plastik.”

“Apakah itu bandana trending di desa ini?”

“Entahlah. Mungkin ini satu-satunya jalan untuk mencari tahu tentang keberadaan
Tuan.”

“Ya. Kita tanyakan pada seorang bandana plastik itu.”

Mereka pun bergegas menemui seorang pasien tersebut.

“Ah. Hai, Halo. Permisi. Bisakah aku menanyakan sesuatu mengenai seseorang yang
tidak lama ini terjun bebas menggunakan mobil mewah dari ketinggian tebing??”

Seketika pasien tersebut pun menengokkan wajahnya ke sumber suara.

“MMM..??”

TU-TUAAANNN!!!???

“KA-KALIAN! PARA BUDAK BANGSAT!”

“Ma-Maafkan kami! Ma-Maafkan kami! Tuan!”

Orang-orang pekerja Farm Sweet pun sejenak berhenti berlalu lalang beraktivitas dan
mulai menonton kelima budak bertekuk lutut dan bersujud di hadapan seorang Tuannya.

“A-Apa yang mereka lakukan? Mengapa mereka harus sampai bersujud pada seorang
korban kecelakaan itu?”

“Ah, Iya. Bukankah dia masih dirawat?? Kenapa sekarang dia berada di luar??”

“Jangan-jangan dia kabur dari kamar rawat!”

“Lihat! Dia sampai memukuli kelima orang-orang yang tidak tahu dari mana
datangnya!”

“Tidak hanya dari tutur katanya yang kejam tapi tindakannya juga layaknya iblis!”
“KALAU SAJA PISTOL MAHALKU BERADA DI SAKUKU! AKU
BERSUMPAH AKAN MENGHANCURKAN SATU MATA DAN SATU
TENGGOROKAN DARI MASING-MASING KALIAN!!”

“Hey! Maaf. Ada ribut-ribut apa ini!” Kata pekerja Farm Sweet.

“SIAPA KAU BERANI-BERANINYA MENGIKUTCAMPURI URUSANKU


DENGAN PARA BUDAK-BUDAKKU!!”

“Aku tidak peduli apa yang telah terjadi mengenai urusan kalian. Tapi ini adalah desa
kami. Kami sangat terganggu jika ada suatu keributan yang seperti ini!”

“Benar! Kami tidak akan segan untuk mengusirmu dari desa ini!!”

“Ah! Tolong. Maafkan Tuan kami. Maksud Tuan kami bukan membuat keributan.
Tapi ini semua dan insiden yang menimpa Tuanku, yang telah terjadi beberapa waktu yang
lalu, memang kesalahan dari kami. Maka dari itu, kami minta maaf atas semua keributan dan
ketidaknyamanan ini. kami berjanji akan berlaku tenang dan menciptakan ketentraman.”

“Bagus. Kalau begitu. Katakan padanya. Untuk mengecilkan suaranya saat setiap kali
hendak berbicara.”

“Ya. Benar. Karena setiap kali dia berbicara. Gendang telinga kami rasanya serasa
ingin pecah.”

Seketika orang-orang pekerja Farm Sweet pun kembali melanjutkan aktivitasnya


seperti semula.

“KALIAN MEMBUAT PENGHINAAN TERBESAR YANG AKU DAPATKAN


DARI MEREKA!!”

“A-Aku minta maaf Tuan. Bukan maksud aku untuk..”

“SUDAH-SUDAH CUKUP!! HENTIKAN ALASAN AMPAS KALIAN!! AKU


TIDAK BUTUH ALASAN APAPUN DARI KALIAN!! KARENA KALIAN ITU
LAYAKNYA SAMPAH SEPERTI MEREKA SEMUA!! TAPI SEBELUM ITU, KALIAN
DATANG KEMARI UNTUK MENCARIKU, KAN?”

“Be-Benar. Tuan.”
“AKU MEMILIKI MISI PENTING UNTUK KALIAN!! KEMBALILAH KE ATAS
SANA!! DAN TEMUILAH PARA BAWAHAN AGENT ELITE-KU!! SURUH MEREKA
KIRIMKAN SATU BUAH HELIKOPTER PADAKU KE LOKASI INI!! DI DESA INI!!
JIKA KALIAN MASIH MENYAYANGI NYAWA KALIAN, KALIAN HARUS SEGERA
LAKSANAKAN TUGAS INI DENGAN SEGERA!!”

“Ba-Baik, Tuan!”

Segeralah mereka berlima kembali naik ke atas tebing untuk melaksanakan apa yang
diperintahkan oleh Tuannya.

“JIKA KAU TAK DAPAT AKU MILIKI DENGAN CARA HALUS, MAKA AKU
AKAN MEMILIKI DAN MEMBAWAMU SECARA PAKSA! HAHAHA!!”

Pasien itu pun kembali pergi mencari Farma lagi.

Dari balik kandang sapi. Seekor telur menguping pembicaraan.

Aku harus memberitahukan hal ini sesegera mungkin pada Nancy!

Di bawah pohon beringin yang rindang.

Seseorang wanita kelahiran tahun 1986, dan kini berusia 32 tahun tengah sibuk
mengerjakan mengenai data-data dari rumah sakitnya. Di bawah pohon yang rindang, angin
padang rumput selalu menghembus tiap waktu. Sesekali dirinya merasa terganggu karena
jarinya yang sibuk harus merapihkan rambutnya yang berantakan karena angin. Tangannya
yang sibuk mengetik laptop sejenak meraba-raba mencari-cari sesuatu di sekitar karpet,
sebuah karet. Akhirnya dia gunakan untuk mengikat rambutnya yang terurai gelap serta yang
mengkilap itu. Seekor mahluk telur berlari dengan sangat kencang hingga menggelinding dan
akhirnya berhenti saat setelah menabrak tas ransel berisi obat-obatan dan data-data milik
seorang dokter besar ternama.

“Hey! Ada apa? Sampai-sampai kau datang dengan penuh tergesa-gesa seperti itu?”

“Na-Nancy! Aku mendapatkan kabar buruk!”


“Kabar buruk? Memangnya kabar buruk yang seperti apa? Sudahlah jangan main-
main. Aku tengah sibuk mencatat data analisis ini. Aku harus menyelesaikan semua ini. Agar
saat kita kembali besok pagi ke sana semuanya akan beres dan masalah pun cepat terkendali.”

“Aku serius Nancy! Put-Putrimu.. Farma. Dia sedang dalam bahaya!”

“Putriku, Farma? Sedang dalam bahaya?” Katanya kaget sampai melepaskan


kacamatanya.

“Benar, Nancy. Aku mendengarnya sendiri dari orang yang tidak dikenal. Dan
sepertinya dia adalah pasien yang sedang kau rawat itu. Dia merencanakan penculikan
menggunakan helikopter pada Farma!”

“Oh! Tidak! Aku tidak akan membiarkan hal buruk itu menimpa Putriku!”

“Ya! Kita harus segera menyelamatkannya sebelum hal itu terjadi! Nancy!”

“Kau tahu? Aku dulu adalah seorang koboy wanita yang hebat!?”

“Ya. Aku masih ingat!”

“Maka dari itu kau jangan meremehkan skill-ku dalam mengendalikan seekor sapi
jantan!”

“Ah iya! Lalu apa rencanamu. Nancy!”

“Siapkan aku seekor sapi jantan!”

Sapi jantan?

“Baiklah! Ngomong-ngomong apakah itu bagian dari rencanamu?”

“Tentu saja. Itu rencana utamaku! Dan juga jangan lupa siapkan tali tambang untukku
juga!”

“Ba-Baik!”

Benar-benar akan menjadi koboy..


ARC 1 : FLASHBACK ALERT! 4!

Di rumah Manfred.

Pasien itu datang ke rumah pemimpin Farm Sweet.

AH! BUKANKAH ITU MOBIL MEWAHKU? KENAPA BISA ADA DI SAMPING


RUMAH JELEK ITU?

“Ah! Hey. Kau sudah mulai baikan?” Kata seseorang yang tiba-tiba muncul dari
bawah mobil mewah yang hancur.

“HEY! KAU! APA YANG SEDANG TENGAH KAU LAKUKAN PADA


MOBILKU!”

“Maaf. Aku hanya sedikit mengisi waktu luangku untuk memperbaiki kendaraanmu.”

“DASAR PENGANGGURAN!”

“Ah! Hehe.. Mungkin kau benar aku memang seorang pengangguran. Karena tidak
ada hal lain yang tidak mungkin bisa aku kerjakan jika aku hanya diam saja. Aku suka
memperbaiki sesuatu.”

“APA KAU DAPAT MEMPERBAIKI HATI YANG TERLUKA?” Kata pasien


tersebut sambil berjalan ke arah samping mobilnya.

“Mungkin untuk itu. Aku tidak dapat memperbaikinya. Karena itu menyangkut
tentang hati dan perasaan.”

“ITU ARTINYA KAU MEMANG TIDAK DAPAT MEMPERBAIKI SESUATU


YANG LAIN. BODOH!!” Kata pasien tersebut sambil mengecek ke lantai mobil bagian
depan.

“APAKAH KAU MENGENAL BOCAH KECIL BERPROFESI PERAWAT ITU?”

“Aku sangat mengenalnya lebih dari yang lain. Dia adalah satu-satunya putriku.”
“OH.. JADI ITU PUTRIMU?? DAN BARUSAN KAU BILANG KAU LEBIH
MENGENAL PUTRIMU DARI YANG LAIN?”

“Tentu saja. Karena aku ini adalah seorang Papanya.”

“APAKAH DIA ADALAH GADIS YANG SOMBONG DAN ANGKUH??”

“Tentu saja dia bukan gadis yang seperti itu. Dia sangat lugu.”

“OH!? APAKAH BENAR DEMIKIAN!?? KURASA KAU SALAH BESAR!! KAU


MENJADI SEORANG AYAH SUNGGUH TIDAK TAHU APA-APA TENTANG
DIRINYA!! DIA MEMPERLAKUKAN AKU SECARA TIDAK SOPAN! DAN ITU
SANGAT MENYAKITI HATIKU!!”

“Ah! Maaf. Sebenarnya ada masalah apa Anda dengan putriku, Farma? Apakah ada
masalah dengan cara pelayanan keperawatannya??”

“AKU NILAI CARA PELAYANAN KESEHATANNYA MEMANG BAIK. TAPI


AKU TIDAK TERIMA KALAU DIA MENOLAK TAWARANKU!! MENJADIKAN DIA
SEBAGAI ISTRIKU YANG KE-16!”

“Ah!?? Istrimu yang ke-16?? HAHAHA! Pantas saja dia menolak tawaranmu.. Mana
ada wanita yang mau dijadikan istri yang kesekian berapa kalinya.”

Seketika pasien itu langsung mengambil pistolnya dari tempat duduk mobilnya dan
segera mengarahkannya pada pemimpin Farm Sweet.

Tapi sayangnya, seorang Manfred sudah duluan mengacungkan ujung sekopnya ke


arah wajah bulat pasien itu.

“KURANG AJAR!!”

“Apakah kau akan meneruskan pertengkaran ini yang tak ada ujungnya??”

“AKU BENAR-BENAR TERTANTANG UNTUK MENGELUARKAN ISI


OTAKMU..”

“Aku pun sama. Tertantang ingin mencongkel bola matamu. Selama ini aku sudah
merasa bersabar atas semua perilakumu yang menyimpang dan tak bermoral.”
Suasana menjadi semakin memanas. Karena di antara mereka saling menodongkan
senjata.

“APA KAU TIDAK TAHU SIAPAKAH DIRIKU!!? AKULAH FAT BOB!!


PENGUASA PULAU GOLDWINES!”

“Sekarang giliranku untuk memperkenalkan identitas asliku yang sebenarnya! Apa


kau tidak tahu siapakah diriku!!? Akulah Manfred Chicken!! Penguasa Farm Sweet!”

“TAK PEDULI KAU PENGUASA DARI PARA SAMPAH ATAU AMPAS


APAPUN. JIKA KAU MATI, TETAP SAJA AKU YANG AKAN MENANG!”

“Itu pun berlaku dengan sebaliknya. Jika aku dapat membunuhmu dengan
menggunakan sekop ini. Pulau Goldwines pun akan runtuh tanpa adanya dirimu.”

“BERANINYA KAU MENGATAKAN PULAU GOLDWINES RUNTUH!!”

“Aku hanya mengikuti kata apa yang keluar dari mulutmu. Kau bisa memarahiku.
Aku pun juga bisa memarahimu! Karena aku dapat menilai. Bahwa semua tindakanmu itu
memang benar-benar salah dan sangat menyimpang!”

“KAU ORANG TUA YANG SIFATNYA SAMA DENGAN BOCAH PERAWAT


ITU!! BERHENTILAH UNTUK MENENTANGKU!! KARENA JIKA TIDAK, AKU BISA
MEMBUAT KALIAN DAN SEISI FARM SWEET INI MENDERITA!!”

“Lakukan saja sesukamu. Aku tidak takut dengan semua ancamanmu.”

“OH BEGITU, ASAL KAU TAHU. AKU JUGA DAPAT MEMBELI SEISI FARM
SWEET INI!!”

“Itu tidak akan terjadi jika aku tidak menyetujuinya dan tidak mendatangani hitam di
atas putih!”

Tiba-tiba dari belakang. Farma datang mendorong Fat Bob hingga terpental merebah
ke depan mobil.

“Papa! Menjauhlah darinya! Dia seorang bapak-bapak yang sangat berbahaya!”

“Oh! Farma! Tidak-Tidak! Kau yang seharusnya tidak datang kemari karena dia
adalah seorang yang berbahaya!”
Segeralah Manfred memukul Fat Bob dengan sekopnya.

Bukkh!! Bukkh!!

“Mati kau! Dasar penjahat!!”

“AKU TIDAK AKAN MUDAH MATI HANYA DISERANG DENGAN SEKOP.


HEHEHE..” Kata Fat Bob sambil duduk bersandar di sisi mobilnya.

“Oh, ya?? Sombong sekali kau masih bisa berbicara dan tersenyum! Padahal kau
sudah terpojok!”

“Sudah-Sudah. Papa bisa membunuhnya!!”

“Untuk orang sepertinya memang pantas dihukum. Farma!”

Sejenak Manfred pun berhenti memukuli Fat Bob dengan sekop setelah mengetahui
darah yang mengalir deras dari hidung Fat Bob.

KERJA BAGUS FARMA. DENGAN KAU YANG TENGAH SIBUK MENENANGKAN


PAPAMU. DENGAN BEGINI KAU DAPAT MENGULURKU UNTUK MELAKUKAN
SESUATU. YAITU MENGISI AMUNISI YANG AKU SISAKAN PELURU DI SAKUKU.

“Ayah! Tenanglah! Kita akan menyelesaikan masalah ini secara baik-baik.”

“Tidak bisa Farma. Orang bedebah sinting sepertinya tak dapat diajak hanya dengan
bicara. Melainkan dengan fisik!”

Tidak ada satupun orang yang berlalu lalang di sekitar rumah Manfred. Karena
memang bukan jalur di mana orang-orang harus selalu lewat jalan di depan rumahnya.

Seketika di antara bisingnya suara cekcokan antara anak dan ayah. Fat Bob
mendengarkan suara helikopter yang semakin mendekat.

AKHIRNYA TUJUANKU SEBENTAR LAGI AKAN TERCAPAI.. HAHAHA!

Saat Farma dan Manfred tengah lengah. Fat Bob langsung mengambil kesempatan
untuk menjadikan Farma sebagai alat sandera yang sempurna. Dia menyekap Farma dari
belakang dan menodongkan sebilah pistolnya ke pelipisnya.

“Far-Farma!!”
“JANGAN MENDEKAT!! JIKA KAU TETAP AKAN MENDEKAT. AKU TIDAK
AKAN SEGAN MELUBANGI KEPALA PUTRIMU YANG MANIS INI! HAHAHA!!”

“Sialan! Keparat bajingan!”

“TIDAK ADA HAL YANG DAPAT KAU LAKUKAN SELAIN MELETAKKAN


SEKOPMU KE TANAH. JIKA KAU MASIH MENYAYANGI NYAWA FARMA.”

“O-Oke-Oke! Aku akan meletakkan alat ini! Tapi kumohon untukmu untuk tidak
melukainya!” Kata Manfred sambil merundukkan badan. Meletakkan sekop.

“JANGAN LUPA SETELAH ITU SEGERA ANGKAT KEDUA TANGANMU KE


ATAS!”

Manfred pun menuruti kemauan yang diperintahkan oleh Fat Bob.”

“Kau benar-benar manusia yang laknat dan terkutuk!”

“HATI-HATI DALAM BICARA! KALAU SAJA AKU MASIH MEMILIKI SATU


PELURU LAGI MUNGKIN BARUSAN AKU TELAH MENEMBAK OTAKMU
SETELAH KAU MENGATAKAN ITU!”

“Kau benar-benar mahluk perwujudan iblis!”

“BACOT!”

AKU TIDAK PERLU MENGHIRAUKANNYA KARENA ITU HANYA AKAN


MENGALIHKAN PERHATIAN DAN EMOSIKU SAJA. SEKARANG INI AKU HANYA
PERLU MENUNGGU DATANGNYA HELIKOPTER TIBA..

Sekitar 5 menitan. Akhirnya helikopter pribadi miliknya pun sampai dan kini tepat
berada di atas halaman depan rumah Manfred. Fat Bob memberikan kode untuk
memerintahkan sang pilot helikopter untuk segera turun mendarat ke permukaan tanah
dengan melambaikan tangan. Seketika helikopter tersebut pun segera turun. Fat Bob pun
bergegas menarik dan menyeret Farma kearah pintu helikopter.

“Kau mau bawa ke mana putriku! Keparat!”

“Pa-Papa! Tolong aku! Lakukan sesuatu!”


“Kau tenang Putriku! Papa tidak akan membiarkan dia membawamu masuk ke
kendaraan terbang itu!”

“Papa..”

“SUDAH SEKITAR TIGA KALI AKU MENDENGAR TENTANG SEMUA


KEBOHONGAN DAN KETIDAKMAMPUANMU.. DAN SEKARANG ADALAH YANG
KETIGA KALINYA! YANG PERTAMA KAU MENGANGGAP DIRIMU DAPAT
MENGERJAKAN DAN MEMPERBAIKI SEGALA HAL TAPI NYATANYA TIDAK.
KAU SAMA SEKALI TAK DAPAT MEMPERBAIKI HATIKU YANG LUKA. KEDUA,
KAU BILANG PUTRIMU ADALAH SEORANG GADIS YANG BAIK-BAIK DAN
LUGU. DAN ITU JUGA BOHONG, DIA BENAR-BENAR SANGAT SOMBONG DAN
ANGKUH! DAN YANG TERAKHIR.. KAU PUN TIDAK AKAN DAPAT MEMEGANG
JANJIMU UNTUK MENCEGAH AKU MEMBAWA FARMA PERGI DARI FARM
SWEET!”

DHOOORR!!

Klang!

“PAPA!!”

Fat Bob menembakkan pistolnya tepat ke arah paha Manfred. Dan itu membuat
Manfred terlempar ke belakang karena daya hancur peluru milik Fat Bob. Sebagian daging
paha Manfred tercecer di tanah dan juga beberapa bercak darah yang menyembur ke tembok
rumahnya.

“DAN ITU BALASAN KARENA KAU TELAH BERANI MEREMEHKANKU,


BERANI MENATAP MATAKU, BERANI MEMBALAS SEMUA KATA-KATAKU,
BERANI MENGATAKAN KALAU GOLDWINES AKAN HANCUR, BERANI
MEMUKULKU BEBERAPA KALI DENGAN MENGGUNAKAN SEKOP DAN BERANI
MENGATAKAN TIGA HAL KEBOHONGAN DI HADAPANKU!!”

“Ugghh! Uhh!”

“ASAL KAU TAHU.. AKU SENGAJA TIDAK MEMBUNUHMU SEKALIAN..


KARENA AKU MEMBERIMU KESEMPATAN UNTUK MENJADI SEORANG
MERTUAKU YANG TOLOL! HAHAHA!”
“Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai menantuku!!
Bajingan!”

“NIKMATI SAJA RASA SAKIT ITU.. KARENA BAGAIMANA PUN JUGA KAU
TIDAK AKAN BISA MENCEGAHKU MEMBAWA FARMA DENGAN KAKI YANG
TERLUKA PARAH SEPERTI ITU. BERNIAT BERDIRI SAJA PUN SUDAH TIDAK
BISA, BUKAN?”

Fat Bob pun mulai membawa paksa memasukkan Farma ke dalam helikopter.

“Lepaskan aku!! Aku tidak mau ikut denganmu!!”

PLAAAKKK!!

Fat Bob menampar Farma dengan sangat keras. Membuat area di bagian sekitar pipi
dan sisi dekat matanya menjadi lebam dan berwarna kebiru-biruan karena telapak tangan Fat
Bob yang lebar dan kasar.

Sejenak Farma hanya terdiam dan mulai merasakan erangan kesakitan yang menjalar
di sebagian wajahnya. Kerap sekali Farma mengeluarkan darah dari mulutnya karena
kekerasan yang dilakukan oleh Fat Bob padanya.

“SUDAH BERAPA KALI KAU SUKA MENENTANG SEMUA KEHENDAK


DAN PERINTAHKU?? TAMPARAN TADI BELUM SEBERAPA!! JIKA KAU MASIH
SAJA SEPERTI DEMIKIAN AKU PUN TAK AKAN SEGAN UNTUK MENGHABISIMU
SEBELUM KAU MENJADI ISTRI SAH KU!!”

“Ughh.. Uhh..”

“APA YANG KAU TUNGGU?? CEPAT JALAN!!”

“Ba-Baik Tuan Bos Besar!”

Helikopter pun mulai terbang ke udara.

Dari kejauhan. Seorang wanita penunggang sapi jantan melaju lurus ke arah bawah
kaki helikopter.

“Na-Nancy..”
“Sudah kuduga. Kau sangat lemah menjadi seorang Papanya! Menjaganya saja pun
tak bisa!” kata Nancy sambil dirinya melompat dari sapi jantan dan bergelantungan lewat tali
tambang yang ia kaitkan pada kaki helikopter yang tengah naik ke atas.

“Kau jangan khawatirkan Farma. Kau pikirkan saja lukamu. Nanti sewaktu di jalan
aku akan bilang pada Egg Boy melalui walky talky-ku mengamanatkannya untuk mengurus
lukamu!”

“Ba-Baik Nancy.. Terimakasih.. Aku serahkan padamu.. Dan kumohon bawa kembali
Farma..”

“Kau berfikir apa!! Tentu saja aku akan membawanya pulang! Karena dia putriku!
Darah dagingku!”

Walaupun kau adalah seorang Ibu yang super sibuk tapi kau sangat berperan penting
dalam mengedepankan mengenai urusan masalah apa yang dialami oleh putrimu.. Aku tidak
pandai dalam berkata-kata.. Tapi jujur saja kau adalah sosok Ibu yang hebat..

Alhasil Nancy pun jadi ikut pergi entah ke arah mana helikopter itu akan membawa
putrinya terbang.

________________________________________________________

Goldwines, Green Hall.

Fat Bob membawa Farma dengan menyeretnya dan memasukannya ke dalam sebuah
kamar. Menguncinya rapat-rapat dari luar.

Dari dalam kamar, Farma berteriak keras. “Keluarkan aku dari kamar ini!!” Teriak
Farma sambil menggedor-gedorkan pintu kamar kayu yang dilapisi oleh plat baja.

Ckrikkk..

“HAHAHA! KAU TAK AKAN DAPAT KE MANA-MANA. KARENA AKU


TELAH MENGUNCI PINTU KAMARNYA DENGAN GEMBOK!”
“Keluarkan aku dari sini!!”

“HAHAHA! NIKMATI WAKTU TENANGMU MENJADI CALON


PERMAISURIKU YANG KE-16!”

Fat Bob pun pergi.

“Kumohon keluarkan aku! Aku ingin pulang! Aku ingin pulang!”

Dari semak-semak seorang ibu berjalan dengan perlahan-lahan dan sangat hati-hati
dalam memperhatikan suara telapak kaki setiap langkahnya. Kini dia sudah berada di balik
pintu di mana Nancy dikurung di dalam kamar tersebut.

“Tolong! Keluarkan aku dari sini.. Huhu! Hiks-hiks.. Papa.. Ibu..”

“Fa-Farma” Kata Ibunya dengan nada yang sangat pelan.

“Ah! Si-Siapa itu!??”

“Ini Ibu..”

“Ah! Ibu!!? Itu beneran suara Ibu!??”

“Iya benar, Farma.. Ini Ibu.. Ibu akan segera mengeluarkanmu dari kamar ini..”

“Oh! Syukurlah.. Terimakasih Ibu! Oh iya.. Cepat keluarkan aku dari sini Ibu.. Aku
sangat ketakutan..”

“Ya-Ya.. Kau yang tenang saja di dalam ya, Sayang. Ibu sedang berusaha mencoba
untuk membuka kunci gembok ini..”

“Iya, Ibu..”

Klik!

Ah! Syukurlah kunci gemboknya dapat segera dibuka!

Nancy pun segera membuka pintu kamar dan membebaskan Farma.

Nancy dan Farma saling berpelukan saat setelah membukakan pintu kamar itu. “Ibu!!
Aku sangat ketakutan!”.
“Sudah tak apa, Farma.. Ada Ibu di sini.. Ibu akan selalu melindungimu apapun yang
terjadi.. Mulai sekarang kau aman.. Kita akan pulang bersama-sama.”

“Ibuuu...”

Sekilas Ibunya pun memeriksa tubuh putrinya. “Apa ada yang terluka?? Apakah
sewaktu di dalam helikopter kau diapa-apakan oleh penjahat itu!?”

“Tidak Ibu. Aku tidak apa-apa.. Aku hanya menerima luka ringan ini..”

“Oh! Astaga! Bagian sisi wajahmu bengkak!” Teriak Nancy kaget saat melihat luka
lebam Farma sambil memegang wajahnya dengan kedua telapak tangan. “Kau harus segera
dirawat, Nak! Ibu akan segera membawamu kembali ke Farm Sweet!”

“Pasti luka itu sangat sakit..”

“Sudah tidak sakit lagi Ibu.. Karena kehadiran Ibulah luka ini cepat terobati..”

“Ah.. Putri Ibu.. Kau suka menghibur Ibu, ya.. Sudah jelas luka itu sangat parah tapi
kau masih saja berpura-pura tidak kesakitan..”

“Karena aku ingin menjadi sosok kuat seperti Ibu.. Ibu yang pemberani..”

Nancy pun kembali memeluk erat putrinya. “Ibu sangat menyayangimu, Farma..
Maafkan Ibu jika selama ini tidak memiliki waktu untuk tetap bersamamu..”

“Tak apa Ibu. Toh kesibukan Ibu selama ini cuma demi untukku seorang, kan?.. Ah
bukan.. dengan Papa juga..”

!!!

“Oh.. Farma.. Ibu sangat rindu sekali..”

“Aku juga, Bu..”

Maafkan Ibu.. Farma.. Hingga Ibu harus menyembunyikan semua racun ini.. Dan
jujur saja ini sangat menyiksa..

“Manusia iblis seperti apa yang telah melakukan kekerasan di luar batas manusia
seperti ini pada putri Ibu.. Ini tidak bisa dibiarkan!”

“Tidak perlu membalasnya Ibu.. dia adalah orang yang sangat berbahaya..”
“Ibu tahu.. Dia adalah termasuk orang-orang yang berada dijajaran yang sama
dengan 3 orang penguasa lainnya..”

“Ah.. Ibu mengetahui banyak tentangnya?”

“Ibu tidak terlalu familiar mengenai kronologisnya.. Yang Ibu cukup lumayan
tahu adalah salah satu dari 2 penguasa lainnnya.. Atau bisa dikatakan penguasa yang
menguasai daerah bagian tengah..”

Sesaat mata Nancy menatap ruang kamar tempat sandera putrinya.

Kamar ini seperti ruangan sandera. Pintunya terbuat dari kayu yang dilapisi oleh
plat baja.. Dan sama sekali tidak ada jendela ataupun celah dari dalam.. Kamar yang
disengajakan diposisikan di luar rumah..

“Kita harus segera pergi..”


ARC 1 : FLASHBACK ALERT! 5!

Selain itu di tempat lain. Di sisi waktu yang sama.

Banyak orang-orang yang berkerumun di sekitar halaman lapangan. Masing-masing


dari mereka adalah penduduk miskin yang kurang mampu, menyaksikan tontonan yang
memilukan. Pengeksekusian 5 orang budak yang telah menjatuhkan Tuannya ke jurang.
Pengeksekusiannya tepat di depan mata keluarga para si korban, di mata anak-anak putra-
putrinya, istri, kerabat dekat dan orang-orang yang dianggapnya sangat familiar.

Kelima budak tersebut berlutut tersungkur dengan kedua tangan yang diborgol dari
belakang yang dipasangkan oleh Agent Elite.

“WAHAI SEMUA! ORANG-ORANG MISKIN LAYAKNYA SAMPAH BAGI


DUNIA! PENGEKSEKUSIAN HARI YANG CERAH INI ADALAH HUKUMAN YANG
PANTAS BAGI KELIMA BUDAK YANG TELAH MELAKUKAN BANYAK
KESALAHAN DALAM MISIKU! DAN JANGAN LUPA, SETELAH INI.. JADIKAN
SEMUA INI SEBAGAI PERINGATAN BAGI BUDAK YANG AKAN KUBAWA KE
MISI SELANJUTNYA. JANGAN PERNAH MENGECEWAKAN AKU LAGI LEBIH
DARI INI! KARENA INI MENYANGKUT TENTANG KESELAMATANKU!! JIKA
KALIAN MASIH MENYAYANGI NYAWA KALIAN! SETELAH KEMATIAN
MEREKA BERLIMA TETAP AKAN ADA HUTANG YANG HARUS MEREKA GANTI-
RUGIKAN! MASING-MASING DARI KELUARGA YANG BERSANGKUTAN YANG
MEMILIKI HUBUNGAN DENGAN CALON EKSEKUSI AKAN MENANGGUNG
HUTANG PADAKU! MENGGANTIKAN MOBIL MEWAHKU YANG TELAH
HANCUR! AKU TIDAK PEDULI KALIAN AKAN DAPAT MELUNASKANNYA
MESKI HARUS SAMPAI 7 KETURUNAN SEKALIPUN. YANG TERPENTING
SEGERA LUNASKAN HUTANG-HUTANG KALIAN PADAKU!”

“Ma-Maaf Tuan.. Kumohon jangan melempar beratkan hutang itu pada keluarga
kami.. Biarkan kami yang akan melunasinya..”

DHOOORRR!!
Klang!

Salah satu budak dari kelima calon eksekusi terjatuh terkapar dengan kepala yang
hancur sebelah. Seluruh keluarga korban berteriak dan menangis histeris. Tetap saja mereka
tak dapat melakukan apa-apa. Benar-benar peristiwa yang di luar hak asasi.

“BAGI YANG MERASA CALON MATI.. TAK USAH MENGUCAPKAN KATA-


KATA YANG TAK BERGUNA DAN SIA-SIA..”

Sementara itu di balik kerumunan.

Di antara banyaknya kerumunan. Nancy dan Farma berlari menembus celah-celah


kecil.

“Ayo Farma! Kita harus bergegas keluar dari pulau terkutuk ini! Kita harus lepas dari
daerah kekuasaannya!”

“Hosh! Hosh! I-Iya Bu!”

Dhooorr!

Sontak Farma terkaget dengan suara letusan peluru yang melesat dari popor pistol.
Sejenak Farma mengurangi kecepatan larinya dan kini pegangan erat tangan Ibunya terlepas.
Mereka terpisah di antara banyak orang.

“Ibu!! Hosh.. Hosh...”

Ah! Aku sudah tidak kuat lagi.. Apalagi setelah mendengarkan suara tembakan
pistol.. Itu membuatku kaget dan mengingatkanku pada Papa..

“Aku harus segera mencari Ibu.. Pasti Ibu tidak jauh dari sekitar kerumunan orang-
orang ini..”

Mengapa banyak sekali orang-orang yang berdiri di tanah yang lapang ini? Apa
yang sedang terjadi? Dan dari mana suara bunyi pistol itu berasal?
Dilihat dari atas kerumunan. Keduanya saling mencari satu sama lain. “Farma!
Farma!”. “Ibu! Ibu!”. Itulah teriakan yang mereka lantangkan.

Nancy mencari putrinya dengan menyisir ke arah tengah-tengah kerumunan


sedangkan Farma mencari Ibunya dengan menyisir ke pusat kerumunan itu sendiri.

Tentu saja Farma tidak akan menemui sosok Ibunya di sana. Melainkan sosok seorang
iblis.

Suatu ketika.

“Ah! Apa! Tahanan seorang gadis itu berhasil meloloskan diri dari kamar sandera
yang dilapisi plat baja!!?” Kata seorang Agent Elite yang berbicara melalui telepon.

“Ada apa? Apa yang tengah terjadi?”

“Sorang gadis yang baru-baru ini Tuan Bos Besar culik telah kabur meloloskan diri
dari kamarnya!”

“Ini masalah besar! Jika Tuan Bos tahu. Dia pasti akan murka!”

“Apa perlu kita beritahukan masalah besar ini pada Tuan Bos??”

“Kurasa untuk sekarang kita tahan dulu untuk memberitahunya.. Toh sekarang Tuan
Bos tengah sibuk mengeksekusi para kelima budak. Sekarang masalah ini akan menjadi tugas
untuk kita. Para Agent Elite! Kita harus menyebarkan informasi ini dan jangan
memberitahukannya pada Tuan Bos! Perintahkan pada mereka untuk mencarinya secara
berpencar!”

“Baik!”

Seluruh para ratusan lebih Agent Elite berpencar mencari dan melacak seorang gadis
Farm Sweet secara mandiri.

Di antara berisik dan panasnya kerumununan.


Sekumpulan Agent Elite berlarian di antara celah-celah desak padatnya orang-orang
masyarakat setempat. “Banyak sekali orang-orang di sini. Kami kesulitan untuk mengenali
identitas si gadis pelarian itu!” Kata Agent Elite yang berlari sambil menelepon rekannya
yang lain.

Nancy adalah saksi dengar yang menguping pembicaraan itu. Dia berada berdiri di
tempat setelah seorang Agent Elite berlari lewat berpapasan dengannya.

Mereka sepertinya sudah mengetahui mengenai Farma yang sudah keluar dari kamar
sanderanya.. Aku harus cepat. Mencari Farma dan segera pergi dari sini!

Sudah sekitar 15 menitan para Agent Elite ataupun Nancy mencari keberadaan Farma.
Di lain sisi, di pusat kerumunan. Sudah terdapat 4 orang yang terkapar dan isi otaknya yang
berhamburan di permukaan tanah yang gersang.

“TINGGAL SATU CALON EKSEKUSI LAGI, YA..”

“Oh! Tidak! Suamiku!”

“Ayahh!”

Oh! Istri.. Dan.. Anakku..

“KAU TAK PERLU MENGUCAPKAN KATA-KATA TERAKHIR SEPERTI


MEREKA BEREMPAT. TAK PERLU ADA DRAMA. AKU SUDAH BOSAN
MENDENGAR SEMUA ITU. KARENA ITU SANGAT MEMUAKKAN. SEORANG
SAMPAH SEPERTIMU BERTINGKAH LAYAKNYA AMPAS SAAT AKAN MENUJU
KEMATIAN. JADILAH ORANG YANG MATI LAYAKNYA SEPERTI KAU
MERASAKAN KEMATIAN BERKALI-KALI. DAN INGATLAH.. KALIAN
HANYALAH KUTU KURAP BAGI DUNIA YANG TERLALU MEGAH INI. DUNIA
YANG MEMILIKI CINCIN LAPISAN ES!”

Drap-Drap-Drap!

Seseorang Agent Elite datang menemui Tuannya.

“Maaf. Tuan Bos Besar! Sandera gadis dari desa terpencil itu telah kabur dari
kamarnya.”
“A-APA!!? KABUR KAU BILANG!!?”

“Benar. Tuan Bos!”

“BAGAIMANA BISA KABUR! KE MANA SAJA KALIAN SAMPAI MENJAGA


SANDERA PUN TAK BECUS!!”

“Maafkan kami. Tuan Bos Besar..”

“DIA PASTI MASIH DI AREA SEKITAR SINI! DIA MASIH BERADA DI


DALAM CAKUPAN LUAS PULAU GOLDWINES!! CARI DIA WALAUPUN ITU
MEMAKSAKAN KALIAN UNTUK MENCARINYA HINGGA SAMPAI KE LUBANG
KELINCI SEKALIPUN!!”

“Siap! Tuan Bos!”

Sekitar 2 menit sebelum Agent Elite melaporkan pada Tuannya.

“Kami sudah mencarinya ke mana-mana. Tapi hasilnya tetap saja nihil!”

“Apakah kita perlu bantuan pada S.A.E??”

“Ma-Maksudmu? Special Agent Elite??”

“Itu tidak mungkin. Meminta bantuan padanya tanpa seijin Tuan Bos akan menjadi
masalah buat kita. Kita hanya akan dianggapnya menyedihkan karena tak dapat berbuat lebih
pada masalah yang sepele seperti ini..”

“Apa kau pernah berpikir mengenai gaji yang didapatkan oleh si mata elang
misterius itu??”

“Kudengar rumornya dia tidak pernah digaji sebulan ataupun perminggu..”

“Apa? Apa mungkin perhari?”

“Kau salah..”

“Lalu berapa?”
“Permenit.. Dan itu, dia menerima gajinya sangat terbilang mahal. Dan yang lebih
mencengangkan lagi dia memperoleh gaji sekitar 10x lipat hanya dengan kurun waktu
satu jam dan itu menaruh perbedaan besar dari gaji yang selama ini kita dapatkan setiap
bulan.”

“Wahh! Orang seperti apa yang mendapatkan perlakuan lebih spesial dari Tuan Bos
sampai seperti itu..”

“Yang pasti dia adalah termasuk dari sedikit segelitir orang yang memiliki keahlian
serta talenta yang khusus.”

“Dia mungkin orang yang sangat berbahaya. Tapi untungnya kita berada dipihak yang
sama. Kita jadi merasa bangga karena memilikinya..”

“Apakah kau pernah melihat wajahnya?”

“Brengsek sialan! Pertanyaan macam apa kau ini?? Dia seorang yang sangat
misterius! Melihat kehadiran sosok bayangannya saja tak pernah kulihat.”

“Wah! Jadi dia sungguh sangat misterius, ya. Dia layaknya hantu. Walaupun ada tapi
tak pernah memperlihatkan wujudnya.”

“Hanya Tuan Bos-lah yang mengetahui sosoknya.”

Benar-benar..

“Tidak ada pilihan lain selain kita harus melaporkan tentang masalah ini pada Tuan
Bos..”

“Jika itu keputusannya. Kita harus cepat bergegas melaporkannya.”

Di pusat kerumunan.

Oh! Tidak..

Farma langsung bergetar dan ketakutan setengah mati setelah melihat lagi sosok
orang yang telah menculik dirinya.
Aku harus segera bersembunyi darinya. Aku tidak mau tertangkap lagi. Aku tidak
mau dimasukkan menjadi seorang sandera lagi di dalam kamar itu..

Farma mencoba untuk mundur dan membalikkan badan, menyusup kecelah


kerumunan. Tapi celah itu sekarang berubah menjadi sangat padat layaknya tembok yang
menahan dirinya untuk mencegahnya kabur dan melarikan diri.

Kini keberadaan Farma sangat mencolok dari pandangan mata Fat Bob. Kapanpun Fat
Bob melirik ke sekitar dia pasti akan langsung melihat dan berhasil menemukan Farma.
Untunglah tidak ada sepasang mata para Agent Elite yang berada di sekitar area pusat
kerumunan itu. Mereka semua berpencar di seluruh sudut penjuru pulau.

Oh Tidak! Aku akan segera ketahuan jika sedikit saja dia memalingkan mukanya ke
arah sini.. Aku harus segera mencari celah!

Sambil mencari celah sesekali dia melirik. Memastikan pandangan Fat Bob tidak
melihat ke arahnya.

Ah! Ada celah! Syukurlah!

Saat Farma akan memasuki celah tersebut tiba-tiba Farma menabrak seseorang yang
memiliki perawakan kekar, tinggi dan tegak. Mengenakan jas hitam serta kacamata.

Ah!

“Kau adalah seorang gadis itu! Gadis sandera Tuan Bos! Kali ini aku akan
menangkapmu. Kau tidak akan bisa melarikan diri lagi!” kata Agent itu sambil
mencengkeram erat lengan Farma.

“Kumohon! Aku tidak mau kembali lagi ke kamar itu! Aku mau pulang!”

“Di sini unit Agent telah berhasil menemukan tersangka.” Kata Agent tersebut
berbicara pada semua rekan-rekannya melalui telepon. “Misi pencarian sukses! Seluruh
Agent dipersilahkan untuk kembali ke pos-nya masing-masing.”

“Tidak semudah itu! Keparat!”

Buakkh!!

“Uuaarrghh!!”
Nancy datang dengan tiba-tiba. Dia menimpuk kepala Agent tersebut dengan batu
sampai kepalanya bocor. Mengeluarkan darah yang lumayan cukup deras.

“Ayo Farma! Kita segera lari!” kata Nancy sambil menarik erat tangan Farma yang
pada saat itu tak dapat bergerak karena ketakutan.

Karena suara erangan kesakitan dari Agent tersebut, berhasil membuat respon pada
Fat Bob yang tengah akan membidikkan pistolnya pada dahi budak eksekusinya.

“AH! APA YANG TERJADI?” Kata Fat Bob sambil melihat ke arah Agent yang
tengah jatuh guling-gulingan kesakitan di permukaan tanah. Sesaat Fat Bob pun melihat ke
arah celah di mana seorang wanita lain menggandeng erat tangan calon permaisurinya.

“FA-FARMA! FARMA!!!”

Fat Bob sangat panik setelah melihat sanderanya telah benar benar kabur melarikan
diri tepat di pandangan matanya.

“SIALAN! KEMANA PARA A.E!! KURANG AJAR DI SITUASI YANG RUMIT


SEPERTI INI MEREKA MALAH TIDAK ADA DI TEMPAT! YANG ADA CUMA
AGENT TAK BERGUNA! ITU PUN TENGAH CIDERA!!”

Fat Bob pun sekilas melirik ke korban calon eksekusi.

“AKU TIDAK PANDAI BERLARI! AKU MEMBERIKAN KESEMPATAN


UNTUKMU! AKU MEMPERPANJANGKAN MASA WAKTU HIDUPMU SEBANYAK 5
MENIT! AKU PERINTAHKAN UNTUKMU MENGEJAR MEREKA WALAU HANYA
DENGAN KEDUA TANGAN YANG TERBORGOL. TAPI SETIDAKNYA KAU
HAMBAT MEREKA DENGAN CARA MEMBUATNYA JATUH! AKU AKAN
MENGEJARNYA DARI BELAKANG. CEPAT!!!”

“Kau benar-benar berhati iblis.. Mana mungkin aku mau mengikuti perintahmu kalau
tahu aku sudah tengah berada di ujung tanduk kemati-“

DHOOORRH!!

“AKU MEMBERIKAN KESEMPATAN UNTUK PARA KERABATNYA UNTUK


SEKARANG MELUNASI HUTANGNYA. AKU SUDAH TAK DAPAT MENAHAN
KESABARAN LAGI.” Katanya sambil berjalan mengejar Farma. “JIKA KALIAN TETAP
TIDAK BISA MELUNASI HUTANGNYA. AKU BERSUMPAH SETELAH AKU
MENYELESAIKAN PENANGKAPAN PERMAISURI, AKU AKAN MEMBUNUH
SEMUA DARI RAS KERABATNYA!!”

Di pelarian.

“Hosh! Hosh!”

“Aku sudah tidak kuat lagi berlari.. Uh.. Ibu!”

“Kau harus kuat.. Farma! Ibu percaya! Kamu pasti bisa! Kesempatan kita untuk
keluar dari pulau ini sangatlah besar. Ibu sudah memanggil satu unit helikopter pribadi milik
Ibu sewaktu berada di tengah-tengah kerumunan.”

Kini posisi mereka sudah sampai di ujung pulau Goldwines. Mereka berdua sudah
melihat baling-baling helikopter yang sudah mendarat di pulau itu.

“Ah! Itu helikopternya! Ayo cepat Farma! Kita akan pulang dengan selamat ke Farm
Sweet!”

“Iya Ibu!”

Sementara itu, beberapa para Agent yang mengetahui Farma yang tengah dibantu
melarikan diri bersama wanita lain. Berlarian meninggalkan pos penjagaannya.

“Hoyy!! Berhenti!!”

“Sialan! Karena kita terlalu teburu-buru untuk mengejarnya kita jadi lupa mengambil
pistol di pos jaga!”

“Itu tak masalah! Selagi kita tetap terus berlari mengejarnya!”

“Cepat kejar mereka berdua!!”

“Sejak kapan ada helikopter asing mendarat di pulau ini??”


“Ah! Untuk itu aku juga tidak tahu dan jujur saja aku kurang menyadarinya! Tiba-tiba
saja sudah ada helikopter di ujung sana! Pasti helikopter itu datang saat perhatian kita
terfokus pada gadis sandera dan wanita asing itu!”

“Kemampuan Agent kita benar-benar buruk.. Kita memang tidak cukup


keintelijenan..”

“Jangan mengatakan seperti itu.. Itu hanya akan memperburuk keadaan kita saja!”

“Ma-Maafkan aku..”

Memang itu kenyataanya..

“MENYINGKIRLAH DARI ARAH JALAN LINTASAN PELURUKU, ITUPUN


JIKA KALIAN PARA ORANG-ORANG TIDAK BERGUNA MASIH MERASA BISA
DIHARAPKAN!!”

“Tu-Tuan!”

Dari kejauhan Fat Bob berlari kecil dengan mengarahkan pistolnya ke arah Farma dan
juga para A.E yang mengejarnya dari belakang.

“Cepat! Minggir! Atau kita yang akan menjadi sasaran target bidikkan tembaknya!”

“Ah! Bahaya! Tuan menggunakan revolvernya!”

Dengan gesit para A.E itu pun segera melompat menyamping demi menghindar
lintasan peluru.

“Farma! Sepertinya kita harus berlari secara terpisah! Kita melakukan itu agar dapat
mengecoh arah bidikkan tembakannya!”

“Ta-Tapi Ibu! Aku benar-benar ketakutan! Aku tak dapat melakukan itu sendiri tanpa
ada Ibu di sisiku!”

“Kau harus percaya pada dirimu sendiri! Farma! Kalau perlu ikutilah keberanian yang
Ibu miliki! Jadilah seorang koboy wanita yang perkasa!”

Koboy wanita yang perkasa?? Apakah aku bisa? Se-Seperti Ibu?

“Kau harus yakin pada dirimu sendiri! Farma!”


“Baiklah! Ibu!”

Kini Farma pun berlari secara menyilang-nyilang bersamaan dengan Ibunya.


Keduanya berlari zig-zag namun tujuan arah larinya tetap sama, yaitu ke arah tempat di mana
helikopter berada.

“Kau hebat Farma! Teruslah begitu! Pertahankan gerakan seperti itu! Kita semakin
dekat dengan arah tujuan kita!”

“Iya Bu!”

BRENGSEK!! DIA SENGAJA LARI KOCAR KACIR TAPI TETAP MENUJU KE


HELIKOPTER UNTUK MENGECOH ARAH TEMBAKKU! SIALAN!! KALAU BEGINI
TERUS AKU AKAN KEHILANGAN MEREKA!!

“Hampir sampai!!”

Mereka berdua pun akhirnya berhasil sampai ke pintu helikopter.

“Akhirnya! Kita berhasil!”

“Kau masuk duluan Far-“

“I-Ibu? Ibu kenapa??”

Darah keluar mengalir deras dari mulutnya. Mulut Nancy.

“Ibu!! Kenapa ada darah yang mengalir dari mulut Ibu!??”

“Ka-Kau.. Harus .. Te-Tetap hidup.. Fa-Farma.. Cepat terbangkan helikopternya!!”


Kata Ibunya yang seketika merebahkan tubuhnya yang mulai lemas ke arah Farma. Nancy
sengaja menimpakan tubuhnya ke Farma sambil memeluk erat. Farma duduk dengan kedua
tangan yang bergetar memeluk erat tubuh Ibunya.

“SURPRISE!! AKU SENGAJA MEMASANGKAN ALAT PEREDAM SUARA


PADA POPOR PISTOL!! SETIDAKNYA WALAUPUN AKU KEHILANGAN KAU AKU
DAPAT MEMBERIKAN KENANGAN LUKA YANG TERDALAM PADAMU! AGAR
KAU TETAP MENGENANG TENTANG KUASANYA AKU!!”

Helikopter pun terbang ke udara.


“I-Ibu... Oh tidak-tidak! Bukan begini seharusnya! Harusnya kita pulang dengan
selamat! Seperti yang waktu itu Ibu bilang padaku!”

Kedua telapak tangan Farma meraba-raba ke punggung Ibunya.

Ah! Da-Darah?? Ada darah di punggung baju Ibu??

Farma pun kembali menatap jelas beberapa serpihan daging yang menempel di
telapak tangannya.

I-Ini.. Da-Daging? Daging Ibu??

“Benar Farma.. Punggung Ibu seketika hancur setelah menerima peluru dari tembakan
pistolnya..”

“Hiks! Ibuuu!!”

“Jangan menangis Sayang.. Ibu sangat bangga padamu.. Kau mewarisi keahlian Ibu..
Kau layaknya koboy wanita perkasa..”

Ibu tidak pernah menganggapmu sebagai bagian keahlian dalam bidang kesehatan
yang dimiliki keahlian Ibu.. Tapi kau mewarisi keahlian Ibu yang lain.. Keahlian sisi Ibu
yang pada masa muda dulu.. Seorang koboy wanita yang perkasa.. Karena keahlian bidang
kesehatan sudah dimiliki oleh belahan Ibu yang lain.. Yang berada di seberang daratan
sana.. Kelak ibu berharap kau akan menemuinya.. Seorang kakak..

Kini helikopter pun melesat jauh.

APA TAK MASALAH? AKU MEMBUNUHNYA?? AKU BARU MENYADARINYA


KALAU DIA ADALAH SOSOK WANITA YANG BERNAMA DESPERADO NANCY.
SEORANG E.P.I.C AGENT RANK SS BAGIAN KEDOKTERAN YANG DIBAWAHI
LANGSUNG OLEH RH. BISA DIKATAKAN DIA ADALAH KAKI TANGANNYA.
KUHARAP DIA SEGERA MATI DAN TIDAK AKAN MEMBONGKAR SIAPA ORANG
YANG MEMBUNUHNYA. AKU TIDAK PERLU KHAWATIR KALAU-KALAU FARMA
MEMBUKA MULUT. KARENA DIA SANGAT KETAKUTAN ITU AKAN MENJADI
KEUNTUNGAN BAGIKU. DENGAN MENGETAHUI SIAPA SEBENARNYA ORANG YANG
BERSAMA FARMA. AKU TAK PERLU BUANG-BUANG WAKTU DAN ENERGI UNTUK
PERGI KE SANA MELAKUKAN PENCULIKAN LAGI. KARENA DI SANA ADA KUBU
YANG BESAR. KUBU YANG MUNGKIN BISA DIKATAKAN SETARA DENGAN
KEKUASAANKU.

Farm Sweet.

Di suatu kamar rawat.

“Oh! Tidak!! Nancy!! Jangan tinggalkan aku!”

“Hey.. Egg Boy.. Hari ini.. Kau tinggal di sini.. Bersama dengan mereka.. Hanya ada
satu permintaanku padamu.. Tetap jagalah putriku Farma..”

“Ta-Tapi Nancy!! Perlukah aku memberitahukan semua ini pada putrimu yang lain!!”

“Tak perlu.. Egg Boy.. Itu akan mengganggu karirnya yang kini sedang tengah naik
daun..”

“Tidak bisa begitu.. Dia juga putrimu! Dia harus mengetahui keadaanmu sekarang ini
juga!”

“Tidak.. Egg Boy.. Kau harus tetap merahasiakannya.. Aku perbolehkan kau
memberitahukannya tentang keadaanku yang seperti ini, cuma pada suamiku saja, cukup
hanya suamiku saja yang tahu.. Pasti dia sangat mengertikan situasi dan kondisi seperti ini..”

“A-Aku.. Akan mengusahakannya..”

“Ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu.. Egg Boy.. Aku memiliki syal yang
selama ini aku bawa-bawa ke manapun aku berada.. Aku sangat menjaga baik-baik syal itu..
Tapi baru kali ini aku meninggalkan syal itu tepat di bawah pohon beringin yang
rindang itu.. Aku meletakkannya bersama dengan tas rensel.. Mungkin aku tidak sengaja
meninggalkannya karena aku sangat kaget dengan apa yang tengah dialami oleh putriku..
Tapi syukurlah masalah itu sekarang telah berhasil teratasi.. Kini aku bisa beristirahat dengan
tenang.. Egg Boy..”

“Ah.. I-Iya??”

“Apa kau menangis?”


“Te.. Tentu saja tidak.. Hikss..”

“Kau benar-benar sangat pandai berbohong sepertiku.. Haha.. Jika Farma telah selesai
kembali dari Manfred.. Jika aku sudah tak memiliki kekuatan lagi untuk hidup.. Katakan
padanya.. Kalau dia memiliki saudari kakak perempuan di luar sana..” Seketika Nancy pun
menghembuskan nafas terakhirnya.

“Na-Nancy.. Nancy!!!”

Kau sama sekali tidak menginginkan dia untuk mengetahui kondisimu sekarang..
Tapi kau menginginkan aku memberitahukan Farma bahwa dia sebenarnya memiliki
saudara kakak wanita.. Apakah kau mencoba untuk mempertemukan mereka berdua? Dan
hanya Farma-lah yang boleh mengatakan kalau sebenarnya Ibu mereka telah benar-benar
sudah tidak ada..

Butuh berapa waktu untuk mewujudkan semua itu..

Terlebih lagi Farma hanyalah gadis yang sangat polos.. Dia jauh dari kehidupan
luar yang keras.. Berbeda dengannya yang memiliki aktivitas super padat hingga kini
mungkin bisa dibilang karirnya lebih melonjak dibandingkan Ibunya..

Jujur saja aku dapat menilai antara mereka bertiga..

Farma, gadis polos yang selalu berambisi mengejar Ibunya.. Selalu ingin tampil bisa
seperti keahlian yang dimilikinya.. Apapun akan dilakukannya demi seorang Ibu.. Baginya
sosok Ibunya sangat berarti sekali meskipun kehadirannya cuma bertahan sehari dua hari..

Berbeda dengan kakak wanitanya yang berusia selisih 6 tahun lebih tua darinya.
Dia adalah sosok belahan jiwa yang lain. Yang sering kali disebut-sebutkan oleh Nancy.
Putri yang selalu menjadi kebanggaannya. Yang tidak sedikit pun peduli mengenai
kehadiran sosok keluarga, dia lebih fokus pada pengembangan hasil risetnya. Sehingga
berbalik, seorang Ibulah yang selalu berusaha mencari perhatiannya.

Dan Nancy.. Sosok Ibu yang terkadang suka sering berbohong.. Padahal dia tahu
apa yang dia lakukan akan sangat menyiksa dirinya sendiri.. Dia sering menghabiskan
waktu bersama belahan jiwa yang lain.. Tanpa sedikit pun meluangkan waktu pada sisi
belahan satunya yang benar-benar merindukan sosok seorang Ibu..
Jika harus memilih putri mana yang paling terbanggakan.. Tentu Nancy akan
memilih belahan yang lain.. tetapi jika harus memilih putri mana yang lebih terbaik..
Mungkin itu adalah sosok Farma..

Pandangan mengenai putrinya cukup rumit serta berkabut, tapi keduanya sama-sama
berharga layaknya intan. ‘Jauh di mata dekat di hati’ mungkin itu adalah kalimat yang pas
untuk melukiskan tentang Nancy dan Farma. Sedangkan belahan yang lain layaknya ‘Putri
sendiri tapi serasa seperti orang asing’..

Oblivia Devon Elizabeth Blackwell..

Peristiwa 3 tahun yang lalu. Selesai


ARC 1 : FARM SWEET 17

“Umm.. Jadi cerita ini tidak ada kaitannya dengan sekop yang selalu dibawa-bawa
oleh Papa Chick?”

“Mengenai itu, ada sepenggal cerita lain sewaktu dia pertama kali bertemu
dengan Nancy.”

“Apa dia mulai gila setelah mengetahui tentang kematian Nancy?”

“Kurasa begitu..”

“Kali ini aku baru mengerti. Dari mana dia mendapatkan kaki yang pincang.”

“Apa kau sampai sekarang masih merasa ketakutan setiap kali mengingat sosok orang
itu?” Tanya Isabella.

“Maksudmu.. Si Gendut Fat Bob itu?”

“Te-Tentu saja.. A-Aku masih sangat trauma dengan semua apa yang telah di-dia la-
lakukan padaku da-dan ju-juga pada Pa-Papa da-dan mendiang I-Ibuku..”

“Apakah kau bisa beri tahu aku cara agar kau dapat menghilangkan mengenai rasa
ketakutanmu pada Fat Bob??”

“A-Aku tidak tahu. Aku rasa Itu terlalu berat untukku pikirkan.”

“Dengarlah Farma. Semakin kau takut padanya. Maka dia akan semakin menggila dan
semakin memberikan ketakutan yang berdampak luar biasa padamu.. Cobalah untuk berpikir
bahwa kau pun dapat membuatnya ketakutan padamu juga..”

“A-Aku tak dapat berpikir seperti itu.. Dia adalah sosok yang terlalu menakutkan
bagiku..”

“Baiklah. Terima kasih kalau begitu..”

“Apa maksudmu?” Tanya Mr. Egg.


“Tentu saja akulah yang akan menjadi bagian dari mimpi buruknya.. Orang
sepertinya, adalah tipe yang sangat aku benci. Kali ini aku tidak dapat menahan rasa
semangatku lagi untuk segera menemui tampangnya..”

“Oh iya. Jadi itu alasannya mengapa kau hobi memainkan suling di bawah pohon
beringin.. Karena itu adalah tempat favorit Nancy.. Dan mengenai syal merah itu.. Sepertinya
aku telah mengetahui banyak tentang perasaan itu.. Dan untukmu.. Aku baru tahu kalau kau
sangat suka berbohong.. Kehadiranmu di Farm Sweet cuma baru 3 tahun terakhir, kan..”

“Oh.. Tidak, aku benar-benar telah terciduk.”

“Dan untuk Fat Bob. Dia telah memiliki 3 hutang kekerasan fisik dan batin yang
bertubi-tubi.. Yang pertama, dia membuat kaki Papa Chick pincang.. Yang kedua, dia
membuat luka lebam pada sebagian wajah Farma.. Yang ketiga, dia membuat
kematian pada Nancy dengan menembak menggunakan pistol berperedam suara. Yang
pertama dari tahap menengah, dia membuat Papa Chick mengalami kegangguan jiwa
karena kehilangan Nancy. Yang kedua dari tahap menengah, dia menciptakan
atmosfer ketakutan berkepanjangan bagi Farma. Yang ketiga dari tahap menengah ,
dia telah membuat Bocah Telur kehilangan sahabatnya. Yang pertama dari tahap
akhir, dia membuat hati Papa Chick semakin terpuruk, hingga dia harus enggan
melepaskan sekopnya. Yang kedua dari tahap akhir, dia membuat pengajaran baca
dari Nancy pada Farma jadi tertunda. Yang ketiga dari tahap akhir. Melahirkan sifat
kesensitifan pada mahluk cangkang. Aku akan menyampaikan 3 pesan yang isinya
berisi 3 tahapan kesakitan, akan kupastikan dia akan menerimanya dengan baik.”

____________________________________________________

Istana Api

“Wah. Dengan angka buronan sebesar itu kita menjadi benar-benar sangat terkenal di
mata pemerintah..”

“Tentu saja. Tapi selain 199 anggota yang lain. Ketua kitalah yang lebih
berpengaruh.”
“Dengan harga buronan senilai 480.000.000.00 llionge siapapun orangnya yang
berniat untuk memburunya akan segera berpikir dua kali. Karena sebelum memburu
kepalanya siapapun orangnya dia akan menghadapi 199 anggota yang masing-masing
memiliki nilai buronan 100.000.000.00 llionge. Jadi total keseluruhannya menjadi
20.380.000.000.00 llionge.”

“Haha benar. Itulah angka kekuatan yang dimiliki oleh The Shinigami..”

Salah satu dari anggotanya datang menemui kumpulan itu. “Ada informasi mengenai
pemerintah apa lagi untuk saat ini?” Kata anggota setelah mengetahui salah satu anggota
yang barusan datang dengan membawa gulungan koran.

“Sepertinya kita telah melewatkan acara milik pemerintah yang telah berlangsung 3
hari lalu..”

“Acara pemerintah? Kita telah melewatkan 3 hari?”

“Istana api..” Katanya sambil melemparkan koran di atas meja.

“Sialan.. Kita telah melewatkan pesta itu.. Bagaimana informasi itu bisa lolos dari
kita..?”

“Mereka bergerak dengan sangat hati-hati.. Sepertinya mereka melakukan itu agar
kita tidak mencampuri urusannya..”

“Kita harus memberitahukan informasi ini pada sang ketua. Secepatnya.”

Seketika kumpulan pun dibubarkan. Mereka berombongan berjalan beramai-ramai


pergi ke tempat ketua berada.

“Dari sekian 199 Shinigami. Apakah dari sebagian kalian pernah mngetahui sosok
wajah ketua kita sendiri??”

“Kau bicara apa. Tentu saja tidak. Ketua kita selalu memakai topeng tengkorang saat
berjumpa. Hingga dia sampai memiliki julukan sebagai The Skull in the Shinigami. Dia
bagaikan kepala atau otak bagi Shinigami. Sedangkan kita menjadi sebuah kerangkanya
atau nama lainnya The Skeleton.”

“Dia yang telah mendirikan organisasi kriminal ini. Kita semua keluarga. Selain kita
adalah musuh yang wajib diburu dan dibunuh.”
“Tentu saja. Karena itu adalah bagian dari motto kita.”

“Hahaha. Sampai pemerintah pun mengetikkan sebuah motto The Shinigami


pada koran yang diterbitkannya waktu lalu.”

Akhirnya mereka pun sampai ke salah satu ruangan kantor yang ukurannya minimalis
dan sama sekali tidak memiliki kaca jendela dan cat yang sebagian telah terkelupas.

Distrik 199

“Bo-Bos..”

“Bos..?”

“Bos.. Bangun Bos..”

“Hah? Haa??”

“Ada informasi penting, Bos..”

“Infolmasi.. penting? Hoaam...”

“Ini tentang pemerintah, Bos..”

“Pemelintah??”

“Iya, Bos.”

“Sebental. Aku mau cuci muka duru.”

“Ah. I-Iya Bos..”

Ketua kami pun pergi ke kamar mandi.

“Cuci muka? Harusnya tidak perlu.. Bukankah dia memakai topeng..”

Setelah lama menunggu sekitar hampir 1 jam. Akhirnya ketua kami pun datang
dengan penampilan yang berbeda. Kali ini dia mengenakan celana jeans dengan atasan yang
cuma kutang putih dan topeng, yang sebelumnya menggunakan jubah hitam shinigami.

“Sudah rama ya menunggu..? Halusnya karian kembari duru ke pos karian karau tahu-
tahu aku akan bakar rama..”
Inilah ketua kita. Sosok yang aneh. Berpikir seenaknya saja. Egois. Dan
kelemahannya, dia tidak dapat mengucapkan huruf R, melainkan dia hanya dapat
menggantinya menjadi huruf L. Dan sebaliknya.

“Hm.. Tapi kenapa sebelum satu jam yang lalu Bos tidak katakan itu pada kami..”

“Jika kita adarah sekerompok dali 200 kerualga. Halusnya dali karian mengelti dan
sekarigus memahami tentang apa yang dirakukan dan entah belapa rama waktu yang akan
dihabiskannya.”

Walaupun begitu. Ketua kami selalu menjunjung tinggi nilai kekeluargaan. Meskipun
dari kami selalu gagal paham dalam menyikapinya dengan apa yang dia lakukan.

“Bisa karian urang mengenai infolmasi tentang pemelintah?”

“Istana Api.”

“Istana Api?”

“Mereka telah bergerak lebih cepat hingga pelacak dari informasi kami tidak dapat
menemukannya.”

“Di mana rokasi mengenai Istana Api belrangsung?”

“Tepat di Gabrielandria.”

“Oh. Lumah bagi pebisnis handar ya. Sudah rama aku tidak mendengalkan kisahnya
ragi.”

“Bos? Mengetahui banyak tentang Istana Api itu?”

“Tentu saja. Siapa sih yang tidak tahu tentangnya. Kalena belkatnya. Dunia menjadi
telang bendelang setiap maram.”

Meskipun kami sudah lama bersama dengannya. Tetap saja kami masih tetap merasa
terganggu dengan cara logat bicaranya.

“Karau begitu. Pelintahkan pada pos yang rain. Untuk sekalang kita akan pelgi
mengunjungi ke lumah kolban.”

“Siap. Bos!”
Itulah Bos kami. Setiap perintah harus terwujudkan. Dan kami pun sangat
menghormati keputusannya. Karena apapun itu keputusannya. Bos kami selalu benar.
ARC 1 : FARM SWEET 18

Bergilir ke Farm Sweet.

Sudah satu jam lamanya mereka berdiskusi mengenai peristiwa memilukan yang
dialami oleh salah satu keluarga di Farm Sweet. Dan satu jam lamanya juga Manfred sibuk
mencari koran edisi tahun kemarin di kamarnya, bersama dengan alat sekop.

“Lalu apa tujuan kalian berdua setelah mendengarkan kisah kami tadi?”

“Yaa. Tentu saja kami akan pergi menemui mahluk gendut yang rakus itu..”

“Bersama dengan Kak Bella?”

“Iya. Tentu saja. Dia adalah tanggung jawabku.”

“Bukankah itu sangat berbahaya bagi dirinya? Terlebih lagi orang itu sangat
menyukai seorang wanita yang sangat cantik.”

“Tentu saja aku akan melindunginya.”

“Kau.. Mencoba melindungiku.. Selain itu kau pun memiliki niatan untuk..” Kata
Isabella.

“Dan jangan berpikir aku akan mati di sana. Aku bukan tipe orang yang mudah mati.
Aku tidak akan pernah meninggalkanmu di sana. Tapi jika kau keberatan pergi bersamaku..
kau bisa tinggal di sini. Setelah aku menyelesaikan misiku di Goldwines aku akan segera
kembali menjemputmu. Bagaimana?”

“Aku menolak tidak ikut bersamamu..”

“Nah. Kau dengar, Farma?”

“Tentu saja aku dengar. Gendang telingaku masih waras.” Kata Farma.

“Aku percaya padamu kalau kau tidak akan pernah melepaskan ataupun
meninggalkanku sebelum aku bertemu dengan idolaku.”
“Ya. Tentu saja. Aku sudah berjanji untuk mengantarkanmu pada Si Novelis
Bangsawan itu.”

“Akhirnya aku menemukannya..” Kata Manfred dengan wajah yang penuh dengan
derasan keringat.

“Papa..” Kata Farma.

“!!!”

Ah.. Aku baru menyadarinya kalau selama 1 jam ini, Paman sekop itu baru kembali
dari pencariannya mencari sesuatu kertas. Suatu kertas pecahan puzzle. Puzzle misteri yang
harus dipecahkan.

Dia memperlihatkan kami tentang kutipan isi dua koran tersebut dengan mengangkat
luruskan tangannya ke depan, ke arah kami.

“Koran edisi tahun 2019. “Pulau Terisolasi”. Kataku.

“Oh. Astaga. Apakah itu.. Kamu?” Kata Isabella kaget.

“Ah!?? Aku?”

Sontak aku terkaget setelah membaca koran kedua yang sebelumnya telah dibaca oleh
Isabella sewaktu aku membaca koran pertama.

Koran edisi tahun 2019. ‘Waspada! Pencuri Bengis Berhati Iblis’.

“Kurasa itu bukan sosok diriku..”

“Apa ada pencuri lain selain dirimu?”

“Organisasi The Robs hanya ada satu. Dan itu cuma aku yang mendirikannya. Tapi
koran ini.. mengingatkanku pada koran selebaran lalu. Mengenai orang yang berprofesi sama
denganku.. Orang yang membawa-bawa nama The Robs..”

Bruno Bucho..

______________________________________________________________________
“Hari ini aku dan Isabella akan segera pergi dari Farm Sweet.”

“Kenapa terburu-buru. Menginaplah lebih lama lagi di sini.”

“Waktu kami untuk berdiam diri di sini sudah benar-benar telah habis. Aku memiliki
misi penting yang harus aku kerjakan. Dan juga tak lupa untuk masalah yang satu ini..
Pembalasanku untuk menendang bokong Fat Bob.”

“Memangnya kau memiliki nyawa berapa untuk menghadapinya bersama dengan


ratusan para A.E nya?” Tanya Farma.

“Sudah kubilang. Jangan pernah meremehkan orang sepertiku. Aku akan menjadi batu
kecil yang menjatuhkan raksasa!”

“Apa kau perlu perbekalan? Seperti makanan?”

“Oh tentu saja kami tidak perlu. Kami akan kuat tanpa makanan. Karena kami
tangguh. Benarkan Isabella?”

“Aku tidak merasa begitu.”

“Ayo! Isabella. Kita pergi.”

“Terimakasih atas semua ini. Farma. Papa Chick. Dan juga Mr. Egg. Kalian semua
benar-benar teman yang sangat baik.”

“Aku tidak akan membiarkan Kak Bella pergi dengan pakaian yang basah.”

“Oh iya. Aku hampir lupa. Kalau saat ini aku tengah kedinginan juga. Hehe.. Maaf
Farma. Aku selalu merepotkanmu.”

“Jangan begitu. Pakaianmu basah juga karena gara-gara aku.”

“Memangnya apa yang telah terjadi. Dan Papa juga baru sadar. Kenapa pakaian kalian
berdua basah kuyup?”

“Ada sesuatu masalah sedikit, Papa.”

“Ah iya.” Kata Isabella.


“Ayo Kak. Ikut aku. Aku akan menggantikan baju kakak dengan baju yang baru.”

Farma pun mengajak Isabella pergi ke rumahnya.

“Ya, kan. Jadi menyita waktu lagi. Padahal aku sudah bergegas bersiap-siap untuk
pergi.”

“Kau santai dan rileks saja anak muda. Jangan terlalu terburu-buru.” Kata Manfred.

“Apa kakimu masih sakit sampai sekarang?”

“Ah? Untuk sekarang mungkin sudah tidak. Tapi tetap saja aku tidak dapat berjalan
dengan benar tidak seperti orang lain pada umumnya. Karena mungkin kekurangan daging
pada bagian pahaku. Membuatku sulit untuk melangkahkan kaki dengan benar.”

“Kau merawat lukanya dengan baik. Bocah Telur.”

“Aku hanya membantu sedikit. Selebihnya Papa dirawat sepenuhnya oleh Farma.”

“Tetap saja. Karena kau, yang memberikan pertolongan pertama, Papa Chick jadi
dapat tertolong.”

“Umm..”

“Hehe.. Aku bangga padamu.. Egg Boy..” Kata Manfred sambil menepuk-nepuk
kepala Bocah Telur.

“Pa-Papa..”

“Oh iya. Aku dengar darimu bahwa untuk koran edisi tahun 2019..”

Mengenai pencuri kah?

“.. Tentang pulau yang terisolasi.. Aku lumayan tahu mengenai pulau itu.”

“Bisa kau ceritakan lebih dalam? Mengenai pulau itu?”

“Sebelum kau akan mencapai pulau yang bernama Goldwines, kau akan berjumpa
dengan pulau yang terisolasi dahulu. Pulau itu dijaga ketat oleh beberapa pos yang dibawahi
langsung oleh Fat Bob. Penduduk luar dilarang memasuki pulau itu, mereka beralasan bahwa
pulau tersebut sangat berbahaya dan banyak racun yang bertebaran di seisi pulau tersebut.”
“Lantas, bagimana dengan orang-orang pribumi yang menempati dan yang tinggal di
dalamnya?”

“Kurasa mereka masih ada yang hidup.. Walau aku tidak tahu pasti yakin tentang
kelangsungan hidup mereka.. Mereka layaknya dikekang.. Seperti dalam penjara..”

“Sepertinya ada konflik menarik dan sangat mendalam pada pulau terisolasi itu..”

“Apa yang kau pikirkan? Apa kau akan pergi ke sana juga sebelum pergi ke
Goldwines?”

“Ya! Tentu saja! Aku mendengar orang-orang yang berteriak kesakitan pada pulau
tersebut. Mau tidak mau, aku harus melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.”

“Jangan bercanda. Pulau itu dijaga ketat.”

“Aku tidak peduli.. Aku akan menyelinap masuk secara diam-diam.”

“Kau memang seorang pencuri..”

“Ya. Itu memang pekerjaanku..” Kataku sambil membereskan lembaran koran dan
memasukannya ke dalam tas ransel.

“Boleh aku membawa semua ini?”

“Ah. Ambil saja. Aku tidak terlalu mementingkan korannya yang aku pentingkan
adalah tentang isi korang-koran itu. Dan sekarang aku baru lega karena sudah mengetahui
isinya dari bantuanmu. Membacakannya.”

Akhirnya setelah menunggu cukup lama, Farma dan Isabella datang dengan pakaian
yang baru. Mereka tampil segar.

“Wahh. Rupanya kau cukup pintar juga ya dalam mendandani Isabella.”

“Tentu saja. Aku adalah seorang perias yang handal juga.” Kata Farma bangga.

“Kau sudah siap?”

“Tentu saja. Ayo kita pergi!” Kata Isabella dengan aura yang semangat.

Akhirnya kami pun dapat pergi. Sebelum pergi kami berpamitan dengan mereka dan
mulai melangkahkan kaki. Keluar dari gudang jerami itu dan berjalan lurus ke utara.
Seketika. “Tu-Tunggu!”

“Eh??”

“Mr. Egg?”

Dari kejauhan Bocah Telur itu berteriak. Memanggil kami.

“Apa kau akan pergi ke daerah tengah setelah menyelesaikan misi di


Goldwines??”

“Ya. Tentu saja. Kami akan selalu berjalan terus ke sana hingga mencapai titik
terakhir. Yaitu ujung dunia.”

“Benarkah?”

“Ya. Apa raut wajahku mengisyaratkan sedang bercanda?”

“Ya. Lumayan sedikit.”

“Kurang ajar.”

“Bolehkah aku ikut dengan kalian?”

“Jangan bercanda. Kau ini cuma secangkang telur. Kau akan segera retak jika terjatuh
di perjalanan.”

“Tak apa. Meskipun retak. Aku akan selalu menjadi cangkang yang utuh. Aku
memiliki suatu impian, aku ingin mewujudkan itu. Di samping itu aku akan membantu kalian
sewaktu di perjalanan.”

“Memangnya kau bisa membantu dengan cara apa? Berubah menjadi ayam sebagai
tumpangan kami?”

“Hey! Jangan meremehkanku! Transformasiku tidak hanya ayam. Tapi seluruh jenis
hewan di dunia. Aku dapat bertransformasi ke bentuk hewan yang kumau. Karena aku ini
adalah telur hewan.”

“Benarkah? Kalau begitu. Ayo cepatlah kita mulai pergi berpetualang!”

“Oke-Oke. Aku akan berlari ke sana! Hanya saja aku tidak dapat berubah menjadi
hewan yang memiliki daun telinga. Hehe.”
“Tentu saja. Karena kau adalah telur.”

Tiba-tiba saat sedang tengah lari. Kaki bocah telur itu dengan sengaja tersandung ke
batu.

Praakkk!

“PECCCAHHH!!”

KWEKK!! KWEEKK!!

“Di-Dia menjadi seekor bebek induk raksasa!! Kerja bagus Bocah Telur!
Transformasimu itu sangat membantu kami untuk menyeberangi selat itu!”

Akhirnya kami pun pergi ke selat dengan menunggangi seekor bebek betina raksasa.
Pergi menuju pulau selanjutnya. Pulau terisolasi.

Kepergian kami benar-benar tidak ada satu pun kata-kata perpisahan pada mereka,
Farma dan Paman sekop. Karena kepergian kami bukan untuk tidak kembali lagi. Kelak
kami akan datang dan menceritakan kembali atas perubahan yang kami ciptakan,
menghapuskan sistem yang dzalim.

Arc Farm Sweet selesai.


Daftar Koran

Daftar 12 pecahan puzzle yang masih misteri dan belum terpecahkan..

Newspaper

1. Edisi tahun 1985. ‘Mahakarya Bohlam’. Diperoleh dan didapatkan dari


laci bufet milik Bangsawan.
2. Edisi tahun 1985. ‘Perekrutan Terbesar, Lowongan
Kerja Sebagai Agent Komersial’. Diperoleh dan didapatkan dari laci bufet
milik Bangsawan.
3. Edisi tahun 1990. ‘Teknologi Terbaharukan’. Diperoleh dan didapatkan
dari laci bufet milik Bangsawan.
4. Edisi tahun 1995. ‘Bisnis Sukses! Pabrik Sepatu. CV. A.M’. Diperoleh
dan didapatkan dari laci bufet milik Bangsawan.
5. Edisi tahun 1997. ‘Bisnis Sukses! Season 2. Pabrik Telur’. Diperoleh dan
didapatkan dari laci bufet milik Bangsawan.
6. Edisi tahun 2002. ‘Jaman Keemasan’. Diperoleh dan didapatkan dari rak
obat-obatan milik Farma.
7. Edisi tahun 2004. ‘Jaman Alkohol Ungu’. Diperoleh dan didapatkan dari
rak obat-obatan milik Farma.
8. Edisi tahun 2006. ‘Penampungan Tunai’. Diperoleh dan didapatkan dari
rak obat-obatan milik Farma.
9. Edisi tahun 2010. ‘Bisnis Sukses! Season 4. Lembaga Riset’. Diperoleh
dan didapatkan dari rak obat-obatan milik Farma.
10. Edisi tahun 2019. ‘Pulau Terisolasi’. Diperoleh dan didapatkan dari
Manfred yang disimpan didalam kamarnya.
11. Edisi tahun 2019. ‘Waspada! Pencuri Bengis Berhati Iblis’. Diperoleh
dan didapatkan dari Manfred yang disimpan didalam kamarnya.
12. Edisi tahun 2020. ‘Istana Api’. Diperoleh dan didapatkan dari
Manfred yang disisipkan dalam topi.

Anda mungkin juga menyukai