Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Veteriner September 2010 Vol. 11 No.

3 : 144-151
ISSN : 1411 - 8327

Deteksi Virus Classical Swine Fever di Bali


dengan RT-PCR
(DETECTION OF CLASSICAL SWINE FEVER VIRUS IN BALI WITH RT-PCR)

I Wayan Wirata1, Ida Ayu Sri Chandra Dewi1, I Gusti Ngurah Narendra Putra1,
Ida Bagus Oka Winaya2, Ida Bagus Kade Suardana3, Tri Komala Sari3,
I Nyoman Suartha4, I Gusti Ngurah Kade Mahardika1*

Laboratorium Biomedik Veteriner


1)

Jl Sesetan Gang Markisa No. 6 Denpasar-Bali, telp. 0361-8423062;


2)
Laboratorium Patologi Veteriner; 3)Laboratorium Virologi Veteriner;
4)
Laboratorium Penyakit Dalam Hewan Besar, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana, Jl. P.B Sudirman, Denpasar, Tlp. (0361) 223791
Email: drh.wirata@gmail.com
*Korespondensi: gnmahardika@indosat.net.id

ABSTRACT

Classical Swine Fever (CSF) virus has been confirmed for the first time in pig in Bali. The object of this
study was suspected CSF cases diagnosed at the diagnostic laboratory assistantship of the Faculty of
Veterinary Medicine, Udayana University, in 2007-2008. Total number of cases was 12. Case records
included the signalment of case (breed, age, body weight, and the origin of respective case), clinical signs,
post-mortem lesions, and histological pictures. CSF virus was confirmed using the standardized reverse
transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR) for CSF from European Union. One RT-PCR product
was sequenced. CSF virus was confirmed in seven out of 12 cases (58%). The cDNA sequence was
confirmed to be specific of CSF E2 protein coding region with 98% homology to one isolate from China that
was available in GeneBank. Further works are recommended to elucidate the sensitivity of RT-PCR, to
clarify some differential diagnose, and to find out the genetic variation of CSF virus in Bali.
Key words: classical swine fever virus, Bali, RT-PCR

Key words: classical swine fever virus, Bali, RT-PCR

PENDAHULUAN Hal yang sama terjadi di Bali. Selama ini,


diagnosis penyakit CSF umumnya dilakukan
Classical Swine Fever (CSF) atau yang dengan melihat gejala klinik dan lesi-lesi bedah
dikenal dengan nama Hog cholera merupakan bangkai pada hewan penderita. Berdasarkan
salah satu penyakit menular yang secara pendekatan itu, penyakit CSF sering dikelirukan
ekonomi paling penting pada babi di dunia dengan penyakit lain. Diagnosis banding antara
(Fenner et al., 2003). Penyakit ini menyebabkan lain African swine fever, porcine dermatitis and
kerugian ekonomi yang besar karena biaya nephropathy syndrome (PDNS), post-weaning
eradikasi serta vaksinasi yang sangat mahal. multisystemic wasting syndrome (PMWS),
Penyakit itu disebabkan oleh virus dari keluarga thrombocytopenic purpura, salmonellosis,
Flaviviridae, genus Pestivirus (Fenner et al., erysipelas, pasteurellosis, actinobacillosis, dan
2003). Dalam genus itu, virus CSF bergabung infeksi Haemophilus parasuis (OIE, 2008).
bersama virus diare sapi (bovine viral diarrhea/ Berbagai agen bakteri yang tersebut tadi
BVD). Kedua virus itu juga mempunyai memang sering menyebabkan infeksi ikutan
hubungan antigenik (OIE, 2008). sehingga menutupi kasus CSF (Gregg, 2002).
Laporan ilmiah tentang isolasi dan Oleh karena itu peneguhan diagnosis
identifikasi CSF tidak tersedia di Indonesia. penyakit menjadi amat penting. Peneguhan
Akan tetapi, vaksin untuk pencegahannya telah penyakit dengan teknik reverse transcriptase-
dipasarkan sejak puluhan tahun terakhir ini. polymerase chain reaction (RT-PCR) dilaporkan

144
Wirata etal Jurnal Veteriner

memberikan hasil akurat (Suartha et al., 2008). Terminator v3.1 Cycle Sequencing Kit, dengan
Teknik RT-PCR berdasarkan protokol EU (2002) kedua primer tersebut diatas. Sekuensing
telah dicobakan sejak tahun 2007 di dijalankan pada Automatic DNA sequencer
Laboratorium Biomedik Veteriner Fakultas Applied Biosystem 3130 /3130x Genetic
Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Analyzer. Identifikasi hasil sekuensing dibaca
Denpasar. Laporan kasus-kasus tersangka CSF dengan Sequence Scanner Ver1.0 (Applied
dan penerapan deteksi genom serta hasil Biosystems http://www.appliedbiosystems.com).
sekuensing cDNA CSF dilaporkan dalam artikel Penyepadanan nukleotida dan asam amino
ini. dilakukan dengan menggunakan Mega4
Software (Tamura et al., 2007).

METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kasus
Sebanyak 12 kasus tersangka CSF dibahas Artikel ini merupakan laporan ilmiah
dalam artikel ini. Sampel dikumpulkan dari pertama tentang CSF di Indonesia, khususnya
tahun 2007-2008. Diskripsi kasus-kasus tersebut Bali. CSF merupakan salah satu penyakit virus
ditampilkan pada Tabel 1. Babi kasus tersangka yang paling penting bagi industri peternakan
CSF dinekropsi di laboratorium Patologi babi. Babi merupakan satu-satunya spesies yang
Veteriner FKH Unud. Organ yang mengalami rentan terhadap CSF, dan babi yang terinfeksi
perubahan secara patologi anatomis, seperti merupakan sumber penularan kepada babi yang
limpa, ginjal dan usus besar ditampung dalam lain. CSF pada hewan lain belum pernah
media transport (Media 199, penicillin 1000 IU/ dilaporkan. Virus CSF berhubungan secara
ml, Streptomisin 1000 uG/ml) dan disimpan pada genetik dan antigenik dengan virus bovine viral
suhu -20oC sampai digunakan. diarrhea (BVD) (OIE, 2008), akan tetapi infeksi
CSF pada sapi juga belum pernah dilaporkan
Isolasi RNA dan RT-PCR (Gregg, 2002). Penularan alami terjadi melalui
Spesimen berupa organ limpa, hati, ginjal kontak langsung antara babi yang terinfeksi
dan usus dipotong kecil-kecil dan dihancurkan dengan babi sehat (Fenner et al., 2003).
dalam eppendorf, kemudian ditambahkan PBS Penularan penyakit dapat terjadi sebelum
(hingga mendapatkan larutan 10%). Larutan munculnya gejala klinis. Virus disebarkan lewat
disentrifugasi dengan kecepatan 15.000 rcf cairan mulut, hidung, mata, kemih, semen,
selama 10 menit. Supernatan diambil sebanyak tinja dan darah (Gregg, 2002). Babi yang sembuh
250 ìl dan dimasukkan ke dalam eppendorf baru. dari CSF atau yang menderita penyakit kronis
Isolasi RNA dilakukan dengan Trizol dapat menyebarkan virus selama berbulan-
(Invitrogen) seperti protokol yang telah bulan.
dipublikasikan (Suartha et al., 2008; Kencana Dari 12 kasus tersangka CSF, signalemen,
et al., 2008). Protokol RT-PCR CSF juga gejala klinis, perubahan patologi anatomi, dan
dilakukan sesuai protokol untuk virus distemper histopatologi yang menonjol ditampilkan pada
anjing dan gen polymerase avian influenza Tabel 1. Kasus yang dianalisis berasal dari
(Suartha et al., 2008; Kencana et al., 2008), Kabupaten Gianyar, Bangli, Tabanan dan Kota
dengan beberapa modifikasi. Primer yang Denpasar. Semua babi kasus berumur dibawah
digunakan adalah primer baku EU (2002) yang 3,5 bulan. Data umur yang dipaparkan tidak
mengamplifikasi gen target E2 (Paton et al., merupakan referensi umur babi yang peka CSF.
2000). Sekuens dari primer adalah VCSFF 5’- Hal ini semata-mata karena hewan yang dapat
AGRCCAGACTGGTGGCCNTAYGA-3’ dan dipelajari dan dinekropsi di Laboratorium
VCSFR 5’-TTYACCACTTCTGTTCTCA-3’. Patologi hanya babi kecil. Tiga diantaranya
Produk RT-PCR hasil isolasi disekuens di sudah pernah divaksinasi CSF. Gejala klinis
Eijkman Institut, Jakarta. Sebagai kontrol yang tercatat adalah anoreksia, demam (40 –
positif digunakan RNA yang diisolasi dari vaksin 41,3oC), konjungtivitis, eritema pada telinga,
CSF aktif. Sedangkan kontrol negatif adalah mulut, abdomen, dan ekor, dispnea, diare, dan
RNA yang diisolasi dari limpa babi yang sehat gejala syaraf (inkoordinasi/tremor/gerakan
dan tidak divaksin. Produk RT-PCR dipurifikasi mengayuh sepeda).
dengan QIAquick PCR Purification Kit (Qiagen) Gejala klinis yang diamati dalam kajian ini
dan disekuens dengan menggunakan Big Dye sejalan dengan gejala-gejala CSF yang baku.

145
Jurnal Veteriner September 2010 Vol. 11 No. 3 : 144-151

Gejala CSF akut yang umumnya dilaporkan perikarditis, dan endokarditis. Perivascular
antara lain konjunktivitis, demam tinggi, cuffing ditemukan pada 75% kasus CSF akut.
anoreksia, diare yang encer berlendir dan Pada sebagian besar kasus juga ditemukan
berwarna abu-abu kekuningan, batuk dan sesak deplesi jaringan limfoid. Lesi histopatologi tidak
nafas. Pada akhir perjalanan penyakit babi menciri/patognomonik. Lesi meliputi degenerasi
menunjukkan gejala eritema (di telinga, parenkim dari jaringan limpatik, proliferasi
moncong, abdomen, dan paha sebelah dalam), selular dari jaringan interstitial vaskular dan
ataksia dan paresis, kejang-kejang, dan nonsupurative meningoencephalomyelitis
kematian dalam waktu 5-15 hari setelah gejala dengan atau tanpa vascular cuffing (OIE, 2008).
klinik mulai tampak (Gregg, 2002; Artois et al., Secara umum, gejala-gejala, perubahan
2002; Fenner et al., 2003; OIE, 2008). Kematian patologi, dan lesi histopatologi yang ditemukan
dapat mendekati 100% pada babi muda (Fenner pada kasus-kasus tersangka CSF pada kajian
et al., 2003). Gejala-gejala tersebut tidak selalu ini tidak konsisten. Inkonsistensi tersebut
seragam tercatat pada kasus-kasus yang merupakan fenomena khas CSF. Gejala dan lesi-
dipelajari. Gejala yang konsisten adalah lesi yang beragam menyebabkan CSF tidak
anoreksia, demam (40 – 41,3oC), konjungtivitis, dapat didiagnosis tanpa konfirmasi laboratorium
eritema (telinga, mulut, abdomen, atau ekor), (OIE, 2008). Deteksi CSF umumnya dilakukan
dispnea dan diare. Sedangkan gejala saraf, dengan teknik biakan sel, imunohistokimia, dan
seperti inkoordinasi/tremor/gerakan mengayuh fluorescent antibody technique (FAT) (Mulas et
sepeda tidak selalu tercatat serta bervariasi al., 1997; Handel et al., 2004; OIE, 2008). Teknik
antar kasus. molekuler baru yakni reverse-transcriptase-
Pada pemeriksaan bedah bangkai/patologi polymerase chain reaction (RT-PCR) telah
anatomi ditemukan perubahan-perubahan banyak direkomendasikan sebagai penunjang
ulkus kancing (button ulcer) pada lima kasus, diagnosis (de Smit, 2000; Handel et al., 2004;
perdarahan atau anemia paru-paru (5 kasus), OIE, 2008), baik dengan metode konvensional
adanya timbunan gas di usus (2 kasus), mau pun real time RT-PCR (McGoldrick et al.,
perdarahan ginjal (5 kasus), perdarahan limpa 1998; Kaden et al., 2007). Berdasarkan
(3 kasus), dan kongesti selaput otak (3 kasus). kecepatan dan sensitifitas, RT-PCR telah
Kasus CSF umumnya menunjukkan lesi-lesi diterima sebagai pendekatan yang tepat untuk
pembengkaan, edema, dan perdarahan kelenjar penapisan kasus tersangka di berbagai negara
limfe, infark pada ginjal, perdarahan ekimotik termasuk negara-negara di Uni Eropa (EU,
dan/atau titik pada jaringan serosa dan mukosa, 2002). Primer dan kondisi RT-PCR untuk CSF
kulit, epiglotis, dan ginjal (Gregg, 2002; Fenner juga sudah dibakukan (http://viro08.tiho-
et al., 2003). Menurut Gregg (2002) pada kasus hannover.de/eg/TechnicalPart4.pdf). Teknik itu
kronik, perubahan dapat serupa dengan kasus juga memungkinkan pemetaan epidemiologi
akut, akan tetapi biasanya lebih ringan. Lesi- molekuler CSF dan memperoleh hubungan
lesi berbentuk kancing (button ulcer) sering genetik berbagai isolat. Produk RT-PCR dapat
ditemukan pada sekum dan usus besar. Lesi- disekuens untuk memperoleh data sekuens
lesi patologi anatomi merupakan hal yang paling sehingga dapat dibandingkan dengan sekuens
beragam pada CSF tergantung pada virulensi isolat lain serta isolat yang tersedia di GeneBank
virus dan galur, umur, serta kondisi babi (Gregg, (Hongzhuan et al., 2005). Sensitivitas dan
2002). CSF virulen pada babi yang peka bersifat spesifisitas satu ronde RT-PCR mencapai
pantropik, yaitu menginfeksi berbagai jaringan, masing-masing 82,5% dan 100% (Harding et al.,
terutama endotel, epitel, limfoid, dan endokrin 1996). Jika produk RT-PCR diamplifikasi
(Gregg, 2002). Contoh lesi ulkus kancing (button kembali, sensitivitasnya dapat ditingkatkan
ulcer) ditampilkan pada Gambar 1. Sedangkan sampai 100% (Harding et al., 1996). RT-PCR
contoh perubahan khas histopatologi bahkan dapat dilakukan dengan sampel kulit
ditampilkan pada Gambar 2. babi tersangka (Kaden et al., 2007).
Secara histopatologi, lesi yang sering Hasil RT-PCR menunjukkan bahwa CSF
ditemukan adalah pneumonia interstitialis, dapat dikonfirmasi pada 7 dari 12 kasus (58%).
enteritis hemoragika dan nekrotikan, Rangkuman hasil RT-PCR pada masing-masing
glomerulonefritis, dan perdarahan dan nekrosis kasus dapat dilihat pada Tabel 2. Contoh gambar
pada limpa. Lesi tambahan pada beberapa kasus elektroforesis hasil RT-PCR ditunjukkan pada
adalah bronkitis, kongesti dengan gambaran Gambar 3. Gambar tersebut menunjukkan
vaskulitis otak, meningitis, ensefalitis, bahwa protokol amplifikasi RT-PCR terhadap

146
Wirata etal Jurnal Veteriner

Tabel 1. Diskripsi, signalemen, gejala klinis, perubahan patologi anatomi, dan histopatologi kasus
tersangka CSF di Bali tahun 2007-2008
No Kode Signalemen Gejala Klinis Perubahan PA Lesi Histopatologi
Kasus

1. 59/N/07 Landrace, 65 Anoreksia, mata beng- - Paru-paru pucat - Pneumonia intersti-


hari, 8 kg, belum kak, eritema pada - Button ulcer pada tialis
divaksinasi CSF, daerah telinga, mulut usus - bronkhitis
Payangan- dan abdomen, demam - Entritis hemoragika
Gianyar. (40,6 oC), lemas, diare dan nekrotikan
dan bergerombol di - Glemerulonefritis
pojok kandang. - Perdarahan dan
nekrosis pada limpa
- Kongesti dan
vaskulitis otak
2. 64/N/07 Landrace, 2 Anoreksia, Konjung- - Terdapat timbunan - Pneumonia intersti-
bulan, 8 kg, tivitis, eritema pada gas pada usus dan tialis
belum telinga, moncong dan button ulcer pada - Entritis hemoragika
divaksinasi CSF, ekor, lemas, demam usus besar (colon) dan nekrotikan
Marga-Tabanan (40,9oC) dan diare. - Perdarahan dan
nekrosis pada limpa
- Glemerulonefritis
3. 69/N/07 Landrace, 45 Anoreksia, eritema - Hati warnanya lebih - Pneumonia intersti-
hari, 5 kg, sudah pada ujung telinga dan gelap- Perdarahan tialis
divaksinasi CSF, moncong hidung, pada usus besar dan - Bronkhitis
Payangan- demam (41,3 oC), adanya button ulcer - Entritis hemoragika
Gianyar lemah, inkoordinasi, - Perdarahan titik dan nekrotikan
diare abu-abu, pada ginjal - Perdarahan dan
bergerombol di pojok nekrosis pada limpa
kandang. - Glomerulonefritis
- Meningitis
4. 96/N/07 Landrace, 45 Anoreksia, kemerahan - Paru-paru dan hati - Pneumonia intersti-
hari, 3 kg, sudah pada kulit, lemas, su- mengalami kongesti tialis
divaksinasi CSF, sah berdiri, tubuh ge- - Penebalan pada - Entritis hemoragika
Susut-Bangli metar, sulit bernapas, jantung dan nekrotikan
kurus, diare, berge- - Otak dan usus menga- - Perdarahan dan ne-
rombol di pojok lami perdarahan krosis pada limpa
kandang. - Kongesti di Jantung
- Glomerulonefritis-
Vaskulitis dan nekro-
sis neuron di otak
5. 101/N/07 Landrace, 2 Anoreksia, kebengka- - Ditemukan perdara- - Pneumonia intersti-
bulan, 5 kg, kan pada mata, kebiru- han pada pericar- tialis
sudah divaksinasi an pada ujung telinga, dium - Entritis hemoragika
CSF, Payangan- inkoordinasi, gangguan - Ditemukan adanya dan nekrotikan
Gianyar pernafasan, suhu akumulasi gas pada - Perdarahan dan
tubuh 40,9°C, diare, lambung dan usus, nekrosis pada limpa
kelemahan umum kongesti pada hati dan - Perikarditis dan
seperti sulit berdiri dan perdarahan multi- endokarditis
babi sering fokal pada limpa. - Glomerulonefritis
bergerombol di pojok - Ditemukan perdara-
kandang han pada medula gin-
jal
6. 106/N/07 Landrace, 40 Anoreksia, konjung- - petechie pada limpa - Pneumonia intersti-
hari, 8 kg, belum tivitis, eritema pada dan ginjal tialis
divaksinasi CSF, telinga, punggung dan - Entritis hemoragika
Payangan- kaki, demam (41oC), dan nekrotikan
Gianyar diare kuning kehi- - Perdarahan dan
jauan, inkoordinasi nekrosis pada limpa
gerak, bergerombol di
pojok kandang
7. 113/N/07 Landrace, 60 Eritema pada telinga, - Perdarahan pada sela- - Glomerulonefritis
hari, 8 kg, belum mata bengkak, lemas, put meningen dan - Pneumonia inters-
otak titialis
divaksinasi CSF, inkoordinasi gerak,

147
Jurnal Veteriner September 2010 Vol. 11 No. 3 : 144-151

Tabel 1 (lanjutan). Diskripsi, signalemen, gejala klinis, perubahan patologi anatomi, dan
histopatologi kasus tersangka CSF di Bali tahun 2007-2008

Tegalalang- suka bergerombol. - Perdarahan paru- - Entritis hemoragika


Gianyar. paru dan nekrotikan
- Perdarahan Usus - Perdarahan dan
- Perdarahan mukosa nekrosis pada limpa
ginjal - Glomerulonefritis
- Meningo-ensefalitis
8. 130/N/07 Landrace, 50 hari, Anoreksia, mata - Kongesti pada otak - Pneumonia inters-
1,5 kg, belum bengkak, eritema pada - perdarahan pada usus titialis
divaksinasi CSF, telinga, kurus, diare dan terdapat button - Entritis hemoragika
Perean-Tabanan. kuning encer, pincang ulcer pada colon dan nekrotikan
dan kaki seperti - Perdarahan dan
mendayung sepeda, nekrosis pada limpa
tremor, suka berbaring - Glomerulonefritis
dan lemas. - Kongesti otak
9. 143/N/07 Landrace, 2 Anoreksia, konjungtvitis, - Perdarahan pada - Pneumonia intersti-
bulan, 6 kg, eritema pada telinga, otak, paru-paru, usus, tialis
belum divaksinasi punggung dan kaki, hati, ginjal dan limpa - Entritis hemoragika
CSF, Payangan- demam (41 oC), Diare ke- dan nekrotikan
Gianyar. kuningan, suka berge- - Perdarahan dan
rombol di pojok kandang. nekrosis pada limpa
- Glomerulonefritis
- Kongesti otak
10. 150/N/08 Landrace, 2 Anoreksia, telinga mem- - Paru-paru mengalami - Pneumonia intersti-
bulan, 8 kg, biru, kurus, tremor, perdarahan tialis
belum divaksinasi diare kekuningan, - Hati dan limpa - Entritis hemoragika
CSF, Susut- lemah dan inkoordinasi mengalami dan nekrotikan
Bangli gerak. kebengkakan - Perdarahan dan
- Penebalan pada nekrosis pada limpa
mukosa usus - Glomerulonefritis
11. 168/N/08 Landrace, 3,5 Anoreksia, konjungtivitis, - Ginjal terjadi - Pneumonia intersti-
bulan, 10 kg, eritema pada ujung perdarahan tialis
belum divaksinasi telinga, Demam (41 oC), - Limpa bengkak - Entritis hemoragika
CSF, Suwung- mulut mengeluarkan dengan infark dan nekrotikan
Denpasar cairan, rebah dengan kehitaman di tepinya - Perdarahan dan
gerakan mengayuh, - Usus mengalami nekrosis pada limpa
inkoordinasi, konstipasi perdarahan dan usus - Glomerulonefritis
dan gangguan respirasi. besar terdapat radang
dipterik membulat
(button ulcer)
12. 203/N/08 Landrace, 3 Anoreksia, kemerahan - Perdarahan di usus- - Pneumonia intersti-
bulan, 10 kg, pada permukaan kulit, Limpa mengalami tialis
belum divaksinasi demam (41,1oC), diare pembesaran - Entritis hemoragika
CSF, Payangan- berdarah, inkoordinasi dan nekrotikan
Gianyar pada kaki belakang. - Perdarahan dan
nekrosis pada limpa

dua dari tiga kasus dapat menghasilkan produk tersebut khas protein E2 virus CSF. Isolat
dengan panjang antara 600-700 bp yang sama tersebut mempunyai homologi terdekat dengan
tinggi dengan kontrol positif, sementara pita virus CSF strain GS-LX dari Cina (Acc. No.
serupa tidak tampak pada kontrol negatif. Hasil AF143087) dengan homologi 98%. Hasil analisis
sekuensing pendahuluan untuk konfirmasi filogenetik protein E2 virus CSF Isolat Udayana-
produk PCR diperoleh sekuens cDNA sepanjang 1/07 dibandingkan dengan beberapa isolat CSF
406 basa. Sekuens tersebut telah diregistrasi dari seluruh dunia yang diperoleh dari GeneBank
di GeneBank dengan Acc. No. HM 366152 ditampilkan pada Gambar 4. Hasil tersebut
Penelusuran BLAST (basic local allignment menunjukkan isolat dimaksud berkerabat dekat
search tool) sekuens yang diperoleh pada dengan berbagai isolat asal Cina dan bukan dari
GeneBank (http://blast.ncbi.nlm.nih.gov/ negara lain seperti Korea, Prancis, Swiss, atau
Blast.cgi) menunjukkan bahwa sekuens Amerika Serikat.

148
Wirata etal Jurnal Veteriner

Gambar 3. Gambar Gel Agarose 2% yang Diwarnai


Gambar 1. Perubahan patologi anatomi ulkus dengan Etidium Bromida dari Hasil
kancing (button ulcer) pada kolon RT-PCR Tiga Kasus Tersangka CSF
kasus No. 59/N/07. dari Bali 2007-2008. Jalur M adalah
100-bp ladder (Invitrogen). Posisi pita
600 bp ditunjukkan dengan tanda
panah. Jalur 1, 2, dan 3 adalah sampel
ka-sus 106/N/07, 59/N/07, dan 168/N/
08. (-) adalah control negatif dari total
RNA limpa babi yang baru lahir. (+)
adalah control positif dari total RNA
vaksin CSF komersial.

Tabel 2. Hasil RT-PCR pada masing-masing


kasus tersangka CSF di Bali tahun
2007-2008

No Kode Kasus Hasil

1 59/N/07 +
2 64/N/07 +
3 69/N/07 +
4 96/N/07 +
5 101/N/07 +
6 106/N/07 -
7 113/N/07 +
8 130/N/07 -
9 143/N/07 -
10 150/N/08 -
Gambar 2. Foto preparat histologi usus (atas) 11 168/N/08 +
dan limpa (bawah) dari kasus No. 59/ 12 203/N/08 -
N/07. Tampak nekrosis dan deplesi
epitil dan jaringan limfoid usus Sensitifitas teknik RT-PCR yang diaplikasikan
(atas) serta deplesi limfosit, keru- dalam kajian ini tidak dapat diungkap karena
sakan arsitektur, dan perdarahan teknik baku dengan kultur pada biakan sel dan
pada limpa (bawah). Pembesaran deteksi Flourescence Antobody Technique,
100X, pewarnaan HE. seperti dipaparkan di atas, tidak tersedia.
Walaupun demikian protokol yang diterapkan
Dalam kajian ini, proporsi kasus tersangka pada kajian ini terbukti spesifik. Salah satu
yang dapat dikonfirmasi dengan RT-PCR hanya produk RT-PCR telah dapat dikonfirmasi sebagai
58%. Sisanya tetap dianggap tersangka CSF protein E2 virus CSF. Kajian sekuens isolat CSF
karena gambaran klinik, patologi, dan yang lain sedang dikerjakan, sehingga
histopatologi pada kasus negatife tidak dapat keragaman genetik virus CSF dari Bali dapat
dibedakan dengan kasus terkonfirmasi. diungkap.

149
Jurnal Veteriner September 2010 Vol. 11 No. 3 : 144-151

Gambar 4. Pohon filogenetik protein E2 virus CSF Isolat Udayana-1/07 (lingkaran biru)
dibandingkan dengan beberapa isolat CSF dari seluruh dunia yang diperoleh dari
GeneBank. Negara asal diterangkan di belakang nama isolat. Kluster genetik dimana
isolat asal Bali berada ditandai dengan garis putus berwarna biru. Persentase cabang
replikasi dalam 1000 replikat ditunjukkan dengan angka di dekat cabang yang
bersangkutan. Jarang genetik dikalkulasi dengan the Kimura 2-parameter method
(Kimura, 1980). Analisis filogenetik dilakukan dengan program MEGA4 (Tamura et
al., 2007).

Analisis filogenetik menunjukkan bahwa SARAN


sekuens dari satu kasus terkonfirmasi
berkerabat dekat dengan isolat CSF asal Cina Perlu dilakukan kajian lebih lanjut
yang tersedia di GeneBank (Gambar 4). Hasil terhadap virus CSF yang ada di Indonesia
ini mengindikasikan bahwa virus CSF khususnya di Bali untuk mengungkap
diintroduksi yang bersirkulasi di Bali berasal sensitivitas RT-PCR, mengklarifikasi beberapa
dari Cina. Untuk menguji dugaan tersebut, diagnosa banding, dan keragaman genetika
variasi genetik virus CSF di Bali perlu dipelajari virus yang ada dilapangan sehingga nanti dapat
dengan isolat yang lebih banyak. Kajian tentang direkomendasikan galur vaksin yang tepat
variasi genetik dan antigenik virus CSF tidak digunakan oleh peternak.
banyak dilaporkan. Satu publikasi dari Cina
(Li et al., 2006) mengindikasikan bahwa virus
UCAPAN TERIMA KASIH
CSF mempunyai keragaman genetik yang cukup
luas, yaitu antara 0,2-10,5% pada tingkat asam
Penghargaan disampaikan kepada
amino. Pengetahuan tentang keragaman genetik
mahasiswa FKH Universitas Udayana yang
virus CSF merupakan dasar ilmiah yang
kasus koasistensi diagnostik laboratorium
penting untuk rekomendasi galur vaksin yang
dipaparkan dalam tulisan ini.
paling tepat digunakan oleh peternak.

DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN
Artois M, Depner K R, Guberti V, Hars J, Rossi
Virus CSF dapat dikonfirmasi pada 7 kasus
S, Rutili D. 2002. Classical Swine Fever
dari 12 tersangka (58%). Sekuens cDNA dari
(Hog Cholera) in Wild boar in Europe. Rev.
salah satu isolat dapat dikonfirmasi sebagai gen
Sci. Tech. Off. Int. Epi 2., 21 (2), 287-303.
penyandi protein E2 dengan homologi 98%
de Smit AJ. 2000. Laboratory diagnosis,
dengan salah satu isolat asal Cina yang
epizootiology, and efficacy of marker
didokumentasi di GeneBank.
vaccines in classical swine fever: a review.
Vet Q 22(4):182-8.

150
Wirata etal Jurnal Veteriner

EU (European Union). 2002. Commission Kimura M (1980) A simple method for estimating
decision of 1 February 2002 approving a evolutionary rate of base substitutions
Diagnostic Manual establishing diagnostic through comparative studies of nucleotide
procedures, sampling methods and criteria sequences. J of Mol Evolution 16:111-120.
for evaluation of the laboratory tests for the Li X., Xu Z, He Y, Yao Q, Zhang K, Jin M, Chen
confirmation of classical swine fever (2002/ H, Qian P. 2006. Genome comparison of a
106/EC). Official Journal of the European novel classical swine fever virus isolated in
Union, L39/71. China in 2004 with other CSFV strains.
Virus Genes: 33(2): 133-142.
Fenner FJ, Gibbs EPJ, Murphy FA, Rott R, McGoldrick A, Lowings JP, Ibata G, Sands JJ,
Studdert MJ, White DO. 1993. Veterinary Belak S, Paton DJ. 1998. A novel approach
Virology. 2nd Ed. San Diego, California. to the detection of classical swine fever virus
Academic Press. by RT-PCR with a fluorogenic probe (Taq
Gregg D. 2002. Update on classical swine fever Man). J Virol Methods 72: 125–135.
(hog cholera). J Swine Health Prod 10(1) : Mulas JMDL, Ruiz-Villamor E, Donoso E,
33-37. Quezada M, Lecocq C, dan Sierra MA, 1997.
Handel K, Helen K, Kevin H, John P, 2004. Immunohistochemical detection of hog
Comparison of reverse transcriptase– cholera viral glycoprotein 55 in paraffin-
polymerase chain reaction, virus isolation, embedded tissues. J Vet Diagn Invest 9:10-
and immunoperoxidase assays for detecting 16.
pigs infected with low, moderate, and high OIE, 2008. Classical swine fever (hog cholera)
virulent strains of classical swine fever dalam OIE Terrestrial Manual.
virus. J Vet Diagn Invest 16:132–138. www.oie.int. hal. 1092-1106.
Harding MJ, Isabelle P, Carlos MG, Robert AH, Paton DJ, McGoldrick A, Greiser-Wilke I,
José R, Richard M, Gilles CD, Soopayah V, Parchariyanon S, Song J-Y, Liou PP,
1996. Evaluation of nucleic acid Stadejek T, Lowings JP, Bjorklund H, Belak
amplification methods for the detection of S, 2000. Genetic typing of classical swine
hog cholera virus. J Vet Diagn Invest 8: 414- fever virus. Veterinary Microbiology 73, 132-
419. 137.
Hongzhuan W, Yee-Wai C, Kit-Man W, Suartha IN, Mahardika IGNK, Candra Dewi
Frederick CL. 2005. Molecular identification IAS, Nursanty KD, Kote YLS, Handayani
of hog cholera viruses from southern China. AD, Suartini GAA. 2008. Penerapan teknik
J of anim and vet advances 4(5): 497-501. Reverse Transcriptase-Polymerase Chain
Kaden V, Elke L, Anja F, Jens P T, 2007. Value Reaction untuk peneguhan diagnosis
of skin punch biopsies for the diagnosis of penyakit Distemper pada anjing. Jurnal
acute classical swine fever. J Vet Diagn Veteriner, Vol.9 No.1: 25-32.
Invest 19:697–701. Tamura K, Dudley J, Nei M, Kumar S, 2007.
Kencana GAY, Asmara W, Tabbu CR, MEGA4: Molecular Evolutionary Genetics
Mahardika IGNK, 2008. Amino terminus Analysis (MEGA) software version 4.0.
gen polymerase basik 2 virus avian influenza Molecular Biology and Evolution 10.1093/
subtipe H5N1 asal berbagai spesies hewan molbev/msm092.
di Indonesia. J. Vet. 9 (3): 107-114.

151

Anda mungkin juga menyukai