Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA BAYI NY.” A ” UMUR 5 HARI


DENGAN HIPERBILIRUBIN
DI RUANG BAYI KAMAR BERSALIN
RSI UNISMA MALANG
11 JANUARI 2010

Oleh :

Restu Widyarini
NIM. 0702100107

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
PRODI KEBIDANAN MALANG
2010
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.Konsep teori Hiperbilirubinemia


1. Pengertian Hiperbilirubinemia
Merupakan suatu keadaan bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum
total lebih dari 10 mg % pada minggu pertama yang ditandai dengan
ikterus. Hiperbilirubin yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravasnuler, sehingga konjungtiva, kulit dan
mukosa akan berwarna kuning gejala atau tanda hiperbilirubin yaitu adanya
ikterus yang timbul.
Ada dua macam yaitu ikterus fisiologis dan ikterus patologis (Aziz,2008;94)
Ikterus Fisiologis
Ikterus Fisiologis ialah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologi, keadaanya tidak melewati kadar
yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadikan ikterus dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi ikterus ini biasanya menghilang
pada akhir minggu ertama atau selambat-lambatnya 10 hari perttama.
Dikatakan ikterus fisiologis bila :
1. Timbul pada hari kedua atau ketiga
2. Kadar bilirubin inderek sesudah 2x24 jam tidak melewati 15 mg % pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kuran bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % per hari
4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%
5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
6. Tidak terbukti mempunyai buhungan dengan keadaan patologik
( Sarwono, 2000; 75 )
PATOFISIOLOGIS

haemolisis

SEL DARAH HAEMOGLO HEM


MERAH BIN
KARBONMO
NOKSI
BILIVERDIN

BILIRUBIN
KARBOKSIHEMO
GLOBIN

Sirkulasi
entero hepatik BMG
BDG CO ekspirasi

EKSKRESI USUS DAN


KANDUNG KENCING

BMG: bilirubin monoglucuronide


BDG: bilirubin diglucuronide
Ikterus Patologis
Ikterus Patologis ialah Ikterus yang mempunyai dasar patologi atau kadar
bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinnemia. Dasar
patologik ini misalnya jenis bilirubin, saat timbulnya dan menghilangnya
ikterus dan menyebabnya
Dikatakan ikterus patologis bila :
1. Terjadi pada 24 jam pertama
2. Kadar bilirubin serum melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan
3. kadar bilirubin serum melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan
4. Terjadi peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari
5. Ikterusnya menetap sesudah 2 mingu pertama
6. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%
( Aziz, 20008; 94 )
Kern Ikterus
Adalah suatu keadaan atau kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin
indirek pada otak terutama pada korpus striatum tatanus, Nukleus
subtalamus, hipoleampus, hukleus merah dan nukleus pada dasar
vertrikulus
Tanda – tanda klinik dapat disebabkan ialah :
1. Mata yang berputar
2. Letargi
3. Kejang
4. Tak mau menghisap
5. Tonus otot meninggi
6. Leher kaku dan akhirnya opis totonus
( Sarwono, 2000 ; 754 )
2. Etiologi
> Peningkatan Produksi
- Hemolisis, misal pada lukompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidak sesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan
rhesus dan ABO
- Pendarahan tertutup misalnya pada taruma kelahiran
- Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan
metabolik yang terdapat pada bayi
> Hipoksia atau Asidosis
- Defisiensi 66 PD/ glokosa 6 phospat dehidrogenase
- Ikterus ASI yang disebabkan oleh di keluarkannya pregham (Alpa) 20
(Beta), diol (Steroid)
- Kurangya enzim glokoronil transeferase, sehingga kadar bilirubin indirek
meningkat misalnya pada BBLR
- Kelainan kongenital (Rotor Sindrom)
- Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan
misalnya hipoalbuminemia, atau karena pengaruh obat-
obatan tertentu misalnya sulfadiasine
- Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikro organisme
atau taoksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah
merah seperti infeksi, toksoplasmosis, siphilis
- Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatik
- Peningkatan sirkulasi entero hepatik misal pada ileos obstruktif
(Sarwono,2000;754)
3. Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harusmengkonjugasi bilirubin ( merubah bilirubin
yang larut dalam lemak menjadi bilirubin yang mudah larut dalam air ) di
dalam hati frekuensi dan jumlah konjungan tergantung dari besarnya
hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan albumin
( Albumin binding site ) Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup
bulan, hatinya matang dan menghasilkan enzim glokoronil transferase
yang memadai sehingga serum bilirubin tidak mencapai tingkat
patologis. ( Sarwono, 2000 ; 754 )
4. Penatalaksanaan Hiperbilirubinemia
Dalam penangan ikterus, cara-cara yang dipakai ialah untuk mencegah
dan mengobati hiperbilirubinemia sampai saat ini cara-cara itu dapat
dibagi dalam 3 usaha yaitu :
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin
a. Early feeding . Pemberian makanan dini pada neonatus dapat
mengurangi terjadinya ikterus fisiologis pada teonatus karena
dengan pemberian makanan yang dini itu terjadi pendorongan
gerakan usus dan mekoneum lebih cepat dikeluarkan
sehingga peredaran enterokepatik bilirubin
berkurang
b. Pemberian agar-agar mekanismenya ialah dengan menghalangi
peredaran bilirubin entero hepatik
c. Pemberian Fenobartibal, khasiat fenobarttibal ialah mengadakan
induksi enzim mikrosoma, sehingga konjungasi bilirubin
berlangsung lebih tepat.
2. Mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan yang dapat
dikeluarkan melalui ginjal dan usus, misal dengan phototerapy
(terapi sinar)
Dengan penyinaran bilirubin dipecah menjadi dipyrole yang kemudian
dikeluarkan melalui ginjal dan troleus degestinus
Penggunaan terapi sinar harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat
menimbulkan komplikasi diantaranya :
a. Menyebabkan kerusakan vetina
b. Dapat meningkatkan kehilangan air tidak terasa
c. Mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan bayi.
( Sarwono, 2000 ; 764 )
Cara melakukan fototerapi adalah sebagai berikut :
1) Pakaian dibuka agar seluruh tubuh bayi kena sinar (kecuali daerah
genetalia harus ditutup)
2) Kedua mata dan gonad ditutup dengan penutup yang memantulkan
cahaya
3) Jarak bayi dan lampu kurang lebih 10 cm
4) PosisI bayi diubah tiap 6 jam
5) Lakukan pebgukuran suhu setiap 6 jam
6) Periksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya sekali
dalam 24 jam , 7 x diberikan selama 72 jam atau kadar bilirubin
mencapai 7,5 mg%
7) Lakukan observasi dan catat lamanya terapi sinar
8) Sediakan lampu masing-masing 20 watt sebanyak 8-10 buah yang
disusun secara parale.
( Aziz, 2008; 95 )
3. Transfusi tukar darah (exchage transfusion)
Cara yang paling tepat untuk mengobati hiperbilirubinemia pada
neonatus ialah transfusi tukar darah. Dalam beberapa hal
terapi sinar dapat menggantikan transfusi tukar darah akan
tetapi pada penyakit hemolitik neonatus transfusi tukar
darah merupakan tindakan yang paling tepat Indikasi transfusi
tukar adalah :
a. Diberikan kepada semua kasus ikterus dengan kadar bilirubin tidak
langsung yang lebih dari 20 mg%
b. Pada bayi prematur transfusi tukar dapat diberikan walaupun kadar
albumin kurang dari 3,5 g per 100 ml
c. Pada kenaikan yang cepat bilirubin tidak langsung serum bayi pada
hari pertama (0,3-1 mg% per jam)
d. Anemi berat pada neonatus dengan tanda tanda dekompensasi
jantung
e. Bayi menderita ikterus skadar tali pusat kurang dari mg %dan combtes
test langsung (+)

B. KONSEP MANAJEMEN
I. Pengkajian
A. Data subyektif
1. Biodata :
Nama Bayi :
Umur :
Agama :
Alamat :
Nama Ibu :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan kulit muka terlihat kuning
3. Riwayat prenatal, natal, post natal
- Riwayat Prenatal
Trimester I : ANC berapa kali, keluhan mual, muntah atau tidak
Trimester II : ANC berapa kali, Fe, TT II, keluhan pusing , dll
Trimester III : ANC berapa kali, keluhan
- Riwayat natal
UK kurang bulan atau cukup bulan
Cara persalinan : Normal, saecar, dengan tindakan
Air ketuban : Jernih keruh, KPD
Berat badan : < 2500 g atau > 2500 g
Panjang badan : 35-50 cm
- Riwayat Posnatal
A/S : 7-8
PB : 35-48 cm
BB : < 2500 gr atau > 2500 gr
4. Kebutuhan dasar
a. Pola Nutrisi
Minumnya pintar atau malas menghisap ASI/Pasi kuat atau lemah
b. Pola eliminasi
BAB : + 5x/hr, konsistensi encer, lembek, berbiji
BAK : + 8 x/hr, warna gelap, pekat, kuning
c. Pola aktifitas
Bayi menangis kuat/lemah
d. Pola Istirahat
Setiap tidur, menangis pada saat BAB/BAK, lapar (normal kuat dan
lama)
e. Riwayat Penyakit keluarga
Pernah riwayat hiperbilirubin pada kehamilan sebelumnya apa pernah
menderita penyakit hepar , apa ibu menderita DM apa ada
inkompatibilitas RH/ABO, penyakit infeksi ( rubela sefilis)
B. Data obyektif
1. Pemeriksaan Umum
K/U : Lemah, cukup, baik
Kes : composmetis
Nadi : 120-160x/mnt
RR : 30-40x/mnt
Suhu : 36 – 37 C
BB : < 2500 gr atau > 2500 gr
PB : 35-48 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : adakah caput/cephal, haimatoma, adakah kelainan lain
Muka : Tampak pucat , kuning
Mata : adakah ikteruspada sklera
Hidung : adakah pernafasan cuping hidung, mulus/sekret
Mulut : Warna bibir pucat/ merah , sianosis/tidak, stomatitis atau tidak
Leher : adakah pemb kel tyroid dan kend vena jugularis
Dada : apakah terdapat retrasi dinding dada , terlihat ikterus tidak
Abdomen : tali pusar basah/kering, warna kulit kuning/tidak adakah
pembesaran kepar atau limpa
Genetalia : apakah testis turun/belum, labia mayor menutupi labia mayor
Ektrimitas : tonus otot lemah, tampak kuning/tidak
3. Pemeriksaan Neorologis
a. Reflek Moro
saat diberi sentuhan mendadak dingin jari tangan bayi bergerak lemah
b. Reflek menghisap
Kurang kuat/malas
4. Pemeriksaan Antropometri
a. BB : < 2500 atau > 2500 gr
b. PB : 35-48 cm
c. L Kep : 32-35 cm
d. Lila : 8-10 cm
5. Data penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
HB : 11,0-16,5 gr/dl
Lekosit : 3500-10,000/UI
PCV : 150.000-390.000/UI
Golongan darah dengan rhesus
Bilirubin direk : > 1 mg/dl
Indirek : > 10 mg% (BBLR) 12,5 mg% (cukup bulan)
Total : > 12 mg/dl
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx: By.NY.”....” umur.....dengan hyperbilirubin
Ds: Ibu mengatakan bayinya tampak kuning
Do: Kesadaran: Compos mentis
K/U : Baik
Nadi : 120-160x, RR : 30-40x/mnt, Suhu: 36c-37,5C
BB : < 2500gr - > 2500gr
Muka : Tampak ikterus
Mata : Sklera ikterik,konjungtiva merah muda
Mulut : Reflek hisap lemah
Dada : Tidak ada/ada retraksi otot dada, warna kulit ikterus
Perut : Tali pusat basah/kering, ada pembesaran hepar atau limpa
Warna ikterus /tidak
Genetalia : Testis turun/tidak, labia mayor menutupi labia minor/tidak
Ektrimitas : Tonus otot lemah
Pemeriksaan lab : Bilirubin total >10mg%(BBLR/kurang bulan), 12,5mg%
(cukup bulan)
Masalah
1. Resiko tinggi terhadap keterlibatan ssp
2. Kurang pengetahuan orang tua
Potensial terjadinya efek samping fototerapi
1. Potensial terjadi efek samping fototerapi
Ds : -
Do : Dilakukan fototerapi berapa seri
Terpasang tutup mata
Suhu : 36,5c – 37,5c
Bab berapa kali, konsistensi, warna dan Bak berapa kali
Keadaan kulit iritasi/tidak
III. INTERVENSI
Dx : By.Ny.”...”umur...dengan hiperbilirubin
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan kadar bilirubin
KH : Menunjukan kadar indirek <12mg/dl pada bayi cukup bulan pada
Usia 3hari.
Resolusi ikterik pada akhir minggu pertama kehidupan
Bebas dari keterlibatan SSP

Intervensi
1. Pertahankan bayi tetap hangat dan kering,
R/ Stres dingin berpotensi melepaskan asam lemak, yang pada sisi ikatan
pada albumin,sehingga meningkatkan kadar bilirubin yang bersikulasi dengan
bebas(tidak berikatan)
2. Mulai pemberian oral awal dalam 4-6jam setelah kelahiran khususnya bila
bayi diberi ASI.
R/ Keberadaan flora usus yang sesuai untuk pengurangan bilirubin terhadap
urobilinogen turunkan sirkulasi entero hepatik bilirubin dan menurunkan
resorpsi bilirubin dari usus dengan meningkatkan pasase mekonium.
3. Observasi bayi dalam sinar alamiah, perhatikan sklera dan mukosa
oral,kulit menguning segera setelah pemutihan dan bagian tubuh tertentu
terlibat.
R/ Mendeteksi/ bukti derajat ikterik.
4. Kaji bayi terhadap kemajuan tanda-tanda perubahan prilaku.
R/ Bilirubin tidak terkonjugasi yang berlebihan mempunyai afinitas terhadap
jaringan ekstravaskuler,meliputi ganglia basal jaringan otak.Perubahan
prilaku berhubungan dengan kern ikterus biasanya terjadi antara hari ke 2
dan ke 10 kehidupan dan jarang terjadi sebelum 36jam kehidupan.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi dan pemeriksaan
laborat.(bilirubin,Hb,HT) dan pemberian fenobarbital.
R/ Bayi potensial terhadap kern ikterus diprediksi paling baik melalui
peningkatan kadar Hb/Ht menandakan polisitemia, kemungkinan desebabkan
oleh pelambatan pengkleman tali pusat, ibu diabet, tranfusi maternal-ibu,
stres intrauterus kronis dan hipoksia.Kadar Hb rendah mungkin dihubungkan
dengan hidrops fetalis atau dengan inkombilitas Rh yang terjadi dalam uterus
serta menyebabkan hemolisis, edema, dan pucat.
6. Mulai fototerapi perprotokol, dengan menggunakan bola lampu flouresen
yg ditempatkan diatas bayi ( kecuali untuk BBL dengan penyakit Rh )
R/ Menyebabkan fotooksidasi bilirubin pada jaringan subkutan sehingga
meningkatkan kemampuan larut air bilirubin yang memungkinkan ekskresi
cepat dari bilirubin dalam feses dan urine.
Masalah
3. Resiko tinggi terhadap keterlibatan ssp
4. Kurang pengetahuan orang tua
5. Potensial terjadinya efek samping fototerapi
Tujuan : Efek samping tidak terjadi
KH : Suhu tubuh normal 36,5C - 37,5C
Keseimbangan cairan dalam batas normal
Bebas dari cedera kulit
Menunjukan penurunan kadar bilirubin serum
Intervensi
1. Berikan tameng untuk menutup mata
R/ Mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva dari sinar
intensitas – tinggi.Pemasangan yang tidak tepat dapat menyebabkan iritasi,
abrasi kornea dan konjungtivitis dan penurunan pernapasan oleh obstruksi
pasase nasal.
2. Tutup testis dan penis bayi pria
R/ Mencegah kemungkinan kerusakan testis dari panas.
3. Pantau kulit neonatus dan suhu setiap 2 jam-4jam.
R/ Fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respon terhadap
pemajanan sinar,radiasi dan konveksi.
4. Ubah posisi bayi setiap 2 jam.
R/ Memungkinkan pemajanan seimbang dari permukaan kulit terhadap sinar
flouresen, mencegah pemajanan berlebihan dari bagaian tubuh individu dan
membatasi area tertekan
5. Pantau masukan dan keluaran cairan.
R/ Peningkatan kehilangan air melalui faeces dan evaporasi dapat
menyebabkan dehidrasi
6. Perhatikan warna dan frekwensi BAB dan BAK
R/ Defekasi encer sering dan kehijauan serta urine kehijauan menandakan
keefektifan foto terapi dengan pemecahan dan ekskresi bilirubin
7. Berikan nutrisi / PASI yang adekuat ( tiap 2 jam )
R/ Pemberian susu formula meningkatkan motilitas gatrointestinal dan
ekskresi faeces.
8. Dengan hati-hati cuci area perianal setiap BAK/BAB ,inspeksi kulit
terhadap kemungkinan iritasi.
R/ Membantu mencegah iritasi dan eksploriasi dari defekasi yang sering
9. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan laboratorium
R/ Dapat diketahui tentang penurunan kadar bilirubin menandakan
keefektifan foto terapi.

IV IMPLEMENTASI
Implentasi mengacu pada intervensi
V EVALUASI
Evaluasi mengacu pada kriteria hasil
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Tanggal 11 Januari 2010 Pukul 08.00 WIB
A. Data SUbyektif
1. Biodata
Nama Bayi : By Ny. ” A ”
Umur : 5 Hari
Tanggal lahir : 7 Januari 2010
Jenis kelamin :♂
Anak ke : II
Nama Ibu : Ny “ A “ Nama Bapak : Tn. ” S ”
Umur : 30 th Umur : 35 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :- Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Raya Dermo, DAU Sengkaling
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan muka anak tampak kuning dan anak tidak bisa
menghisap kuat asinya.
3. Riwayat Prenatal, Natal, Posnatal
- Riwayat Prenatal
Kehamilan TM I dan TM II ibu tidak ada keluhan dan rutin periksa ke
bidan + 4 x dan mendapat vitamin dan suntikan TT,
kehamialan ke TM III ibu mengeluh pusing hebat dan ibu
periksa ke dokter spesialis kandungan

- Riwayat Natal
Ibu melahirkan anaknya saat usia kehamilan 9 bln, dengan cara
persalinan operasi saesar karena ibu mengalami keracunan
kehamilan air ketuban jernih, BBL : 2900 gr PB : 50 cm
- Riwayat Posnatal
Bayi lahir langsung menangis tanggal 7 Januari 2010 jam 23.30 WIB
bayi tidak langsung dapat ASI, setelah dapat 2 hari bayi baru
minum ASI dengan hisapan yang kurang kuat.
4. Pola kehidupan dasar
a. Pola nutrisi
Bayi mendapat ASI/PASI 8 x 30 cc, menghisap kurang kuat tapi
mesti habis.
b. Pola eliminasi
BAB + 5 x, konsistensi lembek, warna kuning
BAK + 8 x/hr, warna kuning
c. Pola aktifitas
Bayi tangis kuat, gerak aktif
d. Pola istirahat
12 jam
e. Riwayat keluarga
Pada anak pertama tidak ada riwayat hiperbilirubin, dalam keluarga
baik ibu dan ayak tidak ada yang menderita sakit hepetitis, ibu tidak
pernah menderita kencing manis, tidak ada riwayat kelainan
Rhesus.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
K/U : Cukup Suhu : 36,8 C
Kes : Compos mentis RR : 35 x/mt
Nadi : 120 x/mt BB sekarang : 3000 gr
BBL : 2900 gr
PB : 50 cm
2. Pemeriksaan fisik
Muka : tampak kuning
Mata : konjongtiva merah muda, sklera putih
Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret
Mulut : warna bibir merah, palatan kuning, tidak ada stomatis
Leher : tidak ada pembesaran kel. Tyroid dan bend. Vena
jongularis
Dada : tidak ada retraksi otot dada, warna kulit kuning
Abdomen : tali pusat kering , bersih, warna kulit ikterik tidak ada
pembesaran hepar dan limpa.
Genetalia : testis turun, anus + bersih
Ektrinitas : tohus otot lemah, kulit tidak ikterik
3. Pemeriksaan heorologis
a. Reflek moro
saat bayi diberi sentuhan mendadak dingin jari dan tangan bayi
bergerak lemah
b. Reflek menghisap
ada kurang kuat
4. Pemeriksaan Antropametri
a. BB sekarang : 3.350 gr
b. PB : 50 cm
c. L. Kep : 33 cm
d. L. Dada : 30 cm
5. Data Penunjang tanggal 11 januari pukul 08.00 wib
Pemeriksaan Darah lengkap
HB : 12 gr/dl
Lekosit : 7000/UI Nilai normal
HB : 12-16 g/dl
Lekosit : 4-10.000 /mm3
PCV : 170.000/UI
Bilirubin direk : 1,4 mg/dl
Indirek: 14,88 mg/dl
Total : 16,28 mg/dl

Nilai normal
HB : 12-16 g/dl
Lekosit : 4-10.000 /mm3
PCV : 37-48 %
Bilirubin direk : < 0,25mg/dl
Indirek: < 0,75 mg/dl
Total : < 1,0 mg/dl

II. Identifikasi Diagnosa/Masalah


DX : By. Ny “ A “ umur 5 hari dengan hiperbilirubin
DS : Ibu mengatakan bayinya tampak kuning san saat minum ASI
menghisapnya kurang kuat
DO : Muka : tampak ikterik
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : warna bibir merah, palatun kuning, tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran kel tyroid dan bend vina jugularis
Dada : tidak ada retraksi otot dada, warna kulit kuning
Abdomen : tali pusat kering, bersih, warna kulit ikterik tidak ada
pembesaran hepar dan limpa
Ektrimitas : tonus otot lemah, kulit tidak interik
Pemeriksaan penunjang bilirubin total 16 mg/dl
Masalah
I. Potensial terjadi efek samping fototerapi
DS : -
DO : - dilakukan rencana fototerafi 3 seri
- terpasang tutup mata
- suhu bayi 36,9 c
- BAB 5 x, konsistensi lunak
- BAK + 8 x, warna kuning
III. Intervensi
DX : By. Ny. “ A “ umur 5 hari dengan hiperbilirubin
Tujuan : tidak terjadi peningkatan kadar bilirubi
KH : kadar indirek < 12 mg/dl pada bayi cukup bulan pada usia 3 hari
Resolusi ikterik pada aktif mingg pertama kehidupan
Bebas dari keterlibatan SSP

Intervensi
1. Pertahankan bayi tetap hangat dan kering, pantau kulit dan suhu inti
dengan sering
R/ Stres dingin berpotensi melepaskan asam lemak, yang bersaing
pada sisi ikatan pada albumin, sehingga meningkatkan kadar
bilirubin yang bersirkulasi dengan bebas ( tidak berikatan)
2. Mulai pemberian oral awal dengan 4-6 jam setelah kelahiran khususnya
bila bayi diberi ASI
R/ Keberadaan flora usus yang sesuai untuk pengurangan bilirubin
terhadap urobilinogen turunkan sirkulasi entero hepartik bilirubin dem
menurunkan versorbsi bilirubin dari usus dengan meningkatkan
pasase mekonium.
3. Observasi bayi dalam sinar alamiah, perhatikan sklera dan mukosa oral,
kulit menguning setelah pemutihan dan bagian tubuh tertentu terlibat
R/ Mendetiksi bukti/derajat ikterik penampilan klinis dari ikterik jelas
pada kadar bilirubin lebih bedar dari 7-8 mg/dl pada bayi cukup bulan
perkiraan derajat ikterik adalah sbb :
Yang bimulai dafri kepala ke jari kaki ; 4-8 mg/dl ; lengan 1 kaki 11-
18 mg/dl, batang tubuh 5-12 mg/dl, lipat paaha, 8-16 mg/dl
tangan/kaki, 15-20 mg/dl
4. Kaji bayi terhadap kemajuan tanda tanda perubahan prilaku
R/ Bilirubin tidak terkonjugasi yang berlebihan mempunyai efinitas
terhadap jaringan ekstravaskuler, meliputi ganglia basal jaringan
otak. Perubahan perilaku berhubungan dengan kern ikterus biasa
nya terjadi antara hari ke 3 dan ke 10 kehidupan dan jarang terjadi
sebelum 36 jam kehidupan.
5. Kolaborasi dengan ti medis untuk pemberian terapi dan pemeriksaan lab
(bilirubin, Hb/Hta0 dan pemberian fenobarbital
R/ Bayi potensial terhadap kern ikterus diprediksi paling baik melalui
peningkatan kadar bilirubin indirek.
Peningkatan kadar Hb/Ht menandakan polisitemia, kemungkinan
disebabkan oleh pelambatan pengkleman tali pusat, ibu diabet,
ternspusi martenal ibu, stres intrauterus kronis dan hipoksia. Kadar
Hb rendah (14 mg/dl)mungkin dihubungkan hidrops fetalis atau
dengan inkompatibilitas Rh yang terjadi dalam uterus serta
menyebabkan hemolisis, edema dan pucat..
6. Mulai fototerapi per protokol dengan mengunakan bola lampu flouresen
yang ditempatkan di atas bayi
R/ Menyebabkan fotooksidasi bilirubin pada jaringan subkutan sehingga
meningkatkan kemampuan larut air bilirubin yang memungkinkan
ekskreasi cepat dari bilirubin dalam feses dan urin.
Masalah
I Potensial terjadinya efek samping fototerapi
Tujuan : Efek samping tidak terjadi
KH : Mempertahankan suhu tubuh dan keseimbangan cairan dalam
Temperatur : 36,5 C
Bebas dari cedera kulit
Menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum

Intervensi
1. Berikan tameng untuk menutup mata
R/ Mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva dari sinar
intensitas tinggi. Pemasangan yang tidak tepatdapat menyebabkan
iritasi, obrasi kornea dan konjungtivitas dan penurunanpernafasan
oleh obstruksi pasase kasal
2. Tutup tetis dan penis bayi pria
R/ Mencegah kemungkinan kerusakan tetis dari panas
3. Pantau kulit neonatus dan suhu tiap 2-4 jam
R/ Fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respon terhadap
pemajanan sinar, radiasi dan konveksi
4. Ubah posisi bayi setiap 2 jam
R/ Memungkinkan pemajanan seimbang dari permukaan kulit terhadap
sinar flouresen, mencegah permajanan berlebihan dari bagian tubuh
individu dan membatasi area tertekan.
5. Pantau masukan dan keluaran cairan
R/ Peningkatan kehilangan air melalui reses dan evaporasi dapat
menyebabkan dehidrasi.
6. Perhatiakan warna dan frekuensi BAB dan BAK
R/ Defekasi encer, sering kehijauan serta urine kehijauan menandakan
keefektifan fototerapi dengan pemecahan dan ekskreasi bilirubin.
7. Berikan nutrisi /pasi yang adekuat (tiap 2 jam)
R/ Pemberian susu formula meningkatkan motilitas gastrointestinal dan
ekskreasi bilirubin.
8. Dengan hati hati cuci area perianal setiap setelah defekasi , infeksi kulit
terhadap kemungkinan iritasi atau kerusakan
R/ Membantu mencegah iritasi dan ekskoriasi dari defekasi yang sering
9. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan lab
R/ Dapat diketahui tentang penurunan kadar bilirubin menandakan
keefektifan fototerapi.

IV. Implementasi
DX : By. Ny. ”A” umur 5 hari dengan hiperbilirubin
1. Mempertahankan bayi tetap hangat dan kering dengan sering mengganti
popok yang basah, mengeringkan kulit dari keringat agar tidak lembab
2. Memberikan minum perspin PASI 8 x 30 cc
3. Mengobservasi bayi dalam sinar alamiah dengan memperhatikan warna
sklera, kulit yang menguning denagn cara menekan/menggores
dengan lembut pada daerah dada.
4. Mengkaji bayi terhadap kemajuan tanda tanda perubahan prilaku
diantaranya letargi, hipotonia, opisototonus, penurunan atau tidak
adanya reflek.
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi dan
pemeriksaan lab bilirubin.
6. Menjelaskan tentang tindakan yang akan diberikan kepada orang tua
bayi dan melakukan / memulai fototerapi yang dilakukan 3 seri
dengan tiap/setelah 12 jam istirahat dan membuat jadwal.
Masalah
I. Potensial terjadinya efek samping fototerapi
Implementasi
1. Memasang mata bayi dengan kacamata khusus fototerapi
2. Menutup testis dan penis bayi pria dengan menggunakan popok yang
dilapisi kertas karbon.
3. Memantau kulit bayi agar tetap kering dan memeriksa suhu bayi tiap 2
jam
4. Mengubah posisi bayi sesuai jadwal yaitu dari posisi terlentang ke posisi
tengkurap
5. Mengobservasi dan mencatat masukan dan keluaran cairan
6. Memberikan nutrisi tiap 2 jam sekali dan buka penutup mata bayi saat
disusukan (dikeluarkan dari covus)
7. Lakukan penimbangan BB tiap hari
8. Usahakan daerah perianal tetap bersihdan kering agar tidak terjadi iritasi
9. Memberikat obat per os (fenobarbital 2 x/bungkus) sesuai jadwal
10. Melakukan pemeriksaan laborat (bilirubin) setelah fototerapi selesai
(setelah 12 jam).
V. Elaluasi
Tanggal 11 Januari 2010 jam 11. 00 WIB
DX : By. NY. “A” umur 5 hari dengan hyherbilirubin
S : -
O : S : - 36,8 CRR : 30 x/mt N : 120 x/mt
- tidak terjadi tanda tanda perubahan prilaku
- bayi mulai menghisap nutrisi dengan kuat
- tangis kuat, BAK pos + 2 x warna kuning, BAB pos 3 x warna
kuning , kosistensi lunak
A : By. Ny. ”A” umur 5 hari dengan hyperbilirubin
P : - Observasi suhu tiap 2 jam
- Ruban posisi sesuai jadwal dan lakukan masase saat perubahan
posisi
- Observasi tanda tanda perubahan prilaku (letargi, kejang dll)
Masalah
1. Potensial terjadinya efek fototerapi
S : -
O : - Gerak tangis kuat
- Turgor kulit baik
- Mukosa bibir lembab
- Saat diberikan minum perspin tidak tumpah
- Tidak terjadi iritasi pada kulit bayi
A : tidak terjadi masalah potensial
P : - Observasi suhu tiap 2 jam
- Lakukan perubahan posisi tiap 2 jam
- Observasi pengeluaran dan pemasukan
- Lakukan pemeriksaan bilirubin 12 jam setelah fototerapi selesai
- Pemberian nutrisi yang adekuat
Catatan perkembangan
Tanggal 13 januari 2010 jam 10.00
DX : By. Ny. ”A” umur 5 hari dengan hyperbilirubin
S : -
O : - Suhu : 36,8 C, Nadi : 120 x/mt RR : 30 x/mt
- BAB pos 5 kali, warna hijau ke abu-abuan konsistenlunak
- BAK pos 8 kali, warna kehijauan
- Tidak terjadi iritasi pada kulit
- Hasil lab bilirubin direk : 1,39
Indirek : 3,37
Total : 4,86
- Warna ikterik pada kulit menghilang
- BB 3250 gr
- Reflek menghisap kuat, minum perspin 60 cc habis
A : Masalah teratasi

P : - Melaporkan hasil lab (kolaborasi)


- Menjelaskan dan menginformasikan pada ibu bahwa fototerapi
berhasil
- Mengajari ibu cara perawatan bayi.
BAB IV
PEMBAHASAN

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan BBL dengan kadar bilirubin serum


total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus
(Azis, 2008 ; 94)
By. Ny. ”A” umur 5 hari didapatkan data, warna muka,dada dan perut bayi
ikterus, didapatkan tonus otot lemah, reflek menghisap kurang kuat dan hasil
pemeriksaan lab (bilirubin) 16 mg/dl. Sehingga penulis dapat menentukan
diagnosa yaitu By. Ny, “A” umur 5 hari dengan hyperbilirubin
Pada saat memberikan asuhan pada By. Ny. ”A” penulis tidak mengalami
kesulitan karena keluarga kooperatif dengan tindakan yang diberikan pada
bayinya,karena salah satu intervensi yang diberikan adalah melakukan fototerapi
sedangkan menurut sarwono salah satu penatalaksanaan pada bayi
hyperbilirubin adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak
toksik dan yang dapat dikeluarkan melalui ginjal dan usus dengan fototerapy.
Setelah dilakukan asuhan fototerapi tidak terjadi potensial masalah.Terjadinya
efek samping fototerapi dan menurut sarwono komplikasi dari fototerapi adalah
kerusakan retina dapat meningkatkan kehilangan cairan tidak terasa dan dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Sehingga dari diagnosa dan masalah tersebut di lakukan intervensi
diantaranya memberikan asupan nutrisi yang adekuat, observasi suhu, observasi
intake dan output menutup mata bayi dan alat genital bayi dengan penutup yang
tembus cahaya.
Dari intervensi dan implentasi didapat evaluasi yaitu bayi tidak mengalami
iritasi pada kult,suhu tetap stabil gerak tangis bayi kuat dan tidak ada tanda
tanda perubahan prilaku dan pada catatan perkembangan didapatkan ikterik
mpada bayi sudah hilang kadar bilirubin turun menjadi 4,86.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam melakukan pengkajian data, penulis tidak banyak mengalami
kesulitan dalam memperoleh data subyektif dan obyektif karena
keluarga kooperatif dan hasil pemeriksaan lengkap.
2. Berdasarkan dari data yang ada dapat ditegakkan diagnosa yaitu By.
Ny. “A” umur 5 hari dengan hyperbilirubin.
3. Dan dari diagnosa yang ditegakkan dapat dengan mudah
dilakukan/menyusun intervensi karena di tunjang dengan buku buku
sumber dan kaloborasi yang baik dengan tim medis.
4. Dari intervensi yang ada petugas dapat melakukan implentasi dengan
baik karena di dukung dengan keluarga yang kooperatif.
5. Dan dari implementasi di lakukan evaluasi dimana implementasi yang
diberikan dapat mengatasi masalah pada By. Ny. “A”.
B. Saran
Bagi petugas agar lebih tanggap dalam melihat tanda tanda awal dari
hyperbilirubin , terutama tanda klinis atau yang tampak yaitu adanya ikterik
pada kulit bayi
DAFTAR PUSTAKA

1. Azis Alinul, 2008, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan , Jakarta, Salemba Medika.
2. Doenges, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Jakarta, EGC
3. Sarwono, 2000, Ilmu Kebidanan, Jakarta, YBP.SP
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami diberi kemudahan dalam penyusunan asuhan kebidanan pada By.Ny “A” umur
5 hari dengan Hiperbilirubinemi di ruang bayi RSI.UNISMA Malang
Dalam penyusunan asuhan ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada
1. Surachmindari,S.ST, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Kebidanan Polekkes Malang
2. Marjati H,S.ST,M.Pd selaku Ketua Program Pendidikan Kebidanan Poltekkes
Malang
3. Reni wahyu T SiT selaku pembimbing Institusi Prodi kebidanan Poltekkes
Malang
4. Denis daryati,AMd.Keb selaku pembimbing klinik
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian asuhan kebidanan ini
Penyusun menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penyusun memerlukan sekali saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
perbaikan

Malang, Januari 2010


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperbilirubin ialah suatu keadaan dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai
yang mempunyai potensi menimbulkan kern ikterus bila tidak ditanggulangi dengan baik
[ sarwono ,2000:753]
Angka kematian bayi di indonesia masih tinggi yaitu kematian bayi 56/10000
Salah satu penyebab kematian pada bayi baru lahir adalah enselopati bilirubin(kern
ikterus).Ikterus neunatorum merupakan fenomena bilogis yang timbul akibat tingginya
produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama trnsisi pada neonatus.
Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (BBLR yaitu BB < 2500g atau usia
gestasi < 37mg) mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupanya.Kejadian ikterus
pada bayi baru lahir menurut Sarwono 50% pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi
kurang bulan. Tujuan melakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus adalah
untuk menurunkan angka kejadian bayi dengan hiperbilirubinemia dan mencegah
terjadinya hiperbilirubin yang patologis.Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis
tertarik untuk mengambil judul asuhan kebidanan pada By.Ny. “A”umur 5 hari dengan
Hiperbilirubin.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah penyusunan laporan diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuan
kepada By,Ny.”A” dengan hiperbilirubin.
2. Tujuan Khusus
Setelah penyusunan laporan diharapkan mahasiswa dapat :
- Melakukan pengkajian pada By.Ny.”A”dengan
Hiperbilirubin
- Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah,
pada By.Ny.”A”dengan Hiperbilirubin
- Menyusun rencana kebidanan; pada
By.Ny.”A”dengan Hiperbilirubin
- Melakukan implementasi; pada
By.Ny.”A”dengan Hiperbilirubin
- Melakukan evaluasi pada By.Ny.”A”dengan
Hiperbilirubin.

B. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data


Pada penulisan laporan ini penulis menggunakan metode studi pustaka dalam bentuk
studi kasus.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :
1. Wawancara
2. Pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan
fisik
3. Pengkajian melalui status medik yang
ada di RSI UNISMA Malang
4. Studi kepustakaan.

D. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang; tujuan, metode penulisan dan teknik
pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori
BAB III Tinjauan Kasus
Terdiri dari pengkajian, identifikasi masalah, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
Terdiri dari kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai