Anda di halaman 1dari 15

MODEL PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS MULTIKULTURAL

Muhamad Ansori
IAI Al-Qodiri Jember
email: sori_h2o14@yahoo.co.id

Abstract:
This article describe s the discourse of multicultural edu ca- tion, which some experts views as
the best suited concept of education for Indonesia. This concept reflects the nature of the Indonesian
nation as a multicultural country . But on the other hand, it raises disagreement among communities of
Indonesia, known as a muslim majority country , to carry out multi cultural education as that it is not
derived from the teachings of Islam. To meet the a descri ption on the development model of multi
cultural educational from Islamic theology base, this research is conducted through library research
where sources of data were taken from primary and se cundary data sources.

Keywords: education , multi culturalism, multi Menyikapi fenomena gerakan


cultural education . radikalis dari kelompok-kelompok
keagamaan atau bertopeng kelompok
A. PENDAHULUAN
keagamaan, yang cenderung melakukan
Meningkatnya peristiwa kekerasan di
tindak kekerasan dalam merespon pluralitas
Indonesia, yang di antaranya
budaya dan agama, problema -problema
mengatasnamakan agama, memunculkan
sosial, politik, da n keagamaan, maka dipan
pertanyaan tentang efektivitas pendidikan
dang perlu untuk meninjau ulang konstruk
agama da lam menanamkan nilai -nilai
pendidikan agama Islam dalam memposisikan
kemanusiaan, budaya toleransi dan saling
nilai -nilai multikulturalisme yang telah
menghargai yang telah diwariskan para
menjadi warisan perjuangan Islam sejak awal
pemimpin Islam terdahulu. Pendidikan
masuk ke Indonesia dalam membangun
Islam semestinya memberikan wadah
masyarakat bangsa.
terencana untuk dapat menyelesaikan
Ini adalah hantaran awal tentang
problematika bangsa ini. Sebagai contoh
pendidikan multikultural yang sudah banyak
bahwa Islam dapat menjadi solusi permasalaha
dikembangkan di negara-negara Eropa.
n bangsa adalah apa yang ditunjukkan oleh
Namun, model pendidikan yang seperti ini
Walisongo dan para penerusnya dalam
belum menyentuh mayoritas pendidikan
menyebarkan dan mengembangkan Islam
Islam. Pasalnya, ada perdebatan yang belum
secara damai di bumi Indonesia, sebagai agama
selesai di kalangan umat Islam, apakah
rahmah li al-‘âlamîn dengan budaya lokal
multikulturalisme, pluralisme, dan
Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika.
118
liberalisme yang dikem bangkan di Barat pengembangan pendidikan
memiliki kesesuaian dengan ajaran Islam yang multikultural, merupakan man ifestasi
dibawa oleh Nabi Muhammad dan diajarkan imani dalam merespon kehendak Allah
al -Qur’an. Oleh sebab itulah, pembahasan Swt yang telah dengan sengaja
awal tulisan ini adalah menghadirkan menciptakan keberagaman dalam
landasan fondasional yang berdasarkan pada ciptaan -Nya dengan tanpa maksud
keterangan ayat -ayat al-Qur’an , dan menciptakan konflik, melainkan
kemudian dikembangkan ke dalam seluruh sebagai wahana untuk membangun
proses elemen pendidikan. sikap dan tindakan saling tolong
menolong, atau saling me lengkapi
B. Landasan Pendidikan Multikultural sehingga tercipta suatu kehidupan
1. Landasan Teologis yang dinamis dan berkeseimbangan.
Pendidikan Islam sebagai Firman Allah pada Surat al -Hujurat
proses pembumian ajaran Islam agar ayat 13 menunjukkan adanya
umat dapat mengembangkan daya pluralitas sebagai suatu keniscayaan
pikir, rasa, dan tindakannya sesuai dalam kehidupan.

9x.sŒ ÏiΒ /ä3≈oΨø)n=yz $‾ΡÎ) â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'‾≈tƒ


dengan ajaran Islam, maka upaya
pengembangan pendidikan Islam
tidak bisa dilepaskan dari landasan Ÿ≅Í←!$t7s%uρ $\/θãèä© öΝä3≈oΨù=yèy_uρ 4s\Ρé&uρ
orbitnya yaitu Islam itu sendiri,
apalagi aktifitas pendidikan «!$# y‰ΨÏã ö/ä3tΒtò2r& ¨βÎ) 4 (#þθèùu‘$yètGÏ9
merupakan bagian tak terpisahkan
dari ajaran agama. Oleh karena ∩⊇⊂∪ ׎Î7yz îΛÎ=tã ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä39s)ø?r&
itu , peletakan landasan agama dalam Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
pengembangan pendidikan Islam
seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbasis multikultural menjadi berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
penting. paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
Dalam perspektif agama, orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
multikulturalisme1 sebagai basic dari Mengenal.2

1
Multikulturalisme merupakan paham yang memandang
Pada ayat tersebut
bahwa pluralisme meru pa- kan keniscayaan, bukan digambarkan penciptaan manusia
hanya mengakui adanya kemajmukan melainkan
memberi - kan ruang sama terhad ap keberagaman
untuk berkembang . Lihat Ngainun Naim dan Ahmad Toleransi, Pluralisme dan Multikulturalisme
Syauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi Keniscayaan Peradaban (Malang: Madani Media,
(Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2010), hlm. 126. Lihat 2011), hlm. 22.
2
juga Moh Yamin dan Vivi Aulia, Meretas Pendidikan Q.S. al-Hujurat: 13.
119
dalam diversitas (keragaman), kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam
membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada
pluralitas terdiri dari bangsa -bangsa
pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian
dan sukusuku, harus dibingkai dengan (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.3
sikap saling mengenali melalui
komunikasi lintas budaya, untuk bisa
Firman Allah dalam Surat Yunus : 99
saling mengisi dalam mencapai puncak
prestasi amal. Derajat manusia tidak ÇÚö‘F{$# ’Îû tΒ ztΒUψ y7•/u‘ u!$x© öθs9uρ

}¨$¨Ζ9$# çν̍õ3è? |MΡr'sùr& 4 $—èŠÏΗsd öΝßγ%=à2


ditetapkan melalui spesifikasi fisikal
yang ada dalam keragaman manusia,
melainkan melalui ukuran -ukuran
∩∪ šÏΖÏΒ÷σãΒ (#θçΡθä3tƒ 4®Lym
kinerja (baca : ketakwaan) yang
Artinya : Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki,
penilai annya hanya bisa dila kukan tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
oleh Allah sendiri. Dengan demikian, seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak)
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-
tidak ada manusia yang bisa merasa orang yang beriman semuanya ?
4

superior dalam kehidupan plural,


merasa paling benar, bahkan arogansi Ayat -ayat di atas memberi
terhadap individu atau kelompok lain petunjuk secara jelas bahwa ker aga-
yang kedudu kannya atau derajatnya man keyakinan (agama) merupakan
dalam kehidu pan sosial lebih rendah realitas yang dikehendaki pula oleh
dari dirinya atau kelompoknya. Islam Allah Swt. Dengan demikian, Islam
mengajarkan prinsip integrasi sosial secara konsepsional telah
dalam membangun masyarakat memberikan solusi kepada umat Islam
madani yang berprinsip pada kese dalam memecahkan masalah
taraan sosial dalam hubungan kemanusiaan universal; yaitu realitas
patnership . Pada ayat yang lain Allah pluralitas budaya dan keyakinan
berfirman : manusia, dengan mengembangkan
sikap toleransi terhadap realitas
(#θà)Î7tFó™$$sù ( $pκŽÏj9uθãΒ uθèδ îπyγô_Íρ 9e≅ä3Ï9uρ pluralitas tersebut untuk mencapai

ª!$# ãΝä3Î/ ÏNù'tƒ (#θçΡθä3s? $tΒ tør& 4 ÏN≡uŽöy‚ø9$#


perdamaian dan kedamaian di muka
bumi yang menjadi bagian dari missi

֍ƒÏ‰s% &óx« Èe≅ä. 4’n?tã ©!$# ¨βÎ) 4 $—èŠÏϑy_ utama Islam diturunkan.
Keharmonisan dalam
∩⊇⊆∇∪ kehidupan, akan tercapai apabila

Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat ada


kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap 3
Q.S. Al-Baqarah : 148
4
Q.S. Yunus : 99
120
terdapat pengakuan terhadap elemen - multikulturalisme secara ontologis
elemen masyarakat yang berbeda.5 merupakan peneguhan sikap terhadap
Tuhan menghendaki keanekaragaman reali tas pluralitas yang inklusif.7
tetapi pada saat yang sama Pluralitas merupakan keniscayaan
menghendaki perdamaian, bukan yang harus diterima, karena masing -
konflik dan perpecahan. Karena masing elemen yang plural tumbuh
Tuhanlah yang menciptakan dan berkembang dengan karakteristik
keanekarag aman, dimana manusia yang berbeda , dan karena itu
diciptakan berbeda -beda, maka logis penyeragaman merupakan sesuatu
apabila Tuhan memberikan yang bertentangan dengan keb
perlindungan -Nya kepada seluruh eragaman itu sendiri, namun masing -
manusia dengan agama yang masing elemen dalam pluralitasnya
dianutnya berbeda-beda dan tempat tidak dapat secara eksklusif
ibadah yang berbeda -beda pula. mengisolasi diri dari yang lain, karena
Berpijak pada tujuan untuk keberadaannya terikat dengan
mengembangkan nilai -nilai keberadaan yang lain, sehingga
multikulturalisme dalam kehidupan diperlukan sikap saling menghargai
masyarakat pluralistic seperti di dan toleransi atas perbedaan.
Indonesia, maka dipandang perlu Multikulturalisme dalam
pengembangan pendidikan Islam pandangan Parekh, merupakan
berbasis multikulturalisme. Parekh jawaban atas kegagalan tiga tradisi
dalam Rethinking Multikulturalisme besar monisme moral yang
menyatakan bahwa upaya berkembang dalam kehidupan; yaitu
mengembangkan dan Monisme Yunani, Monisme Kristen,
mempertahankan sikap dan Monisme Liberal Klasik. Salah
multikulturalisme “harus satu kegagalan monisme moral
dipertahankan oleh sistem menurut Parekh, adalah cara pandang
pendidikan yang berorientasi terhadap perbedaan yang dinyatakan
6
multikultur pula.” sebagai penyimpangan atau patologi
2. Landasan Filosofis moral.8 Bagi kalangan postmo-
Pluralisme dan dernisme, perbedaan merupakan
5
Ali Maksum, Pluralisme dan Multikul turalisme
kerangka kerja yang memungkinkan
Paradigma Baru Pendidikan Agama Islam di
Indonesia (Malang: Aditya Media Publishing, 2011),
7
hlm. 75. Muhaimin, “ Urgensi Pe ndidikan Islam Multikultural
6
Bhikhu Parekh, Rethinking Multikulturalism, Untuk Menciptakan Toleransi dan Perdamaian di
Keberagaman Budaya dan Teori Politik (Yogyakarta: Indonesia ” dalam Ali Maksum, Pluralisme, hlm. xiv.
8
Kanisius, 2008), hlm. 299. Bikhu Parekh, Rethinking, hlm. 71-76
121
untuk menghargai banyak kelompok keberagamaan sebagai suatu
dan pengalamannya masing-masing. keniscayaan, dapat dipahami dari
Multikulturalisme post modern realitas kehidupan global, bahwa
menolak kemungkinan menyatunya kalau Allah akan menyerahkan
kelompok -kelompok yang berbeda, kehidupan di muka bumi ini pada
dan menolak pula terhadap pemikiran orang -orang kristen atau Yahudi,
perlunya kompetensi antar peradaban tentu Allah tidak akan membiarkan
dalam menentukan kelebihan suatu Islam terus berkembang. Begitu pula
peradaban. Bagi posmodernisme kalaulah Allah akan menyerahkan
dalam mengatasi sek at-sekat antar kehidupan ini hanya pada umat Islam,
peradaban, adalah sikap toleransi tentu Allah tidak membiarkan hati-
dalam bentuk norma non-cruelty antar hati non muslim tertutup terhadap
manusia dan antar peradaban. 9 kebenaran Islam. Realitas yang ada ini
Pendidikan Islam menunjukkan, bahwa Allah
multikultural, menemukan menghendaki manusia dengan
tempatnya dalam realiatas kehidupan keberagaman keyakinannya, untuk
yang plural untuk memberikan fondasi hidup saling berdampingan dengan
keberagamaan umat Islam yang nilai cinta dan toleransi.
inklusif, yang bersedia mengakui Dari berbagai aliran filsafat
keberadaan kelompok lain (non yang bersentuhan dengan pendidikan,
muslim) sebagai realitas alamiah. eksistensialisme dapat menjadi
Dengan berpijak pada logika wahdah al- landasan dalam pengembangan
10 Pendidikan Islam Multikultural.
adyân, Ibn ‘Arabi, al-Jilly dan al -Rumi,
Dalam eksistensialisme dinyatakan
sesuatu yang perlu ditanamkan ke
bahwa realitas yang sesungguhnya
dalam lubuk hati umat Islam untuk
mempengaruhi pola fikir dan adalah wujud ( reality as existence ),

tindakannya adalah cinta dan kebenaran merupakan pil ihan, dan

toleransi, karena kesatuan transenden nilai bersumber dari individu.11 Oleh

agama -agama terletak pada agama karena itu, peran guru hanya sebagai

cinta. Dalam konteks pluralitas fasilitator yang membantu peserta


didik dalam menemukan jati dirinya,
9
Ali Maksum, Pluralisme , hlm. 74. guru memperlakukan peserta didik
10
Secara esoteris, agama -agama menyatu dalam
kesatuan tran sendennya, antara lain terletak pada
Cinta. lihat Media Zainul Bahri, Satu Tuhan Banyak 11
George R. Knight, Issues and Alternatives in
Agama Pandangan Sufistik Ibnu ’Arabi, Rumi, dan Al - Educational Philosop hy (Michigan : Andrews
Jili (Jakarta: Mizan Publika , 2011), hlm. 163-247. University Press, 1992), hlm. 69-77
122
secara individual, menghargai pijakan untuk pengembangan
keragaman yang melekat pada masing- pendidikan multikultural. Pada Bab X
masing peserta didik, baik aspek pasal 36 ayat 3 dinya takan bahwa
rasional maupun emosionalnya. kurikulum disusun dengan
memperhatikan antara lain: 1)
3. Landasan Yuridis peningkatan akhla k mul ia, 2)
Bagi bangsa Indonesia, keragaman potensi daerah dan
pengembangan pendidikan lingkungan, 3) agama, 4) dinamika
multikultural merupakan perkembangan global, dan 5) kesa-
pengejewantahan dari semangat tuan nasional dan nilai-nilai
multikulturalisme yang tercermin kebangsaan.
dalam Pancasila, UUD 1945 dan
UUSPN nomor 20 tahun 2003. 4. Landasan Sosiologis
Pancasila sebagai ideologi bangsa yang Pendidikan dan masyarakat
merupakan kristalisasi nilai -nilai merupakan dua institusi yang
luhur budaya bangsa, mengandung memiliki hubungan relasional
pesan nilai, moral, etika dan rasa interdependensi, dinamika masyarakat
toleransi. Pluralitas yang terjadi dalam bergantung pada proses pendidikan
kehidupan bangsa Indonesia, yang terjadi di dalamnya, begitu pula
memperoleh tempat yang sama dinamika pendidikan bergantung pada
untuk hidup dan berkembang. respon masyarakat dalam memandang
Demikian pula dalam UUD 1945 posisi strategis dunia pendidikan.
sebagai landasan konstitusional hidup Pendidikan yang dapat
berbangsa dan bernegara di Indonesia, merespon problema masyarakat dan
di dalamnya memuat ketentuan- mampu memberikan alternatif
ketentuan yang memberikan jaminan solusinya, akan menjadi instrumen
dan perlindungan terhadap tumbuh yang bermakna bagi dinamika
berkembangnya keanekaragaman masyarakat. Fenomena radikalisme
budaya bangsa termasuk dalam kehidupan beragama yang
keanekaragaman keyakinan dan berpangkal dari cara pandang
agama. masyarakat dalam melihat pluralitas,
Dalam penyelenggaraan merupakan bahaya laten yang harus
pendidikan, UU Sisdiknas direspon oleh dunia pendidikan.
Nomor 20 tahun 2003 sebagai Pendidikan harus dapat memberikan
landasan operasional memberikan pencerahan terhadap masyarakat

123
dalam memandang plura litas. Dalam tersebut menurut James A. Beane,
konteks ini pengembangan dapat dilihat antara lain dari aspek self
pendidikan Islam multikultural, actualization (aktualisasi diri),
memiliki tempat penting untuk development tasks (tugas perkem bangan),
mengarahkan perkembangan individu
dan aspek the needs theory (teori
peserta didik dalam memandang
kebutuhan) .13
pluralitas dalam kehidupannya,
Dari aspek aktualisasi diri,
menyiapkan mental peserta didik
masing-masing peserta didik
untuk bersedia menerima keberadaan
memiliki potensi diri beragam yang
yang ada dan berkembang di luar
perlu mendapat bantuan dalam
dirinya. Dalam konteks
menggali, menemukan,
multikultralisme, keberagaman dalam
mengembangkan dan mewuju
masyarakat tidak dilebur dalam satu
dkannya dalam proses pendidikan.
wadah dengan identitas baru (melting
Karena itu, pengembangan
pot), melainkan masing-masing Pendidikan Islam Multikultural,
individu yang berbeda diberi dapat menyediakan banyak alternatif
kesempatan yang sama untuk (keragaman) kegiatan yang dapat
berekspresi, berkembang, dan membantu aktualisasi diri peserta
berinteraksi di tengah masyarakat ( didik dengan minat dan bakat yang
12
salad bowl) , dalam suatu ikatan beragam. Guru berfungsi sebagai
komitmen moral untuk saling fasilitator dalam menggali dan
menghargai dan toleransi. penemukan potensi diri peserta didik,
kemudian mengembangkannya, dan
5. Landasan Psikologis mewujudkan aktualiswasi dirinya
Dalam prespektif psikologis, melalui berbagai kegiatan yang
peserta didik memiliki kondisi disediakan baik dalam kegiatan intra
psikologis yang berbeda, baik sekolah maupun ekstra sekolah.
karena perbedaan tahap perkem Dari aspek tugas
bangannya, perbedaan latarbelakang perkembangan, masing-masing peserta
sosial budayanya, maupun perbedaan didik sesuai dengan fase
faktor-faktor yang dibawa dari perkembangannya memiliki
kelahirannya. Perbedaan-perbedaan kebutuhan untuk mampu
12
Abdullah Ali, Pendidikan Islam Multikultural di 13
James A. Beane, et al, Curriculum Planning and
Pesantren , Telaah terhadap Kurikulum Pondok Development (USA : McGraw Hill Book Company,
Pesantren Modern Islam as -Salam Surakarta 1991), hlm. 100-106.
(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 56.
124
memecahkan problema yang muncul samping berbagai persamaan.
dalam setiap fasenya. Karena itu Pendidikan multikultural
pengembangan Pendidikan Islam dapat pula diartikan sebagi sebuah
Multikultural, harus memperhatikan strategi pendidikan yang
fase perkembangan pes erta didik dan diaplikasikan pada semua jenis mata
memfasilitasi untuk meningkatkan pelajaran dengan cara mengunakan
kemampuannya dalam memecahkan perbedaan-perbedaan kultural yang
problema dalam setiap fase tersebut. ada pada siswa seperti perbedaan
etnis, agama, bahasa, gender, kelas
B. Konsep Dasar Pendidikan Multikultural sosial, ras, kemampuan, dan umur agar
1. Pengertian Pendidikan Multikultural supaya proses belajar menjadi efektif
Pendidikan multikultural dan mudah serta sekaligu s untuk
merupakan proses pengembangan melatih dan membangun karakter
seluruh potensi manusia yang siswa agar mampu untuk selalu
menghargai pluralitas dan bersikap demokratis, humanis dan
heteroginitasnya sebagai konsekwensi pluralis dalam keberagaman yang ada
keragaman budaya, etnis, suku, dan di lingkungannya baik di sekolah
aliran (agama).14 Dengan demikian, maupun di luar sekolah.15
pendidikan multikultural Menurut H.A.R Tilaar,
menghendaki penghormatan dan pendidikan multikultural berawal
penghargaan setinggi-tingginya dar i berkembangnya gagasan dan
terhadap harkat dan martabat kesadaran tentang interkulturalisme
manusia dari mana pun datangnya dan yang disebabkan oleh perkembangan
apa pun budayanya. Pendidikan politik internasional menyangkut
multikultural merupakan pendidikan HAM, kemerdekaan dari
nilai-nilai dasar kemanusiaan untuk kolonialisme, dan diskriminasi rasial.
perdamaian, kemerdekaan dan Di samping itu , terkait pula dengan
solidoritas, dengan membuka visi meningkatnya pluralitas keh idupan
cakrawala semakin luas melintasi di negara-negara barat akibat
16
batas kelomp ok etnis, tradisi , budaya peningkatan migrasi. Diharapkan
dan agama, sehingga mampu melihat “ dengan pendidikan mutikultural,
kemanusiaan” sebagai sebuah komunitas mayoritas dapat menerima
keluarga yang memiliki perbedaan di
15
M. Ainul Yaqin, Akademika Multikultural
14
(Yogyakarta:UIN Suka Press, tt), hlm. 14.
Ainurrafiq Dawam, Emoh Sekolah (Yogyakarta : 16
Chairul Mahfud, Pendidikan Multikultural
Inspeal ahisma Karya Press, 2003), hlm. 100. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 178.
125
komunitas baru yang minoritas, menerima, dan menghargai keragaman
sehingga tercipta kehidupan yang budaya.18
damai dan dinamis dalam suatu int
eraksisosial yang dapat melahirkan 2. Tujuan Pendidikan Multikultural
energi positif untuk kesejah teraan Pada dasarnya tujuan
bersama. pendidikan multikulutral selaras
Pendidikan multikulturalisme dengan tujuan pendidikan secara
memiliki ciri-ciri : umum, yaitu mencetak peserta didik
a. Tujuannya membentuk manusia tidak hanya mampu mengembangkan
berbudaya dan menciptakan potensi dirinya dalam penguasaan
masyarakat berbudaya. ilmu pengetahuan, seni dan teknologi,
b. Materinya mengajarkan nilai-nilai melainkan sekaligus mampu
luhur kemanusiaan, nilai-nilai mengembangkan dan menerapkan
bangsa, dan nilai -nilai kelompok nilai-nilai universal dalam kehidupan.
etnis, Kemudian secara spesifik tujuan
c. Metodenya demokratis, yang pendidikan multikultural dapat
menghargai aspek-aspek perbedaan dijelaskan sebagai berikut :19
dan keberagaman budaya bangsa Pertama, membangun wawasan
dan kelompok etnis (multikul atau cakrawala pandang para
turalis), pengambil kebijakan pendidikan dan
d. Evaluasinya ditentukan pada praktisi pendidikan dalam memahami
penilaian terhadap tingkah laku konsep pendidikan yang
anak didik yang meliputi p ersepsi, komprehensip berbasis multi kul tural,
apresiasi, dan tindakan terhadap sehingga dalam pengembangan
budaya lainnya.17 pendidikantidak hanya diarahkan
Abdullah Ali merumuskan untuk membangun kecakapan dan
tiga karakteristik pendidikan keahlian peserta didik dalam suatu
multikul tural, yaitu: Pertama, disiplin ilmu, malainkan sekaligus
berprinsip pada demokrasi, melakukan transformasi dan
kesetaraan dan keadilan. Kedua, penanaman nilai-nilai pluralisme,
berorientasi pada kemanusiaan, humanisme dan demokrasi kepada

kebersamaan, dan kedamaian. Ketiga, peserta didik.

mengembangkan sikap mengakui, Kedua, peserta didik disamping

18
Ali, Pendidikan Islam , hlm. 109.
17 19
Ibid, hlm . 187. Yaqin, Akademika, hlm. 15.
126
memiliki kecakapan dan keahlian tumbuh sikap untuk mensinergikan
sesuai dengan disiplin ilmu yang potensi diri dengan potensi orang lain
dipelajari, sekaligus memiliki dalam kehidupan yang demokratis
karakter yang kuat untuk selalu dan humanis, sehingga terwujudlah
bersikap demokratis, pluralis dan suatu kehidupan yang damai,
humanis, sehingga output pendidikan berkeadilan dan sejahtera.
diharapkan disamping memili ki Untuk mewujudkan
kompetensi keil muan, sekaligus pendidikan multikultural, komunitas
memiliki komitmen dalam menjun pendidikan perlu memperhatikan
jung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, konsep unityin deversity dalam proses
dapat menghargai perbedaan, dan pendidikan, disertai suatu sikap
senantiasa berusaha untuk dengan tidak saja mengandaikan
menegakkan demokrasi dan keadilan suatu mekanisme berfikir terhadap
baik bagi dirinya maupun orang lain. agama yang tidak monointerpretable
Dengan cara pandang (ditafsir tunggal) atau menanamkan
multikultural yang dida sarkan pada kesadaran bahwa keragaman dalam
nilai dasar toleransi, empati, simpati hidup sebagai suatu kenyataan, tetapi
dan solidaritas sosial, maka hasil dari juga memerlukan kesadaran bahwa
proses pendidikan multikultural moralitas dan kebajikan bisa saja lahir
diharapkan dapat mendorong dalam konstruk agama-agama lain.
terhadap penciptaan perdamaian dan Tentu saja pen anaman konsep seperti
upaya mencegah dan menanggulangi ini dengan tidak mempengaruhi
konflik etnis, konflik umat beragama, kemurnian masing-masing agama yang
radikalisme agama, separatisme dan diyakini kebenarannya oleh peserta
disintegrasi bangsa. Pendidikan didik.21
multikulural tidak dimaksudkan Keberhasilan pendidikan
untuk menciptakan keseragaman cara multikultural dapat dilihat apabila
20
pandang, akan tetapi mem bangun dalam penyelenggaraan pendidikan
kesadaran diri terhadap keniscayaan berhasil membentuk sikap siswa atau
pluralitas sebagai sunnah Allah, mahasiswa saling toleran, tidak
mengakui kekurangan di samping bermusuhan dan tidak berkonflik yang
kelebihan yang dimiliki baik diri disebabkan oleh perbedaan budaya,
sendiri maupun orang lain, sehingga suku, bahasa, adat istiadat / lainnya.22

20 21
Syamsul Maarif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia Ibid ., hlm. 94.
22
(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2005), hlm. 95. Mahfud, Pendidikan Multikultural , hlm. 217.
127
3. Kurikulum Pendidikan Multikultural melainkan diintegralkan dalam semua
a.Kompetensi mata pelajaran, karena materi
Kompetensi pendidikan pendidikan multikultural berupa nilai -
multikultural, dapat dibedakan dalam nilai yang menjadi essensi dari proses
tiga macam kompetensi. Pertama, pendidikan untuk ditransformasikan
kompetensi attitude. Dalam sikap, pada peserta didik, sehingga dapat

peserta didik memiliki kesadaran dan mempengaruhi pola fikir, pola sikap,

kepekaan kultural, toleransi kultural, dan pola tindakannya.

penghargaan terhadap identitas Gary Burnett dalam kutipan

kultural, sikap responsif terhadap Abdullah Aly mengkategorikan

budaya, menghindari dan meresolusi kurikulum multikultural pada content

konflik. Kedua, kompetensi cognitive. oriented program, di mana materi


Dalam aspek kognitif, peserta didik pendidikan multikultural
memiliki pengetahuan tentang bahasa ditambahkan pada kurikulum yang
dan budaya orang lain, memiliki ada dalam bentuk isu-isu dan konsep
kemampuan menganalisis dan multikultural.24 Demikian pula James
menerjemahkan prilaku kultural, dan A. Banks dalam tulisannya
pengetahuan tentang kesadaran Multikulturalism’s Five Dimensions
perspektif kultural. Ketiga, menyatakan bahwa kurikulum
kompetensi instructional. Dalam aspek pendidikan multikultural yang

instruksional ini, peserta didik berorientasi pada materi dapat

mampu memperbaik distorsi, dilakukan dengan meng integrasikan

stereotip, dan kesalahpahaman materi multikultural ke dalam

tentang kelompok etnik, memiliki kurikulum.25

kemampuan dalam melakukan c. Proses


komunikasi lintas budaya, komunikasi Proses merupakan salah satu

interpersonal, dan mampu komponen inti kurikulum pendidikan

menyelesaikan konflik yang ada di multikultural, karena itu focus

lingkungannya.23 pendidikan multikultural di samping

b. Materi pada materi, hal yang sangat penting

Materi pendidikan adalah proses. Menurut Mark K. Smith,

multikultural, bukan merupakan materi


24
Ibid ., hlm. 132-133.
tersendiri yang berdiri sendiri, 25
James A. Banks, Multikulturalism’sFive
Dimension, dalam http://
www.leaner.org/ chanel/ whorkshop/ socialstudies/
23
Ali, Pendidikan Islam , hlm. 126-127. pdf/ sesion3/ 3.Multikultu ralism.pdf ,
128
ada tiga karakteristik kurikulum yang d. Evaluasi
berorientasi pada proses, yaitu; 1) Evaluasi pendidi kan
Menjadikan kelas sebagai ruang intraksi multikultural dapat menggunakan jenis
atau komunikasi interpersona baik tes prestasi, jenis tes ini mencakup aspek
antara pendidik dengan peserta didik, akademik dan non akademik peserta
maupun antar peserta didik, yang didik. Dalam bidang akademik tes ini
bersifat edukatif dan demokratis ; 2) bisa meng gunakan teknik studi kasus
Ruang kelas di seting menjadi ruang dan pemecahan masalah. Sementara un
yang dinamis, sehingga interaksi atau tuk aspek non akademik, tes prestasi ini
komunikasi interpersona dapat berjalan dapat menggunakan teknik kinerja,
dengan mudah dan menyenangkan ; dan dengan melakukan observasi terhadap
3) Memposisikan peserta didik sebagai prilaku pe serta didik. Kedua teknik
subjek pembelajaran dengan pendekatan tersebut bisa pula digabung dengan
learning process.26 role- playing.28
Untuk menciptakan proses yang
demokratis, pendidik harus memiliki 4. Kerangka Pengembangan Pendidikan
Agama Islam Multikultural
kompetensi multikultural , yaitu : 1)
memiliki nilai dan hubungan sosial yang a. Aspek Kelembagaan
luas, 2) terbuka dan fleksibel da lam Lembaga pendidikan Islam
mengelola keragaman peserta didik, 3) dirancang sebagai lembaga pendidikan
siap menerima perbedaan disiplin ilmu, yang inklusif, membuka diri kepada
latarbelakang, ras dan gender, 4) seluruh calon peserta didik tanpa melihat
memfasilitasi warga baru dan peserta latarbelakang budaya bahkan agamanya,
didik minoritas, 5) berkolaborasi dan mereka semua memperoleh kesempatan
berkoalisi dengan pihak manapun, 6) yang sama dalam mengikuti proses
berorientasi pada program d an masa pembelajaran dan pendidikan di lembaga
depan, 7) sensitif terhadap prilaku tersebut. Karena pada dasarnya mereka
etnik para peserta didik, 8) sensitif memiliki hak yang sama untuk
terhadap kemungkinan terjadinya mendapatkan informasi ilmu pengetahuan
kontroversi materi ajar, dan 9) dari siapapun datangnya.
mendesain kelompok belajar yang Pengelolaan lembaga pendidikan
memungkinkan integrasi etnik dalam Islam, dilaksanakan dengan
27
pembelajaran. memperhatikan prinsip-prinsip

26 28
Ali, Pendidikan Islam , hlm. 138. Ibid, hlm. 142-147.
27
Ibid, hlm. 141.
129
manajemen yang memberi peluang sehari-hari baik dalam hubungannya
terhadap berkembangnya nilai-nilai dengan Allah maupun dengan
demokrasi, keadilan, dan toleransi. Di manusia dan alam lingkungannya.
samping berorientasi pada pencapaian 2) Materi PAI
tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan a) Al -Qur an dan Sunnah
konsensus, m anajemen lembaga juga harus b) Aqidah
tetap memperhatikan keberagaman tuju an c) Fiqh
masing -masing individu yang terlibat d) Akhlak-Tasawuf
dalam lembaga tersebut, sehingga semua e) Sejarah Peradaban Islam
elemen dalam pengelolaan pendidikan f) Pandangan Dunia Islam
merasa diapresiasi kepentingan dan - Islam dan Pluralisme
tujuannya di lembaga tersebut. - Islam dan Demokrasi
Visi lembaga dirumuskan dengan - Islam dan Pengarusutamaan Gender
memperhatikan nilai-nilai - Islam dan HAM, dan isu kontemporer
multikulturalisme, misalnya: Mencetak lainnya
Generasi Cendekia Religius, Inklusif,
Demokratis, Toleran, Inovatif, Mandiri 3) Proses Pembelajaran
dan Berkarakter. Dengan visi tersebut Pembelajaran berorientasi pada
mencerminkan bahwa lembaga pendidikan peserta didik, dengan memberi kan
Islam tersebut berwawasan peluang yang sama kepada seluruh
multikulturalisme. peserta didik yang plural untuk
mengembangkan potensi dirinya dan
b. Aspek Kurikulum berprestasi. Pendidik, memfasilitasi
1) Standar Kompetensi terciptanya iklim demokratis, dan
Standar Kompetensi materi toleransi. Kelas dikelola secara
Pendidikan Agama Islam meliputi: dinamis, yang memungkinkan
Peserta didik memahami al -Qur’an, terciptanya situasi yang nyaman
Sunnah dan ajaran yang dalam berinteraksi dan berkomunikasi
dikandungnya secara benar, antar peserta didik dan antara
memahami sejarah Islam dan makna peserta didik dengan pendidik.
yang dikandungnya, memiliki sikap Prinsip syûrâ, musâwah, ‘adalah,
keta kwaan, inklusif, dan toleran tasâmuh, tawâsuth, dan tawâzun dijadikan
terhadap perbedaan, serta mampu sebagai kerangka dasar dalam proses
menjalankan ajaran agama secara pembelajaran.
baik dan benar dalam kehidupan
130
4) Sumber Belajar dilakukan juga di luar sekolah.
Sumber belajar dirancang
variatif yang mencerminkan c. Aspek Ketenagaan
keragaman, dan memungkinkan Rekrutmen tenaga pendidik,
peserta didik memahami ker agaman dilakukan secara selektif dengan
pendapat ahli dan keyakinan yang mempertimbangkan kompetensi
plural. Dalam konteks pluralitas keilmuannya, komitmennya terhadap
keyakinan dan agama, peserta didik etika profesi, dan kom itmennya
memperoleh peluang untuk belajar terhadap nilai-nilai multikulturalisme.
dari sumber aslinya, memahami
lambang-lambang keagamaan yang C. Kesimpulan
plural dan segala aktifitasnya.29 Pendidikan multikultural adalah
sebuah model pendidikan yang
5) Evaluasi dilaksanakan untuk menghasilkan output
Dalam melakukan evaluasi pendidikan yang memiliki kesadaran
terhadap pencapaian kompetensi dasar toleransi tinggi, menerima perbedaan yang
pada masing materi dan standart terjadi di masyar akat dan pengagum hak
kompetensi PAI, dibutuhkan asasi manusia. Pendidikan multikultural
instrumen evaluasi yang dapat secara konseptual dapat dilaksanakan
mencakup terhadap tiga ranah sebagaimana sistem pendidikan lainnya.
pengetahuan; koginitif, afektif dan Melalui perubahan dimensi kurikulum,
psikomotorik, dalam hal ini dapat pola pengajaran dan sistem evaluasi.
digunakan tes prestasi melalui teknik Pendidikan multikultural seyogyanya juga
studi kasus dan observasi. Dengan tes diikuti dengan kebijakan sosial yang
prestasi ini, maka keterlibatan seluruh inklusif terhadap perbedaan.Pendidikan
unsur, pendidik, pimpinan lembaga, multikultural tidak perlu dihadapkan
dan orang tua sangat penting, karena kepada realitas-realitas keaga maan yang
observasi non akademik tidak cukup jauh dari nilai-nilai nasionalisme.
di lingkungan sekolah melainkan Dalam konteks pendidikan Islam,

29
pendidikan Multikulturalisme bisa
Contoh dalam pembelajaran al -Qur an, peserta didik
tidak hanya dikenalkan pada satu metode saja, begitu diimplementasikan dengan syarat
pula dalam kajian tafsir tidak hanya dikenalkan pada
satu kitab tafsir saja, melainkan dikenalkan dengan kesadaran masyarakat Islam akan
banyak sumber. Begitu pula dalam pembelajaran fiqh,
peserta didik tidak hanya diaja rkan fiqh dari satu
multikulturalisme lebih awal tumbuh.
mazhab melainkan dikenalkan pula pada pendapat Hingga saat ini, kesadaran
mazhab yang lain, sehingga tidak terjadi fanatisme
mazhab. multikulturalisme masyarakat Islam

131
hanya terjalin dalam kaitan etnisitas dan DAFTAR PUSTAKA
kebudayaan, tidak pernah mengawinkan
aspek kebe ragamaan dan keberagaman Ali Maksum, Pluralisme dan Multikul
turalisme Paradigma Baru Pendidikan
ritus keagamaan. Pendidikan Islam
Agama Islam di Indonesia (Malang:
berbasis multikulturalisme, berarti Aditya Media Publishing, 2011), hlm. 75.
mengembalikan sejarah Nabi Muhammad Ali, Abdullah . Pendidikan Islam Multikultural di
Pesantren , Telaah terhadap Kurikulum
yang mau merangkul seluruh suku, Pondok Pesantren Modern Islam as -Salam
golongan, dan agama melalui ‘Piagam Surakarta. Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
2011 .
Madinah”, sebuah Undang-Undang Islam
Bahri , Media Zainul . Satu Tuhan Banyak Agama
kedua setelah al-Qur’an. Karena piagam Pandangan Sufistik Ibnu ’Arabi, Rumi, dan Al -
tersebut hasil dari dialektika Nabi dengan Jili . Jakarta: Mizan Publika , 2011 .
Banks, James A. Multikulturalism’s
kondisi suatu zaman. Five Dimension, dalam http:/ /
www.leaner.org/ chanel/ whorkshop/
socialstudies/ pdf/ s esion3/
3.Multikulturalism.pdf , 1.
Beane, James A. et al, Curriculum Planning and
Development . USA : McGraw Hill Bo ok
Company, 1991.
Bhikhu Parekh, Rethinking Multikulturalism,
Keberagaman Budaya dan Teori Politik
(Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm. 299.
Dawam, Ainurrafiq. Emoh Sekolah. Yogyakarta :
Inspeal ahisma Karya Press, 2003.
Muhaimin, “ Urgensi Pe ndidikan Islam
Multikultural Untuk Menciptakan
Toleransi dan Perdamaian di Indonesia ”
dalam Ali Maksum, Pluralisme, hlm. xiv.
.
.

132

Anda mungkin juga menyukai