amel dan dentin, perlekatan ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari
jaringan gigi dan ion COOH dari semen ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua
kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini maka
kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi. Semen ionomer kaca tahan terhadap
suasana asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara rantai-rantai semen
ionomer kaca. Ikatan ini terjadi karena adanya polyanion dengan berat molekul
yang tinggi ( Anusavice, 2003).
d. Biologis
Indikasi :
kelebihan:
1) Potensi antikariogenik
2) Translusen
3) Biokompatibel
4) Melekat secara kimia dengan struktur gigi
5) Sifat fisik yang stabil
6) Mudah dimanipulasi (Craig, 2004).
Kekurangan :
A. Definisi
Semen ionomer kaca kurang kuat dan karenanya, tidak dapat menahan
tekanan kunyah yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan
penggunaan dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan
keramik. Semen ionomer kaca telah dimodifikasikan dengan mengikutkan
partikel-partikel logam sebagai bahan pengisi sebagai usaha untuk meningkatkan
kekuatan, ketahanan terhadap fraktur, dan ketahanan terhadap keausan. Ada dua
metode modifikasi yang telah dilakukan. Metode pertama adalah mencampur
bubuk logam campur amalgam yang berpartikel sferis dengan bubuk ionomer
kaca Tipe II. Semen ini disebut sebagai gabungan logam campur perak. Metode
kedua adalah mencampur bubuk kaca dengan partikel perak dengan menggunakan
pemanasan yang tinggi. Semen ini sering disebut Cermet (Anusavice, 2003).
B. Sifat Umum
Pengisi logam hanya sedikit atau sama sekali tidak berpengaruh terhadap
sifat mekanis dari semen ionomer kaca tipe II. Bahan Cermet jauh lebih tahan
terhadap keausan dari luncuran dibandingkan semen ionomer kaca tipe II.
Peningkatan ketahanan terhadap keausan berkaitan dengan penambahan bahan
pengisi logam.
Pelepasan Fluorida
Jumlah fluorida yang dilepaskan dari kedua sistem modifikasi logam ini cukup
besar. Namun, fuorida yang dilepaskan dari semen Cermet lebih sedikit daripada
yang dilepaskan dari semen ionomer kaca Tipe II. Pada awalnya, semen gabungan
melepas lebih banyak fluorida daripada semen Tipe II. Tetapi besarnya pelepasan
ini menurun dengan berjalannya waktu (Anusavice, 2003).
C. Pertimbangan Klinis
Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan potensi anti-
kariesnya, semen-semen dengan modifikasi logam ini telah dianjurkan
untukpenggunaan yang terbatas sebagai alternatif dari amalgam atau komposit
untuk restorasi gigi posterior. Meskipun demikian bahan ini masih dikategorikan
sebagai bahan yang rapuh. Karena alasan inilah penggunaan bahan tersebut
umumnya terbatas pada restorasi konservatif dan umumnya kelas I. Bahan
7
tampaknya mempunyai kinerja yang relatif baik pada situasi seperti itu dan
terutama cocok untuk pasien muda yang rentan terhadap karies.
Semen-semen ini mengeras dengan cepat sehingga dapat menerima tindakan
penyelesaian dalam waktu yang realatif singkat. Dibarengi dengan potensi adhesi
dan daya tahannya terhadap karies, sifat-sifat ini telah mendorong semen tersebut
digunakan untuk membangun badan inti untuk gigi yang akan diperbaiki dengan
mahkota cor penuh. Namun, karena rendahnya kekuatan terhadap fraktur dan
sifatnya yang rapuh, sebaiknya dilakukan pendekatan yang konservatif. Bahan ini
sebaiknya tidak digunakan jika bagian yang akan dibangun dengan semen adalah
lebih besar dari 40% dari keseluruhan badan inti. Untuk kasus seperti ini
sebaiknya digunakan pasak atau bentuk retensi lainnya (Anusavice, 2003).
B. Sifat mekanis
Kekuatan
Kekakuan
Compressive strenght
Modulus elastisitas
Kelarutan dan disentrigasi dalam H2O
Setting time
Mengurangi pengerutan sewaktu mengeras
Merendahkan koefesien muai panas
C. Sifat biologi
Mengiritasi pulpa
8
Tidak toksik
D. Sifat fisik
Ketebalan
E. Cara manipulasi
G. Aplikasi
Jembatan berikatan-resin
Bracket ortodontik
Restorasi kaca keramik
9
H. Indikasi
bahan perekat untk restorasi
peralatan ortodontik, dan
restorasi sementara (Anusavice, 2003).
Oleh karena itu , diberikan acidic cleaning agent. Dan larutan FeCl3 untuk
meningkatkan perlekatan pada dentine. GIC mengalami ekspansi jika dalam
keadaan yang basah(lembab) dan akan mengkerut dalam keadaan yang terlalu
kering. GIC mengalami perubahan dimensi jika berada pada lingkungan dengan
kelembaban relatif sebesar 80%. GIC dapat menempel dengan baik pada enamel,
stainless steel , tin oxide- plated platinum dan gold alloy (Anusavice, 2003).
hidrosiapatit dari struktur gigi didekatnya, untuk membentuk suatu struktur seperti
flouroapatit yang sedikit lebih tahan lama terhdap dekalsifikasi karena asam
(Martin, 2011).
1). Zinc Phosphat Cement, selain dapat dipakai sebagai tumpatan sementara,
pemakaian yang umum adalah sebagai basis tumpatan dan juga untuk
melekatkan pekerjaan logam pada gigi (misalnya inlay).
2). Zink Oksida Eugenol memiliki fungsi : Bahan perekat smntara dan permanen
restorasi, digunakan sebagai tambalan sementara, sebagai bahan pelapik,
bahan pengisi saluran akar, pembalut periodontal dan pada perawatan
pulpotomi, restorasi sementara dan menengah.
3). Silikat, pada dasarnya digunakan sebagai restorasi anterior, kemudian
berkembangnya semen ionomer kaca menyebabkan semen silikat tidak
digunakan sebagai tumpatan tetap, namun tetap digunakan sebagai tumpatan
sementara, karena memiliki sifat anti karies dari kandunga fluor (Anusavice,
2003).
1). Amalgam adalah bahan tambal berbakan dasar logam dimana komponen
utamanya liquid yaitu logam merkuri, dimana bubuk yaitu logam paduan yng
kandungan utamanya terdiri dari perak , timah dan tembaga.
2). Resin komposit, adalah bahan tambal sewarna gigi, dengan bahan dasar
polimer dan ditambahkan dengan partikel anorganiksebagai penguat. Bahan
14
3). Glass Ionomer Cement (GIC) adalah bahan tambal sewarna gigi yang
komponen utamanya adalah: a). Liquid yang merupakan gabungan air dengan
polyacid (asam poliakrilat, maleat, itakonat, tartarat). b). Bubuk yang berupa
fluoroaluminosilicate glass (Anusavice, 2003).