ANGKATAN LXXIV
ANGKATAN LXXIV
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories yang dilaksanakan
pada 10 April- 31 Mei 2012.
Laporan ini merupakan hasil Praktek kerja Profesi apoteker (PKPA) yang
penulis laksanakan di PT.Konimex sebagai salah satu persyaratan yang harus
ditempuh untuk menyelesaikan Program Profesi.
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat berjalan dengan lancar karena
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, ijinkanlah pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direksi PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories yang telah memberi izin
dan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.
Konimex Pharmaceutical Laboratories
2. Bapak Drs. J. Sunarto, Apt selaku External Relation Pharma Manager di PT.
Konimex Pharmaceutical Laboratories yang telah memberikan bimbingan
dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
3. Drs. Lodewyk Heumasse, Apt selaku QA Manager dan pembimbing di PT.
Konimex Pharmaceutical Laboratories yang telah meluangkan waktu untuk
berbagi ilmu dalam kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker
4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS sebagai ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI.
5. Bapak Dr. Harmita, Apt sebagai Ketua Program Apoteker Departemen
Farmasi FMIPA UI.
6. Bapak Drs. Hayun, M.Si sebagai Pembimbing dalam PKPA Universitas
Indonesia
7. Seluruh counterpart PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories atas ilmu dan
pengalamannya
8. Ibu Rini atas kesabaran dan ketelatenannya dalam membantu segala hal di
PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories.
iv
Kami menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Profesi ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengetahui dan
mengkaji lebih dalam tentang industri farmasi.
Penulis
2012
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
pada kualitas (quality), keamanan (safety), dan efektivitas obat (efficacy). Mulai
tahun 2010 seluruh produk farmasi dari negara-negara di kawasan ini bebas
diperdagangkan tanpa adanya tambahan tarif masuk atau bea masuk 0% (no tariff
barrier). Regulasi ini dapat menyebabkan semakin meningkatnya persaingan
dalam merebut pangsa pasar dan menyebabkan konsumen dapat semakin selektif
dalam memilih produk baik dalam hal kualitas, harga, ketersediaan produk
maupun variasi produk.
Penerapan CPOB ini juga didukung dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, di mana sebuah
industri farmasi dalam pelaksanaan kegiatannya harus memiliki penanggung
jawab seorang Apoteker. Peraturan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa
produk yang dihasilkan memenuhi standar atau syarat yang telah ditetapkan dan
mencegah terjadinya kesalahan selama produksi.
Apoteker bertanggung jawab untuk menghasilkan obat yang bermutu,
aman, dan berkhasiat untuk memenuhi persyaratan yang tercantum dalam CPOB
tersebut, sehingga penyediaan tenaga apoteker yang handal mutlak diperlukan
untuk menghasilkan tenaga apoteker yang profesional. Pengetahuan mengenai
aspek-aspek CPOB, proses registrasi produk, pelaksanaan pengawasan mutu,
proses produksi, dan penelitian atau pengembangan produk adalah beberapa hal
dasar yang perlu dimiliki oleh seorang apoteker. Perwujudan hal tersebut
membutuhkan dukungan dan peran aktif dari berbagai pihak yang salah satunya
adalah industri farmasi. Pembekalan berupa praktek kerja secara langsung sangat
diperlukan untuk mendapatkan gambaran mengenai fungsi dan tanggung jawab
apoteker di industri farmasi, yang mana hal ini berkaitan dengan penerapan
CPOB.
Berdasarkan hal tersebut, dalam kurikulum pendidikan apoteker terdapat
program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang akan memberikan
kesempatan kepada mahasiswa calon apoteker untuk terlibat dalam kegiatan di
suatu industri farmasi. PKPA dilaksanakan di industri PT.Konimex
Pharmaceutical Laboratories, Desa Sanggrahan, Sukoharjo, Jawa Tengah mulai
tanggal 10 April 2012 sampai dengan 31 Mei 2012.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4 Universitas Indonesia
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
kefarmasian.
Kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan farmasi yang telah
memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi, yaitu:
1. Membuat jumlah laporan dan nilai produksinya sekali dalam 6 (enam) bulan.
Sedangkan untuk laporan lengkap wajib dilaporkan sekali dalam setahun.
2. Menyalurkan produksinya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian serta mencegah
pencemaran lingkungan.
4. Melaksanakan keamanan dan keselamatan alat, bahan baku, proses, hasil
produksi, pengangkutan, dan keselamatan kerja.
5. Melakukan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) berupa Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Universitas Indonesia
pada tahun 1974 diluncurkan produk Inza. Setelah itu, dari tahun ke tahun PT.
Konimex mencoba mengembangkan portofolio produknya. Awalnya PT.
Konimex hanya memproduksi obat-obat bebas (OTC), namun kini PT. Konimex
juga mengembangkan obat-obat dengan resep dokter (ethical) serta produk
nonkuratif, antara lain vitamin.
Pada tahun 1971, dengan dukungan fasilitas dari Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), PT.Konimex memulai memproduksi obat-obat sendiri.
Perkembangan usaha PT.Konimex cukup berkembang sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tahun 1972, usaha bisnis terkonsentrasi pada
produksi farmasi OTC dengan kemasan 4 tablet yang berlangsung sampai
sekarang. Bisnis lainnya seperti alat kesehatan, dental equipment, dan hospital
packing products tidak dilanjutkan lagi.
Pada usia kesepuluh tahun, skala usaha PT.Konimex semakin besar
dengan menuntut sistem pengelolaan yang lebih profesional. Pada tahun 1977,
PT.Konimex mulai bekerja sama dengan konsultan untuk memulai melakukan
pembenahan struktur dan sistem manajemen, melaksanakan program pelatihan,
serta merekrut tenaga profesional.
Pada tahun 1979, PT. Konimex membangun pabrik baru di Sanggrahan,
sekitar lima kilometer barat daya Surakarta. Pada tahun 1980, dikompleks ini
didirikan pabrik kembang gula Nimm’s. Pendirian pabrik kembang gula Nimm’s
merupakan awal diversifikasi PT.Konimex ke industri makanan. Pada tahun 1980,
untuk melaksanakan peraturan pemerintah yang mengharuskan pemisahan antara
produsen obat dengan distributornya maka PT.Konimex mendirikan PT.Sinar
Intermark. Kemudian untuk memperluas jangkauan distribusi dan sejalan dengan
semakin banyaknya produk yang dipasarkan oleh PT.Konimex maka pada tahun
1980 PT.Konimex mendirikan distributor kedua yaitu PT.Marga Nusantara Jaya.
PT.Sinar Intermark memiliki cabang-cabang yg berpusat di Solo serta melayani
distribusi untuk wilyah Indonesia bagian timur dan sebagian Indonesia bagian
tengah. PT.Marga Nusantara Jaya memiliki cabang-cabang dengan kantor pusat di
Jakarta yang melayani distribusi untuk wilayah Indonesia bagian barat dan
sebagaian Indonesia bagian tengah. Tahun 1993, PT.Konimex mendirikan
PT.Solonat yang memproduksi berbagai makanan ringan khusus dari bahan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.2.2 Sinergy
Yaitu saling menghargai perbedaan dan menyatukan kekuatan untuk
menghasilkan kinerja yang lebih baik.
2.2.2.3 Integrity
Yaitu satunya kata dengan perbuatan, sesuai nilai-nilai, kebijakan
perusahaan dan kode etik profesi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ISO. Dengan demikian, produk-produk PT. Konimex juga akan diterima baik di
luar negeri. Mutu yang baik tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan pengendalian
mutu yang berdisiplin tinggi. Pengendalian mutu di PT. Konimex dilakukan pada
setiap tahap proses produksi. Sejak kedatangan bahan baku, pencampuran,
pencetakan hingga pengemasan produk jadi. Bahkan secara berkala, juga selalu
dilakukan pemantauan kestabilan mutu produk PT. Konimex di pasar. Semua itu
dilakukan sebagai bagian dari komitmen mengenai mutu produk. Selain
sertitifikat CPOB dan CPOTB, PT. Konimex juga sudah mempunyai sertifikat
ISO 9001: 2008, sertifikat Sanitasi-higiene, dan sertifikat Halal.
2.2.3.2 Mudah diperoleh
Komitmen berikutnya adalah memberikan kemudahan bagi masyarakat
seluas-luasnya untuk memperoleh produk-produk PT. Konimex dimanapun
mereka berada. Oleh karenanya, bagi PT. Konimex, distribusi menjadi faktor
sangat penting dan harus dapat diandalkan. Untuk menjamin kelancaran distribusi
dan memperluas wilayah jangkauan, PT. Konimex mendirikan dua perusahaan
distributor khusus, yaitu PT Sinar Intermark dan PT Marga Nusantara Jaya. Kedua
distributor ini memiliki jaringan cabang di hampir semua kota besar utama di
Indonesia, serta dukungan oleh ratusan armada distribusi. Melalui kedua
distributor tersebut, semua produk PT. Konimex didistribusikan ke grosir, pasar
swalayan, hingga tingkat pengecer. Di masa mendatang, jumlah cabang akan
ditambah, agar dapat menjangkau daerah pemasaran yang lebih luas, supaya
produk-produk Konimex dari Sanggrahan akan semakin mudah diperoleh para
konsumen di berbagai pelosok Indonesia. Sedangkan untuk keperluan ekspor,
telah dirintis jalur distribusi Asia Pasifik dengan menunjuk distributor di masing-
masing wilayah, seperti Singapura, Malaysia, Myanmar, Kamboja, Vietnam dan
Saudi Arabia.
2.2.3.3 Murah harganya
Komitmen ketiga dari formula 3MU adalah kebijakan harga. Sesuai
falsafah dasarnya, produk-produk PT. Konimex memang tidak dibuat sebagai
barang eksklusif. Semakin luas masyarakat pengguna produk PT. Konimex,
semakin berhasil misi ”ikut menyehatkan bangsa”. Itu sebabnya, sekalipun dalam
hal mutu produk PT. Konimex berstandar internasional, namun dalam kebijakan
Universitas Indonesia
Pada struktur organisasi PT. Konimex, terdapat 4 Divisi besar yaitu Divisi
Marketing, Divisi Human Resource Organization (HRO), Divisi Operation dan
Divisi Finance. Misi dari masing-masing Divisi yang ada di PT. Konimex tersebut
yaitu:
2.2.4.1 Misi Divisi Marketing:
Menjadi organisasi marketing yang berorientasi pada pasar serta menjadi
pemimpin pasar di Indonesia dalam produk kesehatan dan makanan berlandaskan
riset iptek dan riset pasar serta cost leadership untuk kepuasan stake holder
2.2.4.2 Misi Divisi Human Resource Organization (HRO)
Menjadikan konimex sebagai organisasi yang berbasis kompetensi untuk
memberikan pelayanan lebih dari yang diharapkan pelanggan.
2.2.4.3 Misi Divisi Operation
Menjadi pabrik berkelas dunia yang didasarkan pada prinsip:
a. Fokus ke pelanggan
b. Berpendorong Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
candy. Inovasi dalam rasa juga telah menghasilkan berbagai variasi kembang gula
rasa unik dan sangat digemari oleh masyarakat antara lain Hexos, Nano-Nano,
Eski, dan Frozz.
2.2.6.3 Produk Alami
Semakin tingginya biaya kesehatan serta timbulnya kesadaran bahwa tidak
semua penyakit dapat disembuhakan dengan pengobatan modern, menumbuhkan
kecenderungan di masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif. Pengobatan
alternatif antara lain dengan memanfaatkan dan melestarikan apa yang telah
disediakan oleh alam (going to nature). Kecenderunagan masyarakat tersebut
mendorong PT. Konimex untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk
kesehatan yang berbasiskan bahan-bahan alami.Hingga saat ini telah ada 23
produk berbasis bahan alami yang suda dipasarkan antara lain Konicare Minyak
Telon, Konicare Minyak Kayu Putih, Virugon, Herba Drink Sari Jahe, Sari
Temulawak, dan Kunir Asam. Dengan demikian, usaha ”ikut menyehatkan
bangsa” semakin mendekati kenyataan.
2.2.6.4 Makanan Ringan
Pertumbuhan usaha kembang gula yang menggembirakan, memperbesar
keyakinan PT. Konimex bahwa pemekaran usaha ke industri makanan merupakan
langkah yang tepat. Langkah pengembangan kelompok usaha PT. Konimex
berlanjut dengan berdirinya Sobisco pada tahun 1994. Sobisco adalah pabrik
biskuit dan coklat yang dilengkapi dengan fasilitas mesin-mesin canggih
berkapasitas besar. Di antara produk-produk Sobisco yang terkenal di masyarakat
antara lain Snips Snaps, Tini Wini Biti, Choco Mania, dan Diasweet Litebite.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
terhadap mutu suatu produk. Hal ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun
retrospektif. Manajemen risiko mutu hendaklah memastikan bahwa evaluasi risiko
terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara ilmiah, pengalaman
dengan proses dan pada akhirnya terkait pada perlindungan pasien.
Hubungan antara Manajemen Mutu-QA-CPOB-QC-Pengkajian mutu
dapat diringkas adalam diagram berikut:
Manajemen Mutu
Pemastian Mutu
CPOB
Pengawasan Mutu
Pengkajian Mutu
Produk
2.3.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sisten pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
terlindung dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan melalui tanah, serta masuk dan
bersarangnya binatang kecil, tikus, burung, serangga, dan hewan lainnya.
Area yang terdapat dalam industri farmasi diklasifikasikan menjadi
beberapa macam sesuai peruntukannya. CPOB membagi area tersebut menjadi 7,
sebagai berikut:
Universitas Indonesia
d. Kecepatan udara.
e. Air flow pattern.
f. Filter.
g. Perbedaan tekanan antar ruang.
h. Temperatur dan kelembaban.
Jenis bahan untuk desain lantai juga perlu diperhatikan untuk masing-
masing area. Pada area produksi dan ruang steril, permukaan lantai dikehendaki
tidak boleh berpori sehingga beton harus dilapisi dengan epoksi atau poliuretan.
Pada area gudang, cukup digunakan beton padat yang bersifat menahan debu.
Pada ruang laboratorium, desain lantai dapat menggunakan beton berlapis vinil
dengan sambungan agar kedap air atau ubin keramik yang bersifat tahan terhadap
bahan kimia. Pada area pengemasan sekunder cukup digunakan ubin keramik.
Dinding dan langit-langit harus berplester dan tidak boleh terdapat
goresan. Pada persambungan antara lantai dan dinding tidak boleh membentuk
sudut, melainkan melengkung untuk mencegah menumpuknya debu dan
memudahkan pembersihan.
2.3.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki
rancang bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, serta
ditempatkan dengan tepat. Hal ini bertujuan agar mutu yang dirancang bagi tiap
produk obat terjamin secara seragam dari bets ke bets, serta memudahkan
pembersihan dan perawatannya. Sebagai contoh timbangan tidak boleh diletakkan
pada meja timbang yang dapat bergetar sehingga pembacaan massa menjadi tidak
konsisten.
Rancang bangun dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi
persyaratan, yaitu permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku,
produk antara, produk ruahan, atau obat jadi tidak boleh bereaksi, mengadisi, atau
mengabsorbsi, yang dapat mengubah identitas, mutu, dan kemurniannya di luar
batas yang telah ditentukan. Untuk menjamin hal ini dipersyaratkan peralatan
terbuat dari baja setara SS 304 atau 316. Selain itu, permukaan bahan yang kontak
Universitas Indonesia
dengan produk juga tidak boleh mendeposit debu. Sedangkan filter yang
digunakan untuk cairan tidak diperkenankan melepaskan serat.
Pengadaan peralatan harus mempertimbangkan kesesuaian penggunaan
untuk produksi/pengujian obat, terbuat dari material yang memenuhi persyaratan
serta aman dalam penggunaannya. Semua ini tercantum dalam User Requirements
Specification (URS).
Peralatan harus ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil
kemungkinan pencemaran silang bahan di daerah yang sama. Perawatan peralatan
dilakukan menurut jadwal yang tepat dan sesuai dengan prosedur yang tertulis
agar tetap berfungsi dengan baik dan mencegah pencemaran yang dapat merubah
identitas, mutu, atau kemurnian produk.
Sebelum dilakukan pemakaian rutin, peralatan harus dikualifikasi desain
dan instalasinya. Selain itu, alat ukur yang digunakan juga harus dilakukan
kalibrasi. Pada saat operasi dan pemakaian rutin, peralatan harus dikualifikasi
kinerjanya, dikalibrasi berkala, dirawat dan diperbaiki jika rusak.
Untuk menjamin alat ukur bekerja secara teliti dan tepat sesuai dengan
kemampuan dan operating range dari alat tersebut, maka perlu dilakukan kalibrasi
alat. Kalibrasi merupakan rangkaian kegiatan untuk menetapkan hubungan dalam
kondisi tertentu antara nilai besaran yang ditunjukkan alat atau sistem ukur
dengan nilai yang ditunjukkan oleh standar. Hasil kalibrasi dapat berupa
penetapan nilai besaran ukur dan penetapan koreksi yang berkaitan dengan
penunjukkan alat ukur. Pelaksanaan kalibrasi dapat dilakukan secara internal
maupun eksternal. Secara internal, kalibrasi harus dilakukan oleh tenaga terlatih
sedangkan secara eksternal dapat dilakukan oleh badan kalibrasi terakreditasi.
Pada peralatan yang terkait pemipaan, untuk kepentingan sanitasi
sebaiknya digunakan bahan SS 316. Sedangkan untuk transfer material dapat
digunakan flexiable hose yang mudah dibersihkan, disanitasi dan dipanaskan. Pipa
juga harus berlabel jelas, menjelaskan isinya dan menerangkan arah.
Seluruh peralatan hendaknya dapat dibersihkan dengan mudah, baik
bagian dalam maupun bagian luar. Semua peralatan yang dipakai dalam
pengolahan bahan kimia yang mudah terbakar atau ditempatkan di daerah di mana
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Alat Pelindung Diri (APD) pada tiap pekerja harus memenuhi persyaratan
tertentu. APD harus bersih dan tidak rusak, serta secara umum terdiri dari topi,
pakaian kerja, masker, sarung tangan, dan alas kaki. Pakaian kerja harus
dikancingkan dan tidak boleh ada yang sobek. Pakaian kerja juga tidak boleh
digunakan di selain area produksi. Dalam menangani produk yang belum
terkemas, pekerja wajib menggunakan masker.
Pengelolaan sampah domestik harus dilakukan seoptimal mungkin untuk
menghindari adanya kontaminasi. Wadah sampah harus kuat tertutup (bukan
kardus) serta diharuskan tidak terdapat sampah pada area produksi, laboratorium,
dan gudang. Pembuangan sampah juga harus dilakukan secara berkala.
2.3.6 Produksi
Produksi obat hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan yang dapat menjamin senantiasa menghasilkan obat jadi yang
memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Setiap bahan awal yang akan digunakan
untuk produksi, harus memenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan
melalui status release oleh bagian Quality Control dan diberi label.
Setiap kegiatan yang berkaitan dengan produksi, baik itu processing
maupun pengemasan, harus selalu mengikuti pedoman yang disebut PPI
(Prosedur Pengolahan/Pengemasan Induk). PPI akan selalu diperbaharui secara
berkala untuk disesuaikan dengan standar GMP, disesuaikan dengan alat yang
dipunyai (jika ada alat baru), dan untuk menjaga keseragaman serta kualitas
produk yang dihasilkan dari waktu ke waktu. PPI disusun oleh Supervisor dari
tiap bagian (solid, semisolid, dan pengemasan), kemudian diperiksa oleh
Production Manager dan QA Supervisor, serta disetujui oleh IQC Manager.
Selain PPI, ada juga pedoman yang disebut Protap (Prosedur tetap) yang juga
harus dilaksanakan oleh pihak yang berkaitan. Kedua pedoman ini harus dibuat
sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan.
Pada proses pengolahan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
selama atau sesudah proses. Selain status bahan awal harus berstatus release oleh
bagian QC, peralatan produksi juga harus bersih, aman, dan kapasitasnya sesuai.
Alat ukur sebelum digunakan harus sudah terkalibrasi. Pengolahan produk yang
Universitas Indonesia
berbeda tidak dilakukan dalam satu ruang, kecuali bila potensi risiko bisa dijamin.
Area produksi juga harus bersifat limited access, yaitu hanya bisa dimasuki oleh
karyawan atau operator yang memang bekerja terkait dengan proses produksi.
Pengawasan In Process Control (IPC) harus senantiasa dilakukan dan
didokumentasikan. Jika terjadi penyimpangan dari persyaratan harus selalu dicatat
dan diinvestigasi sebelum melanjutkan proses produksi atau sebelum meluluskan
suatu produk.
Semua prosedur produksi hendaknya divalidasi dengan tepat, sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya hendaknya
didokumentasikan. Perubahan yang penting dalam proses, baik itu penggantian
alat maupun penggantian asal bahan baku, hendaknya dilakukan validasi ulang.
Hal ini untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan
produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ke hal-hal yang khusus. Kelemahan inspeksi ini adalah butuh waktu yang cukup
lama.
b. Process Flow Audit
Inspeksi dengan cara mengikuti alur proses, misalnya alur dari penerimaan
barang jadi hingga proses pengemasan. Keuntungannya adalah memudahkan
perencanaan audit oleh auditor dan auditee, inspeksi dilakukan secara berurutan
dan sistematis. Kelemahan inspeksi jenis ini adalah inspeksi tersebut hanya
menyentuh aspek-aspek yang dilakukan secara rutin saja.
c. Product Specific Audit
Inspeksi dengan mengikuti semua aspek yang berkaitan dengan produk, yaitu
catatan bets, proses pengolahan, pengisian produk, pengemasan, dan kontrol
mutu. Keunggulan inspeksi ini adalah sanga spesifik, urut dan detail.
Kelemahannya adalah inspeksi dilakukan hanya terbatas pada tipe produk.
d. Problem Specific Audit
Inspeksi yang dilakukan terhadap aspek yang berhubungan dengan masalah
dan memeriksa semua aspek yang berhubungan dengan problem terkait.
Keunggulannya adalah dapat belajar dari kesalahan serta memiliki kesempatan
untuk memperbaiki masalah. Kelemahan inspeksi ini adalah hanya terbatas
cakupannya pada bagian kecil dari operasional.
Inspeksi diri dan audit dilakukan dalam urutan proses sebagai berikut:
a. Perencanaan (plan), yaitu menetapkan tujuan program audit, sumber daya,
tanggung jawab dan prosedur. Tahap ini dilaksanakan oleh manajemen/
regulator
b. Perlakuan (do), yaitu menerapkan program audit, yang meliputi jadwal audit,
evaluasi auditor, seleksi tim audit, pelaksanaan audit, serta pendokumentasian
aktivitas. Tahap ini dilakukan oleh auditor dan auditee.
c. Peninjauan (check), yaitu mengidentifikasi tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan, identifikasi perbaikan, dan monitoring tindak lanjut. Tahap ini
dilaksanakan oleh auditor dan auditee.
d. Act, yaitu tahap dilakukannya pengembangan (improvement).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.3.10 Dokumentasi
Dalam industri farmasi, produsen harus dapat menunjukkan bahwa obat
telah dirancang dan dibuat dengan kualitas baik. Oleh karena itu, produsen tidak
hanya bertindak untuk memproduksi saja, tetapi produsen juga harus dapat
menunjukkan dokumentasi melalui pencatatan, data mentah, laporan analisa,
laporan penyelidikan, dan dokumen lainnya. Oleh karena itu, dokumentasi sangat
penting dilakukan di industri farmasi.
Fungsi dokumentasi pada industri farmasi adalah:
1. Sebagai sistem informasi dan merupakan bagian penting dari pemastian mutu.
2. Untuk menghindari kesalahan/kekeliruan yang umumnya timbul karena hanya
mengendalikan komunikasi lisan.
3. Untuk mengetahui tahapan yang sedang dikerjakan.
4. Untuk memberikan rekaman data.
5. Sebagai dokumen legal untuk regulator.
6. Untuk memenuhi persyaratan internal maupun eksternal.
Dokumen menurut fungsinya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Dokumen yang berperan dalam panduan kerja, contohnya protokol, prosedur
produksi induk.
2. Dokumen yang berperan dalam pelaksanaan tugas untuk merekam kegiatan
yang dilakukan. Contohnya adalah formulir, catatan bets, formulir, buku
catatan, ataupun catatan analisa.
Dokumen yang berhubungan dengan pembuatan dan pemeriksaan obat
adalah milik perusahaan dan bersifat rahasia, sehingga dokumen tersebut harus
terkontrol. Dalam pembuatan dokumen, terdapat beberapa prinsip yang harus
dilaksanakan, yaitu:
1. Dokumen disiapkan, dikaji, dan didistribusikan dengan cermat.
2. Dokumen disetujui dan ditandatangani oleh personil yang sesuai dengan
berwenang.
3. Judul dan tujuan jelas, isi dokumen tidak berarti ganda.
4. Penampilan dokumen rapi dan mudah diperiksa.
5. Reproduksi dokumen harus jelas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Dalam
pembuatan kontrak secara tertulis, harus dibuat secara jelas tanggung jawab dan
kewajiban masing-masing pihak, yaitu pihak pemberi kontrak dan pihak penerima
kontrak. Kontrak yang dibuat harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan
tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala
bagian Pemastian Mutu. Kontrak tertulis harus mencakup pembuatan dan analisis
yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis yang terkait. Selain itu, harus
tercantum juga usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain yang
sesuai dengan izin edar produk. Di dalam kontrak juga harus tercantum izin untuk
pemberi kontrak dalam mengaudit sarana dari penerima kontrak. Khusus untuk
analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir harus diberikan kepada kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) pemberi kontrak.
Pihak pemberi kontrak harus bertanggung jawab untuk menilai kompetensi
penerima kontrak dan memastikan bahwa penerima kontrak memahami
sepenuhnya aspek-aspek yang berkaitan dengan produk atau analisis. Pemberi
kontrak menyediakan semua informasi yang diperlukan kepada penerima kontrak
dan memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang dikirimkan
oleh penerima kontrak telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Pihak penerima kontrak harus memiliki aspek-aspek yang diperlukan
dalam menjalankan kontrak. Pembuatan obat secara kontrak hanya dapat
dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki sertifikasi CPOB yang diterbitkan
oleh otoritas pengawas obat. Penerima produk harus memastikan bahwa semua
produk dan bahan yang diterima sesuai dengan tujuan penggunaanya.
Universitas Indonesia
digunakan dalam menentukan ruang lingkup validasi adalah pada aspek kritis
yang mempengaruhi mutu produk.
Validasi didefinisikan sebagai tindakan membuktikan dan
mendokumentasikan bahwa seluruh proses, prosedur,dan metode telah secara
benar dan konsisten memberikan hasil yang diperkirakan. Kualifikasi
didefinisikan sebagai tindakan membuktikan dan mendokumentasikan semua
sistem dan peralatan telah secara benar terpasang dan atau bekerja secara benar
dan memberikan hasil yang diperkirakan. Kualifikasi berhubungan dengan
fasilitas, sistem, dan peralatan sedangkan validasi berhubungan dengan proses.
Kualifikasi dapat menjadi bagian awal dari proses suatu validasi, sehingga
fasilitas, sistem, dan perlatan harus dikualifikasi agas proses dapat tervalidasi
secara sah.
Rencana Induk Validasi (RIV) merupakan gambaran kegiatan validasi,
organisasi, dan rencananya yang berisi:
a. Kebijakan validasi.
b. Organisasi untuk aktivitas validasi, termasuk pelatihan.
c. Deskripsi fasilitas, sistem, perlatan, proses yang akan divalidasi (secara
umum).
d. Format dokumen yang meliputi protokol validasi, laporan, dan cara penomoran
termasuk perencanaan.
e. Kendali perubahan.
f. Referensi.
Sebagai bagian dari RIV, dibuat daftar validasi dan setiap akhir tahun
dibuat laporan pencapaian RIV. Berdasarkan capaian tersebut, daftar validasi
direvisi setiap tahun.
Kualifikasi dilakukan pada sistem atau peralatan yang memiliki dampak
langsung terhadap kualitas produk. Kualifikasi harus mengacu pada CPOB.
Tahapan-tahapan kualifikasi dapat digambarkan pada Diagram V sebagai berikut:
Universitas Indonesia
PQ test plan
URS PQ
Process validation
Cleaning validation
OQ test plan Revalidation
FS OQ
Incl. FAT
IQ test plan
DS IQ SAT
Incl. PDI
FAT impact
assessment
Implementation
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
terkualifikasi dan lulus uji, serta metode analisa tervalidasi. Persyaratan umum
untuk validasi proses adalah harus dilakukan analisis risiko terhadap proses untuk
menentukan parameter kritis, harus dibuat protokol validasi, dan hasil validasi
proses harus dituangkan dalam laporan validasi.
Validasi proses pembersihan adalah tindakan pembuktian bahwa prosedur
pembersihan yang ditetapkan mampu dipergunakan untuk pembersihan alat secara
konsisten, meyakinkan, dan hanya menyisakan residu hingga tingkat yang
diperbolehkan. Validasi pembersihan mutlak dilaksanakan untuk situasi dimana
meminimalkan residu sangat diperlukan, misalnya pada alat yang dipakai untuk
multiproduk. Validasi pembersihan dilakukan untuk membuktikan bahwa
prosedur pembersihan telah bekerja secara efektif untuk tujuan pembersihan.
Dalam melakukan validasi pembersihan, pemilihan produk yang akan divalidasi
menggunakan worst case assessment, yang ditetapkan berdasarkan:
1) Lini proses (termasuk bagian yang kontak langsung dengan produk/ zat
aktif).
2) Toksisitas dan risiko keamanan pada pasien.
3) Kelarutan zat aktif.
4) Jumlah produk yang dibuat dengan peralatan tersebut.
5) Waktu tunggu.
Universitas Indonesia
QA Manager
Petugas Arsip
karyawan baru dan calon pemegang jabatan baru, serta pelatihan GMP lainnya di
lingkup operasional.
Sesuai dengan prinsip GMP dimana mutu obat harus dibangun sejak awal, PT.
Konimex memproduksi obat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau dengan
cermat. Unsur dasar manajemen mutu yang diterapkan PT. Konimex adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu mencakup struktur organisasi, prosedur,
proses dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi sehingga produk yang dihasilkan selalu memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut
pemastian mutu (Quality Assurance).
Sistem pemastian mutu harus didukung dengan tersedianya personil yang
kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. PT.
Konimex membangun mutu pada semua aspek yang mempengaruhi hasil seperti pada
bahan awal, proses pembuatan, pengawasan mutu, bangunan, peralatan, dan personil
sehingga PT. Konimex dapat meyakinkan konsumen bahwa produk yang dihasilkan
bermutu.
Personil yang bekerja di PT. Konimex adalah personil yang sehat,
terkualifikasi, dan memiliki pengalaman praktis. Kesehatan personil diperiksa saat
perekrutan dan pemeriksaan berkala. Untuk terus meningkatkan kualitas dari personil
maka diadakan program pelatihan mengenai GMP dan pelatihan yang dilakukan oleh
bagian terkait pemahaman terhadap semua prosedur tetap, cara pengolahan, dan
pengemasan. Pelatihan ini dilakukan secara berkesinambungan yang dinilai
efektivitasnya secara berkala dan terdokumentasi.
Bangunan dan fasilitas di PT. Konimex didesain dengan konstruksi dan tata
letak yang memadai untuk meminimalkan risiko kekeliruan, pencemaran silang, dan
kesalahan lain. Salah satunya adalah dengan membuat desain dimana proses
pembersihan, sanitasi, dan perawatan dapat dilakukan dengan mudah, termasuk
dalam desain dan konstruksi peralatan yang digunakan. Tata letak ruangan produksi
didesain mengikuti urutan tahap dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan.
Universitas Indonesia
Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses
memadai.
PT. Konimex memiliki fasilitas instalasi pipa, udara, lampu, dan saluran
pembuangan yang dipasang sedemikian rupa sehingga mencegah pencemaran
produk. Pada area penyimpanan atau gudang didesain khusus untuk menjamin
kondisi penyimpanan yang baik. Adanya penandaan yang jelas untuk barang yang
berstatus karantina serta adanya tempat penyimpanan yang khusus untuk bahan yang
berisiko tinggi terhadap penyalahgunaan, seperti bahan prekursor. Peralatan di PT.
Konimex didesain dengan konstruksi menggunakan baja tahan karat. Peralatan
tersebut ditempatkan dan dikualifikasi dengan sesuai desain dan seragam dari bets ke
bets. Perawatan terhadap semua peralatan di PT. Konimex secara periodik termasuk
kalibrasi alat timbang dan ukur yang lain.
Salah satu upaya untuk menjamin kebersihan fasilitas dan personil maka dibuat
prosedur mengenai sanitasi dan higiene. Ruang lingkup sanitasi meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala
sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Prosedur pembersihan,
sanitasi, dan higiene divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan
efektivitasnya.
Produksi dijalankan dengan mengikuti prosedur yang ditetapkan dan
memenuhi ketentuan CPOB mulai dari proses penyediaan bahan baku dan kemasan,
proses produksi, In Process Control (IPC), penanganan produk jadi (yang ditolak,
dipulihkan, dan dikembalikan), proses karantina, dan hingga penyerahan produk jadi.
Untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan konsisten memenuhi mutu yang
sudah ditetapkan dilakukan pengawasan mutu sebagai bagian yang esensial dari
CPOB. Pengawasan mutu dilaksanakan oleh bagian QC terhadap bahan awal, produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi (yang dilakukan dengan sistem sampling),
berperan pada proses monitoring/pengendalian terhadap lingkungan, pengelolaan
rekaman hasil pemeriksaan, penanganan sampel pertinggal, dan melakukan uji
stabilitas produk.
Universitas Indonesia
Inspeksi diri dan audit mutu dilakukan GMP untuk mengevaluasi bahwa
semua aspek produksi dan pengawasan mutu memenuhi ketentuan CPOB. Program
inspeksi diri dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB
sehingga dapat ditetapkan tindakan perbaikan. Semua prosedur dan dokumentasi
hasil serta catatan inspeksi diri didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut
yang efektif. Inspeksi diri dilakukan minimal 1 (satu) kali setahun untuk setiap bagian
dan dilaksanakan oleh tim auditor, yaitu pihak auditor PT. Konimex atau bekerja
sama dengan auditor dari pihak di luar PT. Konimex, dengan berpedoman pada
Pedoman GMP yang berlaku.
Mekanisme audit di PT.Konimex adalah sebagai berikut:
Audit GMP dilakukan tehadap semua faktor yang terkait mutu produk dan
proses, yang meliputi personil, bangunan dan fasilitas, peralatan, penyimpanan bahan
awal, pengemas dan produk (produk jadi, antara, ruahan), produksi, pengawasan
mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, dan validasi. Tim auditor berpedoman pada
Pedoman GMP (CPOB, CPOTB, CPKB, CPMB, CPPOB) yang berlaku. Setelah
dilakukan audit harus ada tindakan perbaikan dan pencegahan yang harus dilakukan
oleh bagian yang di audit terhadap hasil temuan audit dan hasilnya didokumentasikan
dan tindak lanjutnya dievaluasi.
Universitas Indonesia
a. Perencanaan
Perencanaan dibuat setiap tahun oleh GMP manager yang meliputi semua bagian
yang terkait mutu produk. Dalam perencanaan dijabarkan bagian, jadwal periode
audit, cakupan audit dan tim auditor yang bertugas, serta kegiatan lain. Auditor juga
telah membuat prosedur tetap yang sah serta alat bantu untuk mendukung
pelaksanaan audit misalnya format buku laporan, catatan audit, cheklist audit, dan
Permintaan Tindakan Korektif Pencegahan (PTKP).
b. Persiapan
Persiapan umum yang dilakukan sebelum dilakukan audit yaitu membuat detil
perencanaan dan audit yang disetujui semua pihak, menentukan ketua audit dan
anggota audit serta pembagian tugas sesuai kompetensinya. Pada tahap ini tim akan
mempersiapkan riwayat audit dari bagian yang akan diaudit, checklist audit, dan
dokumen acuan lain, serta pemberitahuan waktu pelaksanaan pada pihak yang diaudit
karena audit di PT.Konimex bersifat open-audit.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan audit dimulai dengan pembukaan (opening meeting) dimana auditor dan
auditee diperkenalkan, membahas agenda dan waktu pelaksanaan, serta memastikan
pihak-pihak yang akan di audit berada di tempat. Lama pelaksanaan audit tergantung
pada ruang lingkup bagian yang diaudit. Semakin besar ruang lingkup, maka audit
berlangsung semakin lama. Setelah acara audit dibuka maka auditor akan
melaksanakan site inspection, evaluasi dokumen yang berkaitan, dan membuat
catatan audit untuk setiap observasi. Audit ditutup dengan memaparkan hasil temuan
berupa catatan audit yang dikonfirmasi ke pihak auditee termasuk daftar dokumen
atau konfirmasi yang belum diberikan. Pihak auditor akan berdiskusi dengan pihak
auditee untuk kemungkinan CAPA (Correcttive Action Preventive Action). Saat
pelaksanaan audit, tim auditor harus berpedoman pada pedoman GMP (CPOB,
CPMB, CPOTB, CPPOB, CPKB) yang berlaku tergantung objek bagian yang
diaudit.
Universitas Indonesia
d. Pelaporan
Laporan audit dibuat segera setelah kegiatan audit selesai dan catatan audit disetujui.
Laporan audit merupakan dokumen resmi yang berisi tujuan dan lingkup audit,
penanggung jawab audit, tempat dan tanggal audit dilaksanakan, ringkasan hasil
audit, temuan audit dan kriterianya, dan kesimpulan atau saran audit. Apabila terdapat
penyimpangan pada standar audit, maka akan diterbitkan PTKP kepada bagian yang
bersangkutan. Pelaporan audit dapat berupa dokumen rekapitulasi hasil audit dan
rekap PTKP.
e. Tindak lanjut
Tindak lanjut yang dilakukan adalah dilakukannya verifikasi terhadap PTKP yang
sudah dibuat oleh bagian, yaitu mengevaluasi apakah tindakan korektif dan
pencegahan sudah dilakukan atau belum. Bila tidak ditemukan permasalahan yang
sama, maka PTKP untuk bagian tersebut ditutup dan bagian GMP akan memulai
tahap perencanaan untuk melakukan audit berikutnya di bagian lainnya sesuai
perencanaan yang sudah dibuat.
Meskipun PT. Konimex telah mengikuti CPOB secara ketat untuk
menghasilkan obat yang bermutu, masalah dalam produksi masih mungkin saja
terjadi sehingga obat yang dihasilkan dapat tidak sesuai dengan standar mutu yang
ditetapkan. Untuk menangani keluhan konsumen atas produk yang dihasilkan, PT.
Konimex memiliki prosedur dalam menangani keluhan terhadap produk dari
distributor maupun konsumen. Keluhan akan diperiksa dahulu apakah tergolong pada
keluhan yang justified atau unjustified. Jika memang tidak perlu dilakukan penarikan
atas keluhan tersebut maka tidak perlu dilakukan penarikan. Keputusan penarikan
kembali obat yang telah beredar dapat bersumber dari otoritas pengawasan obat atau
dari PT. Konimex sendiri. Penarikan dapat disebabkan karena telah terjadi kerusakan,
kadaluwarsa, kondisi kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas
mutu, keamanan, serta menyangkut pada jumlah dan jenis.
Universitas Indonesia
3.1.2 Validasi
Validasi dan kualifikasi merupakan bagian penting dari Quality Assurance,
sehingga CPOB mempersyaratkan industri farmasi melakukan validasi. Selain itu
juga, validasi merupakan bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan.Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan (BPOM RI, 2006).
Validasi diperlukan oleh industri farmasi untuk memenuhi persyaratan legal,
mengenal tahapan proses dengan baik, mengetahui hal-hal kritis yang harus
dikendalikan, meningkatkan produktivitas dari mengurangi jumlah sampling dan
reject, serta meningkatkan konsistensi mutu produk. Seluruh kegiatan validasi di
PT.Konimex dilakukan oleh bagian validasiyang dipimpin oleh seorang Validation
Manager yang bertanggung jawab kepada Quality Assurance (QA)Division Manager.
Kebijakan pelaksanaan kualifikasi dan validasi di PT. Konimex:
a. Menitikberatkan pada pemenuhan persyaratan regulasi pemerintah.
b. Memprioritaskan kegiatan kualifikasi dan validasi pada produk farmasi danobat
tradisional, baru kemudian suplemen makanan dan makanan.
c. Kegiatan kualifikasi dan validasi diutamakan dengan pendekatan prospektif,baru
kemudian retrospektif dan concurrent.
d. Kegiatan validasi proses diprioritaskan pada proses yang sudah mempunyai
prosedur pembuatan dan pembersihan yang mantap dan metode analisa yang valid,
serta banyak diproduksi.
e. Metode analisis untuk validasi pembersihan sedapat mungkin menggunakan
metode analisis untuk mutu produk terkait, dengan ketentuan batas deteksi
tertentu.
f. Kalibrasi mencakup semua alat ukur di semua bagian yang terkait dengan mutu
produk, operator, dan peralatan.
Universitas Indonesia
Pada dasarnya, inti atau objek dari validasi adalah ada pada validasi proses
dan validasi pembersihan. Tugas dan tanggung jawab secara umum dari bagian
validasi yaitu membuat suatu protokol dari berbagai sumber (seperti SOP, PP, dan
lain-lain) kemudian menyusunnya dan mempublikasikan pada bagian yang terkait,
mencocokkan dan menganalisis kesesuaian antara prosedur yang ada dengan
kenyataan yang ada di lapangan, memberikan saran evaluasi dan perbaikan yang
perlu dilakukan. Sebelum dilakukan validasi perlu dibuat dahulu kualifikasi bahan
Universitas Indonesia
produk dan harus dilakukan modifikasi, maka harus melalui mekanisme management
change control dan disetujui oleh bagian QA. Installation Qualification (IQ) terdiri
dari pabrik pembuat, model/tipe, deskripsi (uraian cara kerja), data teknis (kapasitas,
kekuatan), sistem penunjang (listrik, air), instrumentasi dan kontrol (kalibrasi),
keamanan, dokumen (manual, checklist, software, training), dan verifikasi (instalasi
dan dokumen).
2) Operational Qualification (OQ)
Operational Qualification (OQ) adalah pengadaan bukti terdokumentasi
bahwa mesin/peralatan mampu beroperasi sesuai dengan fungsi yang telah
ditentukan. Misalnya: cek tombol power atau cek charger.
3) Performance Qualification (PQ)
Performance Qualification (PQ) adalah pengadaan bukti terdokumentasi
bahwa mesin/peralatan mampu secara konsisten menghasilkan output sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Performance Qualification (PQ) misalnya pada
sistem Heating Ventilating and Air Conditioning (temperatur, kelembapan, partikel,
mikroba, jamur), sistem air (konduktifitas), dan pada proses mencakup kecepatan,
jumlah tablet yang dihasilkan, tebal dan kekerasan tablet, serta keseragaman kadar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lokasi worst case merupakan lokasi atau titik yang paling sulit untuk dibersihkan,
sehingga dijadikan sebagai tempat/titik sampling.
Dalam melakukan sampling pada validasi proses ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu:
1) Waktu sampling: apakah dilakukan sesaat atau sesudah proses pembersihan selesai
tergantung dari batasan waktu kritis validasi.
2) Jumlah sampel dan banyaknya melakukan swab akan berpengaruh terhadap
ukuran media swab dan jumlah pelarut.
3) Wadah sampel harus bersih (bebas residu/kontaminasi bahan/produk lain) dan
steril (untuk sampel pengecekan mikrobiologi).
4) Penanganan sampel: batas kadaluarsa sampel.
5) Identifikasi/labeling sampel dengan benar.
Yang termasuk ke dalam lokasi worst case:
1) Permukaan yang paling banyak kontak produk.
2) Bagian yang terbuat dari bahan yang sulit dibersihkan.
3) Lokasi terjauh dan tersulit dari jangkauan.
Pada proses cleaning dapat terjadi kegagalan yang disebabkan oleh:
1) SOP/prosedur yang tidak handal (langkah, frekuensi, siklus, waktu, parameter
lain).
2) Penggunaan media cuci yang tidak sesuai atau jumlah media kurang.
3) Human factor, yaitu pelaksanaan tidak lengkap/salah langkah.
4) Penanganan objek yang salah pasca pembersihan.
5) Bagian mesin/sistem khusus yang memerlukan SOP khusus.
Universitas Indonesia
3.1.2.4. Kalibrasi
Kalibrasi adalah kegiatan (pada kondisi tertentu) untuk memastikan tingkat
kesamaan nilai yang ditunjukkan oleh alat, sistem ukur yang dipresentasikan dari
pengukuran bahan dan membandingkannya dengan nilai yang sudah diketahui dari
acuan standar (Pedoman CPOB 2006). Alat yang dapat dikalibrasi adalah alat yang
memiliki kriteria:
1) Mempunyai satuan.
2) Kritis untuk: mutu produk, keamanan manusia, operasi mesin.
3) Akurasi tinggi.
4) Disebut dalam dokumentasi (SOP dan catatan).
5) Kesepakatan dengan pemilik.
Universitas Indonesia
QC Manager
Koordinator
Koordinator Koordinator
Laboratorium Kemasan Laboratorium Laboratorium
(stabilitas) (IPC)
Petugas Inspeksi
Gambar 3.5. Struktur Organisasi Bagian Quality Control
Universitas Indonesia
Supplier Konimex
Karantina
No
Inspeksi dan
Pengujian
Labeling &
Recording
OK
Gudang
4. Dari hasil pemeriksaan yang diperoleh apabila barang yang datang tidak
memenuhi spesifikasi maka barang tersebut dikembalikan kepada supplier atau
dimusnahkan (sesuai ketentuan dengan supplier) dan apabila barang yang datang
tersebut memenuhi spesifikasi maka barang tersebut dimasukkan dan disimpan di
gudang untuk selanjutnya dapat digunakan dalam proses produksi.
Tabel 3.4. Metode Sampling Raw Material yang Dilakukan oleh Bagian IMI
Kategori Segera Setelah Kedatangan Raw Satu minggu sebelum proses
Material Produksi
A (Stabil) 𝑁+1 0 *)
B ( Tidak stabil) 1 𝑁′ + 1
C (sangat tidak stabil) 0 𝑁′ + 1
Keterangan:
N = Jumlah container N’ = Jumlah kontainer yang diperlukan untuk proses
*) = Setelah dua tahun harus di tes ulang
Universitas Indonesia
6. Uji Limbah cair (BOD, COD). Adapun sampel yang digunakan untuk pengujian
antara lain: air sumur dalam, purified water, water for injection, limbah cair, raw
material dan produk jadi, lab scale product, serta HVAC.
7. Pengecekan mikroba pada ruangan dengan persyaratan mikroba menggunakan
cawan papan untuk area produksi non steril dan menggunakan Biological Air
Sampler (diletakkan di bawah HEPA filter) pada area produksi steril; pengecekan
partikel di ruangan dengan persyaratan partikel menggunakan alat particle
counter.
8. Pengecekan sanitasi higiene personel dengan menggunakan Rodac plate.
Tabel 3.5. Jenis Dokumen dan Bagian Pengendali Teknis di PT. Konimex
Jenis Dokumen Pengendali
Dokumen Eksternal Bagian yang bersangkutan
Dokumen Internal Document control
Rekaman Elektronik Management Information System
Rekaman Bets Document Control
Surat Keputusan Direksi Sekretaris direktur
Business Process Mapping Document control
Makalah, Buku, CD proyek Document control
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dokumen Kualitas
Dokumen ISO Dokumen Regular
produk
Tanda tangan Management QA manager Kepala divisi
persetujuan Representative pembuat dokumen
dokumen
Contoh dokumen Pedoman audit Pedoman pembuatan Pedoman paket
internal spesifikasi bahan program belajar
baku tingkat dasar
3. Dokumen tingkat 3
Terdiri dari prosedur, instruksi, protokol, standar teknis, spesifikasi, metode,
gambar teknis yang merupakan bagan atau instruksi kerja rinci untuk panduan
menjalankan suatu kegiatan tertentu. Review dokumen dilakukan secara periodik
setiap 5 tahun. Draft dievaluasi oleh atasan pembuat dokumen hingga tingkat kepala
divisi dan semua bagian terkait. Tanda tangan pemeriksa dokumen dilakukan oleh
atasan pembuat dokumen. Tanda tangan pemberi persetujuan dilakukan oleh Kepala
bagian pembuat dokumen. Contoh dari dokumen tingkat 2 yaitu Prosedur Teknis
Pengelolaan Dokumen dan Rekaman.
4. Dokumen tingkat 4
Terdiri dari formulir, rekaman, check list, daftar, data, hasil, rekapitulasi yang
mencatat atau merekam hasil suatu kegiatan atau proses yang dilakukan sebagai bukti
telah dilaksanakannya kegiatan/proses tersebut. Review dokumen dilakukan secara
periodik setiap 5 (lima) tahun.
Untuk otorisasi prosedur dan rekaman bets pengolahan dan pengemasan pada
produksi farmasi, natural product, dan makanan, draft dari dokumen dievaluasi oleh
atasan pembuat dokumen hingga tingkat Kepala Divisi, semua bagian terkait,
Apoteker Penanggung Jawab terkait, dan Quality Assurance Manager. Tanda tangan
pemeriksa dokumen dilakukan oleh RPD Manager terkait dan Plant Manager terkait.
Tanda tangan pemberi Persetujuan dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab
terkait dan Quality Assurance Manager.
Universitas Indonesia
Sirkulasi
persetujuan
Penarikan dan
pemusnahan yang
Dokumen tidak
lama
yang diganti?
ya
Distribusi
dilakukan review secara periodik setiap 3 atau 5 tahun, apabila terjadi perubahan
maka bagian dapat diminta untuk perbaikan.
Universitas Indonesia
dan non rekaman proses disimpan selama 5 tahun.Alur proses pengendalian masa
berlaku dokumen di PT. Konimex dilakukan dengan alur pada Gambar 3.8 berikut:
pengecekan
Beri cross bila tidak
berlaku
Buat revisi bila ada
perubahan isi
Ubah tanggal bila masih Masih berlaku? tidak Penarikan dan
berlaku pemusnahan
ya
Distribusikan yang
baru
Universitas Indonesia
sudah ada, perubahan eksipien, dan lain-lain. Struktur Organisasi bagian RPD PT.
Konimex adalah sebagai berikut:
Penata
Administrasi
survey (harga, besaran bets, struktur kemasan, dan waktu kadaluarsa). Dimulai dari
skala lab kemudian produk dikembangkan menjadi skala produksi setelah produk
diregistrasi untuk mendapatkan izin edar ke BPOM. Setelah itu, produk dipasarkan
dan dikomersialisasi kepada konsumen.Untuk produk yang sudah beredar di pasar,
dilakukan review untuk mengevaluasi apakah perlu dilakukan reformulasi.
Bagian Penelitian Produk dan Pengembangan Proses membawahi dua bagian,
yaitu bagian pengembangan formulasi dan bagian pengembangan kemasan.
3.2.1 Pengembangan Formulasi
Bagian pengembangan formulasi merupakan bagian di PT. Konimex yang
bertanggung jawab dalam membuat ide menjadi produk dalam formulasi produk
baru, melakukan perbaikan formula, dan perbaikan proses untuk perbaikan produk
yang sudah ada. Strategi pengembangan produk yang sudah ada dilakukan dengan
meningkatkan produktivitas dengan cara mengurangi terjadinya susut pada proses
produksi dan menyederhanakan proses produksi.Tahapan pengembangan produk
yang dilakukan di PT. Konimex, antara lain:
a. Tahap preformulasi
1. Studi literatur mengenai zat aktif dan efek farmakologi dari zat aktif. Jangka
waktu mulai dari studi literatur hingga pembuatan produk prototipe biasanya
memakan waktu tiga bulan.
2. Studi formulasi untuk menentukan bahan tambahan yang memiliki
kompatibilitas terhadap zat aktif, murah dan mudah diperoleh, berkualitas
dengan proses yang mudah.
b. Tahap formulasi
1. Tahap A (awal) dilakukan dengan membuat produk prototipe, spesifikasi
sementara, dan uji panel yang meliputi rasa, aroma, dan warna. Tahap A
belum menggunakan alat produksi tetapi menggunakan prototipe alat
produksi.
2. Tahap B (menengah) dilakukan penapisan awal untuk produksi dengan jumlah
yang lebih besar dari tahap A dengan menggunakan prototype mesin produksi.
Jumlah formula paling banyak yang diperkenankan adalah 8 (delapan)
Universitas Indonesia
Uji stabilitas obat dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana obat
masih memenuhi persyaratan kadar, untuk memprediksi dan menentukan masa
kadaluarsa produk. Dalam melakukan uji stabilitas, bagian pengembangan formulasi
mengacu pada prosedur yang ditetapkan pada Asean Guideline on Stability Study of
Drug Product. Uji stabilitas dilakukan dalam dua kondisi, yaitu:
1. 30 oC ± 2 oC/RH ambient atau 75% ± 5%.
2. 40 oC ± 2 oC/RH ambient atau 75% ± 5%.
Jenis pengemas primer akan mempengaruhi kondisi uji stabilitas seperti pada
produk yang mempunyai kemasan primer yang impermeabel (HDPE, Alufoil),
kondisi umum pada saat pengujian adalah 30 oC ± 2 oC/RH ambient dan 40 oC ± 2
o
C/RH ambient. Sedangkan pada produk yang mempunyai kemasan primer yang
permeabel (PVC, LDPE, PP), kondisi umum pada saat pengujian adalah 30 oC ± 2
o
C/RH 75% ± 5% dan 40 oC ± 2 oC/RH 75% ± 5%.
Uji stabilitas terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1. Tahap awal yang dilakukan harian sampai maksimal 3 (tiga) bulan.
2. Tahap menengah dilakukan bulanan sampai maksimal 6 (enam) bulan.
Universitas Indonesia
2. Kertas
Jenis kertas yang sering digunakan yaitu HVS, artpaper, atau paper coated. Biasa
digunakan dalam Etiket, Catch cover, dan kartu kontrol.
3. Folding Karton Box
Bahan baku yang digunakan yaitu karton manila (250 gsm dan 310 gsm) dengan
backside berwarna kuning, ivory (250 gsm, 270 gsm, dan 310 gsm) dengan backside
berwarna putih, duplex (250 gsm, 270 gsm, dan 310 gsm) dengan backside berwarna
abu-abu, chrome coated (250 gsm dan 310 gsm) dengan backside berwarna putih
mengkilat. Folding karton box digunakan untuk show box dan doos.
Universitas Indonesia
SPS
Uji Stabilitas
SP Pengemasan
Registrasi obat dilakukan melalui dua tahap yaitu, pra-registrasi dan registrasi
dan kedua tahap ini diajukan secara tertulis. Sistem registrasi obat harus dilakukan
dengan tatap langsung dan bukan dengan sistem online. Permohonan pra registrasi
obat dilakukan untuk penapisan registrasi obat, penentuan kategori registrasi, jalur
evaluasi, biaya evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi obat.
Penyerahan Dokumen
Pra-Registrasi + Biaya
Evaluasi
Kelengkapan Konsultasi
Dokumen
Hasil Pra-Registrasi
(secara tertulis
Universitas Indonesia
Dokumen pra registrasi diserahkan kepada Badan POM untuk dievaluasi dan
diperiksa kelengkapannya, jika sudah lengkap dan disetujui maka akan diperoleh
surat hasil pra registrasi (HPR) secara tertulis paling lambat 40 hari sejak diterimanya
permohonan. Tujuan praregistrasi adalah untuk menentukan jalur evaluasi dan
kelengkapan dokumen registrasi obat jadi untuk kategori: 1, 2, 3, 4, 5, 6 atau 7. Untuk
registrasi obat dibedakan menjadi tiga macam yaitu registrasi baru (untuk kategori 1,
2, dan 3), registrasi variasi (untuk kategori 4,5, dan 6), dan registrasi ulang (kategori
7) (BPOM, 2011). Penjelasan dari kategori-kategori tersebut, yaitu:
1. Registrasi Obat Baru
Registrasi obat baru adalah registrasi obat yang belum mendapatkan izin edar
di Indonesia. Registrasi obat baru terdiri atas:
a. Kategori 1: registrasi obat baru dan produk biologi, termasuk Produk Biologi
Sejenis (PBS) atau Similiar Biotherapeutic Product (SBP).
b. Kategori 2 : registrasi Obat Copy.
c. Kategori 3 : registrasi sediaan lain yang mengandung obat.
2. Registrasi variasi
Registrasi variasi adalah registrasi perubahan aspek apapun pada obat yang
telah memiliki izin edar di Indonesi, termasuk tetapi tidak terbatas pada perubahan
Universitas Indonesia
formulasi, metode, proses pembuatan, spesifikasi untuk obat dan bahan baku, wadah,
kemasan, dan penandaan. Registrasi Variasi terdiri atas:
a. Kategori 4: Registrasi variasi Major (VaMa) adalah registrasi variasi yang
berpengaruh bermakna terhada aspek khasiat, keamanan, dan atau mutu obat.
b. Kategori 5: Registrasi Variasi Minor yang memerlukan persetujuan (VaMi-B)
adalah registrasi variasi yang tidak termasuk kategori registrasi variasi minor
dengan notifikasi maupun variasi major.
c. Kategori 6: Registrasi Variasi Minor dengan Notifikasi (VaMi-A) adalah registrasi
variasi yang berpengaruh minimal atau tidak berpengaruh sama sekali terhaap
aspek khasiat, keamanan, dan atau mutu obat serta tidak merubah informasi pada
sertifikat izin edar.
3. Registrasi Ulang
Registrasi ulang adalah registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar.
Kategori 7: registrasi ulang
Universitas Indonesia
Pengisian Formulir
Registrasi
Penyerahan
Dokumen - Hasil pra-registrasi
- Bukti pembayaran
Loket Registrasi
BPOM
Pemeriksaan Kelengkapan
Dokumen Registrasi
Tidak lengkap Lengkap
Dokumen diterima
BPOM
Konsultasi
Tambahan data (120 Evaluasi
hari)
Hasil Evaluasi
No Registrasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Kelas 3
Sediaan pemutih dan zat-zat lainnya untuk mencuci; sediaan untuk
membersihkan, mengkilatkan, membuang lemak dan menggosok; sabun-sabun;
wangi-wangian, minyak-minyak sari, kosmetik, losion rambut; bahan-bahan
pemeliharaan gigi.
b. Kelas 5
Sediaan hasil farmasi, ilmu kehewanan dan saniter; bahan-bahan untuk
berpantang makan/diet yang disesuaikan untuk pemakaian medis, makanan bayi;
plester-plester, bahan-bahan pembalut; bahan-bahan untuk menambal gigi, bahan
pembuat gigi palsu; pembasmi kuman; sediaan untuk membasmi binatang perusak,
jamur, tumbuh-tumbuhan.
c. Kelas 32
Bir dan jenis-jenis bir; air mineral dan air soda dan minuman bukan alkohol
lainnya; minuman-minuman dari buah dan perasan buah; sirop-sirop dan sediaan-
sediaan lain untuk membuat minuman.
d. Kelas 30.
Kopi, teh, kakao, gula, beras, topioka, sagu, kopi buatan; tepung dan sediaan-
sediaan terbuat dari gandum; roti, kue-kue dan kembang-kembang gula, es konsumsi;
madu, air gula; ragi, bubuk pengembang roti/kue; garam, moster; cuka, saus-saus
(bumbu-bumbu); rempah-rempah, es, kecap, tauco, trasi, petis, krupuk, emping.
3.2.4 Standarisasi
Fungsi dan tugas pokok Bagian Standarisasi, antara lain:
1. Memeriksa sampel bahan baku dan produk
Sampel bahan baku baru yang dikirim oleh manufacturer atau sampel bahan
baku existing dari manufacturer yang berbeda (multisourcing), produk baru dan
pengembangan produk existing yang dibuat bagian RPD diperiksa oleh bagian
standarisasi dengan tujuan untuk memastikan bahwa bahan baku dan produk sesuai
dengan standard kualitas yang diinginkan.
2. Membuat metode analisa/standar kualitas produk
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penata
Administrasi
Standardization Standardization
Officer (Bahan Officer
Baku) (Produk)
Analist Assistant
Analyst Assistant
Petugas
Analis Laboratorium
Hewan
Petugas Analisa
Laboratorium Analis
Laboran Petugas Analisa
Laboratorium
a. Repeatability
Hasil presisi di bawah perlakuan yang sama, yaitu analis dan alat yang digunakan
sama dan pemeriksaan dilakukan dalam interval waktu yang singkat.
b. Intermediate precision
Presisi dilakukan dengan cara mengulang pemeriksaan dengan menggunakan alat,
hari, kolom, atau kombinasi yang berbeda namun tetap pada laboratorium yang sama.
c. Reproducibility
Reproducibility merupakan presisi yang diperoleh dari hasil pengukuran pada
laboratorium yang berbeda atau juga disebut interlaboratory tests. Presisi ditentukan
dari minimal 9 (sembilan) pengukuran dengan 3 (tiga) larutan yang memiliki
konsentrasi berbeda (masing-masing larutan 3 kali pengukuran), atau minimal 5
(lima) kali dengan konsentrasi sampel 100%. Presisi dinyatakan dalam RSD (Relative
Standard Deviation).
𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎
RSD (%) = x 100%
𝑆𝐷
3. Spesifisitas
Spesifitas adalah kemampuan suatu metode analisis untuk membedakan analit
dengan adanya komponen lain yang mungkin ada, misalnya komponen matriks,
degradan, atau pengotor. Penentuan spesifisitas dilakukan ditentukan dengan
memeriksa plasebo, stress sample, memeriksa stabilitas sampel, dan cek recovery
spike sampel. Konsentrasi yang diperiksa sama dengan yang diperiksa pada akurasi.
Spesifisitas dievaluasi menggunakan recovery dan purity (KCKT).
4. Linearitas dan rentang.
Linearitas adalah kemampuan metode analisis untuk memberikan hasil
pengukuran yang berbanding proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel
dalam rentang yang telah ditetapkan. Linearitas ditentukan dari hasil pengujian
minimal 5 konsentrasi. Rentang adalah interval antara konsentrasi atas dan
konsentrasi bawah yang masih dapat menunjukkan presisi, akurasi, dan linearitas
yang dapat diterima. Derajat linearitas dihitung dengan persamaan y = a + bx.
Universitas Indonesia
Kriteria penerimaan untuk linearitas ialah koefiseian korelasi (r) ≥ 0,999, intersep ≤ 2
%, plot konsentrasi vs area ≤ 5 %.
5. Batas deteksi atau LOD (limit of detection)
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang masih dapat
dideteksi, tanpa perlu secara kuantitatif dengan metode yang sedang divalidasi.
Penentuan LOD dapat dilakukan dengan 3 cara:
a. Visual
LOD dicari dengan membuat serangkaian konsentrasi larutan sampel, lalu dicari
konsentrasi terkecil yang masih dapat terlihat
b. Signal to noise ratio
LOD ditentukan dengan membandingkan resapan larutan standar dengan konsentrasi
terkecil terhadap resapan larutan blanko. S/N ratio yang masih dapat diterima untuk
LOD adalah 2:1 atau 3:1
c. Kurva kalibrasi
LOD dihitung dengan terlebih dahulu membuat kurva kalibrasi hingga didapatkan
persamaan regresi linearnya. LOD dapat dihitung dengan cara:
3𝑆(𝑦 /𝑥)
Batas Deteksi (LOD) = 𝑏
10 𝑆(𝑦 /𝑥)
Batas Kuantitasi (LOQ) = 𝑏
7. Ruggedness/Robustness.
Ruggedness adalah derajat keberulangan hasil pengujian yang diperoleh dari
sampel yang sama dan diuji pada kondisi yang berbeda laboratorium, analis, alat,
suhu ruangan, waktu pengujian, dan lain-lain. Robustness adalah kapasitas dari
Universitas Indonesia
metode analisis untuk tetap tidak terpengaruh oleh variasi kecil yang sengaja
dilakukan pada parameter pemeriksaan atau metode analisisnya. Misalnya, variasi
dilakukan pada pH, suhu kolom, flow rate, dan lain-lain.
8. Uji kesesuaian sistem
Uji kesesuaian sistem dilakukan untuk mengetahui apakah suatu sistem
(HPLC/ GC) yang digunakan memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan berada
dalam kondisi yang prima dan dapat dipercaya, sehingga data analisis yang
dihasilkan cukup handal untuk dipakai dalam menyimpulkan suatu hasil pengujian.
PPIC Manager
PPIC Officer
(modal) yang berhenti,sehingga harus dijaga agar nilai persediaan sekecil mungkin.
Sehingga PPIC bertugas bagaimana mengelola persediaan sebaik mungkin ditinjau
dari kepentingan perusahaan secara keseluruhan.
PPIC dalam penyediaan bahan baku dan bahan pengemas melakukan
perhitungan sehingga tingkat persediaan yang optimum dapat tercapai. Beberapa hal
yang harus diperhatikan untuk mencapai tingkat persediaan yang optimum
diantaranya:
1. Barang-barang apa saja yang harus diadakan persediaan.
2. Kapan pesanan harus dilakukan.
3. Berapa jumlah pesanan yang dibuat.
4. Sistem pengendalian persediaan apa yang dipakai.
Kebutuhan
Permintaan
pembelian
Gambar 3.16. Skema Pembuatan Proyeksi Persediaan Bahan Baku dan Pengemas
Universitas Indonesia
6) Delivery time (waktu yang dibutuhkan dari pemesanan sampai barang sampai di
gudang).
7) Minimum order (jumlah pemesanan paling sedikit yang dapat dipesan).
PPIC Produksi QC
NTB G-P
NTB G-P
Barang Barang
Sisa Barang
PmPB PmPB
NHPB NHPB
Sisa Barang
NTB P-G
NTB P-G
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PPC
Logistik IPC
FP PBL
BT QC
K3 Produksi R&D
GMP GS
MA KPG
DC - MSD Validasi
HRD/HRO
Gambar 3.21. Hubungan Antar Fungsi Bagian Produksi dengan Bagian Lain
Universitas Indonesia
produksi dapat dikontrol. Personel yang menjalankan proses juga tidak dapat
sembarangan karena setiap kali melakukan proses diawali dengan memasukkan
password and user identification. Analisa terhadap kualitas proses dan hasil produksi
juga mudah dilakukan karena semua sudah terekam dalam database yang ada.
Personel yang menjalankan proses juga tidak bisa sembarangan karena setiap kali
menjalankan prosedur tersebut pasti akan diawali dengan memasukkan password atau
user identification dengan level atau batasan kewenangan masing-masing yang sudah
sudah ditetapkan dalam password management.
Manajer Produksi
Penata Administrasi
c. Pencatatan elektronik
Semua tahapan kegiatan, parameter proses, dan output dalam proses produksi
terekam dalam bentuk elektronik secara real-time.
d. Tanda tangan elektronik
Berita acara tertulis yang perlu ditanda tangani oleh penanggung jawab telah
terwakili dengan sistem user management. Jadi setiap orang yang mengakses dan
melakukan sesuatu terhadap sistem, harus mengisi identitas dan memasukkan
password.
e. Audit
Audit yang efektif dipengaruhi oleh suatu sistem yang traceability (setiap
kejadian dapat tertelusur) dan accountability (setiap kegiatan secara kronologis bisa
dipertanggung jawabkan). Sistem SCADA teah mengakomodasi hal ini.
f. Pencatatan nomor rekaman produksi elektronik
Sistem SCADA telah mengakomodasi rekaman proses produksi secara elektronik
dalam bentuk softcopy yang setiap saat bisa dicetak untuk bukti tertulis.
Bila terdapat logam, muncul metal alarm, dan aliran bahan baku dari lantai lima
berhenti. Klep/valve pada saluran tersebut menutup secara otomatis. Hasil pre
dispensing ditampung pada bin di lantai empat.
2. Lantai empat
Lantai empat merupakan dispensing area dan pada lantai tersebut hasil
penimbangan otomatis sesuai formula disatukan dalam sebuah target bin yang
diletakkan di atas moving scale. Dispensing bin berjalan sepanjang moving scale
untuk mengambil bahan baku dari lantai lima secara gravitasi. Beberapa bahan baku
untuk satu batch akan langsung ditampung dalam satu IBC. Pendosisan diatur dengan
screw feeder dan penimbangan dilakukan secara otomatis sesuai formula. Setelah
semua komponen bahan baku masuk dalam dispensing bin, maka campuran serbuk
dialirkan menuju granulator di lantai tiga.
3. Lantai tiga
Metode granulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet paramex adalah
granulasi basah, sehingga perlu dilakukan pembuatan secara terpisah terlebih dahulu
terhadap larutan pengikat. Campuran serbuk yang ada di lantai empat mengalir turun
ke lantai tiga menuju granulator. Larutan pengikat yang telah disiapkan dimasukkan
ke dalam granulator jenis high shear granulation mixer. Mixer ini terdiri tiga bagian
utama yaitu bowl sebagai tempat serbuk, pengaduk (blade mixer/impeller), dan
pemotong massa granul menjadi bentuk pratikel granul (chopper). High shear mixer
dipilihkarena dari segi waktu tentu lebih cepat, jumlah pengikat lebih sedikit,
diperoleh granul yang lebih kompak dan seragam, serta waktu akhir yang dapat lebih
terprediksi. Massa granul basah yang terbentuk diayak dengan mesh tertentu dan
dialirkan menuju bin di lantai dua untuk dikeringkan.
4. Lantai dua
Di lantai ini dilakukan pengeringan granul basah dengan fluid bed dryer
(FBD).Prinsip dari alat ini adalah membuat udara di dalam menjadi vakum sehingga
granul akan naik ke atas, seketika itu juga udara kering dan panas akan masuk dari
bawah untuk melakukan proses pengeringan. Setelah selesai granul kering tersebut
akan dialirkan ke lantai satu.
Universitas Indonesia
5. Lantai satu
Di lantai ini terjadi proses lubrikasi, pencetakan tablet, dan pengemasan.
Setelah melalui proses pengeringan di FBD, granul yang telah kering mengalir ke bin
lantai satu lalu dicampur dengan lubrikan. Pencampuran dengan lubrikan disertai
dengan proses weighing secara otomatis, selanjutnya dilakukan pencampuran dimana
bagian yang berputar adalah bin. Perputaran yang dilakukan secara asimetris untuk
menghindari adanya dead leg. Setelah campuran granul dan lubrikan homogen,
Kemudian produk antara tersebut akan kembali dinaikkan ke lantai atas sebagai WIP
(work in process) sebelum dilakukan proses pencetakan tablet. Produk antara tersebut
dialirkan kembali dari lantai dua menuju ke mesin tabletting di lantai satu. Mesin
yang digunakan untuk pentabletan adalah mesin rotary (180.000 tablet/jam) yang
diatur secara terkomputerisasi. Parameter yang digunakan adalah keseragaman bobot
tablet, ketebalan, kekerasan, dan berat tablet. Ketebalan tablet tergantung volum
pengisian dan bulk density. Pada mesin pencetak tablet juga dilengkapi dengan metal
detector untuk memastikan tablet bebas dari logam. Tablet akan dikemas primer
dengan strip dimana masing-masing kemasan terdiri dari empat tablet. Kemudian
dikemas sekunder dengan pemberian catch cover disertai dengan penulisan tanggal
kadaluarsa.
Sistem khusus yang digunakan dalam proses produksi Paramex ini disebut
sebagai sistem SCADA. Sistem tersebut bisa mengetahui ontime record maupun
history record dari proses yang dilakukan.
Universitas Indonesia
Manajer Produksi
Penata Administrasi
kompresibilitas dan sifat alir yang baik, serta sensitif terhadap panas dan air. Dalam
metode cetak langsung, waktu proses yang diperlukan lebih cepat, serta tenaga kerja
dan peralatan kerja yang lebih sedikit. Metode granulasi digunakan untuk bahan yang
memiliki kompresibilitas dan sifat alir yang buruk, namun stabil terhadap panas dan
tidak terurai oleh air. Perbandingan antara metode cetak langsung dan granulasi
dijelaskan dalam Tabel 3.12 berikut:
Gudang Bahan
Baku
sieving/milling sieving/milling
Penimbangan
Lubrikasi
Pencetakan
Pengemasan Primer
Universitas Indonesia
sieving/milling sieving/milling
Penimbangan
Lubrikasi
Slugging
Sizing/Grinding
Pencetakan tablet
Pengemasan primer
sieving/milling sieving/milling
Penimbangan
Granulasi Penyiapan
pengikat
Sieving
Lubrikasi
Pengeringan
Pencetakan tablet
Pengemasan primer
3. Pencetakan tablet
Proses kompresi dapat dilakukan dengan menggunakan rotary tablet press.
Mesin ini terdiri dari upper dan lower punch, dies, cam (rel yang digunakan punch
sebagai jalur), feeder, scraper and tail over die (digunakan untuk meratakan
permukaan dies yang diisi dengan granul), weight control, precompression roll
(untuk mengurangi jumlah udara karena udara dapat menyebabkan terjadinya
capping), main compression roll, dan ejection cam.
Universitas Indonesia
udara akan mengalir dari ruang produksi ke koridor sehingga udara ruang produksi
tidak tercemar udara dari koridor.
Manajer Produksi
Penata Administrasi
PenataAdministrasi
Operator Operator
PetugasAngkat&Kebersihan PetugasAngkat&Kebersihan
PenataAdministrasi PenataAdministrasi
PetugasProduksi PetugasVerpak
PetugasTimbang
Bahan alam yang digunakan sebagai bahan baku produk merupakan bahan
segar yang didatangkan dari supplier maupun didapatkan dari kebun PT. Konimex.
Bahan alam yang didatangkan dari supplier terdiri dari bahan mentah maupun bahan
olahan (misalnya sudah dalam bentuk ekstrak). Berikut merupakan alur produksi
yang dilakukan bagian produksi Natpro, yaitu:
3.4.4.1. Pembuatan Konicare Minyak
Bahan baku yang telah dicek oleh bagian QC dapat digunakan untuk proses
produksi. Bahan baku diayak dengan ayakan mesh tertentu kemudian semua bahan
ditimbang sesuai formula. Kemudian bahan-bahan dimasukkan kedalam container
Fluid Bed Dryer, dispray dengan larutan slim sampai terbentuk granul, dan diayak
dengan mesh 12. Granul dikeringkan sampai kadar air sesuai dengan persyaratan.
Granul dikemas dengan sacheting machine dan dicek oleh bagian QC. Kemudian
diberi kemasan sekunder (dimasukkan dus kecil dan karton box) kemudian diperiksa
kembali oleh bagian QC.
Universitas Indonesia
Produksi *
Pengeringan
Penimbangan
Pengemasan Sekunder
*
Universitas Indonesia
* *
Produksi Pengayakan
Penimbangan
Gula Halus
Mixing Slim
Sari Noni
Granulasi
Sari jahe, kunyit asem, sari
temulawak, chrysantheum, beras
Pengeringan kencur
Roll alufoil
Pengemasan Primer
Dos kecil, karton box
Pengemasan Sekunder
*
Universitas Indonesia
* *
Produksi Pengayakan
Penimbangan
Pencampuran
Kapsulasi
Botol dan tutup bersih,
alufoil
Pengemasan Primer
stiker label, shrink, show
box, karton box
* Pengemasan Sekunder
Universitas Indonesia
* *
Produksi Pengayakan
Penimbangan
Granulasi
Pengeringan
Lubrikasi
Pencetakan
Roll alufoil
Pengemasan Primer
catch cover, Dos kecil, karton box
Pengemasan Sekunder
*
*) cek QC
Logistik Gudang Barang Jadi
Universitas Indonesia
* *
Produksi Pengayakan
Penimbangan
Pencampuran
Pencetakan
roll alufoil
Pengemasan Primer
catch cover, show box, karton box
Pengemasan Sekunder
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
hal yang perlu diperiksa adalah viskositas, kekerasan tablet, kerapuhan, waktu
hancur, dan mikrobiologi. Pada final Inspection, hal yang diperiksa meliputi isi dos,
isikarton, nomor bets, dan expired date. Semua tindakan ini dilakukan dalam rangka
penjaminan mutu produk.
Universitas Indonesia
Logistik Manager
Logistik Controller
Penata adm Penata adm Penata adm Penata adm Penata adm Penata adm
Pet. Angkt Pet. Angkt Pet. Angkt Pet. Angkt Pet. Angkt Pet. Angkt
Logistik memiliki fungsi dalam melakukan perpindahan barang dari satu titik
(pabrik) ke titik lain (distributor) secara tepat waktu dan dengan biaya yang paling
efisien. Selain itu, logistik juga melakukan perhitungan kebutuhan barang jadi dan
mengupayakan tersedianya barang jadi dalam jumlah tepat sesuai dengan kebutuhan.
Permintaan Permintaan
Distributor Logistik Bag. Produksi
Salah satu bagian dari logistik adalah gudang barang jadi. Di dalam gudang
barang jadi, kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Menerima barang jadi dari bagian produksi
2. Melakukan proses pengeluaran barang jadi sesuai dengan permintaan
3. Mengelola barang jadi yang ada di gudang (dengan menggunakan prinsip First In
First Out dan First Expired First Out).
4. Pencatatan dan pelaporan
Universitas Indonesia
QC PPIC
Distributor
Pemeriksaan barang - pengiriman barang
- pengembalian barang
Gambar 3.35. Kerjasama Antar Bagian dengan Logistik
Universitas Indonesia
Technical Service
Manager
PA
Teknisi
Petugas Petugas
Petugas
Teknik Petugas Teknik
Teknik Petugas
Teknik
Teknik
Kondisi Optimum
Kondisi Alat/Mesin
Perawatan
Universitas Indonesia
Pihak
Pihak yang mendesain danmerawat
yangmenggunakanme
mesin, melakukan perbaikan desain
sin membuat catatan
sehingga tidak breakdown
breakdown dan
improvement mesin sehinggamudah
proposal
dirawat
improvement
d. Productive Maintenance
Sasaran Productive Maintenance adalah profitable preventive maintenance,
hal ini mensyaratkan kita untuk tidak hanya mencegah breakdown dan defect tapi
juga bekerja dengan efisien dan ekonomis. Untuk mencapai sasaran tersebut di atas
kita perlu melakukan empat perawatan dengan baik dan tuntas. Empat perawatan
yaitu preventive maintenance, breakdown maintenance, corrective maintenance,
maintenance prevention. Tiga jenis perawatan telah dijelaskan di bagian atas, lalu
yang dimaksud maintenance preventation adalah tindakan preventif yang dilakukan
dalam tahap desain mesin, dengan harapan saat mesin nanti terealisasi dapat
meminimalkan tindakan maintenance serta kinerjanya selalu baik.
PT. Konimex telah menerapkan konsep Total Productive Maintenance (TPM)
ini dalam melakukan tindakan maintenance. TPM dikenal juga dengan istilah
Manajemen Kehandalan dan Perawatan Mesin Produksi. Definisi dari TPM terdiri
dari 5 pokok, yaitu:
1. Bermaksud mendapatkan manfaat yang paling efektif dari peralatan.
2. Membangun sistem PM yang menyeluruh.
3. Mengikutsertakan semua orang yang berkaitan dengan peralatan dan mesin.
4. Mempersyaratkan dukungan dan kerjasama setiap orang mulai dari manajer ke
bawah.
5. Mempromosikan dan menerapkan Kegiatan PM dengan dasar Kegiatan Kelompok
kecil yang mandiri.
Tiga arti Total dalam TPM adalah:
1. Total efektifitas, mengejar efisiensi ekonomis atau keuntungan.
2. Total Sistem Perawatan, maintenance prevention (MP) dan aktivitas untuk
meningkatkan kemampuan pelihara (MI) dan preventive maintenance (PM).
3. Total Partisipasi, pemeliharaan mandiri (autonomous maintenance) oleh operator
dan aktivitas kelompok kecil di setiap departemen dan tingkat organisasi.
Sasaran dilakukannya TPM adalah ZERO ABCD, yaitu:
1. Zero Accidents
Bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja.
Universitas Indonesia
2. Zero Breakdowns
Bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kerusakan pada alat.
3. Zero Crisis
Bertujuan untuk meminimalkan terjadinya tahapan krisis pada alat.
4. Zero Defects
Bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kerusakan pada produk.
Indikator keberhasilan pelaksanakan TPM dilakukan dengan mengevaluasi
output produksi berupa PQCDSMF yaitu:
a. Production (produksi)
Produktivitas pekerja naik.
Produktivitas peralatan naik.
Pengurangan jumlah pekerja.
b. Quality (kualitas)
Process defect rate turun.
Jumlah keluhan turun.
Scrap berkurang.
Reprocessing cost turun.
Biaya penanggulangan cacat berkurang.
c. Cost (biaya)
Jam pemeliharaan berkurang.
Biaya pemeliharaan berkurang.
Konsumsi perunit berkurang.
Energy saving.
d. Delivery (Penyerahan)
Keterlambatan delivery berkurang.
Inventory produk berkurang.
Inventory turnover rate naik.
Inventory spare part turun.
Universitas Indonesia
e. Safety (Keselamatan)
Shutdown accidents berkurang.
Jumlah kecelakaan lainnya berkurang.
Pollution accidents tidak ada.
Kepedulian pada lingkungan meningkat.
f. Motivasi
Jumlah saran peningkatan naik.
Frekuensi aktivitas kelompok kecil naik.
Jumlah one-point lesson sheet bertambah.
Jumlah deteksi ketidaknormalan naik.
g. Flexibility
Semua kegiatan yang diarahkan untuk melakukan improvementpada kinerja
dan kapabilitas mesin dan tidak terbatas pada merawat kondisi dasar mesin saja. Pada
umumnya diarahkan untuk mencegah berulangnya masalah yang sama dalam
kaitannya dengan kinerja mesin difokuskan untuk mengeliminasi 16 major losses,
terutama yangterkait dengan mesin. Dengan kata lain, ditujukan untuk meningkatkan
Overall Equipment Effectiveness (OEE). Losses harus dapat dieliminasi karena dapat
menggerogoti profit sementara pelanggan tidak mau membayar losses maka
kepekaan merupakan langkah awal dalam memerangi losses karena dengan
membiarkan adanya losses merupakan cerminan sikap kurangnya rasa memiliki.
Alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas TPM yang
dijalankan adalah OEE (Overall Equipment Effectiveness). Dengan OEE dapat
diketahui kinerja mesin kita berdasarkan waktu pemakaian. OEE dinyatakan dalam
persentase. OEE dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu availability, performance
efficiency, dan rate of quality product. Contoh perhitungan OEE serta losses yang
mempengaruhi dapat diamati dari contoh pada gambar di atas. Bila hasil akhir
diperoleh OEE = 80%, maka loses total yang dialami sebesar 20%.
Universitas Indonesia
OVERALL EQUIPMENT
OVERALL EFFECTIVENESS
EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)
Val
Quality Rate =
uab Defect in 𝐺𝑜𝑜𝑑 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡
le × 100%
Process 𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡
Op
era
LT=
tin Loading Time
g Down Time
DT=
Ti Theoretical Cycle
TCT=
me
Time
Gambar 3.39.Overall Equipment Effectivenes
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Air yang digunakan untuk plant farmasi berasal dari dua sumur air tanah
dengan kedalaman ±120 m, dari air tanah ini kemudian dipompa dan dialirkan ke
water tower yang tingginya sekitar 24 m. Ketinggian itu dipilih agar pada titik kaki
tower diperoleh tekanan sebesar 2,4 bar, sehingga tidak diperlukan adanya pompa
untuk mendistribusikannya. Dari water tower air dialirkan ke pressure tank agar air
memiliki stabilitas tekanan yang cukup untuk mampu melewati unit treatment
selanjutnya. Air dialirkan melewati setiap unit sistem pengolahan air untuk
mendapatkan purified water sebelum digunakan untuk proses produksi. Di PT.
Konimex, sistem pengolahan air untuk memperoleh purified water melewati
beberapa tahap, yaitu:
a. Multi Media Filter (MMF)
Multi media filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan, dan
partikel-partikel yang terdapat pada raw water. Multi Media Filter merupakan filter
pertama yang terdiri dari beberapa lapis media (antrasit, pasir, granit, kerikil)
digunakan untuk menyaring suspended solid yang berukuran ≥10 μm, zat kapur,
partikel halus/koloid dan untuk menghilangkan kekeruhan. Pretreatment dari multi
media filter ini menggunakan turbiditas. Banyaknya suspended solid yang telah
terfilter akan menyebabkan filter menjadi kotor. Pembersihan filter dilakukan dengan
cara backwash dan dilakukan tiap dua hari sekali. Metode backwash dilakukan untuk
memperlama umur filter.
Universitas Indonesia
b. Carbon Filter
Carbon Filter berfungsi untuk mengadsorpsi dissolved organic dan
mengeliminasi chlorine. Carbon filter sangat penting dilakukan karena adanya residu
chlorine dapat merusak membran Reverse Osmosis yang terbuat dari TFC (Thin Film
Composite) dan juga dapat mengoksidasi ion-exchange resin yang ada dalam tahap
penghilangan kesadahan air (softener). Selain itu, tahap ini juga akan dapat
menghilangkan bau dan rasa dari air dengan mengadsorpsi bahan-bahan organik
terlarut.
Universitas Indonesia
c. Softener
Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan sifat kesadahan airdengan cara
mengikat ion-ion positif seperti Ca2+ (ion kalsium) dan Mg2+ (ion magnesium)
dengan resin negatif. Semua kation-kation tersebut akan ditukar dengan Na+ pada
tahap ini. Pada prinsipnya resin suka dengan ion yang bersifat lebih positif, sehingga
pada tahap ini akan dihasilkan air dengan kandungan Na+ yang besar (air kaya Na).
Universitas Indonesia
Setelah digunakan selama beberapa waktu maka filter akan jenuh dengan ion
kalsium dan magnesium sehingga filter perlu diregenerasi untuk mengembalikkan
fungsinya seperti semula. Proses regenerasi yang dilakukan dengan menambahkan
larutan garam natrium dalam jumlah banyak dengan menggunakan brine tank
Universitas Indonesia
sehingga resin mengikat natrium kembali dan ion kalsium dan magnesium dilepas ke
jalur reject.
d. Filter 5 µm
Untuk menyaring partikel yang berukuran ≥5 mikron. Menghilangkan
partikel-partikel zat organik/inorganik serta mikroorganisme yang ukurannya di atas
5 µm agar air baku yang akan melalui Reverse Osmosis sudah cukup bersih dari
pengotoran mekanik dan pengotor mikro.
Gambar 3.44.Filter 5 μm
e. Reverse Osmosis
Reverse Osmosis (RO) adalah suatu teknik pembuatan air murni yang dapat
mengurangi 99% mikroorganisme, partikel dan pirogen serta senyawa organik
dengan bobot molekul lebih dari 300. Proses yang terjadi merupakan tahap filtrasi
terbaik dari teknologi membran (hingga 0,0001 mikron).
Di PT. Konimex reverse osmosis double stage digunakan agar pemurnian air
berjalan lebih efektif dan efisien. Pada proses reverse osmosis air dipompa dengan
tekanan tinggi 150-200 psi melalui membran semipermeabel dengan menggunakan
pompa bertekanan tinggi sehingga dihasilkan permeate water yang selanjutnya akan
masuk ke dalam Electro DeIonisation (EDI). Proses yang terjadi merupakan
penyaringan molekuler dimana hanya air murni saja yang bisa melewati membran.
Sementara kontaminan akan ditolak dan dibuang ke saluran limbah. Kontaminan
yang direject oleh membran diantaranya garam terlarut senyawa bermolekul besar
>150-250 Dalton. Air yang tersisa atau dibuang disebut reject water. Membran
semipermeabel yang digunakan terbuat dari bahan TFC. Dipilihnya bahan ini karena
kemampuan rejection bahan ini yang mendekati 100%. Namun bahan ini memiliki
kelemahan yaitu tidak tahan terhadap klorin, sehingga keberadaan klorin perlu
dihilangkan sejak awal.
Universitas Indonesia
kenyamanan kerja dan untuk keperluan khusus seperti proses produksi dan
penyimpanan bahan. Pengkondisian udara yang tidak baik dapat berdampak pada
kualitas produk jadi misalnya produk menjadi terkontaminasi dengan adanya
kontaminasi silang sehingga sistem pengkondisian udara sangat dibutuhkan pada
industri farmasi.
Kondisi lingkungan yang kritis terhadap kualitas produk adalah cahaya, suhu,
kelembapan relatif, kontaminasi mikroba dan kontaminasi partikel dan semua itu
diatur dengan sistem tata udara. Pengkondisian dari sistem tata udara di PT.
Konimex, antara lain temperatur (cooling/heating), kelembaban udara (humidifier/
dehumidifier), kebersihan (filter, HEPA filter), aliran udara,dan tekanan udara (fan,
damper, diffuser).
Beberapa regulasi telah menyatakan persyaratan mengenai sistem Heating
Ventilating and Air Conditioning (HVAC) terkait dengan kelas kebersihan ruang
untuk proses produksi. Regulasi yang digunakan adalah GMP, Federal Standar 209E,
ISO, komparasi standar, pedoman CPOB. Misal Federal Standar 209 E mensyaratkan
kelas kebersihan yang berbeda berdasarkan kegiatan (ruang dipersiapkan untuk
proses produksi, ruang saat operasional mesin tidak berjalan, dan ruang saat proses
operasional sedang berlangsung).
Pengkondisian ruang akan menghasilkan beberapa kelas kebersihan. Berikut
adalah contoh kelas ruang kebersihan dan persyaratannya:
a. Kelas III – 100.000
Pre filter sebelum AHU (eff 20%)
Medium filter sebelum AHU (eff 95%)
HEPA filter sebelum ruangan (eff 99%)
Luas HEPA 5-10% dari luas ruangan
Air change 25 kali per jam
Pressure gradient >15 pa
b. Kelas II – 10.000
Pre filter sebelum AHU (eff 20%)
Medium filter sebelum AHU (eff 95%)
Universitas Indonesia
diperoleh dengan memasang HEPA filter seluas 5-10% luas ruangan, untuk ruangan
kelas 10.000 diperoleh dengan memasang HEPA seluas 10-15% luas ruangan, serta
untuk memperoleh ruangan dengan kelas 100 dilakukan pemasangan HEPA dengan
luas sebesar luas ruangan (Full HEPA).
d. Aliran udara dan tekanan udara (Fan, Damper, Diffuser)
Pengaturan tekanan udara dilakukan dengan mengatur jumlah udara yang
keluar masuk ruangan, dimana jumlah udara yang masuk lebih besar dari yang keluar
dari ruangan dengan menambahkan fresh air dari luar. Pengaturan volume tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan damper. Misal untuk kelas steril/kelas 100
arah aliran udara yang disirkulasikan dalam ruangan adalah laminair, bukan turbulen.
Hal ini disebabkan karena dengan aliran udara yang laminair akan dapat
mengeliminasi kemungkinan terjadinya akumulasi debu pada salah satu sudut
ruangan.
Aliran laminair dapat diperoleh dengan menjaga kecepatan alirnya (>0,3 m/s).
Kecepatan aliran ini juga akan berpengaruh terhadap banyaknya sirkulasi dalam
ruangan tersebut. Umumnya, untuk ruangan yang bersih (clean room) jumlah
sirkulasi yang dipersyaratkan adalah >20 kali. Banyaknya sirkulasi ini akan
mempengaruhi banyaknya partikel dalam suatu ruangan. Misalnya, untuk
memperoleh ruangan dengan kelas 10.000, dilakukan sirkulasi sebanyak 40 kali atau
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada aplikasi yang kontak dengan produk persyaratan udara menurut ISO
85375-1 adalah 1.2.1 dimana angka pertama menunjukkan kelas jumlah partikel
padat per m3, angka kedua menunjukkan kelas Pressure Dewpoint dan angka ketiga
menunjukkan kelas oli yang terkandung dalam udara. Tabel tentang penjelasan kelas
tersebut dapat di lihat dibawah ini:
Skema sistem udara bertekanan di PT. Konimex dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Universitas Indonesia
Udara masuk melalui kompresor dan bercampur dengan oli yang kemudian
akan ditampung dalam press tank. Udara yang masuk tersebut kemudian akan melalui
refrigerant dryer dimana udara panas tersebut akan di dinginkan seperti prinsip yang
ada pada AC. Setelah dingin maka udara akan melewati oil separator untuk
memisahkan oli dari udara. Kemudian jalur udara dibagi menjadi dua yaitu udara
untuk keperluan produksi atau untuk keperluan non produksi. Udara untuk keperluan
non produksi langsung melewati particle separator yang kemudian dapat langsung
digunakan. Udara untuk keperluan produksi akan melewati dessicant dryer untuk
menghilangkan uap air dan bau sebelum melewati particle separator. Dessicant dryer
terdiri dari dua tangki dimana tangki pertama akan mengambil uap air yang kemudian
akan menjadi jenuh. Ketika tangki pertama jenuh maka akan digantikan fungsinya
oleh tangki kedua dan tangki pertama akan mengeluarkan uap air yang ada hingga
kembali menjadi tak jenuh dan siap dipakai ketika tangki kedua telah jenuh.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Koordinator
PLHER-QA
Internal Sekretaris
AuditEHS DC
Auditor
Universitas Indonesia
Pemusnahan
bahan baku,
obat Sisa abu
pembakaran
waste TUNGKU
kemasan
TPS B-3
kertas, karton,
plastik
botol, drum,
kaleng, roll Dijual Pembuangan
alufoil Umum
Limbah padat berupa sisa kemasan, kertas dan lainnya dibakar dengan cara
konvensional, yaitu dibakar dalam suatu tungku api yang terbuat dari bata tahan api
Universitas Indonesia
dan dilengkapi dengan cerobong asap setinggi 24 meter. Sisa abu yang hasil
pembakaran dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sedangkan sisa botol,
kaleng dan lain-lain yang masih dapat berguna dijual ke pihak lain. Sebelum dijual,
limbah harus dipastikan tidak terdapat identitas PT.Konimex untuk menghindari
salah penggunaan oleh pihak lain.
Limbah padat berupa debu dari ruang produksi dikumpulkan dengan sistem
siklon (cyclone system), dimana udara disedot dan diputar sehingga partikel debu
akan terpisah dan berada pada bagian bawah alat. Debu turun dan ditampung dalam
dust collector sehingga udara yang telah bersih dapat langsung dikeluarkan ke
lingkungan. Pada alat ini terdapat penyaring atau filter yang menahan debu atau
partikel dengan ukura penyaring tertentu sehingga udara yang dikeluarkan benar-
benar terbebas dari partikel padatan yang dikhawatirkan mengandung obat. Padatan
debu yang telah terpisah, baik debu dari ruang produksi dan mesin, sisa bahan baku,
dan obat yang kadaluarsa atau rusak dimusnahkan dengan menggunakan multi stage
burner. Hal tersebut karena limbah-limbah tersebut tergolong ke dalam B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Pembakaran dengan multi stage burner dilakukan secara
bertingkat agar lebih efektif dan menghasilkan sisa pembakaran yang tanpa asap
(smokeless) yaitu pembakaran dengan suhu 300°C (tahap pertama) kemudian asap
yang dihasilkan dibakar dengan suhu 900-1000°C selama 6 jam sehingga tidak ada
asap yang dihasilkan dari proses pembakaran tersebut (tahap kedua). Selanjutnya abu
sisa pembakaran B3 tersebut dikumpulkan dan disimpan sementara di TPS (maksimal
90 hari) untuk selanjutnya dikelola oleh pihak ketiga yang memiliki sertifikat untuk
mengelola limbah B3. PT. Konimex mengirimkan abu sisa pembakaran B3 ke PPLI
Cileungsi, Bogor. Adapun kapasitas dari multi stage burner ± 120 kg limbah padat,
yang kemudian akan menjadi debu ± 4 kg.
Pembakaran dengan metode multi stage burner hampir tidak menghasilkan
asap atau smoke less burner. Pembakaran dilakukan selama 12 (dua belas) jam yaitu
6 (enam) jam pembakaran dan 6 (enam) jam pendinginan. Untuk meyakinkan bahwa
udara hasil pembakaran multi stage burner memenuhi baku mutu yang persyaratkan,
maka secara berkala dilakukan pemeriksaan udara hasil pembakaran multi stage
Universitas Indonesia
burner bekerja sama dengan BPLI Semarang. Cerobong yang digunakan memiliki
panjang sampai 14 meter, hal ini bertujuan untuk menghindari pencemaran udara
hasil pembakaran ke daerah sekitar.
Ayak Timbang
Debu Sisa Bahan
Air Cucian
Bau
Pencampuran Pembuatan Slim
Debu Obat
Air Cucian
Bau
Pengeringan Debu Obat
Debu Obat Air Cucian
Air Cucian Bau
Bau
Pengayakan
Debu Obat
Air Cucian Gudang Bahan Pengemas
Bau
Penambahan Pelicin
Debu Sisa Obat
Air Cucian
Bau
Roll Alufoil
Pencetakan
Botol
Debu dan Bau
Air Cucian Catch cover
Hasil Cetak Kotor MDS
Penyetripan dan Karton
Pembotolan Kartu Kontrol
Debu dan Bau Kartu Kemasan
Air Cucian
Roll Alufoil/ Botol
Pengemasan
Produk
Gambar 3.52. Limbah yang Dihasilkan dari Tiap Tahapan Produksi Tablet
Universitas Indonesia
cell aerated lagoon dengan tiga stage yang dilengkapi dengan aerator untuk masing-
masing cell. Sebelum masuk ke cell, limbah cair terlebih dahulu dialirkan ke bak
penampung (sumpitch). Namun pada limbah workshop dilakukan penyaringan pasir
atau oli sebelum masuk sumpicth. Hal ini dilakukan untuk penghindari terjadinya
penyumbatan pada sumpicth. Dari bak penampung, seluruh limbah cair dipompa ke
cell yang kemudian dilakukan proses aerasi yang bertujuan untuk meningkatkan
jumlah oksigen sehingga bakteri dapat menguraikan limbah. Proses ini berlangsung
sekitar 21 hari. Pada proses aerasi akan terbentuk lumpur/endapan/sludge. Limbah
yang telah diproses pada bak aerasi kemudian dialirkan ke dalam bak sedimentasi
untuk mengendapkan lumpur yang dihasilkan. Lumpur yang mengendap secara
otomatis dipompa ke bak sludge trap dan air yang telah melewati proses sedimentasi
merupakan air yang telah bersih. Air ini dapat dilepas ke badan air dengan cara
dialirkan ke kolam ikan (fish pond) terlebih dahulu untuk memastikan keamanannya
dan dapat langsung dilepas ke badan air. Di dalam bak sludge trap lumpur dan air
akan dipisahkan lagi, lumpur akan mengendap sedangkan air akan dialirkan kembali
ke sumpitch untuk diproses lagi.
multi cell
Limbah Pabrik sumpitch aerated
lagoon
Universitas Indonesia
Tabel 3.17. Rekap Hasil Analisa Air Limbah PT. Konimex Bagian Farmasi Bulan
Januari-Maret 2012
Baku Mutu Januari Februari Maret
Parameter Kadar maks Kadar Beban Kadar Beban Kadar Beban
(mg/L) (mg/L) (kg/hari) (mg/L) (kg/hari) (mg/L) (kg/hari)
TSS
75 22 0,615 29 0,964 20 0,684
(mg/L)
BOD5
75 22,68 0,634 6,144 0,204 6,912 0,237
(mg/L)
COD
150 39,41 1,102 37,38 1,243 32,82 1,123
(mg/L)
pH 6-9 7,80 - 6,70 - 8,60 -
Fenol
1 0,023 0.0006 < 0,001 < 0,0002 0,020 0,0007
(mg/L)
Universitas Indonesia
Compressor
dinding dan
Chiller, Fan, AC Partial Enclosure tanaman rambat
Generator listrik
Lingkungan sekitar
pabrik
Silencer
Mesin produksi
Partial enclosure
Universitas Indonesia
Plan
Action Do
Check
Gambar 3.55. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Universitas Indonesia
area masing-masing. Oleh karena itu, PT. Konimex membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang bertugas mengkoordinir penanganan
masalah yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja melibatkan berbagai
bagian yang ada di PT. Konimex. P2K3 terletak di luar struktur formal perusahaan
dan terdiri dari perwakilan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Sistem
Manajemen K3, pengawasan, dan melaksanakan perbaikan terus menerus di bidang
K3. Selain P2K3, dalam penanganan K3 di PT. Konimex juga terdapat koordinator
K3, auditor kesehatan dan keselamatan kerja dan lingkungan sebagai auditor internal
K3 dan bagian Operation/ K3 yang menyusun sistem dan program K3. Berikut ini
dapat dilihat struktur organisasi dari P2K3:
Ketua
(director)
General Manager
OPeration
Sekretaris
(Ahli K3)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Setiap orang berhak atas akses yang sama atas sumber daya kesehatan
dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Upaya
kesehatan tersebut tentunya memerlukan pengaturan dan pengawasan dari
pemerintah dalam upaya penyelenggaraan kesehatan yang merata (Presiden
Republik Indonesia, 2009). Pemerintah selaku regulator perlu melakukan
pengawasan terhadap mutu produk obat yang beredar di Indonesia dimulai dari
pembuatan produk obat hingga produk tersebut didistribusikan dan diterima oleh
masyarakat untuk menjamin keamanan, mutu dan khasiat obat. Penjaminan mutu
produk merupakan hal yang penting untuk diperhatikan terutama untuk produk
obat, sehingga industri farmasi selaku produsen obat perlu menerapkan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pedoman CPOB disusun sebagai petunjuk
dan contoh bagi industri farmasi dalam menerapkan cara pembuatan obat yang
baik mulai dari pengadaan bahan baku, bahan pengemas dan produk jadi; proses
pembuatan, serta dokumentasi.
PT. Konimex merupakan perusahaan swasta nasional yang telah berdiri
selama 52 tahun dan ikut berkontribusi dalam mewujudkan kesehatan masyarakat
Indonesia. Komitmen PT.Konimex tersebut dirumuskan dalam tema usaha yaitu
‘Konimex Ikut Menyehatkan Bangsa’. Wujud nyata dari komitmen tersebut
adalah Konimex berperan dalam usaha penyediaan obat-obatan dan makanan
bermutu. Produk yang dihasilkan Konimex mengacu pada falsafah usaha
Konimex 3MU yaitu produk dari Konimex memiliki MUtu tinggi, MUdah
diperoleh, dan MUrah. Mutu produk merupakan prioritas pertama Konimex
karena mutu yang tinggi merupakan jaminan bagi konsumen untuk memperoleh
produk aman, efektif, dan terpercaya.
PT. Konimex selalu menerapkan aspek-aspek yang berhubungan dengan
jaminan mutu suatu produk dengan cara menerapkan CPOB 2006 dan ISO
9001:2008 yang merupakan seri standar Internasional untuk sistem manajemen
mutu. Sstem manajemen mutu yang baik dan kerjasama dari seluruh bagian terkait
merupakan upaya yang dilakukan untuk selalu dapat menjaga mutu produk yang
dibuat. Gambaran penerapan CPOB di PT. Konimex adalah sebagai berikut:
4.1 Manajemen Mutu
Prinsip dalam manajemen mutu di industri farmasi adalah industri farmasi
harus membuat obat sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan
yang tercantum di Dokumen Izin Edar (registrasi), dan dari segi kualitas,
keamanan, dan manfaat tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
penggunanya. Manajemen industri farmasi bertanggung jawab untuk mencapai
tujuan tersebut melalui suatu kebijakan mutu perusahaan yang memerlukan
dukungan dari semua departemen dalam perusahaan tersebut termasuk pemasok
dan distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat
diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan
diterapkan secara benar. Hal inilah yang juga dilakukan oleh PT. Konimex dalam
penerapan sistem manajemen mutu di perusahaannya.
Dalam menjalankan sistem pemastian mutu, PT. Konimex didukung oleh
adanya korelasi yang baik antara bagian manajemen, pemastian mutu (QA), GMP/
CPOB, pengawasan mutu (QC), dan pengkajian mutu produk. Dalam
menjalankan sistem pemastian mutu PT. Konimex didukung dengan tersedianya
personil yang berkompeten, bangunan, sarana serta peralatan yang memadai. PT.
Konimex telah menerapkan sistem manajemen mutu yang baik dan sesuai dengan
CPOB. Hal ini dibuktikan dengan adanya struktur organisasi yang jelas, prosedur
dan proses yang tervalidasi untuk semua kegiatan yang ada, serta sumber daya
yang diperhatikan mutunya melalui penetapan spesifikasi. Dalam manajemen
mutu, selain berpedoman pada CPOB PT. Konimex juga menggunakan standar
dari ISO 9001:2008. Selain itu, PT. Konimex juga memiliki sertifikat CPOB yang
didapatkan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk berbagai
produk. Jadi bisa dikatakan bahwa prinsip manajemen mutu telah
diimplementasikan dengan baik di sini.
4.2 Personalia
Industri farmasi merupakan suatu industri yang harus memiliki personil
yang terkualifikasi, terlatih, dan berpengalaman dalam jumlah yang memadai. Hal
Universitas Indonesia
ini diperlukan agar semua tugas dan tanggung jawab terutama dalam proses
pembuatan obat sesuai dengan CPOB dapat terlaksana dan mutu dari obat dapat
dipertanggungjawabkan. Tiap personil di industri farmasi harus memiliki
deskripsi tugas dan organisasi yang jelas tetapi tidak dibebani tanggung jawab
yang berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat. Tiap pesonel harus
mengerti akan tugasnya, melaksanakan peraturan sesuai dengan CPOB, bertindak
hati-hati dalam bekerja, serta selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Personalia dan pengembangan sumber daya manusia sangatlah penting.
Oleh karena itu, PT. Konimex memiliki divisi Human Resources Organization
(HRO) yang berperan dalam manajemen sumber daya manusia dan
pengembangannya. Manajemen sumber daya manusia yang dilakukan oleh PT.
Konimex dimulai dari perekrutan, pelatihan, beserta semua aspek-aspeknya yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan personalia sesuai dengan persyaratan
CPOB.
Dalam CPOB, dipersyaratkan suatu industri farmasi harus memiliki
struktur organisasi yang jelas dan tiap fungsi memiliki deskripsi tugas yang jelas.
Kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab harus dicantumkan
dalam uraian tugas tertulis sehingga tidak terjadi tumpang tindih tugas dan
wewenang dari masing-masing personil. Hal tersebut dipenuhi oleh PT. Konimex
dengan menyusun struktur organisasi dan tiap bagian memiliki deskripsi tugas
yang jelas. Selain itu, CPOB juga mensyaratkan personil kunci, yaitu Kepala
Bagian Pemastian Mutu (QA), Kepala Bagian Pengawasan Mutu (QC) dan
Kepala Bagian Produksi haruslah dipegang oleh apoteker dan oleh orang yang
Universitas Indonesia
berbeda-beda serta tidak saling bertanggungjawab satu terhadap yang lain. Di PT.
Konimex posisi kunci tersebut sudah dipegang oleh apoteker dengan orang yang
berbeda-beda serta tidak saling bertanggungjawab satu terhadap yang lain dan
masing-masing personil kunci memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas.
Dalam proses penerimaan karyawan, PT. Konimex menerapkan prinsip-
prinsip yang ditentukan dalam standar kualifikasi personalia yang meliputi proses
seleksi awal, pemenuhan kriteria dan pengetahuan serta keterampilan sesuai
dengan yang tercantum dalam deskripsi tugas, memiliki kesehatan fisik dan
mental, dan persyaratan lainnya. Setelah itu, PT. Konimex juga mengadakan
pelatihan-pelatihan, termasuk pelatihan CPOB dan pelatihan-pelatihan lain yang
terkait dengan tugas dan fungsinya pada tiap-tiap bagian. Kegiatan pelatihan tidak
hanya dilakukan oleh internal perusahaan, tetapi juga dari pihak eksternal dimana
hal tersebut dilakukan guna memenuhi CPOB dalam perolehan personil yang
terkualifikasi dan bertanggungjawab. Kesehatan karyawan juga merupakan salah
satu hal dipersyaratkan oleh CPOB selain pengetahuan dan ketrampilan. Oleh
karena itu, PT. Konimex selalu berusaha agar personilnya selalu dalam keadaan
sehat dengan menciptakan suasana yang kondusif dan memberikan menu makan
siang yang memiliki nilai gizi yang cukup. Dimulai dari pemeriksaan kesehatan
pada saat penerimaan karyawan, kemudian kesehatan karyawan terus dijaga
melalui pemeriksaan secara berkala. Pemeriksaan khusus dilakukan untuk
personil yang bekerja di tempat-tempat yang berisiko tinggi, misalnya di tempat
yang bising karena operasi mesin atau di tempat yang memiliki kontak dengan
debu yang tinggi seperti ruang timbang. Pemeriksaan khusus tersebut meliputi
pemeriksaaan audiometri dan spirometri. Di samping itu, penerapan K3 di PT.
Konimex juga berlangsung dengan baik dengan membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang bertugas mengkoordinasikan
penanganan masalah yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja,
sehingga dapat menjamin keselamatan dan kesehatan kerja personil.
konstruksi lantai adalah beton padat yang bersifat menahan debu. Pada ruang
produksi, digunakan beton yang dilapisi epoksi dimana permukaannya tidak
berpori, sedangkan pada ruang pengemasan serta laboratorium menggunakan ubin
keramik yang tahan terhadap bahan kimia dan goresan. Pada pertemuan antara
dinding, langit-langit, dan lantai tidak terdapat sambungan, tidak ada siku, dan
berbentuk lengkung (hospital shape) untuk mengurangi risiko menumpuknya
partikel, mencegah pertumbuhan mikroba, dan memudahkan pembersihan.
Lampu di pasang rata dengan langit-langit dan diberi penutup untuk
mencegah kebocoran udara. Setiap ruangan mendapatkan penerangan yang efektif
sesuai dengan kebutuhan kerja. Berdasarkan tekanan udara, sirkulasi udara, dan
jumlah partikel, ruang produksi di PT. Konimex dibedakan menjadi tiga kelas
yaitu kelas 100.000, kelas 10.000 dan kelas 100. Pembagian ini dilakukan untuk
mencegah kontaminasi antar ruangan.
kontaminasi mikroba, kontaminasi partikel, aliran, dan tekanan udara diatur sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Pengaturan tata udara tersebut
menggunakan sistem AHU (Air Handling Unit) dimana parameter-parameter yang
dibutuhkan untuk setiap ruangan berbeda tergantung dari kelas kebersihan dari
ruangan tersebut. Perbedaaan tersebut terlihat dari jumlah partikel yang diizinkan
dalam suatu ruangan. Untuk mengatur perbedaan jumlah partikel, PT. Konimex
mengkondisikan pertukaran udara dari tiap ruangan per jam dan juga mengatur
filter akhir yang digunakan. Untuk mengatur pertukaran udara, digunakan control
damper yang dapat mengatur jumlah udara yang dapat masuk ke suatu ruangan
sedangkan untuk mengatur ukuran partikel digunakan berbagai macam filter akhir
sesuai dengan kebutuhan.
4.4 Peralatan
Menurut CPOB peralatan untuk membuat obat harus memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mutu obat terjamin sesuai
desain serta seragam dari batch ke batch dan untuk memudahkan pembersihan
serta perawatan dari peralatan tersebut. Peralatan yang berhubungan dengan
proses produksi atau proses pembuatan obat di PT. Konimex menjadi tanggung
jawab bagian produksi, bagian teknik, dan validasi.
Dalam hal pengadaan peralatan harus lebih dahulu mempertimbangkan
kesesuaian spesifikasi dari alat yang diinginkan dengan tujuan penggunaan agar
keberadaan alat tersebut dapat menunjang proses pembuatan obat yang sesuai
dengan CPOB. Spesifikasi material pembentuk peralatan dipertimbangkan dengan
Universitas Indonesia
baik agar memenuhi persyaratan serta aman saat digunakan, misalnya untuk alat
produksi yang kontak langsung dengan produk dipilih alat dengan permukaan
yang inert. Spesifikasi alat yang diinginkan harus tercantum dalam URS (User
Requirements Specification). URS ini pada awalnya dibuat oleh bagian produksi
berupa kalimat yang berisi output yang diinginkan yang kemudian akan
diterjemahkan oleh bagian teknik menjadi suatu URS yang lengkap yang akan
diberikan kepada pemasok alat yang terkait.
Dalam hal instalasi dan lokasi juga perlu diperhatikan beberapa hal, antara
lain kesesuaian ukuran ruang dan besar alat, kekuatan lantai, fasilitas listrik,
mempertimbangkan area yang cukup untuk perawatan atau pembersihan,
ketersediaan utilitas penunjang, alat terpasang dengan instruksi yang jelas, dan
ada jarak yang cukup antar alat. Hal ini telah diterapkan oleh PT. Konimex
melalui penerapan konsep through the wall installation, dimana hanya mesin yang
digunakan langsung untuk proses produksi saja yang ada di area produksi. Bagian
lain seperti mesin/ main motor, panel elektrik, dan utilitas lainnya terpisah dan
masuk ke area teknik.
Dalam hal penandaan peralatan, setiap alat harus memiliki tanda dan
nomor identitas yang jelas. Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah
untuk menunjukkan unit atau peralatan tersebut yang digunakan. Tanda tersebut
juga berlaku pada pipa, penandaan harus jelas menandakan isi dan arah aliran
pipa. Di PT. Konimex hal ini juga telah diterapkan dengan baik, setiap peralatan
sudah memiliki label yang jelas dan tertempel pada alat yang dimaksud.
Dalam hal kebersihan peralatan, prosedur tetap pembersihan harus tersedia
dalam menjaga kebersihan untuk masing-masing peralatan dan dilakukan
pencatatan setiap kegiatan pembersihan dalam log book, serta menempelkan status
kebersihan pada alat. PT. Konimex telah menyediakan prosedur pembersihan
untuk masing-masing alat dan prosedur tersebut telah menjadi prosedur resmi
yang harus dilaksanakan oleh operator dari masing-masing alat. Secara sistem,
cara membersihkan peralatan dapat dilakukan baik secara manual atau
menggunakan sistem CIP (Cleaning in Process). Produksi farmasi 2 dan farmasi 3
masih menggunakan cara dan catatan manual. Produksi farmasi 1 sudah
menggunakan cara elektronik, yaitu sistem akan memberikan peringatan apabila
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.6 Produksi
Proses produksi yang dilakukan di PT.Konimex dilaksanakan dengan
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB. Hal
ini dilakukan untuk menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi).
Proses produksi di PT. Konimex tidak semata-mata menjadi tanggung
jawab bagian produksi, melainkan juga melibatkan bagian PPIC, validasi,
standarisasi, QC, RPD, QA, HRD, dan General Service. Setiap produksi obat
membutuhkan sarana berupa ruang produksi, ruang pengemasan, dan ruang
penyimpanan; material yang memenuhi persyaratan; peralatan yang terkualifikasi
dan terkalibrasi; personil yang terlatih dan terkualifikasi; proses produksi yang
tervalidasi; serta dokumen produksi yang sah dan mampu tertelusur. Pemenuhan
terhadap persyaratan tersebut akan menghasilkan obat yang memenuhi aspek
Universitas Indonesia
melakukan pembersihan terhadap alat dan ruang, validasi mesin secara berkala,
melakukan proses pengoperasian mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, serta
pengawasan terhadap kelas kebersihan.
Untuk memastikan bahwa selama proses produksi dan pengemasan
diawasi dan dikendalikan sehingga produk jadi yang dibuat sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan maka dilakukan IPC. Masing-masing produk
memiliki tahapan IPC yang berbeda disesuaikan dengan bentuk sediaan. Misalnya
pada waktu pencetakan tablet dilakukan pemeriksaan berupa keseragaman bobot,
diameter tablet, waktu hancur. Setelah di kemas primer, produk juga dilakukan
IPC untuk memeriksa kebocoran strip atau blister. Dengan adanya IPC mencegah
sedini mungkin produk diluar spesifikasi. Kegiatan pengawasan selama
berlangsungnya proses pengolahan bertujuan untuk mencegah terlanjur
diproduksinya obat yang tidak memenuhi spesifikasi. Pengawasan selama proses
pengolahan yang dilaksanakan oleh bagian produksi menjamin bahwa mesin dan
peralatan produksi serta proses yang digunakan akan menghasilkan produk yang
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Dengan demikan mutu suatu produk tidak
hanya menjadi tanggung jawab bagian Quality Control tapi juga menjadi
tanggung jawab semua pihak yang berhubungan dengan proses produksi sediaan
tersebut.
Bagian produksi mempunyai fungsi melakukan proses pembuatan obat
berdasarkan Rencana Permintaan Produksi (RPP) dari bagian logistik.
Penempatan ruang produksi antara produk liquid dan solid sudah dipisahkan agar
tidak saling terkontaminasi. PT. Konimex mempunyai dua tempat produksi
produk solid, yaitu satu tempat yang dikhususkan untuk produksi Paramex dan
satu lagi untuk produk solid lainnya. Di PT. Konimex kelas kebersihan ruangan
terbagi dua yaitu untuk produk steril dan non steril. Produk steril seperti tetes
mata steril di produksi di kelas kebersihan A (kelas 100 dengan sistem Laminair
Air Flow). Produk non steril seperti tablet, sirup, krim, dan lain-lain diproduksi di
kelas kebersihan C (kelas 10.000). Pada area produksi juga dilengkapi dengan
sistem air lock (sistem penyangga udara) untuk perpindahan beda kelas
kebersihan. Hal ini bertujuan untuk membatasi pertukaran udara dan menjaga
kestabilan tekanan udara, serta untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
Universitas Indonesia
Dokumentasi yang ada untuk setiap produk sudah lengkap dan sesuai
dengan ketentuan. Setiap proses produksi suatu produk dilaksanakan berdasarkan
SOP produksi sediaan tersebut. Batch record adalah satu paket dokumen yang
diterbitkan untuk pembuatan suatu batch produk. Dokumen tersebut merupakan
riwayat sebuah batch produk yang berisikan komposisi bahan baku dan bahan
kemas yang dipakai, serta tahapan proses yang dilakukan dan penanggungjawab
tiap proses mulai dari proses produksi sampai pengemasan. Dalam hal dokumen
produksi, PT. Konimex juga telah menerapkan ketentuan dalam CPOB. Hal ini
dibuktikan dengan diterbitkannya dokumen-dokumen seperti dokumen produksi
induk, prosedur pengolahan induk, prosedur pengemasan induk, catatan
pengolahan, dan pengemasan batch.
Dalam hal penanganan limbah produksi, setiap industri farmasi hendaklah
memiliki instalasi sendiri yang didukung dengan prosedur pengolahan. PT.
Konimex telah memperhatikan hal ini yang dibuktikan dengan adanya divisi
khusus yang mengolah limbah yaitu bagian general service. PT. Konimex juga
telah memiliki prosedur masing-masing untuk pengolahan limbah, baik limbah B3
maupun limbah non B3 (dalam bentuk padat, cair, maupun gas).
PT. Konimex telah melakukan validasi untuk metode analisis bahan baku
dan validasi proses produksi. Validasi proses produksi dilakukan dengan tujuan
untuk membuktikan dan memastikan bahwa proses produksi dari batch ke batch
senantiasa dilaksanakan dengan konsisten sehingga menghasilkan produk yang
memenuhi ketentuan mutu yang ditetapkan.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa proses produksi di PT.
Konimex telah dilakukan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan dan
memenuhi ketentuan CPOB. Proses produksi dijamin secara konsisten untuk
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan memenuhi ketentuan
izin pembuatan dan izin edar/ registrasi.
komitmen dan keterlibatan semua pihak mulai dari awal pembuatan sampai
distribusi produk jadi serta buangan yang dihasilkan dari proses tersebut tidak
membahayakan lingkungan sekitar.
Terkait dengan hal ini, PT. Konimex merupakan perusahaan yang ketat
sekali dalam melakukan pengawasan mutu obat sejak bahan awal datang hingga
produk jadi dan siap untuk dipasarkan. Sistem pengawasan mutu yang diterapkan
PT.Konimex mencakup seluruh aspek yang disyaratkan dalam CPOB untuk
memastikan tiap produk yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaanya. Tanggung jawab pengawasan mutu berada
pada bidang Quality Control (QC) yang bertanggungjawab langsung kepada
manager Quality Assurance (QA). Walau bagian QC berada di bawah bagian QA,
namun masih bisa disebut berdiri sendiri karena terpisah dengan bidang produksi
sehingga jaminan adanya independensi yang kuat dalam pengawasan obat tetap
terjaga.
Bagian pengawasan mutu PT. Konimex antara lain memiliki wewenang
untuk meluluskan bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi bila
produk tersebut sesuai dengan spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak cocok
dengan spesifikasinya atau bila tidak dibuat sesuai dengan prosedur yang disetujui
dan kondisi yang ditentukan. Bagian pengawasan mutu juga berwenang dalam
melakukan pengambilan contoh atau sampel barang yang akan diuji. Personil
yang bertugas dalam pengambilan sampel telah memperoleh pelatihan awal dan
berkelanjutan secara teratur tentang cara pengambilan sampel yang benar.
Pengendalian mutu bahan baku, bahan pengemas dan produk yang
dihasilkan PT. Konimex dengan metode analisis yang dianjurkan dalam
Farmakope Indonesia, United Stated Pharmacopeia, British Pharmacopeia, dan
kompendia lain yang sesuai dengan fasilitas analisa yang ada dalam laboratorium
QC PT. Konimex. Metode analisis tersebut sebelumnya telah divalidasi oleh
bagian Standardisasi bekerja sama dengan bagian QC. Apabila terjadi perubahan
atau modifikasi pada metode analisis diluar batasan yang telah ditetapkan, maka
diperlukan validasi ulang. Alat-alat analisa pun dikalibrasi secara berkala sesuai
dengan prosedur yang telah baku.
Universitas Indonesia
bagian mikrobiologi dan lingkungan meliputi sampel yang berasal dari deep well
water (air sumur dalam) setiap bulan, purified water (air murni) untuk pengolahan
produksi dilakukan setiap point of use, water for injection (WFI) setiap hari
selama produksi, dan sample waste water (air limbah) setiap minggu. Selain itu
dilakukan juga pengambilan sampel dari HVAC untuk dilakukan pemeriksaan
kelembaban, jumlah partikel, mikroba, dan kapang di ruang produksi.
persyaratan penyimpanan obat yang tertera pada label atau etiket. Contoh
pertinggal disimpan sampai tanggal kadaluarsa obat + 1 tahun, setelah itu
dimusnahkan. Jika produk kembalian tersebut sudah kedaluwarsa, maka akan
dimusnahkan. Prosedur pemusnahan harus dapat mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan dan kemungkinan dimanfaatkan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab.
Secara umum penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali
produk (recall), dan produk kembalian (return) di PT. Konimex telah sesuai
dengan ketentuan yang ada dalam CPOB. Penanganan keluhan ada di bawah
wewenang bagian QA. Jika berkaitan dengan mutu produk dan memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka bagian QA akan dibantu oleh bagian QC. Jika
diperlukan adanya penarikan produk yang telah beredar, maka bagian marketing
akan melakukan penarikan dengan bantuan distributor.
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen mutu
dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang penting dari pemastian mutu.
Dokumen harus jelas untuk memastikan bahwa tiap personil menerima tugas dan
tanggung jawab yang jelas sehingga memperkecil risiko terjadinya kekeliruan.
Industri farmasi dalam memproduksi obat juga harus membuat
dokumentasi melalui catatan, data mentah, laporan analisa hingga laporan
penyelidikan yang berkaitan dengan proses produksi dan aspek pengendalian
mutu terhadap obat dimana dokumen tersebut harus dikaji ulang secara berkala
dan dijaga agar selalu up to date dan senantiasa memenuhi persyaratan dalam
CPOB. Produsen harus dapat menunjukkan bahwa obat dirancang dan dibuat
dengan kualitas yang baik atas dasar dokumen yang jelas, bukan sekedar melalui
komunikasi lisan yang dapat mengakibatkan salah penafsiran dan kekeliruan.
CPOB mengharuskan dokumentasi meliputi spesifikasi (spesifikasi bahan awal,
pengemas, produk ruahan, produk antara dan produk jadi), dokumen produksi
(dokumen produksi induk, prosedur produksi induk yang meliputi prosedur
pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk, catatan produksi batch yang
Universitas Indonesia
meliputi catatan pengolahan batch dan catatan pengemasan batch), prosedur dan
catatan mengenai penerimaan, pengambilan sampel, dan pengujian.
Dalam pengontrolan dokumen, PT. Konimex membentuk suatu bagian
yang disebut Document Control (DC) untuk menangani sistem dokumentasi yang
ada pada tiap bagian sesuai dengan persyaratan CPOB. Melalui sistem komputer
terintegrasi, pendokumentasian di PT. Konimex telah dilakukan secara sistematis
untuk memudahkan pencarian dokumen. PT. Konimex menyadari bahwa aspek
dokumentasi merupakan suatu hal yang penting untuk ketertelusuran suatu proses
produksi maka dibuat pembagian level dokumen dari level satu hingga empat
berdasarkan tingkat kepentingannya dan dilakukan review secara berkala.
Pemegang dokumen juga dibatasi untuk pihak-pihak tertentu yang memang terkait
dengan dokumen tersebut untuk menjamin aspek kerahasiaan dari dokumen.
Untuk dokumen asli, seluruhnya dipegang oleh bagian Document Control, kecuali
beberapa dokumen tertentu milik bagian penelitian produk dan pengembangan
proses yang sifat kerahasiaannya harus benar-benar terjaga mengenai keterangan
khusus suatu produk. Dokumen salinan yang dapat dimiliki oleh pihak terkait
tetap terjaga kerahasiannya karena selalu dicatat, dikontrol dan harus telah
mendapat cap dari bagian Document Control.
perubahan pada metode, alat, fasilitas, maupun proses. Revalidasi juga dilakukan
dalam rentang waktu tertentu yang telah ditentukan oleh perusahaan. Pelaksanaan
validasi dan kualifikasi PT. Konimex membentuk bagian validasi tersendiri yang
bertanggungjawab langsung kepada QA manager. Sedangkan khusus validasi
metode analisis menjadi tanggungjawab bagian standarisasi.
Kegiatan validasi dan kualifikasi yang ada di PT. Konimex telah
dikoordinasikan dengan rapi oleh bagian validasi. Hal ini terlihat dengan adanya
jadwal yang jelas setiap tahunnya terhadap validasi yang akan dilakukan berikut
parameter dan prosedurnya melalui penyusunan RIV/ Rencana Induk Validasi
(Validation Master Plan) dan protokol validasi pada masing-masing line produksi.
Rencana Induk validasi ini mencakup informasi tentang fasilitas, peralatan atau
proses yang akan divalidasi; format dokumen berupa format protokol, laporan
validasi dan jadwal perencanaan pelaksanaan validasi; acuan dokumen yang
digunakan dan struktur organisasi yang melaksanakan kegiatan validasi tersebut.
Kegiatan validasi yang dilakukan oleh PT. Konimex telah mencakup aspek kritis
yang dipersyaratkan CPOB, yakni meliputi kualifikasi bahan baku dan bahan
pengemas, peralatan (penunjang dan pembuatan), dan bangunan serta validasi
proses, pembersihan, metode analisis dan pemeliharaan validasi.
Selain validasi proses PT. Konimex juga melaksanakan validasi terhadap
mesin atau peralatan yang dibiasa dikenal sebagai kualifikasi alat. Kualifikasi alat
di PT. Konimex dilakukan oleh masing-masing bagian atau unit. Kualifikasi yang
dilakukan antara lain kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi
operasional, dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi tersebut memastikan bahwa alat
tersebut telah dipasang dan dapat dioperasikan dengan baik serta telah mencapai
kinerjanya.
PT. Konimex juga melakukan kalibrasi alat ukur agar tidak terjadi
kesalahan pembacaan data yang dapat berakibat signifikan pada mutu produk.
Kalibrasi yang dilakukan di PT. Konimex diupayakan hingga mencapai hasil yang
baik atau baik dengan koreksi namun masih dapat digunakan. Khusus alat-alat
yang sangat mempengaruhi mutu produk, jika setelah dikalibrasi masih terdapat
faktor koreksi yang hampir tidak dapat ditoleransi maka diupayakan adanya
service hingga didapat kondisi yang baik.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
1. Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Konimex telah membantu mahasiswa
dalam memahami tanggung jawab profesi apoteker apoteker sesuai dengan
CPOB dan mengetahui penerapannya di setiap bagian industri farmasi.
2. PT. Konimex telah menerapkan prinsip-prinsip CPOB pada seluruh kegiatan
yang terkait dengan produksi obat.
5.2 Saran
Sebagai perusahaan besar farmasi, PT. Konimex selaku perusahaan lokal
milik bangsa Indonesia harus senantiasa mampu mempertahankan semua kegiatan
yang terkait dengan produksi obat agar selalu berpedoman pada Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB), sehingga tetap dihasilkan produk yang memiliki
keamanan, kualitas dan kemanfaatan yang maksimal bagi masyarakat.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta : Badan POM RI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2009). Suplemen I 2009 Pedoman CPOB
2006. Jakarta : Badan POM RI.
U.S. Department of Health and Human Services Food and Drug Administration.
(2001). Guidance for Industry Q7A Good Manufacturing Practice Guidance
for Active Pharmaceutical Ingredients
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta : Badan POM RI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2009). Suplemen I 2009 Pedoman CPOB
2006. Jakarta : Badan POM RI.
U.S. Department of Health and Human Services Food and Drug Administration.
(2001). Guidance for Industry Q7A Good Manufacturing Practice
Guidance for Active Pharmaceutical Ingredients.
Universitas Indonesia
No. Nomor CPOB Bentuk Sediaan Tanggal Keluar Masa Berlaku s/d
1 3188/CPOB/A/IX/10 Cairan Steril Tetes 8. September 2010 8. September 2015
Telinga Antibiotik
2 3189/CPOB/A/IX/10 Cairan Steril Tetes 8. September 2010 8. September 2015
Mata Non Antibiotik
3 3190/CPOB/A/IX/10 Cairan Steril Tetes 8. September 2010 8. September 2015
mata Antibiotik
4 3191/CPOB/A/IX/10 Cairan Oral Non 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
5 3192/CPOB/A/IX/10 Cairan Oral 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
6 3193/CPOB/A/IX/10 Cairan Obat Luar 8. September 2010 8. September 2015
Non Antibiotik
7 3194/CPOB/A/IX/10 Serbuk Obat Luar 8. September 2010 8. September 2015
Non Antibiotik
8 3195/CPOB/A/IX/10 Serbuk Obat Luar 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
9 3196/CPOB/A/IX/10 Serbuk Oral Non 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
10 3197/CPOB/A/IX/10 Tablet Effervescent 8. September 2010 8. September 2015
Non Antibiotik
11 3198/CPOB/A/IX/10 Tablet Salut Non 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
12 3199/CPOB/A/IX/10 Tablet Salut 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
13 3202/CPOB/A/IX/10 Salep/Krim Non 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
14 3203/CPOB/A/IX/10 Salep/Krim 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
BENTUK
NO. NAMA PRODUK NIE
SEDIAAN
1 Allogon 500 Tablet DKL9213007409B1
2 Anakonidin 30 ml Sirup DTL7613004337A1
3 Anakonidin 60 ml Sirup DTL7613004337A1
BENTUK
NO. NAMA PRODUK NIE
SEDIAAN
32 Konidin Sirup 30 ml Sirup DTL0213020537A2
33 Konidin Sirup 60 ml Sirup DTL0213020537A2
34 Konigen Cream 10 ml Krim DKL9513012429A1
35 Konimag Suspensi 7 ml Suspensi DBL9513009733A1
Konimag Suspensi 7 ml Export
36 Suspensi DBL9513009733A1
Kamboja
37 Konimag Suspensi Export Myanmar Suspensi DBL9513009733A1
BENTUK
NO. NAMA PRODUK NIE
SEDIAAN
64 Siladex Mucolytic Expectorant 30 ml Sirup DTL9913018437A1
65 Termorex 30 ml Sirup DBL7813003537A1
66 Termorex 60 ml Sirup DBL7813003537A1
67 Termorex Drops Sirup DBL9513010436A1
ANGKATAN LXXIV
ANGKATAN LXXIV
i
Laporan praktek..., Eva Kurnia Septiana, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Pengertian Validasi .................................................................... 3
2.2 Perencanaan Validasi .................................................................. 5
2.3 Validasi Proses .......................................................................... 6
2.4 Critical Quality Attribute (CQA) ............................................... 9
2.5 Critical Process Parameter (CPP) ............................................. 10
2.6 Tablet .......................................................................................... 10
2.7 Tablet salut ................................................................................. 13
2.8 Dokumentasi .............................................................................. 14
BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN ......................................................... 15
3.1 Lokasi dan Waktu ...................................................................... 15
3.2 Metode Pengkajian .................................................................... 15
BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................................ 16
4.1 Validasi Proses .......................................................................... 16
4.2 Pembuatan Protokol Validasi Proses Tablet Salut .................... 17
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 32
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 32
5.2 Saran ............................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 33
LAMPIRAN ........................................................................................................ 35
ii Universitas Indonesia
iv Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Memahami prinsip dan proses penyusunan validasi proses yang ada di
PT.Konimex Pharmaceutical Laboratories.
2. Memahami proses penyusunan “protokol validasi proses” produk tablet salut
PT.Konimex Pharmaceutical Laboratories.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan menjaga proses produksi sesuai dengan persyaratan, spesifikasi dan batas
limit (Nash dan Wachter, 2003).
Keterbatasan pada sumber daya dapat menyebabkan setiap produk yang
dihasilkan industri farmasi tidak selalu dapat divalidasi pada satu waktu, sehingga
perlu dibuat prioritas produk yang akan divalidasi terlebih dahulu. Pada produk
non-steril prioritas utama pada tablet dengan dosis kecil/potensi resiko yang besar
dan kapsul/obat yang diberikan melalui rute transdermal. Prioritas selanjutnya
adalah obat yang memiliki masalah pada stabilitas, selanjutnya prioritas pada
sediaan tablet dan kapsul lain serta dilanjutkan dengan larutan oral, topikal dan
alat diagnostik (Nash dan Wachter, 2003). Validasi proses terdiri atas tiga jenis
yaitu validasi prospektif, konkuren dan retrospektif (BPOM RI, 2006;
Priyambodo, 2007). Pada literatur lain dijelaskan tambahan satu jenis validasi
proses yaitu revalidasi (Nash dan Wachter, 2003).
6. Telah dilakukan percobaan pada bets skala produksi dan dapat dibuktikan
tidak ada perubahan yang signifikan dari kinerja yang diharapkan pada proses
produksi.
Universitas Indonesia
keseragaman kandungan, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet, uji keragaman
bobot, waktu disolusi dan uji kadar air (Nash dan Wachter, 2003).
Tahap validasi proses memerlukan pembuatan protokol khusus dan
laporan hasil kajian data untuk mengambil kesimpulan dan memberikan
rekomendasi. Cakupan sumber data untuk validasi retrospektif meliputi (BPOM,
2006):
a. Catatan pengolahan bets
b. Catatan pengemasan bets
c. Rekaman pengawasan proses
d. Buku log perawatan alat
e. Catatan penggantian personil
f. Studi kapabilitas proses
g. Data produk jadi termasuk catatan data tren dan hasil uji stabilitas
Bets yang dipilih untuk validasi retrospektif hendaklah mewakili seluruh
bets yang dibuat selama periode pengamatan dan hendaklah dalam jumlah yang
cukup untuk menunjukkan konsistensi proses (BPOM, 2006). Pada umumnya,
validasi retrospektif memerlukan data dari 10 – 30 bets berurutan yang merupakan
hasil pengujian terhadap parameer kritis pada setiap tahap proses produksi.
Apabila terjadi ketidakkonsistenan hasil dari 10 – 30 bets maka dilakukan validasi
ulang terhadap proses pembuatan produk tersebut (BPOM, 2009).
menjadi acuan dalam pengembangan proses dan produk. CQA dapat dimodifikasi
ketika proses formulasi dan produksi telah terpilih dan pemahaman akan
pengetahuan produk serta proses produksi meningkat. Quality Risk Management
(QRM) dapat digunakan untuk memberi data CQA potensial berdasarkan skala
prioritas yang selanjutnya dapat dilakukan evaluasi berdasarkan skala prioritas
tersebut. Relevansi CQA diidentifikasi melalui proses berbasis QRM yang
dilakukan secara berulang-ulang dan penilaian mengenai besarnya variasi yang
terjadi yang dapat mempengaruhi kualitas dari produk jadi (ICH, 2009).
2.6 Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi (Depkes RI, 1995). Berdasarkan metode pembuatan, dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan
cara menekan masa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam cetakan.
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (Goeswin, 2008).
Komponen umum penyusun tablet yaitu (Ansel, 1989; Gad, 2008) :
a. Zat aktif
Zat aktif adalah komponen utama dalam tablet. Zat aktif merupakan zat
berkhasiat yang digunakan sebagai terapi pada pasien.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.8 Dokumentasi
2.8.1 Protokol Validasi Proses
Protokol validasi tertulis dibuat untuk merinci validasi yang akan
dilakukan. Protokol harus dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu). Informasi yang harus ada dalam protokol validasi antara
lain (WHO, 2006):
a. Tujuan pelaksanaan validasi
b. Lokasi atau tempat dilakukan validasi
c. Pembagian tugas dan tanggung jawab personil
d. Deskripsi Standard Operating Procedure (SOP) yang diikutsertakan dalam
validasi
e. Peralatan yang digunakan, mencakup standar dan kriteria peralatan yang
relevan dengan produk dan proses
f. Tipe atau jenis validasi
g. Proses dan parameter
h. Pengambilan sampel, pengujian, dan pengawasan
i. Kriteria penerimaan untuk penarikan kesimpulan
Universitas Indonesia
15 Universitas Indonesia
16 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.2.4 Tujuan
Tujuan berisi uraian tentang apa yang diharapkan dengan pembuatan
dokumen protokol validasi proses. Tujuan dari tablet salut yang terdapat pada
Lampiran 1 yaitu untuk membuktikan bahwa proses produksi di bagian tablet
mampu menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan internal, pemerintah
dan persyaratan kapabilitas proses yang sudah ditentukan secara konsisten
Universitas Indonesia
4.2.5 Cakupan
Cakupan berisi batasan pemberlakuan dari dokumen validasi proses.
Cakupan terdiri atas ruang lingkup proses produksi tablet salut, jumlah besaran
satu bets skala produksi, fasilitas peralatan dan sarana penunjang yang digunkan,
serta pernyataan bahwa bahan aktif sesuai formula dan tidak dibatasi oleh sumber
bahan tambahan yang digunakan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Parameter kritis pada sistem HVAC yang perlu dikalibrasi adalah kontrol
suhu, air change, dan beda tekanan udara antar ruang. Sedangkan parameter kritis
pada purified water yang perlu dikalibrasi adalah konduktivitas, tekanan,
konduktivitas, dan pH. Waktu kalibrasi sistem penunjang belum terlampaui saat
validasi berlangsung.
4.2.9 Prosedur
4.2.9.1 Proses Pembuatan
Prosedur pembuatan tablet salut dibuat dalam bentuk diagram alur dan
tabel proses pembuatan. Isi dari diagram alur dan tabel dibuat persis sesuai
dengan ketentuan dari BPOM. Proses pembuatan mencakup bahan yang akan
digunakan, tahapan proses yang dilakukan, parameter kritis atau Critical Process
Parameters (CPP) dan atribut kritis terkait kualitas atau Critical Quality
Attributes (CQA) oleh bagian validasi. Validasi proses yang dilakukan akan
menguji tercapainya CQA pada tiap proses. CPP penting untuk dimasukkan dalam
flowchart proses pembuatan karena merupakan input proses yang secara langsung
akan mempengaruhi keberhasilan proses pembuatan terkait CQA produk. Apabila
proses pembuatan tidak memperhatikan CPP, maka produk yang dihasilkan dapat
tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Bahan yang digunakan sesuai
dengan data bahan pada kualifikasi produk. Tahap proses pembuatan mengacu
pada Prosedur Pengolahan (PP) produk tablet salut, sedangkan parameter kritis
mengacu pada Standar Kualitas Produk (SKP) produk tablet salut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Setelah tahap lubrikasi dilakukan uji tapped dan bulk density, uji kadar zat
aktif, uji distribusi ukuran partikel, dan uji kadar fraksi zat aktif. Sampling
dilakukan dengan mengambil sejumlah tertentu produk ruahan sesuai kebutuhan
menggunakan threezone sampler yang dedicated di 12 lokasi dalam bin, yaitu
meliputi bagian atas, tengah dan bawah masing-masing pada lokasi depan (Dp),
kiri (Ki), kanan (Kn) dan belakang (Blk). Uji dilakukan untuk mengevaluasi
keseragaman massa tinggal cetak, meliputi keseragaman proses lubrikasi,
keseragaman kadar zat aktif di setiap fraksi ukuran partikel massa, kualitas dan
reprodusibilitas berat jenis, profil dan keseragaman distribusi ukuran partikel serta
evaluasi indeks kapabilitas (Cpk) proses lubrikasi antar bets. Bagian QC pada
proses direct compressed juga melakukan sampling setelah proses lubrikasi telah
selesai, setelah masa tinggal cetak dan setelah proses pembuatan tablet salut dari
tablet inti.
Setelah proses pencetakan, bagian validasi melakukan sampling pada 10
waktu dengan jumlah penyamplingan masing-masing sesuai kebutuhan. Uji yang
dilakukan meliputi pemerian tablet, bobot tablet, tebal tablet, kekerasan tablet,
kerapuhan tablet, waktu hancur dan kadar zat aktif. Uji dilakukan untuk
mengevaluasi hasil proses pencetakan, meliputi kualitas, keseragaman,
reprodusibilitas tablet hasil cetak intra dan antar bets, serta indeks kapabilitas
(Cpk) proses cetak tablet intra dan antar bets pada data hasil pemeriksaan.
Pada tahap penyalutan, bagian validasi melakukan sampling pada empat
lokasi mesin penyalut tablet, yaitu pada depan kiri (Dki), belakang kiri (Bki),
depan kanan (Dka) dan belakang kanan (Bka), dengan jumlah pengambilan
sampel sesuai dengan kebutuhan. Uji yang dilakukan meliputi pemerian, bobot,
kekerasan, tebal waktu hancur dan kadr zat aktif dari tablet salut. Uji dilakukan
untuk mengevaluasi kualitas, keseragaman dan reprodusibilitas tablet salut hasil
penyalutan intra dan antar bets serta melakukan evaluasi indeks kapabilitas (Cpk)
proses penyalutan tablet intra dan antar bets pada data hasil pemeriksaan.
4.2.9.3 Kriteria Penerimaan
Kriteria penerimaan berisi tabel rangkuman spesifikasi uji dan kriteria
penerimaan yang diperlukan untuk menyatakan proses produksi yang dijalankan
Universitas Indonesia
telah valid dengan acuan dari dokumen Standar Kualitas Produk (SKP) tablet
salut. Tabel berisi kriteria penerimaan, HULS yang dibandingkan dengan sampel
total, serta analisa dan evaluasi. HULS/total menunjukkan persyaratan Hasil Uji di
Luar Spesifikasi (HULS) yang diperbolehkan dari jumlah total sampel yang diuji.
Analisa dan evaluasi berisi berapa jumlah sampel dan jenis alat apa saja yang
digunakan.
Proses pengolahan produk dinyatakan valid bila hasil dari bets validasi
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam SKP, serta terbukti adanya
keseragaman CPP dan CQA, serta tidak terlihat kecenderungan pengelompokkan
dan penyimpangan lain, baik secara intra maupun antar bets.
Universitas Indonesia
4.2.15 Referensi
Referensi terdiri dari dokumen-dokumen yang digunakan untuk menyusun
protokol validasi proses yang meliputi nama dokumen, nomor dokumen dan
tanggal pembuatan dokumen. Dalam pembuatan Protokol Validasi Proses
Pembuatan Sediaan Farmasi dokumen penunjang yang digunakan sebagai
referensi adalah dokumen Formula Bahan Baku, Formula Bahan Kemas, Prosedur
Pengolahan (PP) Produk, Rekaman Batch (RB) Pengolahan, RB Pengemasan dan
Standar Kualitas Produk (SKP).
Universitas Indonesia
4.2.16 Lampiran
Lampiran memuat formulir dan catatan yang akan digunakan oleh tim
validasi untuk mencatat kondisi lingkungan, status kualifikasi dan kalibrasi alat,
penimbangan bahan baku, pengamatan parameter kritis, hasil pemeriksaan uji
sampel dan catatan penyimpangan saat melakukan validasi proses terhadap
produk yang sedang melakukan produksi. Lampiran berisi tabel, gambar dan
bagan untuk memperjelas uraian prosedur. Lampiran diletakkan di bab terakhir,
setelah bab informasi histori dokumen atau bab referensi. Lampiran yang ada pada
protokol validasi yang dibuat antara lain:
a) Formulir Kondisi Lingkungan
Formulir berisi parameter-parameter terkait kondisi ruangan-ruangan yang
digunakan selama proses pembuatan sediaan, yang akan diisi saat validasi proses
dilakukan. Pengisian ini bertujuan untuk memperoleh penjaminan data kondisi
lingkungan, sehingga dapat dibuktikan pengaruh kondisi lingkungan terhadap
proses dan produk. Tersedia tiga kolom untuk tiga batch pada lampiran ini, sesuai
dengan jumlah batch yang diperlukan untuk validasi proses.
b) Formulir Status Kualifikasi dan Kalibrasi Mesin/Alat
Formulir berisi status kualifikasi mesin dan sistem penunjang yang akan
diisikan pada saat validasi proses dilakukan. Kolom yang ada pada lampiran yaitu
kolom obyek kualifikasi, berisi nama dan jenis alat serta sistem penunjang yang
berkaitan dengan proses produksi; kolom kapasitas yang berisi kapasitas kerja alat
dan sistem penunjang; kualifikasi yang berisi nomor dokumen kualifikasi alat dan
sistem penunjang; obyek kalibrasi yang berisi hal apa saja yang akan dilihat dari
mesin atau sistem penunjang sebagai obyek kalibrasi; serta kolom tanggal
kalibrasi terakhir dari alat dan sistem penunjang. Pengisian ini bertujuan untuk
memperoleh penjaminan bahwa mesin dan peralatan dalam masa valid kalibrasi
saat proses validasi proses dilakukan.
c) Formulir Penimbangan Bahan Baku
Formulir berisi data penimbangan bahan baku yang dilakukan pada
produksi bets validasi. Tabel berisi nama bahan baku, jumlah per bets, kode bahan
baku, nomor QC, jumlah aktual penimbangan, tanggal penimbangan dan operator
Universitas Indonesia
timbang. Kode bahan baku, nomor QC, jumlah aktual penimbangan, tanggal
penimbangan dan operator timbang akan diisi saat pelaksanaan validasi proses.
Kode dan nomor QC akan menjamin kebenaran dan kualitas bahan baku yang
digunakan, sedangkan jumlah aktual penimbangan dapat mempengaruhi CQA
produk yang akan divalidasi.
d) Formulir Pengamatan Parameter Kritis
Formulir ini berisi bahan baku, proses yang dilakukan, parameter kritis
proses yang dilakukan serta pengamatan proses dan parameter kritis untuk tiap
batch validasi. Isi formulir ini sesuai dengan tabel proses pembuatan dan
parameter kritis pada bagian prosedur. Selanjutnya, pada blanko akan diisikan
pengamatan proses dan parameter kritis yang ada pada proses produksi sesuai
dengan CPP. Dengan adanya dokumentasi ini diharapkan parameter kritis dapat
terkendali dan terdokumentasi, sehingga bila produk mengalami penyimpangan
CQA, dapat ditelusuri parameter-parameter kritis yang mungkin menyebabkan
penyimpangan tersebut.
e) Formulir Hasil Pemeriksaan Uji Sampel
Formulir ini digunakan untuk pengisian hasil sampling yang telah
direncanakan. Jumlah tabel yang dibuat disesuaikan dengan rencana sampling.
Dengan pengisian formulir ini, dapat terdokumentasi dengan jelas nilai CQA pada
produk yang divalidasi. Formulir ini terdiri dari kolom parameter uji, kriteria
penerimaan, dan hasil pengujian aktual.
f) Catatan Penyimpangan
Formulir catatan penyimpangan berupa tabel berisi jenis penyimpangan,
justifikasi, rekomendasi dan dampak terhadap proses. Formulir ini akan diisi
apabila selama pengujian validasi proses ditemukan adanya penyimpangan-
penyimpangan yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Selain itu diberikan
rekomendasi yang mungkin dilakukan untuk memperbaiki penyimpangan yang
terjadi, supaya tidak terulang di proses produksi selanjutnya.
Berikut akan disertakan perbandingan data antara ruang lingkup protokol
validasi proses PT.Konimex dengan ruang lingkup yang terdapat pada POP CPOB
dan FDA Guidelines 2011. Secara umum, pelaksanaan validasi di PT. Konimex
Universitas Indonesia
khususnya pada pembuatan protokol validasi proses telah sesuai dengan peraturan
di CPOB 2006.
4.1 Tabel perbandingan ruang lingkup protokol validasi proses PT. Konimex
dengan ruang lingkup yang terdapat pada POP CPOB
No. Hal-Hal yang Ya Tidak Keterangan
dibandingkan
1. Identitas dokumen (judul √
dan nomor dokumen)
2. Latar belakang, tujuan, √
ruang lingkup
3. Nama pihak pembuat dan √ PT.Konimex:
pemeriksa protokol Dibuat oleh Validation Officer
validasi proses Diperiksa dan disetujui Validation
Manager
POP: Dibuat oleh tim pelaksana
Validasi (Pengawas produksi,
pengawas laboratorium,
dokumentasi pemastian mutu)
Diperiksa dan disetujui tim
pengkaji validasi (Apoteker
Penanggung jawab produksi,
Kepala Pabrik, Apoteker
Penanggung Jawab Mutu)
4. Formula produk (besaran √
bets produk)
5. Spesifikasi bahan awal √ Tidak dibuat tabel khusus
6. Perlengkapan dan √
peralatan yang digunakan
7. Kondisi ruangan yang √
digunakan saat proses
pembuatan
8. Bagan alur proses √ Terdapat parameter pada tiap alur
proses
9. Tabel proses pembuatan √
dan parameter kritis
10. Pola pengambilan sampel √
11. Parameter kritis dan jenis √
pemeriksaan
12. Dokumentasi √ PT.Konimex: Dokumentasi tidak
dibuat dalam tabel khusus di
protokol tetapi terdapat formulir
rekaman di bagian lampiran
Dokumentasi SOP pengoperasian
dan hasil validasi pembersihan
mesin tidak dimasukkan
POP: Semua SOP yang terkait
dengan validasi dimasukkan
termasuk nomor dokumen dan
Universitas Indonesia
tanggal dokumen
13. Pengemasan √
14. Stabilitas √
15. Penggunaan bets √ PT.Konimex: Bentuk persetujuan
Persetujuan bahwa bets bets validasi yang akan
validasi digunakan untuk dipasarkan tidak ada
dipasarkan bila memenuhi POP: Bentuk persetujuan tidak
persyaratan spesifikasi dijelaskan secara detil
16. Tanggung jawab √ PT.Konimex : QA tidak
disebutkan dalam protokol
validasi proses tetapi QA
dilibatkan saat Permintaan
Evaluasi Draft Dokumen (PEDD)
Protokol Validasi Proses.
POP: Melibatkan QA secara
langsung dalam pengkajian dan
evaluasi proses validasi
17. Kesimpulan validasi √ Terdapat pada Laporan Validasi
proses
4.2 Tabel perbandingan ruang lingkup protokol validasi proses PT. Konimex
dengan ruang lingkup FDA Guidance 2011.
No. Hal-Hal yang Dibandingkan Ya Tidak Keterangan
1. Tujuan dan ruang lingkup √
validasi
2. Fungsi dan tanggung jawab dari √
organisasi yang terlibat dalam
validasi proses
3. Tipe validasi yang dilakukan √ Pada latar belakang telah
disebutkan
4. Jumlah proses validasi (jumlah √ 3 bets berurutan
bets)
5. Spesifikasi bahan baku √ Hanya dilampirkan formula
(identitas, kekuatan, kualitas, (jumlah bahan baku)
kemurnian dan potensi)
6. Deskripsi proses √ Diagram alur dan tabel
proses
7. Pengendalian/kualifikasi √ didokumentasikan terpisah
peralatan (IQ, OQ),
kondisi lingkungan, √
personil, √
manufacturing procedure √
change
8. Parameter proses kritis dan √
rentang operasi
9. Rencana sampling, analisa √
produk, data proses
10. Spesifikasi in process √
11. Spesifikasi produk jadi √
Kontrol variabilitas bets ke bets √
12. Kriteria penerimaan √
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kegagalan dalam validasi proses terutama bila terjadi pada seluruh bets
validasi (3 bets berurutan).
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
1. Pelaksanaan validasi proses di PT.Konimex Pharmaceutical Laboratories dilakukan
oleh bagian validasi. Sebelum pelaksanaan validasi proses perlu dilakukan kualifikasi
terhadap alat, mesin, sistem, fasilitas serta validasi terhadap metoda analisa dan
metode pembersihan. Selain itu perlu dibuat protokol validasi proses produksi dan
telah mendapat persetujuan dari manajer QA untuk dilaksanakan.
2. Berdasarkan kajian pada proses penyusunan protokol validasi proses produk tablet
salut“L” pada PT.Konimex Laboratories, protokol validasi proses menggunakan
templat protokol validasi proses sediaan tablet. Isi protokol validasi proses
berdasarkan pada dokumen-dokumen yang terkait pada produk, diantaranya dokumen
Formula Bahan Baku, dokumen Formula Bahan Kemas, dokumen Prosedur
Pengolahan dan Pengemasan, dokumen Standar Kualitas Produk (SKP), serta
literatur-literatur terkait.
3. Protokol validasi di PT.Konimex secara umum telah sesuai dengan pedoman CPOB
dan FDA Guidance walaupun masih terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan.
5.2 Saran
1. Penyertaan dokumen khusus mengenai Process Performance Qualification (PPQ)
Protocol sebagai dokumen acuan pembuatan protokol validasi proses dapat
dipertimbangkan agar lebih sesuai dengan pedoman baru seperti FDA Guidance.
2. Protokol validasi proses pembuatan produk perlu dilengkapi dengan tahapan khusus
jika terjadi kegagalan validasi (validation failure).
3. Pada pembuatan protokol validasi proses perlu dilengkapi poin kualifikasi personel
untuk menjamin kemampuan personel dalam melaksanakan tugas validasi.
32 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
FDA. (2011). Guidance for Industry, Process Validation: General Principles and
Practices. USA: FDA.
Universitas Indonesia
WHO. (2011). WHO Technical Report Series 961: Who Expert Committee on
Specifications for Pharmaceutical Preparations 45th Report. Geneva:
WHO Press.
Universitas Indonesia
Diperiksa dan
Validation Manager
disetujui oleh
2. TUJUAN
Untuk membuktikan bahwa proses produksi xxx di bagian Production Pharma (Tablet Lines)
mampu menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan internal Konimex, pemerintah dan
persyaratan kapabilitas proses yang sudah ditentukan secara konsisten.
3. CAKUPAN
3.1. Protokol validasi ini berlaku untuk proses produksi xxx dengan besaran satu batch skala
produksi = x kg = x tablet @x mg = x strip @ x tablet yang diproduksi di bagian Production
Pharma (Tablet lines) dengan menggunakan fasilitas produksi.
3.2. Protokol validasi ini berlaku untuk produk xxx dengan bahan aktif sesuai formula dan tidak
dibatasi oleh sumber bahan tambahan yang digunakan.
4. KUALIFIKASI PRODUK
4.1. Formula Produk
Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi xxx dengan besaran satu batch skala
produksi = xx kg = xxx tablet @xxx mg = xxx strip @ x tablet sesuai dengan Formula
Bahan Baku produk xxx sebagai berikut :
Jumlah Jumlah
Nama Bahan Nama Kode Bahan
per unit per Batch Fungsi
Baku Dagang Baku
(mg) (g)
Bahan aktif
Bahan pengisi
Glidant
Bahan
Penghancur
Bahan pelicin
Bahan penyalut
Jumlah Jumlah
Nama Bahan Nama Kode Bahan
per unit per Batch Fungsi
Baku Dagang Baku
(mg) (g)
Bahan pengawet
Bahan pewarna
Plastizicer
Speed blender/
Bin Blender
Timer
Mesin
pembuat
Xxx
larutan
penyalut
Mesin
xxx
penyalut
Mesin cetak N/A
Kontrol suhu
Mesin strip
sealing roller
Sensor
Konduktivitas Konduktivitas
Kandungan
Pengujian
Mikroba N/A
Mikroba
5.2. Peralatan dan sistem penunjang yang digunakan harus sudah dikualifikasi dan masa
kalibrasinya belum terlampaui pada saat validasi proses dilaksanakan.
6. KUALIFIKASI RUANGAN
6.1. Persyaratan kondisi ruangan yang digunakan untuk proses produksi produk Xxx adalah
sebagai berikut :
3
Jumlah partikel/ kaki
∑ Bakteri ∑ Jamur
Nama Suhu RH Operasional Non-operasional (cfu) / 25 (cfu) / 25
Ruangan (°C) (%) ≥0,5µm ≥ 5 µm ≥0,5µm ≥ 5 µm 2 2
cm cm
6.2. Lakukan pencatatan kondisi ruangan yang digunakan pada proses produksi produk xxx.
7. PROSEDUR
7.1. Proses Pembuatan
Proses pembuatan produk xxx di Production Pharma (Tablet Lines) dilakukan sesuai
Prosedur Pengolahan xxx No. Dokumen xxx dan Prosedur Pengemasan Laxamex No.
Dokumen EA-I-3-069-00 (19-03-2009) dengan urutan ringkasan proses sebagai berikut :
Penimbangan bahan
Semua bahan 1. Kalibrasi timbangan
2. Bobot yang ditimbang sesuai Cek : visual
3. Label lolos QC
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
7.1.1.2 Pengayakan
Pengayakan
Semua bahan Ukuran mesh Cek : visual
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
7.1.1.3 Mixing, Lubrikasi, Pencetakan Tablet
Pencampuran bahan
1. Zat aktif Cek : visual
2. Bahan Pengisi 1. Speed bin blender (homogenitas)
3. Bahan penghancur 2. Lama waktu
1. Bahan penyalut
2. Bahan pengawet Pencampuran bahan
Kebenaran bahan
Cek : visual
(homogenitas)
Cek : visual
(homogenitas)
Penyaringan
Bahan penyalut
Ukuran Mesh
Cek : visual
Penyukupan bobot
1. Bahan penyalut Cek : visual
Kebenaran bobot
2. Bahan tambahan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
7.1.1.5 Penyalutan Tablet
Cek : visual
Penyalutan tablet
1. Kecepatan panci penyalut
Tablet 2. Temperatur
Cek : visual
Penyalutan tablet
1. Putaran pompa peristaltik
1. Tablet 2. Temperatur outlet
2. Bahan Penyalut 3. Temperatur inlet
4. Jarak sprayer dengan tablet
5. Jarak nozzle gun1 dan gun 2
6. Jarak gun 1 dan ujung tongkat
7. Berat jenis larutan
Cek : visual
Cek: pemerian,
Pengeringan tablet salut keseragaman bobot,
1. Tablet Waktu pemutara panci tebal, kekerasan,
2. Bahan Penyalut
waktu hancur, kadar
zat aktif, kadar fraksi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
7.1.1.6 Penyetripan tablet salut
Penyetripan tablet
1. Tablet Cek: ellegence dan
2. Roll strip (Aluback dan kebocoran
1. Set suhu sealing roller
alufront)
2. Kebersihan sealing roller
3. Kondisi dan set mekanik pisau
pemotong
7.2.1.2. Pengujian
Lakukan pengujian bulk density, tapped density, distribusi ukuran partikel,
kadar zat aktif dan kadar zat aktif fraksi.
Pemeriksaan Keterangan
Bulk density* x data pemeriksaan/ batch @ xx g mewakili
lokasi atas, tengah dan bawah kontainer
Tapped density* x data pemeriksaan/ batch @ xx g mewakili
lokasi atas, tengah dan bawah kontainer
#
Distribusi ukuran partikel x data pemeriksaan/ batch @ xx g mewakili
lokasi atas, tengah dan bawah kontainer
Kadar zat aktif x data pemeriksaan/ batch
#
Kadar zat aktif fraksi Fraksi screen mesh # 20, 30, 50, 80, 120, 230,
325 dan screen dasar
,#
* )obyek adalah serbuk yang sama
7.2.2.3.2 Evaluasi indeks kapabilitas (Cpk) proses cetak tablet intra dan
antar batch pada data hasil pemeriksaan : kualitas fisik (bobot,
kekerasan), kandungan kadar zat aktif tablet untuk pendataan
studi validasi.
7.2.3.2. Pengujian
Pemeriksaan Keterangan
Pemerian tablet salut* x data pemeriksaan / batch @ y tablet salut
Bobot tablet salut* x data pemeriksaan / batch @ y tablet salut
Kekerasan tablet salut* x data pemeriksaan / batch @ y tablet salut
Tebal tablet salut* x data pemeriksaan / batch @ y tablet salut
Waktu hancur** x data pemeriksaan / batch @ y tablet
Kadar zat aktif x data pemeriksaan / batch @ y tablet
Warna
Proses Stripping
8. PENANGGUNG JAWAB
8.1. Bagian Production bertanggung jawab untuk memastikan bahwa peralatan yang terkait
dapat digunakan dengan baik dan dibersihkan sebelum digunakan, bahan baku tersedia
untuk batch-batch yang divalidasi, tersedia personil yang memadai untuk kegiatan
validasi dan melakukan proses produksi dalam rangka studi validasi proses yang
dilakukan secara tetap dan berulang sesuai PSP/ PP yang berlaku
8.2. Bagian Quality Control bertanggung jawab pada pelaksanaan sampling dan pelaksanaan
seluruh pengujian/ pemeriksaan fisiko-kimia sampel yang diperlukan untuk studi validasi
proses
8.3. Bagian Validation bertanggung jawab menyiapkan protokol validasi proses,
menyelaraskan seluruh kegiatan validasi, pengumpulan, pengolahan, dan evaluasi data
serta menyusun laporan akhir
9. JADWAL VALIDASI
Validasi dilakukan terhadap 3 batch proses secara berturutan mengikuti jadwal produksi bagian
terkait
10.3. Penyimpangan dari protokol dan hal-hal yang belum tercantum dalam protokol validasi ini
dan/atau yang terjadi dalam pelaksanaan validasi proses akan dicatat dan dilampirkan
dalam laporan validasi
11.1 Laporan Validasi/ Laporan studi validasi proses 1. Validation (asli) Tidak dimusnahkan
Kualifikasi pembuatan produk xxx di 2. Bagian terkait sebelum ada yang
Bagian Production Pharma (copy) menggantikan
(Tablet Lines)
13. REFERENSI
13.1. Formula Bahan Baku Produk xxx, No.Dokumen xxx, tanggal xxx.
13.2. Formula Bahan Kemas Produk xxx, No.Dokumen xxx tanggal xxx.
13.3. Prosedur Pengolahan xxx, No.Dokumen xxx, tanggal xxx.
13.4. Prosedur Pengemasan xxx, No.Dokumen xxx, tanggal xxx.
13.5. Standar Kualitas Produk (SKP) Produk xxx, No.Dokumen xxx, tanggal xxx.
14. LAMPIRAN
14.1. Lampiran 1. Formulir Kondisi Lingkungan
14.2. Lampiran 2. Formulir Status Kualifikasi dan Kalibrasi Mesin / Alat
14.3. Lampiran 3. Formulir Penimbangan Bahan Baku
14.4. Lampiran 4. Formulir Pengamatan Parameter Kritis
14.5. Lampiran 5. Formulir Hasil Pemeriksaan Uji Sampel
14.6. Lampiran 6. Catatan Penyimpangan