Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Proyek dan Manajemen Proyek

a. Pengertian Proyek

Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya

tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber

daya serta memiliki spesifikasi tersendiri atas produk yang akan

dihasilkan. Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam

mengerjakan suatu proyek, maka sebuah organisasi proyek sangat

dibutuhkan untuk mengatur sumber daya yang dimiliki agar dapat

melakukan aktivitas-aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa

tercapai. Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa

pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan

sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Pengertian proyek menurut

beberapa ahli sebagai berikut:

Schwalbe yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman

(2014:2) menjelaskan bahwa proyek adalah usaha yang bersifat

sementara untuk menghasilkan produk atau layanan yang unik. Pada

umumnya, proyek melibatkan beberapa orang yang saling berhubungan

antara aktivitasnya dan sponsor-sponsor utama proyek biasanya tertarik

dalam penggunaan sumber daya yang efektif untuk menyelesaikan

proyek secara efisien dan tepat waktu.

7
8

Nurhayati (2010:4) menjelaskan bahwa sebuah proyek dapat

diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk

mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan

menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang

harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Subagya (2015:12) proyek merupakan suatu pekerjaan

yang memiliki tanda-tanda khusus sebagai berikut:

1) Waktu mulai dan selesainya sudah direncanakan.

2) Merupakan suatu kesatuan pekerjaan yang dapat dipisahkan dari yang

lain.

3) Biasanya volume pekerjaan besar dan hubungan antar aktifitas

kompleks.

Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan

dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-

sumber untuk mendapatkan benefit (Gray, et al., dalam Subagya

(2014:15). Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meliputi pembangunan

pabrik, jalan raya atau kereta api, irigasi, bendungan, gedung sekolah

atau rumah sakit, perluasan atau perbaikan program-program yang

sedang berjalan, dan sebagainya. Sedangkan Meredith dan Mantel dalam

Subagya (2016) mengatakan bahwa “The project is complex enough

that the subtasks require careful coordination and control in terms of

timing, precedence, cost, and performance.” Dapat diartikan bahwa

proyek memiliki sub tugas yang cukup kompleks dan memerlukan


9

koordinasi yang cermat, selain itu melakukan kontrol terhadap waktu,

biaya dan kinerja.

Menurut Malik (2010:24) proyek merupakan sekumpulan

kegiatan terorganisir yang mengubah sejumlah sumber daya menjadi

satu atau lebih produk barang/jasa bernilai terukur dalam sistem satu

siklus, dengan batasan waktu, biaya, dan kualitas yang ditetapkan

melalui perjanjian. Dalam sebuah proyek, penggunaan biaya, waktu

serta tenaga dibatasi, sehingga penanggung jawab proyek harus bisa

mengelola kegiatannya agar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan mulai

dari awal hingga akhir dengan memperkirakan batas waktu, biaya, dan

kualitas agar menghasilkan barang/jasa yang bernilai guna.

b. Jenis-Jenis Proyek

Proyek dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis di antaranya yaitu

(Malik, 2010:31):

1) Proyek rekayasa konstruksi, meliputi perencanaan, pengawasan,

pelaksanaan, pemeliharaan, renovasi, rehabilitasi dan restorasi

bangunan konstruksi dan wujud fisik lainnya, beserta kelengkapan

dan aksesorisnya.

2) Proyek pengadaan barang, meliputi pengadaan benda dan peranti,

baik bergerak maupun tidak bergerak, dalam berbagai bentuk dan

uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi,

lahan, dan peralatan beserta kelengkapan dan asesorisnya.


10

3) Proyek teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pengadaan

jaringan dan instalasi sarana dan prasarana informasi dan

telekomunikasi baik cetak, audio, video dan cyber.

4) Proyek sumber daya alam dan energi, meliputi eksplorasi, eksploitasi,

penyediaan, pengelolaan, pemanfaatan dan distribusi sumber daya

alam dan energi.

5) Proyek pendidikan dan pelatihan, meliputi pelaksanaan kegiatan

pendidikan, pelatihan dan kegiatan-kegiatan peningkatan kemampuan

keahlian, kecakapan dan keterampilan lainnya dalam berbagai bidang.

6) Proyek penelitian dan pengembangan, meliputi kegiatan studi dalam

berbagai aspek ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, budaya, politik,

manajemen, lingkungan hidup dan aspek kemasyarakatan lainnya.

c. Ciri-ciri Proyek

Proyek dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis di antaranya

yaitu (Malik, 2010:31):

1) Memiliki tujuan tertentu berupa hasil kerja akhir.

2) Sifatnya sementara karena siklus proyek relatif pendek.

3) Dalam proses pelaksanaannya, proyek dibatasi oleh jadwal, anggaran

biaya, dan mutu hasil akhir.

4) Merupakan kegiatan non rutin, tidak berulang-ulang.

5) Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya.

Sedangkan Nagarajan (2011) menyebutkan ciri-ciri proyek meliputi:

1) Objectives

2) Life cycle
11

3) Definite time limit

4) Uniqueness

5) Team work

6) Complexity

7) Sub-contracting

8) Risk and uncertainty

9) Customer specific nature

10) Change

11) Response to environments

12) Forecasting

d. Tahapan Siklus Proyek

Menurut Gray, et al. (2010), tahapan proyek dibagi dalam enam

tahap, sebagai berikut.

1) Tahap Identifikasi

Yakni menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan

untuk dilaksanakan.

2) Tahap Formulasi

Yakni mengadakan persiapan dengan melakukan prastudi kelayakan

dengan meneliti sejauh mana calon-calon proyek tersebut dapat

dilaksanakan menurut aspek-aspek teknis, institusional, sosial, dan

eksternalitas.

3) Tahap Analisis

Yaitu mengadakan appraisal atau evaluasi terhadap laporan-laporan

studi kelayakan yang ada, untuk dipilih alternatif proyek yang terbaik.
12

4) Tahap Implementasi

Tahap implementasi merupakan tahap pelaksanaan proyek.

5) Tahap Operasi

Pada tahap ini perlu mempertimbangkan metode-metode pembuatan

laporan atas pelaksanaan operasinya.

6) Tahap Evaluasi Hasil

Tahap evaluasi pelaksanaan proyek berdasarkan pada laporan-laporan

tahap sebelumnya.

e. Manajemen Proyek

1) Pengertian Manajemen Proyek

Soeharto yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman

(2014:22), mendefinisikan manajemen adalah proses merencanakan,

mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan

anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran

organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan. Kosasih dan Soewedo

(2009:1), menjelaskan bahwa manajemen adalah pengarahan

menggerakkan sekelompok orang dan fasilitas dalam usaha untuk

mencapai tujuan tertentu. Dari berbagai pengertian tersebut,

manajemen adalah usaha manusia untuk mencapai tujuan dengan

cara yang paling efektif dan efisien.

Usaha ini merupakan bagian dari proses manajemen, yaitu

rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berurutan atau kronologis.

Rangkaian kegiatan meliputi penetapan tujuan (goal setting),

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan


13

(actuating) dan pengawasan atau pengendalian (controlling). Proyek

adalah usaha yang mempunyai awal dan akhir dan dijalankan untuk

memenuhi tujuan yang telah ditetapkan dalam biaya, jadwal dan

sasaran kualitas. Dari definisi ini, manajemen proyek dapat diartikan

sebagai proses kegiatan untuk melakukan perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas sumber daya

organisasi yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu

dalam waktu dan sumber daya tertentu pula. Manajemen proyek

(Project Management) adalah suatu rangkaian aktivitas yang

didalamnya terdiri dari kegiatan perencanaan, penjadwalan dan

pengendalian proyek yang terdiri dari beberapa aktivitas/kegiatan.

Manajemen proyek dapat diterapkan pada jenis proyek apapun, dan

dipakai secara luas untuk menyelesaikan proyek yang besar dan

kompleks.

Fokus utama manajemen proyek adalah pencapaian tujuan

akhir proyek dengan segala batasan yang ada, waktu dan dana yang

tersedia. Tujuan utamanya adalah membantu manajemen dalam

menyusun penjadwalan (schedule) suatu proyek, menentukan total

waktu yang digunakan dalam menyelesaikan suatu proyek,

menentukan aktivitas/kegiatan yang perlu didahulukan dan

menentukan biaya yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu

proyek. Semuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan

berlangsung terus-menerus dengan berjalannya waktu. Manajemen

proyek tidak lagi menjadi manajemen yang diperlukan secara

khusus. Dalam bisnis, manajemen proyek sudah menjadi cara standar


14

dan telah menjadi bagian umum karena semakin banyaknya usaha

perusahaan yang digarap sebagai proyek. Kepentingan dan peran

proyek di masa mendatang akan semakin memberikan kontribusi

bagi arah strategis perusahaan.

Pada umumnya kegiatan manajemen berfokus pada kegiatan

perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian dari proses yang

akan berlangsung seperti proses produksi atau penghantaran jasa.

Manajemen proyek memiliki perbedaan dari kegiatan manajemen

pada umumnya, karena sebuah proyek memiliki batasan-batasan

seperti adanya batasan ruang lingkup dan biaya untuk suatu kegiatan

penting yang dibatasi oleh waktu.

Ada tiga garis besar yang dibahas dalam manajemen proyek

untuk menciptakan berlangsungnya sebuah proyek, yaitu :

a) Perencanaan untuk mencapai tujuan, sebuah proyek perlu suatu

perencanaan yang matang. Yaitu dengan meletakan dasar tujuan

dan sasaran dari suatu proyek sekaligus menyiapkan segala

program teknis dan administrasi agar dapat diimplementasikan.

Tujuannya agar memenuhi persyaratan spesifikasi yang

ditentukan dalam batasan waktu, mutu, biaya dan keselamatan

kerja. Perencanaan proyek dilakukan dengan cara studi

kelayakan, rekayasa nilai, perencanaan area manajemen proyek

(biaya, mutu, waktu, kesehatan dan keselamatan kerja, sumber

daya, lingkungan, resiko dan sistem informasi.


15

b) Penjadwalan merupakan implementasi dari perencanaan yang

dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan

kemajuan proyek yang meliputi sumber daya (biaya, tenaga

kerja, peralatan, material), durasi dan progres waktu untuk

menyelesaikan proyek. Penjadwalan proyek mengikuti

perkembangan proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses

monitoring dan updating selalu dilakukan untuk mendapatkan

penjadwalan yang realistis agar sesuai dengan tujuan proyek.

Ada beberapa metode untuk mengelola penjadwalan proyek

yaitu, Barchart, Penjadwalan Linear, Network Planning dan

waktu dan durasi kegiatan. Bila terjadi penyimpangan terhadap

rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan tindakan koreksi

agar proyek tetap berada dijalur yang diinginkan.

c) Pengendalian Proyek Pengendalian mempengaruhi hasil akhir

suatu proyek. Tujuan utamanya yaitu meminimalisasi segala

penyimpangan yang dapat terjadi selama berlangsungnya proyek.

Tujuan dari pengendalian proyek yaitu optimasi kinerja biaya,

waktu, mutu dan keselamatan kerja harus memiliki kriteria

sebagai tolak ukur. Kegiatan yang dilakukan dalam proses

pengendalian yaitu berupa pengawasan, pemeriksaan, koreksi

yang dilakukan selama proses implementasi.

2) Tujuan Manajemen Proyek

Tujuan manajemen proyek yaitu untuk dapat menjalankan setiap

proyek secara efektif dan efisien sehingga dapat memberikan pelayanan


16

maksimal bagi semua pelanggan. Secara lebih rinci Handoko (2013)

menjelaskan tujuan manajemen proyek adalah:

a) Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang merupakan

salah satu sasaran utama proyek, keterlambatan akan mengakibatkan

kerugian, seperti penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk

memasuki pasar.

b) Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan

sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

c) Tepat spesifikasi (on specification) dimana proyek harus sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

3) Tahapan Manajemen Proyek

Manajemen proyek dilakukan dalam tiga fase (Prasetya dan Fitri,

2009), yaitu:

a) Perencanaan, fase ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan

proyek dan organisasi timnya.

c) Penjadwalan, fase ini menghubungkan orang, uang dan bahan untuk

kegiatan khusus, dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu

dengan yang lainnya.

d) Pengendalian, pada fase ini mengawasi sumber daya, biaya, kualitas

dan anggaran.

2. Pengertian dan Kegunaan PERT / CPM

a. Critical Path Method (CPM)

Critical Path Method merupakan analisis jaringan kerja yang

berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan atau

percepatan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan. Model


17

ini dikembangkan oleh perusahaan DuPont pada tahun 1957 untuk

pembangunan sebuah pabrik kimia. Metode jalur kritis (critical path

method) adalah sebuah manajemen proyek yang menggunakan hanya

satu estimasi per aktivitas. Jika dalam suatu proyek, waktu yang

dibutuhkan dalam menyelesaikannya dapat diperkirakan terlebih

dahulu dan biaya-biaya proyek dapat dilakukan sejak semula, maka

dengan menggunakan metode CPM pelaksanaan proyek akan lebih

terarah dan sistematis. Metode ini lebih dikenal dengan istilah lintasan

kritis.

Penentuan jalur kritis dengan CPM dapat diketahui total jumlah

waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek

yang tercepat. Jadi jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan yang

kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai kegiatan terakhir proyek.

Jalur kritis penting bagi pelaksanaan proyek, karena pada jalur ini

terdapat kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan

menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Sehingga

perlu perhatian penuh pada jalur tersebut, karena cepat lambatnya

suatu proyek selesai terletak pada jalur kritis. Tujuan lintasan ini untuk

mengetahui dengan cepat kegiatan-kegiatan yang tingkat kepekaan

tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan, sehingga setiap saat dapat

ditentukan tingkat prioritas kebijaksanaan penyelenggara proyek

apabila kegiatan tersebut terlambat.

b. Program Evaluation and Review Technique (PERT)

Program Evaluation and Review Techique (PERT) adalah

sebuah model Management Science untuk perencanaan dan


18

pengendalian sebuah proyek. PERT dikembangkan sejak tahun 1958

oleh Booz-Allen dan Hamilton pada tahun 1958 dalam proyek

pengembangan Polaris Weapons System, yaitu proyek khusus dari US

Navy. Teknik ini mampu mereduksi waktu selama 16 bulan lebih cepat

dari taksiran semula dan sejak itu mulai digunakan secara luas. PERT

merupakan metode untuk menentukan jadwal dan anggaran dari

sumber-sumber, sehingga suatu pekerjaan yang sudah ditentukan

terlebih dahulu dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

PERT merupakan suatu fasilitas komunikasi dalam hal bahwa

PERT dapat melaporkan kepada manajer perkembangan yang terjadi,

baik yang bersifat menguntungkan maupun yang tidak. Selain itu,

PERT dapat menjaga agar para manajer mengetahui dan mendapat

keterangan ini secara teratur. Menurut Heizer dan Render (2011:101)

dalam PERT digunakan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan,

antara lain:

1) Waktu optimis (optimistic time), Waktu optimis yaitu waktu yang

dibutuhkan oleh sebuah kegiatan jika semua hal berlangsung sesuai

rencana. Atau juga dapat disebut waktu minimum dari suatu

kegiatan, dimana segala sesuatu akan berjalan baik, sangat kecil

kemungkinan kegiatan selesai sebelum waktu ini.

2) Waktu pesimis (pessimistic time), Waktu pesimis yaitu waktu yang

dibutuhkan suatu kegiatan dengan asumsi kondisi yang ada sangat

tidak diharapkan atau juga dapat disebut sebagai waktu maksimal


19

yang diperlukan suatu kegiatan, situasi ini terjadi bila masih buruk

terjadi.

3) Waktu realistis (most likely time), Waktu realistis yaitu perkiraan

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan yang paling

realistis atau juga dapat disebut sebagai waktu normal untuk

menyelesaikan kegiatan.

Tujuan dari PERT adalah pencapaian suatu taraf tertentu

dimana waktu merupakan dasar penting dari PERT dalam

penyelesaian kegiata-kegiatan bagi suatu proyek. Dalam metode

PERT dan CPM masalah utama yaitu teknik untuk menentukan

jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya dengan maksud

pekerjaan-pekerjaan yang telah dijadwalkan itu dapat diselesaikan

secara tepat waktu serta tepat biaya.

3. Perencanaan Jaringan Kerja (Network Planning)

Salah satu teknik yang biasa digunakan dalam perencanaan dan

pengawasan proyek adalah network planning. Eddy Herjanto yang

diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman (2014:314), mendefinisikan

perencanaan jaringan kerja (network planning) adalah satu model yang

banyak digunakan dalam penyelenggaraan proyek, yang produknya

berupa informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam diagram

jaringan kerja yang bersangkutan.

Menurut Ali yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman

(2014:314), mendefinisikan network planning adalah salah satu model

yang digunakan dalam penyelenggaran proyek yang produknya adalah


20

informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram

proyek yang bersangkutan. Informasi tersebut mengenai sumber daya

yang digunakan oleh kegiatan yang bersangkutan dan informasi

mengenai jadwal pelaksanaan.

Pengertian-pengertian tersebut menyimpulkan bahwa network

planning adalah suatu perencanaan dan pengendalian proyek yang

menggambarkan hubungan ketergantungan antara setiap pekerjaan yang

digambarkan dalam diagram jaringan kerja. Diagram akan menunjukkan

pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan berurutan (serial) atau secara

bersamaan (paralel). Pada diagram PERT biasanya suatu pekerjaan

dilambangkan dengan simbol lingkaran dan titik tempuh dilambangkan

dengan simbol panah.

Kegunaan network planning dalam manajemen proyek dari

segi penyusunan jadwal, network planning dipandang sebagai salah

satu langkah penyempurnaan metode karena dapat memberikan

jawaban atas pertanyaan- pertanyan yang belum terpecahkan oleh suatu

metode, seperti:

a. Berapa perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek.

b. Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dan hubungannya dengan

penyelesaian proyek.

c. Apabila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu,

bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek

secara keseluruhan.

Simbol dan Notasi yang Digunakan

Diantara simbol-simbol dan notasi yang digunakan itu adalah:


21

a. Node / simpul, menyatakan sebiah kejadian

(peristiwa = event).

b. Arrow / anak panah, menyatakan sebuah kegiatan

(aktivitas). Kegiatan ini difinisikan sebagai hal yang memerlukan

waktu (durasi), sejumlah sumber (resource), tenaga, peralatan,

material, biaya dansebagainya.

c. Kegiatan/aktivitas dummy, menyatakan kegiatan semu,

gunanya untuk membatasi mulainya kegiatan atau mengakhiri

kegiatan. Kegiatan dummy tidak mempunyai waktu (durasi)

d. (anak panah tebal) menyatakan aktifitas pada lintasan kritis.

Notasi yang digunakan:

a. EET: Waktu tercepat terjadinya event (kejadian).

b. EFT: Waktu tercepat selesainya kegiatan (aktivitas).

c. LET: Waktu paling lambat terjadinya event.

d. LFT: Waktu paling lambat selesainya kegiatan.

e. EST: Waktu tercepat dimulainya kegiatan.

f. LST: Waktu paling lambat dimulainya kegiatan.

g. t : Waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan.

Aturan Dalam Analisis Network

Beberapa aturan yang digunakan dalam analisis network antara lain:

a. Diantara 2 kejadian (event) hanya boleh digambarkan 1 anak panah

saja.

b. Nama suatu kegiatan (aktivitas) dinyatakan dengan huruf atau nomor

(angka).
22

c. Kegiatan (aktivitas) harus bergerak dari kejadian (event) bernomor

kecil ke kejadian (event) bernomor besar.

d. Diagram network dimulai dari 1 kejadian awal (initial event) dan

diakhiri dengan 1 kejadian akhir (terminal event).

e. Suatu kegiatan dapat dimulai hanya apabila kegiatan-kegiatan

sebelumnya (kegiatan yang mendahuluinya) semuanya sudah selesai.

f. Lintasan (jalur) adalah rangkaian dari beberapa kegiatan (aktivitas)

dan kejadian (event).

Durasi Kegiatan Waktu

Durasi kegiatan dalam metode jaringan kerja adalah lama waktu

yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dari awal sampai akhir. Kurun

waktu pada umumnya dinyatakan dengan satuan jam, hari atau minggu.

Penghitungan durasi pada metode CPM digunakan untuk memperkirakan

waktu penyelesaian aktivitas, yaitu dengan cara single duration estimate.

Cara ini dilakukan jika durasi dapat diketahui dengan akurat dan tidak

terlalu berfluktuasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung durasi

V
kegiatan adalah D =
Pr . N

Keterangan:

D = durasi kegiatan

V = volume kegiatan

Pr = produktivitas kerja rata-rata

N = jumlah tenaga kerja dan peralatan


23

Jalur Kritis

Jalur kritis merupakan sebuah rangkaian aktivitas-aktivitas dari

sebuah proyek yang tidak bisa ditunda waktu pelaksanaanya dan

menunjukkan hubungan yang saling berkaitan satu sama lain. Semakin

banyak jalur kritis dalam suatu proyek, maka akan semakin banyak pula

aktivitas yang harus diawasi. Akumulasi durasi waktu paling lama dalam

jalur kritis akan dijadikan sebagai estimasi waktu penyelesaian proyek

secara keseluruhan. Jalur kritis diperoleh dari diagram jaringan yang

memperlihatkan hubungan dan urutan kegiatan dalam suatu proyek.

Logika katergantungan kegiatan-kegiatan tersebut dapat dinyatakan

sebagai berikut:

1) Jika kegiatan A dan B harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan C


dan D dapat dimulai, hubungan kegiatan-kegiatan tersebut dapat

dilihat pada Gambar 2.1

A C D

Star Finish

B E F

Gambar 2.1
Kegiatan A dan B Merupakan Kegiatan Pendahulu C dan E Begitupun Seterusnya

2) Kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai,

hubungan kegiatannya dapat dilihat pada Gambar 2.2

C
B
24

Gambar 2.2 Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan C

3) Jika kegiatan A dan B harus dimulai sebelum kegiatan C dan D,

hubungan kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.3

A C

B
D

Gambar 2.3
Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan C dan D

4) Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat

dimulai, tetapi D sudah dapat dimulai bila kegiatan B sudah selesai,

hubungan kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.4

A C
Dummy

B D

Gambar 2.4
Kegiatan B merupakan pendahulu kegiatan C dan D

Guna mengetahui jalur kritis kita menghitung dua waktu awal dan

akhir untuk setiap kegiatan, sebagai berikut:

1. Mulai terdahulu (earliest start – ES), yaitu waktu terdahulu suatu

kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi semua pendahulu sudah selesai.

2. Selesai terdahulu (earliest finish – EF), yakni waktu terdahulu suatu

kegiatan dapat selesai.


25

3. Mulai terakhir (latest start – LS), yaitu waktu terakhir suatu kegiatan

dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian

keseluruhan proyek.

4. Selesai terakhir (latest finish – LF), yaitu waktu terakhir suatu kegiatan

dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan

proyek. Dalam suatu proyek, jadwal aktivitas dapat dilihat pada

Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Gambaran aktivitas proyek

Keterangan:

1) A = Nama aktivitas
2) D = Durasi waktu suatu aktivitas
3) ES = Earliest start
4) LS = Latest start
5) EF = Earliest finish
6) LF = Latest finish

Hambatan aktivitas dapat terjadi dalam pelaksanaan suatu

proyek, untuk itu harus ada waktu slack dalam setiap kegiatan.Waktu

slack (slack time) merupakan waktu bebas yang dimiliki oleh setiap

kegiatan untuk bisa diundur tanpa menyebabkan keterlambatan proyek

secara keseluruhan. Waktu slack dapat dirumuskan sebagai berikut:

Slack = LS – ES atau Slack = LF - EF


26

Keterangan:

Slack = Waktu bebas

1) LS = Latest start

2) ES = Earliest start

3) LF = Latest finish

4) EF = Earliest finish

Crashing Program

Crashing program atau percepatan pelaksanaan pekerjaan berarti

memperpendek umur (pelaksanaan proyek). Besarnya atau jumlah

umur proyek sama dengan besarnya atau jumlah waktu yang ada pada

suatu lintasan kritis. Dengan demikian, percepatan pelaksanaan pekerjaan

berarti upaya memperpendek lintasan kritis pada jaringan rencana kerja

proyek. Banyaknya sebuah kegiatan bisa diperpendek (perbedaan antara

waktu normal dan waktu crash bergantung pada kegiatannya, mungkin

juga terdapat kegiatan yang tidak dapat diperpendek sama sekali.

Mahendra yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman

(2014:330), menjelaskan ada dua alasan dilakukan crashing program,

yaitu sebagai berikut: Kegiatan proyek yang bersangkutan diharapkan

segera selesai sebab sudah merupakan keputusan dan disetujui

manajemen atau pemilik proyek dengan suatu alasan tertentu. Karena

terjadi keterlambatan pelaksanaan proyek yang telah melebihi batas

toleransi tertentu dan dinilai oleh manajemen atau pemilik proyek akan
27

sangat mempengaruhi kelancaran dan batas waktu penyelesaian tersebut

secara keseluruhan.

Definisi-definisi yang dibutuhkan untuk menganalisis lebih lanjut

percepatan adalah sebagai berikut.

1) Normal Duration, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

suatu aktivitas atau kegiatan dengan sumber daya normal yang ada,

tanpa adanya biaya tambahan lain dalam suatu proyek.

2) Crash Duration adalah waktu yang akan dibutuhkan suatu proyek

dalam usahanya mempersingkat waktu, yang durasinya lebih

pendek dari normal duration.

3) Normal cost, yaitu biaya yang dilekuarkan dengan penyeselaian

proyek dalam waktu normal.

4) Biaya untuk waktu yang dipersingkat (crash cost), adalah biaya

yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek dalam jangka waktu

sebesar durasi percepatannya. Biaya setelah di percepat akan menjadi

lebih besar dari biaya normal.

Gambar 2.6
Grafik Waktu Biaya Normal dan Dipersingkat Untuk Satu Kegiatan
Mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah suatu usaha
28

menyelesaikan proyek lebih awal dari waktu penyelesaian dalam

keadaan normal. Dengan diadakannya percepatan proyek ini akan

terjadi pengurangan durasi kegiatan yang akan diadakan crash

program.

Menurut Soeharto yang diterjemahkan oleh Dimyati &

Nurjaman (2014:380), durasi percepatan maksimum suatu aktivitas

adalah durasi tersingkat untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang

secara teknis masih mungkin dengan asumsi sumber daya bukan

merupakan hambatan.

B. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

PT. KHARISMA BAYU MANDIRI

Analisis Jaringan Kerja

Analisis CPM Analisis Biaya Proyek

Optimalisasi
Biaya

Optimalisasi Kerja

Gambar 2.7. Kerangka Pemikiran


29

Dapat dilihat diatas, untuk mencapai optimalisasi kerja perlu adanya

tahapan – tahapan yang harus dilakukan mulai dari analisis jaringan kerja.

Pada tahap ini perusahaan melakukan berbagai macam perhitungan mulai dari

perhitungan struktur, perhitungan Bill of Quantity (BoQ) dan perhitungan

durasi pekerjaan. Tahap selanjutnya adalah analisis CPM yang bertujuan

untuk membuat jalur crash pada proyek tersebut agar dapat membuat

peningkatan efektifitas (optimalisasi kerja).

Sedangkan untuk mencapai optimalisasi biaya PT.Kharisma Bayu

Mandiri membuat penawaran kepada kontraktor dengan budget yang paling

baik agar dapat memenangkan tender. Sehingga dalam pelaksanaannya

tercipta optimalisasi biaya yang akan berpengaruh terhadap hasil akhir.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian dari Dimyati (2010) tentang optimalisasi pelaksanaan proyek

dengan metode PERT dan CPM studi kasus Twin Tower Building

Pascasarjana UNDIP, menunjukkan hasil bahwa durasi optimal proyek adalah

150 hari dengan biaya total proyek sebesar Rp. 21.086.217.636,83 pada

alternatif sub kontrak. Sedangkan proyek tersebut direncanakan memakan

waktu 175 hari dengan anggaran biaya Rp. 21.060.000.000,00, dengan

menggunakan metode PERT dan CPM pembangunan Twin Tower Building

Pascasrjana UNDIP menjadi lebih cepat.

Sahid (2012) juga melakukan penelitian yang mengimplementasikan

CPM dan PERT pada proyek Global Technology for Local Community.

Tujuan dari penelitian tersebut yaitu mendapatkan estimasi durasi proyek yang

efisien, identifikasi jalur kritis serta nilai peluang dalam menyelesaikan proyek
30

GTLC. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa proyek dapat diselesaikan

lebih cepat 5 minggu dengan empat buah jalur kritis jika menggunakan CPM,

sedangkan jika menggunakan analisis PERT memperlihatkan bahwa proyek

dapat selsai lebih cepat 2 minggu dengan dua buah jalur kritis dan

memberikan peluang keberhasilan sebesar 92,46%.

Penelitian tentang analisis pelaksanaan proyek dengan metode CPM

dan PERT studi kasus pada proyek pelaksanaan Main Stadium University of

Riau yang dilakukan oleh Susilo (2012), menunjukkan hasil bahwa pada

minggu ke 110 probabilitasnya sudah menunjukkan nilai di kurva normal

sebesar 99%. Jadi dapat dikatakan bahwa waktu pada target perencanaan

melebihi target dan tidak sesuai dengan waktu pelaksanaan, sehingga tidak

optimalnya waktu yang digunakan dalam menyelesaikan proyek tersebut.

Ridho dan Syahrizal (2014) melakukan penelitian tentang evaluasi

penjadwalan waktu dan biaya proyek dengan metode PERT dan CPM studi

kasus pada proyek pembangunan gedung kantor BPS Kota Medan. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode CPM proyek

pembanguan gedung BPS Kota Medan dapat selesai dalam jangka waktu 112

hari, sedangkan dengan menggunakan metode PERT proyek pembangunan

gedung BPS dapat diselesaikan selama 100 hari.

Taurusyanti, Muh. Fikri, Dewi dan Lesmana (2015) melakukan

penelitian tentang Optimalisasi Penjadwalan Proyek Jembatan Girder Guna

Mencapai Efektifitas Penyelesaian dengan Metode PERT dan CPM pada

PT Buana Masa Metalindo. Menemukan hasil bahwa proyek Jembatan Girder

Guna dapat selesai dalam jangka waktu 35 hari dengan peluang mencapai
31

99,98%, sedangkan biaya mengalami kenaikan sebesar Rp5,915,000 dengan

alternatif penambahan jam lembur proyek.

Anda mungkin juga menyukai