Anda di halaman 1dari 14

Tugas Antropologi Kesehatan

Dosen pembimbing: Ahmad Zakiudin, SKM.,.S.Kep.,Ns.,M.Kes.

Disusun Oleh::
Ariyanti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON


TAHUN 2019
1. Perbedaan antropologi dengan antropologi kesehatan
a. Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan
manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora.
Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti
"manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar",
"berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang memelajari manusia.
b. Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani
berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1). Antropologi kesehatan
sebagai ilmu akan memberikan suatu sumbangan pada pengemban pelayanan
kesehatan, termasuk didalamnya obstetri ginekologi sosial. Bentuk dasar sumbangan
keilmuan tersebut berupa pola pemikiran, cara pandang atau bahkan membantu dengan
paradigma untuk menganalisis suatu situasi kesehatan, berdasarkan perspektif yang
berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para petugas kesehatan saat ini.

2. Aplikasi antropologi
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yg berperan terjadinya penyakit atau masalah kesehatan
dalam masyarakat.
b. Menyediakan data yg diperlukan utk perencanaan kesehatan dan pengambilan
keputusan
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah
dilakukan.
d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya
untuk mengatasi atau menanggulanginya.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu
dipecahkan.

3. Budaya yang terdapat di Indonesia


Kebudayaan memiliki fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, karena
kekuatan yang harus dihadapi oleh masyarakat dan anggota-anggotanya (misalnya
kekuatan alam) yang tidak selalu baik bagi mereka. Ditambah lagi manusia sebagai
masyarakat itu sendiri perlu kepuasan baik spiritual maupun material. Apabila manusia
sudah dapat mempertahankan diri dan menyesuaikan diri dengan alam serta hidup damai
dengan manusia-manusia lainnya, maka akan timbul keinginan untuk menyatakan perasaan
dan keinginan yang akan disalurkan seperti kesenian. Jadi, fungsi kebudayaan bagi
masyarakat dapat kita bagi sebagai berikut:
a. Melindungi diri dari alam
Hasil karya manusia melahirkan tekhnologi yang mempunyai kegunaan utama di
dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya. Dengan tekhnologi,
manusia dapat memanfaatkan dan mengolah alam untuk kebutukan hidupnya,
sehingga manisia dapat menguasai alam.
b. Mengatur tindakan manusia
Dalam kebudayaan ada norma, aturan kaidah, dan adat istiadat yang kesemuanya
itu berfungsi untuk mengatur bagaimana manusia bertindak dan berlaku dalam
pergaulan hidup dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam mengatur hubungan antar
manusia, kebudayaan dinamakan pula sebagai “design for living” artinya kebudayaan
adalah garis-garis pokok tentang perikelakuan atau “blue print for behavior”, yang
menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan.
Unsur-unsur normativ yang merupakan bagian dari kebudayaan itu diantaranya
adalah:
1) Unsur yang menyangkut pertanian, berhubungan dengan hal-hal yang baik dan
buruk, menyenangkan dan tidak menyenangkan. Misalnya, perilaku laki-laki yang
memakai anting, kalung, tato, rambut panjang, dan lain sebagainya yang terdapat
dalam kehidupan bermasyarakat dan pasti ada yang menilai baik dan buruknya.
2) Unsur keharusan, yaitu apa yang harus dilakukan seseorang.
3) Unsur kepercayaan. Misalnya, harus mengadakan upacara adat pada saat
kelahiran, perkawinan, kematian, dan lain-lain.
c. wadah segenap perasaan
Kebudayaan berfungsi sebagai wadah atau tempat mengungkapkan perasaan
seseorang dalam masyarakat ataupun untuk memuaskan keinginan, misalnya dengan
adanya seni-seni dalam masyarakat.
4. Nilai norma yang terdapat di masyarakat
a. Norma berdasarkan sumber
1) Norma Agama
Norma agama merupakan norma yang berisi pedoman bagi manusia untuk
menjalankan pertintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Norma ini menjunjung
manusia untuk memperoleh kebahagiaan dan keselamatan manusia di dunia
maupun  di akhirat.
2) Norma Adat
Norma adat merupakan norma yang mengatur tentang rutinitas perilaku
sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
3) Norma kesusilaan/ kesopanan
Norma kesusilaan/ kesopanan dalalah norma masyarakat untuk mengatur
hubungan manusia dalam rangka menghargai harkat dan martabat manusia yang
lain. Pelanggaran pada norma ini berakibat sanksi pengucilan secara fisik maupun
bati.
4) Norma Hukum
Norma hukum adalah himpunan peraturan yang formal dan tertulis
ketentuan sanksi tegas dibandingkan dengan norma-norma yang lain. Norma ini
ditujukan kepada masyarakat yang berisi ketentuan-ketentuan, hak dan kewajiban.
Norma ini bertujuan untuk menjaga ketertiban dan kedamaian dan akan dikenakan
sanksi yang tegas bagi pelanggarnya.
b. Norma berdasarkan daya ikatnya
1) Cara (usage) yaitu perbuatan tertentu yang dilakukan seseorang tapi tidak secara
terus  menerus. Cth; cara makanyang baik menggunakan tangan kanan dan tidak
bersuara.
2) Kebiasaan ( folkways) yaitu  perbuatan yang berulang-ulang dan sama yang
dilakukan secara sadar, serta mempunyai tujuan yang jelas dan dianggap baik.
Cth; membuang sampah pada tempatnya.
3) Tata Kelakuan yaitu perbuatan yang mecerminkan sifat-sifat tertentu suatu
masyarakat yang dilakukan secara sadar sebagai bentuk pengawasan terhadap
anggota masyarakat. Cth; larangan perbuatan zina, mencuri dsb.
4) Adat Istiadat yaitu kumpulan tata kelakuan yang tertinggi yang bersifat kekal dan
kuat terhadap masyarakat. Cth; pelanggaran terhadap pelaksanaan upacara adat.

5. Implikasi antropologi kesehatan


Implikasi Landasan Antropologi Dalam kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
implikasi landasan antropologi, adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat
Identifikasi kebutuhan masayarakat ini bersumber dari informasi masyarakat
sekitar. Masyarakat tersebut terdiri dari tokoh masyarakat, baik secara formal maupun
informal, tokoh agama, dan perwakilan masyarakat kelas bawah. Hal ini bertujuan
untuk memperoleh informasi dan data yang dijadikan bahan pengembangan
kurikulum.
b. Keterlibatan partisipasi masyarakat
Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar, maka masyarakat ikut serta dalam
merancang kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, menentukan nara sumber
sebagai fasilitator, dan ikut menilai hasil belajar.
c. Pemberian pendidikan kecakapan hidup
Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan dalam bentuk pemberian
keterampilan dan kemampuan dasar pendukung fungsional, membaca, menulis,
berhitung, memcahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok,
dan menggunakan teknologi (Dikdasmen 2002, dalam Efendi 2009:153).

6. Aspek budaya berhubungan dengan KIA KB


Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi.
Permasalahan gizi pada ibu hamil di Indonesia tidak terlepas dari faktor budaya setempat.
Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan
terhadap beberapa makanan. Kepercayaan bahwa ibu hamil dan post partum pantang
mengkonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu post partum kehilangan zat
gizi yang berkualitas. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah
lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya
sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap
kesehatan ibu dan janin. Kemiskinan masyarakat akan berdampak pada penurunan
pengetahuan dan informasi, dengan kondisi ini keluarga, khususnya ibu akan
mengalami resiko kekurangan gizi, menderita anemia dan akan melahirkan bayi
berat badan lahir rendah. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil
cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
Peran orang tua terutama ibu dalam pengasuhan anak bawah lima tahun sangat besar.
Balita belum mampu mengatur pola makannya sendiri, sehingga peran ibu sangat penting
disini. Namun, keterbatasan pengetahuan ibu dan adanya pengaruh budaya setempat
menjadi kendala dalam pengasuhan anak. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang
menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak
seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan
kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang sedang
hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tertentu, ayah
yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak
dan bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang lain, atau anak laki-laki diberi
makan lebih dulu daripada anak perempuan. Walaupun pola makan ini sudah menjadi
tradisi ataupun kebiasaan, namun seharusnya yang paling berperan mengatur menu setiap
hari dan mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu, dengan kata lain ibu
mempunyai peran sebagai gate- keeper dari keluarga
Hambatan budaya yang dihadapi dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana
dalam penggunaan alat kontrasepsi antara lain: beberapa daerah masih ada masyarakat
yang akrab dengan budaya “banyak anak banyak rejeki, tiap anak membawa rejekinya
sendiri-sendiri” atau anak “anak sebagai tempat bergantung di hari tua”. Pada Masyarakat
ini slogan “dua anak cukup, laki atau perempuan sama saja” masih sulit diterima. Sebagian
budaya masyarakat juga ada yang mengharuskan keluarga memiliki anak laki-laki dan
anak perempuan dalam satu keluarga. Hal ini terbukti dari adanya sekelompok wanita yang
sudah memiliki banyak anak, namun tetap tidak bersedia menggunakan alat kontrasepsi.
Kemungkinan diantara mereka belum memiliki anak dengan jenis kelamin yang mereka
inginkan.
7. Hubungan sosial dengan pelayanan kesehatan
Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apa lagi penyakit-penyakit
yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana penyakit
itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap mereka terhadap penyakit
tersebut. Ada kebiasaan dimana setiap orang sakit diisolasi dan dibiarkan saja. Kebiasaan
ini ini mungkin dapat mencegah penularan dari penyakit-penyakit infeksi seperti cacar dan
TBC.
Bentuk pengobatan yang di berikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka
sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap penyakit itu
disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan secara
tradisional. Pengobatan modern dipilih bila meraka duga penyebabnya adalah faktor
ilmiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata
pengobatan yang mereka pilih berlawanan dengan pemikiran secara medis.
Didalam masyarakat industri modern iatrogenic disease merupakan problema.
Budaya menuntut merawat penderita di rumah sakit, padahal rumah sakit itulah tempat
ideal bagi penyebaran kuman-kuman yang telah resisten terhadap anti biotika.
Tentu saja kebudayaan itu tidak statis, kecuali mungkin pada masyarakat pedalaman
yang terpencil. Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan biasanya dipelajari pada
masyarakat yang terisolasi dimana cara-cara hidup mereka tidak berubah selama beberapa
generasi, walaupun mereka merupakan sumber data-data bilogis yang penting dan model
antropologi yang berguna, lebih penting lagi untuk memikirkan bagaimana mengubah
kebudayaan mereka itu. Pada Negara dunia ke 3 laju perkembangan ini cukup cepat,
dengan berkembangnya suatu masyarakat perkotaan dari masyarakat pedesaan. Ide-ide
tradisional yang turun temurun, sekarang telah di modifikasi dengan pengalaman-
pengalaman dan ilmu pengetahuan baru. Sikap terhadap penyakit pun banyak mengalami
perubahan .Kaum muda dari pedesaan meninggalkan lingkungan mereka menuju kekota.
Akibatnya tradisi budaya lama di desa makin tersisih. Meskipun lingkungan dari
masyarakat kota modern dapat di kontrol dengan tekhnologi, setiap individu didalamnya
adalah subjek dari pada tuntutan ini, tergantung dari kemampuannya unuk beradaptasi.
8. Aspek sosial budaya dalam pendidikan kesehatan
Implikasi dari perubahan suatu sistem budaya yang dianut dalam masyarakat mengakibatkan
terjadinya pengaruh yang signifikan terhadap nilai-nilai budaya tersebut dalam
penyelenggaraan pendidikan secara nasional. Sistem pendidikan harus memperhatikan nilai-
nilai budaya, karena budaya yang ada akan menolong terjadinya pembudayaan dalam proses
pendidikan yang diselenggarakan.
Pendidikan adalah suatu bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus
berubah, berkembang dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan
untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan
fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk di dalamnya adalah pendidikan, karena
pendidikan ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan formal, informal, maupun non
formal.
Pendidikan ada karena adanya suatu masyarakat yang berperan di dalamnya, maka
pendidikan dan masyarakat itu memiliki suatu hubungan yang erat dan ketergantungan.
Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu bantuan yang di dalamnya terdapat
pengabdian masyarakat sehingga masyarakat itu semakin berkembang dan maju dengan
adanya suatu pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses pematangan dan pendewasaan
masyarakat.

9. Ukuran epidemiologi
3 bentuk dasar ukuran epidemiologi yang paling sering dipakai mengukur, dan
menjelaskan peristiwa kesakitan, kematian, dan nilai statistik vital (vital statictics)adalah
angka (rate), rasio (ratio), dan proporsi.
a. Rate
Rate adalah bentuk perbandingan yang mengukur kemungkinan terjadinya
peristiwa/kejadian tertentu dengan suatu periode waktu. Rate dalam epidemiologi
adalah angka atau frekuensi suatu penyakit per besar unit populasi. Besar unit populasi
bisa dinyatakan dalam 100,1000 atau 10.000.
a
Rate =
a+b

Dimana pembilang (a) adalah jumlah kasus penyakit yang terdapat pada populasi
atau dalam subgrup suatu populasi. Penyebut (a+b) adalah populasi atau subgrup di
dalam populasi yang mempunyai risiko untuk mendapatkan penyakit yang
bersangkutan.
b. Rasio
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi nisbi kejadian suatu peristiwa terhadap
peristiwa lainnya.

a
Ratio =
b

c. Proporsi
Suatu bentuk khusus dalam perhitungan rasio adalah proporsi. Apabila pembilang
merupakan bagian dari penyebut, maka bentuk perbandingan tersebut dinamakan
proporsi. Jadi proporsi bisa diartikan sebagai jumlah/frekuensi dari sifat tertentu
dibanding dengan seluruh populasi dimana sifat tersebut di dapatkan.
a
proporsi =
a + b × 100

A. Populasi Berisiko (Population at Risk)


Dalam perhitungan ukuran epidemiologi diperlukan informasi yang tepat tentang
jumlah populasi yang diamati yang berpeluang untuk sakit. Populasi inilah yang
menjadi pembilang dalam perhitungan rate. Pada dasarnya, populasi berisiko adalah
populasi/sekumpulan individu yang belum sakit tetapi mengalami keterpaparan dan
mempunyai risiko untuk sakit. Dalam banyak penelitian berupa perkiraan saja.
B. Ukuran Morbiditas
Setiap gangguan didalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap
sebagai penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan, dan sakit, semuanya
dikategorikan didalam istilah tunggal morbiditas. Morbiditas (kesakitan) merupakan
derajat sakit, cedera, atau gangguan pada populasi. Morbiditas biasanya dinyatakan
dalam angka prevalensi atau insidensi yang umum atau spesifik. WHO (1959)
menetapkan 3 ukuran mobiditas yaitu jumlah orang yang sakit, periode atau lama sakit
yang dialami dan durasi penyakit (waktu = jam, hari, minggu, bulan).
a. Prevalensi
Ukuran prevalensi banyak digunakan untuk merencanakan pelayanan
kesehatan, menilai kebutuhan pelayanan kesehatan dan mengevaluasi program
yang telah dilaksanakan. Prevalensi adalah jumlah seluruh kejadian penyakit
(penderita lama dan baru), atau jumlah kasus pada suatu populasi pada satu saat,
atau periode wakktu tertentu. Prevalensi merupakan ukuran probabilitas dimana
nilai berkisar antara 0 – 1. Biasanya untuk ukuran penyakit kronis.
b. Period prevalence rate
Period prevalence rate adalah jumlah penderita lama dan baru suatu
penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan
besarnya populasi yang diamati. Periode waktu biasanya 1 tahun atau lebih.

Periode PR =
∑ penderita kasus tertentu(lama+baru) dalam jangka waktu tertentu × k
∑ populasi at risk dalam jangka waktu tertentu

c. Point prevalence rate


Point prevalence rate adalah jumlah penderita lama dan baru pada suatu saat, dibagi
dengan jumlah penduduk pada saat itu.

Point Pr=
∑ seluruh kasus ( lama+baru ) pada saat tertentu ×k
∑ populasi at risk pada saat yang sama
C. Insidensi
Insiden adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada waktu tertentu pada kelompok masyarakat. Ukuran insiden penyakit
terdiri dari angka insiden:
a. Insidensi rate (incidence rate)
Adalah jumlah seluruh kasus baru pada suatu populasi pada jangka waktu
tertentu. Biasanya insiden rate digunakan untuk penyakit yang sifatnya akut.
Pengamatan harus bersifat dinamis dimana ukuran disini menggambarkan
kecepatan/ kekuatan perubahan keadaan karena pengaruh lingkungan. Insiden
bukan ukuran probabilitas, nilai dapat berkisar dari 0 – hampir tak terhingga.

Jml kasus baru periode wkt ttt


I= xk
Jml pop . at risk periode ttt

Menurut Last, cara menghitung Insidensi sebagai tingkat insidensi orang /


person-time incidence rate. Insidensi ini digunakan pada studi prospektif, yaitu
investigasi yang melacak kasus seiring perjalanan waktu ke depan. Digunakan
ketika banyak factor datang secara bersamaan (usia, jenis kelamin, ras) dalam
periode waktu yang bervariasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
perhitungan insidensi yaitu :
1) Time of onset, yaitu hari/ tanggal kejadian suatu kesakitan perlu diketahui
dengan pasti tidak semua penyakit dapat didiagnosis dengan cepat
2) Period of observation, biasanya insidensi dihitung dalam periode 1 tahun
atau lebih, bila terjadi pada saat wabah/ KLB maka dihitung attack rate.
3) Penggunaan denominator/penyebut yaitu jumlah populasi yang berisiko
atau person-year (person-time incidence rate). Person-year adalah jumlah
orang yang mempunyai risiko yang diobservasi dalam beberapa periode waktu
tertentu.
4) Numerator/ pembilang, perlu diperhatikan apakah kasus baru atau pernah
menderita penyakit yang sama, karena kejadian kesakitan dapat terjadi lebih
dari satu kali pada orang yang sama pada waktu tertentu.
10. ANALISIS JURNAL

ABSTRAK

Judul Artikel:

Persepektif masyarakat pada praktek budaya dan system percaya mempengaruhi alcohol dan

pengguna narkoba: studi kualitatip di anang komunitas, Nigerian

Latar Belakang: .

Penelitian kualitatif ini diteliti narasi dalam lingkungan alami untuk mendapatkan wawasan

tentang praktik budaya yang berkaitan dengan alkohol dan penggunaan narkoba di masyarakat

Anaang

Tujuan:

Untuk memperoleh wawasan informasi yang diperlukan untuk merancang program sensitif-

budaya intervensi preventif untuk alkohol dan penggunaan narkoba di lokal komunitas di

Nigeria.

Metode:

Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dan kualitatif multi-sited menguji pengaruh

praktik budaya pada alkohol dan penggunaan narkoba di Anaang masyarakat. Partisipan
penelitian termasuk populasi muda dan dewasa berusia 15-60 tahun. Laki-laki (n = 50) dan

perempuan (n = 30) berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara keseluruhan, 80 peserta

diwawancarai untuk penelitian ini menggunakan kenyamana metode pengambilan sampel.

Data dikumpulkan dengan menggunakan kedalaman yang tidak terstruktur dan terbuka

panduan wawancara dan observasi partisipan. Semua wawancara dilakukan di Dialek Anaang

oleh tiga penulis dan keduanya direkam audio setelah meminta persetujuan peserta selain rajin

mencatat informal diskusi dan interaksi dengan studi peserta

Panduan wawancara dikembangkan untuk menangkap persepsi peserta tentang penggunaan

alkohol dan narkoba serta pendapat mereka dan pengalaman tentang pengaruh praktik budaya

pada penggunaan narkoba. Rata-rata, wawancara berlangsung 35-60 menit. Wawancara

rekaman audio kemudian diterjemahkan dan ditranskripsi oleh para ahli di bidang itu.

Hasil:

Peserta (97%) menunjukkan bahwa konsumsi alkohol di lahan Anaang adalah ditoleransi

secara budaya sebagai bagian dari upacara kehidupan rakyat. Ini pada dasarnya sosial

Bertindak tunduk pada berbagai aturan dan norma tentang siapa yang boleh minum, kapan, di

mana dengan siapa dan mengapa. Alkohol mentah dari rafia disebut ukot nsung. Yang

difermentasi disuling secara lokal untuk menghasilkan gin kaikai local Bentuk lain alkohol

terutama disadap oleh pemuda berasal dari pohon kurma yang ditebang, dan itu disebut ukot

ayop. Pengamatan dan komentar dari peserta mengungkapkan bahwa, gin lokal biasanya

dicampur dengan herbal, akar sebagai herbal terapi untuk berbagai kondisi penyakit dan

penguat kinerja.
Peserta (85%) menunjukkan bahwa alkohol terutama dikonsumsi oleh pria dewasa untuk

kesenangan sementara perempuan dan anak-anak secara budaya diasingkan minum, meskipun

tidak ada yang formal aturan yang melarang mereka.

Mayoritas Peserta (97%) percaya bahwa konsumsi alkohol norma selama orang tidak
melebihi titik kehilangan kontrol diri dan menjadi gangguan publik.

KESIMPULAN

Secara tradisional di tanah Anaang, konsumsi alkohol bukan hanya tindakan sosial tetapi
sangat mengakar dan berukir dijantung warisan budaya Anaang. Bahkan meskipun konsumsi
dipandang normal, itu dikenakan berbagai aturan dan norma penggunaan dalam hal siapa
yang menawarkannya, kapan,mengapa dan di mana harus minum. Minuman berlebih
memiliki beberapa konsekuensi yang tidak menyenangkan bijaksana secara sosial, ekonomi
dan kesehatan.Program pendidikan alkohol juga perlu alamat niat dan motivasi individu
sambil menawarkan umpan balik yang dipersonalisasi danstrategi perilaku protektif
(Patricket. al . 2014). Kesehatan dan perawatan publik-Program pemerintah perlu secara ,
memberi perhatian khusus pada faktor budaya seperti identitas etnis dan orientasi. Penelitian
ini mencoba untuk mengeksplorasi bagaimana praktik budaya, norma,dan sistem kepercayaan
dapat memengaruhi obat dan penggunaan alkohol serta kinerja masyarakat spektif tentang
perang melawan substansi penyalahgunaan.

Anda mungkin juga menyukai