Anda di halaman 1dari 4

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian mengenai evaluasi sediaan tablet.

Gambaran kemungkinan tablet yang dihasilkan pada proses cetak tablet dapat dilihat melalui
tahap karakterisasi tablet yang dihasilkan. Karakterisasi tablet dilakukan dengan
mengevaluasi tablet sesuai dengan rancangan formula yang ada, meliputi uji keseragaman
bobot tablet, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan tablet, uji friabilitas dan uji friksibilitas.

a) Uji keseragaman bobot


Evaluasi keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui penyimpangan bobot tablet
yang diambil secara acak. Penyimpangan yang terlalu besar dapat berpengaruh pada kadar
bahan aktif didalamnya. Kadar akan berkurang dan bahkan bisa melebihi dosis yang telah
ditentukan. Uji evaluasi keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet dan
dihitung rata-ratanya. Tablet yang diuji memiliki bobot >300 mg, sehingga syarat yang harus
dipenuhi yaitu tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari 5 %, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata lebih besar dari 10 % (Aulton dan Taylor, 2013). Sehingga syarat untuk tablet yang
akan dievaluasi adalah tidak ada 2 tablet atau lebih yang menyimpang dari 582,825 - 644,175
mg dan tidak ada satupun tablet yang menyimpang dari 552,15 - 674,85 mg. Hasil evaluasi
tablet yang diperoleh menunjukkan tablet memenuhi syarat karena tidak ada 2 tablet atau
lebih yang menyimpang dari 582,825 - 644,175 mg dan tidak ada satupun tablet yang
menyimpang dari 552,15 - 674,85 mg.

b) Uji keseragaman ukuran


Uji keseragaman ukuran dilakukan untuk mengetahui perbedaan ukuran tablet yang
dibuat dalam satu batch. Ukuran tablet yang diinginkan harus seragam dan walaupun ada
perbedaan ukuran tidak jauh dari rentang standar deviasinya. Evaluasi keseragaman ukuran
dapat diukur dari tebal dan diameter tablet yang dibuat. Alat yang digunakan untuk
pengukuran adalah menggunakan jangka sorong, dimana hasil yang didapatkan berupa
perbandingan antara diameter tablet dengan tebal tablet. Evaluasi ini dilakukan pada 10 tablet
yang dipilih secara acak.
Ukuran tablet memenuhi syarat jika ukuran tablet yang dibuat seragam dan memiliki
ukuran yang relatif sama. Syarat uji keseragaman ukuran yaitu (4/3 x T) ≤ D ≤ (3XT). Dari
hasil uji keseragaman ukuran didapatkan rata-rata diameter tablet yaitu 1,292 dan rata-rata
tebal tablet yaitu 0,377. Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh hasil yaitu 0,5026 ≤
1,292 ≤ 1,131. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa uji keseragaman ukuran tidak
memenuhi syarat karena, nilai D tidak lebih kecil dari 3 x T. Sehingga tebal tidak memenuhi
syarat sedangkan diameter tablet memenuhi syarat.

c) Uji kekerasan tablet


Uji kekerasan tablet ini perlu dilakukan untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap
goncangan, dan kejadian yang mungkin terjadi pada tablet. Uji kekerasan tablet juga
dilakukan untuk mengetahui kekuatan atau kekerasan dari tablet yang dibuat. Pada pengujian
kekerasan digunakan alat hardness tester dengan cara mengambil sampel tablet sebanyak 10
tablet secara acak dan diujikan pada hardness tester. Dari pengujian yang telah dilakukan,
didapatkan hasil yaitu rata-rata kekerasan pada tablet sebesar 13,8 N. Hasil ini menunjukkan
bahwa tablet tidak memenuhi persyaratan kekerasan yaitu kekerasan harus ada pada rentang
7-11 N.
Faktor-faktor yang dpat mempengaruhi kekerasan tablet adalah besar dari tekanan
punch, jika punch tidak optimal dalam pemberian tekanan, maka tablet yang terbentuk akan
cenderung rapuh dan tidak dikompresi dengan baik dan tablet yang cenderung rapuh akan
berpengaruh pada saat pengemasan dan pada saat adanya goncangan, atau gesekan yang
mungkin akan dialami oleh tablet. Selain itu sifat bahan yang dikempa, jenis dan jumlah
pengikat yang digunakan juga mempengaruhi kekerasan tablet. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan. Apabila kadar pengikat yang digunakan tinggi maka akan
menghasilkan ikatan yang kuat pada tablet sehingga tablet tidak mudah pecah dan
meghasilkan kekuatan tablet yang baik.

d) Uji friabilitas
Pada pengujian kerapuhan tablet dilakukan untuk mengetahui ketahanan tablet dalam
melawan pengikisan dan goncangan, besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang
selama pengujian dengan alat Friability tester. Uji kerapuhan menentukan kondisi dimana
permukaan tablet cacat (terkikis) dan/atau menunjukan bukti laminasi (penipisan) atau
kehancuran apabila diberi suatu putaran dengan kecepatan tertentu, dapat digunakan pada
penanganan selama pengemasan dan pengiriman (Agoes, 2008).
Pada pengujian ini, tablet yang digunakan memiliki bobot <650 mg sehingga sampel
yang digunakan sebanyak ±6,5 g. Pada pengujian kerapuhan tablet digunakan 11 tablet
dengan berat 6,76 gram. Dimasukkan kedalam alat Friability tester dimana pengurangan
berat menunjukkan nilai kerapuhan dari tablet dan dinyatakan dalam persen (FDA, 2009).
Dari hasil yang diperoleh, bobot tablet setelah pengujian sebesar 6,74 g sehingga hasil
persentase kerapuhan tablet yaitu sebesar 0,29%. Hasil ini menunjukkan bahwa tablet
memenuhi persyaratan kerapuhan yaitu persentase kehilangan berat pada pengujian
kerapuhan tablet tidak lebih dari 1% (FDA, 2009).
Hasil kerapuhan tablet berhubungan dengan kekerasannya, yaitu semakin tinggi
kekerasan tablet maka kerapuhannya makin menurun. Proses penambahan pengikat
melibatkan air yang dapat mengaktifkan daya ikat dan meningkatkan kekuatan polimernya
sehingga memperkuat tablet (Hazarika dan Sit, 2016).

e) friksibilitas
friksibilitas adalah persen bobot yang hilang setelah terjadi gesekan antar tablet, dan
merupakan parameter untuk menguji ketahanan tablet yang mengalami gesekan. Pada
pengujian ini, tablet yang digunakan memiliki bobot <650 mg sehingga sampel yang
digunakan sebanyak ±6,5 g. Pada pengujian kerapuhan tablet digunakan 11 tablet dengan
berat 6,79 gram. Dari hasil yang diperoleh, bobot tablet setelah pengujian sebesar 6,78 g
sehingga hasil persentase friksibilitas tablet yaitu sebesar 0,14%. Hasil ini menunjukkan
bahwa tablet memenuhi persyaratan friksibilitas yaitu persentase kehilangan berat pada
pengujian tidak lebih dari 1% (FDA, 2009). Dari hasil ini, menunjukkan bahwa tablet
memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan yang terjadi.

f) Uji disolusi
Disolusi merupakan suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat
kedalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting, karena ketersediaan obat
sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut kedalam media pelarut sebelum
diserap didalam tubuh. Disolusi merupakan suatu kontrol kualitas yang dapat digunakan
untuk memprediksi bioavailabilitas. Pengujian disolusi dilakukan dengan menggunakan alat
dissolution tester, dengan penggunaan medium disolusi sesuai kelarutan bahan aktif, suhu
yang digunakan 37±0,5℃ dengan kecepatan putaran sesuai dengan yang tertera pada
monografi masing-masing bahan aktif. Uji disolusi memenuhi syarat jika nilai Q(%)
memenuhi syarat S1, S2 dan S3 pada tabel penerimaan yang tercantum pada Farmakope
indonesia edisi IV.

g) Waktu hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet untuk hacur menjadi partikel yang
lebih kecil. Waktu hancur sediaan tablet sangat berpengaruh dalam fase bioformasi obat.
Sediaan obat akan hancur dalam cairan tubuh, untuk itu lamanya waktu hancur akan
berpengaruh pada onset time obat. Persyaratan waktu hancur tablet kurang dari 900 detik
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Waktu hancur dapat dipengaruhi oleh banyaknya bahan
pengikat yang digunakan dalam formulasi tablet dan bahan penghancur (jenis dan
jumlahnya), karena bahan penghancur merupakan bahan yang akan menyebabkan tablet
pecah dan hancur dalam air atau cairan lambung. Alat yang digunakan dalam evaluasi waktu
hancur adalah disintegrant tester, yang terdiri dari 6 keranjang untuk menyimpan tablet yang
bergerak naik turun, gerakan ini merupakan simulasi dari gerakan peristaltik saluran cerna.
Volume medium air 900 ml dengan suhu 37℃ dimaksudkan untuk menyerupai volume
cairan dan suhu tubuh manusia.
Namun pada praktikum tidak dilakukan uji waktu hancur dan disolusi dikarenakan
tidak tersedia alat disintegran tester yang akan digunakan, dan tidak mencukupinya waktu
untuk pengujian.

DAFTAR PUSTAKA

FDA. (2009). The United States Pharmacopoeia The National Formulary USP 32/NF 27.
726, Twinbrook Parkway, United States.
Agoes, Goeswin. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: ITB Press..
Aulton dan Taylor, M.E., dan Taylor K.M.G. (2013). Aulton dan Taylor’s Pharmaceutics:
The Design and Manufacture of Medicines (4th Ed). Churcihill Livingstone Elsevier.
Hazarika, B. J. dan Sit, N. (2016). Effect of dual modification with hydroxypropylation and
crosslinking on physicochemical properties of taro starch,Carbohydrate Polymers, 140,
269–278.
Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V, Jakarta:
Departemen Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai