Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH BAKTERI SALMONELLA TYPHI (S.

TYPHI) TERHADAP

KEAMANAN PANGAN INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Oleh:

Lundita Kawistra (18/425403/TP/12104)

Naura Laksita Devi (18/425411/TP/12112)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA
PENGARUH BAKTERI SALMONELLA TYPHI (S.TYPHI) TERHADAP
KEAMANAN PANGAN INDONESIA
Oleh:
Lundita Kawistra (18/425403/TP/12104)
Naura Laksita Devi (18/425411/TP/12112)

1. Latar Belakang Masalah

Pangan merupakan bidang yang penting dan mendasar dalam kehidupan

manusia. Hal ini meyebabkan adanya teknologi pangan dengan penggunaan ilmu

kimia, mikrobiologi dan keteknikan, serta bioteknologi untuk mengembangkan

variasi pangan dan perlindungan pangan itu sendiri. Namun pada kenyataannya,

sebagian besar masalah pangan disebabkan oleh mikrobia ataupun senyawa

biologi lainnya yang dapat menyebabkan kontaminasi dan infeksi.

Bahan pangan yang tidak diolah atau disimpan dengan prosedur yang

benar dapat terkontaminasi oleh patogen yang merugikan dan berbahaya.

Menurut FAO pada data tahun 1979, lebih dari 90% kasus terjadinya keracunan

makanan disebabkan oleh bakteri patogen sebagai kontaminan utama dalam

makanan (Winarno,2004). Maka dari itu diperlukan suatu regulasi ataupun kaidah

yang dapat di gunakan untuk menjaga keamanan bahan pangan, hal ini lah yang

disebut Keamanan Pangan.

Keberadaan undang-undang tentang keamaan pangan belum sepenuhnya

menjamin kemanan pangan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari laporan Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI, 2016) pada tahun
2016, telah terjadi kasus keracunan pangan dengan tingkat Kejadian Luar Biasa

(KLB) yang menyebabkan 5.673 orang terpapar, 3.351 orang sakit, dan 7 orang

meninggal dunia.

Keracunan pangan yang terjadi tersebut didominasi oleh kontaminasi

pangan dari bakteri patogen seperti Salmonella. Bakteri Salmonella merupakan

bakteri yang dapat menyebabkan penyakit Salmonellosis atau demam tifoid.

Penyebaran bakteri Salmonella ini didukung dengan mayoritas bahan pangan

yang ada di Indonesia berasal dari produk unggas dan daging. Maka dari itu,

dalam makalah ini akan dibahas mengenai kemanan pangan untuk menyelesaikan

masalah Salmonellosis yang ada di Indonesia.

2. Rumusan Masalah

2.1 Apa pengertian keamanan pangan?

2.2 Bagaimana keamanan pangan berfungsi di Indonesia

2.3 Mengapa bakteri Salmonella typhi dapat mengancam keamanan

pangan di Indonesia?

2.4 Bagaimana Peran keamanan pangan dalam menyelesaikan masalah

Salmonellosis?

3. Tujuan

3.1 Mengetahui pengertian keamanan pangan

3.2 Mengetahui kondisi keamanan pangan di Indonesia

3.3 Mengatahui pengaruh bakteri Salmonella typhi terhadap keamanan

pangan di Indonesia

3.4 Mengetahui cara mengatasi cemaran oleh bakteri Salmonella typhi


4. Landasan teori

Menurut Moehji (2000), keamanan pangan merupakan kondisi suatu

makanan yang terbebas dari zat-zat atau bahan-bahan lain yang dapat

membahayakan kesehatan tubuh tanpa membedakan zat itu terdapat secara

alami dalam makanan tersebut atau tercampur secara sengaja atau tidak

sengaja ke dalam makanan tersebut.

Bakteri Salmonella typhi (S.typhi) merupakan bakteri patogen yang

termasuk ke dalam golongan bakteri gram negatif. Bakteri S.typhi juga

merupakan bakteri patogen penyebab demam tifoid, yaitu penyakit infeksi

sistemik dengan ciri-ciri demam yang berlangsung lama serta rusaknya organ

usus dan organ-organ hati karena adanya inflamasi ( Cita, 2011). Penyakit yang

disebabkan oleh Salmonella disebut salmonelosis. Gejala salmonellosis yang

paling sering terjadi adalah gastroenteritis. Selain gastroenteritis, beberapa

spesies Salmonella juga dapat menimbulkan gejala penyakit lainnya, seperti

demam enterik seperti demam tifoid dan demam paratifoid, serta infeksi lokal

(Poeloengan, 2014).

5. Analisis

5.1 Pengertian Keamanan Pangan

Menurut UU RI No 18 Tahun 2012 tentang pangan, keamanan pangan

merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,

merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan

dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk


dikonsumsi. Cemaran biologi dapat berupa bakteri, kapang, khamir, parasit,

virus dan ganggang. Sementara itu, cemaran kimia dapat berupa bahan

tambahan pangan yang tidak diperbolehkan untuk digunakan dalam pangan.

5.2 Kondisi Keamanan Pagan di Indonesia

Keamanan pangan merupakan indikator tewujudnya ketahanan pangan di

Indonesia. Dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia,

keamanan pangan merupakan prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjamin

mutu suatu produk pangan. Akan tetapi, banyak masyarakat Indonesia yang

kurang memahami pentingnya keamanan pangan dalam menjamin mutu suatu

produk sehingga keamanan pangan di Indonesia masih sangat memprihatinkan.

Kondisi keamanan pangan Indonesia yang masih memprihatinkan tersebut

ditunjukkan oleh tingginya angka kematian di Indonesia karena keracunan

makanan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia

melaporkan bahwa kasus kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan

menyebabkan 2500 orang meninggal dunia dan 411.500 orang sakit per

tahunnya. Data tersebut menunjukkan bahwa keamanan pangan di Indonesia

masih rendah. Hal tersebut karena kesadaran masyarakat Indonesia terhadap

pentingnya keamanan pangan masih rendah sehingga masih banyak oknum-

oknum yang kurang memperhatikan gizi serta kebersihan dari produk pangan.

Upaya pewujudan keamanan pangan di Indonesia juga mengalami

beberapa tantangan, seperti kondisi keamanan pangan domestik yang dipicu

oleh kegiatan sanitasi serta hiegene oleh IKM pangan. Praktik-praktik sanitasi

serta hiegene yang tidak dilakukan secara benar atau sesuai prosedur yang ada
dapat menyebabkan mutu suatu produk pangan menjadi tidak baik. Oleh karena

itu, produk pangan yang tidak mengalami proses sanitasi dan hiegene dengan

baik dapat memicu munculnya cemaran biologi atau kimia.

5.3 Pengaruh bakteri Salmonella typhi terhadap keamanan pangan

Samonellosis dapat terjadi akibat penyebaran bakteri Salmonella, namun

yang paling umum adalah bakteri Salmonella typhi. Ochiai (2008)

mengkatogerikan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki peringkat

tertinggi mengenai kejadian endemik demam tifoid di Asia setelah Cina dan

India yang setelah itu diikuti Pakistan dan Vietnam.

Bakteri Salmonella dapat mengkontaminasi hewan ternak seperti pada

daging dan telur unggas, serta hewan air. Penularan penyakit ini melalui

makanan atau minuman yang tidak diolah atau disimpan dengan prosedur yang

benar. Menurut Supardi dan Sukamto, semakin tinggi jumlah Salmonella yang

terkandung dalam makanan, semakin besar gejala infeksi yang terjadi pada

orang yang menelan makanan tersebut, dan semakin cepat waktu inkubasi

sampai timbulnya gejala infeksi.

Terkontaminasinya bahan pangan seperti Salmonella typhi pada daging

dan telur unggas merupakan suatu hal yang berhubungan dengan keamanan

pangan. Hal ini dapat terjadi akibat kelalaian konsumen sendiri dalam

memeriksa kelayakan bahan pangan sebelum dimasak atau dikonsumsi dalam

keadaan yang tidak matang dan mentah. Disisi lain, lembaga-lembaga dan

individu yang menjual belikan bahan pangan ini juga menjadi faktor utama
tersebarnya bahan pangan yang tidak layak dikonsumsi akibat kontaminasi

Salmonella typhi. Hal ini disebabkan oleh produksi atau penyimpanan bahan

pangan yang tidak sesuai prosedur dan aturan yang telah ditentukan pemerintah

untuk menghindari adanya kontaminasi patogen. Disinilah peran keamanan

pangan dalam menangani masalah tersebut.

5.4 Cara mengatasi cemaran oleh bakteri Salmonella typhi

Kemanan pangan tidak hanya sekadar peraturan yang terdapat pada

Undang-Undang namun juga harus diimbangi dengan pelaksanaan dari

lembaga-lembaga pemerintah, produsen, dan konsumen sekaligus. Produsen

perlu menerapkan HACCP (Hazard Analysis & Critical Control Point) pada industri

lokal maupun nasional, supermarket, serta melibatkan dinas kesehatan dan

laboratorium dlam melakukan studi survey kontaminasi Salmonella pada bahan

pangan. Selain itu, produsen juga perlu melaksanakan penelitian dan

memperoleh suatu sertifikasi mengenai keamanan bahan pangan yang bekerja

sama dengan dinas kesehatan serta laboratorium yang kemudian memberikan

label bebas Salmonella typhi pada setiap produknya yang telah teruji bebas dari

bakteri patogen tersebut. Pemerintah dapat berkontribusi dalam menjaga

keamanan pangan dari bakteri Salmonella typhi dengan menyusun serta

memasyaraktkan pedoman penangan bahan pangan rentan bakteri Salmonella

typhi pada retailer, produsen, dan konsumen. Hal tersebut dapat diperketat

dengan pengadaan regulasi dan penguatan hukum yang dapat menjamin

keberlangsungan kemanan pangan. Kemudian sebagai konsumen, diperlukan

kesadaran membeli bahan pangan yang memiliki label bergaransi mutu,


menyimpan bahan pangan pada sesuai anjuran dan memasak serta

mengolahnya secara matang.

6. Kesimpulan

6.1 Keamanan Pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan

untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan

benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan

kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan,

dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.

6.2 Kondisi keamanan pangan di Indonesia masih sangat memprihatikan

yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit pencernaan dan

gangguan kondisi ekonomi produsen dan konsumen.

6.3 Salmonella typhi merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan

demam tifoid dan penyebarannya melalui bahan pangan seperti daging

dan telur unggas yang yang tidak diolah atau disimpan dengan prosedur

yang benar.

6.4 Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi

masalah tersebut yaitu dengan mengaplikasikan aturan yang sudah ada

dalam undang – undang serta perlakukan produsen dan konsumen itu

sendiri.

7. Daftar Pustaka

BPOM RI.2018.Isu Strategis Keamanan Dan Mutu (Gizi) Pangan .Makalah

disampaikan pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, Pada 3-4


Juli 2018 di Jakarta.

Cita, Y.P,.2011.Bakteri Salmonella Typhi Dan Deman Tifoid. Jurnal

Kesehatan Masyarakat,6(1):42-45.

Moehji, S. 2000. Ilmu Gizi. Bharata Karya Aksara:Jakarta.

Ochiai, R.L,.2008.A Study Of Typhoid Fever In Five Asian Countries:

Disease Burden And Implications For Controls. Bull World Health

Organ, 86(4):260-268.

Poeloengan, M. dkk,. 2014. Bahaya Salmonella Terhadap Kesehatan.

Lokakarya   Nasional Penyakit Zoonosis. Balai Penelitian

Veteriner:Bogor.

Supardi, I. dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan

Keamanan Pangan. Penerbit Alumni: Bandung.

Winarrno, F.G. 2004. Keamanan Pangan Jilid 3. M-BRIO: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai