Anda di halaman 1dari 10

“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

R KASUS
G1P1A0 POST PARTUM PREMATUR KONTRAKSI + KELAINAN KONGENITAL DI
RUANG CAMELIA RSUD KABUPATEN BEKASI”

DISUSUN OLEH MAHASISWA/i :

SEPTI AMELIA 16.156.01.11.033

STIKES MEDISTRA INDONESIA


Jl. CUT MEUTIA RAYA NO. 88A BEKASI, JAWA BARAT INDONESIA
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu
berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina didunia
luar. Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsi, panggul sempit, partus tak maju
dan partus lama, sedangkan indikasi janin antara lain gawat janin, kelainan lelak janin dll.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. Dari survey
demografi dan kesehatan Indonesia (sdki) dan data biro pusat statistik (bps), angka
kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan diseluruh dunia mencapai 515 ribu jiwa
pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi
kehamilan dan persalinannya (dr. Nugraha, 2007).
Persalinan premature dapat terjadi secara spontan atau karena ada indikasi.
Persalinan prematur secara spontan dapat terjadi pada selaput ketuban yang masih intak
atau karena ketuban pecah dini (preterm premature rupture of fetal membranes).
Persalinan prematur atas indikasi bisa tejadi karena kondisi yang terjadi pada ibu ataupun
janin. Kondisi pada ibu yang sering menginduksi adalah kejadian preeklampsia, plasenta
previa sedangkan pada janin adalah karena pertumbuhan janin terhambat. Namun, kedua
kondisi ini dapat terjadi secara bersamaan. Dari semua kasus persalinan prematur yang
terjadi, 25% terjadi atas indikasi dan 75% terjadi secara spontan dimana 45% dengan
selaput ketuban yang masih intak dan 30% dengan kasus ketuban pecah dini.
Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju
maupun negara berkembang. Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu
jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan
sebagai kelainan kongenital multiple. Sampai dengan 70% dari kelainan kongenital
ternyata dapat dicegah atau dapat diberikan perawatan yang bisa menyelamatkan nyawa
bayi atau mengurangi keparahan disabilitas yang mungkin diderita dengan memberikan
terapi yang tepat yaitu dengan pembedahan. Sedangkan untuk pencegahan, khususnya
dilakukan sebelum terjadi pembuahan atau pada kehamilan usia dini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir (Prawiharjo, 2002). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18jam, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin (Prawiharjo, 2002).
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500
gram.Terdapat 3 subkategori usia kelahiran prematur berdasarkan kategori World Health
Organization (WHO, 2012), yaitu:
1) Extremely preterm (< 28 minggu)
2) Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
3) Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).
Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan
kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah.
Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin
yang terlambat. Keduanya sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negatif, tidak
hanya kematian perinatal tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan datang,
kelainan mental dan bebah ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan.
Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju maupun
negara berkembang. Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis
kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan
sebagai kelainan kongenital multiple. Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak
terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung
ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan
rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM) Atresia Ani merupakan kelainan bawaan
(kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
B. ETIOLOGI
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 4 golongan,
yaitu :
a. Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
b. Inflamasi/infeksi
c. Perdarahan plasenta
d. Peregangan yang berlebihan pada uterus
Sedangkan Prawirohardjo (2011) menyatakan bahwa kondisi yang terjadi selama
kehamilan dapat berisiko terhadap kejadian persalinan prematur yang dibagi dalam dua
faktor, yaitu :
1. Janin dan plasenta
 perdarahan trimester awal
 perdarahan antepartum (plasenta previa, solution plasenta, vasa previa)
 ketuban pecah dini (KPD)
 pertumbuhan janin terhambat
 cacat bawaan janin
 kehamilan ganda/gemeli
 polihidramnion
2. Ibu
- penyakit berat pada ibu
- diabetes mellitus
- preeklamsia/hipertensi
- infeksi saluran kemih/genital/intrauterin
- penyakit infeksi dengan demam
- stress psikologik
- kelainan bentuk uterus/serviks
- riwayat persalinan prematur/abortus berulang
- inkompetensia serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
- pemakaian obat narkotik
C. FAKTOR RESIKO
Dalam hal ini, faktor risiko adalah kondisi atau keadaan pada ibu hamil yang dapat
menyebabkan kemungkinan risiko atau bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan
yang mengakibatkan terjadinya persalinan prematur.
1) Pekerjaan
Pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental (stress), kecemasan yang tinggi dapat
meningkatkan kejadian prematur.Pekerjaan fisik yang berat, yang mengkondisikan
ibu hamil untuk berdiri lama, seperti Sales Promotion Girl (SGP), perjalanan panjang
dan pekerjaan yang mengangkat beban berat berisiko melahirkan prematur.Sebuah
studi di University College Dublin, Irlandia mengatakan bahwa wanita hamil yang
pekerjaannya menuntut kekuatan fisik lebih beresiko melahirkan secara prematur atau
lahir dengan berat badan di bawah normal. Selain itu tingkat stres serta waktu kerja
yang panjang juga akan berdampak buruk bagi si calon bayi.
2) Umur
Umur merupakan faktor penting dalam menentukan waktu yang ideal untuk
hamil.Umur yang paling aman untuk hamil dan melahirkan adalah sekitar 20 – 35
tahun. Pada usia ini wanita dalam keadaan optimal dengan kata lain risiko angka
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) ibu dan bayi yang terjadi akibat
kehamilan dan persalinan dalam kelompok usia tersebut paling rendah dibandingkan
dengan kelompok usia lainnya. Risiko ini akan semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.
3) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu sebelum kehamilan
atau persalinan. Paritas dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu:
- Nullipara: Golongan ibu dengan paritas 0 (ibu yang telah pernah melahiran bayi)
- Primipara: Golongan ibu dengan paritas 1 (wanita yang belum pernah melahirkan
bayi sebanyak satu kali)
- Multipara: Golongan ibu dengan paritas 2-5 (wanita yang belum pernah
melahirkan bayi sebanyak dua hingga lima kali)
- Grande Multipara: Golongan ibu dengan paritas >5 (wanita yang belum pernah
melahirkan bayi sebanyak lebih dari lima kali)
4) Riwayat Abortus
Menurut definisi WHO, abortus adalah hilangnya janin atau embrio dengan berat
kurang dari 500 gram atau setara dengan sekitar 20-22 minggu kehamilan.Aborsi bisa
meningkatkan risiko infeksi yang bisa mempengaruhi kehamilan selanjutnya.Aborsi
dapat merusak dinding rahim, tempat janin tumbuh dan berkembang.Dinding rahim
merupakan tempat melekatnya plasenta, salah satu fungsi plasenta ialah tempat
pembuatan hormon-hormon dan jika plasenta tidak bekerja dengan baik maka
pembuatan hormon terganggu. Jika kadar progesterone turun akan timbul kontraksi
pada rahim. Kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan
berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu
sendiri.Wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk
terjadinya persalinan prematur, abortus berulang, dan BBLR.
5) Anemia Kehamilan
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi
hemoglobin yang menurun.Kategori anemia yaitu jika HB <11gr/dl.Selama
kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabakan oleh defisiensi besi,
sekunder terhadap kehilangan darah sebelumnya atau masukan besi yang tidak
adekuat.Anemia jarang menciptakan krisis kedaruratan akut selama kehamilan,
namun pada hakekatnya setiap masalah kedaruratan dapat diperberat oleh anemia
yang telah ada.Pada kehamilan 36 minggu, volume darah ibu meningkat rata-rata 40
sampai 50 persen di atas keadaan tidak hamil.
6) Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg.Pengukuran
tekanan darah dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selama 4 jam.Hipertensi kronis
adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.Wanita yang mengalami hipertensi
kronis berisiko mengalami pre-eklampsia.Pada hipertensi atau preeklamsia, penolong
persalinan cenderung untuk mengahiri kehamilan.Hal ini menimbulkan prevalensi
prematur meningkat.Pasien dengan hipertensi harus selalu dicurigai mengalami
pelepasan plasenta premature.
D. TUJUAN PERAWATAN POST PARTUM
 Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik ataupun psikologis
 Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyususi, peberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi nya.
 Memberikan pelayanan KB.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
• Pemeriksaan kultur urine
• Pemeriksaan gas dan ph darah janin
• Pemeriksaan darah tepi Ibu: jumlah leukosit
• C- reactive protein. CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi akut
dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi
polisakarida nonserfik kuman pneumococcus yang disebut fraksi. CRP dibentuk
di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
b. Amniosintesis
• Hitung leukosit
• Pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis
• Kultur
• Kadar IL-1, IL-6
• Kadar glukosa cairan amnion
c. Pemeriksaan ultrasonografi
• Oligohidramnion: Goulk dkk,mendapati hubungan antara oligohidramnion
dengan koriamnionitis klinis antepartum.Vintzileons dkk, mendapati hubungan
antara oligohidramnion dengan koloni bakteri pada amnion.
• Penipisan serviks: Iams dkk, mendapati bila ketebalan serviks <3 cm (usg), dapat
dipastikan akan terjadi persalinan preterm.
• Selebritis serviks transparent lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi
intravagina terutama pada kasus kasus KPD dan plasenta previa.
d. Kardiotokografi: kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi

F. KOMPLIKASI
Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan, yang
kemungkinan terjadi produksi prostaglandin:
• Kelainan bawaan uterus meskipun, jarang terjadi Terdapat hubungan kejadian partus
preterm dengan kelainan uterus yang ada.
• Ketuban pecah dini ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau
sebaliknya.
Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti serviks inkompeten, hidramnion,
kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks dan lain-lain infeksi asenden merupakan teori
yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya amnionitis dan ketuban pecah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa
pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina didunia luar.
Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsi, panggul sempit, partus tak maju dan
partus lama, sedangkan indikasi janin antara lain gawat janin, kelainan lelak janin dll.
Persalinan premature dapat terjadi secara spontan atau karena ada indikasi. Persalinan
prematur secara spontan dapat terjadi pada selaput ketuban yang masih intak atau karena
ketuban pecah dini (preterm premature rupture of fetal membranes)
Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju maupun
negara berkembang. Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis
kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan
sebagai kelainan kongenital multiple.

B. SARAN
Memperhatikan kondisi saat fase kehamilan sangatlah penting dengan gizi yang cukup
dan seimbang, oleh karena itu bagi ibu-ibu yang hamil hendaklah mempersiapkan
persalinan dengan sebaik-baiknya, serta dengan melakukan pemeriksaan rutin baik
untuk mengetahui kesehatan janin dan sang ibu, selain itu juga penting dalam
mendeteksi sedini mungkin umur kehamilan ibu untuk menghindari kesalahan dalam
menentukan usia kehamilan sehingga kehamilan postmatur dapat diakhiri sehingga tidak
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi, FK.Unpad. 1993. Obstetri. Elstar. Bandung.

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa keperawatan. Ed.8. EGC. Jakarta

Nugroho,Taufan.2010. KasusEmergency Kebidanan Untuk Kebidanan dan


Keperawatan.
Cetakan I. Yogyakarta: Nuha Medika.

Hamilton, Persis Mary.1995. Dasar-Dasar KeperawatanMaternitas. ed.6. Jakarta:EGC.

Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions classification


(NIC) (5th ed.). America: Mosby Elseiver

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., dan Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United state of America: Mosby Elsevier

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Nasional Indoneia (PPNI)

Anda mungkin juga menyukai