Gabung Tia
Gabung Tia
PENDAHULUAN
1
2
Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali lipat
dibandingkan target MDGs. Sedangkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15
per 1.000 kelahiran hidup,AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup dan
AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Buleleng tahun 2018,
jumlah kelahiran hidup dan jumlah kematian bayi pada tahun 2018 adalah
10.684 dan 39 bayi. Dari 39 bayi yang meninggal sebanyak 21 bayi yang
berjenis kelamin laki- laki dan sisanya 18 bayi perempuan sehingga angka
kematian bayi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2018 sebesar 4 per 1000
KH. Sebagian besar penyebab kematian bayi di Kabupaten Buleleng
disebabkan oleh BBLR,Asfiksia, dan beberapa penyebab lainnya. Jika
dibandingkan dengan target RPJMD Kabupaten yaitu 4,88 per 1000 KH
dan target SDGs yakni 12 per 1000 KH maka angka kematian bayi di
Kabupaten telah memenuhi target yang telah ditentukan. Sedangkan angka
kematian ibu pada tahun 2018 adalah 93/100.000 kelahiran hidup jika
dibandingkan dengan target RPJMN 2015- 2020 sebesar 306/100.000 KH
masih lebih rendah. Adapun penyebab kematian ibu yang terjadi
dikarenakan oleh beberapa penyebab seperti pendarahan sebanyak 3 kasus,
hipertensi dalam kehamilan sebanyak 3 kasus, dan penyebab lainnya
sebanyak 4 kasus.
Berdasarkan Profil Kesehatan Buleleng Tahun 2018 jumlah ibu
hamil dan jumlah kunjungan ibu hamil K1 di Kabupaten Buleleng tahun
2018 sebanyak 11.126 sedangkan yang telah menerima pelayanan
sebanyak 11.601 ibu hamil, sehingga presentasi cakupan kunjungan ibu
hamil K1 sebesar 104,3%. Jumlah kunjungan ibu hamil K4 2018 adalah
10.771 ibu hamil, sehingga cakupan K4 Kabupaten Buleleng sebesar
96,8%. Cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan mencapai
100,6% dimana dari 11.622 ibu bersalin yang diperkirakan sebanyak
10.687 persalinan yang telah ditolong oleh tenaga kesehatan dengan
standar kebidanan. Cakupan pelayanan nifas sebesar 99,1% atau dari
10.622 ibu bersalin, yang mendapat pelayanan KF3 sebanyak 10.528 orang
3
diperrberat dengan fakta masih adanya umur perkawinan pertama pada usia
yang amat muda (<20 tahun) dan usia saat hamil yaitu >35 tahun. Pada saat
kehamilan TW III jika tidak dideteksi secara dini dapat menyebabkan
terjadinya beberapa komplikasi pada kehamilan, komplikasi yang
kemungkinan terjadi sebisanya dideteksi sedini mungkin karena kehamilan
TW III merupakan proses yang sudah mendekati persalinan. Biasanya
komplikasi dalam kehamilan terjadi karena kurangnya deteksi dini pada ibu
hamil. Pada ibu hamil yang mengalami komplikasi akan berdampak pada
kehamilannya, dalam kasus yang lebih parah komplikasi dapat mengganggu
janin yang sedang dikandung. Kemudian dampak komplikasi pada kehamilan
terhadap persalinan dapat menyebabkan berbagai masalah seperti partus
macet, gawat janin, inersia uteri, syok, ring bandle, distosia bahu, retensio
plasenta, dan atonia uteri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan yaitu 5P diantaranya Passage (jalan lahir), Passenger (kondisi
janin, plasenta dan selaput ketuban), Power (tenaga ibu mengejan), Posisi ibu,
dan Psikologi ibu(Prawirohardjo, 2014).
Selain pada Ibu adapun dampak komplikasi pada bayi yaitu bayi yang
lahir dari ibu hamil yang mengalami komplikasi dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam kandungan, kemungkinan
janin tumbuh lebih lambat di dalam rahim dari seharusnya karena kondisi
yang dialami ibu dapat mengurangi jumlah nutrisi dan oksigen dari ibu untuk
bayinya. Jika kondisi ibu parah, bayi mungkin perlu segera dilahirkan
sebelum keadaan bertambah parah. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi
serius seperti kesulitan bernapas yang disebabkan oleh paru-paru tidak
sepenuhnya berkembang (neonatal respiratory distress syndrome).
Komplikasi lanjutan dari kelahiran premature yaitu keterlambatan belajar,
epilepsy, serebral palsy dan masalah pada pendengaran dan peneglihatan.
Selain itu dampak pada bayi baru lahir juga dapat terjadi kelahiran BBLR
(Berat Bayi Lahir Rendah) dan asfiksia. Beberapa bayi dengan ibu yang
mengalami komplikasi bahkan bisa mati dalam kandungan maupun lahir
mati.(Marmi, 2013)
Komplikasi pada kehamilan mungkin tidak berhenti sampai proses
persalinan dan dapat berlanjut pada masa nifas yang menyebabkan gangguan
5
pada trias nifas seperti pada payudara kemungkinan terjadi gangguan pada
produksi ASI sehingga dapat menimbulkan masalah baru yang dapat
menggangu seperti pemenuhan nutrisi bayi yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kemudian pada abdomen
kemungkinan uterus tidak kembali ke ukuran semula (subinvolusi) dan pada
genetalia kemungkinan terdapat pengeluaran pervaginam dan pengeluaran
lokhea yang patologis dan dapat menyebabkan infeksi pada alat-alat
kandungan. Dari komplikasi itu maka akan menganggu pemulihan pasca
persalinan dan akan berkelanjutan dalam pengambilan keputusan untuk
memilih metode kontrasepsi.
Pada kasus ibu yang mengalami komplikasi akan berpengaruh dalam
penggunaan KB, ibu hamil dengan komplikasi dianjurkan untuk tidak
memilih penggunaan KB jangka pendek karena dapat memperparah kondisi
ibu jika ibu hamil dengan jarak anak yang terlalu dekat sehingga dianjurkan
untuk penggunaan KB jangka panjang atau menetap.
Kebijakan Program pemerintah mengenai pelayanan antenatal,
pelayanan ibu hamil dikelompokkan sesuai usia kehamilan dengan kunjungan
antenatal minimal 4 kali yaitu pada Trimester I satu kali, Trimester II satu kali
dan Trimester III dua kali. Selain itu program pemerintah selanjutnya adalah
melaksanakan 10 T yang harus memenuhi standar tersebut yang terdiri dari
timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status
gizi (LILA), ukur Tinggi fundus uteri,skrining status imunisasi tetanus dan
pemberian imunisasi TT, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), test
laboratorium meliputi pemeriksaan golongan darah dan rhesus, pemeriksan
kadar hemologlobin, tes HIV, dan penyakit menular seksual lainnya
,tatalaksana kasus dan temu wicara persiapan rujukan,. Penilaian terhadap
pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat
cakupan K1 dan K4. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) merupakan program yang dijalankan untuk menekan
angka kematian ibu melahirkan. Pada periode neonatal, upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal adalah
melalui program Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 yaitu
6
neonatus pada umur 6-48 jam setelah lahir yang meluputi antara lain
kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda
(MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif,
pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B0 injeksi bila belum diberikan.
Pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan
sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam
sampai 3 hari, pada hari ke-4 sampai 28 hari, dan pada hari ke-29 sampai hari
ke-42 pasca persalinan. Pada program Keluarga Berencana menyebutkan
bahwa program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas. Selain itu, sebagai upaya penurunan AKI,
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Safe
Motherhood dan Gerakan Asuhan Sayang Ibu yang terdiri dari keluarga
berencana, asuhan antenatal, persalinan bersih dan aman, dan pelayanan
obstetric essential (Prawirohardjo, 2014), sebagai sebuah program yang
memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga
selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk memenuhi target yang belum
tercapai dapat melakukan upaya seperti tenaga kesehatan yaitu bidan desa
harus bekerja sama dengan kader desa, agar kader desa aktif melaporkan ibu
hamil kepada bidan desa yang ada di desa tersebut. Sehingga, bidan desa
dapat mendeteksi masalah kesehatan yang ada di desa tersebut dengan cara
melakukan pemeriksaan ANC terpadu, memastikan setiap ibu hamil memiliki
buku KIA, menempelkan stiker P4K, melakukan skrining HIV, kelas
antenatal, memastikan ibu hamil melakukan kunjungan minimal 4 kali,
melakukan kunjungan rumah, memastikan pesalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, melakukan kunjungan selama masa nifas dan kunjungan neonatus.
Selain itu, bidan juga perlu bekerja sama dengan pemerintah dalam
memberikan pelayanan yaitu dengan menerapkan program JKN-KIS agar
masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan yang komprehensif.
7
1.4 Manfaat
1) Bagi Mahasiswa
Hasil studi kasus ini sebagai salah satu syarat memberi pengalaman
tatanan nyata, penulis Proposal ini juga diharapkan bermanfaat bagi
mahasiwa untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku
kuliah untuk memberikan asuhan komprehensif.
2) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil pengkajian ini diharapkan dapat memberikan manfat bagi
pengembangan ilmu kebidanan dan menjadi bahan kajian pustaka
terhadap materi Asuhan Pelayanan Kebidanan serta referensi bagi
8
9
10
yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis. Batas itu dikenal sebagai
lingkaran retraksi fisiologis dinding uterus, di atas lingkaran ini jauh lebih tebal
dari pada dinding SBR. Setelah minggu ke-28 kontraksi semakin jelas, terutama
pada wanita yang langsing, umumnya akan menghilang bila wanita tersebut
melakukan latihan fisik atau berjalan. Pada minggu-minggu terakhir kehamilan
kontraksi semakin kuat sehingga sulit dibedakan dari kontraksi untuk permulaan
persalinan.
Tabel. 2.1 Perkiraan Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan
No Usia Kehamilan (Minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
1 36 Tiga jari di bawah prosesus
xiphodeus (px)
2 40 Pertengahan pusat-prosesus
xiphoideus (px)
Sumber: Sulistyawati (2012)
(2) Sistem traktus uranius
Pada kehamilan trimester III kepala janin mulai turun ke
pintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena
kandung kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga
terjadi hemodilusi menyebabkan metabolism air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter
lebih berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat pergerseran uterus
yang berat ke kanan akibat kolon rektosigmoid di sebelah kiri.
Perubahan-perubahan ini membeuat pelvis dan ureter mampu
menampung urin dalam volume yang lebih besar dan juga
memperlambat laju aliran urin.
(3) Sistem respirasi
Pada UK 32 Minggu ke atas, karena usus-usus tertekan
uterus membesar kearah diafragma sehingga diafragma kurang
leluasa bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil
mengalami derajat kesulitan bernafas.
(4) Kenaikan berat badan
Pada trimester 3 peningkatan berat badan sekitar 0,4-0,5
kg/minggu, penambahan berat badan dari mulai awal kehamilan
sampai akhir kehamilan 11-12 kg.
(5) Sirkulasi darah
Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25% dengan
puncak pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan hematokrit
11
1) Support keluarga
16
Sakit kepala yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang
menetap dan tidak hilang setelah istirahat terkadang disertai
penglihatan yang kabur.
3) Penglihatan kabur
Pandangan kabur yang disertai skait kepala yang hebat mungkin
menandakan pre-eklampsia (Pantiawati, 2010).
4) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
Bengkak bisa menunjukan masalah serius apabila muncul pada
muka dan tangan serta tidak hilang setelah beristirahat.
2.1.2 Persalinan
2.1.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi berupa janin
dan uri yang telah cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan
atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal
merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin (Jannah, 2015).
2.1.2.2 Fisiologi Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
1) Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesteron dan estrogen. Fungsi progesteron sebagai penenang otot-
otot polos rahim dan akan menyebabkan ketegangan pada pembuluh
darah sehingga timbul his atau kontraksi bila progesteron turun.
2) Teori oksitosin internal
Keseimbangan progesteron dan estrogen, meningkatkan
pengeluaran oksitosin dan mengakibatkan peningkatan aktivitas
kontraksi rahim di mana oksitosin ini merupakan suatu uterotonin yang
sangat berperan penting dalam kontraksi uterus.
3) Teori prostaglandin
Peningkatan prostaglandin sejak hamil 15 minggu dikeluarkan
decidua dan prostaglandin sebagai pemicu terjadinya persalinan.
2.1.2.3 Tanda-tanda Persalinan
1) Tanda pendahuluan menurut Mochtar (2013) adalah:
(1) Ligtening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul.
(2) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
23
(3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria), karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
(4) Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-
kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
(5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).
2) Tanda pasti persalinan menurut Mochtar (2013), antara lain:
(1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
(2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
(3) Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.
(4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan.
3) Power (kekuatan)
Ibu melakuakan kontraksi involunter dan volunter untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus
involunter (kekuatan primer) disebut juga his berasal dari titik pemicu
pada penebalan otot uterus bagian atas. Kontraksi involunter ini
menyebabkan pembukaandan penipisan serviks sehingga bagian
terendah bayi turun dan masuk ke pintu atas panggul. Segera setelah
bagian terbawah janin mencapai dasar panggul, sifat kontraksi
berubah, yakni bersifat mendorong ke luar. Wanita merasa ingin
mengedan, usaha mendorong ke bawah (kekuatan sekunder).
4) Psikologis wanita /ibu
Lingkungan yang tidak nyaman dan membuat depresi ibu
hamil akan mengganggu kerja hipofisis posterior dalam memproduksi
hormon yang memacu persalinan. Terganggunya pembentukan
hormon akan mempengaruhi kemajuan proses persalinan. Keadaan ibu
yang depresi dan tertekan membuat ibu tidak kooperatif dalam
menerima instruksi dari penolong dan saat penolong melakukan
tindakan. Perubahan psikologi cukup spesifik seiring kemajuan
persalinan. Kondisi psikologi seorang wanita yang melahirkan sangat
bervariasi, tergantung dari pada persiapan menghadapi persalinan dan
dukungan antisipasi yang ia terimaselama persiapan persalinan,
dukungan dari pasangan, keluarga, pemberi perawatan, lingkungan
dan dari factor janin apakah bayi tersebut diinginkan atau tidak.
Ketegangan emosi akibat rasa cemas sampai rasa takut dapat
memperberat persepsi nyeri selama persalinan. Nyeri dapat
menginduksi ketakutan, sehingga timbul kecemasan yang berakhir
dengan kepanikan. Keletihan dan kurang tidur dapat memperberat
nyeri. Persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi persepsi wanita
tentang nyeri bersalin. Karena wanita primipara mengalami persalinan
yang lebih panjang, dan hal ini sering disebut seperti suatu lingkaran
setan.
5) Penolong
26
j. Perubahan pencernaan
Ibu dapat mengalammi diare pada awal persalinan. Mual
dan sendawa dapat terjadi sebagai respon reflek terhadap dilatasi
serviks lengkap.
k. Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Permulaan
persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron
dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin serta oksitosin.
l. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1.2 gram/100 ml selama
persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum
persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan
postpartum.
(3) Perubahan Psikologis pada Kala I
a. Fase Laten: gelisah, gugup, cemas, khawatir, ingin ditemani,
tidak tidur, ingin berjalan.
30
b) Tujuan dari
penggunaan partograf adalah :
(a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa
dalam, penurunan kepala janin, kontraksi uterus ibu.
(b) Memantau kondisi ibu dengan menilai tekanan darah
setiap 4 jam sekali, nadi setiap 30 menit sekali, suhu
setiap 2 jam sekali, hidrasi dan urine.
(c) Menantau kondisi janin dapat dinilai dengan
menghitung denyut jantung jani setiap 30 menit,
kondisi air ketupan ( utuh, jenih, mekonium, darah,
kering ), dan moulage ( penyusupan tulang kepala
janin).
c) Lembar partograf
terlampir
2) Kala II Persalinan
(1) Batasan Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua
juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kala II berlangsung
selama rata-rata 1 ½ hingga 2 jam pada primigravida dan selama
½ hingga 1 jam pada multipara.Transisi dari kala I ke kala II
kerap kali terjadi dengan sangat cepat pada multipara.Kala II
terjadi dengan kontraksi uterus yang kuat, penggunaan otot
abdomen dan diafragma untuk menekan janin kebawah,
pergeseran otot dasar panggul, dilatasi vagina, penipisan dan
pemanjangan perineum, serta penonjolan vulva yang puncaknya
adalah dengan kelahiran bayi.
(2) Tanda dan Gejala Kala II
Tanda dan gejala dari kala II antara lain:
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
34
f. Perubahan Pencernaan
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita
bernapas melalui mulut, dehidrasi dan sebagai respon emosi
terhadap persalinan. Selama kala II, motilitas dan absorpsi
saluran cerna menurun dan pengosongan lambung menjadi
lambat. Wanita sering kali merasa mual dan memuntahkan
makanan yang belum dicerna setelah bersalin.
(4) Perubahan Psikologis pada Kala II
a. Jengkel, tidak nyaman akibat nyeri.
b. Kegerahan akibat cemas dan takut, lelah.
c. Tidak sabar.
d. Takut dan khawatir meningkat.
(5) Komplikasi Kala II
a. Syok
Tanda gejala: nadi cepat dan lemah (100x/menit atau
lebih), tekanan darah rendah (sistolik <60 mmHg, pucat pasi,
berkeringat atau dingin, kulit lembab, nafas cepat (>30
x/menit), cemas, bingung atau tidak sadar, produksi urin
sedikit (<30 cc/jam) dan penglihatan kabur.
Manajemen: posisikan ibu miring kiri, naikkan kedua
kaki untuk meningkatkan aliran darah ke jantung, pasang
infus RL atau NS dengan tetesan cepat, rujuk.
b. Infeksi
Tanda dan gejala: nadi cepat (100x/menit atau lebih),
suhu lebih dari 380C, menggigil, air ketuban atau cairan
vagina yang berbau.
Manajemen: baringkan ibu miring kiri, pasang infus,
berikan ampisilin 2 gr atau amoxilin 10 gr/oral, rujuk.
c. Pre-eklamsia berat-eklamsia
Tanda dan gejala: tekanan darah diastolik 110 mmHg
atau lebih, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih dengan
36
4) Kala IV
(1) Batasan Kala IV
Kala IV persalinan dimulai dari saat lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama post partum (setelah plasenta
lahir).Dalam periode ini penting untuk mempertahankan
kontraksi dan retraksi yang kuat.
(2) Penilaian perdarahan dan tingkat robekanperineum.
Perdarahan normal yang terjadi pada saat persalinan
yaitu kurang dari 500 cc. Suatu cara untuk menilai
kehilangan darah adalah dengan melihat dan memperkirakan
berapa banyak botol 500 cc yang dapat menampung darah
tersebut. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah
satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tak langsung untuk
mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui
penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan
menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun
serta terjadi tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg
dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih
dari 500 cc (Depkes RI, 2014).
Tingkat robekan atau laserasi perineum diklasifikasi
berdasarkan luas robekannya yaitu:
a. Derajat I mencakup mukosa vagina, comisura posterior,
dan kulit perineum.
b. Derajat II mencakup derajat I ditambah dengan otot
perineum.
c. Derajat III mencakup derajat II ditambah dengan otot
sfingter ani.
d. Derajat IV mencakup derajat III ditambah dengan
dinding depan rectum
(3) Perubahan Fisik Kala IV
41
serta pikiran ibu hamil, sehingga ibu merasa segar dan merasa
nyaman (Salmah, dkk, 2006).
f. Seksualitas: dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan
hubungan seksual dan ada keluhan atau tidak selama ibu
melakukan aktivitas seksual (Sulistyawati, 2012). Pada
kehamilan TM III terjadi penurunan libido, selain itu ada
anggapan bahwa cairan sperma mengandung prostaglandin
sehingga merangsang munculnya kontraksi (Kusmiyati, 2010).
g. Personal hygiene: dikaji untuk mengetahui kebersihan diri ibu
dalam sehari berapa kali mandi, berapa kali ganti pakaian,
berapa kali gosok gigi, berapa kali ganti pakaian dalam. Mandi
dianjurkan sedikitnya 2 kali sehari karena ibu hamil cenderung
untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri
terutama lipatan kulit (ketiak, di bawah payudara, daerah
genetalia). Kebersihan gigi dan mulut, perlu mendapat
perhatian karena seringkali terjadi gigi berlubang, terutama pada
ibu yang kekuranagn kalsium (Kusmiyati, 2010). Selain itu ibu
hamil TM III sering mengalami sering kencing dan keputihan,
maka ibu harus rajin mengganti pakaian dalamnya saat basah
dan kotor dan menjaga kebersihan dirinya.
h. Kekhawatiran-kekhawatiran terhadap kehamilan sekarang:
dikaji untuk mengetahui apakah ibu merasa khawatir terhadap
kehamilannya sekarang. Kekhawatiran perlu dikaji untuk
kenyamanan psikologis ibu, sehingga jika ibu merasa nyaman
maka proses kehamilan akan berjalan dengan lancar
(Sulistyawati, 2012).
i. Sikap dan respon terhadap kehamilan sekarang: ibu
merencanakan kehamilannya dan menerima kehamilannya saat
ini. Pada ibu hamil dengan kehamilan yang direncanakan dan
diterima cenderung lebih koperatif dan selalu memperhatikan
kehamilannya, sehingga proses kehamilan berjalan dengan
lancar.
74
Dasar:
(1) Data Subjektif:
a. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ibu yang ke-, dan
keguguran…
b. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal…
(2) Data Objektif
a. TTV (TD, N, S, P), BB, TB, Lila.
b. Pemeriksaan Papasi abdomen LI, LII, LIII, LIV
c. DJJ
2) Masalah
a. Kram pada kaki
b. Sakit punggung bagian bawah dan atas
c. Sering kencing
d. Oedema dependen
2.2.1.3 Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada ibu hamil fisiologis tidak ditemukan diagnosa dan masalah potensial.
2.2.1.4 Langkah IV Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Kolaborasi dan
Rujukan
Pada ibu hamil fisiologis kebutuhan akan tindakan segera tidak ada.
2.2.1.5 Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Komprehensif
Perencanaan asuhan kebidanan yang dapat dilakukan pada ibu hamil TW
III, yaitu:
1) Jelaskan mengenai kondisi ibu berdasarkan hasil pemeriksaan
Rasionalisasi: setiap pasien/ klien harus mengetahui setiap hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan dan merupakan hak psien/ klien.
2) Lakukan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan
Rasionalisasi: Informed consentdilakukan sebagai alat bukti dalam
persetujuan dari pasien teerhadap tindakan medic yang akan
dilakukan terhadap pasien (Prawirohardjo, 2009).
3) Berikan KIE tentang keluhan atau masalah yang dialami ibu dan
bagaimana cara mengatasinya
Rasionalisasi: Dengan diinformasikannya cara mengatasi keluhan
dapat membantu ibu dalam mengatasi keluhan atau masalah yang
dialami ibu.
81
2) Ibu dan suami sudah mengetahui tindakan apa saja yang akan
dilakukan bidan.
3) Ibu mengerti cara nengatasi keluhan yang dialaminya.
4) Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk
mempersiapkannya.
5) Ibu sudah menerima suplemen penambah darah dan bersedia
meminumnya sesuai aturan.
6) Ibu bersedia untuk kontrol 1 minggu lagi atau bila mengalami keluhan
atau tanda bahaya ibu mengatakan akan segera datang ke pelayanan
kesehatan.
d. Keadaan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a) Bernafas: untuk mengetahui apakah ada keluhan saat
bernafas atau tidak. Pada ibu bersalin kala I, pernafasan ibu
menjadi lebih cepat dengan sebelum persalinan, hal ini
disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekhawatiran serta
penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar (Sumarah,
dkk, 2009).
b) Nutrisi: data ini penting untuk diketahui agar bisa
mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan
gizinya selama hamil sampai dengan masa awal persalinan.
Data fokus mengenai asupan makanan pasien adalah kapan
atau jam berapa terakhir kali makan, makanan yang dimakan,
jumlah makanan yang dimakan. Pada masa persalinan, data
mengenai intake cairan sangat penting karena akan
menentukan kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data yang
perlu ditanyakan yaitu kapan terakir kali minum, berapa
banyak, dan apa yang diminum (Sulistyawati, 2012). Asupan
nutrisi saat persalinan akan mempengaruhi power ibu. Pada
ibu bersalin pada fase laten ibu masih bisa makan-makanan
yang padat seperti nasi, ayam dan bayam, namun jika sudh
memasuki fase aktif ibu sebaiknya diberikan minuman yang
mengandung gula, agar ibu memiliki cadangan energi untuk
meneran.
c) Istirahat: istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk
mempersiapkan energi (power ibu) menghadapi proses
84
g) Anogenital
(a) Inspeksi: untuk mengetahui ada/tidaknya pengeluaran
berupa lendir bercampur darah, air ketuban, ada
oedema/tidak, ada varices/tidak. Pada ibu bersalin
fisiologis kala I, terdapat pengeluaran lendir bercampur
darah, ada/tidak air ketuban, tidak oedema, ttidak varices.
88
II, yang artinya sudah ada kemajuan persalinan dan bayi akan
segera lahir.
c. Hasil pemantauan kontraksi, pemantauan kontraksi dilakukan
untuk mengetahui bagaimana kulitas dan kuantitas his yang akan
membantu proses lahirnya bayi dengan his yang adekuat, maka
proses persalinan kala II akan berlangsung dengan cepat. Yang
perlu dikaji yaitu:
a) Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit
b) Durasi lebih dari 40 detik
c) Intensitas kuat
d. Hasil pemeriksaan dalam: Porsio lunak/tidak teraba, dilatsasi
10 cm, effacement 100 %, selaput ketuban utuh/pecah,
presentasi kepala/bokong, denominastor, posisi, molage (0-3),
penurunan IV, teraba atau tidak bagian kecil janin dan tali
pusat.
2) Langkah II Interpretasi Data Dasar
(1) Diagnosa aktual
G..P..A.. UK … Minggu Preskep U Puka/Puki Janin Tunggal Hidup
Intra Uteri Partus Kala II
Dasar :
1. Data subjektif
Ibu mengatakan sakit perut semakin sering dan ingin meneran
2. Data Objektif
a) Intensitas semakin kuat
b) Frekuensi his semakin sering (>3 kali/10 menit).
c) Durasi his > 40 detik.
d) Vulva membuka.
e) Perineum menonjol.
(2) Masalah:
Tidak ada.
3) Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada ibu bersalin fisiologis tidak ada diagnosa dan masalah potensial.
4) Langkah IV Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Kolaborasi dan
Rujukan
Pada ibu bersalin fisiologis tidak ada tindakan segera.
5) Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Komprehensiif
Rencana asuhan kebidanan pada pasien dengan persalinan normal kala II
adalah sebagai berikut.
(1) Beri tahu hasil pemeriksaan pada ibu dan suami.
95
(3) Alat-alat sudah direndam dalam larutan klorin 0,5 % dan ibu sudah
memakai pakaian yang bersih.
(4) Ibu dan keluarga mengerti cara menilai kontraksi uterus dan mampu
melakukan masase fundus uteri.
(5) Bayi berhasil mencapai puting susu dalam 10 menit.
(6) Ibu sudah makan setengah piring nasi dibantu oleh keluarga.
(7) Pemantauan telah dilakukan
2.2.3 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Asuhan pada Bayi Segera Setelah Lahir
2.2.3.1 Langkah I Pengumpulan Data Dasar
1) Data Subjektif
a. Keluhan Utama: dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat
ini. Keluhan utama merupakan suatu keluhan yang harus dinyatakan
dengan singkat. Biasanya BBL normal tidak ada keluhan
2) Data Objektif
Data yang didapat dengan melakukan observasi langsung atau diukur.
a. Segera setelah lahir
a) Waktu bayi dilahirkan: dikaji untuk mengetahui pada pukul
berapa bayi dilahirkan (Yongki, dkk, 2012).
b) Keadaan bayi saat lahir: dikaji untuk mengetahui keadaan bayi
saat lahir seperti tangis dan gerak bayi. Bayi normal memiliki
keadaan lahir yang baik seperti tangis kuat dan gerak aktif
(Yongki, dkk, 2012).
c) Jenis Kelamin: dikaji untuk mengetahui jenis kelamin bayi saat
dilahirkan (Yongki, dkk, 2012).
2.2.3.2 Langkah II Interpretasikan Data Dasar
1) Diagnosa Aktual
Neonatus Cukup Bulan Lahir pontan Belakang Kepala Segera Setelah
Lahir dengan Vigerous Baby
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Lahir Spontan
Belakang Kepala Umur…Jam dengan Vigerous Baby
Dasar:
(1) Data Subjektif
a. Neonatus dimana umur/tgl/jam lahir menyatakan umur bayi
seperti segera setelah lahir, 2 jam, 6 jam, 24 jam, dll.
b. Cukup bulan dimana riwayat prenatal pada UK.
101
a. Episiotomi
b. Pertolongan persalinan normal
c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil.
f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
g. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif.
h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum.
i. Penyuluhan dan konseling.
j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil.
k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
2.3.5 Pasal 20 ayat (1) yang berbunyi “Pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak
balita, dan anak prasekolah”.
2.3.6 Pasal 20 ayat (2) yang berbunyi “Dalam memberikan pelayanan kesehatan
anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:
a. Pelayanan neonatal esensial.
b. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
c. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
d. Konseling dan penyuluhan”.
2.3.7 Pasal 20 ayat (3) yang berbunyi “Pelayanan noenatal esensial sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi inisiasi menyusui dini,
pemotongan dan perawatan tali pusat, pemberian suntikan Vit K1,
pemberian imunisasi B0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan
tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak
dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang lebih mampu”.
2.3.8 Pasal 20 ayat (4) yang berbunyi “Penanganan kegawatdaruratan,
dilanjutkan dengan perujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi:
a. Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan
nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung.
b. Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR
melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan
tubuh bayi dengan metode kangguru.
c. Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau
povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering.
d. Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan
infeksi gonore (GO)”.
111
112
113
Buleleng
7) Melakukan pendekatan pada klien
8) Melakukan informed consent pada klien beserta keluarga terkait asuhan
(3) Perkusi
Suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk suatu permukaan
atau membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan
tubuh dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk
mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan
(Notoatmojo, 2010).
a. Pada ibu hamil, bersalin, nifas dan akseptor KB: pemeriksaan
yang dilakukan yaitu pada ektremitas bawah untuk menilai
reflek patella.
b. Pada bayi: pemeriksaan yang dilakukan yaitu pada abdomen
untuk menilai apakah bayi mengalami distensi atau tidak.
(4) Auskultasi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh dengan mengguanakan suatu alat
a. Pada ibu hamil dan bersalin: pemeriksaan yang dilakukan yaitu
pada pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan
stetoskop, pada abdomen yaitu pemeriksaan DJJ dengan
menggunakan funanduskup dan doppler.
b. Pada ibu nifas dan akseptor KB: pemeriksaan yang dilakukan
yaitu pada pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan
stetoskop.
c. Pada bayi: pemeriksaan yang dilakukan yaitu pada pemeriksaan
denyut jantung bayi apakah normal atau tidak, pada dada
apakah ada suara nafas ronchi atau wheezing. Pada abdomen
untuk menilai bising usus.
4) Metode Studi Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen, baik dokummen-dokumen resmi
maupun tidak resmi (Notoatmodjo, 2010). Dokumentasi ini didapat
dengan melihat buku KIA dan buku register yang merupakan data
subjektif sebagai data sekunder.
3.5.2 Alat Pengumpulan Data
1) Alat untuk Pendokumentasian
(1) Format pengkajian ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, nifas,
dan KB
(2) Alat tulis (buku dan bolpoint)
2) Alat untuk melakukan pemeriksaan fisik dan observasi pada ibu hamil
116
7) Dokumentasi
Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi :
(1) Alat tulis
(2) Buku referensi
(3) Buku KIA
(4) Laptop.
3.6 Rencana Pelaksanaan Asuhan
Asuhan kebidanan komprehensif dilakukan mulai dari kehamilan,
persalinan, BBL, nifas sampai ibu melakukan pengambilan keputusan untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Alokasi waktu yang disediakan untuk
melakukan asuhan kebidanan komprehensif yaitu selama 8 minggu.
Untuk asuhan kebidanan pada kehamilan dimulai dari UK ≥ 36 minggu,
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan asuhan kurang lebih selama 4
minggu. Selanjutnya untuk asuhan kebidanan pada persalinan, BBL, nifas
sampai ibu melakukan pengambilan keputsan untuk menggunakan alat
kontrasepsi, alokasi waktu disedikan yaitu selama 4 minggu. Sisa waktu 4
minggu ini, sudah termasuk dalam melakukan asuhan kebidanan pada
persalinan, asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sudah termasuk kunjungan
neonatus yaitu dari KN1 (6 jam-48 jam), KN2 (3 hari-7 hari) dan KN3 (8 hari-
28 hari), asuhan kebidanan pada nifas sudah termasuk kunjungan nifas yaitu
KF1 (1 hari-3 hari), KF2 (4 hari-28 hari), serta KF3 (29 hari-42 hari) jika
waktu masih memungkinkan, terakhir asuhan kebidanan pada akseptor KB
yaitu dimulai dari ibu melakukan pengambilan keputusan untuk menggunakan
alat kontrasepsi sampai ibu menggunakan alat kontrasepsi yang sudah dipilih
oleh ibu.
118