Anda di halaman 1dari 118

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wanita mengalami perubahan fisiologis mulai dari masa anak-
anak, remaja, dan dewasa. Hamil dan melahirkan seorang anak dan
berkeluarga pasti menjadi dambaan dari seorang wanita, selain itu anak ini
akan menjadi penerus dalam keluarga. Dalm proseas persalinan sering kali
terjadi penyulit yang berpengaruh pada keselamatan ibu dan bayi dimana
partus lama membawa akibat yang sangat buruk bagi kesejahteraan ibu
dan bayi. Oleh karena itu, perlu dilakukan asuhan kebidanan komprehensif
(Manuaba, 2010).
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan
menyeluruh dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Asuhan
kebidanan komprehensif bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian ibu menurut WHO
adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau
dPUerberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan
oleh kecelakaan atau cedera. Maka sangat penting dilakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin (Kemenkes RI, 2014).
Kehamilan,persalinan,nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu
keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya tidak menutup
kemungkinan terjadi masalah atau komplikasi yang dapat mengancam jiwa
ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. Dalam kehamilan
kondisi yang fisiologis tidak selalu akan berakhir fisiologis. Sangat
memungkinkan kehamilan fisiologi mengarah ke kondisi patologis
(Depkes RI, 2013).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik indonesia terjadi
penurunan kematian ibu selama periode 1991-2015 dari 390 per 100.000
kelahiran hidup namun tidak berhasil mencapai target MDGs yang harus
dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

1
2

Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali lipat
dibandingkan target MDGs. Sedangkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15
per 1.000 kelahiran hidup,AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup dan
AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Buleleng tahun 2018,
jumlah kelahiran hidup dan jumlah kematian bayi pada tahun 2018 adalah
10.684 dan 39 bayi. Dari 39 bayi yang meninggal sebanyak 21 bayi yang
berjenis kelamin laki- laki dan sisanya 18 bayi perempuan sehingga angka
kematian bayi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2018 sebesar 4 per 1000
KH. Sebagian besar penyebab kematian bayi di Kabupaten Buleleng
disebabkan oleh BBLR,Asfiksia, dan beberapa penyebab lainnya. Jika
dibandingkan dengan target RPJMD Kabupaten yaitu 4,88 per 1000 KH
dan target SDGs yakni 12 per 1000 KH maka angka kematian bayi di
Kabupaten telah memenuhi target yang telah ditentukan. Sedangkan angka
kematian ibu pada tahun 2018 adalah 93/100.000 kelahiran hidup jika
dibandingkan dengan target RPJMN 2015- 2020 sebesar 306/100.000 KH
masih lebih rendah. Adapun penyebab kematian ibu yang terjadi
dikarenakan oleh beberapa penyebab seperti pendarahan sebanyak 3 kasus,
hipertensi dalam kehamilan sebanyak 3 kasus, dan penyebab lainnya
sebanyak 4 kasus.
Berdasarkan Profil Kesehatan Buleleng Tahun 2018 jumlah ibu
hamil dan jumlah kunjungan ibu hamil K1 di Kabupaten Buleleng tahun
2018 sebanyak 11.126 sedangkan yang telah menerima pelayanan
sebanyak 11.601 ibu hamil, sehingga presentasi cakupan kunjungan ibu
hamil K1 sebesar 104,3%. Jumlah kunjungan ibu hamil K4 2018 adalah
10.771 ibu hamil, sehingga cakupan K4 Kabupaten Buleleng sebesar
96,8%. Cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan mencapai
100,6% dimana dari 11.622 ibu bersalin yang diperkirakan sebanyak
10.687 persalinan yang telah ditolong oleh tenaga kesehatan dengan
standar kebidanan. Cakupan pelayanan nifas sebesar 99,1% atau dari
10.622 ibu bersalin, yang mendapat pelayanan KF3 sebanyak 10.528 orang
3

Berdasarkan data PWS KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng di


Puskemas Buleleng III pada bulan Desember 2019 dengan data komulatif
yaitu sasaran ibu hamil 714 orang dengan hasil K1 sebanyak 716 orang
dengan persentase 100,28 % sedangkan untuk K4 sebanyak 715 orang dengan
persentase 100,28 %. Kemudian untuk kunjungan neonatus dengan sasaran
649 orang dengan hasil KN1 sebanyak 684 persentase 105,34%, sedangkan
KN3 sebanyak 685 dengan persentase 105,55 %, selanjutnya untuk persalinan
di nakes dengan sasaran 681 orang dengan hasil 636 orang dengan
persentase 93,25 %, kemudian kunjungan nifas dengan sasaran 681 orang
dengan hasil KF1 693 orang dengan persentase 101,76%, dan KF 3 694
orang dengan persentase 106,43 %
Berdasarkan data registrasi di pratek bidan PU pada tahun 2019 ibu bersalin
berjumlah 207, dengan ibu hamil fisiologis sebanyak 576 orang dan patologis
92 orang. Ibu yang memiliki kehamilan patologis merupakan ibu yang
memiliki penyakit yaitu hipertensi, anemia dan kehamilan resiko tinggi. Dari
data diatas, kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 disebabkan karena masih
ada beberapa ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan K1 dan masih
banyak ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan K4. Dengan kata lain
ada beberapa ibu hamil yang sudah melakukan kunjungan pertama pelayanan
antenatal namun tidak meneruskannya hingga kunjungan keempat pada
triwulan 3, sehingga kehamilannya tidak dapat terus dipantau oleh petugas
kesehatan.Walaupun ibu sudah diasuh secara komprehensif pada
kenyataannya, pelayanan kesehatan pada ibu hamil sampai kelahiran bayi
masih saja di temukan komplikasi-komplikasi pada ibu hamil, bersalin
maupun nifas. Keadaan ini disebabkan kurangnya peran petugas kesehatan
dalam melaksanakan asuhan secara komprehensif secara maksimal.
Apabila dalam pelaksanaan asuhan komprehensif kurang baik maka ada
kemungkinan timbulnya komplikasi. Beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan
komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria
dan empat terlalu (terlalu muda<20 tahun, terlalu tua >35 tahun, terlalu dekat
jaraknya > 2 tahun, dan terlalu banyak anaknya > 3 orang). Masalah ini
4

diperrberat dengan fakta masih adanya umur perkawinan pertama pada usia
yang amat muda (<20 tahun) dan usia saat hamil yaitu >35 tahun. Pada saat
kehamilan TW III jika tidak dideteksi secara dini dapat menyebabkan
terjadinya beberapa komplikasi pada kehamilan, komplikasi yang
kemungkinan terjadi sebisanya dideteksi sedini mungkin karena kehamilan
TW III merupakan proses yang sudah mendekati persalinan. Biasanya
komplikasi dalam kehamilan terjadi karena kurangnya deteksi dini pada ibu
hamil. Pada ibu hamil yang mengalami komplikasi akan berdampak pada
kehamilannya, dalam kasus yang lebih parah komplikasi dapat mengganggu
janin yang sedang dikandung. Kemudian dampak komplikasi pada kehamilan
terhadap persalinan dapat menyebabkan berbagai masalah seperti partus
macet, gawat janin, inersia uteri, syok, ring bandle, distosia bahu, retensio
plasenta, dan atonia uteri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan yaitu 5P diantaranya Passage (jalan lahir), Passenger (kondisi
janin, plasenta dan selaput ketuban), Power (tenaga ibu mengejan), Posisi ibu,
dan Psikologi ibu(Prawirohardjo, 2014).
Selain pada Ibu adapun dampak komplikasi pada bayi yaitu bayi yang
lahir dari ibu hamil yang mengalami komplikasi dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam kandungan, kemungkinan
janin tumbuh lebih lambat di dalam rahim dari seharusnya karena kondisi
yang dialami ibu dapat mengurangi jumlah nutrisi dan oksigen dari ibu untuk
bayinya. Jika kondisi ibu parah, bayi mungkin perlu segera dilahirkan
sebelum keadaan bertambah parah. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi
serius seperti kesulitan bernapas yang disebabkan oleh paru-paru tidak
sepenuhnya berkembang (neonatal respiratory distress syndrome).
Komplikasi lanjutan dari kelahiran premature yaitu keterlambatan belajar,
epilepsy, serebral palsy dan masalah pada pendengaran dan peneglihatan.
Selain itu dampak pada bayi baru lahir juga dapat terjadi kelahiran BBLR
(Berat Bayi Lahir Rendah) dan asfiksia. Beberapa bayi dengan ibu yang
mengalami komplikasi bahkan bisa mati dalam kandungan maupun lahir
mati.(Marmi, 2013)
Komplikasi pada kehamilan mungkin tidak berhenti sampai proses
persalinan dan dapat berlanjut pada masa nifas yang menyebabkan gangguan
5

pada trias nifas seperti pada payudara kemungkinan terjadi gangguan pada
produksi ASI sehingga dapat menimbulkan masalah baru yang dapat
menggangu seperti pemenuhan nutrisi bayi yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kemudian pada abdomen
kemungkinan uterus tidak kembali ke ukuran semula (subinvolusi) dan pada
genetalia kemungkinan terdapat pengeluaran pervaginam dan pengeluaran
lokhea yang patologis dan dapat menyebabkan infeksi pada alat-alat
kandungan. Dari komplikasi itu maka akan menganggu pemulihan pasca
persalinan dan akan berkelanjutan dalam pengambilan keputusan untuk
memilih metode kontrasepsi.
Pada kasus ibu yang mengalami komplikasi akan berpengaruh dalam
penggunaan KB, ibu hamil dengan komplikasi dianjurkan untuk tidak
memilih penggunaan KB jangka pendek karena dapat memperparah kondisi
ibu jika ibu hamil dengan jarak anak yang terlalu dekat sehingga dianjurkan
untuk penggunaan KB jangka panjang atau menetap.
Kebijakan Program pemerintah mengenai pelayanan antenatal,
pelayanan ibu hamil dikelompokkan sesuai usia kehamilan dengan kunjungan
antenatal minimal 4 kali yaitu pada Trimester I satu kali, Trimester II satu kali
dan Trimester III dua kali. Selain itu program pemerintah selanjutnya adalah
melaksanakan 10 T yang harus memenuhi standar tersebut yang terdiri dari
timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status
gizi (LILA), ukur Tinggi fundus uteri,skrining status imunisasi tetanus dan
pemberian imunisasi TT, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), test
laboratorium meliputi pemeriksaan golongan darah dan rhesus, pemeriksan
kadar hemologlobin, tes HIV, dan penyakit menular seksual lainnya
,tatalaksana kasus dan temu wicara persiapan rujukan,. Penilaian terhadap
pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat
cakupan K1 dan K4. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) merupakan program yang dijalankan untuk menekan
angka kematian ibu melahirkan. Pada periode neonatal, upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal adalah
melalui program Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 yaitu
6

neonatus pada umur 6-48 jam setelah lahir yang meluputi antara lain
kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda
(MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif,
pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B0 injeksi bila belum diberikan.
Pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan
sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam
sampai 3 hari, pada hari ke-4 sampai 28 hari, dan pada hari ke-29 sampai hari
ke-42 pasca persalinan. Pada program Keluarga Berencana menyebutkan
bahwa program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas. Selain itu, sebagai upaya penurunan AKI,
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Safe
Motherhood dan Gerakan Asuhan Sayang Ibu yang terdiri dari keluarga
berencana, asuhan antenatal, persalinan bersih dan aman, dan pelayanan
obstetric essential (Prawirohardjo, 2014), sebagai sebuah program yang
memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga
selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk memenuhi target yang belum
tercapai dapat melakukan upaya seperti tenaga kesehatan yaitu bidan desa
harus bekerja sama dengan kader desa, agar kader desa aktif melaporkan ibu
hamil kepada bidan desa yang ada di desa tersebut. Sehingga, bidan desa
dapat mendeteksi masalah kesehatan yang ada di desa tersebut dengan cara
melakukan pemeriksaan ANC terpadu, memastikan setiap ibu hamil memiliki
buku KIA, menempelkan stiker P4K, melakukan skrining HIV, kelas
antenatal, memastikan ibu hamil melakukan kunjungan minimal 4 kali,
melakukan kunjungan rumah, memastikan pesalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, melakukan kunjungan selama masa nifas dan kunjungan neonatus.
Selain itu, bidan juga perlu bekerja sama dengan pemerintah dalam
memberikan pelayanan yaitu dengan menerapkan program JKN-KIS agar
masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan yang komprehensif.
7

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk memberikan asuhan


kebidanan secara komprehensif. Penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada perempuan di PMB
“PU” di Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng III Tahun 2020.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah
yang dapat diajukan yaitu “Bagaimanakah asuhan kebidanan komprehensif
pada perempuan di PMB PU di Puskesmas Buleleng III tahun 2020?”

1.3 Tujuan Pemberian Asuhan


1.3.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada
perempuan di PMB PU di Puskesmas Buleleng III Tahun 2020.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Dapat melakukan pengkajian data subyektif pada perempuan di
PMB PU di Puskesmas Buleleng III Tahun 2020.
2) Dapat melakukan pengkajian data objektif pada perempuan di PMB
PU di Puskesmas Buleleng III Tahun 2020.
3) Dapat melakukan analisa data perempuan di PMB PU di
Puskesmas Buleleng III Tahun 2020.
4) Dapat melakukan penatalaksanaan pada perempuan di PMB PU di
Puskesmas Buleleng III Tahun 2020.

1.4 Manfaat
1) Bagi Mahasiswa
Hasil studi kasus ini sebagai salah satu syarat memberi pengalaman
tatanan nyata, penulis Proposal ini juga diharapkan bermanfaat bagi
mahasiwa untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku
kuliah untuk memberikan asuhan komprehensif.
2) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil pengkajian ini diharapkan dapat memberikan manfat bagi
pengembangan ilmu kebidanan dan menjadi bahan kajian pustaka
terhadap materi Asuhan Pelayanan Kebidanan serta referensi bagi
8

mahasiswa dalam memahami pelaksanaan Asuhan Kebidanan


Komprehensif.
3) Bagi Institusi Pelayanan
Dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan kajian untuk dapat
mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan
pelayanan kebidanan secara komprehensif dan berkualitas.
4) Bagi Masyarakat
Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori Klinis
2.1.1 Kehamilan
2.1.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu (10 bulan atau 9 bulan) menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalan 3 trimester, di mana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, terimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga minggu ke-40) (Prawirohardjo, 2014)
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang
terdiri dari ovulasi (pematangan sel lalu pertemuan ovum (sel telur) dan
spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan. Zigot
kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta
dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba, 2010).
2.1.1.2 Perubahan-Perubahan Fisik dan Psikologis Kehamilan TM III
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim (Manuaba, 2010).
1) Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil
Menurut Kusmiyati (2010), perubahan fisiologis ibu hamil TM III
yaitu:
(1) Sistem reproduksi
Pada TM II itmus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan
tua, karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus, SBR menjadi
lebih lebar dan tipis, tampak batas yang nyata antara bagian atas

9
10

yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis. Batas itu dikenal sebagai
lingkaran retraksi fisiologis dinding uterus, di atas lingkaran ini jauh lebih tebal
dari pada dinding SBR. Setelah minggu ke-28 kontraksi semakin jelas, terutama
pada wanita yang langsing, umumnya akan menghilang bila wanita tersebut
melakukan latihan fisik atau berjalan. Pada minggu-minggu terakhir kehamilan
kontraksi semakin kuat sehingga sulit dibedakan dari kontraksi untuk permulaan
persalinan.
Tabel. 2.1 Perkiraan Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan
No Usia Kehamilan (Minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
1 36 Tiga jari di bawah prosesus
xiphodeus (px)
2 40 Pertengahan pusat-prosesus
xiphoideus (px)
Sumber: Sulistyawati (2012)
(2) Sistem traktus uranius
Pada kehamilan trimester III kepala janin mulai turun ke
pintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena
kandung kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga
terjadi hemodilusi menyebabkan metabolism air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter
lebih berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat pergerseran uterus
yang berat ke kanan akibat kolon rektosigmoid di sebelah kiri.
Perubahan-perubahan ini membeuat pelvis dan ureter mampu
menampung urin dalam volume yang lebih besar dan juga
memperlambat laju aliran urin.
(3) Sistem respirasi
Pada UK 32 Minggu ke atas, karena usus-usus tertekan
uterus membesar kearah diafragma sehingga diafragma kurang
leluasa bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil
mengalami derajat kesulitan bernafas.
(4) Kenaikan berat badan
Pada trimester 3 peningkatan berat badan sekitar 0,4-0,5
kg/minggu, penambahan berat badan dari mulai awal kehamilan
sampai akhir kehamilan 11-12 kg.
(5) Sirkulasi darah
Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25% dengan
puncak pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan hematokrit
11

mencapai level terendah pada minggu 30-32 karena setelah 34


minggu mass RBC terus meningkat tetapi volume plasma tidak.
Peningkatan RBC menyebabkan penyaluran oksigen pada wanita
hamil lanjut mengelu sesak nafas dan pendek. Hal ini dtemukan
pada kehamilan meningkat memenuhi kebutuhan bayi.
(6) Sistem muskuloskeletal
Sendi pelvik pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak.
Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat badan
wanita hamil menyebabkan postur tubuh dan cara berjalan wanita
berubah secara menyolok. Pada kehamilan TM III terjadi
peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul maju ke
depan, penurunan tonus otot perut dan peningkatan berat badan
membutuhkan penyesuaian ulang (realignment) kurvatura spinalis,
pusat gravitasi wanita bergeser ke depan.
Payudara yang membesar dan posisi bahu bungkuk saat
berdiri akan semakin membuat kurva punggung dan lumbal
menonjol. Pergerakan menjadi sulit. Pada kehamilan TM III
struktur ligamen dan otot tulang belakang bagian tengah dan
bawah mendapat tekanan berat yang menyebabkan ibu hamil tua
mengeluh sakit punggung dan ligamen. Oleh karena sakit ini
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk relaksasi.
(7) Payudara
Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mammae membuat
ukuran payudara semakin meningkat. Pada kehamilan 32 minggu
warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari
kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang keluar lebih
kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan
ini disebut kolostrum.

2) Perubahan Psikologis yang Biasa dialami oleh Ibu Hamil


Menurut Kusmiyati (2010), perubahan psikologis trimester 3
(periode penantian dengan penuh kewaspadaan) antara lain:

(1) Periode penantian


Pada periode ini wanita menanti kehadiran bayinya
sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera
12

melihat bayinya. Ada perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya


tidak lahir tepat pada waktunya, fakta yang menempatkan wanita
tersebut gelisah dan hanya bisa melihat dan menunggu tanda-tanda
dan gejalanya.
(2) Mempersiapkan kelahiran
Kedudukannya sebagai orang tua, seperti terpusatnya
perhatian pada kelahiran bayi. Saat ini orang-orang di
sekelilingnya akan membuat rencana pada bayinya. Wanita tersebut
akan berusaha melindungi bayinya dengan menghindari
kerumunan atau seseorang atau apapun yang dianggap
membahayakan.
(3) Memilih nama
Aktivitas yang dilakukan dalam mempersiapkan kehadiran
bayi. Dia mungkin akan mencari buku yang berisi nama-nama atau
mengikuti penyluhan-penyuluhan kesehatan yang berkaitan dalam
rangka mempersiapkan kelahiran dan kesiapan menjadi orang tua.
Membuat atau membeli pakaian bayi, mengatur rungan dan banyak
hal yang diberikan untuk merawat bayinya.
(4) Proses berduka
Seperti kehilangan perhatian dan hak istimewa yang
dimiliki selama kehamilan terpisahnya bayi dari bagian tubuhnya,
dan merasa kehilangan kandungan yang menjadi kosong. Perasaan
mudah terluka terjadi pada masa ini.
(5) Rasa tidak nyaman
Wanita hamil mungkin canggung, jelek, tidak rapi, dia
membutuhkan perhatian yang lebih besar dari pasangannya. Sama
halnya dengan ibu hamil multigravida walaupun sebelumnya sudah
pernah merasakan hal seperti ini, ibu hamil masih terlihat jelek,
tidak rapi dan membutuhkan perhatian lebih dari pasangannya.
(6) Libido menurun
Pada pertengahan trimester III, hasrat seksual tidak setinggi
pada trimester II karena abdomen menjadi sebuah penghalang.
(7) Ketakutan
Terlihat selama trimester III, ibu hamil multi ataupun primi
pada umumnya khawatir terhadap hidupnya dan banyinya, dia
tidak akan tahu kapan dia melahirkan, mimpinya mencerminkan
13

perhatian dan kekhawatirannya. Dia lebih sering bermimpi tentang


bayinya, atau terjebak di suatu tempat dan tidak bisa keluar. Ibu
mulai merasa takut akan rasa sakit dalam proses melahirkan, rasa
tidak nyaman terhadap body image yaitu merasa dirinya aneh dan
jelek. Ibu memerlukan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
2.1.1.3 Kebutuhan Kebutuhan Dasar Ibu Hamil TM III
1) Kebutuhan Fisik
Menurut (Kusmiyati, 2009) kebutuhan fisik pada ibu hamil TM III
adalah:
(1) Oksigen
Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat hamil
sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen. Hal
tersebut dapat dicegah dengan melakukan latihan nafas melalui
senam hamil, tidur dengan batal yang lebih tinggi, makan tidak
terlalu banyak, kurangi atau hentikan merokok, konsul ke dokter
bila ada kelainan atau gangguan pernapasan seperti asma dll.
(2) Nutrisi Dalam Kehamilan
Gizi pada waktu hamil harus di tingkatkan hingga 300
kalori/hari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, zat besi, dan minum cukup cairan.
(3) Personal Higiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan
sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk
mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri
terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah
genetikal) dengan cara dibersihkan dengan air dan keringat.
Kebersihan gigi dan mulut, perlu mendapat perhatian karena
seringkali mudah terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang
kekurangan kalsium.Rasa mual selama masa hamil dapat
mengakibatkan peruburukan hygiene mulut dan dapat
menimbulkan karies gigi (Kusmiyati, 2009)
(4) Pakaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu
14

hamil adalah memenuhi kriteria yaitu pakaian harus longgar dan


mudah dipakai serta bahan yang mudah menyerap keringat.
Hindari sabuk dan stoking yang terlalu ketat, menghindari
sepatu dengan hak tinggi, menggunakan BH yang menyokong
payudara (Kusmiyati, 2009).
(5) Eliminasi (BAB/BAK)
Sering buang air kecil dan mengalami konstipasi merupakan
keluhan yang umum dirasakan oleh ibu hamil pada TM III.
Untuk mengatasi hal itu maka ibu hamil dianjurkan untuk tidak
menahan keinginan berkemih, menjaga kebersihan alat kelamin,
minum lebih dari 8 gelas, diet yang mengandung serat,
latihan/senam hamil (Kusmiyati, 2009).
(6) Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan
sampai akhir kehamilan. Koitus tidak dibenarkan bila terdapat
perdarahan pervaginam, terdapat riwayat abortus berulang,
abortus/partus prematurus imminens, ketuban pecah, serviks
telah membuka.
(7) Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan/aktifitas fisik biasa selama
tidak terlalu melelahkan.Sikap tubuh yang perlu di perhatikan
pada ibu hamil adalah duduk, berdiri, berjalan, tidur, bangun,
berbaring, membungkuk dan mengangkat.
(8) Exercise/ senam hamil
Senam hamil di tujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan atau
tidak terdapat penyakit yang menyertai kehamilan, yaitu
penyakit jantung, ginjal, dan penyulit dalam kehamilan (hamil
dengan perdarahan, kelainan letak, dan kehamilan yang disertai
anemia).Syarat senam hamil yaitu telah dilakukan pemeriksaan
kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan, latihan
dilakukan secara teratur dan disiplin.Sebaiknya latihan
dilakukan dirumah sakit atau klinik bersalin dibawah pimpinan
instruktur senam hamil, pada ibu hamil TM III biasa hanya
melakukan seman dengan gerakan yang sederhana seperti cara
15

mengatur napas saat persalinan.(Kusmiyati, 2009).


(9) Istirahat/ tidur
Kebutuhan tidur pada ibu hamil yaitu tidur malam selama
kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada siang
hari selama 1 jam (Kusmiyati, 2009).
(10) Pekerjaan
Seorang wanita hamil boleh melakukan pekerjaan sehari-
hari asal pekerjaan tersebut tidak memberikan gangguan. Bagi
wanita pekerja, wanita boleh tetap masuk kantor sampai
menjelang partus. Pekerjaan jangan dipaksakan agar dapat
istirahat yang cukup selama kurang lebih 8 jam
sehari(Romauli,2011).
(11) Persiapan persalinan dan kelahiran bayi
Pada ibu hamil TM III sudah mulai melakukan persiapan
persalinan seperti pakaian ibu dan bayi, biaya (jaminana
kesehatan/ Umum), transportasi, pendamping saat persalinan
dan pendonor saat persalinan. Hal-hal itu harus disiapkan oleh
ibu saat menjelang persalinan.

(12) Memantau kesejahteraan janin


Pemantauan gerakan janin minimal dilakukan selama 12
jam, misalnya ibu hamil setiap merasakan gerakan janin
mencatat dengan tanda tally pada kartu pergerakan janin, dalam
12 jam pemantauan, contohnya dari pukul 08.00 sampai dengan
pukul 22.00 selanjutnya keseluruhan pergerakan janin selama 12
jam adalah minimal 10 kali gerakan janin yang dirasakan oleh
ibu hamil (Romauli, 2011).
2) Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Pada TM III
Selama hamil, kebanyakan wanita mengalami perubahan
psikologis dan emosional. Agar proses psikologis dalam kehamilan
berjalan normal dan baik maka ibu hamil perlu mendapatkan
dukungan dan kenyamanan dalam psikologisnya. Dukungan tersebut
bisa berasal dari berbagai pihak baik itu dari suami, orang tua, anak,
teman, dan orang-orang di sekelilingnya (Kusmiyati, 2009).

1) Support keluarga
16

Hubungan antara wanita dan ibunya terbukti signifikan


dalam adaptasi terhadap kehamilan dan menjadi ibu. Reaksi ibu
terhadap kehamilan anaknya menandakan penerimaannya
terhadap cucu dan anak perempuannya dan ini sangat membantu
ibu dalam menghadapi kehamilannya dengan lebih tenang.
2) Support dari tenaga kesehatan
Peran bidan dalam perubahan dan adaptasi psikologis adalah
dengan memberi support atau dukungan moral bagi klien,
meyakinkan bahwa klien dapat menghadapi kehamilannya dan
perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu yang normal.
3) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan
Ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama
dia hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan
dihargai, merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap
sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam keluarga.
4) Persiapan menjadi orang tua
Menjadi orang tua merupakan proses yang terdiri dari dua
komponen yaitu keterampilan kognitif dan motorik, afektif dan
kognitif. Komponen kognitif motorik melibatkan aktivitas
perawatan anak seperti memberi makan, menjaganya dari
bahaya. Komponen kognitif afektif yaitu sifat keibuan atau
kebapakan.
5) Persiapan sibling
Anak sering mengalami perasaan kehilangan atau merasa
cemburu karena digantikan oleh bayi yang baru.

2.1.1.4 Tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester III


Menurut Sulistyawati (2012), tanda bahaya pada kehamilan dibagi
menjadi tanda bahaya kehamilan muda dan tanda bahaya
kehamilan lanjut. Tanda bahaya pada kehamilan lanjut adalah
sebagai berikut:
1) Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang tidak tidak normal pada usia kehamilan
trimester akhir adalah merah, banyak, dan kadang-kaang tapi
tidak selalu disertai dengan rasa nyeri (Asrinah, 2010).
2) Sakit kepala yang hebat
17

Sakit kepala yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang
menetap dan tidak hilang setelah istirahat terkadang disertai
penglihatan yang kabur.
3) Penglihatan kabur
Pandangan kabur yang disertai skait kepala yang hebat mungkin
menandakan pre-eklampsia (Pantiawati, 2010).
4) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
Bengkak bisa menunjukan masalah serius apabila muncul pada
muka dan tangan serta tidak hilang setelah beristirahat.

5) Keluar cairan pervagina


Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III.
Ibu harus dapat membedakan antara urine dan air ketuban. Jika
yang keluar cairan berbau amis, berwarna putih keruh, ibu tidak
terasa maka yang keluar adalah air ketuban. Jika terjadi pada
kehamila <37 minggu akan mengakibatkan persalinan preterm.
6) Gerakan janin tidak terasa
Bayi harus bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal 10x dalam 24
jam. Jika kurang dari itu, maka waspada akan adanya gangguan
janin dalam rahim misalnya asfiksia sampai kematian janin.
7) Nyeri perut yang hebat
Pada kehamilan usia lanjut apabila ibu merasakan nyeri perut
yang hebat, tanda-tanda syok disertai perdarahan maka
kemungkinan terjadi solusio plasenta ( Asrinah, 2010).

2.1.1.5 Penatalaksanaan dalam Kehamilan


Pelaksanaan Antenatal care menurut Kemenkes RI (2012) yaitu:
1) Tujuan Antenatal
(1) Tujuan umum
Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan
anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas
sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
(2) Tujuan khusus
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental dan sosial ibu dan bayi.
18

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau


komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit yang secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan
dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma
seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal
dan pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam
menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
secara normal.
2) Penatalaksanaa dalam Kehamilan
Antenatal care (ANC) hendaknya dilakukan sedini mungkin
setelah seorang perempuan merasa dirinya hamil. ANC
dilakukan secara teratur dengan jadwal kunjungan sebagai
berikut:
1) 1 x 1 bulan sejak awal kehamilan s/d UK28 minggu.
2) 2 x 1 bulan UK> 28 mg s/d UK36 minggu.
3) 1 x 1 minggu pada UK > 36 minggu
Namun dengan kondisi masyarakat Indonesia yang
bervariasi baik dari segi geografis, sosial, ekonomi, maupun
tingkat pendidikan. Maka pemerinth mengeluarkan kebijakan
program agar setiap ibu hamil melakukan kunjungan antenatal
paling sedikit 4 kali selama kehamilan dengan jadwal: 1 x pada
trimester I (UK 0 – 12 minggu).
1) 1 x pada trimester II (UK > 12 minggu -28 minggu).
2) 2 x pada trimester III (UK > 28 minggu-lahir).
Berdasarkan jadwal di atas maka dapat dilihat bahwa
semakin tua umur kehamilan maka semakin sering pula jadwal
kunjungan yang harus dilakukan. Sehingga dengan melakukan
ANC secara teratur kelainan atau masalah yang terjadi pada
kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin.
Pada setiap kunjungan ibu hamil, seorang bidan harus
melakukan pelayanan atau asuhan yang ditetapkan dalam
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan sesuai standar
19

meliputi anamnesis serta intervensi umum dan khusus (sesuai


resiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Menurut Kemenkes
RI (2012), sesuai dengan kebijakan departemen kesehatan,
standar minimal pelayanan pada ibu hamil dengan 10 T antara
lain sebagai berikut:
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Timbang berat badan dilakukan diawal pemeriksaan dan
tinggi badan diawal pemeriksaan ibu hamil dan timbang
berat badan setiap bulan ibu hamil melakukan pemeriksaan
Peningkatan berat badan ibu hamil dari awal kehamilan
sampai akhir kehamilan mencapai 9-12 kg. Pada ibu hamil
trimester III mengalami peningkatan berat badan 0,4-0,5 kg/
minggu. Kategori tinggi badan normal untuk ibu hamil yaitu
> 145 cm(Kusmiyati, dkk, 2009).
2) Pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah normal berkisar antara sistole 110 dan
diastole 70 – sistole 120 diastole /80 mmHg (Kusmiyati,
2009).
3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas (LILA)
pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm
(Mandriwati, 2008).
4) Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)
Ibu hamil trimester III fisiologis, hasil pengukuran tinggi
fundus uteri adalah sebagai berikut (Ajeng, 2012):
(1) 36 minggu : fundus uteri kira-kira 3 jari di bawah
prosesus xifoideus.
(2) 40 minggu : fundus uteri kira-kira 1/2 pusat
danprosesus xifoideus.
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Denyut jatung janin normal berkisar antara 120-160
x/menit (Kusmiyati, 2009)
6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
Ibu dengan usia kehamilan sudah memasuki trimester akhir
diharapkan sudah mendapat imunisasi TT yang diberikan
saat trimester II.
20

7) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama


kehamilan
Tablet zat besi diberikan mulai kehamilan trimester II
sampai 42 hari postpartum. Dosis yang dianjurkan adalah
200 mg/ hari (Mandriwati, 2008).
8) Test laboratorium (rutin dan khusus)
Berdasarkan ketentuan pedoman Pelayanan Antenatal
terpadu Kemenkes RI (2010), pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan pada ibu hamil yaitu pemeriksaan golongan
darah, pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein dalam urine, pemeriksaan kadar gula
darah, pemeriksaan darah malaria, pemeriksaan tes sifilis,
pemeriksaan HIV/AIDS, pemeriksaan BTA.
9) Tatalaksana kasus
Berdsarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan
pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan
kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
10) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska
persalinan
Temu wicara (konseling) adalah suatu bentuk wawancara
(tatap muka) untuk menolong orang lain memperoleh
pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam
usahanya untuk memahami dan mengatasi permasalahan
yang sedang dihadapinya. Terdapat 5 prinsip pendekatan
kemanusiaan yaitu, keterbukaan, empati, dukungan, sikap
dan respon positif dan setingkat atau sama derajat.
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal
tetapi tetap mempunyai resiko untuk terjadinya komplikasi.
Oleh karenanya, deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat tentang adanya faktor resiko dan komplikasi, serta
penanganan yang adekuat sedini mungkin merupakan kunci
keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi
21

yang dilahirkan. Adapun beberapa faktor resiko pada ibu


hamil adalah:
(1) Primigravida >16 tahun atau >35 tahun.
(2) Anak lebih dari 4 orang.
(3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang
dari 2 tahun.
(4) Kurang Energi Kronis (KEK) dengan LILA <23,5 cm atau
penambahan berat badan <9 kg selama kehamilan.
(5) Anemia dengan Hb<11 gram/dl.
(6) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau
sebelum kehamilan ini.
(7) Tinggi badan <145 cm atau dengan kelainan bentuk
panggul dan tulang belakang.
(8) Sedang atau pernah menderita penyakit kronis, antara lain
TBC, kelainan jantung, kelainan hati, kelainan ginjal,
psikosis, kelainan endokrin (DM, sistemik lupus
eritematosus), tumor, dan keganasan.
(9) Riwayat kehamilan buruk (keguguran berulang, kehamilan
ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini,
bayi dengan cacat kongenital).
(10) Riwayat persalinan dengan komplikasi (persalinan SC,
ekstraksi vakum/forceps).
(11) Riwayat nifas dengan komplikasi (perdarahan pasca salin,
infeksi masa nifas, psikosis postpartum/post partum
blues).
(12) Riwayat keluarga menderita penyakit DM, hipertensi, dan
riwayat cacat kongenital.
(13) Kelainan jumlah anak (kehamilan ganda, janin dampit,
monster).
(14) Kelainan besar janin (pertumbuhan janin terhambat, janin
besar).
22

(15) Kelainan letak dan posisi janin (lintang/obliq, sungsang


pada usia kehamilan >32 minggu).

2.1.2 Persalinan
2.1.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi berupa janin
dan uri yang telah cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan
atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal
merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin (Jannah, 2015).
2.1.2.2 Fisiologi Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
1) Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesteron dan estrogen. Fungsi progesteron sebagai penenang otot-
otot polos rahim dan akan menyebabkan ketegangan pada pembuluh
darah sehingga timbul his atau kontraksi bila progesteron turun.
2) Teori oksitosin internal
Keseimbangan progesteron dan estrogen, meningkatkan
pengeluaran oksitosin dan mengakibatkan peningkatan aktivitas
kontraksi rahim di mana oksitosin ini merupakan suatu uterotonin yang
sangat berperan penting dalam kontraksi uterus.
3) Teori prostaglandin
Peningkatan prostaglandin sejak hamil 15 minggu dikeluarkan
decidua dan prostaglandin sebagai pemicu terjadinya persalinan.
2.1.2.3 Tanda-tanda Persalinan
1) Tanda pendahuluan menurut Mochtar (2013) adalah:
(1) Ligtening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul.
(2) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
23

(3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria), karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
(4) Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-
kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
(5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).
2) Tanda pasti persalinan menurut Mochtar (2013), antara lain:
(1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
(2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
(3) Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.
(4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan.

2.1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan.


Menurut Sumarah, dkk (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan yaitu:
1) Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu (bagian tulang yang padat),
dasar panggul, vagina dan inntroitus vagina. Tulang panggul terdiri
dari 2 buah os coxae, 1 buah os sacrum dan 1 buah os cocygeus.
bidang-bidang panggul dapat dibedakan menjadi 4 yaitu pintu atas
panggul, bidang luas panggul, bidang sempit panggul dan pintu bawah
panggul. Ada 4 jenis bentuk panggul yaitu ginekoid, android,
antropoid, platipeloid. Keadaan panggul yang normal adalah panggul
ginekoid.
2) Passanger (janin)
24

Ukuran kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan


normal. Tulang kepala janin terdiri dari 2 tulang parietal, 2 tulang
temporal, 1 tulang frontal dan 1 tulang oksipital. Tulang-tulang ini
disatukan oleh sutura membranosa yaitu sutura sagitalis, lambdoidea,
coronalis dan frontalis. Rongga yang berisi membran ini disebut
fontanella. Fontanella anterior (UUB) berbentuk seperti intan yang
terletak pada pertemuan sutura sagitalis, coronalis dan sutura
frontalis. Fontanela posterior (UUK) berbentuk segi tiga terletak pada
pertemuan sutura lambdoidea dan sutura sagitalis. Sutura dan
fontanella membuat tulang tengkorak fleksibel sehingga dapat
menyesuaikan diri denganjalan lahir. Tulang-tulang ini dapat saling
tumpang tidih yang disebut moulage. Presentasi janin adalah bagian
janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus
melalui jalan lahir saat persalinan. Letak janin adalah hubungan antara
sumbu panjang janin terhadap sumbu panjang ibu. Sikap janin adalah
hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan yang lainnya. Posisi
janin adalah hubungan bagian terendah janin (presentasi) dengan
panggul ibu. Ukuran kepala bayi terdiri ukuran muka belakang,
ukuran melintang, ukuran melintang. Ukuran muka belakang pada
kepala bayi dengan persalinan yang normal adalah diameter
suboccipito-bregmatica dari foramen magnum ke ubun-ubun besar:
9,5 cm. ukuran ini adalah ukuran muka belakang yang terkecil.
Ukuran ini melalui jalan lahir kalau kepala anak sangat hiperfleksi
pada letak belakang kepala. Ukuran melintang pada kepala bayi yaitu
diameter biparietalis (ukuran yang terbesar antara kedua ossa
parietalia): 9 cm pada letak belakang kepala ukuran ini melaui ukuran
muka belakang dari pintu atas panggul (conjugata vera) dan diameter
bitemporalis (jarak yang terbesar antara sutura coronaria kanan kiri):
8 cm. Ukuran lingkaran pada kepala bayi untuk persalinan yang
normal adalah circumferentia suboccipito bregmatica yaitu mencapai
32 cm. Persalinan yang normal menggunakan presentasi belakang
kepala.
25

3) Power (kekuatan)
Ibu melakuakan kontraksi involunter dan volunter untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus
involunter (kekuatan primer) disebut juga his berasal dari titik pemicu
pada penebalan otot uterus bagian atas. Kontraksi involunter ini
menyebabkan pembukaandan penipisan serviks sehingga bagian
terendah bayi turun dan masuk ke pintu atas panggul. Segera setelah
bagian terbawah janin mencapai dasar panggul, sifat kontraksi
berubah, yakni bersifat mendorong ke luar. Wanita merasa ingin
mengedan, usaha mendorong ke bawah (kekuatan sekunder).
4) Psikologis wanita /ibu
Lingkungan yang tidak nyaman dan membuat depresi ibu
hamil akan mengganggu kerja hipofisis posterior dalam memproduksi
hormon yang memacu persalinan. Terganggunya pembentukan
hormon akan mempengaruhi kemajuan proses persalinan. Keadaan ibu
yang depresi dan tertekan membuat ibu tidak kooperatif dalam
menerima instruksi dari penolong dan saat penolong melakukan
tindakan. Perubahan psikologi cukup spesifik seiring kemajuan
persalinan. Kondisi psikologi seorang wanita yang melahirkan sangat
bervariasi, tergantung dari pada persiapan menghadapi persalinan dan
dukungan antisipasi yang ia terimaselama persiapan persalinan,
dukungan dari pasangan, keluarga, pemberi perawatan, lingkungan
dan dari factor janin apakah bayi tersebut diinginkan atau tidak.
Ketegangan emosi akibat rasa cemas sampai rasa takut dapat
memperberat persepsi nyeri selama persalinan. Nyeri dapat
menginduksi ketakutan, sehingga timbul kecemasan yang berakhir
dengan kepanikan. Keletihan dan kurang tidur dapat memperberat
nyeri. Persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi persepsi wanita
tentang nyeri bersalin. Karena wanita primipara mengalami persalinan
yang lebih panjang, dan hal ini sering disebut seperti suatu lingkaran
setan.
5) Penolong
26

Penolong yang memiliki kompetensi dan pengetahuan yang


cukup akan bisa mendeteksi dan mengambil keputusan dalan
memberikan asuhan persalinan yang sesuai. Dengan asuhan yang tepat
seorang ibu akan bersalin dengan baik dan cepat mendapat tindakan
khusus bila diperlukan.
6) Posisi ibu
Posisi yang paling baik adalah posisi yang dirasakan paling
nyaman oleh si ibu. Namun umumnya, ketika melahirkan penolong
akan meminta ibu untuk berbaring atau setengah duduk. Namun pada
saat proses melahirkan berlangsung, tidak menutup kemungkinan
penolong akan meminta ibu mengubah posisi agar persalinan berjalan
lancar. Misalnya, pada awal persalinan ibu diminta berbaring, namun
karena proses kelahiran berjalan lamban maka penolong persalinan
menganjurkan agar ibu mengubah posisinya menjadi miring.
7) Pendamping
Bukan hanya saat mempersiapkan kelahiran, calon ayah juga
bisa terlibat saat persalinan. Peran pendamping dalam persalinan yaitu
memberi dukungan emosional/psikis, pemberian dukungan fisik
seperti membantu ibu memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan
tindakan-tindakan bermanfaat lainnya, menyeka muka ibu secara
lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau
dingin, membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi.
Pemberian dukungan instrumen seperti, memberikan ibu makanan
ringan dan minuman yang cukup untuk memberikan energi dan
mencegah dehidrasi. Pemberian dukungan informasi seperti
mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada
ibu, dan suami SIAGA (siap antar jaga) (Depkes RI, 2014).
2.1.2.5 Tahapan dalam persalinan
Tanda dan Gejala Inpartu:
a) Penipisan dan pembukaan servik.
b) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servik
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
c) Cairan lendir bercampur darah (“show”)
27

Menurut Rohani, dkk. (2011), tahapan dalam persalinan dibagi menjadi


4, yaitu:
1) Kala I Persalinan

(1) Batasan Kala I


Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan
servik menjadi lengkap (10 cm). Berdasarkan kemajuan pembukaan
maka Kala I dibagi menjadi:
a. Fase Laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servik secara bertahap. Kala I
berlangsung hingga servik membuka kurang 4 cm. Pada
umumnya, fase laten berlangsung hampir atau 6 hingga 8 jam.
Kontraksi mulai teratur tetapi intervalnya diantara 20 -30 detik.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dengan seksama
pada fase laten yaitu :denyut jantung setiap 30 menit,frekuensi
dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit, nadi setiap 30
menit,pembukaan serviks setiap 4 jam ,penurunan bagian
terbawah janin setiap 4 jam,tekanan darah dan temperature
tubuh setiap 4 jam ,produksi urin,aseton dan protein setiap 2
sampai 4 jam (APN,2017)
b. Fase Aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika
terjadi 3x atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih). Kala II dimulai dari pembukaan 4
cm hingga mencapai bukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primagravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Pencatatan selama fase aktif persalinan (partograf) yaitu
imformasi tentang ibu,kondisi janin,kemajuan persalinan,jam
dan waktu,kontraksi uterus,obat-obatan dan cairan yang
diberikan,kondisi ibu,(APN,2017)
28

(2) Perubahan Fisik pada Kala I:


a. Perubahan kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dialirkan dari uterus
dan masuk ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan
meningkatkan curah jantung meningkat 10%- 15%.
b. Perubahan tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi
(sistole rata-rata naik 15 mmHg, diastole 5-10 mmHg), antara
kontraksi tekanan darah kembali normal pada level sebelum
persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan meningkatkan
tekanan darah.
c. Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob akan meningkat secara
berangsur disebabkan karena kecemasan dan aktifitas otot
skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan
suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan
yang hilang.
d. Suhu tubuh
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh
sedikit meningkat selama persalinan. Peningkatan ini jangan
melebihi 0.5ºC sampai dengan 1ºC.
e. Detak jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak
jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi,
detak jantung sedikit meningkat dibandingkan sebelum
persalinan.
f. Perubahan pernapasan
Peningkatan aktivitas fisik dan pemakaian oksigen, terlihat
dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hyperventilasi dapat
menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia
dan hypocapnea (CO2 menurun).
g. Perubahan neurologi
29

Perubahan sensoris terjadi pada saat wanita memasuki tahap


pertama persalinan.
h. Perubahan muskuloskeletal
Sistem mengalami stress selama persalinan. Nyeri
punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin)
terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa
aterm.
i. Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin
disebabkan oleh peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi
glomerullus dan peningkatan plasma ginjal. Proteinuria yang
sedikit dianggap biasa dalam persalinan.

j. Perubahan pencernaan
Ibu dapat mengalammi diare pada awal persalinan. Mual
dan sendawa dapat terjadi sebagai respon reflek terhadap dilatasi
serviks lengkap.
k. Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Permulaan
persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron
dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin serta oksitosin.
l. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1.2 gram/100 ml selama
persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum
persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan
postpartum.
(3) Perubahan Psikologis pada Kala I
a. Fase Laten: gelisah, gugup, cemas, khawatir, ingin ditemani,
tidak tidur, ingin berjalan.
30

b. Fase Aktif: khawatir meningkat, tidak mampu mengontrol diri


akibat his, lebih serius dan ingin ditemani
(4) Komplikasi Kala I
a. Deteksi Komplikasi pada Fase Laten
Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaaan serviks secara
bertahap. Penyulit yang mungkin terjadi pada fase laten:
a) Fase laten memanjang
Tanda dan gejala: pembukaan serviks tidak melewati
4 cm sesudah 8 jam in partu dengan his yang teratur.
Manajemen:Jika tidak ada perubahan pada
pendataran atau pembukaan servik, mungkin pasien belum
in partu.Jika ada kemajuan dalam pendataran dan
pembukaan servik, lakukan amniotomi dan induksi
persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.Lakukan
penilaian ulang setiap 4 jam.Jika pasien tidak masuk fase
aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam,
maka persiapan rujukan.
b. Deteksi Komplikasi Pada Fase Aktif
Deteksi pada kemajuan persalinan.
a) Fase aktif memanjang
Tanda dan gejala: pembukaan serviks melewati
kanan garis waspada partograf. Pembukaan serviks kurang
dari 1 cm per jam pada primi atau 2 cm per jam pada multi.
Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan
lamanya kurang dari 40 detik.
Manajemen: segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memilki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat
obstetrik dan bayi baru lahir.
b) Inersia uteri
Tanda dan gejala: frekuensi his kurang dari 3 his per
10 menit, durasinya kurang dari 40 detik.
Manajemen :nutrisi cukup, mobilisasi/ubah posisi,
upayakan kandung kemih/rectum kosong, rangsang puting
31

susu, lakukan oksitosin drip. Jika semua tindakan telah


dilakukan dan tetap tidak ada kemajuan maka persiapan
rujukan
c) Ring bandle
Tanda dan gejala: nyeri yang hebat pada perut
bagian bawah, kontraksi hipotonik, muncul tanda-tanda pre-
syok dan fetal distress
Manajemen :Infus cairan RL dan rujuk
Deteksi pada kesejahteraan janin.
(a) Gawat janin
Tanda dan gejala : DJJ <120 kali dalam 1 menit, DJJ
>160 dalam 1 menit.
Manajemen :beri oksigen, ibu berbaring miring kiri,
pantau DJJ tiap 15 menit. Bila dalam 1 jam tidak normal,
rujuk.
Deteksi pada kesejahteraan ibu
(a) Dehidrasi
Tanda dan gejala: suhu > 38oC, nadi >100x/menit.
Manajemen: istirahat baring, minum banyak, kompres
untuk menurunkan suhu.
(b) Infeksi
Tanda dan gejala: suhu >380C, menggigil, nyeri
abdomen, cairan ketuban berbau.
Manajemen: baringkan ibu miring kiri, pasang infuse
RL, rujuk.
(c) Syok
Tanda dan gejala: nadi cepat dan lemah lebih dari
110x/menit, TD menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg),
pucat, berkeringat, nafas cepat lebih dari 30x/menit,
produksi urine sedikit (kurang dari 30 ml/jam).
32

Manajemen: baringkan ibu miring ke kiri, jika


memungkinkan naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan
aliran darah ke jantung, pasang infus RL, rujuk.
(5) Asuhan pada kala I
a.Asuhan Sayang Ibu
a) Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu
sesuai martabatnya
b) Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu
sebelum memulai asuhan
c) Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
d) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa
takut dan khawatir
e) Memberikan dukungan emosional
f) Pendamping keluarga selama proses persalinan sampai
kelahiran bayinya
g) Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping
selama persalinan. Peran aktif anggota keluarga selama
persalinan dengan cara, yaitu :
(a) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan
memuji ibu
(b) Membimbing ibu bernafas dengan benar saat
kontraksi
(c) Melakukan masase pada tubuh ibu dengan lembut
(d) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan
kain
(e) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa
nyaman
h) Mengatur posisi ibu shingga terasa nyaman
i) Memberikan nutrisi dan hidrasi untuk mencegah
dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan
kontraksi tidak teratur dan kurang efektif
j) Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar
mandi secara teratus dan spontan
k) Pencegahan infeksi
b. Pemantauan Persalinan dengan Partograf
a) Definisi Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan
kala I persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik.
33

b) Tujuan dari
penggunaan partograf adalah :
(a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa
dalam, penurunan kepala janin, kontraksi uterus ibu.
(b) Memantau kondisi ibu dengan menilai tekanan darah
setiap 4 jam sekali, nadi setiap 30 menit sekali, suhu
setiap 2 jam sekali, hidrasi dan urine.
(c) Menantau kondisi janin dapat dinilai dengan
menghitung denyut jantung jani setiap 30 menit,
kondisi air ketupan ( utuh, jenih, mekonium, darah,
kering ), dan moulage ( penyusupan tulang kepala
janin).
c) Lembar partograf
terlampir

2) Kala II Persalinan
(1) Batasan Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua
juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kala II berlangsung
selama rata-rata 1 ½ hingga 2 jam pada primigravida dan selama
½ hingga 1 jam pada multipara.Transisi dari kala I ke kala II
kerap kali terjadi dengan sangat cepat pada multipara.Kala II
terjadi dengan kontraksi uterus yang kuat, penggunaan otot
abdomen dan diafragma untuk menekan janin kebawah,
pergeseran otot dasar panggul, dilatasi vagina, penipisan dan
pemanjangan perineum, serta penonjolan vulva yang puncaknya
adalah dengan kelahiran bayi.
(2) Tanda dan Gejala Kala II
Tanda dan gejala dari kala II antara lain:
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
34

b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum


dan/atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi
objektif) yang hasilnya adalah:
a. Pembukaan serviks telah lengkap.
b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
(3) Perubahan Fisik pada Kala II
a. Perubahan kardiovaskuler
Terjadinya peningkatan curah jantung sekitar 30-
50% pada tahap kedua persalinan.
b. Perubahan pernapasan
Pada tahap kedua persalinan, jika wanita tidak diberi
obat-obatan, maka dia akan mengkonsumsi oksigen hampir
2 kali lipat. Kecemasan juga akan meningkatkan pemakaian
oksigen.
c. Perubahan integument
Jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas
daerah introitus vagina. Tingkatannya berbeda-beda pada
setiap individu. Meskipun daerah itu dapat meregang namun
dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar
introitus vagina sekaligus tidak dilakukan episitomi.
d. Perubahan muskuloskletal
Proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan
jari-jari kaki dapat menimbulkan kram kaki.
e. Perubahan neurologi
Endorphin endogen meningkatkan ambang nyeri dan
menimbulkan sedasi. Selain itu anesthesia fisiologis
jaringan perineum, yang ditimbulkan tekanan bagian
presentasi menurunkan persepsi nyeri.
35

f. Perubahan Pencernaan
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita
bernapas melalui mulut, dehidrasi dan sebagai respon emosi
terhadap persalinan. Selama kala II, motilitas dan absorpsi
saluran cerna menurun dan pengosongan lambung menjadi
lambat. Wanita sering kali merasa mual dan memuntahkan
makanan yang belum dicerna setelah bersalin.
(4) Perubahan Psikologis pada Kala II
a. Jengkel, tidak nyaman akibat nyeri.
b. Kegerahan akibat cemas dan takut, lelah.
c. Tidak sabar.
d. Takut dan khawatir meningkat.
(5) Komplikasi Kala II
a. Syok
Tanda gejala: nadi cepat dan lemah (100x/menit atau
lebih), tekanan darah rendah (sistolik <60 mmHg, pucat pasi,
berkeringat atau dingin, kulit lembab, nafas cepat (>30
x/menit), cemas, bingung atau tidak sadar, produksi urin
sedikit (<30 cc/jam) dan penglihatan kabur.
Manajemen: posisikan ibu miring kiri, naikkan kedua
kaki untuk meningkatkan aliran darah ke jantung, pasang
infus RL atau NS dengan tetesan cepat, rujuk.
b. Infeksi
Tanda dan gejala: nadi cepat (100x/menit atau lebih),
suhu lebih dari 380C, menggigil, air ketuban atau cairan
vagina yang berbau.
Manajemen: baringkan ibu miring kiri, pasang infus,
berikan ampisilin 2 gr atau amoxilin 10 gr/oral, rujuk.
c. Pre-eklamsia berat-eklamsia
Tanda dan gejala: tekanan darah diastolik 110 mmHg
atau lebih, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih dengan
36

kejang, nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang


(eklamsia).
Manajemen: baringkan miring kiri, pasang infus,
berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20 % IV dalam 20 menit,
berikan dosis pemeliharaan MgSO4 50 %, 6 gr dalam 6 jam,
rujuk.
d. Gawat janin
Tanda dan gejala: DJJ <120 atau >160 x/menit waspada
tanda awal gawat janin, DJJ <100 atau >180 x/menit.
Manajemen: baringkan miring kiri, anjurkan ibu
menarik nafas panjang perlahan-lahan dan berhenti meneran,
nilai ulang DJJ setelah 5 menit, jika DJJ normal minta ibu
kembali meneran dan pantau DJJ setelah kontraksi, pastikan
ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafas saat
meneran, jika DJJ abnormal, rujuk.
e. Distosia
Tanda dan gejala: kepala bayi tidak melakukan putaran
asi luar, kepala bayi kelua kemudian tertarik kembali ke
dalam vagina (kepala ‘kura-kura’), bahu bayi tidak lahir.
Manajemen: lakukan tindakan dan upaya lanjut
(tergantung hasi; tindakan yang dilakukan), melakuaan
perasat Mc. Robert, prone Mc. Robert, anterior dysimpact,
perasat Cork-scew dari Wood, perasat Schwartz-Dixon.
(6) Asuhan Kala II
1. Pendamping ibu selama proses persalinan sampai
kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarganya
yang lain
2. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan
antara lain yaitu membantu ibu untuk berganti posisi,
melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan
minuman, menjadi teman bicara/pendengar yang baik,
memberikan dukungan dan semangat selama persalinan
sampai kelahiran bayinya.
37

3. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan


dan kelahiran dengan cara :Memberikan dukungan dan
semangat kepada ibu dan keluarga, menjelaskan tahapan
dan kemajuan persalinan, melakukan pendampingan
selama proses persalinan dan kelahiran.
4. Membuat hati ibu merasa tentram selama kala II
persalinan dengan cara memberikan bimbingan dan
menawarkan bantuan kepada ibu.
5. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan
spontan untuk meneran dengan cara memberikan
kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
6. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II
7. Memberikan rasa aman dan nyaman dengan cara
:Mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran
proses persalinan dan kelahiran bayi, memberikan
penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan
penolong, menjawab pertanyaan ibu, menjelaskan apa
yang dialami ibu dan bayinya, memberitahu hasil
pemeriksaan
8. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan
vulva dan perineum
9. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara
spontan
10. Melakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah,
telah terjadi pembukaan lengkap, dan ibu meneran
spontan.
11. Membimbing ibu untuk meneran, tunggu sampai ibu
merasakan dorongan dan keinginan untuk meneran.
12. Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling
nyaman.
13. Episiotomi hanya dilakukan jika ada indikasi dan tidak
dilakukan secara rutin. Indikasi dilakukannnya episiotomi
adalah gawat janin, persalina pervaginam dengan penyulit
( sungsang, distosia bahu, ekstraksi forceps, ekstraksi
vakum), dan jaringan parut pada vagina yang
mengahalangi kemajuan persalinan.
38

14. Menolong kelahiran bayi.


3) Kala III Persalinan
(1) Batasan Kala III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala
III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi
semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding
uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus
atau ke dalam vagina. Kala III persalinan dimulai segera setelah
bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit.
(2) Tanda dan Gejala Kala III
a. Seluruh badan bayi sudah lahir
b. Ada tanda-tanda terlepasnya plasenta: perubahan bentuk dan
tinggi uterus, tali pusat memanjang dan semburan darah
mendadak dan singkat.
(3) Perubahan Fisik Kala III
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus
sekitar di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau
seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas
pusat.
b. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva(tanda
ahfeld).
39

c. Semburan darah mendadak dan singkat


Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya
gravitasi. Apabila kumpulan darah(retroplacental pooling)
dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam
plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
(4) Perubahan Psikologis pada Kala III
a. Ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayi.
b. Gembira, lega, bangga, namun sangat lelah.
c. Terpusat pada laserasi perineum.
d. Perhatian fokus ke plasenta.
(5) Komplikasi Kala III
Tabel 2.2 Komplikasi Kala III
No Gejala Gejala penyerta Kemungkinan Dx
1 Perdarahan Pucat Robekan jalan lahir
segera/primer Lemah
Darah segar mengalir Menggigil
Uterus kontraksi baik
Plasenta lengkap
2 Plasenta belum lahir Tali pusat putus Retensio plasenta
setelah 30 menit Inversion uterus
Perdarahan segera Perdarahan lanjut
Kontraksi uterus baik
3 Uterus tidak teraba Syok neurogenik Inversion uteri
lumen vagina tersisa Pucat, limbung
masa
Tampak tali pusat
Perdarahan segera
Nyeri
4 Perdarahan segera Syok Ruptura uteri
(intra abdomen/ vagina) Nyeri tekan
Nyeri perut berat Nadi cepat
Sumber: BAN (2014)
(6) Asuhan Kala III (Menejemen Aktif Kala III)
1. Pemberian suntikan oksitosin, suntikan diberikan
segera ( 1 menit setelah bayi lahir) suntikkan oksitosn 10 IU
secara IM di perpatasan 1/3 bawah dan tengah lateral paha
( aspektus lateralis).
40

2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.


3. Menolong kelahiran plasenta.
4. Melakukan masase fundus uteri selama 15 detik.

4) Kala IV
(1) Batasan Kala IV
Kala IV persalinan dimulai dari saat lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama post partum (setelah plasenta
lahir).Dalam periode ini penting untuk mempertahankan
kontraksi dan retraksi yang kuat.
(2) Penilaian perdarahan dan tingkat robekanperineum.
Perdarahan normal yang terjadi pada saat persalinan
yaitu kurang dari 500 cc. Suatu cara untuk menilai
kehilangan darah adalah dengan melihat dan memperkirakan
berapa banyak botol 500 cc yang dapat menampung darah
tersebut. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah
satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tak langsung untuk
mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui
penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan
menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun
serta terjadi tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg
dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih
dari 500 cc (Depkes RI, 2014).
Tingkat robekan atau laserasi perineum diklasifikasi
berdasarkan luas robekannya yaitu:
a. Derajat I mencakup mukosa vagina, comisura posterior,
dan kulit perineum.
b. Derajat II mencakup derajat I ditambah dengan otot
perineum.
c. Derajat III mencakup derajat II ditambah dengan otot
sfingter ani.
d. Derajat IV mencakup derajat III ditambah dengan
dinding depan rectum
(3) Perubahan Fisik Kala IV
41

a. Letak fundus korpus uteri yang berkontraksi kira-kira


dipertengahan umbilikus dan simpisis atau sedikit lebih
tinggi.
b. Korpus uteri sebagian besar terdiri dari myometrium
yang dibungkus oleh serosa dan dilapisi oleh desidua.
c. Dinding anterior dan posterior berada pada posisi erat
(menempel), masing-masing tebalnya 4-5 cm karena
pembuluh darah tertekan oleh kontraksi miometrium.
(4) Perubahan Psikologis pada Kala IV
a. Lelah.
b. Emosi bahagia karena lepas dari rasa takut, cemas, dan
sakit.
c. Kontak ibu-bayi-ayah.
(5) Komplikasi Kala IV
a. Perdarahan karenarobekan servik
Setelah persalinan kalau ada perdarahan
walaupun kontraksi uterus baik dan darah yang keluar
berwarna merah muda harus dilakukan pemeriksaan
dengan spekulum. Jika terdapat robekan yang berdarah
atau robekan yang lebih besar >1 cm, maka robekan
tersebut hendaknya dijahit. Untuk memudahkan
penjahitan baiknya fundus uteri ditekan ke bawah hingga
servik dekat dengan vulva. Kemudian kedua bibir servik
dijepit dengan klem dan ditarik ke bawah. Dalam
melakukan jahitan robekan servik ini yang paling
pentingbukan jahitan lukanya tapi pengikatan dari
cabang-cabang arteria uterin.
b. Perdarahan postpartum karena sisa plasenta
Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan
plasenta tidak lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi
dan cavum uteri. Potongan-potongan plasenta yang
ketinggalan tanpa diketahui, biasanya menimbulkan
42

perdarahan postpartum lambat. Kalau perdarahan banyak


hendaknya sisa-sisa plasenta ini segera dikeluarkan
walaupun ada demam.
(6) Asuhan kala IV
1. Memperkirakan kehilangan darah.
2. Memantau tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu,
nadi, dan pernapasan.
3. Memeriksa kondisi perineum, pastikan penyebab dari
perdarahan dari laserasi / robekan perineum atau vagina.
Jika memerlukan tindakan maka segera lakukan heacting
pada luka laserasi tersebut.
4. Melakuakan pencegahan infeksi pada kala IV dengan cara
melakukan dekontaminasi pada semua alat-alat yang
digunakan pada saat proses persalinan dengan
menggunakan larutan klorin 0,5 % dan membersihkan ibu.
5. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai
kontraksi dan melakukan masase uterus
6. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan elimanasi ibu.
7. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang tanda-tanda
bahaya post partum seperti perdarahan, demam, bau busuk
dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui
bayinya dan terjadi kontraksi hebat.
2.1.3 Bayi Baru Lahir
2.1.3.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari usia kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahirnya 2500 gram
sampai dengan 4000 gram, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2012).
2.1.3.2 Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir
Menurut Muslihatun (2010), perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
merupakan suatu proses adaptasi dengan lingkungan luar atau di kenal
dengan kehidupan ekstra uteri. Sebelumnya bayi cukup hanya beradaptasi
dengan kehidupan intra uteri. Perubahan fisiologis bayi baru lahir,
diantaranya sebagai berikut:
1) Sistem pernafasan
Perubahan sistem ini di awali dari perkembangan organ
paru itu sendiri dengan perkembangan struktur bronkus,
43

bronkiolus, serta alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan


sehingga dapat menentukan proses pematangan dalam sistem
pernapasan. Proses perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal
pernapasan yang dapat di pengaruhi oleh keadaan hipoksia pada
akhir persalinan dan rangsangan fisik (lingkungan) yang
merangsang pusat pernapasan medula oblongata di otak. Selain itu
juga terjadi tekanan rongga dada karena kompresi paru selama
persalinan, sehingga merangsang masuknya udara ke dalam paru-
paru, kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi
sistem pernapasan itu sendiri dengan sistem kardiovaskuler dan
susunan saraf pusat. Selain itu adanya surfaktan dan upaya
respirasi dalam pernapasan dapat berfungsi untuk mengeluarkan
cairan dalam paru serta mengembangkan jaringan alveolus paru
agar dapat berfungsi. Surfaktan tersebut dapat mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus
untuk mencegah kolaps.
2) Sistem peredaran darah
Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada
bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses
pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat
perubahan, yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan
penutupan duktus ateriosus antara arteri paru dan aorta. Perubahan
ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh
darah, dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah
mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi
resistensi. Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi
saat tali pusat di potong, resistensinya akan meningkat dan tekanan
atrium kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium kanan
berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium
kanan juga menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami
proses oksigenasi ualng, pada saat terjadi pernafasan pertama dapat
menurunkan resistensi dan meningkatkan atrium kanan. Kemudian
oksigen pada pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksi dan
44

terbukanya sistem pembuluh darah paru yang dapat menurunkan


resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya peningkatan sirkulasi
paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada
atrium kanan, dengan meningkatkan tekanan pada atrium kanan
akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen ovale akan menutup,
atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam darah akan meningkat
yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami kontriksi
dan menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena umbilikus,
duktus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup
secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem
dan penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3
bulan.
3) Sistem pengaturan tubuh
Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar
(lingkungan) yang lebih dingin, maka dapat menyebabkan air
ketuban menguap melalui kulit yang dapat mendinginkan darah
bayi. Pada saat lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa
melalui mekanisme menggigil yang merupakan cara untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya serta hasil penggunaan
lemak coklat untuk produksi panas. Adanya timbunan lemak
tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga terjadilah
proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak, agar menjadi panas,
bayi menggunakan kadar glukosa. Selanjutnya cadangan lemak
tersebut akan habis dengan adanya stres dingin dan bila bayi
kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia, dan
asidosis.
4) Metabolisme glukosa
Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa
akan di pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami
penurunan waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau
meKmperbaiki kondisi tersebut, maka di lakukan dengan
menggunakan air susu ibu (ASI), penggunaan cadangan glikogen
(glikogenolisis), dan pembuataan glukosa dari sumber lain
45

khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan


menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati.
5) Sistem gastrointestinal
Proses menghisap dan menelan sebelum lahir sudah di
mulai. Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi
lahir.kemampuan menelan dan mencerna makananmasih terbatas,
mengikat hubungan esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dan kapasitasnya
sangat terbatas kurang lebih 30 cc.
6) Sistem kekebalan tubuh
Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami
proses penyesuaian dengan perlindugan oleh kulit membran
mukosa, fungsi saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh
kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam
lambung. Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel
darah akan membuat terjadinya sistem kekebalan melalui
pemberian kolostrum dan lambat laun akan terjadi kekebalan
sejalan dengan perkembangan usia.
Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan
infeksi.Bayi umumnya tidak dapat mengahasilkan Ig
(Imunoglobulin) sendiri sampai usia 2 bulan. Bayi menerima dari
imun ibu yang berasal dari sirkulasi plasenta dan ASI. Bila ibu
memiliki antibodi terhadap penyakit menular tertentu, antibodi
tersebut mengalir ke bayi melalui plasenta. Diantara antibodi
tersebut mungkin adalah antibodi terhadap gondok, difteri, dan
campak. Imunitas pasif ini berakhir dalam beberapa minggu
sampai beberapa bulan.
7) Sistem pencernaan
Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan
metabolisme bahan makanan sudah adekuat tetapi terbatas pada
fungsi-fungsi tertentu. Terdapat enzim untuk mengkatalisasi
46

protein dan karbohidrat sederhana (Monosakarida dan disakarida)


tetapi untuk karbohidrat kompleks yang belum terdapat.
8) Sistem ginjal dan keseimbangan cairan
Pengeluaran urin pada janin terjadi pada bulan ke empat.
Sementara itu, pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan
30% sampai 50% dari kapasitas dewasa dan belum cukup matur
untuk memekatkan urin. Artinya, pada semua bayi semua struktur
ginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan
urine dan mengatur kondisi cairan setra fluktuasi elektrolit belum
maksimal. Namun demikian, urin terkumpul dalam kandung kemih
bayi biasanya dalam waktu 24 jam pertama kelahirannya. Volume
pengeluaran urine total per 24 jam pada bayi baru lahir sampai
dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-300 ml, dengan
frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk mencatat saat
berkemih pertama kali bila terjadi anuria harus dilaporkan, karena
hal ini mungin menandakan anomali kongenital dari sistem
perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada hari ke
empat sampai kelima. Hal ini salah satu peningkatan buang air
besar, pemasukan kurang dan metabolisme meningkat. Setelah hari
kelima berat badab bayi biasanya meningkat kembali.
9) Sistem adaptasi perubahan kulit
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir,
tetapi masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat
dengan baik dan sangat tipis. Verniks caseosa juga
melapisi epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung.
Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang di sekresi oleh
kelenjar sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa bayi di
lapisi oleh verniks caseosa yang tebal, sementara yang lainnya
hanya tipis saja pada tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu
verniks caseosa meningkatkan deskumasi kulit (pengelupasan),
verniks biasanya menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir
seringkali terdapat bintik putih khas terlihat di hidung, dahi dan
47

pipi bayi yang di sebut milia. Bintik ini menyumbat kelenjar


sebasea yang belum berfungsi. Setelah sekitar 2 minggu, ketika
kelenjar sebasea mulai bersekresi secara bertahap tersapu dan
menghilang.
Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu,
dan punggung, dan biasanya cenderung menghilang selama
minggu pertama kehidupan. Pelepasan kulit (deskuamasi) secara
normal terjadi selama 2-4 minggu pertama kehidupan. Mungkin
terlihat eritema toksikum (ruam kemerahan) pada saat lahir, yang
bertahan sampai beberapa hari. Ruam ini tidak menular dan
kebanyakan mengenai bayi yang sehat. Terdapat berbagai tanda
lahir (nevi) yang bersifat sementara (biasanya di sebabkan pada
saat lahir) maupun permanen (biasanya karena kelainan struktur
pigmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan lainnya).
Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna
kekuningan yang di sebut ikterus.Ikterus di sebabkan karena
billirubin bebas yang berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai
akibatnya pada sekitar hari ke dua atau ke tiga, terjadi hampir 60%
hari ke 7 biasanya menghilang. Ikteri ini di sebabkan icterus
fisiologis atau ikterus neonatorum.
10) Sistem persyarafan
Sistem persyarapan bayi cukup berkembang untuk bertahan
hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan
otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat di
prediksi selama priode bayi samapi awal masa kanak-kanak. Pada
akhir tahun pertama, pertumbuhan sereblum yang di mulai pada
usia kehamilan pada sekitar 30 minggu, berakhir. Hal inilah yang
mungkin jadi penyebab mengapa otak rentan terhadap trauma
nutrisi dan trauma lain selama masa bayi. Fungsi tubuh dan
respon-respon yang di berikan sebagian besar di lakukan oleh
pusat yang lebih rendah dari otak dan refleks-refleks dalam
medula spinalis.
48

2.1.3.3 Manajemen Bayi Baru Lahir


Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah
transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan
lancar dan tidak ada kelainan. Menurut JNPK-KR (2017) penilaian
awal dilakukan pada semua pada bayi baru lahir dengan menjawab 3
pertanyaan yaitu:
1) Sebelum bayi lahir
(1) Apakah kehamilan cukup bulan (UK 37 – 42 minggu)?
2) Segera setelah bayi lahir
(2) Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap?
(3) Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?
Jika dari ketiga pertanyaan tersebut didapatkan hasil bayi cukup
bulan, bayi menangis atau bernafas, tonus otot bayi baik/ bayi bergerak
aktif maka dilakukan manajemen bayi baru lahir normal. Namun apabila
dari ketiga pertanyaan tersebut didapatkan hasil bayi tidak cukup bulan
dan/atau bayi megap-megap atau tidak bernafas dan/ atau tonus otot bayi
tidak baik/ bayi lemas maka dilakukan manajemen bayi baru lahir dengan
asfiksia menggunakan oksimeter atau tanpa oksimeter.
2.1.3.4 Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah
transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan
lancar dan tidak ada kelainan. Menurut JNPK-KR (2017)
penatalaksanaan pada bayi baru lahir normal yaitu:
1) Penilaian awal
Lakukan penilaian awal dengan menjawab 3 pertanyaan :
(1) Apakah kehamilannya cukup bulan.
(2) Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap.
(3) Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif.
2) Jaga kehangatan
Saat lahir mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada BBL, belum
berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia. Untuk mencegah terjadinya kehilangan panas melalui
upaya berikut :
(1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
(2) Letakkan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
(3) Selimuti ibu dan bayi dan pasang topi di kepala bayi
(4) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
49

(5) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat


(6) Bayi jangan dibedong ketat.
3) Bersihkan jalan nafas (jika perlu)
4) Keringkan
5) Pemantauan tanda bahaya
Lakukan pemantauan tanda bahaya pada bayi yaitu bayi tidak
dapat menetek, kejang, bayi bergerak hanya jika dirangsang,
kecepatan nafas >60 x/menit, tarikan dinding dada bawah yang dalam,
merintih, dan sianosis sentral.
6) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2
menit setelah bayi lahir
Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
Protokol untuk penyuntikan oksitosin dilakukan sebelum tali pusat
dipotong. Jangan membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke puntung tali pusat. mengoleskan alkohol absolut
70 % masih diperkenankan, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab. Lipat popok dibawah
puntung tali pusat.
7) Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Prinsip menyusu dan pemberian ASI adalah dimulai sedini
mungkin dan eksklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat
dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit ibu.
Biarkan kontak kulit ke kulit menetap selama setidaknya 1 jam bahkan
lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Bayi diberi topi dan
diselimuti.
8) Beri suntikan Vitamin K1 1mg intramuscular, di paha kiri antero
lateral setelah IMD
Beri suntikan vitamin K 1mg IM, di paha kiri anterolateral setelah
Inisiasi Menyusui Dini: semua BBL harus diberi vitamin K1 injeksi 1
mg intramuskular setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu (1
jam) untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K
yang dialami oleh sebagian BBL.
9) Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah
proses IMD dan bayi selesai menyusu. Pencegah infeksi mata tersebut
mengandung terasiklin 1 % atau antibiotika lain. Upaya pencegahan
infeksi mata kurang efektif jika diberikan >1 jam setelah kelahiran.
50

10) Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi baru lahir normal
akan didapatkan hasil:
(1) Pada postur, tonus dan aktivitas: posisi tungkai dan lengan fleksi,
bayi akan bergerak aktif.
(2) Pada kulit : Wajah, bibir dan selaput lendir, dada berwarna merah
muda, tak ada kemerahan atau bisul.
(3) Pernafasan, retraksi dinding dada saat bayi tak menangis:
frekuensi nafas normal 40-60 kali/ menit, tak ada retraksi dinding
dada.
(4) Denyut jantung: Frekuensi denyut jantung normal 120-160 kali/
menit
(5) Pengukuran suhu aksiler: Suhu normal adalah 36,5- 37,5 °C
(6) Bagian kepala: Bentuk kepala terkadang asimetris karena
penyesuaian pada saat proses persalinan umumnya hilang dalam
48 jam. Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol, dapat sedikit
membonjol saat bayi menangis.
(7) Mata: Tidak ada kotoran atau sekret
(8) Mulut : Bibir, gusi, langi-langit utuh dan tidak ada bagian yang
terbelah, bayi akan menghisap kuat jari pemeriksa.
(9) Perut dan tali pusat: Perut bayi datar teraba lemas, tidak ada
perdarahan, pembengkakan, nanah, tali pusat berbau/ kemerahan
sekitar tali pusat.
(10) Punggung dan tulang belakang: Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
celah/ lubang dan benjolan pada tulang belakang
(11) Lubang anus: Hindari memasukkan alat/ jari dalam memeriksa
anus, terlihat lubang anus dan periksa apakah mekonium sudah
keluar. Biasanya mekonium keluar 24 jam setelah lahir.
(12) Alat kelamin :
Bayi perempuan: Kadang terlihat cairan vagina berwarna putih
atau kemerahan.
Bayi lak-laki: terdapat lubang uretra pada ujung penis. Teraba
testis di skrotum.
(13) Timbang bayi: Berat lahir 2,5-4 kg.
(14) Panjang dan lingkar kepala: Panjang lahir normal 48-52 cm,
lingkar kepala normal 33-37 cm.
(15) Menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya:
Kepala dan badan dalam garis lurus, muka bayi menghadap
51

payudara, ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya. Bibir bawah


melengkung keluar, sebagian besar areola berada didalam mulut
bayi. Menghisap dalam dan pelan kadang terhenti sesaat.
(16) Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuscular, dipaha kanan
antero lateral. Kira-kira 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1
Imunisasi Hepatitis B brmanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis
B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi
Hepatitis B pertama diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin
K1, pada saat bayi berumur 2 jam.
2.1.4 Nifas
2.1.4.1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu-8 minggu. (Ambarwati, 2010).
Menurut pendapat Prawirohardjo (2010) masa nifas dimulai setelah
keluarnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan seperti sebelum
hamil.Masa nifas merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
2.1.4.2 Fisiologis nifas
Tahapan masa nifas menurut Ambarwati (2010) adalah sebagai berikut:
1) Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
3) Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan, tahunan.
2.1.4.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Masa Nifas
1) Perubahan fisik yang terjadi pada masa nifas menurut
Sulistyawati(2015) yaitu sebagai berikut:
(1) Involusi Uterus
Terjadi segera setelah melahirkan dan berlangsung cepat,
dalam 2 minggu kembali kerongga panggul, dalam 6 minggu
52

sedikit lebih besar dari ukuran. Dalam 12 jam setelah


melahirkan fundus uteri teraba 1 jari (1cm) dibawah pusat 5-6
minggu kembali dalam ukuran tidak hamil penurunan tersebut
tergantung dari besarnya sel, bukan dari banyaknya sel.
Peran oksitosin adalah untuk menimbulkan kontraksi dan
retraksi otot uteri sehingga akan mengkompres pembuluh darah
yang menyebabkan kurangnya suplay darah ke uterus. Proses ini
untuk mengurangi situs atau tempat implantsi plasenta serta
menguragi pendarahan. Dengan involusi uterus ini maka lapisan
luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
neuritis (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama
sisa cairan yang disebut lochea yang berakhir dalam waktu 3-6
minggu. Luka pada bekas implantasi plasenta akan sembuh
karena pertumbuhan endometrium. Berikut tabel perubahan
yang normal didalam uterus selama post partum.
Tabel 2.3 Perubahan Uterus
Berat Diameter
Palpasi servik
uterus uterus
Pada tahap 500 gram 12,5 cm Lembut/lunak
persalinan
Pada tahap 450 gram 7,5 cm 1 cm
minggu I
Pada akhir 200 gram 5,0 cm 1 cm
minggu II
Pada akhir 6 60 gram 2,5 cm Menyempit
minggu
Sumber: Sulistyawati (2015)

Menurut Sulistyawati (2015),lokhea mengalami


perubahan karena proses involusi. Berdasarkan waktu dan
warnanya pengeluaran lokhea dibagi menjadi 4 jenis:
a. Lokhea rubra, lokhea ini muncul pada hari pertama sampai
hari ketiga masa postpartum, warnanya merah karena berisi
darah segar dari jaringan sisa-sisa plasenta.
b. Lokhea sanginolenta, berwarna merah kecoklatan dan
muncul di hari keempat sampai hari ketujuh.
53

c. Lokhea serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai


hari keempatbelas dan berwarna kuning kecoklatan.
d. Lokhea alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6
minggu postpartum.
Tabel 2.4 Penurunan tingkat Fundus uteri
Hari Penurunan
1-3 1-2 jari dibawah pusat
3 2-3 jari dibawah pusat
5 ½ pusat simfisis
7 2-3 jari atas simfysis
9 1 jari dibawah symfisis
10 tidak teraba
Sumber: Sulistyawati (2015)
(2) Perubahan tanda-tanda vital
a. Suhu pada 24 jam pertama post partum (38◦C).
b. Jika setelah hari pertama suhu ≥ 38 ◦C selama 10 hari
pertama post partum harus difikirkan sebagai fibris
puerpuralis, ISK, endometritis, inastitis atau infeksi lain.
c. Pada hari 2-3 dapat terjadi pembengkakan payudara yang
dapat menyebabkan kenaikan suhu, namun kenaikan suhu
tidak lebih dari 24 jam.
(3) Perubahan kardiovaskuler
a. Tekanan darah
Tekanan darah ibu tetap stabil, jika terjadi penurunan
tekanan sistolik 20 mmHg, atau lebih pada saat ibu berubah
posisi dari tidur terlentang keposisi duduk. Mungkin
merupakan gangguan semetara pada komponen
kardivaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler panggul.
Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dengan diastolik 15
mmhg, terutama bila disertai sakit kepala atau perubahan
penglihatan, dapat dicurigai adanya preeklamsia.
Berkeringat dan menggigil mungkin disebabkan oleh
vasomotor instability, bila disertai panas berarti untuk
membantu pengeluaran jumlah sisa/kelebihan cairan tubuh.
b. Komponen darah
54

Hb, HT, eritrosit, mendekati keadaan sebelum


melahirkan dan berangsur-angsur kembali ke keadaan
sebelum hamil.
(4) Perubahan urinaria
Sensitivitas kandung kemih terhadap cairan kadang-
kadang menghilang. Hal ini disebabkan karena oedema. Oleh
karena trauma kandung kencing. Gangguan BAK dalam 6-8
jam. Kadang-kadang terjadi hematuria.
(5) Perubahan endokrin
Estrogen dan progesteron serta prolaktin menurun secara
cepat, kadar prolaktin pada wanita menyusui akan meningkatkan
secara bertahap, karena rangsangan dari isapan bayi.
(6) Perubahan pada gastrointestinal
Pengembalian defekasi secara normal terjadi lambat dalam
1 minggu. Hal ini disebabkan oleh motilitas usus dan gangguan
kenyamanan pada puerperium.
(7) Perubahan muskuloskletal
Dinding perut sering lembek dan kendor, karena
peregangan abdomen secara bertahap pada waktu hamil. Bila
peregangan berlebihan terkadang menimbulkan otot-otot
dinding perut terpisah.
2) Perubahan Psikologis pada Masa Nifas
Menurut Sulistyawati (2015), perubahan psikologis pada
masa nifas disebabkan karena kesan pertama, penyesuaian
emosional, post partum bluess menjadi orang tua merupakan hal
yang kritis, maka harus diperhatikan adalah fase honeymoon, yaitu
fase setelah anak lahir dimana menjadi intiminasi dan kontak yang
lama antara ibu ayah dan anak.
Adapun fase pada masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu:
(1) Fase taking in
Perhatian ibu terutama pada kebutuhannya, pasif
ketergantungan,tidak ingin kontak dengan bayi, hal ini
55

berlangsung 2 hari dan untuk mengatasinya beri informasi


tentang bayi → makan adekuat.
(2) Fase taking hold
Berlangsung 10 hari, berusaha mandiri berinisiatif,
perhatian terhadap tubuh, ingin belajar perawatan diri dan bayi,
timbul rasa kurang percaya diri maka diperlukan bimbingan.
(3) Fase letting go
Peran dan tanggung jawab baru kemudian meningkat,
penyesuaian hubungan keluarga dan bayi.
2.1.4.4 Tanda Bahaya Masa Nifas
Menurut Sulistyawati (2015) tanda bahaya pada masa nifas antara
lain: perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyaklebih dari darah haid, sampai 2 kali ganti pembalut ganti
pembalut lebih dari ½ jam, pengeluaran vagina yang berbau busuk, rasa
sakit dibagian bawah abdomen dan punggung, rasa kepala yang terus-
menerus, nyeri ulu hati atau masalah penglihatan, pembengkakan
dimuka dan tangan, demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, payudara
yang berubah menjadi merah, panas dan nyeri, kehilangan nafsu makan
yang lama, rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di kaki, merasa
sangat sedih dan tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau dirinya
sendiri dan merasa sangat letih atau nafas terengah-enggah.
2.1.4.5 Masalah-masalah yang Terjadi pada Masa Nifas
Menurut Ambarawati (2009), masalah-masalah yang terjadi pada masa
nifas antara lain:
1) Nyeri setelah melahirkan(After pain)
Yaitu rasa nyeri mencengkram(kram) pada perut bagian bawah
akibat kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus dan uterus rasa
nyeri ini bias terjadi selama 3-4 hari dan biasanya berkurang
intensitasnya pada hari ke-3 setelah melahirkan.
Tindakan yang dilakukan yaitu jelaskan fisiologis after pain
normal pada ibu, minta ibu untuk mengosongkan kandung kemih,
beri analgetik, berikan dorongan untuk melakukan teknik relaksasi
dini dan berikan kompres dingin pada perineum.
2) Pembesaran dan pembengkakan payudara
56

Terjadi karena bayi tidak disusui dengan adekuat sehingga


terkumpul pada duktus statis pada pembuluh darah dan limfe akan
menyebabkan meningkatnya tekanan indraduktural yang
mempengaruhi berbagai segmen pada payudara sering segang dan
nyeri kemudian diikuti penurunan produk ASI dan refleksi
letdown.Hal ini bisa terjadi kira-kira hari ke 3 post partum dan
terakhir kira-kira 24-48 jam kemudian.
Melakukan perawatan payudara
(a) Menjaga pakaian dalam tetap kering dan bersih
(b) Menggunakan BH yan menyokong payudara terbuat dari katun.
(c) Bila putting lecet, oleskan kolostrum/ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali menyusui. Menyusui dimulai dari
putting yang tidak lecet.
(d) Bila lecet sangat berkat, dapat diistirahat selama 24 jam , ASI
dikeluarkan dan diminum dengan sendok.
(e) Untuk menghilangkan nyeri dapat diminumkan paracetamol
tablet tiap 4-6 jam.
(f) Bila payudara bengkak akibat bendungan ASI:
Lakukan pengompresandengan kain basah dan hangat ± 1
menit, urut payudara dari arah pangkal kedaerahan
putting/gunakan sisir untuk mengurut payudara, keluarkan ASI
dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi
lunak, susukan bayi tiap 2-3 jam sekali bila tidak dapat
menghisap saluran ASI keluarkan dengan tangan dan letakkan
kain dingin ke payudara setelah menyusui.
(g) Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar
3) Payudara lecet / luka
Terjadi karena teknik menyusui yang salah dan juga putting
susu kurang lentur akibat penggunaan zat iritan untuk mencuci
putting susu misalnya: alkohol, sabun, krem.
Tindakan yang dilakukan yaitu tetap memberikan ASI pada
keadaan luka tidak begitu sakit, olesi putting susu dengan ASI akhir
57

jangan memberi obat seperti krim,salep, puting yang sakit dapat


diistirahatkan untuk sementara ± 1 x 24 jam dan akan sembuh
sendiri dalam waktu 2 x24 jam.Selama puting susu diistirahatkan
sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan dan tidak
dianjurkan dengan alat pompa karena terasa nyeri.Cuci payudara
sekali saja dan tidak menggunakan sabun
4) Nyeri daerah perineum
Perineum akan terasa nyeri khususnya pada hari ke- 6 ketika
pasokan darah kearah tersebutpulih kembali, kalau perineum
membengkak maka jahitan akan terasa nyeri. Cara mengatasi
sebelum kita menggunakan cara apapun periksa perineum terlabih
dahulu.
Tindakan yang dilakukan yaitu anjurkan ibu berbaring dalam
posisi miring, gunakan kantong es selama 2 jam pertama, berikan
analgetik, teknik relaksasi, penghangatan dengan cahaya lampu
bungkus lampu 40 watt dengan handuk atau jarak lampu 50 cm dari
perineum dilakukan 3 kali sehari selama 20 menit.
5) Infeksi luka perineum
Luka menjadi nyeri, merah, bengkak, jahitan mudah lepas.
Suhu tubuh meningkat dan luka mengeluarkan nanah.
Tindakan yang dilakukan yaitu bila ada pus segera keluarkan,
debridement, antibiotik, jahitan nekrotik buang dilakukan
penjahitan sekunder 2-3 minggu setelah infeksi membaik, berikan
nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang benar dan sering
di ganti.
6) Infeksi masa nifas
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan
dengan suhu 38 ◦C/lebih terjadi pada hari ke 2-10 sedikitnya 4 kali
sehari. Faktor- faktor presdiposisi infeksi pada masa nifas, yaitu
kurang gizi, anemia, keadaan hygiene, kelelahan, proses persalinan
bermasalah, KPD, partus lama, partus macet.
58

Tindakan yang dilakukan yaitu istirahat baring, rehidrasi


peroral, kompres atau kipas untuk menurunkan masa nifas.
7) Rasa sakit,merah, lunak dan membengkak (tromboflebitis)
Tindakan yang dilakukan yaitukaki ditinggikan untuk
mengurangi oedema lakukan komprs pada kaki, lakukan balutan
dengan elastis atau memakai kaos kaki panjang yang elastis selama
mungkin, jangan menyusui, beriakan antibiotik dan analgetik.
8) Depresi ringan /post partum bluess
Gejala : kesedihan, iritasi dan kegelisahan, bervariasi seperti
post partum bluess/ martenity bluess.
Penyebab yang menonjol adalah kecelakaan emosional yang
mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan selama
kehamilan dan persalinan, rasa sakit masa nifas awal, kelelahan
karena kurang tidur selma persalinan dan post partum di rumah
sakit, kecemasan dan kemampuannya untuk merawat bayinya
setelah meninggal dirumah sakit, rasa takut menjadi tidak menarik
lagi bagi suami.
Tindakan yang dilakukan yaitu berikan dukungan pada ibu
dan keluarga, bimbingan terhadap orang tua bayi karena
permasalahannya yang sering dihadapi orang tua terhadap
kejadian/perubahan pada bayi.
2.1.4.6 Penatalaksanaan Masa Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca salin oleh tenaga kesehatan.
Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan
pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas
minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu:
1) Kunjungan I (KF1)
Dilakukan pada 6 jam-3 hari setelah persalinan
Tujuannya:
(1) Mencegah perdarahan akibat atonia uteri.
(2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk jika
berlanjut.
59

(3) Memberikan konseling kepada ibu/keluarga untuk mencegah


perdarahan akibat atonia uteri.
(4) Pemberian ASI awal
(5) Melakukan perawatan antara ibu dan bayi baru lahir.
(6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal
dengan ibu dan BBL untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran/sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat / stabil.
(7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil atau
sehat
2) Kunjungan II (KF2)
Dilakukan 4 hari- 28 hari setelah persalinan
Tujuannya:
(1) Memastikan involusi uterus berjalan lancar/normal uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
(3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit..
(4) Memastikan ibu untuk mendapatkan makanan, cairan dan
istirahat.
(5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
3) Kunjungan III (KF3)
Dilakukan setelah 2 – 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya:
(1) Memastikan involusi uterus berjalan lancar atau normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
(3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak menunjukkan
tanda-tanda ada penyulit
(4) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
60

(5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan tali pusat,


menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari
(6) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau
bayi alami
(7) Memberikan konseling untuk KB secara dini
a. Pengertian Konseling
Konseling adalah terjemahan dan kata counseling,
mempunyai makna sebagai hubungan timbal balik antara
dua orang individu, dimana yang seorang (konselor)
berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan
masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan
datang (Natawijaya, 1987). Sedangkan menurut Surya
(1988), pengertian konseling adalah seluruh upaya bantuan
yang diberikan konselorkepada konseli supaya dia
memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk
dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya
pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep
kepribadian yang sewajarnya mengenai : dirinya sendiri,
orang lain, pendapat orang lain tentang dirinya, tujuan-
tujuan yang hendak dicapai, dan kepercayaan diri.
b. Tujuan Konseling
Tujuan konseling dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus:
a) Tujuan umum:Tujuan layanan konseling adalah
terentaskannya masalah yang dialami klien. Upaya
pengentasan masalah klien ini dapat berupa mengurangi
intensitasnya atas masalah tersebut, mengurangi itensitas
hambatan dan/atau kerugian yang disebabkan masalah
tersebut, dan menghilangkan atau meniadakan masalah
yang dimaksud. Dengan layanan konseling ini beban klien
diringankan, kemampuan klien ditingkatkan dan potensi
klien dikembangkan.
b) Tujuan khusus: Klien memahami seluk-beluk masalah yang
dialami secara mendalam dan komprehensif, serta positif
61

dan dinamis. Pemahaman yang dimaksud mengarah kepada


dikembangkannya persepsi dan sikap serta kegiatan demi
terentaskannya secara spesifik masalah yang dihadapi klien.
Pengembangan dan pemeliharaan potensi klien dan
berbagai unsur positif yang ada pada dirinya merupakan
latar belakang pemahaman dan pengentasan masalah kilen.
Pengembangan dan pemeliharaan potensi dan unsur-unsur
positif yang ada pada diri klien, diperkuat oleh
terentaskannya masalah, dan berkembangnya masalah yang
lain.
c.Pengertian keluarga berencana
Sesuai dengan (BKKBN, 2015) keluarga berencana
adalah upaya untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam
mewujudkan hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan
pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk
membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal,
mengatur jumlah, jarak, dan usia ideal melahirkan anak,
mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta
kesejahteraan anak.
Menurut Prawirohardjo (2006) arti kontrasepsi adalah
upaya yang dilakukan seseorang untuk mencegah terjadinya
kehamilan sehingga berpengaruh besar terhadap fertilitas
(angka kelahiran).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
keluarga berencana adalah sebuah upaya yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya kehamilan , mengatur jumlah,
jarak, dan usia ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan
dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak.
Macam-macam keluarga berencana pasca salin
a) Metode sederhana
b) Metode modern
(a)Kontrasepsi pil progestin(minipil)
Cocok untuk perempuan menyusui dan sangat
efektif pada masa laktasi, dosis rendah, tidak
62

menurunkan produksi ASI, tidak memeberikan efek


samping estrogen, efek samping utama adalah
gengguan perdarahan; perdarahan bercak, atau
perdarahan tidak teratur, dapat dipakai sebagai
kontrasepsi darurat. Minipil dapat digunakan setiap
saat, bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan
pasca persalinan dan tidak haid, minipil dapat
dimulai setiap saat.

(b)Suntik Depo Provera


Diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik
intramuscular dan mengandung 150 mg DMPA.
Sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka
panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami
istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung,dan
gangguan pembekuan darah, tidak memiliki
pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, klien
tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan
oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan
kejadian penyakit jinak payudara, mencegah
beberapa penyebab penyakit radang panggul,
menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell),
diberikan oleh petugas sehingga tidak dipengaruhi
oleh factor lupa. Efek samping sering ditemukan
gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat,
perubahan libido, perubahan berat badan, pusing dan
sakit kepala, hematoma. Dapat mulai digunakan
pada ibu nifas < 42 hari,
(c)Implant
63

Ada dua macam implant yaitu Non-Biodegradble


Implant dan Biodegradble Implant. Efek samping
yang paling utama adalah perubahan pola haid,
bertambahnya hari-hari perdarahan dalam satu
siklus, perdarahan bercak-bercak (spotting),
berkurangnya panjang siklus haid, Amenorrhoe,
perdarahan hebat jarang terjadi, sakit kepala sering
dikeluhkan oleh akseptor implant. Keuntungan
Norplant (Implant) yaitu efektifitas tinggi, setelah
dipasang tidak perlu melakukan pemeriksaan sampai
saat pengeluaran implant, sistem 6 kapsul
memberikan perlindungan dalam 5 tahun, efek
kontraseptif segera berakhir segera setelah implant
dikeluarkan, implant melepaskan progestin dengan
kecepatan rendah dan konstan, sehingga terhindar
dari dosis awal yang tinggi, norplant dapat
membantu mencegah terjadinya anemia. Kerugian
implant insersi dan pengeluaran harus dilakukan
oleh tenaga terlatih, petugas medis perlu melakukan
pelatihan dan praktik untuk insersi dan
pengangkatan implant, lebih mahal, sering timbul
perubahan pola haid, akseptor tidak dapat
menghentikan implant sekehendak sendiri.
(d)Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Kontrasepsi dalam rahim dibagi menjadi 2 yaitu:
((a)) AKDR atau IUD Post Plasenta
IUD post plasenta merupakan salah satu alat
kontrasepsi yang sangat efektif dilakukan karena
pemasangannya dilakukan 10 menit setelah
setelah lepasnya plasenta pada persalinan melalui
jalan lahir yaitu vagina (Engender
Health,2008).keuntungan dari penggunaan IUD
post plasenta ini adalah langsung bisa dilakukan
64

pada ibu yang melahirkan dipelayanan kesehatan,


efektif dan tidak berpengaruh pada proses
menyusui, aman bagi wanita yang menderita HIV,
kesuburan kembali dengan cepat setelah
pelepasan, mengurangi perdarahan pada leher
rahim, dan resiko terjadinya infeksi
rendah.kerugian dari IUD post plasenta ini adalah
sering terjadi kegagalan dan sering terjadi
pelepasan IUD secara spontan. Oleh karena itu,
tingkat keberhasilan dari pemasangan IUD post
plasenta ini tergantung dari waktu
pemasangannya, tenaga kesehatan dan cara
pemasangannya. Penggunaan IUD post plsenta
juga dapat menimbulkan efek samping yaitu
gangguan siklus mentruasi, nyeri haid, kehamilan
diluar kandungan, infeksi panggul, ekspulsi.
((b)) AKDR atau IUD Pasca Melahirkan.
Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang
(dapat sampai 10 tahun: CuT-380A), haid menjadi
lebih lama dan lebih banyak, pemasangan dan
pencabutan oleh tenaga medis (dokter atau bidan
terlatih), tidak boleh dipakai oleh perempuan yang
terpapar pada Infeksi Menular . AKDR dapat
efektif segera setelah pemasangan, metode jangka
panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan
tidak perlu diganti), tidak mempengaruhi
hubungan seksual, tidak ada efek samping
hormonal dengan CuT-380A, tidak mempengaruhi
kualitas dan volume ASI, dapat dipasang segera
setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak
terjadi infeksi), dapat digunakan sampai
manopouse, tidak ada interaksi dengan obat-obat.
65

Efek samping umum terjadi yaitu perubahan


siklus haid, haid lebih lama dan banyak,
perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit,
tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, tidak
baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
yang sering berganti pasangan, penyakit radang
panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas,
prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik
diperlukan dalam pemasangan AKDR, sedikit
nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera
setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang
dalam 1 - 2 hari, klien tidak dapat melepas AKDR
oleh dirinya sendiri. Efek samping yang mungkin
terjadi sinkop vasavagal saat pemasangan,
bercak darah dan kram abdomen atau kedua
keadaan tersebut terjadi bersamaan, nyeri berat
akibat kram uterus, dissmenohea terutama dalam
satu minggu sampai 3 bulan pemasangan,
gangguan menstruasi, Perdarahan berat atau
berkepanjangan, anemia, benang AKDR hilang,
terlampau pendek atau panjang, AKDR tertanam
dalam endometrium atau miometrium, AKDR
terlepas spontan.
(e)Kontrasepsi Mantap
MOW (Metode Operatif Wanita) sering dikenal
dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii
sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan
sperma (Handayani, 2010). Indikasi medis adalah
penyakit yang berat dan kronis seperti jantung,
ginjal, paru-paru, dan penyakit kronis lainnya. Sudah
barang tentu tidak semua penyaki tersebut
66

merupakan indikasi tetapi hanya yang


membahayakan keselamatan ibu kalau ibu
mengandung merupakan indikasi untuk sterlisasi.
Indikasi obstetri antara lainmultiparitas (banyak
anak) apalagi pada usia relatif lanjut. Indikasi
genetik adalah penyakit herediter yang
membahayakan kesehatan dan keselamatan bayi dan
anak. Indikasi kontrasepsi adalah indikasi yang
murni ingin menghentikan/mengakhiri kesuburan,
artinya pasangan tidak menginginkan kelahiran anak
lagi meskipun tidak terdapat keadaan lain yang
membahayakan keselamatan ibu seandainya ibu
hamil kembali.Efeksamping dari MOW yaituInfeksi
luka demam pasca operasi, luka pada kandung
kemih dan intestinal, hematoma, rasa sakit pada
lokasi pembedahan dan perdarahan superficial.
2.2 Kajian Teori Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney 2007 Manajemen
Asuhan Kebidanan Komprehensif
2.2.1 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
2.2.1.1 Langkah I Pengumpulan Data Dasar
1) Data Subjektif
(a) Identitas klien dan suami
a. Nama: dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap untuk
menghindari adanya kekeliruan atau untuk membedakan
dengan dengan pasien yang lain (Wulandari, 2008). Serta
untuk menjalin komunikasi agar lebih akrab.
b. Umur: umur penting untuk dikaji karena ikut menentukan
prognosis kehamilan. Jika umur terlalu muda <16 tahun atau
>35 tahun akan menyebabkan risiko selama kehamilan seperti
perdarahan, hipertensi, pre-eklamsia (Rochjati, 2003).
c. Agama: untuk menentukan bagaimana kita memberikan
dukungan kepada ibu selama memberikan asuhan untuk
mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan di dalam
melaksanakan asuhan kebidanan (Wulandari, 2008).
67

d. Suku/ Bangsa: ditunjukan untuk mengetahui adat istiadat yang


menguntungkan dan merugikan bagi pasien (Wulandari, 2008).
e. Pendidikan: untuk mengetahui tingkat intelektual karena
tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku kesehatan
seseorang (Wulandari, 2008).
f. Pekerjaan: untuk mengetahui pekerjaan pasien dan tanggung
jawabnya dalam rumah sehingga dapat mengidentifikasi resiko
yang berhubungan dengan pekerjaan pasien (Varney, 2006).
Selain itu data ini juga menggambarkan tingkat sosial
ekonomi, pola sosialisasi dan data pendukung dalam
menentukan pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan.
g. Alamat: untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat
tinggal, mempermudah hubungan jika diperlukan dalam
keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui tempat tinggal
pasien (Wulandari, 2008). Selain itu data ini juga memberikan
gambaran mengenai jarak dan waktu tempuh pasien ke tempat
pelayanan kesehatan.
h. No.Tlp: untuk mempermudah menghubungi klien dalam
memberikan informasi berkaitan dengan kesehatan.
(8) Alasan datang: ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2012). Selain itu, data ini
digunakan untuk menentukan asuhan yang sesuai dengan keadaan
ibu saat datang ke fasilitas kesehatan. Ibu hamil datang ke fasilitas
kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya.
(9) Keluhan utama: ditanyakan untuk mengetahui keluhan yang
ibu atau bayi rasakan saat ini, sehingga memudahkan dalam
memberikan asuhan yang sesuai dengan keluhan ibu saat ini.
Biasanya ibu hamil TM III biasanya mengalami keluhan umum
seperti cloasma, sering kencing, nyeri pada simpisis, kram pada kaki,
sakit punggung bagian bawah dan atas, sering kencing, oedema
dependen (Kusmiyati, 2010)
(10) Riwayat menstruasi: untuk mengetahui gambaran tentang
keadaan dasar dari organ reproduksi pasien/klien, selain itu pada
kehamilan hari pertama haid terakhir ditanyakan untuk menentukan
tafsiran persalinan serta untuk mengetahui usia kehamilan ibu saat
68

dilakukan pemeriksaan. Beberapa data yang harus kita peroleh dari


riwayat menstruasi antara lain: Menarche umur 12-16 tahun, siklus
menstruasi 21-35 tahun, lama menstruasi 3-7 hari, volume (jumlah
ganti pemabalut dalam 1 hari), keluhan, dismenorhea, menstruasi
pertama haid terakhir dan tafsiran persalinan (Sulistyawati, 2012).
Tafsiran persalinan ditentukan dengan hukum Neagle:Hari (+7),
bulan (-3), tahun (+1) (UNPAD, 1983).
(11) Riwayat perkawinan: untuk mengkaji karena dari data ini
akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga
pasangan (Sulistyawati, 2012). Data yang perlu dikaji yaitu
pernikahan ke-, status perkawinan, umur waktu menikah, lama
pernikahan dan jumlah anak.
(12) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi yang lalu
(sumber): riwayat ini ditanyakan untuk mengetahui ini kehamilan,
persalinan dan nifas keberapa yang akan memberikan gambaran
bagaimana keadaan ibu saat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu serta keadaaan anak saat lahir, karena hal ini akan
mempengaruhi kehamilan ibu selanjutnya dan juga untuk
memudahkan dalam memberikan asuhan kepada ibu, karena terdapat
perbedaan dalam memberikasn asuhan kepada ibu multigravida
dengan ibu primigravida. Yang dikaji pada riwayat ini adalah:
a) Kehamilan: dikaji untuk mengetahui berapa umur kehamilan
(Wiknjosastro,2007).
b) Persalinan: yang dikaji yaitu persalinan ibu yang lalu spontan
atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada perdarahan, waktu
persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan
(Wiknjosastro,2007).
c) Nifas: dikaji untuk mengetahui adakah komplikasi pada masa
nifas sebelumnya, untuk dapat melakukan pencegahan atau
waspada terhapat kemungkinan kekambuhan komplikaai
(Nursalam, 2008).
d) Anak: yang dikaji yaitu riwayat anak, jenis kelamin, hidup atau
mati, kalau meninggal pada usia berapa dan sebab meninggal,
berat badan dan panjang badan waktu lahir (Wiknjosastro,2007).
69

e) Riwayat laktasi: yang dikaji yaitu berapa lama ibu pernah


menyusui, adakah keluhan atau tidak saat menyusui
(Wiknjosastro,2007).
(13) Riwayat kehamilan sekarang (sumber)
Yang dikaji yaitu: Ikhtisar pemeriksan sebelumnya, gerakan
janin dirasakan pertama sejak (pada ibu primi gerakan janin
dirasakan pada usia kehamilan 5 bulan dan pada ibu multi usia
kehamilan 4 bulan), bila gerakan janin sudah dirasakan, gerakan
janin dalam 24 jam.
Tanda bahaya yang pernah dirasakan menurut Kusmiyati
(2010) antara lain:
1. Trimester I: mual muntah berlebihan, suhu badan meningkat,
kotoran berdarah, nyeri perut, sulit kencing/ sakit saat kencing,
keputihan berdarah, bau, gatal dan perdarahan.
2. Trimester II dan III: demam, kotoran berdarah, bengkak pada
muka dan tangan, varises, gusi berdarah yang berlebihan,
keputihan yang berlebihan, berbau, gatal, keluar air ketuban,
perdarahan, nyeri perut, nyeri uku hati, sakit kepala hebat,
pusing, cepat lelah, mata berkunang-kunang.
Keluhan-keluhan umum yang dirasakan menurut Kusmiyati
(2010) antara lain:
1. Trimester I: sering kencing, mengidam, keringat bertambah,
pusing, ludah berlebihan, mual muntah, keputihan meningkat.
2. Trimester II dan III: cloasma, mengidam, keringat bertambah,
pusing, kram pada kaki, sakit punggung bagian bawah dan atas,
sering kencing.
Obat dan suplemen yang pernah diminum selama
kehamilan: dikaji untuk mengetahui pemakaian obat-obatan
salama hamil (Nursalam, 2009).
Perilaku yang membahayakan kehamilannya: yang dikaji
yaitu apakah ibu merokok pasif/aktif, minum-minuman keras,
narkoba, minum jamu, diurat dukun. Pernah kontak dengan
binatang dengan binatang tidak.
(14) Riwayat Kesehatan
a. Penyakit/gejala penyakit yang pernah diderita ibu
70

Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit sistemik pada


ibu hamil diantaranya yaitu diabetes mellitus, jantung, TBC,
asma, hepatitis, epilepsi, PMS, TORCH, riwayat gynekologi,
infertil, cervisitis kronis, endometriosis, myoma, kanker
kandungan (Varney, 2007). Penyakit tersebut dapat
mempengaruhi kelangsungan proses kehamilan ibu saat ini,
karena ada beberapa penyakit yang memberat akibat terjadinya
kehamilan dan ada beberapa penyakit yang menyebabkan
kelainan kongenital serta gangguan pertumbuhan dan
perkembangan janin. Sehingga kehamilan ibu bisa menjadi risiko
baik bagi ibu maupun bayi dan harus mendapatkan perhatian
khusus untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut
(Manuaba, 2010).
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji untuk memberitahu adanya penyakit menurun
dalam keluarga aseperti jantung, diabetes mellitus, hipertensi,
kehamilan kembar dan kelainan bawaan (Prawirohardjo, 2014).
Riwayat penyakit keluarga juga perlu dikaji untuk mengetahui
apakah penyakit yang ibu memiliki diturunkan dari keluarga,
yang dapat mempengaruhi proses kehamilan ibu saat ini, karena
ada beberapa penyakit yang memberat akibat terjadinya
kehamilan dan ada beberapa penyakit yang menyebabkan
kelainan kongenital serta gangguan pertumbuhan dan
perkembangan janin. Sehingga kehamilan ibu bisa menjadi
risiko baik bagi ibu maupun bayi dan harus mendapatkan
perhatian khusus untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih
lanjut (Manuaba, 2010).
c. Riwayat operasi
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah dilakukan
tindakan operasi atau belum yang dapat mengganggu dalam
proses kehamilan ini. Ibu hamil yang memiliki riwayat SC,
kehamilannya akan berisiko, salah satunya ibu berpotensi
71

mengalami perdarahan akibat terjadinya rupture uteri, sehingga


perlu mendapatkan perhatian khusus untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut.
(15) Riwayat Keluarga Berencana
Dikaji untuk mengetahui mengetahui alat kontrasepsi apa yang
pernah dipakai dan berapa lama memakai alat kontrasepsi, dan
adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi (Ambarwati dan
Wulandari, 2008). Hal ini juga mempengaruhi rencana penggunaan
alat kontrasepsi kedepannya setelah ibu melahirkan.
(16) Keadaan bilogis-psikologis-sosial-spiritual
a. Bernafas: untuk mengetahui apakah ada keluhan saat bernafas
atau tidak. Pada ibu hamil TM III kebanyakan mengalami
kesulitan saat bernafas karena usus-usus tertekan, uterus
membesar kearah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa
bergerak (Kusmiyati, 2010).
b. Nutrisi: dikaji untuk mengetahui status gizi sebelum dan selama
kehamilan apakah mengalami perubahan frekuensi makan, jenis
makan, kualitas dan kuantitas makanan, adakah alergi/pantangan
terhadap makanan tertentu, serta berapa banyak ibu minum
dalam satu hari (Manuaba, 2010). Normalnya ibu hamil TM III
makan 3 kali sehari dengan porsi sedang dengan menu yang
banyak mengandung serat seperti sayur-sayuran, buah-buahan
dan mengandung karbohidrat. Pola minum frekuensi minimal 8-
12 gelas/hari, jumlah perhari berapa dan jenis minuman yang
diminum (ibu harus mengurangi minum-minuman yang manis
dan lebih banyak minum pada siang hari dan kurangi minum
pada malam hari agar tidak mengganggu istirahat ibu untuk
kencing) (Mandriwati, 2012). Kebutuhan energi pada ibu hamil
TM III sekitar 2300 kkal/hari, protein sekitar 1,3 g/kg/hari, zat
besi sekitar 39 mg/hari, asam folat sekitar 470 μg per hari,
kalsium sekitar 950 mg/hari (Widyakarya Pangan dan Gizi,
2004). Sehingga dari data ini dapat disimpulkan apakah
72

kebutuhan nutrisi ibu sudah terpenuhi atau tidak, dan apabila


tidak terpenuhi akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin.
c. Eliminasi: dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK
pasien sebelum dan selama hamil, BAB meliputi frekuensi,
jumlah konsistemsi, dan bau serta kebiasaan BAK meliputi
frekuensi warna dan jumlah (Manuaba, 2010). Pada ibu hamil
TM III ibu akan mengeluh konstipasi, hal ini disebabkan karena
terjadi tekanan dari uterus yang membesar pada usus,
penyerapan air dari kolon yang meningkatdan penurunan
motilitas sebagai akibat dari relaksasi otot-otot halus. Selain
konstipasi, ibu hamil juga akan mengeluh sering kencing, hal ini
disebabkan karena tekanan uterus pada kandung kemih karena
penurunan bagian terbawah janin (Kusmiyati, 2010).
d. Aktivitas: dikaji untuk mengetahui pola aktivitas pada ibu
sehari-hari (Sulistyawati, 2012). Lama ibu melakukan aktivitas,
apakah ada keluhan saat melakukan aktivitas. Aktivitas perlu
dikaji untuk mengetahui apakah aktivitas ibu berisiko terhadap
kehamilan ibu. Contoh aktivitas yang berisiko bagi ibu hamil
adalah aktivitas yang mengingkatkan stress, berdiri lama
sepanjang hari, mengangkat sesuatu yang berat, paparan
terhadap suhu atau kelembaban yang ektrim tinggi atau rendah,
pekerjaan dengan paparan radiasi (Kusmiyati, 2010).
e. Istirahat: dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien,
berapa lama kebiasaan tidur siang dan tidur malam, apakah ada
keluhan atau tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Pada ibu
hamil TM III akan mengalami insomnia/sulit tidur, ini
disebabkan karena bertambahnya ukuran janin, sehingga
membuat ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang baik dan
nyaman untuk tidur (Kusmiyati, 2010). Kebutuhan tidur malam
ibu hamil ± 8 jam dan tidur siang ± 2 jam. Istirahat tidur
dibutuhkan ibu hamil untuk mengistirahatkan tubuh dan fisik
73

serta pikiran ibu hamil, sehingga ibu merasa segar dan merasa
nyaman (Salmah, dkk, 2006).
f. Seksualitas: dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan
hubungan seksual dan ada keluhan atau tidak selama ibu
melakukan aktivitas seksual (Sulistyawati, 2012). Pada
kehamilan TM III terjadi penurunan libido, selain itu ada
anggapan bahwa cairan sperma mengandung prostaglandin
sehingga merangsang munculnya kontraksi (Kusmiyati, 2010).
g. Personal hygiene: dikaji untuk mengetahui kebersihan diri ibu
dalam sehari berapa kali mandi, berapa kali ganti pakaian,
berapa kali gosok gigi, berapa kali ganti pakaian dalam. Mandi
dianjurkan sedikitnya 2 kali sehari karena ibu hamil cenderung
untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri
terutama lipatan kulit (ketiak, di bawah payudara, daerah
genetalia). Kebersihan gigi dan mulut, perlu mendapat
perhatian karena seringkali terjadi gigi berlubang, terutama pada
ibu yang kekuranagn kalsium (Kusmiyati, 2010). Selain itu ibu
hamil TM III sering mengalami sering kencing dan keputihan,
maka ibu harus rajin mengganti pakaian dalamnya saat basah
dan kotor dan menjaga kebersihan dirinya.
h. Kekhawatiran-kekhawatiran terhadap kehamilan sekarang:
dikaji untuk mengetahui apakah ibu merasa khawatir terhadap
kehamilannya sekarang. Kekhawatiran perlu dikaji untuk
kenyamanan psikologis ibu, sehingga jika ibu merasa nyaman
maka proses kehamilan akan berjalan dengan lancar
(Sulistyawati, 2012).
i. Sikap dan respon terhadap kehamilan sekarang: ibu
merencanakan kehamilannya dan menerima kehamilannya saat
ini. Pada ibu hamil dengan kehamilan yang direncanakan dan
diterima cenderung lebih koperatif dan selalu memperhatikan
kehamilannya, sehingga proses kehamilan berjalan dengan
lancar.
74

j. Respon keluarga terhadap kehamilannya: dikaji untuk


mengetahui bagaimana respon keluarga terhadap kehamilannya
apakah menerima atau tidak, senang atau tidak. Penerimaan dari
keluarga juga mempengaruhi kelancaran dari proses kehamilan.
Jika keluarga menerima kehamilan ibu maka akan membuat ibu
merasa nyaman.
k. Dukungan suami dan keluarga: suami dan keluarga mendukung
kehamilan ibu saat ini. Dukungan dan peran serta suami
selama kehamilan meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam
menghadapi kehamilan. Dukungan dan kasih sayang dari
anggota keluarga dapat memberikan perasaan nyaman dan aman
ketika ibu merasa takut dan khawatir dengan kehamilannya
(Adina, 2010).
l. Pengambilan keputusan: dilakukan oleh istri, suami, suami dan
istri, ibu suami dan keluarga, dikaji untuk mengetahui siapa
yang mengambil keputusan dalam keluarga, sehingga
memudahkan dalam pengambilan keputusan apabila terjadi
masalah pada ibu dan janin yang memerlukan penanganan lebih
lanjut.
m. Rencana persalinan: dikaji untuk mengetahui apakah ibu ada
rencana bersalin dimana, agar sewaktu-waktu apabila ada tanda-
tanda akan bersalin bisa langsung membawa ke tempat rencana
bersalin.
n. Persiapan persalinan (untuk ibu hamil dan bersalin): dikaji untuk
mengetahui seberapa persiapan persalinan ibu seperti
perlengkapan ibu, perlengkapan bayi, pendonor, peran
pendamping, transportasi, uang dan jaminan kesehatan. Pada
kehamilan TM III persiapan persalinan sudah harus lengkap,
sehingga pada saat menjelang bersalin, ibu dan keluarga hanya
memikirkan proses persalinan.
o. Perilaku spiritual: dikaji untuk mengetahui bagaimana prilaku
ibu dalam spiritual apakah ada yang mengalami gangguan atau
75

tidak, serta apakah ada kepercayaan yang dapat mempengaruhi


kesehatan ibu dan janin, karena ada beberapa kepercayaan
dimasyarakat seperti tidak boleh mempersiapkan keperluan
untuk persalinan dan bayi, tidak boleh makan-makanan yang
berbau amis, yang justru dibutuhkan pada saat hamil
(Kusmiyati, 2010).
(17) Pengetahuan
Pengetahuan yang perlu dikaji yaitu apakah ibu dan suami
sudah mengetahui tentang tanda bahaya pada TM III, persiapan
persalinan, tanda-tanda persalinan, proses persalinan, IMD, peran
pendamping, KB. Pengetahuan tersebut dikaji untuk mengetahui
sejauh mana pasien mengetahui tentang kehamilan TM III dan
bagaimana proses persalinan serta tentang alat kontrasepsi yang
akan ibu gunakan selanjutnya, karena terdapat perbedaan dalam
memberikan asuhan antara pasien yang sudah tahu atau punya
pengalaman sebelumnya dengan yang sama sekali belum tahu.
Selain itu untuk memudahkan bidan dalam pemberian KIE yang
diberikan kepada ibu.
2) Data Objektif
(1) Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu
apakah baik atau memperlihatkan respon yang baik terhdap
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan, lemah atau buruk
yaitu kurang atau tidak member respon yang baik terhadapa
lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu
lagi berjalan sendiri (Sulistyawati, 2012). Biasanya pada ibu
hamil fisiologis keadaan umumnya baik.
b. Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu, biasanya
ibu hamil fisiologis kesadarannya composmentis (kesadaran
penuh dengan memberikan respon yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan).
76

c. Keadaan emosi: dikaji untuk mengetahui bagaimana keadaan


emosi ibu yang akan mempengaruhi proses kehamilan.
Biasanya pada ibu hamil fisiologis keadaan umum ibu stabil.
d. Postur tubuh: untuk menilai postur tubuh ibu apakah normal,
lordose atau hiperlordose.Pada ibu hamil TM III fisiologis
postur tubuh lebih lordose dikarenakan adanya pembesaran
uterus ditandai dengan perut ibu semakin besar (Sulistyawati,
2012).
(2) Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah: keadaan ini sebaiknya atara 90/60-130/90
mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 15 mmHg
dari keadaan normal pasien atau paling sedikit pada
pengukuran 2 kali berturut-turut (Manuaba, 2010). Pada
kehamilan TM III tekanan darah cenderung naik.
Penyebabnya karena efek hormon kehamilan yang bersifat
menahan cairan dan menganggu aliran darah balik ke
jantung, sehingga tekanan darah perlu ditingkatkan agar
kebutuhan darah terpenuhi.
b. Nadi: untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai
(Takikardi) (Mitayani, 2009). Frekuensi normal 60-90
x/menit (Kusmiyati, 2010). Pada kehamilan TM III nadi ibu
cenderung mengalami penurunan (Mandriwati, 2008).
c. Suhu: untuk mengetahui suhu tubuh pasien normal atau tidak.
Peningkatan suhu menandakan terjadi infeksi, Suhu normal
adalah 360C -370C (Sulistyawati, 2012). Pada kehamilan TM
III terjadi peningkatan suhu oleh karena sistem metabolisme
dalam tubuh meningkat, peningkatan suhu sampai 0,50C
(Mandriwati, 2008).
d. Pernafasan: untuk mengetahui sistem fungsi pernafasan.
Frekuensi normal 16-24x/menit (Manuaba, 2010). Pada
kehamilan TM III biasanya pernafasan menjadi lebih cepat
dan pendek, hal ini disebabkan karena tekanan dari uterus
77

yang membesar ke arah diafragma, sehingga diafragma


kurang leluasa bergerak (Kusmiyati, 2010).
(3) Antropometri
a. Berat badan: untuk mengetahui adanya kenaikan berat
badan pasien selama hamil, pada ibu hamil TM III
penambahan berat badan rata-rata 0,4-0,5 kg/minggu, tetapi
nilai normal untuk perubahan berat badan selama kehamilan
9-12 kg (Kusmiyati, 2010).
b. Tinggi badan: tinggi badan ibu hamil normal >145 cm.
tinggi badan <145 cm meningkatkan risiko terjadinya CPD
(Cephalo pelvic disproportion) (Varney 2007).
c. LILA: untuk mengetahui status gizi ibu hamil, dengan batas
lingkar lengan normal, yaitu 23,5cm (Wiknjosastro, 2010).
(4) Pemeriksaan fisik
a. Wajah: tidak pucat, tidak ada oedema
b. Mata: sklera putih, konjungtiva merah muda
c. Mulut dan gigi: mukosa bibir lembab, warna kemerahan,
tidak ada karies gigi
d. Leher: tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pelebaran vena
jugularis.
e. Dada: tidak ada suara nafas wheezing dan ronchi, tidak ada
nyeri dada. Payudara: simetris, puting susu menonjol, ada
atau tidaknya pengeluaran kolostrum, payudara bersih, tidak
ada pembengkakan kelenjar limfe pada aksila. Pada ibu
hamil TM III kolostrum sudah mulai keluar usia 32 minggu
(Kusmiyati, 2010).
f. Abdomen: tidak ada luka bekas operasi, arah pembesaran
perut sesuai sumbu tubuh ibu, ada atau tidak linea nigra/alba.
Palpasi Leopold
a) Leopold I: untuk mengetahui berapa tinggi fundus uterus
ibu dan apa yang terdapat pada fundus ibu. Pada ibu
78

hamil fisiologis, tinggi fundus uteri akan sesuai dengan


usia kehamilan. Pada fundus akan teraba satu bagian
besar dan lunak yaitu bokong
TFU berdasarkan usia kehamilan dapat diukur dengan
ukuran pada table di bawah :
Tabel 2.5 Tinggi Fundus Uterus
Usia Kehamilan Dalam Cm
12 minggu -
16 minggu -
20 minggu 20cm(±2cm)
22 minggu 22 cm (±2cm)
28 minggu 28 cm(±2cm)
34 minggu 34 cm(±2cm)
36 minggu 36 cm(±2cm)
40 minggu 40cm(±2cm)
Sumber : (Saifuddin, 2010)
b) Leopold II: untuk mengetahui bagian apa yang terdapat
pada sisi kanan dan sisi kiri perut ibu, menentukan situs
hanin (letak) membujur, letak melintang atau letak
sungsang), mentukan letak punggung janin (kanan/kiri)
serta bagian kecil janin.
c) Leopold III: untuk mengetahui bagian apa yang terdapat
dibawah bagian perut ibu dan apakah bagian terendah
janin sudah masuk pintu atas panggul atau belum, Pada
bagian terendah janin didapatkan satu bagian bulat, keras.
Pada ibu primigravida bagian terendah janin akan
memasuki PAP pada usia kehamilan ≥36 minggu
sedangkan pada ibu hamil multigravida, bagian terendah
janin akan memasuki PAP bersamaan dengan proses
kehamilan.
d) Leopold IV: Untuk mengetahui seberapa besar bagian
terendah janin sudah masuk pintu atas panggul Untuk
mengetahui seberapa besar bagian terendah janin sudah
masuk pintu atas panggul. Apabila posisi tangan
pemeriksa konvergen (tidak bertemu) maka sebagian kecil
bagian terendah janin sudah masuk PAP, apabila posisi
79

tangan pemeriksa sejajar, maka sebagian bagian terendah


janin sudah masuh PAP, dan apabila posisi tangan
pemeriksa divergen, maka sebagian besar bagian terendah
janin sudah masuk PAP.
TFU (Mc.Donald): untuk mengetahui tinggi fundus dan
menentukan TBBJ.
TBBJ: belum memasuki PAP ((TFU - 11) x 155) sudah
memasuki PAP ((TFU - 12) x 155)
DJJ: 120-160 x/menit, irama: teratur
g. Anogenital: ada/tidaknya pengeluaran, tidak ada tanda-tanda
infeksi, tidak ada oedema pada labia, tidak ada varises.
Anus: tidak ada hemoroid.
h. Ekstremitas
Tangan: simetris, tidak ada oedema, kuku jari tidak pucat
Kaki: simetris, tidak ada oedema, kuku jari tidak pucat, tidak
ada varises, reflek patella +/+
(5) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium
a. Hb normalnya ≥ 11 gr/dL, anemia ringan : 8 - <11 gr/dL,
anemia berat : < 8gr/dL
b. Protein urin: negatif/positif 1 (keruh), 2 (keruh dengan
butiran halus) 3 (keruh dengan butiran kasar), 4 (keruh
dengan endapan).
c. Urine reduksi: negatif/positif 1 (hijau kekuningan), 2
(kuning keruh), 3 (orange), 4 (merah bata).
d. USG
2.2.1.2 Langkah II Interpretasi Data Dasar
1) Diagnosa
Diagnosa kebidanan pada kehamilan adalah diagnose yang
ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnose kebidanan.
G….P…A… UK…Minggu Preskep U Puka/Puki Janin Tunggal
Hidup Intra Uteri.
80

Dasar:
(1) Data Subjektif:
a. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ibu yang ke-, dan
keguguran…
b. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal…
(2) Data Objektif
a. TTV (TD, N, S, P), BB, TB, Lila.
b. Pemeriksaan Papasi abdomen LI, LII, LIII, LIV
c. DJJ
2) Masalah
a. Kram pada kaki
b. Sakit punggung bagian bawah dan atas
c. Sering kencing
d. Oedema dependen
2.2.1.3 Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada ibu hamil fisiologis tidak ditemukan diagnosa dan masalah potensial.
2.2.1.4 Langkah IV Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Kolaborasi dan
Rujukan
Pada ibu hamil fisiologis kebutuhan akan tindakan segera tidak ada.
2.2.1.5 Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Komprehensif
Perencanaan asuhan kebidanan yang dapat dilakukan pada ibu hamil TW
III, yaitu:
1) Jelaskan mengenai kondisi ibu berdasarkan hasil pemeriksaan
Rasionalisasi: setiap pasien/ klien harus mengetahui setiap hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan dan merupakan hak psien/ klien.
2) Lakukan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan
Rasionalisasi: Informed consentdilakukan sebagai alat bukti dalam
persetujuan dari pasien teerhadap tindakan medic yang akan
dilakukan terhadap pasien (Prawirohardjo, 2009).
3) Berikan KIE tentang keluhan atau masalah yang dialami ibu dan
bagaimana cara mengatasinya
Rasionalisasi: Dengan diinformasikannya cara mengatasi keluhan
dapat membantu ibu dalam mengatasi keluhan atau masalah yang
dialami ibu.
81

4) Jelaskan kepada ibu dan pendamping mengenai persiapan pesalinan,


tanda-tanda persalinan, peran pendamping saat proses persalinan,
alat kontrasepsi pasca salin.
Rasionalisasi: Dengan diketahuinya persiapan persalinan, tanda-
tanda persalinan maka diharapkan ibu hamil TM III sudah selesai
mempersiapakan kebutuhan selama persalinan dan dengan
diketahuinya tanda-tanda persalinan dapat mengurangi terjadinya
komplikasi.
5) Berikan suplemen penambah darah, vit C, dan cara meminum tablet
penambah darah.
Rasionalisasi: Setiap ibu hamil minimal mendapat 90 tablet selama
kehamilannya. Tiap tablet besi mengandung Fe SO4 320 mg. Cara
meminum tablet besi adalah diminum saat menjelang tidur karena
dapat menyebabkan mual, tidak boleh diminum berbarengan dengan
teh atau kopi atau susu. Tablet tambah darah dapat menyebabkan
kotoran menjadi hitam.
6) Anjurkan untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu
jikaada keluhan
Rasionalisasi: Ibu hamil UK >36 minggu melakukan kunjungan
ulang 1kali 1 minggu.
2.2.1.6 Langkah VI Pelaksanaan Asuhan
1) Menjelaskan mengenai kondisi ibu berdasarkan hasilpemeriksaan.
2) Melakukan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan
3) Memberikan KIE tentang keluhan atau masalah yang dialami ibu dan
bagaimana cara mengatasinya
4) Menjelaskan kepada ibu dan pendamping mengenai persiapan
pesalinan, tanda-tanda persalinan, peran pendamping saat proses
persalinan, alat kontrasepsi pasca salin.
5) Memberikan suplemen penambah darah, vit C, dan cara meminum
tablet penambah darah.
6) Anjurkan untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu
jikaada keluhan
2.2.4.7 Langkah VII Evaluasi
1) Ibu dan suami terlihat senang dengan kondisi kehamilannya yang
sehat.
82

2) Ibu dan suami sudah mengetahui tindakan apa saja yang akan
dilakukan bidan.
3) Ibu mengerti cara nengatasi keluhan yang dialaminya.
4) Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk
mempersiapkannya.
5) Ibu sudah menerima suplemen penambah darah dan bersedia
meminumnya sesuai aturan.
6) Ibu bersedia untuk kontrol 1 minggu lagi atau bila mengalami keluhan
atau tanda bahaya ibu mengatakan akan segera datang ke pelayanan
kesehatan.

2.2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Persalinan


2.2.2.1 Asuhan Kala I
1) Langkah I Pengumpulan Data Dasar
(1) Data Subjektif
a. Alasan datang: ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2012). Selain itu,
data ini digunakan untuk menentukan asuhan yang sesuai
dengan keadaan ibu saat datang ke fasilitas kesehatan.
b. Keluhan utama: keluahn utama ditanyakan untuk
mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan, sehingga memudahkan dalam memberikan asuhan
sesuai dengan keluhan yang ibu rsakan saat ini. Pada kasus
persalinan, informasi yang harus didapat dari pasien adalah
kapan mulai terasa ada kenceng-kenceng di perut, bagaimana
intensitas dan frekuensinya. Apakah ada pengeluaran cairan
dari vagina yang berbeda dari air kemih, apakah sudah ada
pengeluaran lendir yang diserati darah serta pergerakan janin
untuk memastikan kesejahteraannya (Sulistyawati, 2012).
Pasien mengeluhkan mengeluarkan cairan dari jalan lahir,
berbau khas, belum ada kenceng-kenceng dan belum ada
pengeluaran lendir darah (Nugroho, 2012). Pasien mengeluh
sakit perut hilang timbul menjalar sampai ke pinggang, ada
pengeluaran lendir bercampur darah dari jalan lahir.
83

c.Riwayat persalinan ini: untuk mengetahui sejak kapan ibu


mengalami keluhan, apakah ada pengeluaran sejak kapan dan
mulai pukul berapa, serta pergerakan janin dirasakan aktif
untuk memantau kesejahteraan janin. Riwayat persalinan dikaji
untuk mengetahui bagaimana perjalanan proses persalinan ibu
dari ibu merasakan sakit perut hilang timbul sampai ibu datang
ke pelayanan kesehatan, yang nantinya berguna untuk
menentukan tindakan selanjutnya.

d. Keadaan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a) Bernafas: untuk mengetahui apakah ada keluhan saat
bernafas atau tidak. Pada ibu bersalin kala I, pernafasan ibu
menjadi lebih cepat dengan sebelum persalinan, hal ini
disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekhawatiran serta
penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar (Sumarah,
dkk, 2009).
b) Nutrisi: data ini penting untuk diketahui agar bisa
mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan
gizinya selama hamil sampai dengan masa awal persalinan.
Data fokus mengenai asupan makanan pasien adalah kapan
atau jam berapa terakhir kali makan, makanan yang dimakan,
jumlah makanan yang dimakan. Pada masa persalinan, data
mengenai intake cairan sangat penting karena akan
menentukan kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data yang
perlu ditanyakan yaitu kapan terakir kali minum, berapa
banyak, dan apa yang diminum (Sulistyawati, 2012). Asupan
nutrisi saat persalinan akan mempengaruhi power ibu. Pada
ibu bersalin pada fase laten ibu masih bisa makan-makanan
yang padat seperti nasi, ayam dan bayam, namun jika sudh
memasuki fase aktif ibu sebaiknya diberikan minuman yang
mengandung gula, agar ibu memiliki cadangan energi untuk
meneran.
c) Istirahat: istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk
mempersiapkan energi (power ibu) menghadapi proses
84

persalinannya, hal ini akan lebih penting lagi jika proses


persalinannya mengalami pemanjangan waktu pada kala I.
Data yang perlu dikaji yaitu kapan terakhir tidur, berapa
lama, apakah ibu dapat beristirahat di sela-sela kontraksi.
d) Eliminasi: dikaji kapan BAB terakhir, konsistensi lembek,
warna kuning kecoklatan, bau khas, BAK terakhir kapan,
volume, warna kuning jernih. Pada persalinan kala I, ibu
dapat mengalami diare pada awal persalinan. Ibu juga
mengalami polyuria selama persalinan disebabkan oleh
peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerulus
dan peningkatan plasma ginjal (Sumarah, dkk, 2010). Pada
saat proses persalinan ibu harus sudah BAB, karena jika ibu
belum BAB ditakutkan nyeri saat ada dorongan BAB
mempengaruhi kontraksi ibu. Sehingga terjadi kebigungan
antara nyeri karena ingin BAB dengan nyeri ingin
melahirkan, selain mempengaruhi nyeri BAB juga dapat
mempengaruhi peneurunan janin, begitu juga dengan BAK.
e) Psikologis: perlu dikaji untuk kenyamanan psikologis ibu
(Sulistyawati, 2012). Beberapa keadaan dapat terjadi pada
ibu dalam persalinan, terutama bagi ibu yang pertama kali
melahirkan, perubahan-perubahan yang dimaksud adalah
perasaan tidak enak, takut dan ragu-ragu akan persalinan
yang akan dihadapi, sering memikirkan apakah persalinan
akan berjalan normal, mengganggap persalinan sebagai
cobaan, apakah penolong persalinan dapat sabar dan
bijaksana dalam menolongnya, apakah bayinya normal atau
tidak, apakah dia sanggup merawat bayinya (Sumarah, dkk,
2010).
f) Sosial: dikaji respon terhadap kehamilan ini senang atau
tidak, respon suami terhadap kehamilan ini mendukung atau
tidak, respon keluarga terhadap kehamilan ini. Adanya
respon positif dari keluarga terhadap persalinan akan
85

mempercepat proses adaptasi pasien menerima peran dan


kondisinya (Sulistyawati, 2012).
g) Spiritual: apakah ada ritual khusus yang dilakukan saat
persalinan. Ada beberapa kebiasaan yang mereka lakukan
ketika anak atau keluarganya menghadapi persalinan.
Kebiasaan adat yang dianut dalam menghadapi persalinan,
selama tidak membahayakan pasien, sebaiknya tetap
difasilitasi karena ada efek psikologis yang positif untuk
pasien dan keluarga (Sulistyawati, 2012).
e. Pengetahuan
Pengetahuan yang perlu dikaji yaitu apakah ibu sudah
mengetahui tentang proses persalinan, cara meneran efektif, peran
pendamping, IMD. Pengalaman atau riwayat persalinnya yang lalu
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyimpulkan
sejauh mana pasien mengetahui tentang persalinan, karea terdapat
perbedaan dalam memberikan asuhan antara pasien yang sudah
tahu atau punya pengalaman tentang persalinann dengan yang
sama sekali belum tahu tentang persalinan (Sulistyawati, 2012).
(2) Data Objektif
a. Pemeriksaan umum :
a) Keadaan umum: data ini didapat dengan mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan. Biasanya keadaan umum pada ibu
bersalin fisiologis baik.
b) Kesadaran: biasanya kesadaran ibu bersalin compos mentis.
c) Keadaan emosi: stabil, keadaan emosi dapat mempengaruhi
kelancaran proses persalinan.
b. Tanda Vital
a) Tekanan darah: keadaan ini sebaiknya atara 90/60-130/90
mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 15 mmHg dari
keadaan normal pasien atau paling sedikit pada pengukuran 2
kali berturut-turut (Manuaba, 2010). Pada persalinan kala I
terjadi peningkatan tekanan darah saat terjadi kontraksi
(sistolik rata-rata naik 15 mmHg, diastolik 5-10 mmHg)
(Sulistyawati, 2012).
b) Nadi: untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai (Takikardi)
(Mitayani, 2009). Frekuensi normal 60-90 x/menit (Kusmiyati,
86

2010). Pada persalinan kala I detak jantung secara drastis naik


selama kontraksi (Sulistyawati, 2012).
c) Suhu: untuk mengetahui suhu tubuh pasien normal atau tidak.
Peningkatan suhu menandakan terjadi infeksi, Suhu normal
adalah 36,5-37,6oC (Sulistyawati, 2012). Pada persalinan kala I
suhu tubuh meningkat 0,50C-10C disebabkan karena
peningkatan metabolisme (Sulistyawati, 2012).
d) Pernafasan: untuk mengetahui sistem fungsi pernafasan.
Frekuensi normal 16-24x/menit (Manuaba, 2010). Pada
persalinan kala I terjadi peningkatan frekuensi pernafasan
disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekhawatiran serta
penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar (Sumarah, dkk,
2009).
c. Antropometri
a) Berat badan: untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan
pasien selama hamil, nilai normal untuk perubahan berat badan
selama kehamilan 9-12 kg (Alimul, 2006).
b) Tinggi badan: untuk menentukan kemungkinan adanya panggul
sempit (terutama pada yang pendek) tinggi badan normal ≥ 145
cm (Mufdlilah, 2009).
d. Pemeriksaan fisik
a) Wajah: tidak pucat dan tidak oedema
b) Mata: sklera putih dan konjungtiva merah muda
c) Mulut dan gigi: mukosa bibir lembab, warna bibir kemerahan,
gusi tidak berdarah, tidak ada karies gigi.
d) Leher: tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pelebaran vena jugularis.
e) Dada dan aksila: tidak ada retraksi dada, tidak ada suara nafas
wheezing dan ronchi. Payudara bersih/tidak, sudah ada
pengeluaran kolostrum, payudara simetris, puting susu
menonjol, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe pada aksila.
f) Abdomen: bagaimana keadaannya, pembesarannya, letaknya,
adakah luka bekas operasi, lokasinya (Prawirohardjo dalam
Pratiwi, 2012).
(a) Leopold
(b) Mc. Donald: Untuk mengetahui TFU dan untuk dapat
memperkirakan TBJ.
87

(c) Perlimaan: Untuk mengetahui sudah seberapa bagian


banyak bagian terendah janin memasuki PAP.
(a) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di
atas simfisis pubis.
(b) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah
memasuki pintu atas panggul.
(c) 3/5 yaitu jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin
telah memasuki rongga panggul.
(d) 2/5 yaitu jika hanya sebagian dari bagian terbawah
janin masih berada diatas simfisis dan (3/5) bagian
telah turun melewati bidang tengah rongga panggul
(tidak dapat digerakkan)
(e) 1/5 yaitu jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba
bagian terbawah janin yang berada diatas simfisis
dan hanya 4/5 bagian telah masuk ke rongga
panggul.
(f) 0/5 yaitu seluruh kepala janin sudah masuk PAP atau
kepala janin sudah berada di perineum.
Perlimaan pada ibu bersalin fisiologis yaitu 2/5, 1/5,
0/5.
(d) His: His yang adekuat (kontraksi uterus minimal 3 x
dalam 10 menit lamanya 40-60 detik)
(e) DJJ: Menurut Varney dalam Pratiwi (2012), pemeriksaan
auskultasi dilakukan untuk mengetahui detak jantung
janin yang terlebih dahulu menentukan puntum
maksimum, tempat frekuensinya. DJJ normal yaitu 120 –
160 x/menit.

g) Anogenital
(a) Inspeksi: untuk mengetahui ada/tidaknya pengeluaran
berupa lendir bercampur darah, air ketuban, ada
oedema/tidak, ada varices/tidak. Pada ibu bersalin
fisiologis kala I, terdapat pengeluaran lendir bercampur
darah, ada/tidak air ketuban, tidak oedema, ttidak varices.
88

(b) Vagina Toucher: untuk mengetahui keadaan vagina,


porsio, pembukaan, ketuban, penurunan kepala ubun-ubun
kecil dan untuk mendeteksi kesan panggul (Nursalam
dalam Pratiwi, 2012). Pada fase laten (pembukaan 1 cm -
<4 cm) biasanya berlangsung hingga 8 jam. Fase aktif
(pembukaan 4 cm - lengkap atau 10 cm) terjadi dengan
kecepatan rata-rata satu cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari satu sampai dua cm
(multipara) (APN, 2008).
Langkah – langkah VT:
(a) Ada/tidak skibala
(b) Ada/tidak sistokel dan rektokel
(c) Konsistensi portio lunak/tidak teraba
(d) Dilatasi (1 – 10 cm)
(e) Effacement/penipisan(25%, 50%, 75%, 100%)
(f) Selaput ketuban utuh/tidak utuh ( U: bila selaput
ketuban utuh, J: bila selaput ketuban sudah pecah
dan air ketuban jernih, M: bila selaput ketuban sudah
pecah dan air ketuban bercampur mekonium, D: bila
selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah, K: bila selaput ketuban sudah
pecah dan air ketuban sudah kering).
(g) Presentasi kepala/bokong
(h) Denominator UUK/UUB
(i) Posisi: depan, kanan, kanan depan, kiri, kiri depan
(j) Moulage: 0 (tulang-tulang kepala janin terpisah,
sutura dengan mudah dapat dipalpasi), 1 (tulang-
tulang kepala janin hanya saling bersentuhan), 2
(tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih
tetapi masih dapat dipisahkan), 3 (tulang-tulang
kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan)
(k) Penurunan: H I (setinggi pintu atas panggul yaitu
promontorium, sayap sacrum, linea innominata,
ramus superior ossis pubis dan pinggir atas
symphysis), H II (sejajar H I melalui pinggir bawah
89

symphysis), H III (sejajar H I melalui spinae


ischiadicae), H IV (sejajar H I melalui ujung os
coccygis)
(l) Bagian kecil janin dan tali pusat: ada/tidak
(c) Pemeriksaan panggul: promontorium teraba/tidak, linea
innominata teraba/tidak, dinding panggul (sejajar,
divergen, konvergen), sacrum (konkaf/konfeks), spinae
ischiadicae (tumpul/menonjol/sangat menonjol) os.
coccygeus dapat didorong/tidak, arcus pubis (>900 atau
<900), kesan panggul dan pelvic score bila perlu.
h) Ekstremitas
Tangan: tidak ada oedema, kuku jari tidak pucat
Kaki: tidak ada oedema, kuku jari tidak pucat, tidak ada varises,
reflek patella +/+
e. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium dengan sampel darah diperiksa
diperiksa untuk mengetahui golongan darah, kadar darah, kadar
Haemoglobin (Hb) normalnya ≥11 gr/dL dan kadar pembekuan
darah (Nursalam, 2009).
b) Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik dengan
menggunakan gelombang ultrasonic untuk mempelajari
morfologi dan fungsi suatu organ berdasarkan gambaran
ekosistem dari gelombang ultrasonik yang dipatulkan oleh
organ (Prawirohardjo, 2014).
2) Langkah II Interpretasi Data Dasar
(1) Diagnosa
Diagnosa: G..P..A..UK.. Minggu Preskep U Puka/Puki Janin Tunggal
Hidup Intra Uterine Partus Kala I Fase Laten/Aktif
Dasar:
a. Data subjektif
a) Ibu mengatakan hai pertama haid terakhir pada tanggal...
b) Ibu mengatakan ini kehamilan yang keberapa, pernah
keguguran atau tidak.
c) Ibu merasakan gerakan janin aktif dalam 24 jam terakhir.
b. Data Objektif
a) TTV
b) Pemeriksaan palpasi abdomen LI,LII, LIII, LIV
c) Hasil pemeriksaan dalam.
(2) Masalah
90

a. Tidak tahu/ lupa teknik mengurangi rasa nyeri.


e) Langkah III Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada ibu bersalin fisiologis tidak ditemukan diagnosa atau masalah
potensial
f) Langkah IV Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Kolaborasi,
Rujukan
Pada ibu bersalin fisiologis tidak ditemukan kebutuhan akan tindakan
segera.
g) Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Komprehensif
Rencana asuhan kebidanan pada pasien dengan persalinan normal kala I
adalah, sebagai berikut:
(1) Kala I Fase laten
1. Beri informasi tentang hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
Rasionalisasi: Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang
hasil pemeriksaan merupakan hak pasien/klien.
2. Lakukan Informed Consent.
Rasionalisasi: Informed consent dilakukan sebagai alat bukti dalam
persetujuan dari pasien terhadap tindakan medic yang akan
dilakukan terhadap pasien (Prawirohardjo, 2009).
3. Ingatkan ibu teknik meneran yang efektif.
Rasionalisasi: Teknik meneran yang efektif dimana ibu meneran
bila ada dorongan yang kuat dan spontan untuk meneran. Ibu
disarankan untuk beristirahat dalam waktu relaksasi kontraksi
untuk mengantisipasi agar ibu tidak kelelahan dan menghindari
resiko asfiksia (kekurangan O2 pada janin) (Sumarah, 2009).
4. Beri KIE ibu dan suami mengenai IMD yaitu inisiasi menyusui dini
segera setelah bayi lahir dengan menempelkan bayi skin to skin.
Rasionalisasi:Untuk memberikan ikatan batin antara ibu dan bayi,
meningkatkan produksi ASI, merangsang produksi oksitosin dan
prolaktin.
5. Berikan dukungan emosional dengan melibatkan bidan dan peran
pendamping.
Rasionalisasi: Dukungan emosional yang diberikan pada ibu dapat
mengatasi stres yang akan berdampak pada janin yang akan
mengakibatkan aliran darah didalam rahim terganggu sehingga
91

penyampaian oksigen ke dalam miometrium terganggu, berakibat


melemahnya kontraksi otot rahim.
6. Penuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan melibatkan peran pendamping.
Rasionalisasi: Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup
selama persalinan akan memberi lebih banyak energy dan
mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi
dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang
efektif (JNPK-KR Depkes RI, 2008).
7. Penuhi kebutuhan eliminasi ibu dengan melibatkan peran
pendamping.
Rasionalisasi: Kandung kemih yang penuh berpotensi untuk
memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan
persalinan, menyebabkan ibu tidak nyaman, meningkatkan resiko
perdarahan, serta meningkatkan resiko infeksi (Yanti, 2010).
8. Pantauan kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan janin
menggunakan lembar dokumentasi.
Rasionalisasi: Observasi dilakukan sebagai acuan atau hal yang
menentukan tindakan selanjutnya sesuai dengan perubahan
kondisi yang dialami oleh ibu serta janin.
(2) Kala I Fase Aktif
1. Beri informasi tentang hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
Rasionalisasi: Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang
hasil pemeriksaan merupakan hak pasien/klien.
2. Penuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan melibatkan peran pendamping.
Rasionalisasi: Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup
selama persalinan akan memberi lebih banyak energy dan
mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi
dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang
efektif (JNPK-KR Depkes RI, 2008).
3. Penuhi kebutuhan eliminasi ibu dengan melibatkan peran
pendamping.
Rasionalisasi: Kandung kemih yang penuh berpotensi untuk
memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan persalinan,
92

menyebabkan ibu tidak nyaman, meningkatkan resiko perdarahan,


serta meningkatkan resiko infeksi (Yanti, 2010)
4. Pantauan kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan janin
menggunakan lembar partograf WHO.
Rasionalisasi: Observasi dilakukan sebagai acuan atau hal yang
menentukan tindakan selanjutnya sesuai dengan perubahan kondisi
yang dialami oleh ibu serta janin.

5. Siapkan alat-alat yang diperlukan selama persalinan.


Rasionalisasi: Ketidak-mampuan untuk menyediakan semua
perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat esensial pada saat
diperlukan akan meningkatkan risiko terjadinya penyulit pada ibu dan
bayi baru lahir.
h) Langkah VI Pelaksanaan Asuhan
(1) Kala I Fase Laten
1. Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan pada ibu dan
keluarga.
2. Melakukan Informed Consent.
3. Mengingatkan ibu teknik meneran yang efektif.
4. Memberi KIE ibu dan suami mengenai IMD yaitu inisiasi menyusui
dini segera setelah bayi lahir dengan menempelkan bayi skin to
skin.
5. Memberikan dukungan emosional dengan melibatkan bidan dan
peran pendamping.
6. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan melibatkan peran
pendamping. Suami bersedia membantu pemenuhan nutrisi ibu.
7. Memenuhi kebutuhan eliminasi ibu dengan melibatkan peran
pendamping.
8. Memantau kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan janin
menggunakan lembar dokumentasi.
(2) Kala I Fase Aktif
1. Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan pada ibu dan
keluarga.
93

2. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan melibatkan peran


pendamping.
3. Memenuhi kebutuhan eliminasi ibu dengan melibatkan peran
pendamping.
4. Memantau kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan janin
menggunakan lembar partograf WHO.
5. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan selama persalinan.

i) Langkah VII : Evaluasi


(1) Kala I Fase Laten
1. Ibu dan keluarga mengerti dengan hasil pemeriksaan.
2. Ibu dan keluarga setuju dengan tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya.
3. Ibu mengerti dan mampu menjelaskan teknik meneran yang
efektif.
4. Ibu dan suami mengerti mengenai IMD.
5. Ibu tampak lebih tenang setelah diberikan dukungan.
6. Ibu sudah minum air 200 cc dengan dibantu oleh suami.
7. Hasil tercantum dalam lembar observasi.
(2) Kala I Fase Aktif
(1) Ibu dan keluarga mengerti dengan hasil pemeriksaan.
(2) Ibu sudah minum segelas air gula dengan dibantu suami.
(3) Ibu sudah BAK kurang lebih 150 cc di kamar mandi dibantu
suami.
(4) Hasil tercantum dalam lembar partograf.
(5) Alat – alat sudah siap
2.2.2.2 Asuhan Kala II
1) Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
(1) Data subjektif
Data subjektif yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan
kala II adalah pasien mengatakan sakit perut semakin sering dan ingin
meneran (Sulistyawati, 2012).
(2) Data Objektif
a. DJJ: 120-160 x/menit (Depkes RI, 2014). Pada persalinan kala II
DJJ dipantau saat kontraksi melemah atau setiap 5 menit, ini
bertujuan untuk memantau kesejahteraan janin dan mendeteksi
secara dini adanya gawat janin.
b. Vulva dan anus membuka, perineum menonjol. Vulva dan anus
membuka serta perineum menonjol merupakan tanda gejala kala
94

II, yang artinya sudah ada kemajuan persalinan dan bayi akan
segera lahir.
c. Hasil pemantauan kontraksi, pemantauan kontraksi dilakukan
untuk mengetahui bagaimana kulitas dan kuantitas his yang akan
membantu proses lahirnya bayi dengan his yang adekuat, maka
proses persalinan kala II akan berlangsung dengan cepat. Yang
perlu dikaji yaitu:
a) Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit
b) Durasi lebih dari 40 detik
c) Intensitas kuat
d. Hasil pemeriksaan dalam: Porsio lunak/tidak teraba, dilatsasi
10 cm, effacement 100 %, selaput ketuban utuh/pecah,
presentasi kepala/bokong, denominastor, posisi, molage (0-3),
penurunan IV, teraba atau tidak bagian kecil janin dan tali
pusat.
2) Langkah II Interpretasi Data Dasar
(1) Diagnosa aktual
G..P..A.. UK … Minggu Preskep U Puka/Puki Janin Tunggal Hidup
Intra Uteri Partus Kala II
Dasar :
1. Data subjektif
Ibu mengatakan sakit perut semakin sering dan ingin meneran
2. Data Objektif
a) Intensitas semakin kuat
b) Frekuensi his semakin sering (>3 kali/10 menit).
c) Durasi his > 40 detik.
d) Vulva membuka.
e) Perineum menonjol.
(2) Masalah:
Tidak ada.
3) Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada ibu bersalin fisiologis tidak ada diagnosa dan masalah potensial.
4) Langkah IV Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Kolaborasi dan
Rujukan
Pada ibu bersalin fisiologis tidak ada tindakan segera.
5) Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Komprehensiif
Rencana asuhan kebidanan pada pasien dengan persalinan normal kala II
adalah sebagai berikut.
(1) Beri tahu hasil pemeriksaan pada ibu dan suami.
95

Rasionalisasi: Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil


pemeriksaan merupakan hak pasien/klien.
(2) Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah
Rasionalisasi : Amniotomi dilakukan untuk mempercepat turunnya kepala
bayi atau mempercepat proses persalinan. Amniotomi boleh dilakukan hanya
pada saat bukaa telah lengkap.
(3) Fasilitasi posisi sesuai kenyamanan ibu.
Rasionalisasi: Posisi yang sesuai dengan kenyamanan ibu saat bersalin dan
mengubah posisi sesuai dengan kehendaknya memungkinkan distraksi,
relaksasi otot, dan munculnya kendali dan harga diri yang akan mempercepat
bayi masuk ke jalan lahir (Nurasiah, 2012)
(4) Bimbing ibu meneran yang efektif
Rasionalisasi: Meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernafas
sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan risiko
asfiksia pada bayi sehingga akibat turunnya pasokan oksigen melalui
plasenta.
(5)Lakukan episotomi jika ada indikasi
Rasionalisasi : Episiotomi dilakukan untuk mencegah terjadinya robekan
spontan akibat dari proses persalinan, episiotomi hanya dilakukan jika ada
indikasi dilakukan episiotomi. ( APN, 2017 )
(6) Penuhi kebutuhan nutrisi ibu disela-sela kontraksi dengan melibatkan
peran pendamping.
Rasionalisasi: Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama
persalinan akan memberi lebih banyak energy dan mencegah dehidrasi.
Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan/atau membuat kontraksi
menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
(7) Pemantauan DJJ disela-sela kontraksi
Rasionalisasi: Pemantauan DJJ disela-sela kontraksi untuk memantau
kesejahteraan janin yang meliputi frekuensi, ritme, dan kekuatannya
(Sumarah, 2009).
(8) Tolong kelahiran bayi sesuai APN.
Rasionalisasi: Dalam menolong kelahiran bayi bidan wajib menerapkan
langkah APN agar persalinan berlangsung dengan aman dan bersih serta
mencegah terjadinya komplikasi pada ibu maupun bayi baru lahir
6) Langkah VI Pelaksanaan Asuhan
(1) Memberi tahu hasil pemeriksaan pada ibu dan suami
96

(2) Melakukan amniotoi jika selaput ketuban belum pecah.


(3) Memfasilitasi posisi sesuai kenyamanan ibu.
(4) Membimbing ibu meneran yang efektif
(5) Melakukan episiotomi jika ada indikasi.
(6) Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu disela-sela kontraksi dengan melibatkan
peran pendamping.
(7) Memantau DJJ di sela-sela kontraksi.
(8) Menolong kelahiran bayi sesuai APN
7) Langkah VII : Evaluasi
(1) Ibu dan suami mengerti dengan hasil pemeriksaan.
(2) Selaput ketuban (-), warna cairan ketuban jernih, bau khas, dan jumlah ±
500 ml.
(3) Ibu sudah berposisi dorsal recumbent.
(4) Ibu meneran saat ada kontraksi.
(5) Episiotomi dilakukan mediolateralis ± 4 cm.
(6) Ibu sudah minum air gula disela – sela kontraksi dibantu oleh suami.
(7) DJJ 145 x/menit irama teratur.
(8) Bayi lahir pukul 12.00 Wita, tangis kuat, gerak aktif, jenis kelamin
perempuan.
2.2.2.3 Asuhan Kala III
1) Langkah I Pengumpulan Data Dasar
(1) Data Subjektif
a. Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui vagina.
b. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mulas
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2012).
c.
(2) Data Objektif
a. Bayi lahir secara spontan pervaginam pada tanggal... jam..., jenis
kelamin laki-laki/perempuan, menangis spontan, gerak aktif. Data
ini dikaji untuk mengetahui berapa lama kala II ibu berlangsung.
b. Tidak teraba janin kedua. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
memastikan tidak ada janin kedua, sehingga MAK III bisa
dilakukan.
c. TFU. Pemeriksaan TFU dilakukan untuk mengetahui berapa tinggi
fundus uteri, biasanya tinggi fundus uteri setelah kelahiran bayi
yaitu sepusat.
d. Kontraksi uterus kuat.
2) Langkah II Interpretasi Data Dasar
(1) Diagnosa Aktual
G..P..A... UK…Minggu partus Kala III
Dasar:
1. Data Subjektif
97

Ibu mengatakan bayinya sudah lahir, ari-arinya belum keluar, dan


perut bagian bawahnya terasa mulas
2. Data Objektif
Tidak teraba janin kedua, TFU berapa jari, kontraksi uterus kuat
(2) Masalah:
Tidak ada
3) Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada ibu bersalin fisiologis diagnosa dan masalah potensial tidak ada.
4) Langkah IV Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Kolaborasi dan
Rujukan
Pada ibu bersalin fisiologis tidak ada kebutuhan akan tindakan segera.
5) Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Komprehensif
Rencana asuhan kebidanan pada pasien dengan persalinan normal kala III
adalah sebagai berikut.
(1) Beritahu ibu dan suami saat ini memasuki kala uri.\
Rasionalisasi: Ibu perlu tahu setelah kelahiran bayi ibu harus menyiapkan
diri untuk melahirkan ari-ari atau plasenta.
(2) Suntikan oksitosin 10 IU secara IM disepertiga paha kiri bagian luar.
Rasionalisasi: Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi
dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan
mengurangi kehilangan darah. Aspirasi sebelum penyuntikan akan
mencegah penyuntikan oksitosin ke pembuluh darah.
(3) Lakukan PTT pada saat kontraksi
Rasionalisasi: Pada saat kontraksi mulai dimana uterus menjadi bulat dan
tali pusat memanjang secara bersamaan dilakukan peregangan tali pusat
kebawah serta tangan pada abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan
atas (dorso-cranial), hal ini dilakukan secara hati-hati untuk menghindari
terjadinya inversion uteri (Yanti, 2010).
(4) Tolong kelahiran plasenta.
Rasionalisasi : menolong kelahiran plasenta untuk memastikan plasenta
lahir secara lengkap sehingga dapat mencegah terjadinya perdarahan
akibat masih tertinggalnya sisa plasenta di jalan lahir.
(5) Lakukan masase fundus uteri selama 15 detik.
Rasionalisasi: Masase fundus dengan arah memutar pada fundus uteri
merangsang uterus berkontraksi. Jika tidak berkontraksi dalam waktu 15
detik akan dilakukan penatalaksanaan Antonia uteri.
6)Langkah VI Pelaksanaan Asuhan
(1) Memberitahu ibu dan suami saat ini memasuki kala uri.
(2) Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM disepertiga paha kiri bagian luar.
(3) Melakukan PTT pada saat kontraksi.
98

(4) Menolong Kelahiran plasenta.


(5) Melakukan masase fundus uteri selama 15 detik
7) Langkah VII : Evaluasi
(1) Ibu dan suami mengerti dengan penjelasan bidan.
(2) Oksitosin 10 IU telah disuntikka secara IM pada sepertiga paha kiri luar
ibu.
(3) Ada semburan darah tiba- tiba, tali pusat bertambah panjang dan uterus
membulat.
(4) Plasenta lahir pukul 12.10 Wita.
(5) Kontraksi kuat.
2.2.2.4 Asuhan Kala IV
1) Langkah I Pengumpulan Data Dasar
(1) Data Subjektif
1. Pasien mengatakan merasa lega karena ari-arinya telah lahir
2. Pasien mengatakan perutnya mules
3. Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia (Sulistyawati, 2012)
(2) Data Objektif
1. TTV, diperiksa untuk mengetahui keadaan umum ibu.
2. TFU berapa jari di bawah pusat, setelah lahirnya palsenta TFU
biasanya 2 jari dibawah pusat.
3. Kontraksi uterus kuat.
4. Laserasi perineum ada/tidak. Pemeriksaan laserasi dilakukan untuk
mengetahui apakah perdarahan disebabkan karena robekan jalan lahir.
2) Langkah II Interpretasi Data Dasar
(1) Diagnosa Aktual
P...A... Partus Kala IV dengan Laserasi Perineum Grade I, II
Dasar
1. Data subjektif
a) Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir
b) Pasien mengatak perutnya mules
c) Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia.
2. Data Objektif
TTV, TFU berapa jari di bawah pusat, kontraksi uterus, laserasi
perineum ada atau tidak.
a) Masalah
Ibu belum mengetahui teknik menyusui yang benar
3) Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada ibu bersalin fisiologis diagnosa dan masalah potensial tidak ada.
4) Langkah IV Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Kolaborasi dan
Rujukan
Pada ibu bersalin fisiologis tidak ada kebutuhan akan tindakan segera.
5) Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Komprehensif
Rencana asuhan kebidanan pada pasien dengan persalinan normal kala IV
adalah sebagai berikut.
99

(1) Beri tahu ibu dan suami mengenai hasil pemeriksaan.


Rasionalisasi: Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan merupakan hak pasien/klien.
(2) Lakukan heacting apabila ada laserasi
Rasionalisasi: Heacting dilakukan mencegah terjadinya perdarahan yang
tidak perlu dan menyatukan kembali jaringan tubuh. Jaringan yang terlukan
akan menjadi tempat potensial untuk timbulnya infeksi (JNPK-KR Depkes
RI, 2008).
(3) Rapikan alat-alat dan bersihkan ibu.
Rasionalisai : Merapikan alat-alat yang digunakan selama proses persalinan
dan membersihkan ibu untuk mencegah infeksi yang terjadi pada kala IV.
Alat-alat yang telah digunakan di dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5 %.
(4) Ajarkan ibu dan keluarga cara menilai kontraksi dan melakukan masase
fundus uteri.
Rasionalisasi : Dengan ibu dan keluarga mengetahui cara menilai kontraksi
maka dapat mengetahui lebih cepat jika terjadi permasalahan, dan dengan
mengetahui cara melakukan masase fundus uteri maka akan merangsang
kontraksi uterus ibu.
(5) Penuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan melibatkan peran pendamping.
Rasionalisasi: Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama
persalinan akan memberi lebih banyak energy dan mencegah dehidrasi
(Yanti, 2010).
(6) Lakukan pemantauan selama 2 jam pasca persalinan.
Rasionalisasi: Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan terjadi selama 2 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini sangatlah penting untuk memantau
ibu secara ketat setelah persalinan (Nurasiah, 2012).
6) Langkah VI Pelaksanaan Asuhan
(1) Memberitahu ibu dan suami mengenai hasil pemeriksaan.
(2) Melakukan heacting apabila ada laserasi.
(3) Merapikan alat-alat dan membersikan ibu.
(4) Mengajarkan ibu dan keluarga cara menilai kontraksi dan melakukan masase
fundus uteri.
(5) Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan melibatkan peran pendamping.
(6) Melakukan pemantauan selama 2 jam pasca persalinan.
7) Langkah VII Evaluasi
(1) Ibu dan suami mengerti dengan hasil pemeriksaan.
(2) Tidak ada perdarahan aktif, laserasi sudah terpaut dengan rapi.
100

(3) Alat-alat sudah direndam dalam larutan klorin 0,5 % dan ibu sudah
memakai pakaian yang bersih.
(4) Ibu dan keluarga mengerti cara menilai kontraksi uterus dan mampu
melakukan masase fundus uteri.
(5) Bayi berhasil mencapai puting susu dalam 10 menit.
(6) Ibu sudah makan setengah piring nasi dibantu oleh keluarga.
(7) Pemantauan telah dilakukan
2.2.3 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Asuhan pada Bayi Segera Setelah Lahir
2.2.3.1 Langkah I Pengumpulan Data Dasar
1) Data Subjektif
a. Keluhan Utama: dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat
ini. Keluhan utama merupakan suatu keluhan yang harus dinyatakan
dengan singkat. Biasanya BBL normal tidak ada keluhan
2) Data Objektif
Data yang didapat dengan melakukan observasi langsung atau diukur.
a. Segera setelah lahir
a) Waktu bayi dilahirkan: dikaji untuk mengetahui pada pukul
berapa bayi dilahirkan (Yongki, dkk, 2012).
b) Keadaan bayi saat lahir: dikaji untuk mengetahui keadaan bayi
saat lahir seperti tangis dan gerak bayi. Bayi normal memiliki
keadaan lahir yang baik seperti tangis kuat dan gerak aktif
(Yongki, dkk, 2012).
c) Jenis Kelamin: dikaji untuk mengetahui jenis kelamin bayi saat
dilahirkan (Yongki, dkk, 2012).
2.2.3.2 Langkah II Interpretasikan Data Dasar
1) Diagnosa Aktual
Neonatus Cukup Bulan Lahir pontan Belakang Kepala Segera Setelah
Lahir dengan Vigerous Baby
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Lahir Spontan
Belakang Kepala Umur…Jam dengan Vigerous Baby
Dasar:
(1) Data Subjektif
a. Neonatus dimana umur/tgl/jam lahir menyatakan umur bayi
seperti segera setelah lahir, 2 jam, 6 jam, 24 jam, dll.
b. Cukup bulan dimana riwayat prenatal pada UK.
101

c. Lahir spontan belakang kepala dimana riwayat intranatal


menyatakan jenis persalinan.
d. Segera setelah lahir/umur diketahui melalui umur/tgl/jam
lahir.
e. Sesuai masa kehamilan dimana UK dengan BBL sesuai.
(2) Data Objektif
Keadaan umum: tangis kuat, gerak aktif, warna kulit kemerahan,
turgor kulit baik
2) Masalah
Masalah yang didapatkan dari bayi baru lahir seperti tidak mau
menyusu, bingung putting, dan rewel.
2.2.3.3 Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada bayi baru lahir fisiologis tidak ada diagnosa dan masalah potensial
2.2.3.4 Langkah IV Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Kolaborasi dan
Rujukan
Pada bayi baru lahir fisiologis tidak ada kebutuhan akan tindakan segera.
2.2.3.5 Langkah V : Perencanaan Asuhan Menyeluruh
Perencanaan yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan
Vigerous Baby antara lain:
1) Berikan informasi kepada ibu dan keluarga mengenai kondisi
bayinya saat ini.
Rasionalisasi: merupakan hak keluarga/pasien/klien dan sebagai
bentuk tanggung jawab petugas kesehatan kepada pasien.
2) Berikan informed consent atas segala tindakan yang akan
dilakukan.
Rasionalisasi: sebagai persetujuan antara pihak keluarga dengan
tenaga kesehatan, selain itu juga sebagai perlindungan bagi
tenaga kesehatan jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
3) Lakukan penilaian awal
Rasionalisasi : dengan dilakukannya penilaian awal sebelum
bayi lahir yaitu apakah kehamilan cukup bulan, dan sesudah
bayi lahir yaitu apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak
megap-megap, apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif.
Maka dapat mempersiapkan untuk penganana yang akan
dilakukan pada bayi baru lahir tersebut.
4) Jaga kehangatan bayi.
Rasionalisasi: menjaga kehangatan bayi baru lahir dapat
mencegah bayi mengalami hipotermi.
102

5) Lakukan Inisiasi Menyusui dini (IMD) dan kontak kulit bayi


dengan kulit ibu.
Rasionalisasi: melakukan IMD dapat menambah bounding
antara ibu dan anak, merangsang kontraksi uterus pada ibu,
mencegah perdarahan pada ibu, dan meningkatkan produksi
ASI.
6) Berikan suntikan vitamin K 1 mg intramuskuler dipaha kiri
anterolateral bayi 1 jam setelah lahir.
Rasionalisasi: kepala bayi yang tertekan pada jalan lahir
kemungkinan dapat terjadi penekanan pada pembuluh darah di
otak sehingga dapat mencegah terjadinya perdarahan otak.
7) Berikan salep mata antibiotik Tetrasiklin 1% pada kedua mata.
Rasionalisasi: bayi yang melewati jalan lahir akan
terkontaminasi terhadap kuman atau bakteri yang ada pada jalan
lahir sehingga dapat mencegah terinfeksinya mata bayi.
8) Lakukan pemeriksaan fisik lengkap dari ujung kepala sampai
ujung kaki.
Rasionalisasi : mendeteksi secara dini adanya kelainan pada
bayi baru lahir.
9) Berikan imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular di paha
kanan anterolateral diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin
K
Rasionalisasi : memberikan sistem kekebalan tubuh pada bayi
terhadap penyakit hepatitis B.
2.2.3.6 Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan
1) Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga mengenai kondisi
bayinya saat ini.
2) Memerikan informed consent atas segala tindakan yang akan
dilakukan
3) Melakukan penilaian awal.
4) Menjaga kehangatan bayi.
5) Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan kontak kulit bayi
dengan kulit ibu.
6) Memberikan suntikan vitamin K 1 mg intramuskuler dipaha kiri
anterolateral bayi 1 jam setelah lahir.
7) Memberikan salep mata antibiotik Tetrasiklin 1% pada kedua mata
bayi.
103

8) Melakukan pemeriksaan fisik lengkap dari ujung kepala sampai ujung


kaki.
9) Memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular di paha kanan
anterolateral diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K.
2.2.3.7 Langkah VII : Evaluasi
1) Ibu dan keluarga mengetahui kondisi bayinya saat ini bahwa bayinya
dalam keadaan sehat.
2) Ibu dan keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
3) Bayi baru lahir segera menagis, gerak aktif.
4) Bayi tampak diselimuti
5) Bayi sudah berada diatas perut ibu dan mencari puting susu
6) Vitamin K sudah disuntikkan pada paha kiri secara IM
7) Salf mata tetrasiklin 1 % sudah diberikan
8) Hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal
9) Imunisasi Hepatitis B sudah disuntikkan dan tidak ada reaksi alergi
2.2.4 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Nifas
2.2.4.1 Langkah I Pengumpulan Data Dasar
1) Data Subjektif
(1)Biodata : Sudah dikaji saat pemberisan asuhan kehamilan
(2)Alasan datang: Dikaji untuk mengetahui alasan ibu datang
kepelayanan kesehatan. Alasan datang pada ibu nifas adalah
ingin melakukan unjungan ulang.
(3)Keluhan utama : Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui
masalah yang mungkin dialami oleh ibu nifas. Keluhan yang
umum terjadi pada ibu nifas adalah nyeri pada jaritan jalan
lahir atau mungkin juga tanpa keluhan.
(4)Riwayat Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dimiliki oleh ibu yang
mungkin berpengaruh pada masa nifas seperti HIV/AIDS,
Hepatitis, TBC.
(5)Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi lalu
Dikaji untuk mengetahui komplikasi yang terjad pada masa
nifas sebelumnya dan kemungkinan untuk kambu pada msa
nifs yang sekarang.
(6)Riwayat persalinan sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan adanya komplikasi yang
timbul pada masa nifas yang diakibatkan dari proses
persalinan.
(7)Riwayat nifas sekarang
104

Dilakukan pengkajian pada keadaan trias nifas (payudara,


abdomen dan pengeluaran). Pada ibu nifas normal umur 2 jam
hasil pemeriksaan trias nifas adalah colostrum sudah keluar
dengan lancar, Tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat,
kontraksi uterus kuat, dan terdapat pengeluaran lochea rubra.
(8)Riwayat laktasi sekarang
Pada ibu nifas normal umur 2 jam keadaan laktasi sekarang
adalah sudah dilakukan IMD, ASI sudah keluar dengan lancar
dan bayi suda menyusui secara on demand serta bayi sangat
kuat menyusu serta tidak ada keluhan dalam menyusu.
(9)Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
a. Bernafas: Ibu nifas umur 2 jam pada umumnya tidak
memiliki keluhan dalam bernafas. frekuensi normal
pernafasan pda ibu nifas adalah 16-24 kali/ menit.
b. Nutrisi: Pada masa nifas, ibu akan merasa lapar dan haus
sehingga pemenuhhan nutrisi ibu sangat diperlukan.
c. Eliminasi: Pada ibu nifas harus mengosongkan kandung
kemihnya setiap saat. Ibu nifas sudah harus BAK kurang
dari 8 jam setelah persalinan. Setelah proses persalinan,
ibu akan mengalami konstipasi sampai 3 hari kedepan.
d. Istirahat: Ibu nifas memerlukan istirahat > 8 jam.
e. Aktifitas : Ibu nifas diharapkan melakukan mobilisasi
secara dini. Mobilisasi pada ibu nifas 2 jam adalah
miring kiri, mirng kanan, umur 6 jam yaitu belajar
duduk, duduk di pinggir tempat tidur dan belajar
berjalan.
f. Personal hygine: Personal hygiene pada ibu nifas sangat
diperlukan terutama dalam menjaga kebersihan alat
genitalia yaitu mengganti pembalut dan pakaian dalam.
g. Aktivitas seksual: Ibu nifas boleh melakukan hubungan
seksual saat merasa sudah siap dan vagina sudah bisa
dimasukkan 2 jari tanpa merasa sakit.
h. Psikologis: Peran pendamping sangat diperlukan dalam
masa nifas, siapa yang akan mendampingi ibu selama
masa nifas perlu dipertimbangkan. Skor bounding untuk
ibu nifas fisiologis adalah 12
105

i. Adat istiadat yang berkaitan dengan masa nifas


j. Apakah ada sosial bidaya yang dapat mempengaruhi
masa nifas ibu.
(10)Perencanaan KB
Dikaji untuk menegtahui mengenai alat kontarsepsi yang
akan digunakan oleh ibu. Penggunaan alat kontrasepsi
dilakukan sebelum 42 hari setelah persalinan.
(11) Pengetahuan ibu
Ibu nifas sudah mengetahui mengenai tanda bahaya pada masa
nifas, kebutuhan pada masa nifas, ASI on demand
2) Data Objektif
(1) Keadaan umum: biasanya pada ibu nifas keadaan umumnya baik
(2) Kesadaran: biasanya pada ibu nifas normal kesadarannya
composmentis
(3) Tanda-tanda Vital :
a. Tekanan darah: tekanan darh biasanya tidak berubah. Keadaan
ini sebaiknya atara 90/60-130/90 mmHg atau peningkatan
sistolik tidak lebih dari 15 mmHg. Jika tekanan darah ≥140/90
mmHg dapat menandakan terjadinya pre-eklampisa post partum.
b. Nadi: denyut nadi normal pada orang dewasa adalah berkisar
60-100 kali/menit. Denyut nadi setelah melahirkan biasnya akan
lebih cepat. Setiap denyut nadi >100 kali/menit menandakan
terjadinya infeksi (Sulistyawati, 2015).
c. Suhu: normalnya 36,50 C- 370C. Dalam 1 hari masa nifas, suhu
badan akan naik sedikit (370C-380 C) sebagai akibat kehilangan
cairan dan kelelahan saat proses persalinan. Pada hari ke-3 suhu
badan meningkat lagi karena pembentukan ASI (Sulistyawati,
2015).
d. Pernafasan: untuk mengetahui sistem fungsi pernafasan.
Frekuensi normal 16-24x/menit (Manuaba, 2010). Pada masa
nifas tidak ada gangguan pada pernafasan.
(3) Pemeriksaan fisik
a. Kepala: tidak ada benjolan, tidak ada luka pada kepala
b. Wajah: tidak oedema, tidak pucat
c. Mata: sklera putih, konjungtiva merah muda
d. Mulut dan gigi: bibi lembab, warna kemerahan, tidak ada karies
gigi
106

e. Leher: tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada


pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pelebaran vena jugularis.
f. Dada dan aksila: tidak ada suara nafas wheezing dan ronchi,
keadaan payudara: simetris, putting susu menonjol, tidak teraba
masa, pengeluaran ASI bagaimana, pada aksila tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe.
g. Abdomen: TFU berapa jari, kontraksi uterus kuat, nyeri tekan
tidak ada.
h. Anogenital: pengeluaran lokhea bagaimana, perdarahan tidak
aktif, tidak ada oedema labia, tidak ada varises, tidak ada tanda-
tanda infeksi pada vulva, keadaan jahitan pada perineum
bagaimana ada hematoma/tidak (jika ada laserasi).
i. Ekstremitas
Tangan: simetris, tidak oedema, kuku jari kemerahan
Kaki: simetris, tidak ada oedema, tidak ada varises, kuku jari
tidak pucat, reflek patella +/+
(4) Pemeriksaan Penunjang
Dikaji untuk mengetahui apakah ada/tidaknya komplikasi
pada ibu lewat pemeriksaan penunjang. Pada ibu nifas normal tidak
dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang biasanya
dilakukan pada ibu nifas yang mengalami masalah misalnya pada ibu
nifas yang mengalami perdarahan dilakukan pemeriksaan Hb, ibu
nifas yang memiliki tekanan darah tinggi > 140/90 mmHg dilakukan
pemeriksaan protein urine.

2.2.4.2 Langkah II Interpretasi Data Dasar


1) Diagnosa Aktual
P..A.. Partus Spontan Belakang Kepala Nifas... Jam/Hari dengan
Laserasi Perineum Grade I/II (bila ada laserasi)
Dasar:
(1) Data Subjektif
a. Ibu mengatakan ini pernah melahirkan berapa kali dan pernah
abortus/tidak.
b. Ibu mengatakan melahirkan pervaginam tanggal..., jam...
(2) Data Objektif
a. TTV
b. Terdapat luka laserasi grade ... (jika ada)
c. Trias nifas (payudara, abdomen, pengeluaran)
2) Masalah
(1) Nyeri pada jahitan jalan lahir
107

(2) Takut kencing karena luka jahitan


(3) Takut BAB karena luka jahitan
2.2.4.3 Langah III Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada ibu nifas fisiologis tidak ada diagnose dan masalah potensial.
2.2.4.4 Langkah IV Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Kolaborasi dan
Rujukan
Pada ibu nifas fisiologis tidak ada kebutuhan akan tindakan segera,
kolaborasi maupun rujukan.
2.2.4.5 Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Komprehensif
Perencanaan disusun sera sistematis berdasarkan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosa yang dirumuskan,
masalah yang dikeluhkan dan kebutuhan yang diperlukan ibu nifas.
Perencanaan asuhan yang diberikan pada ibu nifas normal yaitu:
1) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
Rasionalisasi: pasien/klien berhak mengetahui hasil pemeriksaan
terhadap dirinya.
2) Lakukan informed consent lisan pada ibu dan keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan pada ibu.
Rasionalisasi: sebagai persetujuan antara pihak keluarga dengan
tenaga kesehatan, selain itu juga sebagai perlindungan bagi tenaga
kesehatan jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
3) Berikan vitamin A 200.000 IU dan zat besi
Rasionalisasi: Pada ibu nifas harus mengkonsumsidua kapsul
vitamin A, yaitu 1 kapsul pada 1 jam setelah melahirkan dan I
kapsul lagi pada 24 jam setelah melahirkan serta harus
mengkonsumsi 90 tablet SF selama masa nifas.
4) Lakukan pemeriksaan trias nifas
Rasionalisasi: memeriksa tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu,
pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusiuterus), pemeriksaan
lochea dan pengeluaran per vaginam, pemeriksaan payudara dan
anjuran ASI ekslusif 6 bulan (PWS KIA, 2010).
5) Berikan KIE sesuai masalah dan kebutuhan pasien
Rasionalisasi: KIE yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masa
nifas. Ibu dalam masa nifas penting untuk mengetahui mengenai
pola istiraha, kebutuhan nutrisi, eliminasi, mobilisasi.
6) Beritahu ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on demand.
108

Rasionalisasi: menyusui bayinya secara on demand, dapat


memperlancar produksi ASI dan pemenuhan nutrisi bayi
berlangsung dengan baik.
7) Beritahu ibu untuk menjaga kehangatan bayinya.
Rasionalisasi: menjaga kehangatan bayi agar bayi tidak
mengalami hipotermi.
8) Berikan asuhan keluarga berencana
Rasionalisasi: menggunakan alat kontarsepsi diharapkan sebelum
42 hari setelah persalinan sehingga dengan diberikan asuhan KB
secara dini dapat mempercepat proses penggunaan alat
kontarsepsi.
2.2.4.6 Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, maupun
keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap
memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan.
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
2) Melakukan informed consent lisan pada ibu dan keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan pada ibu.
3) Memberikan vitamin A 200.000 IU dan zat besi
4) Lakukan pemeriksaan trias nifas
5) Memberikan KIE sesuai masalah dan kebutuhan pasien
6) Memberitahu ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on
demand.
7) Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayinya.
8) Memberikan asuhan keluarga berencana
2.2.4.7 langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedangkan sebagian belum efektif.
1) Ibu dan keluarga sudah mengetahui kondisinya saat ini.
109

2) Ibu dan keluarga sudah menyetuji mengenai tindakan yang akan


diberikan.
3) Ibu sudah menerima 1 kapsul vitamin A dan 10 tablet SF dan
berjanji akan mengkonsumsinya sesuai anjuran.
4) Pemeriksaan trias nifas pada ibu sudah dilakukan.
5) Ibu mengerti dan paham serta bisa menyebutkan kembali
mengenai penjelasan yang diberikan oleh bidan.
6) Ibu bersedia memberikan ASI kepada bayinya secara on demand.
7) Bayi sudah terjaga kehangatannya menggunakan selimut tebal
8) Ibu tampak sudah mempunyai rencana untuk menggunakan alat
kontrasepsi

2.3 Landasan Hukum


Landasan hukum yang mendasari asuhan kebidanan yang diberikan
yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
2.3.1 Pasal 18 yang berbunyi “Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan
memiliki kewenangan untuk memberikan:
 Pelayana
n kesehatan ibu.
 Pelayana
n kesehatan anak.
 Pelayana
n kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana”.
2.3.2 Pasal 19 ayat (1) yang berbunyi “Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa
hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan”.
2.3.3 Pasal 19 ayat (2) yang berbunyi “Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan:
a. Konseling pada masa sebelum hamil
b. Antenatal pada kehamilan normal.
c. Persalinan normal.
d. Ibu nifas normal.
e. Ibu menyusui
f. Konseling pada masa antara dua kehamilan”.
2.3.4 Pasal 19 ayat (3) yang berbunyi “Dalam memberikan pelayanan kesehatan
ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
110

a. Episiotomi
b. Pertolongan persalinan normal
c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil.
f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
g. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif.
h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum.
i. Penyuluhan dan konseling.
j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil.
k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
2.3.5 Pasal 20 ayat (1) yang berbunyi “Pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak
balita, dan anak prasekolah”.
2.3.6 Pasal 20 ayat (2) yang berbunyi “Dalam memberikan pelayanan kesehatan
anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:
a. Pelayanan neonatal esensial.
b. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
c. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
d. Konseling dan penyuluhan”.
2.3.7 Pasal 20 ayat (3) yang berbunyi “Pelayanan noenatal esensial sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi inisiasi menyusui dini,
pemotongan dan perawatan tali pusat, pemberian suntikan Vit K1,
pemberian imunisasi B0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan
tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak
dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang lebih mampu”.
2.3.8 Pasal 20 ayat (4) yang berbunyi “Penanganan kegawatdaruratan,
dilanjutkan dengan perujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi:
a. Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan
nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung.
b. Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR
melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan
tubuh bayi dengan metode kangguru.
c. Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau
povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering.
d. Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan
infeksi gonore (GO)”.
111

2.3.9 Pasal 21 yang berbunyi “Dalam memberikan pelayanan kesehatan


reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang memberikan:
(d) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana.
(e) Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskritif yaitu
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif
(Riyanto, 2011) dan dengan pendekatan study kasus. Penelitian ini
menggambarkan tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil yang mulai
diasuh dari kehamilan trimester ke 3 UK ≥ 36 minggu, bersalin, BBL, nifas
sampai pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi.
3.2 Lokasi penelitian
Lokasi merupakan suatu tempat dimana pengambilan kasus yang akan
dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Pengkajian laporan kasus ini dilaksanakan
di BPM PU di Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng III yang beralamat di Desa
Banyuning, Kec,Buleleng, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali karena
tingginya rasa kepercayaan dan kenyamanan pelayanan asuhan kebidanan
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan masa nifas terhadap masyarakat.
Pengambilan kasus akan dilaksanakan di BPM PU di Wilayah Kerja
Puskesmas Buleleng III. Lokasi ini dipilih karena banyak ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan kehamilan serta memilih untuk bersalin di PMB PU
di Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng III. Selain itu lokasinya juga mudah
dijangkau oleh masyarakat, sehingga penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di PMB PU di Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng III.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek studi kasus adalah subyek yang digunakan pada saat
pelaksanaan studi kasus (Notoatmodjo, 2010). Pada studi kasus ini
subjeknya adalah ibu hamil fisiologis yang dalam usia kehamilannya berada
pada masa kehamilan trimester ke 3 yaitu UK ≥ 36 minggu sampai ibu
memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi di PMB PU di Wilayah
Kerja Puskesmas Buleleng III.

112
113

3.4 Rencana Pelaksanaan Penelitian


Waktu pelaksanaan yang dimaksud dalam studi kasus ini adalah saat
yang dibutuhkan oleh penulis untuk memperoleh data yang dilaksanakan.
Adapun rencana pelaksanaa penelitian sebagai berikut :

1) Menentukan judul dari proposal penelitian


2) Menyusun proposal penelitian
3) Ujian proposal
4) Mengurus ijin dari Institusi Pendidikan Jurusan Kebidanan Fakultas

Olahraga Dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha


5) Mengurus ijin ke Puskesmas Buleleng III
6) Mengurus ijin ke PMB Bidan Putrini.,A.Md. Keb. di Kabupaten

Buleleng
7) Melakukan pendekatan pada klien
8) Melakukan informed consent pada klien beserta keluarga terkait asuhan

yang akan diberikan


9) Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil sampai ibu

memutuskan untuk berKB


10) Mendokumentasikan asuhan yang diberikan

3.5 Tekink Pengumpulan Data


3.5.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan yaitu dengan cara data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung
dari objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi,
sedangkan data sekunder adalah dokumentasi catatan medis merupakan
sumber informasi yang penting bagi tenaga kesehatan untuk
mengidentifikasi masalah untuk menegakkan diagnose, merencanakan
tindakan kebidanan dan memonitor respon pasien terhadap tindakan.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan yaitu:
1) Metode Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dinamis penulis mendapatkan keterangan secara
lisan dari klien, jadi data tersebut langsung dari klien (Notoatmodjo,
2010). Wawancara dilakukan pada klien, keluarga klien dan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan keterangan yang lengkap
2) Metode Observasi dan Pengamatan
114

Metode ini dilakukan dengan melakukan observasi atau


pengamatan terhadap perkembangan dan kondisi. Dalam asuhan
kebidanan komprehensif saya melakukan observasi keadaan ibu dan
janin dengan melakukan kunjungan ke rumah ibu dan menemani ibu
saat melakukan ANC, bersalin, saat masa nifas, BBL dan sampai ibu
memutuskan menggunakan alat kontrasepsi. Observasi atau
pengamatan dilakukan untuk memperoleh data objektif sebagai data
primer.
3) Pemeriksaan fisik
Untuk memperoleh data obyektif ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru
lahir, dan ibu nifas pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui
(1) Inspeksi
Suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematis
dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan
penciuman sebagai suatu alat untuk pengumpulan data. Inspeksi
dilakukan secara berurutan dimulai dari kepala sampai kaki untuk
ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, dan ibu nifas..
(2) Palpasi
Suatu teknik yang menggunakan indra peraba, tangan dan jari.
a. Pada ibu hamil: pemeriksaan fokus pada ibu hamil yang
dilakukan yaitu pada wajah, tangan dan kaki apakah terdapat
oedema atau tidak, pada payudara apakah ada benjolan atau
tidak, pada abdomen yaitu pemeriksaan leopold untuk
mengetahui posisi janin.
b. Pada ibu bersalin: pemeriksaan yang dilakukan yaitu pada
abdomen dengan pemeriksaan leopold untuk mengetahui posisi
janin dan untuk mengetahui sejauh mana penurunan bagaian
terendah janin, serta memeriksa kontraksi kuat atau tidak.
c. Pada bayi: pemeriksaan yang dilakukan yaitu pada kepala
apakah ada caput atau tidak dan apakah ada chepal hematoma
atau tidak.
d. Pada ibu nfas: pemeriksaan yang dilakukan yaitu pada payudara
apakah bengkak atau tidak, pada abdomen berapa TFU dan
apakah kontraksi uterus kuat atau tidak.
e. Pada akseptor KB: pemeriksaan yang dilakukan yaitu pada
abdomen apakah ada nyeri tekan atau tidak.
115

(3) Perkusi
Suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk suatu permukaan
atau membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan
tubuh dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk
mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan
(Notoatmojo, 2010).
a. Pada ibu hamil, bersalin, nifas dan akseptor KB: pemeriksaan
yang dilakukan yaitu pada ektremitas bawah untuk menilai
reflek patella.
b. Pada bayi: pemeriksaan yang dilakukan yaitu pada abdomen
untuk menilai apakah bayi mengalami distensi atau tidak.

(4) Auskultasi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh dengan mengguanakan suatu alat
a. Pada ibu hamil dan bersalin: pemeriksaan yang dilakukan yaitu
pada pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan
stetoskop, pada abdomen yaitu pemeriksaan DJJ dengan
menggunakan funanduskup dan doppler.
b. Pada ibu nifas dan akseptor KB: pemeriksaan yang dilakukan
yaitu pada pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan
stetoskop.
c. Pada bayi: pemeriksaan yang dilakukan yaitu pada pemeriksaan
denyut jantung bayi apakah normal atau tidak, pada dada
apakah ada suara nafas ronchi atau wheezing. Pada abdomen
untuk menilai bising usus.
4) Metode Studi Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen, baik dokummen-dokumen resmi
maupun tidak resmi (Notoatmodjo, 2010). Dokumentasi ini didapat
dengan melihat buku KIA dan buku register yang merupakan data
subjektif sebagai data sekunder.
3.5.2 Alat Pengumpulan Data
1) Alat untuk Pendokumentasian
(1) Format pengkajian ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, nifas,
dan KB
(2) Alat tulis (buku dan bolpoint)
2) Alat untuk melakukan pemeriksaan fisik dan observasi pada ibu hamil
116

(1) Alat pemeriksaan TTV: spigmomanometer, stetoskop, termometer


dan jam tangan.
(2) Timbangan berat badan dewasa dan pengukur tinggi badan.
(3) Metlyn
(4) Senter
(5) Refleks hammer
(6) Doppler/funanduskup dan jelly
3) Alat untuk melakukan pemeriksaan fisik dan observasi pada ibu
bersalin.
(1) Alat pemeriksaan TTV: spigmomanometer, stetoskop, termometer
dan jam tangan.
(2) Metlyn
(3) Senter
(4) Refleks hammer
(5) Doppler/funanduskup dan jelly
(6) Partus set yang terdiri dari 2 buah klem, 1 buah setengah koher, 1
buah kateter metal, 1 buah gunting tali pusat, dan 1 buah gunting
episiotomy.
(7) Heacting set yang terdiri dari 1 buah gunting benang, 1 buah pinset
anatomis, 1 buah pinset chirurgis, benang catgut, jarum kulit, jarum
otot, dan 1 buah nalpuder.
(8) APD lengkap.
(9) Partograf
4) Alat untuk melakukan pemeriksaan fisik dan observasi pada ibu nifas.
(1) Alat pemeriksaan TTV: spigmomanometer, stetoskop, termometer
dan jam tangan.
(2) Hanscoen
(3) Kapas DTT
5) Alat untuk melakukan pemeriksaan fisik dan obeservasi pada bayi
(1) Timbangan berat badan bayi
(2) Metlyn
(3) Alat pemeriksaan TTV: stetoskop, thermometer dan jam tangan.
(4) Senter
(5) Alat resusitasi BBL.
6) Alat untuk melakukan pemeriksaan fisik dan observasi pada akseptor
KB.
(1) Alat pemeriksaan TTV: spigmomanometer, stetoskop, termometer
dan jam tangan.
(2) Timbangan berat badan dewasa.
(3) Pengguna baru KB hormonal: handscoon, spuit 3 cc, kapas DTT,
obat KB suntik, obat pil KB, alat implant
117

(4) Pengguna baru KB IUD: handscoon, spekulum, korentang, cucing,


tampontang, tenakulum, gunting mayo, sonde uterus, kasa deepers,
kapas DTT, bengkok, lampu sorot, AKDR.

7) Dokumentasi
Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi :
(1) Alat tulis
(2) Buku referensi
(3) Buku KIA
(4) Laptop.
3.6 Rencana Pelaksanaan Asuhan
Asuhan kebidanan komprehensif dilakukan mulai dari kehamilan,
persalinan, BBL, nifas sampai ibu melakukan pengambilan keputusan untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Alokasi waktu yang disediakan untuk
melakukan asuhan kebidanan komprehensif yaitu selama 8 minggu.
Untuk asuhan kebidanan pada kehamilan dimulai dari UK ≥ 36 minggu,
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan asuhan kurang lebih selama 4
minggu. Selanjutnya untuk asuhan kebidanan pada persalinan, BBL, nifas
sampai ibu melakukan pengambilan keputsan untuk menggunakan alat
kontrasepsi, alokasi waktu disedikan yaitu selama 4 minggu. Sisa waktu 4
minggu ini, sudah termasuk dalam melakukan asuhan kebidanan pada
persalinan, asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sudah termasuk kunjungan
neonatus yaitu dari KN1 (6 jam-48 jam), KN2 (3 hari-7 hari) dan KN3 (8 hari-
28 hari), asuhan kebidanan pada nifas sudah termasuk kunjungan nifas yaitu
KF1 (1 hari-3 hari), KF2 (4 hari-28 hari), serta KF3 (29 hari-42 hari) jika
waktu masih memungkinkan, terakhir asuhan kebidanan pada akseptor KB
yaitu dimulai dari ibu melakukan pengambilan keputusan untuk menggunakan
alat kontrasepsi sampai ibu menggunakan alat kontrasepsi yang sudah dipilih
oleh ibu.
118

Anda mungkin juga menyukai