Gabung Tia
Gabung Tia
PENDAHULUAN
1
2
1.4 Manfaat
1) Bagi Mahasiswa
Hasil studi kasus ini sebagai salah satu syarat memberi pengalaman
tatanan nyata, penulis Proposal ini juga diharapkan bermanfaat bagi
mahasiwa untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku
kuliah untuk memberikan asuhan komprehensif.
2) Bagi Institusi Pendidikan
8
9
10
Pada TM II itmus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan berkembang
menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua, karena kontraksi otot-
otot bagian atas uterus, SBR menjadi lebih lebar dan tipis, tampak batas yang
nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis.
Batas itu dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologis dinding uterus, di atas
lingkaran ini jauh lebih tebal dari pada dinding SBR. Setelah minggu ke-28
kontraksi semakin jelas, terutama pada wanita yang langsing, umumnya akan
menghilang bila wanita tersebut melakukan latihan fisik atau berjalan. Pada
minggu-minggu terakhir kehamilan kontraksi semakin kuat sehingga sulit
dibedakan dari kontraksi untuk permulaan persalinan.
Tabel. 2.1 Perkiraan Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan
No Usia Kehamilan (Minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
1 36 Tiga jari di bawah prosesus
xiphodeus (px)
2 40 Pertengahan pusat-prosesus
xiphoideus (px)
Sumber: Sulistyawati (2012)
(2) Sistem traktus uranius
Pada kehamilan trimester III kepala janin mulai turun ke
pintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena
kandung kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga
terjadi hemodilusi menyebabkan metabolism air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter
lebih berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat pergerseran uterus
yang berat ke kanan akibat kolon rektosigmoid di sebelah kiri.
Perubahan-perubahan ini membeuat pelvis dan ureter mampu
menampung urin dalam volume yang lebih besar dan juga
memperlambat laju aliran urin.
(3) Sistem respirasi
Pada UK 32 Minggu ke atas, karena usus-usus tertekan
uterus membesar kearah diafragma sehingga diafragma kurang
leluasa bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil
mengalami derajat kesulitan bernafas.
(4) Kenaikan berat badan
11
1) Support keluarga
Hubungan antara wanita dan ibunya terbukti signifikan
dalam adaptasi terhadap kehamilan dan menjadi ibu. Reaksi ibu
terhadap kehamilan anaknya menandakan penerimaannya
terhadap cucu dan anak perempuannya dan ini sangat membantu
ibu dalam menghadapi kehamilannya dengan lebih tenang.
2) Support dari tenaga kesehatan
Peran bidan dalam perubahan dan adaptasi psikologis adalah
dengan memberi support atau dukungan moral bagi klien,
meyakinkan bahwa klien dapat menghadapi kehamilannya dan
perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu yang normal.
3) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan
Ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama
dia hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan
dihargai, merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap
sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam keluarga.
4) Persiapan menjadi orang tua
Menjadi orang tua merupakan proses yang terdiri dari dua
komponen yaitu keterampilan kognitif dan motorik, afektif dan
kognitif. Komponen kognitif motorik melibatkan aktivitas
perawatan anak seperti memberi makan, menjaganya dari
bahaya. Komponen kognitif afektif yaitu sifat keibuan atau
kebapakan.
5) Persiapan sibling
Anak sering mengalami perasaan kehilangan atau merasa
cemburu karena digantikan oleh bayi yang baru.
1) Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang tidak tidak normal pada usia kehamilan
trimester akhir adalah merah, banyak, dan kadang-kaang tapi
tidak selalu disertai dengan rasa nyeri (Asrinah, 2010).
2) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang
menetap dan tidak hilang setelah istirahat terkadang disertai
penglihatan yang kabur.
3) Penglihatan kabur
Pandangan kabur yang disertai skait kepala yang hebat mungkin
menandakan pre-eklampsia (Pantiawati, 2010).
4) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
Bengkak bisa menunjukan masalah serius apabila muncul pada
muka dan tangan serta tidak hilang setelah beristirahat.
2.1.2 Persalinan
2.1.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi berupa janin
dan uri yang telah cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan
atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal
merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin (Jannah, 2015).
2.1.2.2 Fisiologi Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
1) Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesteron dan estrogen. Fungsi progesteron sebagai penenang otot-
otot polos rahim dan akan menyebabkan ketegangan pada pembuluh
darah sehingga timbul his atau kontraksi bila progesteron turun.
2) Teori oksitosin internal
Keseimbangan progesteron dan estrogen, meningkatkan
pengeluaran oksitosin dan mengakibatkan peningkatan aktivitas
kontraksi rahim di mana oksitosin ini merupakan suatu uterotonin yang
sangat berperan penting dalam kontraksi uterus.
3) Teori prostaglandin
23
j. Perubahan pencernaan
Ibu dapat mengalammi diare pada awal persalinan. Mual
dan sendawa dapat terjadi sebagai respon reflek terhadap dilatasi
serviks lengkap.
k. Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Permulaan
persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron
dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin serta oksitosin.
l. Perubahan hematologi
30
2) Kala II Persalinan
(1) Batasan Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua
juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kala II berlangsung
selama rata-rata 1 ½ hingga 2 jam pada primigravida dan selama
½ hingga 1 jam pada multipara.Transisi dari kala I ke kala II
kerap kali terjadi dengan sangat cepat pada multipara.Kala II
terjadi dengan kontraksi uterus yang kuat, penggunaan otot
34
b.Infeksi
Tanda dan gejala: nadi cepat (100x/menit atau lebih),
suhu lebih dari 380C, menggigil, air ketuban atau cairan
vagina yang berbau.
Manajemen: baringkan ibu miring kiri, pasang infus,
berikan ampisilin 2 gr atau amoxilin 10 gr/oral, rujuk.
c. Pre-eklamsia berat-eklamsia
Tanda dan gejala: tekanan darah diastolik 110 mmHg
atau lebih, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih dengan
kejang, nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang
(eklamsia).
Manajemen: baringkan miring kiri, pasang infus,
berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20 % IV dalam 20 menit,
berikan dosis pemeliharaan MgSO4 50 %, 6 gr dalam 6 jam,
rujuk.
d.Gawat janin
Tanda dan gejala: DJJ <120 atau >160 x/menit waspada
tanda awal gawat janin, DJJ <100 atau >180 x/menit.
Manajemen: baringkan miring kiri, anjurkan ibu
menarik nafas panjang perlahan-lahan dan berhenti meneran,
nilai ulang DJJ setelah 5 menit, jika DJJ normal minta ibu
kembali meneran dan pantau DJJ setelah kontraksi, pastikan
ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafas saat
meneran, jika DJJ abnormal, rujuk.
e. Distosia
Tanda dan gejala: kepala bayi tidak melakukan putaran
asi luar, kepala bayi kelua kemudian tertarik kembali ke
dalam vagina (kepala ‘kura-kura’), bahu bayi tidak lahir.
Manajemen: lakukan tindakan dan upaya lanjut
(tergantung hasi; tindakan yang dilakukan), melakuaan
perasat Mc. Robert, prone Mc. Robert, anterior dysimpact,
perasat Cork-scew dari Wood, perasat Schwartz-Dixon.
37
4) Kala IV
(1) Batasan Kala IV
Kala IV persalinan dimulai dari saat lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama post partum (setelah plasenta
lahir).Dalam periode ini penting untuk mempertahankan
kontraksi dan retraksi yang kuat.
(2) Penilaian perdarahan dan tingkat robekanperineum.
Perdarahan normal yang terjadi pada saat persalinan
yaitu kurang dari 500 cc. Suatu cara untuk menilai
kehilangan darah adalah dengan melihat dan memperkirakan
berapa banyak botol 500 cc yang dapat menampung darah
tersebut. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah
satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tak langsung untuk
mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui
penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan
41
3 pusat
5 2-3 jari dibawah
7 pusat
9 ½ pusat simfisis
10 2-3 jari atas simfysis
1 jari dibawah
symfisis
tidak teraba
Sumber: Sulistyawati (2015)
(2) Perubahan tanda-tanda vital
a. Suhu pada 24 jam pertama post partum (38◦C).
b. Jika setelah hari pertama suhu ≥ 38 ◦C selama 10
hari pertama post partum harus difikirkan sebagai fibris
puerpuralis, ISK, endometritis, inastitis atau infeksi lain.
c. Pada hari 2-3 dapat terjadi pembengkakan payudara
yang dapat menyebabkan kenaikan suhu, namun kenaikan
suhu tidak lebih dari 24 jam.
(3) Perubahan kardiovaskuler
a. Tekanan darah
Tekanan darah ibu tetap stabil, jika terjadi penurunan
tekanan sistolik 20 mmHg, atau lebih pada saat ibu berubah
posisi dari tidur terlentang keposisi duduk. Mungkin
merupakan gangguan semetara pada komponen
kardivaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler panggul.
Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dengan diastolik 15
mmhg, terutama bila disertai sakit kepala atau perubahan
penglihatan, dapat dicurigai adanya preeklamsia.
Berkeringat dan menggigil mungkin disebabkan oleh
vasomotor instability, bila disertai panas berarti untuk
membantu pengeluaran jumlah sisa/kelebihan cairan tubuh.
b. Komponen darah
Hb, HT, eritrosit, mendekati keadaan sebelum
melahirkan dan berangsur-angsur kembali ke keadaan
sebelum hamil.
55
sesuai dengan keluhan yang ibu rsakan saat ini. Pada kasus
persalinan, informasi yang harus didapat dari pasien adalah
kapan mulai terasa ada kenceng-kenceng di perut, bagaimana
intensitas dan frekuensinya. Apakah ada pengeluaran cairan
dari vagina yang berbeda dari air kemih, apakah sudah ada
pengeluaran lendir yang diserati darah serta pergerakan janin
untuk memastikan kesejahteraannya (Sulistyawati, 2012).
Pasien mengeluhkan mengeluarkan cairan dari jalan lahir,
berbau khas, belum ada kenceng-kenceng dan belum ada
pengeluaran lendir darah (Nugroho, 2012). Pasien mengeluh
sakit perut hilang timbul menjalar sampai ke pinggang, ada
pengeluaran lendir bercampur darah dari jalan lahir.
c. Riwayat persalinan ini: untuk mengetahui sejak kapan ibu
mengalami keluhan, apakah ada pengeluaran sejak kapan dan
mulai pukul berapa, serta pergerakan janin dirasakan aktif
untuk memantau kesejahteraan janin. Riwayat persalinan dikaji
untuk mengetahui bagaimana perjalanan proses persalinan ibu
dari ibu merasakan sakit perut hilang timbul sampai ibu datang
ke pelayanan kesehatan, yang nantinya berguna untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
d. Keadaan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a) Bernafas: untuk mengetahui apakah ada keluhan
saat bernafas atau tidak. Pada ibu bersalin kala I, pernafasan
ibu menjadi lebih cepat dengan sebelum persalinan, hal ini
disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekhawatiran serta
penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar (Sumarah,
dkk, 2009).
b) Nutrisi: data ini penting untuk diketahui agar bisa
mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan
gizinya selama hamil sampai dengan masa awal persalinan.
Data fokus mengenai asupan makanan pasien adalah kapan
atau jam berapa terakhir kali makan, makanan yang dimakan,
jumlah makanan yang dimakan. Pada masa persalinan, data
85
g) Anogenital
(a) Inspeksi: untuk mengetahui ada/tidaknya
pengeluaran berupa lendir bercampur darah, air ketuban,
ada oedema/tidak, ada varices/tidak. Pada ibu bersalin
fisiologis kala I, terdapat pengeluaran lendir bercampur
darah, ada/tidak air ketuban, tidak oedema, ttidak varices.
(b) Vagina Toucher: untuk mengetahui keadaan vagina,
porsio, pembukaan, ketuban, penurunan kepala ubun-ubun
kecil dan untuk mendeteksi kesan panggul (Nursalam
dalam Pratiwi, 2012). Pada fase laten (pembukaan 1 cm -
<4 cm) biasanya berlangsung hingga 8 jam. Fase aktif
(pembukaan 4 cm - lengkap atau 10 cm) terjadi dengan
kecepatan rata-rata satu cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari satu sampai dua cm
(multipara) (APN, 2008).
Langkah – langkah VT:
(a) Ada/tidak skibala
(b) Ada/tidak sistokel dan rektokel
(c) Konsistensi portio lunak/tidak teraba
(d) Dilatasi (1 – 10 cm)
(e) Effacement/penipisan(25%, 50%, 75%,
100%)
(f) Selaput ketuban utuh/tidak utuh ( U: bila
selaput ketuban utuh, J: bila selaput ketuban sudah
pecah dan air ketuban jernih, M: bila selaput ketuban
sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium,
D: bila selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah, K: bila selaput ketuban sudah
pecah dan air ketuban sudah kering).
90
penurunan IV, teraba atau tidak bagian kecil janin dan tali
pusat.
2) Langkah II Interpretasi Data Dasar
(1) Diagnosa aktual
G..P..A.. UK … Minggu Preskep U Puka/Puki Janin Tunggal Hidup
Intra Uteri Partus Kala II
Dasar :
1. Data subjektif
Ibu mengatakan sakit perut semakin sering dan ingin meneran
2. Data Objektif
a) Intensitas semakin kuat
b) Frekuensi his semakin sering (>3 kali/10 menit).
c) Durasi his > 40 detik.
d) Vulva membuka.
e) Perineum menonjol.
(2) Masalah:
Tidak ada.
3) Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada ibu bersalin fisiologis tidak ada diagnosa dan masalah potensial.
4) Langkah IV Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Kolaborasi dan
Rujukan
Pada ibu bersalin fisiologis tidak ada tindakan segera.
5) Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Komprehensiif
Rencana asuhan kebidanan pada pasien dengan persalinan normal kala II
adalah sebagai berikut.
(1) Beri tahu hasil pemeriksaan pada ibu dan suami.
Rasionalisasi: Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan merupakan hak pasien/klien.
(2) Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah
Rasionalisasi : Amniotomi dilakukan untuk mempercepat turunnya kepala
bayi atau mempercepat proses persalinan. Amniotomi boleh dilakukan hanya
pada saat bukaa telah lengkap.
(3) Fasilitasi posisi sesuai kenyamanan ibu.
Rasionalisasi: Posisi yang sesuai dengan kenyamanan ibu saat bersalin dan
mengubah posisi sesuai dengan kehendaknya memungkinkan distraksi,
relaksasi otot, dan munculnya kendali dan harga diri yang akan mempercepat
bayi masuk ke jalan lahir (Nurasiah, 2012)
(4) Bimbing ibu meneran yang efektif
97
(6) Ibu sudah minum air gula disela – sela kontraksi dibantu oleh
suami.
(7) DJJ 145 x/menit irama teratur.
(8) Bayi lahir pukul 12.00 Wita, tangis kuat, gerak aktif, jenis kelamin
perempuan.
2.2.2.3 Asuhan Kala III
1) Langkah I Pengumpulan Data Dasar
(1) Data Subjektif
a. Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui
vagina.
b. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mulas
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2012).
c.
(2) Data Objektif
a. Bayi lahir secara spontan pervaginam pada tanggal... jam...,
jenis kelamin laki-laki/perempuan, menangis spontan, gerak aktif.
Data ini dikaji untuk mengetahui berapa lama kala II ibu
berlangsung.
b. Tidak teraba janin kedua. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
memastikan tidak ada janin kedua, sehingga MAK III bisa
dilakukan.
c. TFU. Pemeriksaan TFU dilakukan untuk mengetahui
berapa tinggi fundus uteri, biasanya tinggi fundus uteri setelah
kelahiran bayi yaitu sepusat.
d. Kontraksi uterus kuat.
2) Langkah II Interpretasi Data Dasar
(1) Diagnosa Aktual
G..P..A... UK…Minggu partus Kala III
Dasar:
1. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sudah lahir, ari-arinya belum keluar, dan
perut bagian bawahnya terasa mulas
2. Data Objektif
Tidak teraba janin kedua, TFU berapa jari, kontraksi uterus kuat
(2) Masalah:
Tidak ada
3) Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada ibu bersalin fisiologis diagnosa dan masalah potensial tidak ada.
4) Langkah IV Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Kolaborasi
dan Rujukan
Pada ibu bersalin fisiologis tidak ada kebutuhan akan tindakan segera.
99
2) Masalah
Masalah yang didapatkan dari bayi baru lahir seperti tidak mau
menyusu, bingung putting, dan rewel.
2.2.3.3 Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah
Potensial
Pada bayi baru lahir fisiologis tidak ada diagnosa dan masalah potensial
2.2.3.4 Langkah IV Menilai Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Kolaborasi
dan Rujukan
Pada bayi baru lahir fisiologis tidak ada kebutuhan akan tindakan segera.
2.2.3.5 Langkah V : Perencanaan Asuhan Menyeluruh
Perencanaan yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan
Vigerous Baby antara lain:
1) Berikan informasi kepada ibu dan keluarga mengenai
kondisi bayinya saat ini.
Rasionalisasi: merupakan hak keluarga/pasien/klien dan sebagai
bentuk tanggung jawab petugas kesehatan kepada pasien.
2) Berikan informed consent atas segala tindakan yang akan
dilakukan.
Rasionalisasi: sebagai persetujuan antara pihak keluarga dengan
tenaga kesehatan, selain itu juga sebagai perlindungan bagi
tenaga kesehatan jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
3) Lakukan penilaian awal
Rasionalisasi : dengan dilakukannya penilaian awal sebelum
bayi lahir yaitu apakah kehamilan cukup bulan, dan sesudah
bayi lahir yaitu apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak
megap-megap, apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif.
Maka dapat mempersiapkan untuk penganana yang akan
dilakukan pada bayi baru lahir tersebut.
4) Jaga kehangatan bayi.
Rasionalisasi: menjaga kehangatan bayi baru lahir dapat
mencegah bayi mengalami hipotermi.
5) Lakukan Inisiasi Menyusui dini (IMD) dan kontak kulit
bayi dengan kulit ibu.
Rasionalisasi: melakukan IMD dapat menambah bounding
antara ibu dan anak, merangsang kontraksi uterus pada ibu,
mencegah perdarahan pada ibu, dan meningkatkan produksi
ASI.
104
114
115
Buleleng
7) Melakukan pendekatan pada klien
8) Melakukan informed consent pada klien beserta keluarga terkait
(3) Perkusi
Suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk suatu permukaan
atau membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan
tubuh dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk
mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan
(Notoatmojo, 2010).
a. Pada ibu hamil, bersalin, nifas dan akseptor KB:
pemeriksaan yang dilakukan yaitu pada ektremitas bawah untuk
menilai reflek patella.
b. Pada bayi: pemeriksaan yang dilakukan yaitu pada
abdomen untuk menilai apakah bayi mengalami distensi atau
tidak.
(4) Auskultasi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh dengan mengguanakan suatu alat
a. Pada ibu hamil dan bersalin: pemeriksaan yang dilakukan
yaitu pada pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan
stetoskop, pada abdomen yaitu pemeriksaan DJJ dengan
menggunakan funanduskup dan doppler.
b. Pada ibu nifas dan akseptor KB: pemeriksaan yang
dilakukan yaitu pada pemeriksaan tekanan darah dengan
menggunakan stetoskop.
c. Pada bayi: pemeriksaan yang dilakukan yaitu pada
pemeriksaan denyut jantung bayi apakah normal atau tidak,
pada dada apakah ada suara nafas ronchi atau wheezing. Pada
abdomen untuk menilai bising usus.
4) Metode Studi Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen, baik dokummen-dokumen resmi
maupun tidak resmi (Notoatmodjo, 2010). Dokumentasi ini didapat
dengan melihat buku KIA dan buku register yang merupakan data
subjektif sebagai data sekunder.
3.5.2 Alat Pengumpulan Data
1) Alat untuk Pendokumentasian
(1) Format pengkajian ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir,
nifas, dan KB
118
7) Dokumentasi
Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi :
(1) Alat tulis
(2) Buku referensi
(3) Buku KIA
(4) Laptop.
3.6 Rencana Pelaksanaan Asuhan
Asuhan kebidanan komprehensif dilakukan mulai dari kehamilan,
persalinan, BBL, nifas sampai ibu melakukan pengambilan keputusan untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Alokasi waktu yang disediakan untuk
melakukan asuhan kebidanan komprehensif yaitu selama 8 minggu.
Untuk asuhan kebidanan pada kehamilan dimulai dari UK ≥ 36 minggu,
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan asuhan kurang lebih selama 4
minggu. Selanjutnya untuk asuhan kebidanan pada persalinan, BBL, nifas
sampai ibu melakukan pengambilan keputsan untuk menggunakan alat
kontrasepsi, alokasi waktu disedikan yaitu selama 4 minggu. Sisa waktu 4
minggu ini, sudah termasuk dalam melakukan asuhan kebidanan pada
persalinan, asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sudah termasuk kunjungan
neonatus yaitu dari KN1 (6 jam-48 jam), KN2 (3 hari-7 hari) dan KN3 (8 hari-
28 hari), asuhan kebidanan pada nifas sudah termasuk kunjungan nifas yaitu
KF1 (1 hari-3 hari), KF2 (4 hari-28 hari), serta KF3 (29 hari-42 hari) jika
waktu masih memungkinkan, terakhir asuhan kebidanan pada akseptor KB
yaitu dimulai dari ibu melakukan pengambilan keputusan untuk menggunakan
alat kontrasepsi sampai ibu menggunakan alat kontrasepsi yang sudah dipilih
oleh ibu.
120