Anda di halaman 1dari 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL KADIR


DENGAN MEMANFAATKAN APLIKASI GOOGLE
CLASROOM
AHMAD FAESOL QORIB (1603407006)

FAESOLQ.@GMAIL.COM

1.1. Latar Belakang


Tuntutan pada zaman sekarang ini semakin lama semakin tinggi dan kompleks,
sehingga para siswa perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya.
Pengembangan siswa dalam bidang sains merupakan salah satu kunci keberhasilan
untuk memasuki dunia teknologi informasi di kemudian hari.
Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan kemajuan sains dan
teknologi, sehingga matematika dipandang sebagai ilmu yang terstruktur dan terpadu.
Dalam dunia pendidikan matematika memiliki peranan yang sangat penting. Hal ini
terbukti dalam setiap jenjang pendidikan, matematika merupakan mata pelajaran wajib
yang ada dari Sekolah Dasar (SD) sampai pada Sekolah Menengah Atas (SMA),
matematika juga merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN)
yang diadakan oleh pemerintah. Dengan belajar matematika, siswa mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan berpikir sistematis, logis dan kritis. Matematika
juga merupakan suatu alat bantu untuk mengembangkan cara berpikir yang dapat
membantu dalam memecahkan masalah sehari-hari.
Menurut Dienes dalam Hudojo, belajar matematika melibatkan suatu struktur
hirarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah
terbentuk sebelumnya. Jadi, pada dasarnya, belajar matematika adalah belajar
mengenai konsep, dimulai dari konsep yang paling sederhana sampai ke konsep yang
paling tinggi atau kompleks. Dengan mempelajari dan memahami konsep-konsep
dalam matematika siswa akan merasa mudah dalam menyelesaikan soal matematika
atau masalah matematika yang akan ditemuinya. Maka dari itu sudah sepatutnya
pembelajaran matematika disekolah merupakan sarana bagi siswa dalam
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari pembelajaran matematika yang sangat
penting. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006
sebagaimana yang tercantum dalam Kajian Kebijakan Mata Pelajaran Matematika
salah satu tujuan pembelajaran matematika disekolah adalah memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Faktanya, proses pembelajaran matematika di kelas masih cenderung berfokus
pada buku teks (text book oriented). Selain itu, guru terlalu sibuk menjelaskan sendiri
apa yang telah dipersiapkannya dan selebihnya siswa hanya mencatat dan asyik
menjadi penerima informasi. Akibat dari pembelajaran yang seperti itu, siswa hanya
mengerjakan soal-soal seperti contoh yang disampaikan oleh guru dan mengingat
rumus-rumus yang diberikan. Siswa tidak dibiasakan untuk mengkonstruk
pemahamannya sendiri dan hal ini berimbas pada lemahnya kemampuan pemecahan
masalah siswa.
Berdasarkan pengalaman peneliti saat melaksanakan Praktik Profesi Keguruan
Terpadu (PPKT), banyak dijumpai siswa yang dapat menyelesaikan suatu soal
matematika, tetapi jika soal matematika tersebut berbeda dengan contoh yang diberikan
oleh guru, banyak siswa yang tidak dapat mengerjakan soal tersebut, sehingga sulit
bagi mereka untuk menyelesaikan soal-soal matematika yang bersifat tidak rutin.
Sejalan dengan pengalaman peneliti saat melaksanakan PPKT, berdasarkan wawancara
peneliti dengan guru bidang studi matematika kelas VIII di SMPN 1 Pakusari diperoleh
informasi bahwa pada kelas regular banyak siswa yang memiliki hasil belajar
matematika di bawah Kriteria Ketuntasan Minimun yang ditetapkan oleh sekolah.
Selain itu, guru juga berpendapat bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematika masih rendah karena siswa sering sekali kebingungan ketika
diberi soal cerita yang memerlukan pemahaman dalam menyelesaikan masalahnya.
Dikarenakan hal tersebut, guru jarang memberikan soal-soal yang dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika. sebaliknya guru lebih sering memberikan
soal-soal yang menuntut siswa untuk menghafal rumus karena nantinya soal yang akan
diberikan tidak menuntut siswa memahami masalahnya melainkan bagaimana
menggunakan rumus dengan tepat. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi
matematika juga didapat bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah dan
penugasan kelompok dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas.
Selain dengan guru bidang studi matematika, wawancara juga dilakukan dengan
dua orang siswa yang dipilih secara acak. Dari kedua siswa tersebut didapatkan bahwa
kedua siswa tersebut menyatakan menyukai pelajaran matematika jika materi yang
dipelajari mudah dan tidak terlalu banyak mengharuskan siswa menghafal rumus, siswa
juga tidak terbiasa menyelesaikan soal yang berbeda dari apa yang guru berikan
meskipun mereka memperhatikan apa yang guru jelaskan. Kedua siswa juga sama-
sama lebih menyukai pembelajaran matematika secara berkelompok karena bekerja
secara berkelompok membuat mereka tidak cepat bosan terhadap pembelajaran
matematika. Ketika siswa ditanya mengenai apa yang akan dilakukan jika mereka
menemukan kesulitan dalam mengerjakan soal matematika, kedua siswa memiliki
jawaban yang sama yaitu langsung bertanya kepada guru. Siswa tidak berusaha untuk
mencari tahu terlebih dahulu melainkan langsung bertanya kepada guru mengenai
kesulitan yang dihadapi. Berdasarkan wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
siswa masih bergantung pada guru, terbiasa menunggu informasi yang diberikan oleh
guru dan tidak terbiasa membangun pengetahuannya sendiri.
Selain melakukan wawancara dengan guru bidang studi, peneliti juga melakukan
observasi proses pembelajaran matematika di kelas VIII dimana pada kelas tersebut
peneliti akan melakukan penelitian nantinya. Berdasarkan observasi yang dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan respon siswa dalam proses pembelajaran
matematika dikelas masih rendah. Hal ini disebabkan siswa kurang terlibat aktif dalam
pembelajaran dikelas. Pembelajaran lebih didominasi oleh guru dimana guru
menggunakan metode ceramah begitu aktif dalam memberikan pembelajaran
matematika pada siswa. Walaupun di 20 menit terakhir siswa diberikan tugas
kelompok, tetapi tugas tersebut hanya terdiri dari beberapa pertanyaan yang hampir
sama dengan apa yang telah dijelaskan guru, sehingga tidak melatih siswa untuk belajar
memahami masalah melainkan hanya meniru apa yang dikerjakan oleh guru.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII juga dibuktikan dari
hasil tes pemecahan masalah matematika siswa sebelum tindakan yang menunjukkan
nilai rata-rata skor siswa hanya sebesar 52,43. Hasil tersebut belum mencapai indikator
yang ditentukan yaitu ≥ 75, bahkan tidak ada satu siswa pun yang mendapatkan nilai ≥
75.
Berdasarkan uraian diatas, Perlu adanya usaha untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Agar siswa dapat terbiasa menghadapi berbagai
permasalahan, baik masalah dalam matematika, masalah dalam bidang studi lain
ataupun masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks.
1.2. Penegasan Judul
1.2.1. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah
melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun alternatif
pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efektif.
1.2.2. Model Pembelajaran
menurut soekamto dan Hamruni dalam Suyadi, Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
1.2.3. Model Pembelajaran Kadir
Menurut Kadir, “Model pembelajaran KADIR membuat peserta didik terlibat
aktif di kelas, dibawah bimbingan guru sebagai fasilitator, sehingga peserta didik
mampu mengkoneksikan, mengaplikasikan, mengkonstruksi konsep- konsep
matematika, mengembangkan kemampuan matematika ke arah yang lebih baik”.
1.2.4. Google Clasroom
Google Classroom adalah serangkaian alat produktivitas gratis yang meliputi
Gmail, Drive, dan Dokumen, serta tersedia bagi pengguna Google Apps for
Education.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2. Proses pembelajaran matematika di kelas kurang mendorong perkembangan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
3. Pembelajaran matematika cenderung masih berpusat pada guru. Guru kurang
mengikutsertakan siswa dalam mengkontruksi suatu pengetahuan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan pokok – pokok pemikiran di atas, maka permasalahan
yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa dapat di tingkatkan melalui pembelajaran
menggunakan model kadir dengan aplikasi google clasroom?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah:
Mengetahui penggunaan model pembelajaran KADIR dengan aplikasi dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
1.6. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi siswa
Dengan menggunakan model pembelajaran KADIR dengan aplikasi google
clasroom diharapkan siswa dapat lebih mudah memecahkan masalah matematika yang
ditemui.
b. Bagi guru
Sebagai masukan atau informasi untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan
model pembelajaran KADIR dengan aplikasi google clasroom dalam upaya
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori Masing – Masing Variabel

2.1.1. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah


melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun alternatif pemecahan,
dan memilih pemecahan yang paling efektif. Pemecahan masalah adalah suatu proses
yang menuntut seseorang untuk mengkoordinasikan pengalaman, pengetahuan,
pemahaman, dan intuisi dalam rangka memenuhi tuntutan dari suatu situasi tertentu.

Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh


sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum pernah dijumpai. Pada umumnya soal-
soal dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu soal rutin dan soal non-rutin. Soal
rutin adalah soal atau latihan biasa yang dapat diselesaikan dengan prosedur yang
biasa dipelajari atau sudah diketahui cara penyelesainnya. Sedangkan soal non-rutin
adalah soal yang dalam penyelesaiannya diperlukan pemikiran lebih dalam karena
prosedur dan cara penyelesaiannya tidak sama dengan prosedur yang telah dipelajari.
Memberikan soal non-rutin kepada siswa berarti melatih mereka menerapkan berbagai
konsep yang telah dipelajari ke dalam situasi baru sehingga pada akhirnya mereka
mampu menyelesaikan soal atau masalah tersebut. Soal non-rutin inilah yang biasa
digunakan dalam soal pemecahan masalah.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemecahan


masalah adalah suatu proses untuk menyelesaikan soal-soal non-rutin dengan prosedur
yang tidak sama dengan yang telah dipelajari. Umumnya pemecahan masalah antara
siswa yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan, karena langkah-langkah
penyelesaian yang digunakan untuk mencapai solusi itu pun berbeda tergantung
bagaimana konsep dan prosedur yang dipilih dan digunakan oleh masing-masing
siswa.

2.1.2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan suatu pembelajaran. Sedangkan menurut soekamto
dan Hamruni dalam Suyadi, Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Berdasarkan pengertian model pembelajaran yang diuraikan sebelumnya maka model
pembelajaran adalah perencanaan yang dilakukan oleh guru dimana didalamnya berisi
serangkaian kegiatan yang didesain secara sistematis untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, yaitu pembelajaran yang efektif dan efisien.

2.1.3. Model Pembelajaran Kadir

Model pembelajaran KADIR adalah perencanaan pembelajaran yang dilakukan


oleh guru dimana didalamnya berisi tahapan koneksi, aplikasi, diskursus, improvisasi,
dan refleksi Model pembelajaran ini menekankan kemampuan siswa dalam
menghubungkan pengetahuan matematika dengan materi pembelajaran baru,
menerapkan pengetahuan dan konsep dalam menyusun model pemecahan masalah
matematika, mengeksplorasi pengetahuan matematika, mempersiapkan dan
menemukan inovasi maupun ide-ide baru mengenai masalah matematika, dan
mengungkapkan ide-ide baru maupun kesimpulan dalam bentuk presentasi. Menurut
Kadir, “Model pembelajaran KADIR membuat peserta didik terlibat aktif di kelas,
dibawah bimbingan guru sebagai fasilitator, sehingga peserta didik mampu
mengkoneksikan, mengaplikasikan, mengkonstruksi konsep- konsep matematika,
mengembangkan kemampuan matematika ke arah yang lebih baik”.
Berdasarkan uraian di atas, Model pembelajaran KADIR adalah model yang
terdiri dari lima tahapan yaitu koneksi, aplikasi, diskursus, improvisasi, dan refleksi
dimana dengan lima tahapan tersebut dapat membantu siswa untuk mengembangkan
kemampuan dalam hal memecahkan masalah matematika dengan cara menkoneksikan,
mengaplikasikan, mendiskusikan serta mempresentasikan konsep-konsep dalam
matematika.

2.1.4. Google Clasroom

Google Classroom adalah serangkaian alat produktivitas gratis yang meliputi


Gmail, Drive, dan Dokumen, serta tersedia bagi pengguna Google Apps for Education.
Google Classroom dirancang untuk membantu pengajar membuat dan mengumpulkan
tugas tanpa kertas, termasuk fitur yang menghemat waktu seperti kemampuan untuk
membuat salinan Google Dokumen secara otomatis bagi setiap siswa. Google
classroom juga dapat membuat folder Drive untuk setiap tugas dan setiap siswa, agar
semuanya tetap teratur. Siswa dapat melacak setiap tugas yang hampir mendekati
batas waktu pengumpulan di laman Tugas, dan mulai mengerjakannya cukup dengan
satu klik.

Pengajar dapat melihat dengan cepat siapa saja yang belum menyelesaikan
tugas, serta memberikan masukan dan nilai langsung di google classroom. Manfaat
google classroom yaitu, Pengajar dapat menambahkan siswa secara langsung atau
berbagi kode dengan kelasnya untuk bergabung. Hanya perlu beberapa menit untuk
menyiapkannya. Alur tugas yang sederhana dan tanpa kertas memungkinkan pengajar
membuat, memeriksa, dan menilai tugas dengan cepat, di satu tempat. Siswa dapat
melihat semua tugasnya di laman tugas, dan semua materi kelas secara otomatis
disimpan ke dalam folder di Google Drive. Google Classroom memungkinkan
pengajar untuk mengirim pengumuman dan memulai diskusi secara langsung. Siswa
dapat berbagi sumber daya satu sama lain atau memberikan jawaban atas pertanyaan
di aliran. Seperti layanan Google Apps for Education lainnya, Google Classroom tidak
mengandung iklan, tidak pernah menggunakan data siswa untuk iklan, dan gratis
untuk sekolah[2].

2.2. Kerang Pemikiran

Dalam pembelajaran matematika, kemampuan pemecahan masalah sangatlah


diperlukan. Dibandingkan hasil akhir, Pemecahan masalah lebih mengutamakan
proses dalam menemukan solusi penyelesaian, sehingga menjadi kemampuan dasar
yang harus dimiliki siswa. Pemecahan masalah adalah kemampuan dalam
menyelesaikan soal-soal matematika yang tidak rutin dengan indikator fokus pada
masalah, menggambarkan fisik, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana
dan evaluasi hasil. Masalah non-rutin merupakan permasalahan yang tidak biasa
ditemui dalam permasalahan sehari-hari. dalam memecahkan masalah non rutin
dibutuhkan suatu cara baru untuk menyelesaikannya. Suatu pertanyaan matematika
dianggap sebagai masalah apabila pertanyaan tersebut memuat tantangan yang tidak
dapat diselesaikan dengan prosedur rutin.

Model pembelajaran KADIR adalah model pembelajaran dengan tahapan


Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi, dan Refleksi adalah model pembelajaran
yang menekankan kemampuan siswa dalam menghubungkan pengetahuan matematika
dengan materi pembelajaran baru, menerapkan pengetahuan dan konsep dalam
menyusun model pemecahan masalah matematika, mengeksplorasi pengetahuan
matematika, mempersiapkan dan menemukan inovasi maupun ide-ide baru mengenai
masalah matematika, dan mengungkapkan ide-ide baru maupun kesimpulan dalam
bentuk presentasi. Model pembelajaran KADIR membuat siswa terlibat aktif di kelas,
mampu mengkoneksikan, mengaplikasikan, mengkonstruksi konsep-konsep
matematika, dan mengembangkan kemampuan matematika ke arah yang lebih baik.
untuk mendukung model pembelajaran KADIR diperlukan suatu strategi pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Model pembelajaran KADIR adalah


Dalam pembelajaran matematika,
model pembelajaran dengan tahapan
kemampuan pemecahan masalah sangatlah
Koneksi, Aplikasi, Diskursus,
diperlukan. Dibandingkan hasil akhir,
Improvisasi, dan Refleksi adalah
Pemecahan masalah lebih mengutamakan
model pembelajaran yang
proses dalam menemukan solusi
menekankan kemampuan siswa
penyelesaian, sehingga menjadi
dalam menghubungkan pengetahuan
kemampuan dasar yang harus dimiliki
matematika dengan materi
siswa.
pembelajaran baru,

untuk mendukung model


pembelajaran KADIR diperlukan
suatu strategi pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika
siswa.
2.3. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan


dirumuskan sebagai berikut: “Dengan diterapkannya Model Pembelajaran KADIR
dengan strategi hands-on activity, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
akan meningkat”.
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut
dilakukan oleh guru yang selanjutnya siswa mendapatkan arahan dari guru untuk
bersama-sama melakukan tindakan tersebut.

Penelitian ini lebih menekankan kepada proses tindakan penelitian. Tujuan utama
dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
profesionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran serta kualitas
pendidikan di sekolah.

3.2. Indikator Keberhasilan Dan Siklus

Penelitian terdiri dari beberapa siklus, dimana siklus itu sendiri memiliki arti yaitu
satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula.54 Setiap siklus dari
penelitian ini memiliki empat tahapan, yaitu:

Tahap 1: Perencanaan (Planning)

Setelah melakukan pengamatan terhadap kondisi pembelajaran matematika dan


melakukan wawancara dengan guru bidang studi, kemudian peneliti megidentifikasi
dan menganalisis masalah yang terjadi. Selanjutnya peneliti merencanakan tindakan
tepat apa yang akan diberikan kepada subjek penelitian. Dalam tahap ini peneliti akan
mengembangkan perangkat pembelajaran, merancang rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), dan mrerancang instrumen penelitian.

Tahap 2: Tindakan (Acting)

Pada tahap ini, peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi dalam
melaksanakan skenario pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai pelaku tindakan
sedangkan guru berlaku sebagai pengamat (observer).

Tahap 3: Pengamatan (Observation)


Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan untuk memperoleh data dan informasi yang tepat untuk perbaikan pada siklus
berikutnya. Peneliti bekerjasama dengan dengan guru bidang studi melakukan
pengamatan dan mendokumentasikan semua proses yang terjadi dalam pembelajaran.
Sebagai kolaborator guru membantu peneliti untuk mengamati dan menilai proses
pembelajaran.

Tahap 4: Refleksi (Reflection)

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan.


Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti
bersama dengan observer. Dari hasil analasis akan diketahui apakah sudah mencapai
indikator keberhasilan atau masih diperlukan perbaikan.

3.3. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terjadi dalam 2 siklus. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Jika pada penelitian siklus I
terdapat kekurangan maka pada siklus II diarahkan pada perbaikan dan jika pada
siklus I terdapat keberhasilan maka pada siklus II diarahkan pada pengembangan.
Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian akan disajikan sebagai berikut:

3.4. Variabel Penelitian

Secara teoritis, Hatch dan Farhady (1981) mendefinisikan variabel penelitian


sebagai karakteristik hasil dari sekumpulan objek yang mempunyai variasi. Variabel
bebas (Independen) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau memengaruhi variabel
lain. Sedangkan variabel terikat (dependen) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
penelitian yaitu:
Variabel bebas (independen) : Model Pembelajaran Kader

Variabel terikat (dependen) : Hasil Belajar

3.5. Definisi Operasional

3.5.1. Pemecahan Masalah


pemecahan masalah adalah suatu proses untuk menyelesaikan soal-soal non-rutin
dengan prosedur yang tidak sama dengan yang telah dipelajari.

3.5.2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan suatu pembelajaran

3.5.3. Model Pembelajaran Kader


Model pembelajaran KADIR adalah perencanaan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dimana didalamnya berisi tahapan koneksi, aplikasi, diskursus, improvisasi,
dan refleksi
3.5.4. Google Clasroom
Google Classroom adalah serangkaian alat produktivitas gratis yang meliputi
Gmail, Drive, dan Dokumen, serta tersedia bagi pengguna Google Apps for Education

3.6. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kelas seluruh siswa kelas VIII-4 SMP Al-
Hasra Depok yang berjumlah 40 orang. Seorang yang bertindak sebagai observer
terlibat dalam penelitian yaitu guru matematika kelas VIII-4, guru matematika
membantu peneliti mengamati aktivitas siswa dan peneliti selama proses pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas, situasi atau kejadian yang
berkaitan dengan tindakan penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan sebagai berikut:

1. Mengerjakan tes kemampuan pemecahan masalah matematika pada akhir


tindakan siklus I dan siklus II. Tes dikerjakan oleh siswa kelas VIII selaku subjek
penelitian.
2. Pengisian lembar observasi aktivitas belajar siswa yang dilakukan observer pada
setiap pertemuan.
3. Pengisian jurnal harian siswa untuk mengetahui tanggapan siswa pada setiap
pertemuan, selama model pembelajaran KADIR dengan aplikasi google clasroom
Jurnal diisi oleh siswa setiap akhir pertemuan.
4. Melakukan wawancara kepada guru bidang studi dan siswa. Wawancara dengan
guru bidang studi dilakukan pada tahap pra-penelitian dan diakhir siklus
pelaksanaan tindakan. Wawancara pada tahap pra-penelitian bertujuan untuk
mengetahui kemampuan dasar siswa serta kendala yang dihadapi pada saat proses
pembelajaran. Wawancara dengan siswa dilakukan pada akhir siklus untuk
mengetahui tanggapan dan perkembangan siswa.

5. Pengambilan foto kegiatan siswa pada saat pelaksaan tindakan berlangsung.


Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru (kolaborator)
melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan menyimpulkan kelebihan
dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
3.8. Metode Analisis Data

3.8.1. Validitas

Keabasahan data penelitian yang berbentuk data kualitatif dalam penelitian ini
akan diuji oleh peneliti dengan cara mengobservasi siswa dan mewawancarai siswa,
serta memberikan tes kepada siswa. Agar diperoleh data yang valid sebelum
digunakan dalam penelitian, instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran.

3.8.2. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan hasil tes. Tes dapat
dikatakan memiliki taraf kepercayaan tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan
hasil yang tetap bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan
yang berbeda

3.8.3. Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang memuat ketiga kriteria, yaitu: sukar, sedang dan
mudah. Bilangan yang menunjukan sukar, sedang dan mudahnya suatu soal disebut
tingkat kesukaran.

3.8.4. Daya Pembeda


Perhitungan daya pembeda soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
soal yang diberikan dapat menunjukkan siswa yang mampu dan yang tidak mampu
menjawab soal.

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Nahrowi dan Maulana. Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI PRESS.
cet.1, 2006.

Kadir, Pengembangan Model Pembelajaran “KADIR” Untuk meningkatkan Kemampuan


Berpikir Matematis (Higher Order Thinking). Prosiding Pendidikan Guru Dalam
Membangun Peradaban Bangsa.

Manurung, Sondang R, Hands-On Activity and Minds-On Activity Dalam Pembelajaran


Pengantar Fisika Kuantum Bagi Calon Guru Fisika. Seminar dan Workshop
Nasional Fisika. Bandung, 2010.

Maskur, Ali, St. Budi Waluya, dan Rochmad. pembelajaran matematika dengan strategi
ICARE Beracuan konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif kreatif Materi Dimensi tiga. Journal Of Primary Educational. ISSN 2252-
6404, 2012.

Mulhayati, Diah. Pendekatan Baru Dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar.
Ciputat:PIC UIN Jakarta, cet.1, 2007.

P, Heller dan K. Heller, Cooperative Group Problem Solving In Physics. Research Report :
University of Minosota, 1999.

Principles and Standards for School Mathematics. NCTM: USA, 2000. Purwosusilo,
Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa SMK Melalui Strategi Pembelajaran REACT. Jurnal Pendidikan dan
Keguruan. Vol. 1, No. 2, artikel 4. ISSN : 2356-3915,2014.

Putra, I. B. Kt Dharma, I. Gst, Ngurah Japa, dan Nym. Kusmariyanti. Pengaruh Strategi
REACT Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD
Pendidikan Ganesha. vol.2, No.1, 2014.
Rahayu, Gelar Dwi dan Munasprianto ramli. pendekatan Baru Dalam Pembelajaran Sains
dan Matematika Dasar. Tangerang: PIC UIN Jakarta, 2007.

Anda mungkin juga menyukai